1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Desa Hargo Pancuran merupakan salah satu desa dalam wilayah kecamatan Rajabasa dan merupakan desa pesisir pantai, secara geografis Desa Hargo Pancuran merupakan desa dataran tinggi dan daerah pegunungan. Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan salah satu desa yang mengandalkan sektor pertanian. Secara umum Desa Hargo Pancuran ini memiliki potensi yang besar, serta didukung oleh kondisi fisik lahan yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian khususnya sawah. Sawah merupakan lahan usaha bidang pertanian yang secara fisik memiliki permukaan yang rata, dilengkapi dengan pematang, dan tujuan utama pembukaan lahannya adalah untuk ditanami padi. Desa Hargo Pancuran merupakan salah satu desa di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor agraris, baik di bidang pertanian maupun di perkebunan. (prariset 2015 Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan). Yang menjadikan permasalahan dalam penelitian ini adalah hasil pertanian di Desa Hargo Pancuran terkadang tidak membuahkan hasil seperti yang mereka harapkan, walaupun di desa hargo pancuran terdapat penyuluh pertanian akan tetapi kurangnya perhatian lembaga terkait terhadap perkembangan dan keadaan pertanian. Selain itu gabungan kelompok tani cenderung lebih efektif
2
dibandingkan dari gabungan kelompom tani yang ada di kecamatan rajabasa, lampung selatan (pra-riset bersama Ibu Titin Suparyani, S.P selaku Penyuluh Pertanian Lapangan kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan), walaupun di Desa Hargo Pancuran sudah terbentuk gabungan kelompok tani. Kelompok tani Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan terdiri dari 84 anggota, dengan kelompok pertama kelompok Dahlia dengan diketuai oleh Bapak Mardi, kelompok kedua dengan nama Bina Karya I diketuai oleh Bapak Yusanto, dan kelompok ketiga bernama kelompok tani Bina Karya II diketuai oleh Bapak Basuki, itulah kelompok tani Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Gapoktan sebagai payung kelompok tani yang diketuai oleh Bapak Mardi, sekretaris Bapak Basuki, dan Bendahara Bapak Samsuri, berikut ini adalah tabel kelompok tani Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan,Kabupaten Lampung Selatan, yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Kelompok Tani Desa Hargo Pancuran, Lampung Selatan. No Nama Kelompok No Register Tahun Kelas Penumbuhan 1 Dahlia 18.01.16.01.0063 1994 Madya 2 Bina Karya I 18.01.16.01.0061 1994 Lanjut 3 Bina Karya II 18.01.16.01.0062 1994 Lanjut Sumber: Kelompok Tani, Rajabasa, Lampung Selatan 2015
Maka dari itu peneliti ingin mengetahui hubungan perilaku komunikasi penyuluh
pertanian
dengan
keberhasilan
penyuluhan
pada
Gapoktan
(Gabungan Kelompok Tani) yang ada di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan (pra-riset Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan 2015). Permasalahan ini menjadi perhatian utama karena hambatan sosial dalam berkomunikasi dapat menjadi kendala serius
3
terhadap keberlangsungan kelompok. Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Komunikasi terjadi pada saat seseorang menyampaikan pesan dalam bentuk lambang-lambang tertentu yang memiliki makna dan diterima oleh orang lain yang menjadi sasarannya yang menimbulkan kesamaan makna. Berikut ini adalah hasil panen kelompok tani Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan,yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Panen Kelompok Tani Desa Hargo Pancuran No
1 2 3
Kelompok Tani Bina Karya I Bina Karya II Dahlia
Luas Tanah (Ha)
Realisasi Panen Komulatif (Ha) 2013/2014 2014/2015 Okt- Apr- Okt- AprMar Sep Mar Sep
Rata-Rata Hasil Panen (Ton/Ha) 2013/2014 2014/2015 Okt- Apr- Okt- AprMar Sep Mar Sep
Total Panen (Ton) 2013/2014 Okt- AprMar Sep
2014/2015 Okt- AprMar Sep
30
30
30
30
30
4,5
5,3
4,8
5,3
135
159
144
159
25
25
25
25
25
5,3
4,7
4
5
132,5
117,5
100
125
35
35
35
35
35
5,3
4,5
5,1
5,2
185,5
157,5
178,5
182
Sumber: Kelompok Tani Rajabasa, Lampung Selatan 2015
Berdasarkan Tabel 2. Rata-rata hasil panen padi di Desa Hargo Pancuran kecamatan Rajabasa, kabupaten Lampung Selatan. Hal ini menjelaskan bahwa hasil pertanian di desa Hargo Pancuran kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan hasil pertaniannya tidak stabil. Penyuluh Pertanian Lapangan antar kelompok tani diharapkan dapat melahirkan berbagai kegiatan gabungan kelompok tani seperti koperasi dan asosiasi kelompok tani. Melalui hubungan melembaga inilah kemudian kelompok dapat berkembang untuk berperan pada cakupan yang lebih luas, bahkan dapat menjadi bagian dari kekuatan politik petani. Gabungan kelompok tani merupakan salah satu wadah ideal untuk menyatukan
kekuatan
bersama
petani
yang dapat
digunakan
untuk
4
meningkatkan posisi tawar mereka. Penggunaan istilah kelompok tani sesungguhnya hanya sekedar untuk menggambarkan bahwa organisasi tersebut adalah milik petani. Dalam prakteknya organisasi ini dapat dengan nama apa saja tetapi prinsip penumbuhan dan pengembangannya mengikuti proses apa yang dilakukan pada kelompok tani. Hal itu yang akan diuraikan secara singkat pada bahasan berikut ini. Disamping itu pada bagian awal akan dijelaskan secara teoritis mengenai peran strategis komunikasi kelompok tani bekerjasama dengan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) setempat dalam meningkatkan hasil tani mereka.
Pada hakikatnya, penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami oleh mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkannya adalah suatu proses komunikasi. Berdasarkan proses komunikasi tersebut peran penyuluh sangat menonjol, agar materi penyuluhan itu dapat diketahui, dipahami dan diterapkan oleh petani. Dalam melakukan perannya, penyuluh seringkali mengalami masalah komunikasi, terutama dalam hal kompetensi ini, dapat diketahui dari perilaku komunikasi penyuluh pertanian tersebut.
Karena itu, memahami hubungan perilaku komunikasi penyuluh pertanian dengan keberhasilan penyuluhan pada gapoktan itu sangat penting. Selain itu, bentuk dan keterkaitan hubungan antara perilaku komunikasi penyuluh pertanian dengan keberhasilan penyuluhan pada gapoktan untuk diketahui agar dapat disusun program pengembangan penyuluh yang baik.
Berdasarkan
uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
5
judul
“Hubungan
Perilaku
Komunikasi
Penyuluh
Pertanian
dengan
Keberhasilan Penyuluhan pada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan”.
B. Rumusan Masalah Secara rinci masalah yang akan diungkapkan melalui penelitian ini adalah: apakah ada hubungan perilaku komunikasi penyuluh pertanian dengan keberhasilan penyuluhan pada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku komunikasi penyuluh pertanian dengan keberhasilan penyuluhan pada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi: 1. Secara Praktis a. Pemerintah Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan kebijakan pertanian yang berhubungan dengan masalah pengentasan kemiskinan dan peningkatan taraf hidup petani di desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Selain itu,
sebagai
masukan,
gambaran
dan
pertimbangan
mengenai
pengembangan kelompok tani dan masalah yang dihadapi kelompok
6
tani, sehingga membantu dalam perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan pertanian yang lebih berpihak pada petani. b. Gapoktan Sebagai wadah, dan bahan pertimbangan dalam mengelola usaha rumah tangga, baik usaha tani maupun non usahatani, guna meningkatkan , yaitu sebagai masukan dan informasi sehingga dapat membantu dalam menghadapi masalah sehubungan dengan pengembangan Gapoktan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis.
2. Secara Teoritis Untuk peneliti lain, sebagai bahan pembanding atau pustaka untuk penelitian sejenis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan tentang hubungan perilaku komunikasi penyuluh pertanian dengan keberhasilan penyuluhan pada Gapoktan. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat menambah kajian pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi.