Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
ISSN: 2087-118X
IbM KELOMPOK TANI SAYURAN ORGANIK DI KOTA MAKASSAR (IbM Farmer Groups of Organic Vegetable in Makassar) Syamsul Rahman1) , Ekalestari Aryanti 2), and Ruhumuddin3) 1
2
Study Program of Agribusinees Faculty of Agriculture Islamic University of Makassar
Study Program of Agro-Technology Faculty of Agriculture Islamic University of Makassar 3 Study Program of Agro-Technology Faculty Agriculture Islamic University of Makassar Author email :
[email protected]
Ringkasan Eksekutif Terjadi peningkatan permintaan untuk produk-produk pertanian yang dihasilkan dengan proses yang ramah lingkungan, khususnya yang dihasilkan secara organik. Ada kecendrungan bahwa pasar peminat makanan organik khususnya komoditi sayuran semakin berkembang sebesar 10% per tahun. Tujuan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) ini bagi kelompok mitra adalah : 1) mengetahui tentang teknik budidaya sayuran organik, 2) mengetahui pembuatan pupuk organik, 3) mengetahui bagaimana teknik menanam sayuran organik, 4) mengetahui cara pemeliharaan tanaman organik, 5)mengetahui bagaimana pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida nabati, dan 6) mengetahui manfaat mengkonsumsi sayuran organik. Target khusus yang ingin dicapai dari kegiatan PPM ini khususnya untuk kelompok mitra adalah : 1) meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman, 2) meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi, 3) meningkatkan efisiensi produksi, 4) memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam, 5) mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan, 6) mendorong kelompok mitra untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan, kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan, dan 7) memberi jaminan keamanan terhadap konsumen serta meningkatkan kesejahteraan petani (kelompok mitra). Tahap pelaksanaan PPM dilakukan dengan metode penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dalam bentuk : 1) penyampaian teori melalui presentasi menggunakan audio visual, 2) metode diskusi dilakukan secara berkelompok dan di dalam kelas, dan 3) praktek bagaimana cara memproduksi sayuran yang baik dengan mengacu pada Good Agriculture Practices (GAP) melalui simulasi dan kunjungan lapangan. Kata Kunci : IbM, kelompok tani, sayuran organic
Executive Summary An increase in demand for agricultural products that produced with environmentally friendly processes, especially those produced organically. There is a tendency that the market interest in organic foods, especially vegetables commodity growing by 10% per year. The purpose of the Community Service Activities for the partner group: 1) know the techniques of organic vegetable cultivation, 2) determine the manufacture of organic fertilizers 3) knowing how to grow organic vegetables techniques 4) knowing how to cultivate the organic vegetables 5) knowing how to control pests and diseases by using botanical pesticides and 6) determine the benefits eating organic vegetables. Specific targets to be achieved from the PPM activities, especially for groups of partners are 1) increase production and productivity of crops 2) improve the quality of results including consumer safety 3) improve production efficiency 4) improve the efficient use of natural resources 5) maintaining soil fertility, environmental sustainability and sustainable production systems 6) encourage the partner group to have a mental attitude that was responsible for the products that produced, the health and safety of themselves and the environment, and 7) provide security to consumers as well as improve the welfare of farmers (group partners). PPM implementation phase was carried out by the method of counseling, training and assistance in the form of 1) the delivery of the theory through the use of audio-visual presentation 2) the 9
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
ISSN: 2087-118X
method of discussion in groups and in class and 3) practice how to produce good vegetables with reference to good agriculture practices through simulation and field trips. Keywords: Ibm, farmer groups, organic vegetables penyerapan komoditas sayuran organik di pasaran lokal, hal ini diakibatkan oleh menjamurnya supermarket dan hypermarket yang membutuhkan suplai sayuran, terutama sayuran organik. Karena hampir setiap supermarket/ hypermarket di Kota Makassar mempunyai outlet organik. Demikian pula telah banyak dibuka restoran yang khusus menjual produk pangan dengan menu utama produk organik. Terkait dengan kondisi seperti yang dikemukakan diatas, permasalahan yang dihadapi dan sangat dibutuhkan kelompok mitra, khususnya Kelompok Tani Ma’minasae (mitra pertama) dan Kelompok Tani Makmur (mitra kedua) sebagai pelaku usaha pertanaman sayuran organik, yaitu mereka belum menerapkan sistem produksi dan manajemen usaha yang disusun sesuai cara memproduksi buah dan sayur yang baik yang sesuai anjuran, dengan mengacu kepada ketentuan Good Agriculture Practices (GAP) yang relevan dengan kondisi Indonesia (Indo-GAP). Hal ini, disebabkan petani telah terbiasa mengandalkan pupuk anorganik (Urea, TSP, KCl, dll) dan pestisida sintetik sebagai budaya bertani sejak 35 tahun terakhir ini. Apalagi penggunaan pestisida, fungisida pada petani sudah merupakan hal yang sangat akrab dengan petani kita. Target dan luaran yang diinginkan dari kegiatan pengabdian ini adalah terjadinya transfer teknologi tepat guna (TTG) yang dapat dijadikan acuan oleh kelompok mitra dalam mengembangkan pertanian organik, khususnya sayuran. Sedangkan tujuan kegiatan ini bagi kelompok mitra adalah : 1) mengetahui tentang teknik budidaya sayuran organik, 2) mengetahui pembuatan pupuk organik, 3) mengetahui bagaimana teknik menanam sayuran organik, 4)
A. PENDAHULUAN Kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan mendorong untuk mengkonsumsi produk pangan organik, hal ini ditunjukkan dengan lebih besarnya permintaan dari pada penawaran yang tersedia (Pusat Standarisasi dan Akreditasi, 2002). Dalam hubungannya dengan pertumbuhan permintaan yang potensial, beberapa penelitian telah mengidentifikasi motivasi konsumen dalam membeli makanan organik dan secara umum telah memperlihatkan gambaran yang positif terhadap kuatnya permintaan (Thio, 2007). Berdasar pada tingginya permintaan akan produk sayuran berbasis organik, Kelompok Mitra Pertama yaitu Kelompok Tani Ma’minasae yang terletak di Kelurahan Sudiang dan kelompok mitra kedua yaitu Kelompok Tani Makmur yang terletak di Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar, sejak 4 tahun terakhir mengalihkan usahanya dari budidaya sayuran secara konvensional yang berbasis anorganik ke budidaya sayuran berbasis organik. Sayuran organik di Kota Makassar memang bukanlah suatu hal yang baru dikalangan masyarakat. Namun keberadaannya masih banyak di cari oleh masyarakat yang peduli dan mengerti akan pentingnya menjaga kesehatan. Oleh karena itu, keberadaan sayuran organik yang masih relatif sedikit di Kota Makassar membuka peluang yang cukup besar untuk memberikan kemudahan untuk memasarkan kepada konsumen. Selain itu, adanya slogan back to nature yang melekat pada sayuran organik membuat sayuran yang sebenarnya biasa ini menjadi memiliki nilai di mata masyarakat. Hasil survei menunjukkan, bahwa selama lima tahun terakhir di Kota Makassar, telah terjadi peningkatan 10
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
mengetahui cara pemeliharaan tanaman organik, 5) mengetahui bagaimana pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida nabati, dan 6) mengetahui manfaat mengkonsumsi sayuran organik.
ISSN: 2087-118X
beberapa tahun sebelumnya yang berada dibawah 10 persen. Soedharoedjian (1993) dalam Wijayanti (2009) mengemukakan bahwa sayuran merupakan sumber seluruh vitamin, seperti vitamin A yang banyak terdapat pada sayuran yang berwarna merah dan kuning seperti wortel dan waluh. Untuk vitamin B1, B2 dan B6 terdapat pada sayuran yang daunnya berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Sedangkan untuk vitamin C, hampir semua sayuran mengandung vitamin tersebut seperti tomat, kentang, Lombok dan sayuran yang berwarna tua, dan untuk vitamin E dan K banyak terdapat pada sayuran daunan dan pucuk tunas seperti bayam, asparagus dan kubis. Beberapa miniral penting yang terdapat pada sayuran adalah zat besi, kalsium dan fosfor. Selanjutnya Aswaldi et al (2005) dalam Yulianti (2009) menyatakan bahwa konsumsi sayuran di Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian dan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat. Peluang meningkatnya permintaan tersebut perlu diantisipasi dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas produk sayuran yang dihasilkan petani. Dan untuk memenuhi permintaan sayuran tersebut, diharapkan sayuran yang diproduksi petani bebas dari penggunaan bahan-bahan sintetik yang dapat membahayakan tubuh manusia, menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan sehingga sayuran tersebut aman dan sehat jika dikonsumsi.
B. SUMBER INSPIRASI Sesuai SNI No. 01-6729-2002, yang dimaksud pangan organik adalah pangan yang berasal dari sebuah sistem pertanian organik yang menerapkan praktek-praktek manajemen yang bertujuan untuk memelihara ekosistem dan mencapai produktifitas yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian gulma, hama dan penyakit, melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman dan penggunaan bahan hayati (Departemen Pertanian, 2008). Wijayanti (2009) mendefinisikan pertanian organik sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik pupuk, zat tumbuh maupun pestisida. Pertanian organik berbeda dengan penanaman secara konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam membentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Chinnici et al (2002) dalam Thio (2007) mengemukakan telah terjadi peningkatan permintaan konsumen untuk produk-produk pertanian yang dihasilkan dengan proses yang ramah terhadap lingkungan, khususnya yang dihasilkan secara organik. Sedangkan Firth et al (2004) dalam Thio (2007) juga menjelaskan bahwa terdapat tanda-tanda bahwa pasar peminat makanan organik khususnya komoditi sayuran, semakin dewasa dan berkembang dibandingkan
C. METODE PELAKSANAAN Kegiatan PPM dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Nopember 2014 dan dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan PPM. Pada tahap persiapan akan dilakukan pembuatan proposal, sosialisasi pemahaman pengertian dasar dan falsafah pertanian/pangan organik, pengenalan 11
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
teknik budidaya sayuran organik kepada kelompok mitra, penyusunan materi pelatihan dan lembar evaluasi kegiatan. Pada tahap pelaksanaan kegiatan PPM dilakukan dengan metode penyuluhan dan pelatihan dalam bentuk ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi, praktek teknologi budidaya sayuran organik dan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) pada budidaya sayuran organik. Materi yang disampaikan berisi tentang teknik budidaya organik, syarat benih yang baik untuk sayuran organik, bagaimana teknik menanam sayuran organik, bagaimana membuat pupuk organik cair dan padat, serta cara pemeliharaan tanaman organik dan manfaat mengkonsumsi sayuran organik. Sedangkan pada tahap evaluasi kegiatan PPM meliputi evaluasi input, proses, produk, dan kepuasan anggota kelompok mitra terhadap kegiatan PPM. Komitmen ketua kelompok mitra dalam kegiatan PPM ini, bahwa seluruh anggota kelompok harus turut berpartisipasi dalam seluruh rangkaian kegiatan. Karena target dan luaran kegiatan PPM ini adalah ; dari aspek produksi kelompok mitra diharapkan mampu memahami filosofi pengembangan pertanian dan pangan organik, dan dari aspek manajemen kelompok mitra diharapkan mampu memahami sistem pengelolaan pertanian organik dengan pendekatan Good Agriculture Practices (GAP) dan Standard Operational Prosedure (SOP). Sedangkan spesifikasi luaran dari kegiatan PPM ini adalah publikasi di jurnal nasional dan teknologi tepat guna (TTG) budidaya sayuran organik yang baik untuk petani di Indonesia.
ISSN: 2087-118X
D. KARYA UTAMA Kegiatan PPM IbM ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Nopember 2014 yang meliputi teori pada saat pelatihan, praktek/demonstrasi pembuatan pupuk organik dan pembuatan biopestisida nabati. Pelaksanaan kegiatan pengabdian di Kelompok Tani Makmur (mitra II) di awali dengan kegiatan tahap I yaitu melakukan FGD untuk sosialisasi pemahaman pengertian dasar dan falsafah pertanian/pangan organik, dan pengenalan teknik budidaya sayuran organik. Tahap II yaitu melakukan pelatihan dan penyuluhan praktek pembuatan mikro organisme lokal (MOL) dan pembuatan pupuk organik kompos jerami. Dalam kegiatan tersebut dihadirkan pula anggota Kelompok Tani Ma’minasae sebagai peserta. Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan dengan peran serta kedua mitra yang cukup tinggi, dimana kegiatan penyuluhan dan pelatihan singkat yang dipusatkan di Rumah Bapak Amir sebagai Ketua Kelompok Tani Makmur (mitra I), yang diikuti oleh 30 orang masing-masing 16 orang mitra I dan 14 orang mitra II, serta turut hadir dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan 3 penyuluh pertanian lapangan (PPL) sebagai pendamping. Tahap III dilakukan pelatihan/penyuluhan sistem budidaya sayuran organik dengan penerapan GAP dan SOP. Tahap IV dilaksanakan penyuluhan pembuatan bio-pestisida nabati dengan memanfaatkan bahan baku lokal, dan Tahap V dilaksanakan kegiatan berupa pendidikan kepada kedua anggota kelompok mitra tentang penanganan pasca panen sayuran organik dan manfaat mengkonsumsi sayuran organik bagi kesehatan. Secara singkat hasil pelaksanaan kegiatan PPM di kedua kelompok mitra seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
12
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
ISSN: 2087-118X
Tabel 1. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM di Kelompok Tani Ma’minasae dan Kelompok Tani Makmur Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Indikator Sasaran (Goal)
Uraian Jumlah peserta Pemberdayaan kelompok
Keluaran (Output)
Jenis kelamin peserta Penerapan GAP dan SOP dalam Budidaya Tanaman Sayuran menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan usahatani sayuran organik Penjelasan mengenai sistem budiadaya sayuran secara benar dan tepat, sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik dan keuntungan yang optimal Penyuluahn/pelatihan proses pembuatan mikro organisme lokal (MOL) Pelatihan/penyuluhan proses pebuatan kompos jerami Pelatihan/penyuluhan proses pembuatan pestisida/bio-pestisida berbasis alami Pelatihan Penanganan Pascapanen Sayuran Organik dan manfaat mengkonsumsi sayuran organik bagi kesehatan
Hasil (Outcome)
Menerapkan GAP dan SOP secara benar dan tepat dalam budidaya tanaman sayuran organik Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan Memperbaiki efisiensi penggunaan SDA, mempertahankan kesuburan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang
Rencana/Target 30 orang anggota 2 kelompok mitra Semua anggota kelompok 16 bapak dan 14 ibu Ada respon dan keinginan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sayuran organik
Transfer IPTEKS khususnya budidaya sayuran yang ramah lingkungan, memperhatikan aspek keamanan, kesehatan dan kesejahteraan petani, serta usaha produksi yang berkelanjutan Mengetahui bahan baku dan memahami proses pembuatan MOL Pemanfaatkan limbah pertanian/jerami sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos Pemanfaatan bahan alami sebagai bahan baku pestisida/bio-pestisida (pestisida nabati) Transfer Ipteks tentang penanganan pascapanen dan keamanan pangan berbasis organik
Realisasi 25 orang Semua anggota kelompok 13 bapak dan 12 ibu Mulai bermunculan individu atau kelompok yang menanam sayuran organik dimasyarakat
Penerapan GAP dan SOP dihrapkan meningkatkan produksi, produktivitas, mutu dan keamanan sayuran yang dihasilkan Terciptanya produk sayuran yang aman, bermutu, dan bergizi sesuai harapan konsumen
Penjelasan mengenai sistem budiadaya sayuran secara benar dan tepat, sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik dan keuntungan yang optimal Peserta memahami dan dapat memproduksi MOL secara mandiri Peserta sudah mempraktekkan pembuatan kompos jerami Peserta memahami dan dapat memproduksi pestisida/bio-pestisida secara mandiri Peserta sudah memahami teknik penanganan pascapanen dan manfaat mengkonsumsi sayuran organik bagi kesehatan Peserta sudah memahami mekanisme dan prosedur penerapan GAP dan SOP budidaya tanaman sayuran organik Adanya alternatif produk sayuran yang memberi jaminan keamanan terhadap konsumen
Meningkatakn efisiensi penggunaan SDA, meningkatkan kesuburan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan
Peserta dapat meningkatakn efisiensi penggunaan SDA, meningkatkan kesuburan, kelestarian lingkungan dan sistem
13
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
berkelanjutan Indikator Keberhasilan
ISSN: 2087-118X
produksi yang berkelanjutan 13 bapak dan 12 ibu
Jumlah peserta
30 orang
Transfer IPTEKS manajemen usahatani sayuran organik dengan penerapan GAP dan SOP Proses pembuatan MOL, pupuk kompos jerami, dan pestisida/bio-pestisida berbasis bahan alam
Memahami cakupan dan tujuan penerapan GAP dan SOP pada budidaya tanaman sayuran organik Memahami alat dan bahan proses pembuatan MOL, pupuk kompos jerami, dan pestisida/bio-pestisida berbasis bahan alam
Peserta sudah memahami sistem pengelolaan usahatani sayuran berbasis organik Peserta sudah melakukan proses pembuatan MOL, pupuk kompos jerami, dan pestisida/bio-pestisida berbasis bahan alam
pembuatan mikro organisme lokal (MOL) dan pembuatan pupuk organik kompos jerami. Selama ini mereka belum mengetahui pemanfaatan limbah pertanian dan limbah rumah tangga yang dapat dijadikan sebagai pupuk cair dan padat, untuk menunjang pertanaman sayur organik yang mereka usahakan. Suplai pupuk organik yang mereka gunakan disubsidi oleh dinas dan instansi terkait. Sehingga dengan pelaksanaan kegiatan ini mereka mulai memahamai dan mencoba untuk memanfaatkan limbah dari hasil budidaya sayur dan limbah rumah tangga lainnya untuk dijadikan pupuk organik, baik untuk MOL (cair) maupun pupuk organik kompos jerami (padat). Selain itu, kelompok mitra mendapatkan pengetahuan tentang sistem pengendalian hama dan penyakit tanaman sayuran dengan memanfaatkan bahan baku berbasis lokal. Khususnya praktek/ demonstrasi pembuatan pestisida dan biopestisida berbasis alam,
E. ULASAN KARYA Pemberian Materi Pertanian Organik Pemberian materi dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab yang meliputi pemahaman hakekat dan pentingnya mengembangkan pertaian organik, khususnya pada budidaya tanaan sayuran, dan penerapan GAP dan SOP. Pada hakekatnya kedua kelompok mitra, dengan adanya kegiatan PPM ini mereka lebih memahami filosofi dan falsafah dari pengembangan pertanian/sayuran organik. Selama ini mereka mempraktekkan budidaya sayuran organik tetapi belum memahami sepunuhnya kenapa dan bagaimana memproduksi serta apa manfaat dari hasil pertanian/sayuran organik. Hal ini mereka peroleh dari pelaksanaan kegiatan pelatihan/penyuluhan dan Forum Kelompok Diskusi (FGD) melalui kegiatan PPM ini. Demikian pula dengan pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan praktek
14
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
ISSN: 2087-118X
Gambar 1. Saat pemberian materi tentang pertanian organik mikroorganisme lokal (MOL) terhadap kedua kelompok mitra dirasa penting dan merupakan kebutuhan yang mendesak untuk ditindaklanjuti. Mengingat proses pembuatannya sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya banyak (terjangkau oleh petani). Sementara limbah pertanian yang dihasilkan oleh mereka terbuang siasia, sehingga dilakukan pelatihan pembuatan MOL.
Pelatihan dan Penyuluhan Pebuatan MOL dan Pupuk Kompos Jerami Salah satu faktor yang dapat mendukung perbaikan sifat fisik maupun kimia tanah oleh bahan organik yakni adanya kandungan mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme lokal dapat diperbanyak/ditumbuhkan melalui proses yang sederhana pada tingkat petani. Untuk itu, kegiatan pelatihan/praktek pembuatan
Gambar 2. Persiapan Peragaan Pembuatan MOL untuk anggota kelompok tani Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktek pembuatan MOL yaitu : Alat, meliputi 2 buah galon yang telah dimodifikasi masing-masing berkapasitas 19 liter, timbangan, ember dan baskom palstik, serta alat pengaduk
(kayu). Sedangkan bahan yang digunakan adalah sayuran dan buah-buahan yang telah rusak, air kelapa 5 liter, gula merah 1 kg, terasi, dan air bersih (bukan air PDAM). Cara pembuatannya adalah masukkan sayuran dan atau buah-buahan 15
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
yang sudah dicincang serta dihancurkan + terasi + air kelapa dalam baskom, lalu diaduk. Selanjutnya larutkan gula merah dalam air lalu masukkan ke dalam campuran yang telah ada dalam baskom dan diaduk sampai rata. Kemudian tambahkan air sambil diaduk, setelah itu dimasukkan ke dalam galon yang telah
ISSN: 2087-118X
disiapkan. Setiap hari campuran tersebut harus diaduk. Selama 10 – 14 hari, MOL sudah siap digunakan. Penggunaannya MOL dicampurkan/diencerkan dengan air menggunakan perbandingan 1 : 4 ( 1 bagian MOL berbanding 4 bagian air) lalu langsung disiramkan pada tanaman.
Gambar 3. Proses Pembuatan Pupuk Kompos Jerami Padi Pelatihan dan Penyuluhan Teknik Budidaya Sayuran Organik Kegiatan pelatihan dan penyuluhan ini dilakukan dengan menyampaikan materi kepada kedua kelompok mitra melalui ceramah menyangkut penerapan Good Agricultural Prosedure (GAP) dan Standard Operating Prosedure (SOP) sistem budidaya tanaman sayuran organik, meliputi kegiatan penyiapan lahan dan benih, pembibitan, penanaman, pemupukan, penyiraman, penjarangan, perlindungan tanaan (OPT), sampai panen dan pasca panennya. GAP mencakup penerapan teknologi yang ramah lingkungan, pencegahan penularan OPT, penjagaan kesehatan dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani mitra. Melalui GAP diharapkan di masa mendatang akan dihasilkan produk sayuran yang bermutu baik dan aman dikonsumsi,
selain itu GAP menjadi panduan umum dalam melaksankan budidaya tanaman sayuran secara benar dan tepat, sehingga di peroleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan optimum, ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keamanan, kesehatan dan kesejahteraan petani, serta usaha produksi yang berkelanjutan. Pelatihan dan Penyuluhan Manfaat dan Pembuatan Pestisida Nabati Kegiatan pelatihan dan penyuluhan ini dilakukan dengan menyampaikan materi kepada kedua kelompok mitra melalui ceramah menyangkut manfaat dan keunggulan pestisida nabati pada budidaya tanaman sayuran organik. Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu 16
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
pestisida yang bahan dasrnya adalah tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan bahan dan teknologi yang sederhana. Bahan bakunya yang alami/nabati membuat pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Pestisida ini juga relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Bahan-bahan atau ramuan yang dapat digunakan untuk pembuatan pestisida nabati sangat banyak di sekitar kita, diantaranya ; bawang putih, pandan, kemangi, cabe rawit, tembakau, kunyit, kenikir, daun nimba, serai, lengkuas, daun sirsak, rimpang jariangau. Dalam pelatihan tersebut pelaksana menjelaskan contoh-contoh ramuan pestisida nabati yang biasa digunakan untuk mengendalikan hama belalang, wereng coklat, walang sangit, kutu, ulat,
ISSN: 2087-118X
aplhid, dan trips pada sayuran dan tanaman lainnya. Penyuluhan Penanganan Pasca Panen dan Manfaat Sayuran Organik Kegiatan pelatihan dan penyuluhan ini dilakukan dengan menyampaikan materi kepada kedua kelompok mitra melalui ceramah menyangkut tentang penanganan pascapanen dan manfaat mengkonsumsi sayuran organik. Penanganan pascapanen sayuran adalah bertujuan memberikan penampilan yang baik dan kemudahan-kemudahan untuk konsumen, memberikan perlindungan produk dari kerusakan dan memperpanjang masa simpan. Sukses penanganan pascapanen memerlukan koordinasi dan integrasi yang hati-hati dari seluruh tahapan dari operasi pemanenan sampai ke tingkat konsumen untuk mempertahankan mutu produk awal.
Gambar 4. Saat panen sayuran organik di salah satu kelompok mitra Sedangkan terkait dengan manfaat mengkonsumsi bahan pangan organik dari tahun ke tahun cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kepedulian konsumen terhadap mutu produk dan kesehatan tubuh. Bahan pangan organik dibudidayakan pada lahan yang sehat
tanpa menggunakan bahan-bahan kimia, baik yang berasal dari benih / bibit tanaman, pupuk, bahan pembasmi hama, maupun zat pemacu / pengatur tumbuh. Cara budidaya demikian dilakukan dengan input produksi dari bahan-bahan alami dan tidak tercemar senyawa kimiawi buatan. 17
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di alam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Sayuran organik memiliki 50% lebih banyak antioksidan dari sayuran anorganik, yang dapat menurunkan resiko penyakit kanker dan jantung. Sayuran organik juga mengandung lebih banyak vitamin dan mineral seperti besi dan zink. Dengan mengkonsumsi sayuran organik lebih dapat melawan kanker dan orang yang memakan makanan organik, kekebalan tubuhnya meningkat, tidur lebih nyenyak, dan berat badannya lebih ringan dari pada yang mengkonsumsi makanan non-organik. Kelebihan dari sayuran organik kandungan mineral tinggi, rasa lebih renyah, lebih manis, tahan disimpan dan terhindar dari residu kimia (pestisida dan pupuk kimia) yang dapat menyebabkan penyakit berbahaya seperti kanker, sedangkan kelemahannya kemungkinannya penampilan produknya kurang menarik (berlubang) apabila dimakan ulat.
ISSN: 2087-118X
hakekat dan falsafah, serta manfaat dari mengkonsumsi hasil pertanian/pangan organik. (2) Kedua kelompok mitra antusias mengikuti dan akan mengikuti semua kegiatan PPM ini karena sangat bermanfaat bagi pengembangan kelompok dan usahatani mereka ke depan. (3) Kedua kelompok mitra telah memahami metode dan praktek pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati berbahan dasar limbah pertanian dan rumah tangga, serta berbasis sumber daya lokal. Sedangkan saran yang ingin disampaikan adalah diperlukan advokasi dan pembinaan terus-menerus kepada petani yang membudidayakan sayuran organik, mengingat trend permintaan sayuran organik semakin meningkat seiring dengan tingginya tingkat pendapatan masyarakat dan pemahaman tentang arti pentingnya kesehatan. Namun ketersediaan sayuran organik dipasaran tidak sebanding dengan permintaan akan produk yang ramah lingkungan ini. G.
DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Dampak dari pelaksanaan kegiatan ini adalah memberikan pemahaman kepada masing-masing anggota kelompok mitra untuk dapat mengetahui tentang teknik budidaya sayuran organik, syarat benih yang baik untuk sayuran organik, bagaimana teknik menanam sayuran organik, cara pemeliharaan tanaman organik, dan mengetahui manfaat mengkonsumsi sayuran organik ditinjau dari aspek kesehatan. Sedangkan manfaat kegiatan ini memberikan pemahaman kepada masing-masing anggota kelompok mitra tentang pedoman budidaya buah dan sayur yang baik (Good Agriculture
F. KESIMPULAN Dari hasil pengabdian kepada masyarakat ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) Kedua kelompok mitra selama ini telah melakukan budidaya sayuran organik, tetapi belum memahami sepenuhnya 18
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015
ISSN: 2087-118X
Pekarangan Rumah. No. 3503 Tahun XLIII, Ed. 17 – 23 April 2013.
Practices For Fruit and Vegetables), sebagai panduan dalam budidaya tanaman buah dan sayur secara baik.
Thio S, 2008. Persepsi Konsumen terhadap Makanan Organik di Surabaya. Jurnal Manajemen Perhotelan Vol 4 No. 1 ; 18 – 27
H. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian, 2009. Permentan No. 48 Tahun 2009. Tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur Yang Baik
Wijayanti R, 2009. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik. Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Departemen Pertanian, 2008. Panduan Pelatihan Inspektor Sistem Pangan Organik. Otoritas Kompeten Pangan Organik, Deptan.
Yulianti W, 2009. Pengusahaan Sayuran Organik Wortel dan Petsai. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB .
Departemen Pertanian, 2002. Sertifikasi Bertahap Menuju Pertanian Organik. Buletin Info Mutu Pusat Standarisasi dan Akreditasi, Deptan.
I. PERSANTUNAN Ucapan terima kepada pihak Ditlitabmas Dikti atas bantuan dana yang diberikan pada Tahun Anggaran 2014, sehingga kegiatan PPM berupa ipteks bagi masyarakat (IbM) Kelompok Tani Sayuran Organik di Kota Makassar dapat dilaksanakan, juga kepada kedua kelompok mitra, yaitu Kelompok Tani Ma’minasae dan Kelompok Tani Makmur atas kerjasamanya dalam kegiatan PPM ini, serta Pemerintah Kota Makassar yang telah memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan PPM di wilayahnya, juga terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada LP3M Universitas Islam Makassar (UIM) atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama pelaksanaan kegiatan PPM tersebut.
Info Teknologi Pertanian, 2011. Pestisida Nabati. Pembuatan dan Manfaat. BPTP Kalimantan Tengah. Kementerian Pertanian, 2011. Panduan Budidaya Yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP) pada Tanaman Sayuran. BPTP Kalimantan Selatan. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementan, RI. Lily, A. 2011. Budidaya Sayuran Organik : Skala Rumah Tangga menuju Standar Sertifikasi Pangan Organik. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang. Sinar Tani, 2013. Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga untuk Budidaya Tanaman Sayuran Organik di
19