Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
IbM KELOMPOK TANI DALAM APLIKASI TEKNOLOGI ZONE AGROEKOLOGI UNTUK PEMANFAATAN JURANG I Made Adnyana Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana Email:
[email protected]
Ringkasan Eksekutif Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Bali, tahun 2012. Dua buah Subak yang menjadi khalayak sasaran di desa tersebut adalah Subak Abian Pangkung Sakti II dan Subak Pemangsan Angkah Pondok. Program ini mempunyai tujuan terbangunnya komitmen kelompok tani untuk penerapan IPTEK berbasis masyarakat dalam pengelolaan jurang yang berwawasan lingkungan. Komitmen itu akan terbentuk melalui aturan tertentu (perarem) yang disusun sendiri oleh kelompok tani. Unstuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan serangkaian kegiatan yaitu : (a) survey tanah dan evaluasi lahan, (b) pendidikan dan pelatihan kepada petani, (c) penyaluran bibit tanaman hutan, (d) pembuatan demplot teknologi zone agroekologi dalam pemanfaatan jurang, dan (e) penyusunan aturan (perarem) pengelolaan tanaman. Kendala utama pengelolaan tanah adalah kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah, tingkat bahaya erosi, rendahnya bahan organik tanah, dan kurang cukup tersedianya nitrogen tanah. Anggota Subak sangat responsip dengan program pendidikan dan pelatihan dengan topik upaya mengatasi kendala tersebut. Mereka mencoba menerapkan teknologi yang diberikan dengan menanam tanaman hutan disela-sela tanaman produktif yang biasa mereka tanam. Mereka juga sudah dapat membuat aturan (perarem) pengelolaan tanaman, yang berisi kewajiban anggota subak untuk menjaga kelestariannya dan sangsi bagi anggota Subak yang melanggar pararem tersebut. Pengaturan komoditas tanaman melalui kegiatan demplot yaitu : pada lereng >45% hanya ditanami tanaman hutan, lereng 20-45% untuk tanaman campuran antara tanaman perkebunan dengan tanaman hutan, sedangkan lereng <20% untuk tanaman campuran antara hortikultuta (buah-buahan) dan tanaman hutan; sangat didukung oleh anggota subak Kata kunci: mengelola lembah, evaluasi lahan, tanaman hutan, zona teknologi agroekologi Exscutive Summry The program of society dedication was done in the area of Angkah village, West of Selemadeg District, Tabanan Regency, in 2012. Two Subak (traditional community) targeting in those village were Subak Abian Pangkung Sakti II and Subak Pemangsan Angkah Pondok. The subject of the program was the developing of the members of Subak commitment for sciences and technology based on society on valley managing as a environmentally friendly. To achieve these objectives, the program conducted through several activities, namely: (a) soil survey and land evaluation, (b) training and education, (c) distribution of forest plant, (d) demonstration of Technology Zone Agro ecology, and (e) regulation of plant management. The limiting factors of soil management were slope, soil deep, soil erosion, low of organic matter, and nitrogen. The members of Subak was responsive for training and education programs on overcome those 101
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
limiting factors. They were application the technology by planted the forest commodity between the agronomies commodity. They also made the regulation of plant management that contains law and punishment. Commodity selection on demonstration program were : >45% slope, just for forest plant; 20-45% slope, for combination of forest plant and estate plant; <20% slope, for combination of forest plant and horticulture plant. Those activity supported by the members of each Subak. Key words: valley managing, land evaluation, forest plant, technology zone agroecology
sapi. Berdasarkan informasi dari Ketua
A. PENDAHULUAN Desa Selemadeg
Angkah,
Barat,
Kecamatan
Kabupaten
Kelompok Tani, petani dan masyarakat
Tabanan,
sekitarnya
sangat
responsif
dilintasi oleh sungai Balian. Daerah Aliran
perkembangkan
Sungai
memberikan
antusias dalam membangunan wilayahnya,
luas lahan konservasi sebesar
khususnya dalam pengelolaan jurang yang
450 ha (Anonimus, 2005) cukup signifikan
berwawasan lingkungan. Kelompok Tani
untuk menambah luas hutan di Kabupaten
belum mengetahui teknologi yang tepat dan
Tabanan khususnya dan
mudah
(DAS)
kontribusi
Balian
wilayah Bali
teknologi
terhadap
diaplikasikan,
dan
sangat
khususnya
umumnya. Menurut Anonimus (2007) perlu
pemanfaatan
diterapkan proporsi luas kawasan hutan
konservasi. Di satu sisi, mereka ingin
terhadap
meningkatkan produktivitas jurang untuk
luas
DAS
sehingga
terjadi
keseimbangan tata air. Di
bagian
jurang
yang
dalam berbasis
meningkatkan pendapatannya; di sisi lain
hulu
DAS
tersebut
mereka juga menginginkan agar jurang yang
terdapat kelompok tani Pemaksan Angkah
dimanfaatkan tersebut tidak berdampak
Pondok yang bergerak di bidang pertanian
negatif (banjir, longsor) terhadap lingkungan
tanaman keras dan peternakan. Sedangkan di
desanya.
bagian hilir DAS terdapat kelompok Tani
Perencanaan
pengelolaan
jurang
Subak Abian Pangkung Sakti II bergerak di
(yang ada di sekitar DAS), seyogyanya
bidang
mencakup iklim, topografi, tanah, pola
perkebunan
Komoditas
yang
dan
peternakan.
dikembangkan
adalah
aliran, geologi dan hidrologi, penggunaan
wani, nangka, manggis, duku, mangga,
lahan, erosi sidementasi, sosial ekonomi,
kakao, kopi, pisang, dan lain-lainnya;
dan
sedangkan ternak yang dipelihara umumnya
Wkepedia, 2009). Salah satu upaya yang
102
kelembagaan
(Menhut,
2009
dan
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
dapat dilakukan adalah melalui aplikasi
(perkebunan); lereng > 45 % hanya untuk
teknologi zone agroekologi.
tanaman yang memiliki nilai konservasi.
Teknologi zone agroekologi adalah suatu teknologi yang berusaha memilah-
B. SUMBER INSPIRASI
milah faktor lingkungan (iklim, hidrologi,
Sempadan Jurang di DAS Balian,
dan tanah) sedemikian rupa serta dukungan
Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten
faktor
sosial
masyarakat
ekonomi
setempat
dan
budaya
Tabanan, Bali, memiliki multi fungsi yaitu
dalam
rangka
bidang fisik, ekonomi dan sosial budaya
menentukan dan mengembangkan alternatif
namun
komoditas yang tepat dan raional untuk
permasalahan.
pertanian
berkelanjutan
dengan pengurus Kelompok Tani Subak
(Adnyana, 2006). Landasan pengembangan
Abian Pangkung Sakti II dan Kelompok
teknologi zone agroekologi adalah evaluasi
Tani Pemaksan Angkah Pondok di DAS
kesesuaian lahan untuk penggunaan lahan
tersebut dapat diidentifikasikan beberapa
yang spesifik. Kesesuaian mencakup arti
permasalahan, yaitu :
pendayagunaan
yang
1. Apakah masyarakat menyadari bahwa
fisik
dengan semakin banyaknya aktivitas
tangguh
dan
lahan
berkesinambungan,
baik
secara
tetap
menyimpan
beberapa
Berdasarkan hasil diskusi
maupun sosial ekonomi; sedangkan evaluasi
yang
mencakup perbandingan lebih dari satu
sempadan jurang sebagai ekses pesatnya
penggunaan
pembangunan
lahan
yang
direncanakan
membutuhkan
dan
ruang
tuntutan
(Bapeda Buleleng, 2004). Menurut Amien
hidup yang lebih baik akan
(1997), komponen utama teknologi zone
mengancam
agroekologi adalah iklim, fisiografi dan
alam dan lingkungannya.
kelestarian
pada
kualitas dapat
sumberdaya
bentuk wilayah, sumberdaya tanah, vegetasi
2. Apakah masyarakat memahami bahwa
dan penggunaan lahan, serta faktor sosial
kerusakan dan degradasi kualitas jurang
ekonomi. Tanah dengan lereng < 8%
akibat kurangnya vegetasi (Pemda Bali,
dianjurkan untuk tanaman semusim; lereng
2004)
8 – 16% untuk wanatani (campuran tanaman
penggunaan vegetasi di dalam
semusim dengan tanaman tahunan); lereng
dan penggunaan lahan yang tidak tepat
17
–
45%
untuk
tanaman
tahunan
disebabkan
oleh
dan rasional diluar hutan.
103
pelanggaran hutan
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
3. Apakah masyarakat
menyadari bahwa
sebagainya)
akibat degradasi mutu dan daya dukung
lingkungan.
lingkungan
dapat
mengakibatkan
dan
pencemaran
3. Aplikasi teknologi zone agroekologi
munculnya permasalahan banjir, erosi,
melalui beberapa kegiatan yaitu :
longsor
evaluasi
dan
terjadinya
pencemaran
lingkungan.
kesesuaian
lahan
(i)
untuk
inventarisasi dan identifikasi potensi dan
4. Bagaimana pemahaman dan peran serta masyarakat
mengaplikasikan
dan (ii) penanaman vegetasi (Demplot)
teknologi
zone
sebagai contoh pengelolaan sempadan
agroekologi) dalam upaya optimalisasi
jurang sesuai dengan komponen zone
sempadan berbasis masyarakat.
agroekologi dan berbasis masyarakat.
IPTEK
dalam
kendala lahan pada sempadan jurang;
(khususnya
5. Apakah kelompok tani sudah memiliki
4. Penataan dan penguatan kelembagaan
aturan (perarem) untuk pengelolaan
melalui pendidikan tata cara pembuatan
jurang yang konservatif, inovatif, dan
peraturan/perarem,
harmoni dalam rangka mewujudkan
dalam pengelolaan sempadan jurang.
sebagai
pedoman
pembangunan SDA berkelanjutan Berdasarkan
identifikasi
masalah
C. METODE
yang diuraikan itu, terinpirasi beberapa
Kegiatan
pengabdian
kepada
kegiatan pengabdian masyarakat antara lain
masyarakat ini dilakukan di Desa Angkah,
:
Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten
1. Diseminasi
dan
sosialisasi
program
Tabanan. Kegiatan pendidikan pelatihan
untuk terbangunnya komitmen dasar
dilakukan
Kelompok Tani yang peduli terhadap
sedangkan kegiatan pengambilan sampel
kelestarian
tanah dan demonstrasi lapang dilakukan di
SDA,
dan
peningkatan
kualitas jurang. 2. Pelatihan
Balai
Banjar
Wanayu,
kebun milik petani. Analisis uji tanah
kepada
transportasi
di
masyarakat
pengetahuan
untuk
dilakukan di Laboratorium Kimia dan
dalam
Kesuburan
Tanah,
Fakultas
Pertanian
pengelolaan sempadan jurang secara
Universitas Udayana. Kegiatan tersebut
berkelanjutan
menanggulang
dilakukan mulai bulan Agustus 2012 sampai
bencana alam (banjir, longsor, dan
dengan bulan Desember 2012. Sasaran dari
guna
kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini 104
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
adalah
Kelompok
Tani
Subak
Abian
masyarakat
adalah
Kepala
Desa
Pangkung Sakti II dan Kelompok Tani
Angkah, Kelian Adat Desa Angkah,
Pemaksan
Ketua
Angkah
Pondok.
Struktur
Kelompok
Tani.
berupa
Teknologi
organisasi Kelompok Tani tersebut terdiri
kegiatan
dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan
agroekologi
Anggota. Beberapa kegiatan
jurang
pengabdian
masyarakat yang dilakukan tim dapat dirinci
dalam
milik
1. Uji tanah :
petani,
teknologi
pemanfaatan
berupa
zone
menggunakan
hulu, tengah, dan hilir jurang pada
dibantu oleh tim pengabdi
secara
aplikasi
agroekologi
Sampel tanah diambil pada bagian
Subak
zone
3. Demplot, seluas 10 are pada lahan
sebagai berikut :
kedua
Materi
komoditas
yang
purposive
sampling. Evaluasi Kesesuaian lahan
D. KARYA UTAMA
terhadap komoditas agronomis dan
1. Uji tanah dan Evaluasi lahan
tanaman hutan. Analisis karakterestik
Lahan pada areal Subak Abian
tanah, yaitu terdiri dari : (a) pH tanah
Pangkung Sakti II dan Subak Pemangsan
dengan menggunakan pH metter, (b)
Angkah
daya Hantar Listrik dengan cara
bergunung, dengan kemiringan sekitar 20 %
elektroda, (c) N-total dengan metode
sampai melebihi 45%. Sebagian kecil lokasi
Kjeldhal,
dengan
terlihat landai dengan kemiringan lereng
metode Bray-1, (e) K-tersedia dengan
sekitar 10 %. Secara visual, kondisi lahan
metode Bray-1, (f), (g) C-organik
terlihat kurang baik. Tanahnya agak gembur,
dengan metode Black & walkly, dan
agak lengket, dengan tekstur tanah sedang
(h) kadar air tanah dengan metode
(lempung berliat). Hasil analisis tanah
pengeringan
selengkapnya disajikan pada Tabel 1.
(d)
P-tersedia
2. Pendidikan dan Pelatihan :
Pondok
merupakan
wilayah
Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan
Kegiatan ini dilaksanakan dengan
terhadap tanaman cengkeh, kakao, sengon,
metode triangulasi, yaitu melibatkan
dan
petani,
pertanian tersebut sesuai dengan konsef
kelompok anggota
tokoh
masyarakat,
akhli. kelompok
dan
Petani
adalah
tani;
tokoh
mahoni.
pembangunan
Penanaman
pertanian
komoditas
berkelanjutan,
tanaman sering diserang hama kijang dan 105
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
landak. Hasil evaluasi lahan diuraikan pada
Tabel 2.
Tabel 1. Karakterestik Tanah di Lokasi Kegiatan IbM No
1
2
Lokasi Subak
pH (1;2,5 H2O)
Karakterestik Tanah DHL CNP(mmhos/ organik tersedia tersedia cm) (%) (%) (ppm)
Abian Pangkung Sakti II Hulu Tengah Hilir
5,75 5,76 5,78
1,46 (R) 1,68 (R) 1,62 (R)
0,78(R) 1,17(R) 1,56(R)
0,25(S) 0,22(S) 0,24(S)
33,87(T) 310(T) 21,91(S) 245(T) 31,92(T) 244(T)
10,89 11,03 11,42
Pemangsan Angkah Pondok Hulu Tengah Hilir
6,22 6,08 6,35
2,29 (S) 1,56 (R) 2,08 (S)
1,95(R) 1,17(R) 0,78(R)
0,26(S) 0,25(S) 0,24(S)
32,15(T) 276(T) 33,76(T) 264(T) 34,22(T) 260(T)
12,21 9,57 7,29
Ktersedia (ppm)
Kadar Air (%)
Keterangan : R=rendah; S=sedang; T=tinggi Tabel 2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Untuk Beberapa Komoditas Tanaman N0 1
2
Lokasi Subak Abian Pangkung Sakti II Hulu Tengah Hilir
Cengkeh Akt Pts
Kakao Akt Pts
N1se N1se N1se
S3sref S3sre S3sre
N1se N1se N1se
S3sref S3sre S3sre
N1se N1se N1se
S3sre S3sre S3sre
N1se N1se N1se
S3sre S3sre S3sre
S1 S1 S1
S1 S2se S1
S1 S1 S1
S1 S2se S1
S1 S1 S1
S1 S2se S1
S1 S1 S1
Pemangsan Angkah Pondok Hulu S1 Tengah S2se Hilir S1
Sengon Akt Pts
Mahoni Akt
Pts
Keterangaan : Akt =aktual; Pts =potensial; N1 = tidak sesuai saat ini; S3 = sesuai bersyarat; S2 = cukup sesuai; S1 = sangat sesuai; s = pembatas lereng; r = pembatas kedalaman efektif; e = pembatas erosi; f = pembatas bahan organik.
106
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
difokuskan pada upaya penanggulangan
2. Pendidikan dan Pelatihan Petani diberikan pendidikan dan
erosi, evaluasi
lahan,
dan pemupukan
pelatihan tentang aplikasi teknologi zone
berimbang. Suasana pelatihan dapat dilihat
agroekologi dalam pemanfaatan jurang yang
pada Gambar 1
Gambar 1. Tim sedang memberikan pelatihan, disaksikan oleh Kepala Desa Angkah Pondok dan Ketua Kelompok Tani b. Pada lereng 20-45% ditanami dengan
3. Demplot teknologi zone agroekologi Bibit yang disumbangkan kepada
gaharu,
menggunakan
petani adalah mahoni (1000 pohon), albesia (2000
pohon),
kepelan
(300
digunakan
kepada
untuk
kedua
pembuatan
system
gajah,
terasering
rumput gajah, sedangkan di dalam
nagasari (100 pohon), dan gaharu (200
disumbangkan
rumput
gulud. Pada bibir lereng ditanami
pohon),
pohon). Sekitar 25% dari bibit
albesia,
guludan ditanami gaharu dan albesia
yang
disela-sela tanaman kakao dan kopi
Subak
c. Pada lereng < 20% ditanami tanaman
demplot
nagasari, rejasa, dan gaharu, disela-
(Gambar 2), dengan hasil sebagai berikut :
sela tanaman pisang dan cengkeh.
a. Pada lereng >45% ditanami tanaman mahoni, kepelan dan rumput gajah
107
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
Gambar 2. Sebagian bibit yang disumbangkan kepada petani 4. Penyusunan atutan (perarem)
E. ULASAN KARYA
Perarem yang disepakati oleh anggota Subak
Hasil analisis tanah menunjukkan
adalah sebagai berikut : a. Tan
bahwa permasalahan kondisi tanah adalah
kedadosang
taru
rendahnya kadar bahan organik tanah. Hal
(tidak
itu disebabkan karena sebagain besar petani
pohon
jarang menggunakan pupuk organik dan
sebelum pohon tersebut berdiameter
terbatasnya pasokan bahan kasar baik yang
sebesar
bersal dari sisa tanaman maupun kotoran
sedurung
ngebah
megede
diperbolehkan
apeluk
menebang
sekitar
sepelukan
orang
dewasa) b. Tan
hewan
kadadosang
ngebah
taru
Tanaman yang umum ditanam petani
sedurung wenten penggantin nyane
pada kedua Subak di atas adalah coklat,
sawitare
(tidak
cengkeh, durian, wani, nangka, dan pisang.
pohon
Berdasarkan karakterestik tanah, semua
sebelum ada pengganti bibit setinggi
komoditas tersebut memang sesuai untuk
lebih kurang 150 cm)
ditanam di lokasi tersebut, namun untuk
apenyujuh
diperbolehkan
menebang
c. Yening wenten karma sane tiwal,
meningkatkan
produktivitasnya,
perlu
keni pamidanda manut kaputus ring
dilakukan perbaikan kondisi tanah dengan
pasangkepan (apabila ada anggota
menambahkan
subak
kompos.
yang
melanggar
aturan
tersebut akan didenda sesuai hasil
pupuk
organik
seperti
Lahan di Subak Abian Pangkung
keputusan rapat anggota)
Sakti
II,
permukaan
dengan 40-60%
kemiringan tanpa
lereng tindakan
konservasi, tingkat bahaya erosi tergolong 108
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
berat
sampai sangat berat, sehingga
yang
hadir
dan
beraneka
ragamnya
kesesuaian lahan aktual untuk jenis tanaman
pertanyaan yang diajukan serta kondusifnya
yang telah dikembangkan (cengkeh, kakao)
diskusi antar petani dan
dan tanaman yang ingin dikembangkan
pelatih. Mereka berjanji akan mematuhi
(mahoni, dan sengon) tergolong tidak sesuai
perarem (aturan) yang dibuat bersama untuk
saat ini (N1sre) dengan faktor pembatas
menjaga kelestaraian jurang dan lahan
kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah,
sekitarnya.
petani dengan
dan tingkat bahaya erosi. Optimalilasi F. KESIMPULAN
penggunaan lahan dapat dilakukan dengan pembuatan penguat
terasering teras,
dengan
penanaman
Dari hasil pengabdian kepada
tanaman
masyarakat ini dapat diambil beberapa
tanaman
kesimpulan sebagai berikut :
konservasi (tanaman kehutanan) minimal
1. Tanah di kedua Subak memiliki kadar
30% dari luas lahan, dan penambahan bahan
bahan
organik, sehingga secara potensial kelas
Kendala
sesuai bersyarat (S3sre).
nitrogen
utama
dalam
budiaya
tanaman adalah kadar bahan organik
Lahan di Subak Pemangsan Angkah
dan nitrogen
Pondok adalah wilayah landai samapai agak
2. Tanaman produktif (cengkeh, kakao)
miring, dan secara aktual tergolong sangat dan cukup sesuai
rendah,
sedang, fosfor dan kalium tinggi.
kesesuaiannya dapat ditingkatkan menjadi
sesuai
organik
dan tanaman hutan (mahoni, sengon) di
(S2se) untuk
Subak Pangkung Sakti II tergolong
pengembangan komoditas yang sudah dan
tidak sesuai dibudidayakan saat ini
yang akan dikembangkan dengan faktor
(N1sre)
pembatas kemiringan
dengan
faktor
pembatas
kemiringan lereng, kedalaman efektif
lereng dan tingkat bahaya rosi. Optimalisasi
tanah,
penggunaan lahan dapat dilakukan dengan
dan
tingkat
bahaya
erosi.
Sedangkan apabila komoditas tersebut
pembuatan terasering, pemupukan dengan
dibudidayakan di Subak Pemangsan
pupuk organik dan Nitrogen sehingga secara
Angkah Pondok secara actual tergolong
potensil sangat sesuai untuk pengembangan
cukup sesuai (S2se) dengan faktor
komoditas yang direncanakan.
pembatas kemiringan lereng dan tingkat
Respon para petani sangat baik, hal
bahaya rosi.
ini terlihat dari relatif banyaknya petani 109
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
3. Anggota
Subak
responsip
pembuatan terasering, pemberian pupuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan
organik, dan nitrogen sehingga secara
tentang
potensil
aplikasi
sangat
teknologi
zone
sangat
agroekologi dalam pemanfaata jurang
pengembangan
4. Sebanyak 25% bibit digunakan untuk
direncanakan.
sesuai
untuk
komoditas
yang
demplot dengan pengaturan sebagai G. DAMPAK DAN MANFAAT
berikut : pada lereng >45% hanya
Program
ditanami tanaman hutan, lereng 20-45% untuk
tanaman
campuran
baik
1. Tim
(buah-buahan) dan tanaman hutan.
ilmu
tanaman yang berisi kewajiban anggota
II
penanaman
penguat
tanaman
masyarakat,
dapat
aplikatif
meraih guna
dihadapi pengetahuan
pengembangan
teknologi
dan
pengetahuan
khususnya
dalam
pemanpaatan
aman terhadap lingkungan. Dampak
ditingkatkan menjadi sesuai bersyarat.
positifnya, adalah terjadi perubahan
penggunaan
perilaku petani dalam memanfaatkan
lahan di Subak Pemangsan Angkah dilakukan
yang
jurang yang tepat dan benar, serta
potensial kelas kesesuaiannya dapat
dapat
mengetahui
2. Masyarakat (petani) : mendapatkan
organik, dan nitrogen sehingga secara
Pondok
guna
dengan
Tinggi
konservasi
luas lahan, dan penambahan bahan
optimalisasi
yang dimiliki
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
teras,
(tanaman kehutanan) minimal 30% dari
Sedangkan
mendapatkan
langsung
permasalahan
di
dilakukan melalui pembuatan terasering tanaman
:
pengetahuan
masyarakat
melanggar pararem tersebut.
dengan
peneliti
bersosialisasi
dan sangsi bagi anggota Subak yang
Sakti
pengabdi,
untuk diterapkan kepada masyarakat,
Subak untuk menjaga kelestariannya
lahan
tim
kesempatan untuk mengaplikasikan
5. Telah tersusun perarem pengelolaan
Pangkung
menyangkut
dimana tim ditugaskan.
tanaman campuran antara hortikultuta
Subak
yang
masyarakat (petani), dan Perguruan Tinggi
hutan, sedangkan lereng <20% untuk
penggunaan
kepada
masyarakat ini memilki beberapa manfaat
antara
tanaman perkebunan dengan tanaman
6. Optimalilasi
pengabdian
jurang karena sudah dibuat aturan
dengan 110
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
Amien, I. (1997). Karakterestik dan Analisis Zone Agroekologi. Makalah ilmiah. Pelatihan pengkajian sistem usaha tani spesifik lokasi dengan pendekatan teknologi adaptif, 14 Maret sampai dengan 12 April 1997. Ciawi, Bogor. Anonimus. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Penataan Ruang, Jakarta Anonimus. (2005). Monografi Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Bali. Bapeda Buleleng. (2004). Penyusunan Penelitian Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng. Menhut. (2009). Peraturan Menteri Kehutanan N0. P.39/Menhut II/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS terpadu. Diakses: tahun 2009. Dari: http:/www.dephut.go.id. Wikepedia, 2009. Jurang. Diakses 13 Maret 2009. Dari: http:/id.wikepedia.org.
tertulis (awig awig) tentang tata cara pengelolaan jurang 3. Model
pengelolaan
jurang
yang
diinformasikan oleh tim pengabdi diharapkan akan dapat diikuti oleh masyarakat
pada
kelompok
tani
berbeda yang ada di sekitar wilayah Desa
Angkah,
Selemadeg
Kecamatan
Barat,
Kabupaten
Tabanan. 4. Perguruan Tinggi : mendapatkan masukan dari masyarakat dalam perkembangan berbasis
Pendidikan
masyarakat.
yang
Masyarakat
petani adalah salah satu stecholder dalam penyempurnaan Perguruan
Tinggi.
pengabdian merupakan promosi
kurikulum Kegiatan
masyarakat salah
satu
juga kegiatan
Perguruan Tinggi
bersangkutan
sehingga
yang
semakin
I. PERSANTUNAN
diminati oleh masyarakat.
Banyak pihak telah membantu dalam pelaksanaan program tersebut. Untuk itu
H. DAFTAR PUSTAKA
pada kesempatan ini penulis mengucapkan
Adnyana, MD. (2006). Teknologi Zone Agroekologi Dalam Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan. Makalah ilmiah. Jurnal Lingkungan Hidup, Bumi Lestari, terakreditasi Dirjen Dikti Depdiknas. Vol.6, No. 1, Februari 2006. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lembaga Penelitian, Universitas Udayana, Denpasar
terimakasih kepada yang terhormat : 1. Kementerian
Pendidikan
Dan
Kebudayaan, Republik Indonesia, atas kepercayaan yang diberikan untuk melaksanakan program ini
111
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
2. Rektor Universitas Udayana, atas kesempatan
dan
fasilitas
Pangkung
yang
dan
Subak
segala fasilitas dan dukungannya
Lembaga
Pengabdian
Penelitian
Kepada
dan
6. Semua
Masyarakat
yang
telah
ikut
ini berjalan dengan lancar
bantuan dan arahannya
7. Ir. Nyoman Sunarta, MP; Ir.Nyoman Pertanian
Puja, SU; Ir. Nyoman Dibia, MSi;
Universitas Udayana, atas segala
dan Ir. Dewa Made Arthagama, MP;
bantuan dan arahannya
atas kerjasamanya, sehingga kegiatan
5. Kepala Kelompok
Fakultas
pihak
memberi bantuan, sehingga kegiatan
Universitas Udayana, atas segala
4. Dekan
II
Pemangsan Angkah Pondok atas
diberikan 3. Ketua
Sakti
Desa Tani
Angkah,
Ketua
subak
Abian
ini dapat selesai tepat pada waktunya
112