I. PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian tidak bisa dilepaskan dari adanya para pemilik modal. Mereka ikut serta dalam persaingan pasar pertanian untuk mencari hasil-hasil pertanian dari para petani untuk dibeli dan dijual lagi agar dapat memperoleh keuntungan. Adanya ketergantungan para petani atas keberadaan para agen perantara, pedagang perantara ataupun pedagang pengumpul menjadi salah satu bukti bahwa tanpa adanya mereka hasil-hasil pertanian mungkin tidak akan bisa menghiasi warung-warung, pasar-pasar, kios-kios pengecer, toko-toko ataupun supermarket dan swalayan, sebagai bentuk partisipasi petani dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Khususnya dalam perdagangan dan pemasaran hasil-hasil pertanian, peran pedagang perantara sangatlah dibutuhkan oleh para petani, khususnya di daerah pedesaan, karena mengingat jauhnya jarak yang di tempuh untuk mencapai pasar, keterbatasan alat angkut, kurangnya informasi tentang keadaan pasar membuat para petani sangat memerlukan pedagang perantara dalam memasarkan hasil-hasil pertaniannya. Di samping itu juga, keterbatasan modal dan keinginan dari petani untuk bisa mendapatkan uang secara cepat, membuat mereka mau tidak mau harus berhadapan dengan pedagang perantara. Petani pada umumnya adalah pengusaha kecil, dengan penghasilan rendah dan hidupnya sangat sederhana, bahkan sering dijumpai dalam keadaan kekurangan, jadi dalam mempertahankan usaha pertanian harus ada pinjaman dari pihak luar. Permasalahan diatas adalah fenomena yang masih sering dijumpai pada masyarakat khususnya masyarakat pedesaan yang mayoritas penduduknya adalah petani. Pertanian memang merupakan karakteristik pokok dari umumnya desadesa di dunia ini, khususnya desa-desa di Indonesia, dilihat dari eksistensinya, desa merupakan fenomena yang muncul dengan mulai dikenalnya cocok tanam di dunia ini (Anonim, 1999). Desa dalam pengertian umum adalah desa sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimanapun di dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat
1
tinggal maupun bagi pemenuhan kebutuhannya dan yang terutama bergantung pada pertanian (Rahardjo, 1999). Istilah pedagang perantara memang sudah tidak asing lagi dan bukan merupakan hal yang baru di dalam dunia pertanian di Indonesia. Selama ini, istilah pedagang perantara masih saja dikaitkan dengan istilah tengkulak yang mempunyai konotasinya negatif dengan sistem “idjon”nya. Bagi kebanyakan orang pada umumnya, yang belum tahu dan belum benar-benar mengerti tentang dunia
pertengkulakan
ataupun
jual
beli
sayur
mungkin
mempunyai
persepsi/pandangan yang negatif, ditengah pemberitaan di media yang semakin menyudutkan tengkulak. Hal tersebut dikarenakan pada jaman dahulu istilah tengkulak mempunyai konotasi yang negatif, karena pada saat itu dianggap sering merugikan petani lewat aktivitasnya yang disebut dengan sistem “idjon”. Pada jaman sekarang ini, hal tersebut sudah mulai tidak ada lagi, dan lebih dikenal dengan istilah pedagang perantara yang aktifitasnya jauh lebih positif, Khususnya dalam kegiatan perdagangan dan pemasaran hasil pertanian, karena sangat membantu petani dalam menghadapi kesulitan ataupun masalah pemasaran dan perdagangan hasil pertanian. Pedagang perantara pada umumnya ada di daerah-daerah pertanian, khususnya daerah pedesaan. Hubungan petani dengan pedagang perantara sebenarnya dimulai dari hubungan antara pedagang dan pembeli, kemudian hubungan tersebut berlanjut ke arah yang lebih intens dan munuju hubungan yang saling terkait satu sama yang lain (simbiosis mutualisme) dan sangat sulit dipisahkan karena disadari oleh hubungan yang saling membutuhkan dan menguntungkan itu. Pedagang perantara adalah orang yang bertugas untuk mencari hasil-hasil pertanian dari para petani yang ada di desa untuk di beli dan dijual lagi guna memperoleh keuntungan. Tidak jarang juga, mereka yang mempunyai modal yang cukup besar merangkap menjadi pelepas uang, yaitu orang yang memberikan pinjaman modal kepada para petani yang membutuhkan uang untuk kegiatan pertanian dan kebutuhan yang mendesak. Karena disadari pada umumnya petani lebih memilih meminjam modal dengan pemilik modal/pelepas uang dari pada
2
meminjam modal lewat pihak bank yang disalurkan melaui program kredit usaha tani melalui koperasi yang ada di desa-desa. Alasan para petani adalah karena proses dan syarat ataupun prosedur yang diberlakukan pemerintah akan kredit tersebut sangat menyulitkan petani. Sedangkan kalau petani meminjam modal kepada pelepas uang/modal, prosesnya bisa cepat tanpa melalui syarat ataupun prosedur yang sulit. Aktivitas pedagang perantara biasanya meliputi ; mereka mencari informasi tentang keberadaan para petani yang akan memulai panen, mereka biasanya mempunyai rantai sistem permainan yang dimulai dari adanya penghubung dan pemberi informasi, setelah itu, penghubung/pemberi informasi mengkontak dan dalam waktu sekejap pedagang perantara pun langsung datang dengan membawa alat angkut berupa truk, alat timbang dan uang cash /tunai, dan setelah ditimbang, petani lansung menerima uang sesuai dengan kesepakatan di awal. Dari latar belakang diatas, dapat disimpulkan permasalahan secara umum sebagai asumsi dasar peneliti dalam menjalanakan penelitian ini. Adapun permasalahan tersebut adalah : permasalahan tentang status dan peran pedagang perantara dalam bidang perdagangan dan pemasaran hasil pertanian, sistem pembelian, penetapan harga, serta manajemen pengelolaan hubungan pemasok dan pelanggan (SRM dan CRM) antara pedagang perantara dengan para pemasok dan customer (pelanggan).
1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan status dan peran pedagang perantara dalam bidang perdagangan dan pemasaran hasil pertanian. Status yang merupakan kedudukan pedagang perantara dalam kehidupan petani, dan peran yang dilakukan oleh pedagang perantara dalam kegiatan pemasaran dan perdagangan hasil pertanian.
3
2. Menjelaskan sistem pembelian yang diterapkan dan dilakukan pedagang perantara (cara yang digunakan dalam membeli hasil pertanian). 3. Menjelaskan sistem penetapan harga yang diterapkan dan dilakukan pedagang perantara (cara dalam menetapakan harga). 4. Menjelaskan tentang manajemen pengelolaan hubungan pemasok dan pelanggan yang dilakukan pedagang perantara. 1.3 Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini, dari segi teoriits, diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang sosial ekonomi pertanian, khususnya untuk melihat fenomena permasalahan pertanian yang masih ada di masyarakat pedesaan. Khususnya permasalahan tentang pedagang perantara, berkaitan dengan peran dan status dalam pemasaran dan perdagangan hasil-hasil pertanian. Dari segi praktis, sebagai bukti partisipasi sebagai mahasiswa pertanian dalam kepedulian terhadap dunia pertanian. 1.4 Batasan Masalah Dan Asumsi Dasar Mengingat waktu, biaya dan tenaga yang terbatas dalam penelitian ini, perlu dilakukan pembatasan masalah yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam penelitian ini batasan masalahnya adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan status dan peran pedagang perantara di bidang perdagangan dan pemasaran hasil pertanian, sistem pembelian dan penetapan harga yang dilakukan dan diterapkan oleh pedagang perantara, serta menjelaskan “supppplier and customer relationship management” yang dilakukan oleh pedagang perantara. Pedagang perantara adalah orang yang membeli hasil-hasil pertanian dari petani untuk dijual lagi kepada pihak ketiga untuk memperoleh keuntungan, dan tidak jarang juga orang ini menjadi pelepas uang, yang memberikan pinjaman uang kepada para petani untuk bisa terus mengembangkan dan mempertahankan usaha pertaniannya. Status pedagang perantara adalah kedudukannya ditengah kehidupan para petani dan mempunyai peran dalam mengumpulkan, mencari, membeli, dan menjual serta mendistribusikan hasil-hasil pertanian dari para petani kepada 4
konsumen akhir. Sehingga barang bisa sampai ditangan konsumen dan mendapatkan keuntugan dari hasil penjualan tersebut Sistem pembelian adalah metode atau cara yang sangat sederhana yang dilakukan oleh pedagang perantara dalam membeli hasil pertanian dan cara-cara yang dilakukan oleh para pedagang perantara dalam menyakinkan petani, untuk bisa mempercayakan hasil pertaniannya untuk bisa dijual atau dipasarkan. Sistem penjualan adalah metode atau cara yang sederhana yang digunakan oleh pedagang perantara dalam menetapkan harga, cara dalam menetapkan sistem penjualan dan cara yang digunakan dalam membagi hasil penjualan dengan pihakpihak yang terkait. “Supplier and customer Relationship management” adalah manajemen pengelolaan hubungan pemasok dan pelanggan yang dijalankan pedagang perantara, CRM yang meliputi : memberikan kesan yang baik, mempergunakan ketrampilan percakapan yang baik, membiarkan pelanggan mengalami sesuatu, memancing umpan balik, dan menutup interaksi dengan baik dalam menjaga hubungan dengan relasi bisnisnya. SRM yang meliputi : komitmen, komunikasi, diskusi, kejujuran, dan berbagi informasi, serta aspek sosial dalam kehidupan sehari-hari para relasi bisnisnya, sehingga pelanggan bisa tetap setia.
5