Jurnal Ilmiah IKIP Mataram
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358
PEMANFAATAN LIMBAH MEDIA JAMUR SEBAGAI SEBAGAI PUPUK ORGANIK (IbM KELOMPOK TANI)
Hunaepi1, Taufik Samsuri2, & Iwan Doddy Dharmawibawa3 1,2&3
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram E-mail:
[email protected]
ABSTRAK: Pelaksanaan IbM bekerja sama dengan dua mitra yakni kelompok Tani Nhida Fram dan kelompok Tani Sekar Ulangun. Tujuan pelasanaan IbM ini adalah untuk membantu kedua kelompok mengatasi permasalahan yang ada. Adapaun permasalahan dari mitra I kelompok Nhida Fram yakni adanya produksi jamur yang tinggi yang tidak dibarengi dengan pengolahan limbah sisa produksi, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh kelompok tani tersebut. Sedangkan permasalahan yang terdapat pada kelompok tani Sekar Ulangun adalah Kebutuhan akan pupuk organik makin meningkat seiring peningkatan produksi tanaman hias, dan tanaman holtikultura yang mulai dikembangakan. Dalam IbM ini mengintegrasikan kedua kelompok sehingga terjadi sirkulasi dimaana Nhida Farm sebagai penghasil limbah jamur sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik. Sedangkan mitra dua sebagai pengaplikasi dari pupuk tersebut sekaligus sebagai penyedia bahan dasar media jamur yang berbentuk jerami. Prodak yang dikeluarkan atau dihasilkan adalah pupuk organik berbentuk granul, brikt media tanam. Respon kelompok mitra terhadap program IbM sangat baik hal ini dilihat dari hasil analisis angket respon yang mencapai rata-rata 92 peserta merespon dengan baik. Selain itu dapat dilihat dari antusias dalam proses pelaksanaan tiap harinya. Kata Kunci: IbM Kelompok Tani, Nhida Farm, Sekar Ulangun. Pupuk organik PENDAHULUAN Kelompok tani NIHIDA FARM bergerak dibidang pembudidayaan jamur sejak tahun 2004. Jenis jamur yang dibudidayakan terdiri dari jenis jamur konsumsi seperti jamur tiram dan jamur merang serta jamur obat, yaitu jamur ling zhi. Jamur tiram dan jamur merang digunakan sebagai salah satu jenis sayuran untuk berbagai menu masakan sedangkan jamur obat masih terbatas untuk ramuan pengobatan herbal sehingga jamur konsumsi merupakan produk dominan yang dikembangkan. Peningkatan pengetahuan masyarakat akan jamur memberikan dampak positif terhadap perkembangan usaha jamur di daerah Nusa Tenggara Barat, khususnya Mataram dan sekitarnya. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi jamur dan bibit jamur (baglog). Kelompok tani NIHIDA FARM saat ini telah mampu memproduksi jamur tiram dan jamur merang segar sekitar 5-10 kilo per hari serta ± 2000 baglog diproduksi tiap bulannya. Harga jamur tiram segar pada tingkat produsen mencapai kisaran Rp. 20.000 - Rp.25.000/ Kg sedangkan ditingkat konsumen berkisar Rp. 30.000 - Rp.35.000/ Kg. Harga jamur merang ditingkat produsen Rp. 30.000 - Rp.35.000/Kg sedangkan ditingkat konsumen Rp. 40.000 Rp. 50.000/Kg. Area pemasaran jamur
kelompok tani ini meliputi pasar rumah tangga, restoran bahkan hotel. Selain menjual jamur segar, kelompok tani NIHIDA FARM juga menjalin sistem kemitraan dengan kelompok-kelompok tani baru yang tertarik untuk membudidayakan jamur. Sistem ini memudahkan kelompok tani baru karena dapat membeli bibit (baglog) jamur langsung dari pusat produksi yang dikelola oleh kelompok tani NIHIDA FARM. Kelompok tani yang menjalin kemitraan dengan kelompok tani NIHIDA FARM untuk membudidayakan jamur tiram hingga tahun 2013 di kota Mataram tercatat sebanyak 11 kelompok yang tersebar di kecamatankecamatan di kota Mataram dan kabupatenkabupaten di provinsi NTB. Produksi jamur yang cukup besar tentunya akan menghasilkan limbah media jamur yang besar juga. Minimnya pengetahuan, menyebabkan kelompok-kelompok tani yang bergerak dibidang usaha jamur ini memiliki kendala dalam pengolahan limbah. Sehingga limbah umumnya dibuang ke TPA terdekat. Setiap bulannya kelompok tani NIHIDA FARM menghasilkan sekitar 1 ton/ wt limbah media jamur untuk satu kumbung. Limbah media jamur yang dihasilkan pada dasarnya merupakan kompos organik yang telah mengalami proses dekomposisi
187
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram sehingga pengolahan limbah ini tidak membutuhkan waktu lama untuk diubah menjadi pupuk organik siap pakai. Umumnya proses pembuatan pupuk organik memerlukan 2 s/d 3 bulan (Indriani, (2012 ). Sedangkan pembuatan pupuk organik dengan bahan baku limbah jamur membutuhkan waktu lebih cepat yakni 1 bulan.. Kebutuhan pupuk organik di daerah NTB sangat tinggi. Selain kebutuhan untuk area pertanian, perkembangan usaha tanaman hias dan pembibitan juga mengalami peningkatan. Kemitraan kedua dengan kelompok tani Sekar Ulangun Karang Sukun Mataram. Bergerak budidaya tanaman hias dan pertanian. Kelompok Sekar Ulangun berdiri sejak tahun 2006 besarnya permintaan tanaman hias, khusunya di kota mataram baik untuk diperjual belikan maupaun untuk disewa menyebabkan kelompok tani Sekar Ulangun kesulitan untuk memenuhi pasaran. Adanya kekurangan hasil produksi tanaman hias ini, akibat dari kurang tersedianya pupuk organik yang sesuai dengan kebutuhan dasar bunga. Sedangkan dalam pertanian khusunya limbah padi maupun tanaman palawija berupa jerami dan limbah palawija oleh kelompok ini belum bisa dimanfaatkan, selama ini kelompok ini hanya membakar atau membiarkan Melalaui kemitraan baik dengan kelompok tani NHIDA FARM mauapun SEKAR UNGALUN ada bebrapa hal yang menjadi permasalahan dalam kelompok ini antara lain kebutuhan pupuk khususnya pupuk organik mengalami peningkatan yang tinggi sehingga membutuhkan kerja sama dalam pengadaan tersebut. peningkatan produktivtas tanaman, dari pertanian limbahan belum dimanfaatkan secara maksimal sseperti jerami. Dengan adaya permasalahan di kedua mitra ini, maka dengan adanya IbM ini akan membuat solusi sehingga permasalahanpermasalahan yang ada dapat teratasi. Pada prinsipnya adalah kedua mitra dalam IbM ini saling bermutualisme yakni kelompok tani NHIDA FARM sebagai penghasil limbah jamur untuk bahan baku pembutan pupuk organik, sedangakan Mitra SEKAR ULANGUN penghasil bahan baku pembuatan media jamur berupa jerami, dan mitra ini sebagai salah satu yang dapat memanfaatkan pupuk kompos organik selain untuk di pasarkan ke masyarakat. Produk pupuk yang akan dikembangkan dapat di diproduksi dalam berbagai bentuk, seperti bentuk granul dan briket. Bentuk granul untuk sebagai pupuk sebar sedangkan briket dimanfaatkan untuk
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 pembibitan. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini diharapkan mampu memenuhi mengatasi kebutuhan pupuk organic di NTB khusunya Kota Mataram sekaligus meningkatkan pedapatan petani jamur dan dengan adanya prodak pupuk granul dan briket mitra SEKAR ULANGUN dapat meningkatkan produksinya. METODE Metode pelaksanaan proses Iptek bagi Masyarakat (IbM) kelompok tani di bagi menjadi beberapa tahap antara lain; 1) Desk Study dan survey, 2) Persiapan Alat dan Bahan, 3) Peyuluhan, pelatihan, pendampingan, dan 4) Analisi Angket Partisipasi Anggota Mitra HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik anggota Mitra Iptek bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Tani. Kelompok tani NHIDA FARM yang bergerak dalam pembudidayaan jamur memiliki anggota 10 orang dengan rata-rata umur 26-30 tahun. Ratarata umur anggota kelompok tani ini masih termasuk dalam usia produktif. Pendidikan anggota kelompok tani ini ada yang SMA dan Sarjana Starata satu. Anggota kelompok tani NHIDA FARM merupakan kelompok tani yang bergerak dibudidaya jamur tiram dan lingzi, yang terbentuk semenjak 2004 dengan jumlah anggota awal 4 orang. Awalya kelompok budidaya ini membentuk usaha jamur sekala rumah tangga, akan tetapi karena permintaan konsumen makin meningkat, maka kelompok ini makin memperbayak jumlah produksi jamurnya. Pada tahun 2011/2012 konsumen tidak hanya meminta jamur tiram saja, akan tetapi meminta jamur merang, sehingga kelompok usaha ini melakukan penelitian dan bekerjasama dengan tim pengembang PKPSM IKIP Mataram. Penelitian yang dilakukan semenjak tahun 2011 membuahkan hasil yakni didapatkanya formula pengemabangan jamur merang dengan pemanfaatan teknologi tepat guna. Seiring dengan pengembanan usaha ini, maka pada tahun 2013 NHIDA FARM menambah anggota 10 orang yang terdiri dari pemuda-pemuda usia masa produktif yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dengan adanya anggota ini usaha kelompok ini semakin maju, akan tetapi produksi jamur yang memadai tidak diobarengi dengan pengolahan limbah media yang tepat, sehingga berdampak pada pencemaran. Lokasi Mitra NHIDA FARM berada diwilyah kota mataram dengan jarak tempuh 6,6 km dari kampus IKIP Mataram. Peta
188
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram wilayah dan jalan tempuh lokasi mitra Nihi Dafharm dapat dilihat pada gambar 1 sebagai
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 berikut;
Gambar 1. Peta wilayah Mitra I NHIDA FARM. Mitra kedua pelaksanaan IbM Kelompok Tani ini dengan kelompok tani Sekar Ulangun yang diketua oleh I Komang Darma yang bergerak dibidang pembudidayaan tanaman hias. Keberadaan kelompok tani semenjak 2006 sampai sekarang. Wilayah pembudidayaan berada diwilayah kota mataram, dan jenis bunga yang dibudidayakan didominansi oleh anggrek, bunga Heliconia, Adenimum, Anglonema, Evorbia bunga sedap malam, dan tanaman hias berdaun lebar, seperti Gelombang cinta dan jenis paku-pakuan. Awalnya budidaya ini sekala rumah tangga akan tetapi karena banyakya permintaan konsumen sehingga menuntut ketua pembudidaya ini memperluar jaringan dan lokasi pemmbudidayaannya. Saat ini lokasi
pembudidayaan berada di Karang Sukun Mataram, dan wilayah Rembige kota mataram. Anggota kelompok tani ini terdiri dari 5 orang dengan pendidikan SMP dan SMA. Meluasnya wilayah pembudidayaan menuntuk kelompok ini untuk memperbayak penggunaan pupuk, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Dengan keadaan ini tentunya membutuhkan solusi yang tepat, sehingga produksi tanaman hias tetap lancar. Saat ini kelompok tani sekar ulangun telah terbentuk menjadi UD. Dengan nama UD. Moyo Sekar Ulangun Nursery. Sekar Ulangun berada di Wilayah Kota Mataram yakni di Jl. Amir Hamzah No. 4X Mataram. Adapun peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut;
Gambar 2. Peta Lokasi Mitra II Sekar Ulangun Kegiatan IbM ini selain bermitra dengan 2 mira kelompok tani, tim IbM juga mengikut sertakan mahasiswa dalam proses pelaksanaan. Mahasiswa yang terlibat dari jurusan pendidikan biologi, dan kimia berjumlah 4 orang mahasiswa. Keberadaan mahasiswa ini sangat penting karena dapat membantu kelancara dalam proses
terlaksananya program Iptek bagi Masyarakat ini. Peran mahasiswa dalam kegiatan ini adalah membantu dalam proses pendataan, survei, penyiapan bahan dan alat serta pendampingan, selama proses IbM.
189
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram A. Analisis Wilayah Lokasi IbM. Nihi Dafharm memiliki luas area tempat kumbung ± 4,2 are dengan jumlah kumbung 6 dengan spesipikasi permanen. Dari jumlah kumbung ini 1 kumbung menghasilkan 50 kg jamur dalam 1 siklus. Dengan jumlah limbah media yang dihasilkan per kumbung ± 300-400 kg / siklus. Jumlah hasil produksi jamur kelompok Nihi Dafharm saat ini masih tergolong rendah karena jumlah perintaan pasar khususnya perhotelan sangat banyak. Untuk memenuhi perintaan pasar yang
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 banyak saat ini kelompok Nihi Dafharm sedang melakukan pengembangan dan perluasan area pembangunan kumbung. Pengembangan yang saat ini sedang dilakukan adalh diwilyah Lingkar Selatan Wilayah Tanjung Karang luas area pengembangan ini ± 5 are. B. Penyiapan Alat dan Bahan Dalam proses penyiapan alat dan bahan dilakukan oleh tim IbM dan anggota mitra. Alat-alat yang digunakan selama proses IbM berlangsung antara lain:
Gambar 3. Alat Pengepres Briket dan Alat Penjahit Alat pengepres brikt media tanam ini merupakan alat yang dirancang sendiri oleh tim IbM dan Kelompok tani NHIDA FARM. Alat ini dimanfaatkan dalam proses pengepresan brikt bahan tanam, dalam pengoprasiannya alat ini dapat menghasilakn 9 buah briket media tanam.
Gambar 4. Cangkul
Alat ini sangat membantu kelompok NHIDA FARM dalam pembuatan brikt. Sedangkan untuk alat jahit dimanfaatkan dalam proses pengepakan pupuk organik yang telah jadi baik dalam bentuk granul maupun dalam bentuk brikt media tanam.
Gambar 5. Alat Pencacah
190
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram
Gambar 6. Skop Cangkul, sekop dan cangkul garpu digunakan pada saat pembuatan, dan pengolahan pupuk organik. Peralatan tersebut dipersiapkan oleh tim IbM dibantu oleh anggota mitra. Sedangkan alat penghancur limbah media jamur Tim IbM mendesain sendiri, sadangkan proses pembuatannya dibantu oleh bengkel pandai besi. Bahan-bahan yang digunakan dalam kegaitan Iptek bagi Masyarakat (IbM) kelompok tani dipersiapkan oleh tim IbM dan Mitra serta mahasiswa. Bahanbahan utama yang digunakan dalama pembuatan pupuk organik adalah; 1) limbah Media jamur, limbah media jamur merang sebagai bahan dasar atau bahan utama dalam pebuatan pupuk organik. Limbah media jamur ini merupakan media jamur yang telah digunakan. Limbah ini didapatkan dari Mitra NHIDA FARM. Dalam kegiaatan budidaya jamur merang, media tanam berasal dari jerami
Gambar 8. Jamur yang ditumbuhi hifa
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358
Gambar 7. Cangkul cakar dan limbah aren yang dicampur dengan dedak atau bekatul dan kampur. Media tersebut sebelumnya di komposkan kemudian ditumpuk dalam rak kumbung, dan dilakukan sterilisasi. Setelah itu dibiarkan sampai masa panen. Setelah panen dalam waktu 1 bulan, setiap kumbung akan menghasilkan limbah media jamur 400 kg, dan dalam 6 kumbung akan menghasilkan 2400 kg. jumlah yang sangat banyak ini tentunya jika tidak dikelola dengan baik maka limbah ini dapat menjadi sumber pencemaran. Media jamur yang telah dikomposkan dan ditumpuk dalam rak kumbung dapat dilihat pada Gambar 8 gambar tersebut menunjukkan keadaan media jamur yang sudah ditumbuhi hipa dan jamur merang mulai tumbuh. Sedangkan pada gambar 9 menunjukkan jamur merang yang sudah mulai tumbuh.
Gambar 9. Jamur merang mulai tumbuh
191
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 Media jamur merang yang telah dll. Limbah media jamur yang telah habis masa produksinya menjadi limbah dimasukkan kedalam karung. oleh media jamur. Limbah media jamur yang kelompok IbM limbah medi jamur merang telah dikeluarkan biasanya oleh kelompok inilah yang dimanfaatkan sebagai bahan tani dimasukkan kedalam karung untuk baku utama pembuatan pupuk organik, dibuang ke TPA dan tidak dimanfaatkan. karena pada prinsifnya limbah media ini Kurangnya pemanfaatan ini tentunya masih memiliki unsur yang dapat memberikan efek negatif pada lingkungan dimanfaatkan oleh tanaman. Unsur yang yakni jumlah timbunnan limbah media ini terkandung dalam limbah media jamur ini menjadi pencemaran, bau yang tidak sedap, dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Komposisi nutrisi kompos media jamur merang Bahan Abu (% Lemak Serat Kasar Protein BETN Kering %BK BK) (%BK) (% BK) Kasar (%BK) (%BK) 42,72 37,20 1,07 22,35 8,40 30,98 Sumber: Suwandyastuti,1989. Bahan lain yang digunakan dalam 9,8-15,4% Protein 5-12,3% Selullosa 5,7pembuatan pupuk organik dari limbah 20,9 % Serat kasar 34,2-46,1 % Nitrogen media jamu merang ini adalah dedak halus 8,7-11,14% Pentosa 7,7-11,4% Lemak 8,4dedak ini dimanfaatkan untuk menambah 14,7% Kadar Air 2,72-4,87 % P2O3 nutrsi bagi mikroba, sehingga akan (Handayani, 2005). Keberadaan dedak halus mempercepat pengomposan. Dedak ini tentunya sangat menguntungkan bagi didapatkan dari gudang-gudang mikroba. Selain dari komposisi kandungan penggilingan padi yang berada diwilayah dedak halus di atas, dedak juga memiliki kota mataram, harga satu kilo gram dedak kandungan Vitamin dan mineral seperti ini adalah Rp. 100.00. Kandungan zat gizi yang terlihat pada tabel berikut ini. pada dedak antara lain : 7,7-20,6 % Abu Tabel 2. Kandungan Vitamin dan Bekatul (per 100 ml sari bekatul) Vitamin Jumlah Mineral Jumlah Thiamin B1 (mg) 4 Besi (mg) 12 Riboflavin B2 (mg) 0,06 Magnesium (mg) 1 Niacin B3 (mg) 4.3 Mangan (mg) 52 Vitamin B6 (mg) 2,5 Fosfat (mg) 3 Vitamin B 12 (mg) 1,6 Potassium (mg) 160 Biotin (mcg) 44 Sodium (mg) 20 Folate (mcg) 6 Seng (mg) 18 Vitamin E (mg) 0,4 Kalsium (mg) 89 Asam Pantotenat 0,6 Klorin (mg) 21 Sumber: Nurcholis (2007) Pengembangan pupuk organik media yang berupa limbah media jamur menggunakan teknologi EM4 telah banyak merang yang dapat dipakai sebagai bahan dikembangkan di Indonesia. Teknologi baku kompos. Setiap bahan organik yang EM4 adalah teknologi budidaya pertanian akan terfermentasi oleh mikroba EM4 untuk meningkatkan kesehatan dan dalam kondidi semi anaerob/anaerob pada kesuburan tanah dan tanaman dengan suhu 40-50⁰ C. Pembutan pupuk organik menggunakan mikroba yang bermanfaat menggunakan teknologi EM4 pada bagi pertumbuhan tanaman. EM4 dasarnya adalah proses pengomposan yang mengandung mikroba-mikroba antara lain terjadi secara ferementatif. Untuk menjaga Lactobacillus, ragi, bakteri fotosintetik, proses pengomposan ini agar terjadi secara Actynomycetes, dan jamur pengurai baik dengan terpenuhinya persyaratan selulosa, untuk memfermentasi bahan pengomposan antara lain suhu, oksigenasi organic tanah menjadi senyawa yang mudah dan kadar air, maka pengomposan ini yang mudah diserap oleh tanaman. dilakukan dalam kondisi tertutup atau EM4 yang merupakan kumpulan ditutup atau dimasukkan ke wadah mikroba terpilih ini berbentuk cair dan fermentor. dikemas dalam botol, sehingga mudah Selain dari ketiga bahan tersebut dibawa dan disimpan dengan bahan lain yang digunakan adalah azola aman.Penggunaan cairan EM4 ini sangat (Azola pinnata). Azola ini dimanfaatkan irit, dengan cara mencampurkannya dalam untuk meningkatkan kadar nitrogen pada
192
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram pupuk organik. Kandungan unsur hara dalam Azolla Unsur Jumlah N 1.96-5.30 (%), P 0.16-1.59 (%), K 0.31-5.97 (%), Ca 0.45-1.70 (%), Mg 0.22-0.66 (%), S 0.22-0.73 (%), Si 0.16-3.35 (%), Na 0.161.31 (%), Cl 0.62-0.90 (%), Al 0.04-0.59 (%), Fe 0.04-0.59 (%), Mn 66 - 2944 (ppm),Co 0.264 (ppm), Zn 26 - 989 (ppm). Molase digunakan sebagai bahan pencampuran Em-4. Molase ini dibuat dari gula merah yang dilarutkan, molase ini berfungsi sebagai salah satu sumber makanan mikroba yang terdapat pada Em-4. Dengan adanya penambahan molase ini diasumsikan bahwa produksi mikroba makin banyak dan akan mempercepat proses pengomposan pada pupuk organik. Molase dibuat sendiri oleh tim IbM dan kelompok mitra. Selain molase bahan yang digunakan adalah kotoran sapi. Kotoran sapi dimanfaatkan pada saat pembuatan brikt. Kotoran sapi ini berfungsi sebagai perekat pada brikt. C. Trasfer Teknologi tentang: Pembuatan Pupuk organik dari limbah media jamur. Kegiatan edukasi proses trasper teknologi tentang pembuatan pupuk organik dari limbah media jamur dan pemanfaatannya dalam budidaya tanaman hias, dilakukan dengan tiga tahap yakni penyuluhan, pelatihan dan pendampingan (monitoring), dan evaluasi 1. Penyuluhan Peyuluhan yang dilakukan merupakan suatu usaha atau upaya edukasi untuk mengubah perilaku mitra IbM, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu Tabel 3. Hasil analisis angket Aspek
Sangat Puas (%) Materi 89 Waktu 84 Media yang digunakan 95 Metode 100 Tabel di atas menunjukkan tingkat kepuasan anggota mitra terhadap pelakanaan penyuluhan. Tingkat kepuasan dilihat dari beberapa aspek antara lain 1) aspek materi, materi yang disampaikan oleh peyuluh mendapat respon peserta mencapai 89% dengan katagori sangat puas, sedangkan 11 % menyatakan puas. Ini menujukkan bahwa materi yang disampaikan oleh
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya. Kegiatan penyuhan dilakukan di kampus IKIP Mataram hal ini dikarenakan agar proses penyuluhan dapat terorganisir dengan baik. Metode penyuluhan yang digunakan adalah ceramah, diskusi, tanya jawab dan demostrasi. Dalam proses penyampaian materi tim peyuluh menggunakan media LCD dan beberapa bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik. Selain itu tim IbM menggunakan poster hal ini agar memudahkan proses trsfer informasi ke anggota kelompok mitra. Materi penyuluhan antra lain bagaimana menciptakan lingkungan bersih dan sehat, pengenalan tentang manfaat limbah jamur, pengenalan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos limah jamur, proses pembuatan kompos organik berbahan dasar limbah jamur, proses pembuatan brikt, pengemasan serta pemasaran. Proses penyuluhan yang dilakukan berjalan lancar dan animo kelompok tani sangat tinggi, hal ini terlihat dari respon yang mereka berikan pada saat proses penyuluhan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan mitra terkait dengan proses penyuluhan tim IbM menginisiasi dengan memberikan angket respon kepuasan ke peserta penyuluhan. Adapun ringkasan hasil analisis angket dapat dilihat pada tabel berikut ini: Persentasi Puas Kurang Tidak Puas (%) Puas (%) (%) 11 16 5 0 peyuluh sangat menarik dan bermanfaat. 2) aspek waktu medapat respon 84% dengan kategori sangat puas, sedangkan 16% nya menyatakan puas. 3) media yang digunakan selama persentasi/penyuluhan 95% peserta menyatakan sangat puas, sedangkan 5% menyatakan puas. Variasi media kontekstual dan teknologi yang digunakan menjadi vaktor utama yang
193
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram menyebabkan kepuasan pada peserta, selain itu kesesuaian antra apa yang disampaikan juga memiliki efek kepuasan pada peserta mita IbM. 4) metode yang digunakan memiliki variasi sehingga tidak membuat para peserta merespon dengan baik, presentasi respon peserta mencapai 100% dengan kategori sangat puas. 2. Penyiapan lokasi pembuatan pupuk Lokasi pembuatan pupuk adalah di mitra kelompok tani NHIDA FARM, lokasi ini dipilih karena kelompok ini tempat produksi utama limbah jamur, tempat pembutan pupuk berada diarea seputar kumbung jamur berjarak kurang lebih 10 meter. Denah lokasi seperti yang terlihat pada Gambar 10 berikut ini;
Gambar 10. Denah lokasi Pembuatan Pupuk Organik 3. Pelatihan Proses edukasi yang kedua adalah implementasi dari meteri penyuluhan yang telah disampaikan. Proses implementasi ini dilakukan dengan beberapa tahapan antar lain; penyipan bahan, pembuatan molase, peencampuran bahan, pengoposan, pengontrolan, pemanenan pupuk, pembuatan brikt, dan pengemasan. Untuk lebih jelasnya akan dirinci sebagai berikut; a. Pembuatan lokasi pembuatan pupuk Pembuatan lokasi pengomposan pupuk, dibuat semi permanen dengan menggunakan dasar batu bata, tiang bambu dan atap seng. Besar tempat pengomposan yang dibuat adalah 2,5 x 42. Besar tempat pengomposan ini dapat menamung limbah media jamur dari 3 kumbung atau urang lebih 1200 kg. b. Penyiapan bahan Penyiapan bahan dilakukan oleh tim IbM dan Mitra, bahan-
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 bahan yang dipersiapkan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk organik, antara lain, limbah media jamur, dedak halus, gula, kotoran sapi dll. Proses penyiapan ini dilakukan dengan cara kolektip oleh kelompok mitra besama dengan tim IbM. Bahan dasar didapatkan setelah masa panen jamur habis yakni kurang lebih 1 bulan/satu siklus. Media jamur yang di dalam rak kumbug dikeluarkan dan masukkan ke dalam karung ini bertujuan agar limbah tersebut tidak berserakan dan memudahkan pemindahan pada saat pembuatan kompos. Setelah di isi dalam karung limbah media di taruh atau ditempatkan pada gudang penampungan limbah (jika limbah dalam jumlah banyak). Untuk mempercepat pelapukan limbah sebelum digunakan terlebih dahulu di haluskan dengan menggunakan mesin penghancur sampah. Untuk bahan EM-4 tim IbM telah berlanggan dengan UD. Sinta. Cakra sebagai tempat pembelian. Sedangkan untuk dedak didaptkan di gudang mesing penggilingan dengan cara membeli seharga 100 rupiah per kilo gram. Pembuatan molase dilakukan sendiri oleh anggota kelompok mitra dengan menggunakan bahan gula merah dan air. Perbadingan yang digunakan adaah 1:1 atau gula merah 500 g dan air sebaganyak 500 ml. proses pembutan dengan cara melarutkan gula merah dalam air mendidih. Setelah air gula/larutan molase dingin barulah daat digunakan sebagai campuran EM-4. Molase ini dapat berfungsi dapat meningkatkan efektivitas kerja EM4. Kotoran sapi di dapatkan kandang sapi milik warga yang berada di lingkungan sembalun, kota mataram. Kotoran sapi ini dimanfaatkan sebagai perekat brikt media tanam pada saat pengepresan. Selain itu kotran sapi yang masih baru juga memiliki kandungan hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
194
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram c. Pencampuran bahan Proses pembuatan pupuk organik dari limbah media jamur, membutuhkan bahan seperti yang telah paparkan di atas, limbah jamu yang sudah disediakan di campur dengan dedak halus, dan azola, ketiga bahan ini di campur menjadi satu, setelah bercampur dengan rata barulah dipindahkan ke lokasi pengompan. Ditempat pengomposan bahan-baha tadi di siram dengan larutan EM-4 yang telah dicampur terlebih dahulu dengan molase. Proses pencapuran ini dilakukan dnegan cara pengadukan ini bertujuan agar semua bahan dapat basah dengan larutan EM-4 dan molase. Setelah bahan tercampur semua tumpukan dirapikan dan dilakukan proses penutupan hal ini untuk mempercepat proses pengomposan. Komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam 1 siklus pembuatan adalah 1200 kg limbah jamur merang; 5 kg dedak ; kalsium 1 on; EM-4 1 liter; dan Molase 10 liter. Setelah kompos masuk masa panen, kompos di pindahkan untuk di packing. Sebelum kompos di packing terlebih dahulu di sortir, proses penyortiran menggunakan ayakan, ini dimaksudkan agar bahan material batu dan lainnya tidak ikut dalam proses peking. Setelah dilakukan peyortiran kompos di masukkan ke dalam kantog plastik dengan ukuran 10 kg dan 5 kg. kompos yang telah dimasukkan lalu dijahit dan diberi label komposisi dan nama kompos sendiri. Proses terakhir yang dilakukan adalah proses penyimpana dalam gudang yang sudah dipersiapkan, sebelum didistibusikan ke pkonsumen dan mitra II yaitu sekar ulangun sebagai pengguna pupuk tersebut. d. Pembuatan Brikt media tanam Brikt yang dimaksudkan disini adalah brikt media tanam sebagai pengganti polibek. Proses pembuatan briket ini dilakukan seteah pupuk kompos jadi, karena bahan dasarnya adalah pupuk kompos media jamur tersebebut.
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 Berikut adalah proses pembuatan brikt media tanam; 1) Pupuk organik limbah media jamur yang telah jadi dicampur dengan kotoran sapi yang masih segar (umur 1-2 hari) 2) Bahan yang tercampur dengan rata lalu diberikan tambah air sampai bahan dapat dikepalkan. 3) Bahan yang telah jadi lalu dicetk manggunakan alat pencetak brikt 4) Briket yang telah jadi, lalau dikeringkan menggunakan panas matahari sampai mengeras 5) Jika bahan telah kering dan mengeras bahan di kemas atau dapat digunakan langsung sebagi media tanam 6) Brikt yang telah dikemas di kirim ke mitra II sebagai pengguna media tanam bunga dan tumbuhtumbuhan lainnya. Briket yang dibuat sebagi media tanam ini, bertujuan sebagai pengganti polibek yang umumnya digunakan oleh para petani dan para pembudidaya tanaman hias. Dengan briket ini memungkinkan tumbuhan yang dibibitkan tidak mengalami stres pada saat pemindahan. 4. Pendampingan dan monitoring Proses pendampingan dan monitoring dilakukan selama proses IbM dilaksanakan tujuan dari pendampingan ini adalah untuk mengetahui kelancaran dari proses IbM baik yang dilakukan di mitra I maupun mitra II. Selain itu proses monitoring ini untuk memotivasi para kelompok tani agar tetap rutin dalam mengecek pupuk pada saat pengomposan, pegemasan pada saat penen, dan pembuatan brikt setelah panen SIMPULAN Karakteristik anggota Mitra Iptek bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Tani. Kelompok tani NIHI DA FHARM yang bergerak dalam pembudidayaan jamur memiliki anggota 10 orang dengan rata-rata umur 26-30 tahun. Ratarata umur anggota kelompok tani ini masih termasuk dalam usia produktif. Pendidikan anggota kelompok tani ini ada yang SMA dan Sarjana Starata. Sedangkan anggota mitra II kelompok tani Sekar Ulangun memiliki anggota 5 dengan rata-rata pendidikan hampir sama dengan anggota kelompok NIHIDA FHARM.
195
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Kegiatan edukasi dan pendampingan dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain penyuluhan, pelatihan, pendampingan (monitoring), dan evaluasi. Kegiatan edukasi dilakukan secara bertahap. Respon tingkat kepuasan anggota mitra terhadap pelakanaan penyuluhan. Tingkat kepuasan dilihat dari beberapa aspek antara lain 1) aspek materi, materi yang disampaikan oleh peyuluh mendapat respon peserta mencapai 89% dengan katagori sangat puas, sedangkan 11 % menyatakan puas. Ini menujukkan bahwa materi yang disampaikan oleh peyuluh sangat menarik dan bermanfaat. 2) aspek waktu medapat respon 84% dengan kategori sangat puas, sedangkan 16% nya menyatakan puas. 3) media yang digunakan selama persentasi/penyuluhan 95% peserta menyatakan sangat puas, sedangkan 5% menyatakan puas. 4) metode yang digunakan memiliki variasi sehingga tidak membuat para peserta merespon dengan baik, presentasi respon peserta mencapai 100% dengan kategori sangat puas. Kegiatan pelaksanaan Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini telah terlaksana dari bulam Mei sampai November tahun 2014. Target yang diprogramkan sampai berakhir kegiatan sudah tercapai semua. Capaian yang telah dihasilkan adalah telah terbentuknya pupuk organic padat (granul), dan brikt media tanam. SARAN 1. Dalam proses pembuatan pupuk organic padat dari limbah jamur, masih perlu .
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 dilakukan riset sehingga menemukan formula yang tepat untuk kecepatan produksi pupuk organic. 2. Dibutuhkan penyuluhan dan pelatihan yang lebih bayak sehingga kesadaran masyarakat akan penggunaan pupuk organic meningkat. DAFTAR RUJUKAN Gunawan dan Agustina wydia. 2001. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. Handajani, Hany. 2006. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Pupuk Alternatif Pada Kultur Mikroalga Spirullina sp. Jurnal Protein Vol.13, No.2,: 188-193. Indriani, H.Y., 2002. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya. Nurkholis, Muhammad. 2007. Evaluasi Efek Sinbiotik Isolat Indigenus Asal Bekatul Padi Pada Medium Fermentasi Bekatul Secara Infitro.Malang: UB Suwandyastuti, S.N.O. Suparwi, S. Zubaidah, E.A. dan Rimbawanto, 1989. Kecernaan Energi dan Protein Kompos Jamur Merang (Mushroom Straw) pada Pedet Jantan Lepas Sapih. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Unviersitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Zukni, A., Hunaepi, dan Taufik Samsuri, 2013. Analisi Kandungan Unsur NPK dalam Kompos Organik Limbah Jamur Dengan Activator Ampas Tahu. Mataram. Program Studi Pendidikan Biologi . Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Volume 1, No 2. Hal. 133-139
196