IDENTIFIKASI ANATOMI SISA PAKAN DALAM FESES MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN WISATA ALAM PANGANDARAN
PUSPA LARASATI
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ABSTRAK PUSPA LARASATI. Identifikasi Anatomi Sisa Pakan dalam Feses Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran. Dibimbing oleh DORLY dan ISLAMUL HADI. Studi pakan monyet ekor panjang (M. fascicularis) dilakukan untuk mendapatkan informasi komposisi pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu di suatu habitat. Metode yang dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi tersebut yaitu dengan pegamatan lapangan dan analisis feses. Penelitian tentang analisis feses dengan mengamati remahan sisa pakan dalam feses secara anatomi belum pernah dilakukan. Sisa pakan yang tidak tercerna digunakan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan studi anatomi sisa pakan dalam feses monyet ekor panjang dengan pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitatnya. Pengambilan sampel feses dan tumbuhan pangkalan data dilakukan pada bulan Januari-Juli 2012 dengan menyusuri satu kelompok monyet Goa Parat di Taman Wisata Alam Pangandaran. Total pangkalan data tumbuhan berjumlah 76 spesies yang terbagi menjadi 25 Famili. Feses yang berhasil dikoleksi berjumlah 58 botol feses. Komposisi feses dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu, buah dan biji, bunga, dan remahan epidermis. Remahan epidermis dapat diidentifikasi dan dipisahkan dari epidermis buah dan daun dengan pendekatan anatomi. Metode studi anatomi memiliki keefektifan mengidentifikasi spesies tumbuhan sisa pakan dalam feses sebesar 43.90%. Bagian yang tidak dapat diidentifikasi dalam feses diduga monyet ekor panjang memperoleh sumber pakan selain berasal dari vegetasi alam di sekitar habitatnya. Kata kunci: Macaca fascicularis, Anatomi, Feses, Taman Wisata Alam Pangandaran.
ABSTRACT PUSPA LARASATI. Anatomical Identification of Feed Residue in Fecal of Long-Tailed Macaque (Macaca fascicularis) at Pangandaran Nature Park. Supervised by DORLY dan ISLAMUL HADI. Feeding study of long-tailed macaque (M. fascicularis) was conducted to get information of feed composition that had been consumed for some time at the habitat. The methods to get the information of feed composition were field observations and fecal analysis. The research on fecal analysis by observing the crumbs of feed residue of the fecal anatomically has never been carried out before. Undigested feed residue was used to identify the species of plants which were the source of feed for the long-tailed macaque. This study was aimed to observe the effectiveness of the feed residue by anatomical studies in long-tailed macaque fecal with comparing database of plants around the habitat. The fecal and plant database sampling was conducted from January until July 2012 by tracking one group of long-tailed macaque along Parat Cave at Pangandaran Nature Park. Total plant databases were 76 species, divided into 25 Family. About 58 bottles of fecal were successfully collected during sampling. The composition of fecal was separated into three sections: fruits and seeds, flowers, and epidermis crumbs. Epidermis crumbs could be identified and separated from fruit and leaf epidermis by using anatomical approach. Methods of anatomical studies had effectiveness of identify plant spesies feed residue in fecal around 43.90%. Parts that could not be identified in the long-tailed macaque fecal were allegedly obtained from other than natural feed sources around their habitat. Keywords: Macaca fascicularis, Anatomical, Fecal, Pangandaran Nature Park.
IDENTIFIKASI ANATOMI SISA PAKAN DALAM FESES MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN WISATA ALAM PANGANDARAN
PUSPA LARASATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul : Identifikasi Anatomi Sisa Pakan dalam Feses Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran Nama : Puspa Larasati NRP : G34080096
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Dorly, M.Si. NIP 19640416 199103 2 002
Islamul Hadi, S.Si., M.Si. NIP 19760813 200501 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Biologi
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si. NIP 19641002 198903 1 002
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Identifikasi Anatomi Sisa Pakan dalam Feses Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran”. Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Mikroteknik Departemen Biologi, FMIPA, IPB pada bulan Januari sampai Juli 2012. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Dorly, M.Si. dan Bapak Islamul Hadi, S.Si., M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih pula kepada Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si selaku penguji dari wakil Komisi Pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga tercinta, Ibu, Bapak, dan adik-adik yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat. Terima kasih kepada Pak Naryo, Pak Joni, Bu Eti, dan segala pihak yang telah membantu. Terima kasih kepada Nitra, kak Heni, kak Nisful, Evi, Aldi, Hafiz, Khoerani, Ririn, Gina, Azizah, Nia, Shinta, Dini dan teman-teman di Laboratorium Mikroteknik, serta kepada teman-teman tersayang di Biologi angkatan 45 yang selalu memberikan semangat. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2012
Puspa Larasati
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1990, putri dari Bapak Zainal Falah dan Ibu Puasati Mulyana. Penulis adalah anak pertama dari enam bersaudara. Penulis lulus dari SD Negeri Bambu Apus 05 tahun 2002 dan lulus dari SMP Negeri 49 Jakarta tahun 2005. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Depok dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota Kementerian Pendidikan dan Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM IPB, serta anggota Bioworld Himabio IPB. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar, Biologi Alga dan Lumut, Ilmu Lingkungan, Anatomi dan Morfologi Tumbuhan, dan Mikroteknik. Penulis melaksanakan kegiatan studi lapangan (2010) di Pangandaran dengan judul Inventarisasi Lumut Hati dan Lumut Sejati di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pangandaran yang dibimbing oleh Dra. Hilda Akmal. Penulis melakukan kegiatan praktik lapangan (2011) di Bogor dengan judul Produksi Yoghurt di Unit Peternakan Darul Fallah yang dibimbing oleh Ibu Ir. Agustin Wydia Gunawan, M.S. dan Bapak Joko Hendri Suyono, A.Md. Penulis mengambil Supporting Course (SC) untuk mata kuliah Peraturan Pangan, Dasar-Dasar Komunikasi, Manajemen Keuangan Konsumen, Keamanan dan Sanitasi Pangan, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Pengelolaan Lingkungan Pesisir.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..............................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................
viii
PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................................. Tujuan ...........................................................................................................................
1 1
METODE Waktu dan Tempat ........................................................................................................ Metode Penelitian.......................................................................................................... Pengambilan Tumbuhan Sumber Pakan dan Pembuatan Pangkalan Data ............... Pengambilan Feses ................................................................................................... Pembuatan Sediaan Mikroskopis ............................................................................. Pengamatan dan Pemotretan Sediaan Mikroskopis ..................................................
1 1 1 2 2 3
HASIL DAN PEMBAHASAN Pangkalan Data Tumbuhan ........................................................................................... Komposisi Feses............................................................................................................ Identifikasi Sisa Pakan dalan Feses secara Anatomi ....................................................
3 3 4
SIMPULAN .......................................................................................................................
8
SARAN ..............................................................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
9
LAMPIRAN .......................................................................................................................
10
DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai frekuensi setiap bagian yang ditemukan dalam feses sebelum dan setelah pembuatan sediaan mikroskopis ................................................................................................................ 2 Nama tumbuhan dan bagiannya yang berhasil teridentifikasi dalam feses M. fascicularis ..... 3 Hasil foto sediaan anatomi pakan dominan monyet ekor panjang dalam feses dengan pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat ........................................................ 4 Perbandingan Pakan dominan monyet ekor panjang yang berasal dari vegetasi alami pada periode pengamatan yang berbeda...........................................................................................
4 5 6 8
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Peta persebaran kelompok monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pangandaran ......... 2 Komposisi pakan dominan M. fascicularis..............................................................................
2 5
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1 Komposisi larutan seri Johansen ............................................................................................. 2 Komposisi larutan Gifford ....................................................................................................... 3 Tumbuhan pangkalan data yang berhasil diinventarisasi ........................................................
11 11 11
PENDAHULUAN Latar Belakang Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu primata yang mempunyai daerah persebaran yang sangat luas di Asia Tenggara. Persebaran monyet ekor panjang di Indonesia meliputi pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Timor (BrandonJones et al. 2004). Habitat primata ini bervariasi, mulai dari hutan magrove (Hock & Sasekumar 1979), hutan jati (Hasanbahri et al. 1996), sampai daerah yang di kelilingi pemukiman manusia, misalnya makam keramat, kebun, pura, dan hutan wisata (Hadi et al. 2007; Djuwantoko et al. 2008). Macaca fascicularis juga dilaporkan sebagai salah satu primata yang terdapat di Taman Wisata Alam Pangandaran (Mitani & Watanabe 2009). M. fascicularis mampu beradaptasi di berbagai habitat ditunjukkan dengan kemampuan memilih pakan sesuai dengan ketersediaannya di alam. Monyet ekor panjang umumnya bersifat frungivora karena 57-67% dari total makanannya adalah buah (Yeager 1996). Pakan yang dimakan oleh monyet tersebut antara lain bunga, buah, kulit kayu, biji, daun, serangga, getah, dan makanan yang berasal dari manusia (Richard et al. 1989). Habitat yang bervariasi akan mengubah perilaku makannya menjadi omnivora (Hadi et al. 2007). Studi pakan monyet ekor panjang dilakukan untuk mengetahui komposisi pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu sesuai habitatnya. Studi pakan pada monyet ekor panjang telah dilakukan di beberapa tempat, misalnya Kalimantan (Yeager 1996), Cikakak, Jawa Tengah (Hadi et al. 2007), dan Yogyakarta (Djuwantoko et al. 2008). Studi pakan di beberapa daerah ini bertujuan melihat keragaman jenis pakan dengan penekanan pada aktivitas perilaku makan. Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah menganalisis kandungan sisa pakan yang terdapat pada feses. Sisa pakan yang tidak tercerna digunakan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang. Penelitian analisis feses pada monyet formosan (M. cyclopis) dan monyet jepang (M. fuscata) telah dilakukan (Su & Lee 2001; Hanya et al. 2003). Analisis feses tersebut ditekankan pada pemisahan komposisi remahan feses secara morfologi.
Pada M. fascicularis, metode pendekatan secara anatomi analisis spesies tumbuhan pakan pada remahan feses belum pernah dilaporkan. Pengamatan anatomi remahan sisa pakan yang ditemukan dalam feses menjadi salah satu alternatif untuk mengetahui spesies tumbuhan sumber pakan yang dikonsumsi. Identifikasi remahan sisa pakan dalam feses M. fascicularis mengacu pada pangkalan data anatomi tumbuhan sumber pakan yang dijumpai di sekitar habitatnya. Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan studi anatomi sisa pakan dalam feses monyet ekor panjang (M. fascicularis) dengan pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juli 2012. Hadi et al. (2011) melaporkan bahwa terdapat lima kelompok monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pangandaran. Kelompok tersebut terdiri atas kelompok Goa Jepang, Kantor, Goa Parat, Cikamal, dan kelompok Goa Panggung. Sampel feses dan pangkalan data tumbuhan diambil dari satu daerah jelajah monyet ekor panjang Goa Parat di Taman Wisata Alam Pangandaran. Analisis feses dilakukan di Laboratorium Mikroteknik Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Metode Penelitian Pengambilan Tumbuhan Sumber Pakan dan Pembuatan Pangkalan Data. Tumbuhan sumber pakan yang diambil adalah tumbuhan yang terlihat pada jarak ± 5 m ke arah kanan dan kiri di sepanjang jalan setapak daerah jelajah (Hanya et al. 2003). Bagian tumbuhan sumber pakan dimasukkan ke dalam botol berisi alkohol 70% dan diberi label lokasi serta waktu pengambilan. Daun dan buah yang dikoleksi dibuat sediaan mikroskopis secara mikroskopis, kemudian diidentifikasi karakter anatominya menggunakan buku Metcalfe & Chalk (1979) dan buku Fahn (1991). Karakter anatomi sediaan mikroskopis sayatan paradermal adalah tipe stomata, kerapatan, ukuran stomata dan trikoma, bentuk, susunan dan ukuran sel epidermis. Karakter
2
anatomi sediaan mikroskopis sayatan transversal dan longitudinal meliputi struktur, ukuran, dan ciri khas jaringan penyusun organ bunga, buah, dan biji. Sediaan mikroskopis dan karakter anatomi tumbuhan sumber pakan tersebut akan dijadikan pangkalan data. Kerapatan stomata dihitung dengan rumus (Willmer 1983) sebagai berikut: Σ Stomata KR*) = Luas bidang pandang (mm2) Keterangan: KR : Kerapatan stomata *) rumus yang sama digunakan untuk data trikoma Pengambilan Feses. Feses monyet ekor panjang diambil dari lapangan berdasarkan hasil penelusuran satu daerah jelajah kelompok monyet ekor panjang Goa Parat yang terdapat di Taman Wisata Alam Pangandaran. Kelompok Goa Parat dipilih karena memiliki daerah jelajah yang cukup panjang dan irisan daerah jelajah yang paling sedikit dengan daerah jelajah lainnya (Gambar 1). Pengambilan feses dilakukan 3 kali, pada bulan Januari, Maret, dan April 2012. Feses yang berhasil dikoleksi selama periode pengambilan sampel berjumlah 58
Keterangan: : Kelompok Cikamal : Kelompok Goa Jepang : Kelompok Kantor : Kelompok Goa Panggung
botol feses dan 8 botol di antaranya dalam kondisi segar. Satu botol feses hanya berisi satu produksi feses yang ditemukan. Feses dicuci dan disaring untuk dipisahkan menjadi 3 bagian yaitu, buah dan biji, remahan epidermis, dan bunga. Perhitungan frekuensi keberadaan masing-masing bagian dihitung sebelum dan setelah proses pembuatan sedian mikroskopis. Frekuensi dihitung dengan rumus sebagai berikut: Σ botol ditemukan suatu bagian tumbuhan Σ botol sampel total Pembuatan Sediaan Mikroskopis. Sediaan mikroskopis remahan sisa pakan dalam feses dan tumbuhan sumber pakan M. fascicularis yang berada di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran dibuat dengan metode parafin (Johansen 1940) berupa sayatan transversal dan longitudinal serta sayatan paradermal dengan metode whole mount (Sass 1951). Buah, biji, dan bunga dalam feses maupun tumbuhan sumber pakan dibuat sediaan mikroskopisnya dengan metode parafin. Sampel difiksasi dalam larutan FAA (formaldehid : asam asetat glasial : alkohol 70% = 5:5:90), kemudian dicuci dengan alkohol 50%.
: Kelompok Goa Parat : Daerah Taman Wisata Alam Paangandaran : Daerah Cagar Alam Pangandaran
Gambar 1 Peta persebaran kelompok monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pangandaran.
Sampel kemudian didehidrasi dengan larutan seri Johansen I – VII (Lampiran 1). Sampel diinfiltrasi parafin dengan titik lebur 58oC secara bertahap di dalam oven. Sampel ditanam (embedding) ke dalam blok yang berisi parafin murni. Blok parafin yang berisi sampel dilunakkan dalam larutan Gifford (Lampiran 2). Blok dirapikan, kemudian ditempel pada holder dan disayat setebal 10 µm dengan mikrotom putar Yamato RV-240 dan pita parafin direkatkan pada gelas objek dengan albumin-gliserin. Tahap selanjutnya sampel diwarnai dengan Safranin 2% dan fast green 0.5%. Pewarna safranin berfungsi untuk mewarna bagian kutikula dan bagian yang mengandung lignin, sedangkan pewarna fast green untuk mewarna sitoplasma. Preparat yang telah diwarnai ditetesi dengan entelan lalu ditutup dengan gelas penutup dan diamati di bawah mikroskop. Sampel berupa remahan epidermis yang berasal dari feses, sampel daun dan buah dari tumbuhan sumber pakan M. fascicularis dibuat sediaan mikroskopis berupa sayatan paradermal. Sampel difiksasi dengan alkohol 70%, kemudian dicuci dengan akuades dan direndam dalam asam nitrat 50%. Tahap selanjutnya penyayatan bagian adaksial dan abaksial daun serta epidermis buah menggunakan silet. Hasil sayatan direndam dalam natrium hipoklorit dan dibilas dengan akuades, lalu diwarnai dengan safranin 1% dan diletakkan di gelas objek yang telah diberi gliserin 30%, setelah itu ditutup dengan gelas penutup untuk diamati di bawah mikroskop. Pengamatan dan Pemotretan Sediaan Mikroskopis. Sediaan mikroskopis diamati menggunakan mikroskop Olympus tipe CH20 dan difoto dengan mikroskop Olympus BX51. Hasil foto sediaan mikroskopis tumbuhan sumber pakan sekitar Taman Wisata Alam dijadikan pangkalan data. Pangkalan data tersebut yang dijadikan acuan dalam proses identifikasi spesies tumbuhan remahan sisa pakan dalam feses.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pangkalan Data Tumbuhan Bagian tumbuhan yang dikoleksi untuk pangkalan data terdiri atas daun, bunga, dan buah. Bagian tumbuhan tersebut tidak semua dikoleksi dalam satu spesies. Koleksi yang memiliki hanya bagian daun
berjumlah 50 spesies, bunga 3 spesies dan yang terdiri atas buah saja 4 spesies. Koleksi spesies yang memiliki bagian tumbuhan daun dan buah terdiri atas 15 spesies, sedangkan yang memiliki koleksi berupa daun dan bunga terdiri atas 4 spesies. Total keseluruhan tumbuhan pangkalan data berjumlah 76 spesies yang terbagi menjadi 25 Famili (Lampiran 3). Mitani et al. melakukan inventarisasi dan identifikasi tumbuhan yang terdapat di Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar Alam (CA) Pangandaran pada tahun 1997 dan mempublikasikannya pada tahun 2009. Tumbuhan yang berhasil teridentifikasi saat itu sebanyak 85 spesies dari 34 famili tumbuhan. Hasil yang diperoleh berbeda karena Mitani et al. (2009) melakukan inventarisasi sebelum bencana tsunami dan diduga saat ini terdapat beberapa spesies yang hilang. Perbedaan lokasi pengambilan juga dapat mempengaruhi jumlah tumbuhan yang berhasil diinventarisasi. Penelitian ini hanya mengambil tumbuhan di sekitar daerah jelajah kelompok monyet ekor panjang Goa Parat di kawasan TWA, sedangkan Mitani et al. (2009) mengambil di seluruh kawasan TWA dan CA Pangandaran. Tumbuhan pangkalan data yaang dimiliki akan menjadi acuan untuk proses identifikasi remahan sisa pakan yang terdapat dalam feses yang ditemukan. Pangkalan data yang dibuat terdiri atas data karakter khusus seperti stomata dan trikoma serta foto sediaan anatomi setiap spesies sebagai pendukung pangkalan data yang dimiliki. Komposisi Feses Feses yang berhasil dikoleksi selama tiga bulan berjumlah 58 botol. Perbedaan komposisi pakan setiap bulan tidak dapat dibandingkan karena jumlah sampel feses yang dikoleksi tidak sama pada setiap bulan. Komposisi feses dipisahkan menjadi tiga bagian untuk setiap botol fesesnya yaitu, buah dan biji, remahan epidermis, dan bunga. Buah dan biji pengelompokannya tidak dipisahkan karena belum jelas yang dimakan oleh M. fascicularis daging buah atau bijinya. Pemisahan bagian dalam feses hanya dilakukan berdasarkan pengamatan secara morfologi. Pengelompokkan ini hanya dapat mengidentifikasi spesies jika secara morfologi pada feses masih terlihat utuh dan berukuran besar. Remahan epidermis tidak dapat diidentifikasi sampai
4
naik dari 0.896 menjadi 0.931. Daun bisa teridentifikasi setelah pembuatan sediaan mikroskopis, nilai frekuensi keberadaanya mencapai 0.966 (Tabel 1). Metode sediaan anatomi ini sangat efektif untuk mengidentifikasi organ daun yang ditemukan dalam bentuk remahan di feses. Bagian yang tidak teridentifikasi masih ditemukan setelah proses pembuatan sediaan mikroskopis. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain, keterbatasan pangkalan data, remahan epidermis yang sangat hancur, dan diduga M. fascicularis memperoleh sumber pakan selain dari vegetasi alam. Hadi (2001) melaporkan bahwa M. fascicularis di kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran mendapatkan makanan sebesar 54.33% dari wisatawan. Pangkalan data yang dimiliki hanya mencakup tumbuhan pada vegetasi alam dan mengabaikan faktor sumber pakan lainnya. Hal ini dapat menyulitkan proses identifikasi spesies sumber pakan jika hanya melihat kandungan fesesnya. Metode lain dibutuhkan untuk dapat membantu melengkapi data pakan hewan tersebut. Metode yang dapat digunakan misalnya pengamatan aktivitas pakan harian secara langsung di lapangan. Metode pelengkap berfungsi untk melengkapi data informasi pakan monyet ekor panjang yang tidak teramati dari hasil analisis feses. Hasil pengamatan aktivitas harian secara langsung di lapangan tidak hanya dapat mengetahui frekuensi makan dan banyaknya spesies tanaman yang dimakan, tetapi dapat juga mengetahui aktivitas harian lainnya seperti waktu bergerak, beristirahat, selisik, agonistik, bermain dan seksual.
tingkat spesies karena epidermis daun atau buah tidak dapat dibedakan jika dalam bentuk remahan. Pengamatan anatomi diperlukan untuk memastikan spesies tumbuhan pakan yang terkandung dalam remahan epidermis dalam feses. Penelitian yang dilakukan Su dan Lee (2001) serta Hanya et al. (2003) ditemukan adanya bagian tubuh hewan yang terkandung dalam feses. Sementara seluruh sampel feses yang dikoleksi pada penelitian ini tidak ditemukan bagian tubuh hewan. Kalaupun ada bagian hewan yang ditemukan hanya serangga pengunjung feses, untuk itu faktor bagian hewan yang ditemukan ditiadakan. Nilai frekuensi keberadaan ketiga bagian tumbuhan tersebut dihitung setelah proses pemisahan komposisi feses. Nilai frekuensi keberadaan buah dan biji, bunga, dan remahan epidermis dalam feses berturutturut adalah 0.896, 0.776, 1 (Tabel 1). Nilai frekuensi tersebut menggambarkan frekuensi keberadaan setiap komponen dalam feses. Remahan epidermis memiliki nilai frekuensi 1 artinya remahan epidermis ditemukan di semua botol feses yang dikoleksi. Pemisahan secara morfologi ini tidak mampu untuk membedakan remahan epidermis daun dan buah. Pengamatan struktur anatomi pada remahan epidermis dapat membantu proses identifikasi spesies tumbuhan berdasarkan karakter anatomi spesifik yang dimiliki (Metcalfe & Chalk 1979). Sediaan mikroskopis remahan epidermis diamati karakter spesifiknya, misalnya stomata dan trikoma. Hasil pengamatan dicocokkan dengan pangkalan data yang dimiliki. Proses tersebut ternyata dapat membedakan antara epidermis buah dan daun. Nilai frekuensi ditemukannya bunga dalam feses sebelum dan setelah proses pembuatan sediaan tetap yaitu 0.776. Nilai frekuensi remahan epidermis berubah dari 1 menjadi 0.603. Remahan epidermis yang ditemukan ternyata terdiri atas epidermis buah, daun dan bagian yang tidak dapat teridentifikasi. Nilai frekuensi buah dan biji
Identifikasi Sisa Pakan dalam Feses secara Anatomi Jumlah spesies tumbuhan pakan dalam feses yang berhasil teridentifikasi sebanyak 18 spesies dari 41 komponen jenis total yang ditemukan. 23 komponen lainnya yang tidak teridentifikasi ditemukan dalam bentuk remahan epidermis.
Tabel 1 Nilai frekuensi setiap bagian yang ditemukan dalam feses sebelum dan setelah pembuatan sediaan mikroskopis Frekuensi Sebelum pembuatan sediaan mikroskopis Sesudah pembuatan sediaan mikroskopis
Buah dan biji
Bunga
Daun
0.896 0.931
0.776 0.776
0.966
Remahan tidak teridentifikasi 1 0.603
5
Bagian tumbuhan yang ditemukan dalam feses meliputi buah dan biji, bunga, dan daun. Famili yang dominan dari 18 spesies tersebut yaitu, Moraceae dan Poaceae (Tabel 2). Bunga Ficus sp. yang ditemukan dalam feses tidak dapat diidentifikasi sampai tingkat spesies karena secara anatomi sulit untuk dibedakan antar spesies dalam satu familinya. Monyet ekor panjang di kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran tidak hanya mengambil pakan di atas pohon, tetapi turun ke daratan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya rumput-rumputan dari famili Poaceae dalam feses. Komposisi pakan dominan M. fascicularis pada periode bulan JanuariApril 2012 adalah Bunga Ficus sp., Rumput A (Digitaria sanguinalis), Huni (Antidesma bunius), Kondang (Ficus variegata), Kibuaya (Leea indica), rumput B (Paspalum conjugatum), dan Kiara koneng (Ficus annulata) (Gambar 2). Jenis pakan dominan dipilih karena memiliki komposisi lebih dari 5% dari keseluruhan feses. Pakan lain-lain yang teridentifikasi ada 11 jenis antara lain, Kiara (Ficus microcarpa), Kikores (Physchotria viridiflora), Huru (Litsea glutinosa), Bungur (Lagerstroema ovaliforia), Borogondolo (Hernandia Tabel 2
peltata), Kipacar (Syzygium sp.), Kokosan monyet (Dysoxyllum caulostachyum), Rumput C, Rumput D (Cynodon dactylon), Rumput E, dan wali kukun (Schoutenia ovata).
17.24%
17.24%
6.51% 16.86%
6.90% 6.90% 11.88% Ficus sp. Antidesma bunius Leea indica Ficus annulata
Gambar 2
16.48%
Digitaria sanguinalis Ficus variegata Paspalum conjugatum Lain-lain
Komposisi pakan dominan M. fascicularis.
Nama tumbuhan dan bagiannya yang berhasil teridentifikasi di dalam feses M. fascicularis
Famili Euphorbiaceae Hernandiaceae Lauraceae Leeaceae Lythraceae Malvaceae Meliaceae Moraceae Moraceae Moraceae Moraceae Myrtaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Rubiaceae Keterangan: * : Bulir
Spesies Antidesma bunius Hernandia peltata Litsea glutinosa Leea indica Lagerstroema ovaliforia Schoutenia ovata Dysoxyllum caulostachyum Ficus variegata Ficus microcarpa Ficus annulata Ficus sp. Syzygium sp. Digitaria sanguinalis Paspalum conjugatum Tidak teridentifikasi Cynodon dactylon Tidak teridentifikasi Physchotria viridiflora
Nama lokal Huni Borogondolo Huru Kibuaya Bungur Wali kukun Kokosan monyet Kondang Kiara Kiara koneng Ficus Kipancar Rumput A Rumput B Rumput C Rumput D Rumput E Kikores
Buah dan biji √
Bunga
Daun √
√ √ √ √ √ √ √ √
√
√ *
√ * √
√
√ √ √ √ √ √
6
Metode studi anatomi memiliki keefektifan mengidentifikasi spesies tumbuhan dalam feses sebesar 43.90%, karena 56.10% komposisi feses lainnya tidak dapat teridentifikasi spesiesnya. Nilai keefektifan metode ini bisa meningkat jika didukung oleh metode lain, agar setiap kekurangan dalam setiap metode tertutupi oleh metode lainnya, seperti pengamatan secara langsung di lapangan, percobaan pola makan, dan analisis konten usus.
Pemotretan sediaan dilakukan untuk menambah informasi pangkalan data dan mendukung hasil identifikasi remahan sisa pakan dalam feses. Tujuh spesies pakan dominan yang ditemukan dalam feses difoto. Tabel 3 merupakan hasil foto sayatan anatomi tumbuhan pakan dominan yang ditemukan dalam feses yang dibandingkan dengan foto pangkalan data yang dimiliki.
Tabel 3 Hasil foto sediaan anatomi pakan dominan monyet ekor panjang dalam feses dengan pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat Sediaan Anatomi dalam feses
Pangkalan Data Tumbuhan
Keterangan Bunga Ficus sp.
Daun Rumput A (Digitaria sanguinalis) Tipe stomata : Sel penjaga berbentuk halter didampingi dua sel tetangga yang sejajar Tipe trikoma : Simple short glandular Kerapatan stomata : Abaksial : 438.01 /mm2 Ukuran stomata (µm): Panjang : 20.0 Lebar : 9.56 Kerapatan trikoma : Abaksial : 36.86 /mm2 Ukuran trikoma (µm): Panjang : 32.25 Lebar : 13.25 Epidermis buah Huni (Antidesma bunius) Tipe stomata : Paracytic Kerapatan stomata epidermis buah : 23.86 /mm2 Ukuran stomata (µm): Panjang : 48 Lebar : 34.9
7
Epidermis buah Kondang (Ficus variegata) Tipe stomata : Anisocytic Tipe trikoma : Simple short uniseriate Kerapatan stomata epidermis buah : 37.76 /mm2 Ukuran stomata (µm): Panjang : 21.25 Lebar : 17.50 Kerapatan trikoma epidermis buah: 29.37 /mm2 Ukuran trikoma (µm): Panjang : 38.0 Lebar : 9.50 Epidermis buah Kibuaya
(Leea indica) Tipe stomata : Cyclocytic Kerapatan stomata epidermis buah : 29.37/mm2 Ukuran stomata (µm): Panjang : 21.20 Lebar : 17.80
Daun rumput B (Paspalum conjugatum) Tipe stomata : Sel penjaga berbentuk halter didampingi dua sel tetangga yang sejajar Kerapatan stomata : Abaksial :198.80 / mm2 Ukuran stomata (µm): Panjang : 30.28 Lebar : 18.36
Epidermis buah Kiara koneng (Ficus annulata) Tipe stomata : Cyclocytic Tipe trikoma : Simple long glandular Kerapatan stomata epidermis buah : 51.24 /mm2 Ukuran stomata (µm): Panjang : 34.70 Lebar : 25.80 Kerapatan Trikoma epidermis buah : 20.13/mm2 Ukuran Trikoma (µm): Panjang : 90.36 Lebar : 21.07
Jenis pakan dominan bisa berbeda jika pengambilan sampel feses dilakukan pada bulan yang berbeda. Hal ini karena ketersediaan sumber pakan di alam di pengaruhi musim sehingga kelimpahannya tidak akan sama untuk tiap periodenya, misalnya pada bulan Agustus-Oktober 2001 pakan dominan monyet ekor panjang yang berasal dari vegetasi alaminya adalah Ficus sumatrana dan Litsea resinosa (Hadi 2001). Kiara beas (Ficus sumatrana) merupakan spesies tumbuhan yang menjadi salah satu pakan dominan hasil pengamatan secara langsung di lapangan pada tahun
2001 dan 2012. Perbedaan waktu pengamatan 11 tahun ini tidak membuat monyet ekor panjang kehilangan selera untuk menjadikan tumbuhan Kiara beas (F. sumatrana) sebagai pakan dominannya. Tiga belas spesies tumbuhan teramati oleh Hadi pada periode Januari-Maret 2012 sebagai pakan dominan monyet ekor panjang kelompok Goa Parat (Hadi I 10 Juli 2012, Komunikasi pribadi). Hasil identifikasi anatomi sisa pakan dalam feses periode Januari-April 2012 pada penelitian ini mendapatkan 7 jenis pakan dominan yang ditemukan dalam feses (Tabel 4).
Tabel 4 Perbandingan pakan dominan dan sisa pakan dominan monyet ekor panjang yang berasal dari vegetasi alami pada periode pengamatan yang berbeda Periode Januari-Maret 2012**
Periode Agustus-Oktober 2001* Katulampa (L. resinosa) Kiara beas (F. sumatrana)
Sumber : *
Periode Januari-April 2012 pada penelitian ini
Beringin ( F. benjmina) Kiara beas (F. sumatrana) Kiara koneng (F. annulata ) Rumput A (D. sanguinalis ) Rumput B (P. Conjugatum)
Kondang (F. variegata) Kiara koneng (F. annulata) Bunga (Ficus sp.) Rumput A (D. sanguinalis ) Rumput B (P. Conjugatum)
Rumput C Rumput D (Cynodon dactylon ) Rumput E Kikores (Physchotria viridiflora) Pandan (Pandanus sp.) Songgom (Baringtonia insignis) Kibuaya (Leea indica) Huni ( Antidesma bunius)
Kibuaya (Leea indica) Huni ( Antidesma bunius)
: Hadi 2001, **
: Hadi I 10 Juli 2012, Komunikasi pribadi
Jika dibadingkan antara pengamatan Hadi pada periode Januari-Maret 2012 dan penelitian ini ternyata terdapat 5 spesies yang sama. Spesies tumbuhan pakan yang sama tersebut antara lain, Kiara koneng (F. annulata), Rumput A (Digitaria sanguinalis), rumput B (Paspalum conjugatum), Kibuaya (Leea indica), dan Huni (Antidesma bunius). Hasil penelitian Hadi (2001) dan tahun 2012 yang melakukan pengamatan aktivitas makan serta penelitian ini yang menggunakan metode identifikasi secara anatomi menunjukan genus Ficus dari famili Moraceae selalu menjadi salah satu pakan dominan oleh monyet ekor panjang. Tumbuhan bergenus Ficus selalu tersedia sepanjang tahun dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh musim. Buah Ficus
memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga disukai oleh monyet ekor panjang.
SIMPULAN Metode identifikasi anatomi remahan feses monyet ekor panjang memiliki keefektifan sebesar 43.90%. Metode pendukung lain dibutuhkan untuk melengkapi informasi tentang komposisi pakan. Sumber pakan selain berasal dari vegetasi alam diduga berpengaruh terhadap komposisi pakan monyet ekor panjang.
SARAN Studi anatomi untuk mengetahui kandungan feses monyet ekor panjang tidak
dapat berdiri sendiri, untuk itu diperlukan metode pendukung seperti pengamatan langsung di lapangan untuk mengamati sumber pakan yang bukan berasal dari vegetasi alam di suatu kawasan yang diteliti. Melengkapi pangkalan data juga perlu dilakukan untuk semua organ tumbuhan setiap spesiesnya, agar pangkalan data yang dimiliki lebih baik jika akan digunakan di kemudian hari. Periode watu pengamatan yang berbeda diperlukan untuk mendapatkan informasi variasi pakan per periodenya.
DAFTAR PUSTAKA Brandon-Jones D, Eudey AA, Geissmann T, Groves CP, Melnick DJ, Morales JC, Shekelle M, Stewart CB. 2004. Asian primate classification. Int J Primatol 25(1):97-164. Djuwantoko, Utami RN, Wiyono. 2008. Perilaku Agresif Monyet, Macaca fascicularis (Raffles, 1821) terhadap wisatawan di Hutan Wisata Alam Kaliurang, Yogyakarta. Biodiversitas 9(4) : 301-305. Hadi I, Suryobroto B, Dorly, Aryanti NA, Widayanti KA. 2011. Ekologi Mamalia di TWA/CA Pangandaran [laporan penelitian]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Hadi I, Suryobroto B, Perwitasari-Farajallah D. 2007. Food preference of semiprovisioned macaques based on feeding duration and foraging party size. Hayati 14(1):13-17.
fascicularis) di habitat hutan jati. Biota 2(1):1-6. Hock
LB, Sasekumar A. 1979. A preliminary study on the feeding biology of mangrove forest primates, Kuala Selangor. Malay Nat J 33:105-112.
Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique. New York: McGraw-Hill. Metcalfe CR, Chalk L. 1979. Anatomy of the Dicotyledons, Volume 1: Systematic Anatomy of Leaf and Steam, with a Brief History of the Subject. Oxford: Clarendon Pr. Mitani M, Watanabe K, Gurmaya KJ, Megantara EN, Purnama AR, Syarif YS. 2009. Plant species list from the Pananjung Pangandaran Nature Reserve, West Java, Indonesia, sampled in the El Nino-Southern Oscillation year of 1997. Humans and Nature 20:113-120. Mitani M, Watanabe K. 2009. The situation of the Pangandaran nature reserve in West Java, Indonesia in 2008, with special reference to vegetation and the population dynamics of primates. Primate Research 25:5-13. Richard AF, Goldstein SJ, Dewar RE. 1989. Weed macaques: the evolutionary implications of macaque feeding ecology. Int J Primatol 10(6):569594. Sass JE. 1951. Botanical Microtechique. Lowa: The Lowa State Coll Pr.
Hadi I. 2001. Pemilihan makanan oleh monyet karier buta warna [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Su H, Lee L. 2001. Food habit of Formosan rock macaques (Macaca cyclopis) in Jentse, Northeastern Taiwan, assesed by fecal analysis and behavioral observation. Int J Primatol 22(3):359-377.
Hanya G, Noma N, Agetsuma N. 2003. Altitudial and seasonal variations in the diet of Japanese macaques in Yakushima. Primates 44:51-59.
Willmer CM. 1983. Stomata. London: Longman Group limited.
Hasanbahri S, Djuwantoko, Ngariana IN. 1996. Komposisi jenis tumbuhan pakan kera ekor panjang (Macaca
Yeager CP. 1996. Feeding ecology of longtailed macaque (Macaca fascicularis) in Kalimantan Tengah, Indonesia. Int J Primatol 17(1):51-62.
LAMPIRAN
11
Lampiran 1 Komposisi larutan seri Johansen Komposisi Air Etanol 95% Etanol 100% Tertier butil alkohol Minyak parafin
I 50% 40% 10% -
II 30% 50% 20% -
Larutan Johansen III IV V 15% 50% 45% 25% 35% 55% 75% -
Lampiran 2 Komposisi larutan Gifford Komposisi Alkohol 60% Asam asetat glacial Gliserin
VI 100% -
Volume (ml) 80 20 5
Lampiran 3 Tumbuhan pangkalan data yang berhasil diinventarisasi No. Nama sunda Nama ilmiah Famili
Daun
1
Dahu
Dracohtomelon mangiferum
Anacardiaceae
√
2
Mangga
Mangifera indica
Anacardiaceae
√
3
Popohan
Buchanania arboresecens
Anacardiaceae
√
4
Burahol
5
Kananga
Stelechocarpus burahol Cananga odorata
Annonaceae Annonaceae
6
Sauheun
Polyalthia lateriflora
Annonaceae
√
7
Nyamplung
Calophyllum inophyllum
Clusiaceae
√
8
Katapang
Terminalia cattapa
Combretaceae
√
9
Kisegel
10
Dempol
Dillenia excelsa Glochidion philippicum
Dilleniaceae Euphorbiaceae
11
Huni
Antidesma bunius
12
Kihuut
13
Menteng
Glochidion macrocarpum Baccaurea javanica
Euphorbiaceae Euphorbiaceae
14
Kateng kateng
15
√ √ √
Fabaceae
√
Kikukupu
Bauhinia sp.
Fabaceae
√
16
Sono keling
Dalbergia latifolice
Fabaceae
√
17
Kiminyak
18
Rukem
Casearia sp. Flacourtia rukam
Flacourtiaceae Flacourtiaceae
19
Borogondolo
Hernandia peltata
20
Katulampa
Litsea resinosa
Hernandiaceae Lauraceae
21
Huru
Litsea glutinosa
Lauraceae
22
Huru batu
Litsea sp.
23
Kibuaya
24
-
Leea indica -
Lauraceae Leeaceae
25
Bungur
26
Benger
27
Hibiscus
Hibiscus sp.
Malvaceae
√
√
Cynometra ramiflora
Lythraceae Lythraceae
Buah
√
√
Liliaceae
Bunga
√
Euphorbiaceae
Lagerstroema ovaliforia Lagerstroemia speciosa
VII 50% 50%
√
√ √ √
√
√ √
√
√
√
√
√
√ √ √ √
√
12
√
28
Wali kukun
Schoutenia ovata
Malvaceae
29
Waru laut
Hibiscus tiliaceus
Malvaceae
√
30
Kedoya
Dysoxyllum alliaceum
Meliaceae
√
31
Kokosan monyet
Dysoxyllum caulostachyum
Meliaceae
√
√
32
Mahoni
Swietenia macrophylla
Meliaceae
√
√
33
Benda
Artocarpus elasticus
Moraceae
√
34
Beringin
Ficus benjamina
Moraceae
√
√
35
Ficus 1
Ficus sp. 1
Moraceae
√
√
36
Ficus 2
Ficus sp. 2
Moraceae
√
37
Kiara
Ficus microcarpa
Moraceae
√
38
Kiara beas
Moraceae
√
39
Kiara kebo
Ficus sumatrana Ficus sp. 3
Moraceae
√
√
40
Kiara koneng
Ficus annulata
Moraceae
√
√
41
Kiara lutung
Ficus sp. 4
Moraceae
√
42
Kiara munding
Ficus elastica
Moraceae
√
43
Kiara taplok
Ficus sp. 5
Moraceae
√
44
Kiciat
Ficus septica
Moraceae
√
45
Kondang
Ficus variegata
Moraceae
√
46
Kopeng
47
Kimokla
Ficus pubinervis Knema glauca
Moraceae Myristicaceae
48
Ipis kulit
Decospermum fruticosum
Myrtaceae
49
Jambu air
Myrtaceae
50
Jambu alas
Syzygium aqueum Syzygium densiflora
Myrtaceae
√
51
Kipancar
Syzygium sp.
Myrtaceae
√
52
Kopo
Syzygium kicemosum
Myrtaceae
√
53
Salam
54
Pandan
Eugenia polyantha Pandanus sp.
Myrtaceae Pandanaceae
55
Rumput A
Digitaria sanguinalis
Poaceae
√
√
*
56
Rumput B
Paspalum conjugatum
Poaceae
√
√
*
57
Rumput C
-
Poaceae
√
√
*
58
Rumput D
Cynodon dactylon
Poaceae
√
59
Rumput E
-
Poaceae
√
60
Cangcaratang
Nauclea exelsa
Rubiaceae
√
61
Kelepu
Nauclea orientalis
Rubiaceae
√
62
Kihapit
Rubiaceae sp.
Rubiaceae
√
63
Kikores
Physchotria viridiflora
64
Kilalayu
65
Kilalayu batu
Arytera littoralis Arytera sp.
Rubiaceae Sapindaceae
66
Kosambi
67
√
√
√ √ √
√ √ √
√ √
√
√
√
Sapindaceae
√
Schlerchera oleosa
Sapindaceae
√
Caruy
Pterospermum javanicum
Sterculiaceae
68
Dungun
Heritiera littoralis
Sterculiaceae
√
69
Hantap haulang
Sterculia coccinea
Sterculiaceae
√
√
13
70
Tangkolo
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
√
71
Umpang
Ternstroemia jaoquianum
Theaceae
√
72
Laban
73
Kibesi
Vitex pubescens -
Verbenaceae -
74
Kipala
-
-
√
75
Pacok gaok
-
-
√
-
-
√
76 Pereng Keterangan: * : Bulir
√ √
√