I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Dalam menjalankan perannya di dunia pendidikan Perguruan Tinggi, mahasiswa pada umumnya dihadapkan pada pemikiran tentang seberapa besar prestasi yang telah mereka raih selama menjalani proses pendidikan, apa saja yang telah mereka dapatkan dalam bangku kuliah. Berawal dari pemikiranpemikiran tersebut mahasiswa cenderung mencari cara maupun alasan agar mereka dapat lebih maju dan terdorong untuk dapat mencapai hasil yang optimal. Persoalan prestasi akademis merupakan isu penting yang selalu menjadi pembicaraan hangat di banyak lembaga pendidikan termasuk tak luput dalam dunia Perguruan Tinggi. Banyak lembaga pendidikan yang menerapkan berbagai kebijakan dalam upaya untuk mendongkrak prestasi akademik, mulai dari membuat kebijakan baru, melaksanakan monitoring dan evaluasi, pengawasan melekat kepada mahasiswa, membuat sistem terobosan baru, peninjauan kurikulum, pembenahan silabus dan sebagainya. Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu Universitas pelopor yang ingin berkontribusi maksimal terhadap peningkatan mutu Sumber Daya Manusia Indonesia, melalui upaya peningkatan prestasi akademik kepada mahasiswa yang menjadi anak didiknya. UGM memiliki jumlah mahasiswa yang terbesar, baik mahasiswa jenjang diploma, sarjana maupun pascasarjana. Berdasarkan materi Sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru Pascasarjana 1
2
2013, UGM memiliki program diploma yang terdistribusi ke dalam 24 Program Studi, sementara mahasiswa sarjana terdistribusi dalam 68 program studi (jurusan) dan untuk jenjang mahasiswa pascasarjana terdistribusi ke dalam 162 program studi jenjang S2, 44 program studi jenjang S3 yang tersebar di semua fakultas dan Sekolah Pascasarjana. Sekolah Pascasarjana UGM mengelola berbagai macam program studi multidisiplin. Berdasarkan SK Rektor UGM No. 519/P/SK/HT/2008, program studi multidisiplin didefinisikan sebagai pendidikan magister dan doktor lintas bidang ilmu yang substansi kurikulum intinya berasal dari minimal 3 (tiga) disiplin ilmu. Berdasarkan data Direktorat Akademik, UGM sampai tahun akademik 2012/2013 memiliki lebih dari 50.000 mahasiswa aktif secara keseluruhan. Mengacu pada statistik Direktorat Akademik UGM dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2012, penerimaan mahasiswa baru dalam setiap
tahunnya rata-rata 15.229,17 mahasiswa1. Jumlah tersebut mencakup keseluruhan mahasiswa baru untuk semua jenjang dari mulai Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana yang mana dimungkinkan akan terus bertambah seiring dengan perkembangan dan pertambahan jumlah Program Studi. Animo calon mahasiswa yang mendaftar seleksi masuk melalui jalur ujian tulis terus bertambah dalam setiap tahunnya.2
1
Diolah dari data penerimaan mahasiswa baru Direktorat Akademik Seperti disampaikan Kepala Humas UGM dalam Harian Pagi Tribun Jogja 20/03/2013
2
3
Jumlah mahasiswa yang diterima untuk Program Sarjana yang didalamnya termasuk mahasiswa profesi dan ekstensi dari tahun 2007 hingga 2012 dapat dilihat dalam Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1. Data jumlah mahasiswa Program S1 (Sarjana) yang melakukan registrasi3dari tahun 2007-2012 JALUR STUDI
MAHASISWA ANGKATAN
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
JUMLAH
REGULER
EKSTENSI
PROFESI
5.784 5.636 6.945 6.853 7.612
927 726 7 0 0
694 516 335 558 710
7.405 6.878 7.287 7.411 8.322
(Sumber: Data Statistik Direktorat Akademik 2013)
Dari tabel tersebut diketahui bahwa materi mahasiswa jenjang sarjana angkatan tahun 2007, 2008, dan 2009 terdapat mahasiswa reguler ditambah mahasiswa program ekstensi. Mulai tahun akademik 2010/2011 penerimaan mahasiswa jenjang sarjana hanya menerima jalur reguler saja, sementara untuk jalur ekstensi tidak dibuka lagi. Kebijakan ini ditetapkan UGM melalui SK Rektor No.518/SK/HT/2008, yang mengatur tentang perubahan sistem pengelolaan Program Diploma di bawah institusi Sekolah Vokasi, dan bukan lagi terintegrasi ke dalam fakultas-fakultas. Implikasi berlakunya SK Rektor tersebut adalah mahasiswa program diploma tidak diijinkan melanjutkan studi ke jenjang sarjana seperti pada waktu-waktu sebelumnya, yang mana setiap mahasiswa diploma bisa langsung melanjutkan studinya ke jalur sarjana 3
Registrasi adalah daftar ulang mahasiswa baru untuk mendapatkan NIM
4
melalui kelas ekstensi. Jumlah mahasiswa UGM secara keseluruhan baik jenjang diploma, sarjana, maupun pascasarjana mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini karena pertumbahan mahasiswa khususnya jenjang sarjana selalu naik secara progresif. Kondisi ini tergambar dengan jelas dalam grafik angka pertumbuhan mahasiswa di UGM dalam semua jenjang seperti dalam Grafik 1.1 berikut:
Gambar 1.1 Grafik penerimaan mahasiswa Universitas Gadjah Mada tahun 2007 hingga tahun 2012 (Sumber: Data Statistik Direktorat Akademik UGM 2013)
Sesuai dengan grafik tersebut terlihat bahwa program D3 dan S1 secara umum mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Khususnya untuk program sarjana, tingkat kenaikannya cukup signifikan dan naik secara progresif. Kenaikan jumlah mahasiswa tersebut harus pula diikuti dengan penyelenggaraan
proses
belajar-mengajar
yang
baik
sehingga
akan
menghasilkan jumlah output yang seimbang dengan inputnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penumpukan arus dan akhirnya terjadi
5
sumbatan arus keluar (output) sehingga antara arus penerimaan (input) dengan arus kelulusan (output) tidak sebanding. Arus input yang lebih besar daripada arus output disebut sebagai istilah fenomena “bottle neck”. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti guru, siswa, manajemen sekolah (Kepala Sekolah, karyawan, dan dewan komite), lingkungan, kualitas pembelajaran, dan kurikulum (Suhartoyo, 2005). Dalam konteks pendidikan tinggi guru disebut sebagai dosen, siswa disebut sebagai mahasiswa, karyawan disebut sebagai tenaga kependidikan. Untuk menjaga kualitas proses belajar mengajar, dengan jumlah mahasiswa yang terus bertambah tersebut maka harus diikuti oleh peningkatan fasilitas terkait yang mengikutinya, mulai dari penyediaan ruang publik, lahan parkir, ruang kuliah, gedung kuliah, perpustakaan, laboratorium, ruang terbuka hijau, prasarana dan sarana olahraga, penyediaan media sistem informasi, penyediaan fasilitas penyaluran dan pengembangan bakat mahasiswa (unit kegiatan mahasiswa) dan fasilitas pendukung lainnya, termasuk ketersediaan SDM tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memadai. Menurut Subroto (2012) fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha, dapat berupa benda-benda maupun uang. Ketersediaan SDM tenaga pendidik yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas akan berimplikasi terhadap rasio jumlah dosen dengan jumlah mahasiswa, rasio jumlah mahasiswa bimbingan setiap dosen, rasio beban dosen mengajar, dan sebagainya yang
6
semua itu akan berkorelasi dengan kelancaran studi mahasiswa. Menurut Muhroji dan kawan-kawan (2004), fasilitas belajar adalah semua yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar tercapai tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien. Berdasarkan data Direktorat Akademik UGM, diketahui adanya permasalahan ketimpangan arus sirkulasi mahasiswa. Jumlah mahasiswa masuk (input) tidak seimbang dengan mahasiswa lulus (output) sehingga terjadi apa yang disebut dengan istilah “bottle neck”, yang mana arus input mahasiswa yang demikian lancar, namun arus outputnya mengalami ketersendatan sehingga terjadi penumpukan di dalam proses belajar-mengajar seperti yang terjadi dalam aliran pada leher botol. Ketersendatan arus keluar mahasiswa tersebut direfleksikan dengan terjadinya banyak masalah mahasiswa yang berupa: 1. Mahasiswa tidak aktif, Mereka
menghilang
begitu
saja
tanpa
adanya
kejelasan
keberadaannya dan progres belajarnya. Mahasiswa ini tidak melakukan registrasi sehingga statusnya tidak aktif, akan tetapi tidak ada kabar berita terhadapnya karena mereka tidak melaporkan halnya kepada pihak universitas terkait dengan ketidakaktifan tersebut melalui surat tertulis.
7
2. Mahasiswa Cuti, Kelompok ini tercatat secara akademik karena yang bersangkutan mengajukan surat ijin cuti secara tertulis kepada Universitas melalui fakultas masing-masing. Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa mereka melakukan cuti akademik. Dimulai dari persoalan biaya, persoalan keluarga, persoalan akademik, persoalan kesehatan, persoalan kerja, maupun persoalan internal mahasiswa lainnya. 3. Mahasiswa Mengundurkan Diri, Kelompok mahasiswa ini sesungguhnya terdiri dari 2 (dua) kelompok: a. Kelompok mahasiswa yang murni melakukan pengunduran diri karena kebanyakan dari mereka adalah alasan bekerja atau alasan diterima di Perguruan Tinggi lain atau Program studi lain, dan sebagainya. Kelompok ini adalah murni kelompok yang memang mengundurkan diri secara resmi. b. Kelompok mahasiswa yang mengundurkan diri karena sesungguhnya mereka tergolong dalam daftar sebagai mahasiswa yang harus di Drop Out (DO) oleh Universitas melalui fakultas masing-masing, tetapi mereka disarankan untuk melakukan pengunduran diri sebelum di DO. Pertimbangannya adalah dari pada mereka berstatus ter-Drop Out oleh UGM yang mana akan memberi kesan tidak baik (negatif) bagi institusi, maupun bagi dirinya sendiri, mereka lebih baik membuat
8
surat pengunduran diri secara resmi ke UGM. Tujuannya adalah mereka tetap memproleh “image positif” serta mereka tetap dimungkinkan dapat melakukan “transfer mata kuliah” ke Universitas swasta lain yang mereka kehendaki. Hal ini berbeda jika mereka di DO oleh Universitas yang akan memberi “image negatif” bagi yang bersangkutan dan hal ini mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat pindah kuliah di universitas lain yang baginya dinilai akan lebih mudah dalam menyelesaikan studi, kecuali harus mendaftarkan diri dari awal. 4. Mahasiswa Drop Out (DO) Kelompok ini merupakan mahasiswa yang dinilai tidak mampu menyelesaikan studi dengan berbagai macam persoalan kompleks yang melingkupinya dan mereka secara resmi mendapatkan surat Drop Out dari Universitas. Berdasarkan data Direktorat Akademik, mahasiswa DO dalam setiap tahunnya menunjukkan jumlah yang cukup tinggi di UGM. Berikut ini tabel data mahasiswa jenjang sarjana yang DO, mengundurkan diri dan cuti akademik mulai periode tahun 2009 hingga tahun 2012 semester Ganjil.
9
Tabel 1.2 Data mahasiswa jenjang sarjana yang DO, mengundurkan diri, dan cuti akademik mulai periode tahun 2009 hingga tahun 2012 semester gasal STATUS MAHASISWA SEMESTER
CUTI
MENGUNDURKAN DIRI
DROP OUT
Gasal 2009/2010
41
87
57
Genap 2009/2010
43
69
6
Gasal 2010/2011
69
131
77
Genap 2010/2011
62
81
65
Gasal 2011/2012
56
112
257
Genap 2011/2012
47
107
98
Gasal 2012/2013
75
213
63
JUMLAH
393
800
623
(Sumber: Data Statistik Direktorat Akademik UGM 2013)
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa angka mahasiswa drop out dan mengundurkan diri tergolong cukup tinggi.
Diindikasi bahwa
permasalahannya bukan masalah ketidakmampuan secara akademik. Mereka sesungguhnya secara akademik memenuhi syarat (mampu). Kemampuan tersebut setidaknya ditunjukkan dari lolosnya proses seleksi pada saat menempuh UM (ujian masuk) kuliah, yang mana mereka memperoleh nilai yang layak untuk dipertimbangkan lolos sebagai mahasiswa UGM. Kemampuannya juga ditunjukkan dari data bahwa tidak semua mahasiswa yang di-DO disebabkan karena perolehan nilai IPK-nya yang kurang. Bahkan di antara dari mereka juga memiliki nilai IPK yang
10
kategorinya baik, tetapi dalam kenyataannya mereka tidak dapat menyelesaikan studinya dan akhirnya ter-Drop Out.4 5. Mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan studi secara tepat waktu. Mereka adalah mahasiswa yang dapat menyelesaikan studinya, namun mereka tidak mampu menyelesaikan studinya secara tepat waktu. Menurut Keputusan Mendiknas Nomor 232/U/2000 Bab.III ayat 1 disebutkan bahwa: “Beban Studi Program sarjana sekurang-kurangnya 144 sks dan sebanyakbanyaknya 160 sks yang dijadwalkan untuk 8 semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 8 semester dan selama-lamanya 14 semester setalah pendidikan menengah”. Untuk mahasiswa jenjang sarjana, waktu tempuh studi rata-rata masih di atas angka 4,5 tahun. Jika dikaitkan dengan peraturan pemerintah di atas, waktu tempuh studi di UGM belum menunjukkan angka yang ideal. Keadaan ini merupakan ”raport merah” bagi Universitas, karena terjadi bottle neck sehingga menyebabkan terjadi kesenjangan arus sirkulasi (Circulation Flow Gap) antara input dengan outputnya. Fenomena penumpukan jumlah ini akan berdampak negatif bagi UGM, karena akan terbangun persepsi bahwa studi di UGM sulit, disamping sulit juga lama. Berikut daftar jumlah mahasiswa baru, mahasiswa aktif, dan mahasiswa lulus jenjang Sarjana (S1) di UGM, yang menggambarkan adanya penumpukan arus sirkulasi mahasiswa, dan lama studi yang belum ideal (ada 4
Seperti pernyataan yang disampaikan kepala seksi registrasi dan statistik Direktorat Administrasi Akademik
11
di lampiran 1.3). Dalam gambar tersebut terlihat adanya penumpukan mahasiswa selama lima tahun mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Angka mahasiswa masuk terlihat adanya peningkatan progresif dalam setiap tahunnya, sementara angka kelulusannya tidak seimbang dengan angka inputnya. Sehingga yang terjadi adalah penumpukan jumlah mahasiswa aktif yang makin bertambah besar dalam setiap tahun. Ditinjau dari segi prosentase kelulusan, berdasarkan data angka prosentase kelulusan per fakultas, angka terendah adalah Fakultas Ilmu Budaya (53,71%) dan angka tertinggi dicapai oleh Fakultas Psikologi dengan angka 94,24% (lihat di lampiran tabel Prosentase Kelulusan). Masalah inilah yang manjadi daya tarik peneliti untuk melakukan penelitian di Fakultas Ilmu Budaya. Fakultas Ilmu Budaya (FIB) memiliki 11 jurusan yakni: 1). Antropologi Budaya, 2). Sejarah, 3). Arkeologi, 4). Sastra Korea, 5). Sastra Arab, 6). Sastra Indonesia, 7). Sastra Inggris, 8). Sastra Prancis, 9). Sastra Jepang, 10). Sastra Nusantara, dan 11). Pariwisata. Masalah bottle neck ini jika dibiarkan akan menimbulkan suasana akademik yang tidak sehat, over capacity, ruang penuh sesak, lingkungan tidak sehat, rasio dosen dan mahasiswa tidak proporsional yang tentunya akan mengganggu kelancaran proses belajar-mengajar dan pada akhirnya akan mengganggu peran Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi TRI DHARMA. Mengacu surat edaran Direktorat Jenderal DIKTI No. 2920/DT/2007 perihal penetapan daya
12
tampung mahasiswa dalam rangka untuk memberikan layanan pendidikan prima bagi peserta didik, standar rasio jumlah dosen tetap dengan mahasiswa yang ideal adalah 1:25.5 Sementara pendapat lain disebutkan bahwa rasio dosen dengan mahasiswa adalah 1:20 mahasiswa.6 Imbas dari over capacity bagi UGM sendiri dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat (social trust) terhadap sistem penyelenggaraan belajar-mengajar. Tingginya mahasiswa yang Drop Out (DO) juga akan menjadikan “nilai merah” yang implikasinya akan berdampak terhadap nilai akreditasi Universitas oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) Perguruan Tinggi. Jika tidak diantisipasi keadaan ini akan menurunkan nama besar UGM dalam kancah persaingan yang semakin ketat dengan universitas-universitas besar baik negeri maupun swasta yang notabene mereka berlomba ingin menjadi menjadi Perguruan Tinggi yang terbaik di tengah persaingan global yang ketat dan kompetitif. Loyalitas mahasiswa dipengaruhi oleh kualitas layanan universitas. Dalam pendidikan tinggi loyalitas mahasiswa menjadi aspek yang sangat penting untuk meningkatkan posisi tawar Perguruan Tinggi (Helgesen dan Nelset, 2007). Loyalitas mahasiswa berhubungan positif dengan kemampuan institusi untuk mendapatkan mahasiswa baru dan sekaligus berperan dalam
5
Surat Edaran tertanggal 28 September 2007 diedarkan ke Universitas dan institute se-Indonesia Diberitakan pada Harian KOMPAS, Rabu 15 Desember 2010 dalam tajuk Pendidikan Tinggi.
6
13
mempertahankan mahasiswa yang sudah ada (Dick dan Basu, 1994; Oliver 1997; Thorsten, Langer, Ursula 2001). Diindikasi bahwa penyebab lamanya masa studi tersebut disebabkan oleh adanya berbagai macam persoalan terkait seperti sistem akademik yang mencakup antara lain: sistem pembimbingan yang kurang optimal, kurangnya monitoring dan evalusi program studi terhadap mahasiswa, rasio jumlah dosen dengan mahasiswa yang belum ideal, kurikulum yang kurang efisien, lemahnya kemampuan mahasiswa dalam menulis skripsi, atau juga faktor internal dari mahasiswa (efikasi diri rendah, motivasi dan semangat belajar rendah, perilaku menunda pekerjaan dan sebagainya.) 1.2.
Rumusan Masalah Kelancaran waktu tempuh studi harus menjadi perhatian serius bagi Universitas Gadjah Mada karena menjadi bagian penting dalam sistem penyelenggaraan pendidikan yang berimplikasi terhadap kelancaran sirkulasi mahasiswa. Bagi calon pendaftar yang akan masuk kuliah di UGM, tentunya mengharapkan dapat menyelesaikan studi dengan lancar sehingga dapat lulus dengan lama tempuh studi normal, bahkan singkat dengan hasil nilai yang maksimal. Jenjang studi sarjana merupakan salah satu bagian ujung tombak penyelenggaraan pendidikan di UGM dalam mewujudkan visinya menuju World Class Research University (WCRU), sehingga sistem pengelolaan pendidikan yang bermutu akan berdampak sangat signifikan terhadap capaian kemajuan Universitas dalam mewujudkan visi dan misnya tersebut. Dari
14
paparan latar belakang masalah maka peneliti memiliki hipotesis bahwa terdapat pengaruh positif antara intensitas bimbingan dosen dan efikasi diri
dalam
menyelesaikan
skripsi
terhadap
prestasi
akademik
mahasiswa. Peneliti bermaksud mengetahui bagaimana pengaruh intensitas bimbingan dosen dan efikasi diri mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi terhadap prestasi akademik yang mana hal ini akan berimplikasi terhadap kelancaran studi di Fakultas Ilmu Budaya UGM. Sehubungan dengan hal tersebut maka dapat diajukan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana gambaran umum bimbingan dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya UGM? b. Bagaimana gambaran umum efikasi diri mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi di Fakultas Ilmu Budaya UGM? c. Seberapa besar pengaruh intensitas bimbingan dosen dan efikasi diri mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi terhadap prestasi akademiknya?
1.3.
Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan penulis dari hasil kajian pustaka serta penelusuran yang telah dilakukan, apa yang diteliti ini belum pernah ada yang melakukan penelitian serupa. Penulis hanya menemukan satu topik penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli N. yang melakukan penelitian dengan topik “Persepsi tentang Peranan Dosen Pembimbing Dalam Pembuatan Tugas Akhir (Skripsi) Mahasiswa Pada Program Studi Administrasi Pendidikan FKIP Universitas
15
Riau Pekanbaru” yang dilakukan pada tahun 2011. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang peranan dosen pembimbing skripsi dan kualitas pembimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing terhadap mahasiswa dalam penulisan skripsi pada Program Studi Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Riau.
1.4.
Batasan Penelitian Program pendidikan sarjana di UGM terbagi ke dalam 18 fakultas, sehingga konteksnya sangat luas. Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penelitian ini akan difokuskan pada subyeknya yang lebih spesifik. Oleh karena itu penelitian akan dibatasi untuk mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Ilmu Budaya UGM. Pembatasan subyek penelitian ini dilakukan agar kualitas penelitian lebih fokus dan dapat terjamin kualitasnya. Selain itu, pembatasan ini juga dilakukan karena keterbatasan biaya dan waktu bagi peneliti untuk dapat segera menyelesaikan studinya.
1.5.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh peneliti agar memiliki arah serta tolok ukur keberhasilan yang dapat dijadikan panduan sesuai dengan variabel-variabel penelitian yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan antara lain:
16
1. Memperoleh informasi mengenai intensitas bimbingan dosen di Fakultas Ilmu Budaya UGM. 2. Memperoleh gambaran tentang bagaimana efikasi diri mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. 3. Mengetahui sejauhmana hubungan antara intensitas bimbingan dosen dan efikasi diri dalam menyelesaikan skripsi terhadap prestasi akademik mahasiswa.
1.6.
Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terhadap stakeholders Universitas, khususnya pengaruh intensitas bimbingan dosen dan efikasi diri dalam menyelesaikan skripsi terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UGM. b. Manfaat Praktis Penelitian ini sebagai masukan konstruktif bagi pengembangan manajemen pendidikan Fakultas Ilmu Budaya UGM dalam kaitannya dengan intensitas bimbingan dosen yang dapat mendukung prestasi akademik mahasiswa. Manfaat lebih luas yang ingin diberikan adalah memberikan informasi yang dapat memajukan dan mengoptimalkan Universitas dalam mengembangkan sistem pendidikan.