Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 4 Oktober – Desember 2015
IbM APLIKASI TEKNOLOGI FEURINSA MENUJU PETERNAKAN RAMAH LINGKUNGAN Hutwan Syarifuddin, M. Ridwan, Suryadi Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi ABSTRAK Pengabdian telah dilaksanakan di Kelompok Tani Mandiri Maju dan Tunas Muda Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muara Jambi. Pelaksanaan pengabdian selama 8 bulan dari bulan Mei sampai Desember 2014. Tujuan untuk membangun usaha peternakan yang ramah lingkungan di Desa Pudak dengan memanfaatkan limbah cair (urin sapi), dan mengaplikasikan penggunaan feurinsa di dalam pengembangan sistim integrasi pertanian terpadu. Hasil dari kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa animo masyarakat yang tinggi untuk memanfaatkan limbah cair (urin sapi) berupa feurinsa sebagai pupuk organik.. Hal ini disebabkan harga pupuk an organik semakin meningkat, ketersediaan terbatas dan memberikan dampak pada lingkungan. Pembuatan feurinsa yang berasal dari urin sapi mudah didapat, mudah dilakukan dan harganya relatif murah, sehingga dengan penggunaan feurinsa maka akan memberikan keuntungan bagi petani-peternak, terutama penghematan biaya untuk pembelian pupuk an organik. Teknologi feurinsa dapat diaplikasikan secara sederhana, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Kata kunci: feurinsa, mandiri maju, tunas muda PENDAHULUAN Desa Pudak berada di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muara Jambi. Desa ini merupakan sentra pengembangan ternak sapi potong (sapi bali). Populasi sapi di Kecamatan Kumpeh Ulu sebanyak 2050 ekor sedangkan di Desa Pudak terdapat 811 ekor (Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. Muaro Jambi (2012). Di Desa Pudak terdapat kelompok tani Mandiri Maju dan Tunas Muda, kegiatan anggota kelompok sebagai petani dan melakukan penggemukan sapi potong dengan sistem pemeliharaan ternak sapi dikandangkan dan disediakan tempat pakan serta minum sapi. Peternak sapi yang tergabung dalam Kelompok Tani Mandiri Maju dan Tunas Muda memiliki ternak sapi ± 2 – 8 ekor per KK. Di Desa Pudak juga terdapat lahan pertanian padi lebak dengan luas sekitar ± 200 ha. Dari usaha pemeliharaan ternak sapi, peternak mendapatkan limbah berupa limbah padat (feses) dan limbah cair (urin). Kondisi saat ini kelompok tani sudah mampu mengolah dan memanfaatkan
limbah padat untuk dijadikan pupuk kompos, pupuk tersebut digunakan sebagai substitusi dari pupuk anorganic seperti Urea, TSP dan KCl. Sedangkan limbah cair belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani peternak, sehingga limbah cair hanya terbuang dan menimbulkan bau. Permasalahan adalah ketidaktahuan peternak dalam mengolah limbah cair menjadi suatu produk yang bernilai tambah (addad value) akan menjadi suatu kendala. Dalam prinsip pembangunan peternakan ramah lingkungan, usaha peternakan memiliki kemampuan untuk melakukan reduce, reuse dan recycle terhadap limbah ternak. Limbah yang dikeluarkan oleh ternak yaitu feses, urine, sisa pakan, dan air sisa pembersihan ternak dan kandang (Maspary. 2010). Adanya pencemaran oleh limbah peternakan sapi sering menimbulkan berbagai protes dari kalangan masyarakat sekitarnya. Dalam pemanfaatan dan peningkatan nilai limbah cair (urin sapi) perlu sentuhan teknologi dalam bentuk fermentasi urin sapi
IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan
61
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
(Feurinsa). Urin sapi yang telah difermentasi kaya akan unsur hara (makro dan mikro) untuk meningkatkan kesuburan tanah, dan dapat juga digunakan sebagai agen hayati serta meningkatkan lapangan kerja melalui daur ulang yang menghasilkan pupuk organic sehingga akan meningkatkan pendapatan (Ayub, 2010). Sejalan dengan program pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan dan isu global "Back To Nature" maka sebagai konsekuensi perlu dukungan adanya pupuk organik, dan diperlukan kemandirian petani dalam mengatasi permasalahannya dengan tidak lagi bergantung pada pupuk pabrikan, melainkan harus bisa memanfaatkan sumber daya lokal yang ada untuk memenuhi kebutuhan petani. Sumberdaya limbah cair dapat ditingkatkan pemanfaatannya melalui fermentasi. Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke subtrat organik (Rachman,2002). Selanjutnya Affandi. (2008) mengemukan bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Feurinsa (fermentasi urin sapi) adalah teknologi yang diperlukan oleh kelompok tani dalam mengolah limbah cair menjadi suatu produk unggulan yang ramah lingkungan. Keunggulan feurinsa adalah harganya murah,pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Mengandung unsur hara yang menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain. Produk ini berfungsi sebagai pengusir hama tikus,wereng, walang sangit, dan penggerek serta sebagai sumber pupuk organik. Satu ekor sapi dengan bobot badan 400–500 kg dapat menghasilkan limbah padat dan cair sebesar 27,5-30 kg/ekor/hari.
Volume 30, Nomor 4 Oktober – Desember 2015
Di Desa Pudak urin sapi per hari dapat mencapai 10-15 liter per ekor. Sihombing, (2000) menyatakan jumlah urin dikeluarkan oleh seekor sapi berat 400 kg rata-rata 15 liter/hari. Apabila peternak memiliki 4 ekor sapi maka dalam satu hari sudah mampu mengumpulkan 40-60 liter urin. Dengan teknologi feurinsa maka harga urin sapi dapat dijual seharga Rp. 2000/liter. Keuntungan yang diperoleh oleh kelompok tani Mandiri Maju dan Tunas Muda selain dari pertambahan bobot badan ternak, juga akan memperoleh nilai tambah dari pemanfaatan feurinsa. Dengan demikian pengembangan feurinsa merupakan peluang besar untuk mengurangi pengeluaran bagi petani peternak untuk membeli pupuk anorganik dan pencemaran lingkungan. Namun demikian, pada sisi lain terdapat beberapa kendala dalam pengembangan feurinsa, yaitu hambatan teknis seperti pengembangan teknologi pengolahan feurinsa, hambatan finansial untuk pengembangan feurinsa, hambatan kebijakan, hambatan sosial seperti kepedulian dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap pemanfaatan feurinsa. METODE PELAKSANAAN Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di selenggarakan pada Kelompok Tani “Mandiri Maju dan Tunas Muda” Kecamatan Kumpeh Ulu. Khalayak sasaran yang ikut terlibat dan menunjang kegiatan ini adalah kelompok tani “Mandiri Maju dan Tunas Muda”. Pemilihan kelompok sasaran tersebut didasarkan atas pertimbangan kepentingan dan tujuan pengembangan teknologi Feurinsa serta tingginya tingkat kooperasi dari kelompok tani untuk mengadopsi teknologi. Berdasarkan pengalaman mereka yang dominan, diharapkan mereka merupakan sasaran antara yang memiliki fungsi strategis dalam penyebaran inovasi baru bagi sasaran (masyarakat) yang lebih luas. Metode pendekatan yang dilaksanakan adalah melalui pendekatan on
IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan
62
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
farm. Pelaksanaannya memperhatikan konsep efisiensi dan efektifitas penggunaan sumberdaya lokal dan peningkatan sumberdaya manusia (human resource). Dengan demikian upaya peningkatan dan pemanfaatan produksi ternak melalui aplikasi penggunaan limbah cair (urin) ternak sebagai pupuk organik untuk mengatasi kelangkaan pupuk anorganik dan meningkatkan kesuburan tanah serta menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman sehingga akan terbentuk suatu usaha tani terintegrasi (tanaman dengan ternak) yang ramah lingkungan. Selain itu, pengembangan program didasarkan pada adanya kebutuhan peningkatan pendapatan peternak dan menurunkan tingkat pengeluaran untuk pembelian pupuk anorganik, dan memanfaatkan peluang pemanfaatan limbah ternak sebagai sumber bahan organik. Kegiatan ini dilakukan dengan penekanan pada metode partisipasi aktif kelompok sasaran. Kelompok sasaran yang terlibat dalam kegiatan ini adalah peternak yang tergabung dalam dua kelompok tani. Pendekatan pada metode ini diharapkan kelompok sasaran dapat menguasai proses pembuatan dan penggunaan feurinsa. Mekanisme kegiatan ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu : penetapan kelompok sasaran, penyuluhan, kegiatan lapangan, pembinaan dan monitoring serta evaluasi kemajuan program. Dampak perubahan dalam pemeliharaan ternak sangat terasa terutama yang berkaitan dengan penggunaan feurinsa sebagai pupuk organik. Oleh karena itu untuk lebih meningkatkan penggunaan feurinsa, diperlukan beberapa langkah proaktif berupa penyediaan bak tempat penampungan urin yang dibuat di dekat kandang ternak, penyediaan drum untuk fermentasi dan sebagai stok pupuk organik dan perawatan alat, kegiatan penyimpanan feurinsa, menjaga kebersihan ternak dan kandang sebagai upaya menjaga kesehatan ternak dan lingkungan, serta pencegahan
Volume 30, Nomor 4 Oktober – Desember 2015
penyakit ternak Disamping itu, kita juga harus mampu menyediakan pakan ternak secara kontinu, dengan melakukan penyesuaian kegiatan pertanian, peternakan dan kegiatan lainnya. Pembuatan feurinsa menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT), yaitu auxin yang mampu menolak hama atau penyakit tanaman (Prabakusuma dan Sulistyorini, 2009). Feurinsa urin sapi yang diaplikasi pada tanaman menguntungkan petani karena dari segi biaya murah dan produksi meningkat dibandingkan dengan pupuk anorganik (Naswir, 2003; dan Rachman, 2002). Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan secara purposive kepada ketua kelompok tani, hal ini dilakukan karena ketua kelompok tani lebih berperan aktif dalam budidaya ternak yang ada Desa Pudak. Tahapan kegiatan sebagai berikut: Sosialisasi rencana kegiatan, Persiapan teknis untuk pembuatan feurinsa, Pengadaan bahan dan peralatan/unit pengolahan feurinsa dengan bak penampung, jerigen, mesin pencampur, dan tempat fermentasi, Pelatihan teknik pembuatan feurinsa, Proses pembuatan dan aplikasi pemanfaatan feurinsa di rumah tangga peternak, - Mempersiapkan tempat bak penampungan urin, - Urin sapi yang telah ditampung dimasukkan kedalam drum atau gerigen - Memasang mesin pencampur dan mesin pencacah, - Membangun tempat untuk fermentasi dan penyimpanan (storage), - Memotong/memperkecil ukuran empon-empon (jahe, kunir, temu lawak, laos, kencur, brotowali). - Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, ditumbuk sampai
IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan
63
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
halus kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik, maksud penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkan bau urine ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama, - Setelah itu tetes tebu dimasukkan kedalam drum plastik, lalu dimasukkan starter Sacharomyces cereviceae. Tetes tebu dan starter Sacharomyces cereviceae ini berguna untuk fermentasi dan nantinya setelah jadi pupuk cair bisa menambah jumlah mikroba menguntungkan yang ada didalam tanah, - Fermentasi urine didiamkan selama 15 hari dan diaduk setiap tiga hari
Volume 30, Nomor 4 Oktober – Desember 2015
- Drum plastik ditutup dengan kain serbet atau kertas, - Setelah 15 hari pupuk cair sudah jadi kemudian disaring dan dikemas. - Setelah 15 sampai 21 hari, pupuk organik cair siap digunakan. Keberlanjutan kegiatan melalui perluasan ke peternak lain disekitar Desa Pudak. Evaluasi dan pengendalian kualitas feurinsa. Model yang dibangun secara terintegrasi antara pertanian padi sawah dengan pemeliharaan ternak sapi seperti yang disajikan pada Gambar 1.
Tanaman
Feurinsa Ternak Sapi
Hijauan segar dan sisa tanaman
Pakan Ternak
Feses
Urin
pangan
Teknologi Hay
Cubed Hay
Biogas
Slurry untuk pupuk organik
Disimpan sebagai Cadangan Pakan pada musim hujan dan kemarau
Bahan Bakar
Memasak dan Penerangan
Rumah Tangga PetaniPeternak
Gambar 1. Model pemanfaatan limbah dari tanaman padi sebagai pakan ternak. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari Kegiatan pengabdian ini dapat dilihat pada peningkatan animo
peternak dalam menggunakan limbah cair (urin) ternak yang akan dijadikan feurinsa sebagai pupuk organik ramah lingkungan.
IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan
64
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Peternak yang tergabung dalam kelompok tani Mandiri Maju dan Tunas Muda menginginkan adanya pemantauan, pembinaan dan pengawasan serta evaluasi dari kegiatan yang dilakukan. Pembinaan diarahkan pada ketrampilan kelompok sasaran dalam pembuatan, pemanfaatan feurinsa dan perawatan alat. Pemantauan dan pembinaan kegiatan ini dilakukan secara berkala setiap bulan setelah kegiatan penyuluhan dan kegiatan lapangan. Dalam mengevaluasi perubahan sikap petani dan peternak setelah menerima penyuluhan dan demontrasi dalam waktu yang relatif lebih singkat diperlukan tindakan berkelanjutan. Untuk mengadopsi suatu teknologi baru di bidang peternakan khususnya petani dan peternak lokal sangat diperlukan suatu program lanjutan dan berkesinambungan dari waktu ke waktu terutama tentang strategi dan pemanfaatan feurinsa, dan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di Desa Pudak secara optimal. Walaupun demikian dengan adanya penyuluhan dan aplikasi penggunaan limbah cair ternak telah menambah wawasan dan partisipasi petani peternak untuk memanfaakan feurinsa yang ramah lingkungan sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan peternak. Evaluasi dirancang untuk mengetahui pencapaian dari setiap tahapan kegiatan yang dilaksanakan. Berdasarkan evaluasi ini dapat diketahui faktor-faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan pengabdian. Rancangan evaluasi terdiri atas penilaian motivasi khalayak sasaran, kemampuan dan ketrampilan kelompok dan keberlangsungan kegiatan. Evaluasi tahap pertama dilakukan pada kegiatan penyuluhan dan kegiatan lapangan, sedangkan pada tahap kedua dilakukan terhadap keberlangsungan penerapan teknologi yang diintroduksi. Indikator yang digunakan untuk penilaian pencapaian tujuan penerapan ini adalah perubahan sikap kelompok sasaran selama mengikuti kegiatan. Tolok ukur yang
Volume 30, Nomor 4 Oktober – Desember 2015
digunakan untuk menilai keberhasilan ini adalah peternak sudah dapat menggunakan feurinsa sebagai pakan ternak baik pada masa pecaklik maupun tidak, kemudian pengurangan pengeluaran untuk membeli pupuk anorganik dan menjaga kebersihan lingkungan. Saat ini karena peralatan tempat penampungan dan pengolahan limbah cair (urin) masih terbatas jumlahnya maka petani peternak yang mendapat bantuan juga masih sedikit. Kedepan harapan dari anggota kelompok tani (Mandiri Maju dan Tunas Muda) agar setiap anggota kelompok tani mendapat bantuan alat. Dampak dari penggunaan feurinsa sudah dirasakan oleh sebagian anggota kelompok tani dengan demikian untuk pemerataan dan desiminasi teknologi feurinsa pada masa yang akan dating supaya mendapat dukungan dari program pemerintah atau stakeholder. Kegiatan pemanfaatan limbah pertanian harus terus dicanangkan mengingat limbah cair ternak yang berlimpah dan belum banyak digunakan oleh peternak, sedangkan limbah cair dapat digunakan sebagai bahan organic atau pupuk bagi tanaman. Keuntungan ekonomis yang diperoleh dari penggunaan feurinsa adalah peternak dapat mengurangi biaya untuk pembelian pupuk an organik pada saat terjadi kelangkaan persediaan pupuk, sedangkan limbah cair ternak yang terdapat di Desa Pudak masih belum banyak dimanfaatkan, hal ini berarti dapat melakukan penghematan atau efisiensi dalam penyediaan bahan organik. Potensi ekonomis feurinsa adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa pada saat ini harga pupuk anorganik berkisar Rp 6000,sampai Rp 7000,- per kilogram sedangkan kebutuhan masing-masing tanaman berbeda. Apabila satu ekor sapi menghasilkan urin sebanyak 10 liter per hari, apabila terdapat 40 ekor sapi di Desa Pudak maka dalam satu hari dapat terkumpul sekitar 350-400
IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan
65
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
liter urin. Limbah cair ternak yang dijadikan feurinsa dapat dijual seharga Rp 1000 per liter. Jika masing-masing peternak memiliki 2 sampai 4 ekor sapi maka keuntungan yang bisa diperoleh sekitar Rp 20000 hingga Rp 40000 per hari. Sebagai contoh petani-peternak di Desa pudak menggunakan pupuk urea untuk tanaman padi sebanyak 100 kg per hektar per tahun. Petani-peternak memiliki lahan sawah seluas 30 tumbuk atau (300 m2) pupuk urea yang dibutuhkan sebanyak 30 kg dan biaya yang dibutuhkan Rp 180.000,- sedangkan menggunakan pupuk feurinsa hanya memerlukan biaya sekitar Rp 32.000,artinya dengan menggunakan feurinsa sudah dapat menghemat biaya sebesar Rp 148.000,- per hektar per tahun, hal ini disebabkan limbah cair yang digunakan sebagai feurinsa pada saat ini tinggal menampung dari kandang ternak, artinya peternak dapat memanfaatkan limbah cair sebanyak mungkin untuk dijadikan feurinsa tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku. Berdasarkan hasil yang telah dirasakan oleh anggota kelompok tani Mandiri Maju dan Tunas Muda, maka kelompok tani lain menginginkan agar program pemanfaatan feurinsa ini terus berlanjut. Keinginan ini didukung oleh kemauan peternak yang tinggi dan jumlah limbah cair ternak yang cukup memadai dalam menghasilkan feurinsa. Keuntungan lain yang diperoleh petani peternak selain dari feurinsa, mereka juga menggunakan kotoran ternak untuk dijadikan biogas dan pupuk kompos yang akan digunakan kembali sebagai bahan organik untuk pupuk tanaman. Kompos dari limbah ternak dijual dengan harga Rp 1000 per kilogram. Penggunaan pupuk organik selain dapat meningkatkan unsur hara dalam tanah juga dapat meningkatkan produktivitas tanaman, di samping untuk mengurangi pengeluaran biaya untuk pembelian pupuk anorganik seperti Urea, TSP dan KCl.
Volume 30, Nomor 4 Oktober – Desember 2015
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil diskusi berupa penyuluhan dan demontrasi secara langsung kepada peternak dan kelompok tani “Mandiri Maju dan Tunas Muda” yang ada di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu mengenai aplikasi feurinsa yang ramah lingkungan telah menambah wawasan dan animo masyarakat untuk beternak dan bertani yang lebih baik. Sehingga sebagian peternak sudah mulai dapat memanfaatkan feurinsa sebagai pupuk organik, dan penghematan dalam pembelian pupuk anorganik serta berupaya untuk melakukan kegiatan dalam menjaga, meningkatkan kesehatan dan produktivitas ternak. Saran Mengingat masih banyaknya kelompok tani yang belum memanfaatkan feurinsa ramah lingkungan dan tingginya animo masyarakat untuk beternak maka perlu diadakan suatu pengabdian yang lebih lanjut kepada petani peternak dengan memberikan sosialisasi dan pemahaman tentang kegunaan dan manfaat feurinsa sebagai pupuk organic untuk meningkatkan kesuburan tanah, penghematan dalam pembelian pupuk anorganik sehingga seluruh petani peternak dapat memanfaatkan feurinsa dan peternak dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Rektor Universitas Jambi dan Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat, Ketua Kelompok Tani, DP2M Dikti yang telah memberikan bantuan dana dan menyediakan fasilitas sehingga pengabdian ini dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Affandi. 2008. Pemanfaatan urine Sapi yang Difermentasi sebagai Nutrisi Tanaman. (online), (http://affandi21.xanga.com/6440383 59/pemanfaatan-urinesapi-yang-
IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan
66
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 4 Oktober – Desember 2015
difermentasi-sebagai-nutrisitanaman/, 20 Januari 2010) Ayub, S.P. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. PT Agro Media Pustaka. Jakarta Dinas Peternakan Propinsi Jambi. 2012. Statistik Peternakan Kabupaten Muara Jambi. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Muaro Jambi. Maspary. 2010. Cara Mudah Fermentasi Urine Sapi Untuk Pupuk Organik Cair. http://www.gerbangpertanian.com/20 10/04/cara- mudah- fermentasiurine-sapi- untuk.html. Diakses 23 Agustus 2011 Naswir. 2003. Pemanfaatan Urine Sapi yang Dipermentasi sebagai Nutrisi
Tanaman. Pengantar Falsafah Sains. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. Prabakusuma, A.S. dan H. D. Sulistyorini. 2009. Pemanfaatan Limbah Urine Sapi Terfermentasi (Bos Indicus) Sebagai Pupuk Organik Cair Dan Biopestisida. Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Rachman, S. .2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.
Gambar Proses Pembuatan Feurinsa
Gambar 2. Drum Tempat Urin
Gambar 3. Empon-Empon
Gambar 4. Urin Sapi
Gambar 5. Saluran Penampung Urin
IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan
67
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 4 Oktober – Desember 2015
Gambar 6. Bak Penampung Urin
Gambar 7. Tempat Fermentasi Urin
Gambar 8. Persiapan Fermentasi Urin
Gambar 9. Persiapan Empon-Empon
Gambar 10. Pemberian Empon Empon
Gambar 11.Pencampuran Empon-Empon
IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan
68
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Gambar12. Fermentasi Urin
Volume 30, Nomor 4 Oktober – Desember 2015
Gambar 13. Feurinsa Yang Diberikan Pada Tanaman
IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan
69