IDENTIFII(A.SI VIRUS RABIES PADAANJING LIAR DI KOTA MAKASSAR IDENTIFICATION OF RABIES VIRUS IN STRAYDOGS IN MAKASSAR Sri Utami" Bambang Sumiarto2 'Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar 2Bagian Kesmavet, Fakultas Kedokteran Rewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email:
[email protected] ABSTRACT A Study on the identification of rabies virus in stray dogs was conducted in Makassar. The aims of this study were to identify rabies virus in stray dogs in Makassar. A total of 32 brain samples of stray dogs tested for rabies virus using Fluorescent antibody technique (FAT). The data of rabies virus identification from brain samples were analyzed descriptively. The results of the brain samples showed that 32 samples were rabies negative. Brain samples of stray dogs without clinical symptoms of rabies and the ones from slaughtered dog, are not good sample identification of rabies in a region. Keywords: stray dog, FAT, rabies virus
ABSTRAK Telah dilakukan identifikasi virus rabies pada anjing liar di kota Makassar. Tujuan penelitian ini adalah mengidentitikasi virus rabies pada anjing liar di kota Makassar. Sebanyak 32 sampel otak anjing liar diuji untuk identifikasi virus rabies dengan metodeFluorescent antibody technique (FAT).Data identifikasi virus rabies dari sampel otak dianalisis secara deskriptif. Hasil pengujian sampel otak anjing liar menunjukkan sebanyak 32 sampel negatifrabies. Sampel otak dari anjing liar yang ditangkap tanpa gejala klinis rabies dan sampel otak dari tempat pemotongan anjing bukan merupakan sampelyang baik untuk identifikasi rabies pada suatu wilayah. Kata kunci: anjing liar, FAT, virus rabies
PENDARULUAN
disebabkan oleh virus rabies yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoonotik yang bersifat akut yang disebabkan oleh
ini sangat ditakuti dan.q1engganggu ~etentramaq hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis
virus kelompok negatif sense single-stranded RNA,
penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri
golongan Mononegavirales, Family Rhabdoviridae,
dengan kematian (Anonimous, 2008).
genus Lyssavirus (Priangle,1991). Menurut World
Sampai saat ini rabies telah menyebar hampir di
Health Organization (WHO), rabies menduduki
seluruh kepulauan di Indonesia, kecuali provinsi
peringkat 12 daftar penyakit yang mematikan (Mattos dan Rupprecht, 2001). Rabies menyerang susunan syaraf pusat,
.
NTB, provinsi NTT (kecuali pulau Flores dan pulau Lembata), Maluku dan Maluku Utara (kecuali Ternate dan Ambon), provinsi Irian Jaya Barat,
69
J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Th. 20/0
Papua, provinsi DKI Jakarta, provinsi Jawa Timur,
kemungkinan dapat ditemukan badan negri pada
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, provinsi
hipokampus. Badan negri pada stadium awal infeksi
Jawa Tengah, dan sebagian pulau-pulau di sekitar
penyakit kemungkinan
Sumatera. Sepanjang tahun 2008 - 20 10 telah terjadi
jumlahnya belum banyak sehingga tidak terdeteksi
kasus rabies di daerah bebas seperti pulau Bali,
sewaktu pemeriksaan di bawah mikroskop.
kabupaten
Garut,
kabupaten
Tasikmalaya,
.
Metode fluorescent
tidak ditemukan atau
antibody technique (FAT)
kabupaten Cianjur, kab';1paten/kota Sukabumi, kabupaten Lebak di provinsi Banten, dan kota
umum digunakan dalam diagnosis virus rabies.
Gunungsitolai dipulau Nias (Anonimous, 2010).
protein virus rabies pada jaringan hewan terinfeksi.
Tiga
belas
23
Otak merupakan jaringan paling ideal untuk uji
pernah
antigen rabies karena virus rabies dapat ditemukan
dilaporkan terjadi kasus rabies, dengan rata-rata
pada jaringan syaraf. Antigen virus rabies akan
kasus tertinggi per tahun berurutan adalah kabupaten
bereaksi dengan antibodi yang telah dilabel dengan
Tana Toraja, kabupaten Maros, kota Makassar, dan
fluorescein isothiocyanate (FITC). Jika antibodi
kabupaten Pangkep (Anonimus,
2005). Kota
yang dilabel ini diinkubasi dengan jaringan otak
Makassar memiliki wilayah strategis sebagai
hewan tersangka rabies, maka akan terjadi ikatan
ibukota propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan
dengan antigen/virus. Ikatan ini akan terlihat pada
pintu gerbang pusat perdagangan, pariwisata, lalu
mikroskop fluorescent warna hijau (jIuorescent-
lintas hewan dan produknya di kawasan Indonesia
apple-green
kabupaten/kota
kabupaten/kota di Sulawesi
dari
Prinsip pengujian FAT adalah mengidentifikasi
Selatan
).
Timur. Kota Makassar berpotensi menyebarkan penyakit ke daerah lain jika penanggulangan rabies
MATERI DAN METODE
tidak dilakukan sebaik-baiknya (Maroef, 1989). Pemberantasan rabies di suatu daerah
Jumlah sampel otak anjing liar yang diambil
tergantung reservoir utama dan jenis hewan rentan
menggunakan rumus sampling untuk mendeteksi
(Beran dan Steele, 1994). Sebagian besar negara
penyakit (Martin dkk, 1987). Tingkat konfidensi 95
berkembang diAsia,Afrika, dan Amerika Latin 99 %
%, populasi anjing liar kota Makassar 4.331 ekor,
reservOir utama kasus rabies pada hewan dan
dan prevalensi rabies kota Makassar 54,5 %
manUSla adalah
1992).
(Anonimous, 2005)digurfakarr untuk sampling
Identifikasi virus rabies pada anjing-anjing liar yang tidak jelas pemiliknya perlu dilakukan untuk
sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 32 ekor.
mengetahui kemungkinan penyebaran virus rabies,
Untuk identifikasi virus rabies pada anjing liar di
terbukti di kota Makassar setiap tahUlmyaterdapat
kota Makassar, sampel otak diambil dari anjing liar
laporan gigitan anjing dan positif rabies.
dengan cara euthanasi dengan preparat strichnine
anjing (Anonimous,
Identifikasi virus rabies pada otak anjing liar
dan sebagian lagi sampel otak diambil dari tiga
dinyatakan positifjika ditemukan badan negri (negri
tempat pemotongan anjing, yakni rumah makan
bodies).
70
Hewan yang mati karena
rabies 75
- 90
%
"Toraja", rumah makan "Buntu Torpedo", dan
Sri Utami, Identitas Virus Rabies pad a Anjing Liar di Kota Makassar
rumah makan "RW". Sebanyak 32 sampel otak
dianalisis secara deskriptif.
anjing digunakan untuk identifikasi vims rabies. Sebanyak 16 sampel otak dari anjing liar dan 16
Identifikasi virus rabies dari sampel otak yang dikirim ke laboratorium BBVet maros berdasarkan
sampel dari tempat pemotongan anjing yang
adanya laporan gigitan pada manusia oleh anjing liar
sebagian besar (11 sampel) anjingnya diperoleh dari
dan tidak jelas status kepemilikannya digunakan
tangkapan anjing liar.
sebagai pembanding dengan identifikasi vims rabies
Pereaksi yang digunakan untuk uji FAT yakni
pada anjing liar yang ditangkangkap.
PBS pH 7,4, acetone dingin, larutan evans blue HASIL DAN PEMBAHASAN
I :2000, buffer gliserin 50 % (mounting media), konjugat rabies (Biorad), dan jaringan otak kontrol positif/negatif. Identifikasi virus rabies pada anjing
Identifikasi virus rabies pada anjing liar di kota
liar dilakukan dengan uji FAT di Laboratorium
Makassar
Virologi dan Serologi, Balai Besar Veteriner
keberadaan virus rabies di lapangan. Selama periode
(BBVet)Maros.
penelitian
Sampel otak yang diperoleh kemudian dibuat preparat tekan. Pertama, dibuat lingkaran pada
dimaksudkan tidak terjadi
untuk
mengetahui
kasus gigitan yang
dilaporkan kepada Dinas Peternakan kota Makassar maupun BBVetMaros.
obyek gelas. Bagian otak hipokampus kemudian
Hasil pengujian sampel otak anjing dengan
dipotong dan diletakkan pada paper towel lalu
pewarnaan Seller's dan FATmenuiijukkan sebanyak
ditekan pada lingkaran yang telah dibuat. Preparat
32 sampel negatif rabies, tidak didapatkan badan
kontrol positif dan negatif dibuat dengan cara yang
negri di hipokampusnya. Hal ini kemungkinan
sarna dan dikering anginkan. Preparat difiksasi dalam acetone dingin pada suhu -20°C selama 30
karena pada saat anjing liar diambil sampel otaknya dalam keadaan tidak terinfeksi virus rabies. Menumt
menit. Preparat diwarnai dengan meneteskan 0, I ml
Tierkel (1975) hewan yang mati karena rabies
larutan konjugat rabies yang sudah dicampur dengan
terdapat
lamtan evans blue I %. Selanjutnya, preparat
ditemukannya badan negri. Badan. negri mudah
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37°C.
diamati pada neuron besar di hipokampus, walaupun
Preparat kemudian dicuci dan direndam dengan PBS
di lokasi jaringan lainnya misalnya mesensefalon,
selama 5 menit sebanyak dua kali. Preparat ditetesi
otak kecil, dan ganglia juga dapat dite~ukan.badan negrI.
dengan buffer gliserin 50%, ditutup dengan cover gelas, dan diperiksa di bawah mikroskop FAT.
75 - 90 % kemungkinan
dapat
Anjing-anjing liar dan anjing dari tempat
Sampel otak dinyatakan positif rabies jika
pemotongan sebagai sampel tidak menunjukkan
JT
lingkaran pada preparat yang ditetesi konjugat dan
gejala klinis rabies atau tanda-tanda pascagigitan
W
evans blue berwarna hijau kuning (fluorescent).
atau cakaran anjing terinfeksi rabies. Menurut Beran
Badan negri berfluorescent terlihat berbentuk bulat
(1981), anjing yang pernah digigit dan dicakar oleh
atau lonjong sampai irreguler dengan ukuran antara
anjing penderita rabies kemungkinan dapat tertular
0,24-27 !lm. Hasil pengujian FAT sampel otak
rabies. Derajat kerentanan terhadap rabies pada
I.
71
J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Th. 20/0
anjingjuga mempengamhi terjadinya infeksi. Umur
menggambarkan prevatensi rabies pada anjing liar
anjingjuga mempengamhi kerentanan infeksi rabies
berdasarkan sampel otak yang masuk di Makassar.
di mana anjing muda lebih rentan daripada anjing tua
Sampel otak yang dikirim ke laboratorium
(Kitala dkk., 2001).
berdasarkan adanya laporan gigitan pada manusia
Hasil identifikasi vims rabies pada anjing liar
oleh anjing liar dan tidak jelas status kepe-
adalah negatif (0 %, 0/32). HasH ini tidak
milikannya. Proporsi positif rabies anjing di kota
menggambarkan kondisi .kota Makassar sebagai daerah endemis rabies. Data BBVet Maros
Makassar berdasarkan data sekunder sampel otak
digunakan
sampai dengan 2008 dapat dilihatpada Tabel1.
sebagai
pembanding
untuk
yang masuk dan diuji di BBVet Maras tahun 2005 . (\
r (
"
Tabell.
Proporsi positif rabies anjing di kota Makassar berdasarkan sampel otak yang masuk di BBVet Maros tahun 2005 - 2008
No
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Biringkanaya Manggala Panakkukang Tamalate Rappocini Tamalanrea Rata-rata
Sampel yang diperiksa dan proporsi positifrabies 2005 2006 2007 2008 55 % 100 % 100 % 67 % (2/3) (6/11) (2/2) (5/5) 100 % (111) 0%(011) 50% 0%(0/0) 100%(111) 100 % (1/2) 0 % (0/0) 0 % (0/0) (111) 0 % (0/0) 0 % (0/0) 0 % (0/0) 0%(0/1) 0 % (0/0) 100 % 0"% (0/0) 0%(0/0) 0 % (0/0) (1/1) o % (0/0) 0 % (0/1) 0 % (0/0) 50 % 60 % 100 % 80 % (4/5) (7/14) (3/5) (6/6)
Sumber : BBVet Maros
Enam dari 13 kecamatan (46 %) di kota
Kecamatan Manggala dilaporkan terjadi kasus
kasus rabies.
rabies pada tahun 2006 dengan prevalensi sebesar
Prevalensi rabies dari kasus gigitan anjing tahun
50% dan 100 % pada tahun 2008. Laporan adanya
2005, 2006, 2007, dan 2008 di enam kecamatan
kasus gigitan tetapi negatif rabies di kecamatan
bertumt-tumt sebesar 50 %, 60 %, 100 %, dan 80 %.
Tamalate tahun 2005 dan 2006. Melihat kejadian
Kecamatan dengan kasus tertinggi setiap tahunnya
rabies tersebut
adalah kecamatan Biringkanaya (55 %, 100 %, 100
Makassar adalah daerah endemik rabies dengan
%, dan 67 %)yang lokasinya di pinggiran kota (rural
prevalensi
area).
pemerintah, lembaga swasta, dan perseorangan
Makassar
dilaporkan
terdapat
menip~rlihatkan
rabies
cukup
tinggi.
bahwa '.' koHl Perhatian
Kecamatan Panakkukang tahun 2005 dan 2008
dalam pemberantasan rabies di Makassar perlu
terdapat kasus positif rabies dengan prevalensi
ditingkatkan untuk memberikan ketentraman batin
masing-masing
masyarakat.
100 %, sedangkan kecamatan
Rappocini juga pernah dilaporkan kasus positif
Prinsip dasar program pemberantasan dan
rabies dengan prevalensi 100 % pada tahun 2007.
penanggulangan rabies di daerah yaitu vaksinasi
72
...
Sri Utami. Identitas Virus Rabies pada Anjing Liar di Kota Makassar
hewan pembawa rabies (HPR) di daerah endemis,
masa inkubasi lebih singkat hanya 10 hari. Hasil
surveilans, eliminasi HPR liar dan tidak jelas status
penelitian juga mengindikasikan bahwa perlu
vaksinasinya, karantina dan pengawasan lalu lintas
penelitian lebih lanjut tentang metode identifikasi
HPR, serta penyuluhan peningkatan kesadaran
keberadaan virus rabies pada anjing-anjing liar di
masyarakat terhadap bahaya rabies (Anonimous,
kota Makassar. Metode pengujian perlu dilanjutkan
2001). Keterbatasan
hingga tahap identifikasi molekuler dan isolasi.
vaksin di daerah yang
disediakan pemerintah perlu ditingkatkan dengan UCAPAN TERIMA KASIH
partisipasi masyarakat agar mau memvaksin hewan kesayangannya dengan cara swadana. Rendahnya cakupan vaksinasi rabies anjing bertuan di kota
Terima kasih kepada Badan Pengembangan
Makassar 21 % (Utami dkk, 2008), rendahnya
SDM dan Badan Karantina Pertanian, Kementrian
tingkat kekebalan protektif (titer antibodi
Pertanian atas pemberian beasiswa dan dana
0,5
IU/ml) anjing bertuan 12,2 % (Utami dkk, 2010 in
penelitian.
press), dan adanya laporan kasus rabies tiap tahun DAFTAR PUSTAKA
mengindikasikan bahwa kota Makassar scbagai daerah endemis merupakan ancaman terjadinya wabah rabies pada hewan dan manusia ke wilayah sekitarnya. Hasil penelitian
memperlihatkan
terdapat
perbedaan antara hasil negatif rabies di kota
Anonimous. 1992. Expert Committee on Rabies. VIII Report WHO Technical Report Series 824. . 200 I. Strategies for the control and elimination of rabies in Asia. Report of WHO interregional consultation Geneva Switzerland:
1-19.
.
Makassar dari sampel anjing liar yang ditangkap dan hasil positif dari sampel kiriman kasus gigitan yang diperoleh dari pemeriksaan BBVet Maros. Temuan ini mengindikasikan bahwa sampel otak dari anjing liar yang ditangkap tanpa gejala rabies dan tempat pemotongan anjing bukan merupakan sampel yang baik untuk identifikasi rabies pada suatu wilayah. Anjing-anjing liar sebagai sampel pada penelitian ini tidak menunjukkan gejala klinis rabies atau tandatanda pasca-gigitan atau cakaran anjing terinfeksi rabies. Hal ini disebabkan karena kendala di lapangan dan kesulitan mendapatkan anjing-anjing yang menunjukkan gejala klinis rabies. Menurut
. 2005. Laporan tahunan Kasus Penyakit Rabies di Wilayah Kerja Balai Besar VeterinerMaros. . 2008. Penyakit Anjing Gila. Dinas Peternakan dan Perikanan Provinsi DK! Jakarta. . 2010. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.360/kpts/HK. 060/L/05/20 I O..P,edorrulO Pelaksanaar Pemantauan Daerah Sebar PenyakifAnjing Gila (Rabies) di Wilayah Pemantauan Karantina Pertanian. Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian. Beran G.W. 1981. "Rabies" . Dalam CRC Handbook series in zoonosis. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida, USA.
Beran (1981), anjing yang pernah digigit, dicakar anjing terinfeksi rabies terdapat kemungkinan tertular rabies karena virus rabies di alam memiliki
Beran, G.W., Steele, J.H. 1994. Rabies and infections by rabies related virus. In: Beran,
73
J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Tit. 20/0
G.W. Handbook of Zoonoses section B, 2 ed.. CRC Press Inc., Boca Raton, Ann Arbor, 307357.
Mattos, c.A., Rupprecl1t,A. 2001. Rhabdoviruses. In: Fields virology, 1245-1277. Priangle, c.R. 1991. The order Mononegavirales, Archives of virology 117: 137-140.
Kitala, P., McDermott, J., Kyule, M., Gathuma J., Perry, B., Wandeler, A. 2001. Dog ecology and demography information to support the planning of rabies control in Machakos District, Kenya.Acta Tropica 78: 217-230.
Tierkel, E.S. 1975. Canine Rabies. In: Baer, G.M (ed.), The Natural History of Rabies. Vol. II. Academic Press New York: 123-136
Maroef, S. 1989. Kepadatan PopulasiAnjing sebagai Sumber Penularan Rabies di DK! Jakarta,
Utami, S., Sumiarto, B., Susetya, H. 2008. Status VaksinasiRabies pada Anjing di kota Makassar.
Bekasi, dan Kerawang. Kesehatan. 17 (1): 44-48
Buletin
Penelitian
Martin, S.w., Meek, A.H., Willeberg, P. 1987. Veterinary Epidemiology, Iowa state University Press,Ames, Iowa, USA: 36,;-37.
:
Jurnal Sain Veteriner, Vol. 26 No.2: 66 - 72.
Utami, S., Sumiarto, B. 2010. Tingkat dan Faktor Risiko Kekebalan Protektif terhadap Rabies padaAnjing di kota Makassar(In press).
"
74