1
I. PENDAHULUAN Keanekaragaman
hayati
atau
disebut
juga
biodiversitas
adalah
keanekaragaman yang ditinjau dari tiga tingkat yaitu dari tingkat gen dan kromosom yang pembawa sifat keturunan, tingkat spesies yaitu berbagai golongan organisme yang mempunyai susunan gen tertentu dan tingkat ekosistem atau ekologi yaitu tempat spesies itu melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor biotik dan abiotik. Makin besar jumlah spesies, makin besar pula keanekaragaman hayati. Bila spesies baru yang terjadi lebih banyak dari kepunahan maka keanekaragaman hayati bertambah. Sebaliknya jika kepunahan terjadi lebih banyak dari terbentuknya spesies baru, maka keanekaragaman hayati akan menurun ( Irwan, 1992). Keanekaragaman tumbuhan di Indonesia merupakan sumber kekayaan alam yang luar biasa dan tidak ternilai harganya. Potensi ini dapat memberikan manfaat dan keuntungan yang sangat besar bagi masyarakat jika manfaat dan potensi keanekaragaman tumbuhan tersebut dapat diketahui serta dieksplorasikan secara optimal. Indonesia yang beriklim tropis dan mempunyai tanah yang subur sehingga banyak tumbuhan yang dapat tumbuh dan manusia dapat mengandalkan lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhannya dan disebut sebagai tumbuhan berguna. Tumbuhan berguna dapat dikelompokkan berdasarkan pemanfaatannya antara lain tumbuhan sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetika, alat rumah tangga dan pertanian, tali-temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat dan kegiatan sosial, minuman dan kesenian (Kartikawati, 2004). Besarnya peran keanekaragaman hayati tumbuhan bagi kelangsungan hidup manusia, serta bagi pembangunan memberikan alasan kuat mengapa penelitian etnobotani dan etnobiologi dilakukan dalam kaitannya dengan konservasi (Yulia,
2
2009). Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani (tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya (Suryadarma, 2008). Penelitian etnobotani diawali oleh para ahli botani yang memfokuskan tentang persepsi ekonomi dari suatu tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal (Sood et al. 2001). Studi etnobotani akhirnya bermanfaat ganda, karena selain bermanfaat bagi manusia dan lingkungan, dan perlindungan pengetahuan tersebut melalui perlindungan spesiesspesies tumbuhan yang dimanfaatkan (Suryadarma, 2008). Etnobotani juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alat untuk mendokumentasikan pengetahuan masyarakat yang tradisional, masyarakat awam yang telah menggunakan berbagai macam jasa tumbuhan untuk menunjang kehidupannya (Suryadarma, 2008). Ahli etnobotani bertugas mendokumentasikan dan menjelaskankan hubungan kompleks antara budaya dan penggunaan tumbuhan dengan fokus utama pada cara penggunaan tumbuhan, dikelola, dan dipersepsikan pada berbagai lingkungan masyarakat, misalnya sebagai makanan, obat, praktek keagamaan, kosmetik, pewarna tekstil, pakaian, konstruksi, alat, mata uang, sastra, ritual, serta kehidupan sosial (Acharya dan Anshu, 2008). Menurut
Thok (2012), tumbuhan memiliki banyak manfaat dibeberapa
bidang kajian, diantaranya: 1.
Bahan makanan. Bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan antara lain batang, daun, bunga, buah, dan biji. Contoh tumbuhan yang dimanfaatkan batangnya adalah : sagu, tebu, dan enau (aren). Contoh tumbuhan yang dimanfaatkan daunnya : bayam, kangkung, melinjo, selada. Contoh tumbuhan yang dimanfaatkan bunganya : kol, kubis, turi. Contoh tumbuhan yang
3
dimanfaatkan buahnya : jeruk, jambu, apel. Contoh tumbuhan yang dimanfaatkan bijinya : kacang, kedelai, jagung. 2.
Bahan sandang. Bahan sandang yang berasal dari tumbuhan antara lain : katun terbuat dari kapas.
3.
Bahan bangunan. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan misal jati, mahoni, angsana, dan lain-lain.
4.
Bahan obat-obatan. Tumbuhan yang dimanfaatkan untuk bahan obat-obatan antara lain : daun sirih untuk obat gatal-gatal, akar alang-alang untuk mengobati panas dalam, kulit batang kina untuk mengobati penyakit malaria. Bunga melati untuk mengobati demam. Daun kumis kucing untuk mengobati batu ginjal. Daun dadap untuk menurunkan panas. Daun kelor mengobati panas dan demam. Daun jinten untuk mengobati batuk, sakit perut, dan sariawan.
5.
Penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri dimanfaatkan untuk industri parfum, kosmetik, makanan atau minuman. Minyak atsiri dapat dimanfaatkan untuk pewangi dan penguat rasa makanan. Contoh tumbuhan penghasil minyak atsiri yaitu kayu putih dan serai.
6.
Bahan baku industri Contoh bahan baku industri yang berasal dari tumbuhan antara lain : getah karet untuk membuat ban, getah pinus untuk membuat terpentin dalam industri cat. kelapa sawit dimanfaatkan untuk membuat minyak goreng.
7.
Bahan pewarna alami.
4
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan untuk pewarna alami antara lain : kunyit sebagai pewarna kuning, suji dan pandan sebagai pewarna hijau, wortel sebagai pewarna jingga atau oranye, cabai sebagai pewarna merah. 8.
Bahan penyedap makanan, contohnya lada, pala, cengkih, serai, jahe dan lainlain.
9.
Pemanfatan tumbuhan untuk bahan bakar, contohnya kayu sengon, dan kayu albasia.
10.
Pemanfataan tumbuhan untuk upacara adat/ ritual, contohnya mawar, melati, kenanga, kamboja, cempaka, dan kantil. Pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat di Indonesia telah
dimulai sejak lama. Di dalam relief candi Borobudur, Prambanan, dan Penataran misalnya, dapat ditemukan gambar-gambar pohon maja, buni, pucung, cendana, kembang sepatu, sukun, nangka, pinang, kecubung, siwalan, kelapa dan bukti yang lainnya sehingga dari bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman pemanfaatan tumbuhan di Indonesia untuk berbagai keperluan telah lama dilakukan (Soejono, 1998). Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat agraris, pada umumnya mempunyai tradisi menggunakan tumbuhan untuk kegiatan ritual, perawatan tubuh, dan pengobatan penyakit yang didapat secara turun menurun. Penggunaan tumbuhan untuk ketiga spesies kegiatan tersebut relatif masih dilakukan secara tradisional yang rendah nilai tambahnya artinya pengetahuan tentang penggunaan tumbuhan tersebut dari segi ekonomi belum bertambah dan pengetahuannya juga masih terbatas. Beberapa contoh tumbuhan, pemanfaatannya berkembang dengan pesat karena alasan komersial misalnya pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan makanan, obatobatan dan kosmetik, tetapi tidak jarang spesies tumbuhan tertentu pemanfaatannya
5
telah ditinggalkan karena alasan tidak praktis atau ketinggalan zaman (Soejono, 1998). Pribadi
(2013),
menyatakan
bahwa
contoh
tumbuhan
yang
biasa
dimanfaatkan seperti temulawak yang dimanfaatkan untuk mengobati sakit kuning, diare, perut kembung dan pegal-pegal. Terakhir juga bisa dimanfaatkan untuk menurunkan lemak darah, mencegah penggumpalan darah sebagai antioksidan dan memelihara kesehatan dengan meningkatkan daya kekebalan tubuh. Bawang putih dapat dimanfaatkan untuk meredakan flu, batuk, membantu melegakan pemampatan dan mengeluarkan lendir. Karenaberbagaikandungnan minyak dan zat yang ada di dalamnya, jeruk nipis juga dimanfaatkan untuk mengatasi disentri, sembelit, ambeien, haid tak teratur, jerawat, kepala pusing atau vertigo, suara serak, batuk, bau badan, menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe, flu, demam, terlalu gemuk, amandel, penyakit anyang-anyangan (kencing terasa sakit), mimisan, dan radang hidung. Waktu kelahiran, sejumlah adaptasi mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya di luar uterus. Bayi baru lahir membutuhkan perawatan serta perlindungan untuk menjalani masa transisi dengan baik sampai usia balita (Ladewig dkk, 2005). Menurut Nda (2010), anak balita sebagai masa emas “golden age” yaitu insan manusia yang berusia 0-5 tahun, namun meskipun sebagian pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun. Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosio-emosional (sikap dan prilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
6
pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Periode tumbuh kembang balita meliputi : 1. Masa prenatal, janin dalam kandungan kelompok umur pada masa prenatal/kehamilan, 2. Masa bayi kelompok umur 0-12 bulan, 3. Masa anak balita kelompok umur 12-60 bulan ( 2-5 tahun), 4. Masa pra sekolah kelompok umur 60-72bulan ( 5-6 tahun). Perlindungan yang perlu diberikan dalam perawatan bayi baru lahir adalah menjaga kebutuhan utama bayi yaitu bernafas dan sirkulasi darah tidak terganggu, mencegah hilangnya suhu ataupun kebutuhan oksigen yang meningkat. Pencegahan terhadap infeksi dan gangguan perdarahan.Memberikan nutrisi yang cukup. Perawatan secara umum yaitu perawatan kulit, tali pusat, memantau pertambahan berat badan, keaktifan bayi dan pola tidur. Selain keadaan fisik stimulus perkembangan perilaku dan hubungan bayi dengan orang tua perlu juga diperhatikan. Kebiasaan yang secara turun-temurun dalam merawat bayi juga masih dimanfaatkan dan dipertahankan sampai sekarang oleh masyarakat di berbagai daerah (Anik dan Nurhayati, 2008). Mambo (2006), juga menyatakan bahwa kemiri berkhasiat menyuburkan rambut bayi, minyak kemiri dioleskan pada kepala bayi atau anak sambil dipijat perlahan setiap malam. Pagi hari rambut dishampo dan dibilas dengan air hangat hingga bersih. Minyak kemiri ini lebih baik yang sudah jadi. Banglai (bangle, panglai, manglai, pandhiyang) untuk menenangkan bayi dan anak yang sering rewel pada malam hari,balurkan parutan banglai segal di kening dan badan anak. Minyak zaitun untuk mengobati kerak kepala atau ketombe pada bayi (craddle crap), sebanyak 1-2 kali per hari dioleskan pada kulit kepala. Lidah buaya untuk mengobati
7
luka bakar pada bayi dan anak dengan mengoleskan daging daun lidah buaya pada seluruh permukaan kulit yang menderita luka bakar. Pasupati (2012), menyebutkan bahwa masyarakat di Sumatera biasa menggunakan potongan cendana untuk mengobati bekas luka, cara penggunaan potongan cendana ditumbuk hingga halus, campur dengan sedikit air dan aduk sampai cokelat kemudian oleskan pada bekas luka. Pelepah pohon aren yang kering di haluskan kemudian gosok pada kulit bekas luka. Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) untuk mengobati demam. Cuci bersih daunnya, keringkan dengan lap bersih, panaskan sebentar di atas api agar lemas. Remas-remas sehingga lemas, olesi dengan minyak kelapa, kompreskan pada perut dan kepala. Meniran (Phyllanthus niruri) rebus 1 genggam meniran segar dengan 2 gelas air hingga mendidih dan airnya tinggal 1 gelas juga dapat menurunkan panas. Pemakaian luar untuk panas pada anak,
bawang merah dihaluskan,
buah jeruk nipis diperas, ditambahkan
minyak kelapa, campur semua bahan diaduk rata, dikompreskan pada ubun-ubun (kepala atas) anak. Beberapa tumbuhan tersebut merupakan sebagian spesies tumbuhan yang biasa dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat diberbagai daerah dengan kegunaan yang beragam. Penggunaan dan khasiat yang ditimbulkan oleh spesies tumbuhan tertentu tidak hanya dimanfaatkan oleh orang dewasa saja tetapi bayi dan balita juga bisa menggunakannya untuk perawatan sehari-hari. Menurut Budiyanto (2008), bahwa pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia, kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola perawatan bayi seperti pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern, sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur
8
4 tahun, tidak hanya pemberian ASI dalam perawatannya seperti pemberian makan pun juga masih demikian. Beberapa daerah misalnya pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Demikian pula halnya dengan pembuangan kolostrum (ASI yang pertama kali keluar). Beberapa masyarakat tradisional menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuningkuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, kolostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi (Mambo, 2006). Indonesia memiliki beranekaragam masyarakat dengan pola kehidupan dan kebiasaan yang berbeda-beda, salah satunya masyarakat di Kecamatan Mandiraja. Wilayah Kecamatan Mandiraja merupakan bagian dari Wilayah Administrasi Kabupaten Banjarnegara sebelah barat dengan luas wilayah 5.261.836 Ha. Kecamatan Mandiraja secara administrasif dibatasi oleh : a. Sebelah Utara
: Kecamatan Rakit
b. Sebelah Timur
: Kecamatan Purwonegoro
c. Sebelah Selatan
: Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen
d. Sebelah Barat
: Kecamatan Purwareja – Klampok
9
Wilayah Kecamatan Mandiraja terdiri atas daerah perbukitan disebelah selatan yang meliputi 6 desa yaitu desa Salamerta, Glempang, Kebanaran, Kaliwungu, Somawangi dan desa Jalatunda. Sedangkan 10 desa lain yang merupakan dataran rendah yaitu Desa Mandiraja Wetan, Mandiraja Kulon, Kebakalan, Banjengan, Kertayasa, Panggisari, Candiwulan, Blimbing, Purwasaba dan desa Simbang. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Mandiraja sebagai petani, pengrajin bambu, pembuat gula kelapa dan aneka kripik, pembuat batu bata, petani ikan, dan sebagai PNS (Humas SETDA, 2013). Masyarakat di Kecamatan Mandiraja masih menggunakan cara tradisional dan memiliki pola pikir yang sama dalam hal merawat bayi dan balitanya dengan mempercayai khasiat yang ditimbulkan pada spesies tumbuhan tertentu, sesuai dengan kebutuhannya. Mereka juga memanfaatkan tumbuhan sebagai pengobatan awal yang telah diajarkan oleh orang-orang sebelumnya untuk pengobatan secara tradisional. Menurut Mambo (2006), misalnya penggunaan mengkudu (pace) untuk meringankan perut kembung pada bayi dengan dipanaskan daun mengkudu diatas api beberapa saat, lalu olesi minyak kelapa segar atau yang baru. Tempelkan pada perut anak sewaktu hangat, bisa diulang beberapa kali. Air kelapa muda dapat dimanfaatkan untuk obat muntaber karena air kelapa muda banyak mengandung mineral kalium, yang banyak keluar ketika anak muntaber. Morata (2013), menambahkan bahwa buah sirsak dapat dimanfaatkan untuk mengobati bayi mencret (diare) buah sirsak yang sudah masak, kemudian peras dan disaring untuk diambil airnya. Minumkan pada bayi yang mencret sebanyak 2-3 sendok makan.Mengobati Ambeien, peras buah sirsak yang sudah masak, ambil airnya sebanyak 1 gelas, minum sebanyak 2 kali sehari, pagi dan sore. Mengobati kencing sedikit sedikit (Anyang-anyangen), siapkan buah sirsak setengah masak dan gula pasir secukupnya.
10
Sirsak dikupas dan direbus dengan gula bersama-sama dengan air sebanyak 2 gelas, disaring dan diminum airnya.Cengkeh juga dapat dimanfaatkan sebagai ekspektoran yaitu dapat mengencerkan lendir yang ada di kerongkongan dan tenggorokan. Teh yang mengandung cengkeh dapat membantu mengatasi infeksi saluran pernapasan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagaimana keragaman tumbuhan yang dimanfaatkan dalam perawatan bayi sampai usia balita di Kecamatan Mandiraja?
2.
Bagaimana peranan tumbuhan dalam perawatan bayi sampai usia balita di Kecamatan Mandiraja? Guna memecahkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk : 1.
Mengetahui keragaman tumbuhan yang dimanfaatkan dalam perawatan bayi sampai usia balita di Kecamatan Mandiraja.
2.
Mengetahui peranan tumbuhan dalam perawatan bayi sampai usia bayi di Kecamatan Mandiraja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
keragaman, peranan, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan, serta cara penggunaanya dalam perawatan bayi sampai usia balita. Setelah diketahui hal-hal diatas diharapkan menjadi dasar pengetahuan, pengembangan dan pelestarian tumbuhan di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara.