I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan
salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal (a) kelapa sawit merupakan penggerak utama (prime mover), pengembangan agribisnis kelapa sawit mulai dari hulu hingga hilir, (b) pembangunan sub sektor kelapa sawit merupakan penyedia lapangan kerja yang cukup besar dan sebagai sumber pendapatan petani,
dan (c) kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang
memiliki andil besar dalam menghasilkan devisa negara . Hasil utama tanaman kelapa sawit diantaranya adalah minyak sawit (Crude Palm Oil / CPO ) dan inti Sawit (Palm Kernel). Produk tersebut dihasilkan dari tandan buah segar (TBS) yang diproses dalam pabrik pengolahan kelapa sawit. Saat ini Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar kedua setelah Malaysia. Total produksi CPO di dunia (Tabel 1) mencapai 33,42 juta ton pada tahun 2005. 84% dipasok dari Malaysia dan Indonesia. Malaysia 14,96 juta ton (44,76%) dan Indonesia 13,11 juta ton (39,23%). Tabel 1. Perkembangan Produksi CPO di Dunia Keterangan Produksi (Juta Ton) Dunia
Malaysia
Persentase (%)
2001
2002
2003
2004
2005
25.66
28.07
30.66
33.42
100.00 100.00
100.00
100.00
100.00
24.31
Pertumbuhan
11.36
5.55
9.39
9.23
9.00
Produksi (Juta Ton)
11.80
11.91
13.35
13.98
14.96
Persentase (%)
48.54
46.41
47.56
45.60
44.76
Indonesia
Pertumbuhan
8.86
0.93
12.09
4.72
7.01
Produksi (Juta Ton)
8.40
9.62
10.44
12.23
13.11
Persentase (%)
34.55
37.49
37.19
39.89
39.23
Pertumbuhan
20.00
14.52
8.52
17.15
7.20
4.11
4.13
4.28
4.45
5.35
16.91
16.10
15.25
14.51
16.01
3.01
0.49
3.63
3.97
20.22
Produksi (Juta Ton) lainnya
Persentase (%) Pertumbuhan
Sumber : BPS, 2006
Peran industri CPO dan produk turunannya akan terus berkembang, utamanya dengan adanya program energi alternatif biodisel, baik nasional maupun internasional. Indonesia mampunyai peluang besar mengingat ketersediaan lahan dan teknologi produksi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), kontribusi bidang perkebunan tercatat sebesar 2,52% pada tahun 2005 dan perkembangannya menunjukkan penurunan pada tiga tahun terakhir ( Tabel 2 ). Dari jumlah ini, sekitar 1,5% disumbang dari sub sektor kelapa sawit ( Indef, 2007 ). Tabel 2 .Pendapatan Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha (Rp Triliun) Lapangan Usaha Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan Persentase (%) Tanaman Perkebunan Persentase (%) Industri pengolahan Persentase (%) Lainnya Persentase (%) PDB Tanpa Migas Persentase (%) Pertumbuhan PDB (%) Sumber : BPS, 2006
2001
2002
2003
2004
2005
225,69
232,97
240,39
248,22
254,39
17,62
17,31
16,91
16,48
15,86
34,85
36,59
38,69
39,55
40,43
2,72
2,72
2,72
2,62
2,52
398,32
419,39
441,75
469,95
491,70
31,10
31,16
31,08
31,19
30,65
656,63
693,45
739,33
788,43
858,13
51,27
51,53
52,01
52,33
53,49
1.280,64
1.345,81
1.421,47
1.506,61
1.604,22
100
100
100
100
100
5.11
5.09
5.62
5,99
6,48
2
Upaya untuk meningkatkan produktifitas kelapa sawit terus dilakukan guna meningkatkan PDB dan meningkatkan kesejahteraan perekonomian rakyat disektor hulu misalnya dengan penguatan sistem kemitraan antara pengusaha dan petani. Subsidi pemeliharaan/peremajaan tegakan sawit, dan pembukaan lahan baru untuk menyediakan lapangan kerja. Perkebunan kelapa sawit memiliki makna strategis bagi perluasan lapangan kerja, dimana kebun seluas 10.000 ha dapat menyerap tenaga kerja sekitar 3.000 orang (Indef, 2007). Untuk luasan perkebunan kelapa sawit selama lima tahun terakhir terus meningkat, dibarengi dengan peningkatan produksi CPO. Luas areal kebun masih didominasi oleh perkebunan swasta, selanjutnya perkebunan rakyat dan perkebunan negara.
Sementara produktivitas (ton/ha) rata-rata
tertinggi didominasi oleh perkebunan negara yaitu sebesar 2,78 juta ton/ha (Tabel 3). Tabel 3 . Produktivitas CPO di Indonesia (Ton/Ha) Keterangan
2001
2002
2003
2004
2005
Perkebunan Rakyat
1,79
1,89
1,84
1,97
3,02
Perkebunan Negara
2,50
2,56
2,65
3,00
3,18
Perkebunan Swasta
1,60
1,75
1,86
2,29
2,43
Sumber : BPS, 2006
Salah satu perkebunan milik negara yang berada di propinsi Sulawesi Selatan adalah PTPN XIV.
PTPN XIV memiliki beberapa lokasi perkebunan
diantaranya di Luwu I, Malili, Tomata, Keera, Asera dan Masamba. tanam dimulai tahun 1983.
Proyek
Pada tahun 1986 untuk melengkapi proyek
perkebunan kelapa sawit dioperasikan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit (PMKS) di Luwu I, dengan kapasitas terpasang sebesar 30 ton TBS/jam.
3
Tabel 4. Realisasi Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Tahun 2002 – 2006 PTPN XIV Tahun No Uraian Sat 2002 2003 2004 2005 2006 1
Luas tanaman Inti Ha 4.023 4.023 Plasma Ha 6.408 6.408 Ex proyek Ha 6.693 6.693 Jumlah Ha 17.124 17.124 2 TBS/Ha a Inti Ton 16.5 14.7 b Plasma Ton 10.2 10.3 c Ex proyek Ton 1.4 1.7 Rata-rata Ton 8.2 8.0 3 Total TBS a Inti Ton 66.496 59.063 b Plasma Ton 65.234 66.244 c Ex proyek Ton 9.397 11.599 Jumlah Ton 141.127 136.906 4 Rendeman CPO % 19.30 19.39 Produksi Jadi : 5 CPO Ton 27.236 26.551 Kemel Ton 5.960 5.525 Sumber : Data Realisasi Tahun 2002 – 2006 PTPN XIV a b c
4.066 6.547 10.334 20.947
4.066 6.611 10.334 21.011
4.066 6.611 10.334 21.011
15.5 10.8 1.5 7.1
12.3 10.4 1.8 6.5
14.5 10.6 2.9 7.5
62.980 70.880 15.438 149.298 20.83
50.055 67.021 17.440 134.516 19.75
58.861 70.090 29.630 158.581 20.57
30.103 6.600
26.565 5.850
32.618 5.205
Dari tahun 2002 sampai 2006 luas tanaman kelapa sawit dan produksi CPO di PTPN XIV terus mengalami peningkatan. Tahun 2006 produksi CPO di PTPN XIV adalah 32.618 ton dengan total luas areal kelapa sawit 21.011 Ha (Tabel 4) Tabel 5. Data Keragaan Unit Kelapa Sawit 2003-2007 Uraian Produksi TBS
Satuan 2003 Ton 136.906
2004 149.298
2005 134.516
2006 158.581
2007 144.949
Prduktivitas TBS/Ha
Ton
8,77
7,55
6,40
7,11
7,99
Produksi CPO
Ton
26.551
30.103
26.565
32.618
22.421
Produksi Kernel
Ton
5.525
6.600
5.850
5.205
2.621
Rendemen CPO
%
19,39
20,83
19.75
20,57
15.47
Rendemen Kernel
%
4,03
4.,42
4,35
3,28
1,8
Sumber : PTPN XIV Peningkatan Produksi CPO hingga Tahun 2006 di PMKS LUWU I, PTPN XIV tidak dibarengi dengan peningkatan nilai rendemen CPO dan Kernel. Seharusnya rendemen CPO rata-rata untuk jenis kelapa Tenera adalah 21% dari
4
TBS yang masuk, sedangkan untuk rendemen kernel 5% (Vademicum Kelapa Sawit, 1998). Dari nilai rendemen CPO dan kernel yang ada terlihat bahwa PMKS LUWU I, PTPN XIV masih dibawah nilai standart mutu yang seharusnya. Penyebabnya adalah kualitas TBS dan produktivitas TBS masih rendah.
Hal ini dikarenakan
usia tanaman yang sudah tua dan sudah memasuki masa replanting. Kondisi ini membuat biaya pemeliharaan tanaman meningkat sehingga meningkatkan biaya produksi. Permasalahan lain yang ada di Pabrik PMKS LUWU I, PTPN XIV adalah kapasitas produksi sekitar 23 ton TBS/jam masih dibawah kapasitas terpasang 30 ton TBS/jam ekstensi 45 Ton TBS/jam, hal ini dikarenakan kondisi mesin yang mulai aus dan biaya pemeliharaan mesin yang terbatas. Dilihat dari laporan tahunan terhadap hasil kinerja keuangan perusahaan, Pabrik PMKS Luwu I hanya menampilkan laporan neraca, laporan rugi laba dan rasio keuangan. Laporan keuangan pabrik tersebut belum memberikan informasi mengenai titik impas produksi dan kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai tambah bagi modal yang sudah di investasikan.
1.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang nampak bahwa luas perkebunan kelapa sawit jenis
Tenera milik PTPN XIV terus meningkat. Dengan lokasi areal di Luwu I, Malili, Keera, Tomata, Asera, Masamba dan plasma bebas yang merupakan kemitraan dengan petani plasma , yaitu melakukan pembelian hasil produksi kebun plasma TBS (tandan buah segar). Meningkatnya luas perkebunan tidak dibarengi dengan peningkatan rendemen CPO dan Kernel (Tabel 5). Hal ini dikarenakan kualitas tandan buah
5
segar yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit kurang maksimal akibat dari tanaman yang sudah tua dan sudah memasuki masa replanting. PMKS LUWU I, PTPN XIV merupakan pabrik pengolahan semua TBS yang dihasilkan dari perkebunan milik PTPN XIV. Selain di perkebunannya PTPN XIV pun mengalami permasalah di pabriknya, akibat kondisi mesin pabrik yang sudah tua ditambah perawatan dan pemeliharaan peralatan yang relatif minim sehingga membatasi kemampuan PMKS Luwu I dalam mengolah TBS dan pencapaian tingkat rendemen CPO dan kernel.
Tentunya semua ini
mengakibatkan tingkat produksi tidak maksimal dan biaya produksi
pun
meningkat. Melihat kondisi permasalahan yang dialami perkebunan dan pabrik PMKS LUWU I, PTPN XIV serta diketahuinya pendapatan, biaya produksi, laporan neraca dan laporan rugi laba periode 2003-2007 maka penelitian ini akan mengungkap pertanyaan-pertanyaan yang belum di informasikan oleh perusahaan antara lain : 1. Apakah hasil produksi perusahaan sudah mencapai titik impas? 2. Berapa besar kemampulabaan pabrik PMKS LUWU I, PTPN XIV ? 3. Berapa besar nilai tambah ekonomis pabrik PMKS LUWU I, PTPN XIV ? 4. Apa saran perbaikan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan ?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah menganalisis kinerja keuangan pabrik
PMKS Luwu I, PTPN XIV, secara rinci bertujuan untuk : 1. Menentukan kondisi titik impas pabrik PMKS Luwu I,PTPN XIV
6
2. Menganalisis kemampulabaan pabrik kelapa sawit Luwu I,PTPN XIV 3. Menganalisa nilai tambah ekonomis pabrik PMKS Luwu I, PTPN XIV 4. Merumuskan saran perbaikan untuk meningkatkan kinerja keuangan Pabrik PMKS Luwu I, PTPN XIV.
7
UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI PERPUSTAKAAN MB IPB
8