I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Mobil sebagai jenis kendaraan yang mendukung aktivitas masyarakat
semakin hari keberadaannya semakin dibutuhkan baik sebagai sarana transportasi umum, pribadi, sebagai angkutan penumpang, dan angkutan barang. Saat ini pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu tingkat kemapanan, telah bergeser menjadi suatu kebutuhan yang hampir menjadi utama. Hal tersebut terlihat dengan semakin bertambahnya jumlah populasi kendaraan pribadi yang ada. Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sejak tahun 2006 hingga 2008 penjualan mobil nasional menunjukkan trend yang sangat positif, yaitu melebihi angka yang diprediksikan pada tahun 2006. Gambar 1 menunjukkan bahwa prediksi penjualan mobil selama 5 tahun secara nasional akan terus meningkat dalam dua kemungkinan, yaitu kenaikan secara normal berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan penduduk serta tingkat pertumbuhan optimis yang mungkin dapat terjadi jika trend akan terus meningkat melebihi dari perkiraan normal. Pada tahun 2006 angka penjualan mobil mencapai 318.904 unit, dan pada penjualan Juni 2007 juga meningkat sebesar 39.423 unit kendaraan roda empat yang merupakan angka tertinggi sejak Oktober 2005. Penjualan mobil pada tahun 2007 mencapai angka 433.341 unit yang meningkat sebesar 35,9% dari tahun 2006, dan pada tahun 2008 berhasil meningkat sebesar 39,3% dari tahun 2007 yang mencapai angka 603.774 unit. Rekor penjualan bulanan tertinggi pun tercapai pada bulan Juli 2008 yang mencapai angka 60.352 unit.
1
Gambar 1. Prediksi Trend Peningkatan Penjualan Mobil Kurun Waktu 5 Tahun Nasional (Gaikindo, 2006) Data Gaikindo menunjukkan penjualan ritel otomotif sepanjang tahun 2009 ini masih menunjukkan kinerja yang cukup baik. Walaupun hingga semester 1 2009 penjualan mobil baru mencapai angka 209.679 unit, namun tercatat data terakhir selama periode penjualan pada bulan Agustus 2009 menembus angka 49.079 unit. Trend positif pada tahun 2009 juga ditunjukkan dari besarnya minat dan hasil transaksi penjualan yang terjadi pada Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) yang mengalami peningkatan jumlah pengunjung dari 18.000 orang di tahun 2008 hingga 70.000 orang pada tahun 2009 serta nilai transaksi yang melampaui target dari 1,7 triliun rupiah menjadi 1,73 triliun rupiah (Gambar 2). Berdasarkan hasil pencapaian di awal semester kedua tahun 2009 tersebut, Gaikindo yakin bahwa angka penjualan pada akhir tahun 2009 ini akan mencapai total yang minimal, dan akan sebanding dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut terkait juga dengan adanya banyak dasar perhitungan penjualan yang berdasarkan atas nomor pendaftaran kendaraan di kepolisian.
2
Gambar 2. Data Pengunjung dan Nilai Transaksi IIMS 2009 (Gaikindo, 2009) Mobil pribadi yang pada umumnya dinilai hanya dapat dimiliki oleh kalangan menengah ke atas, saat ini pada kenyataannya telah berubah, masyarakat menengah ke bawah pun masih memungkinkan untuk dapat memiliki mobil pribadi. Hal ini terjadi dengan adanya penawaran cara pembayaran secara langsung maupun kredit oleh para dealer dalam melakukan transaksi penjualan kendaraan. Pembayaran kendaraan secara kredit dilakukan show room mobil menggunakan fasilitas pembiayaan yang dimiliki oleh lembaga keuangan, sehingga mereka melakukan kerja sama dengan Bank ataupun lembaga keuangan Non Bank. Lembaga pembiayaan (multifinance company) adalah salah satu bentuk usaha di bidang lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan di Indonesia. Kegiatan lembaga atau perusahaan pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyediaan dana/atau barang modal serta barang kebutuhan konsumen dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat (non-deposit taking
3
activity), seperti misalnya Mandiri Tunas Finance, Adira Finance, SMS Finance, Astra Credit Companies dan lainnya. Kehadiran perusahaan pembiayaan di Indonesia masih tergolong baru dibandingkan negara-negara lain khususnya negara maju, namun industri ini telah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Perusahaan pembiayaan mulai muncul pada tahun 1974 dengan dilandasi oleh Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri (Menteri Keuangan, Menteri Industri dan Menteri Perdagangan). Selain itu pada tahun 1988 melalui Surat Keputusan Presiden (Keppres) No.61/1988, yang ditindak lanjuti oleh SK Menteri Keuangan No. 125/KMK.013/1988, jenis usaha bisnis pembiayaan menjadi semakin luas, diantaranya leasing (sewa guna usaha), factoring (anjak piutang), consumer finance (pembiayaan konsumen), modal ventura dan kartu kredit. Perkembangan
perusahaan
pembiayaan
(finance
company)
atau
multifinance di Indonesia sudah mengalami masa tumbuh atau peningkatan dan masa menurun. Krisis moneter pada 1997 sampai dengan tahun 1998 merupakan masa ketika kinerja industri multifinance mengalami penurunan. Pada Oktober 2005 para pelaku bisnis multifinance pesimis terhadap peningkatan total pembiayaan, dimana pada masa tersebut terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Industri multifinance mengalami penurunan juga pada 2006, karena melemahnya daya beli masyarakat dan tingginya suku bunga. Total pembiayaan pada tahun 2006 turun hingga 9,1%, dimana pada 2004 dan 2005 telah berhasil tumbuh sebesar 30,7% dan 15%. Seiring dengan pulihnya daya beli masyarakat dan menurunnya suku bunga, industri multifinance kembali tumbuh pada tahun 2007. Data yang
4
diperoleh dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menunjukkan bahwa pembiayaan multifinance tumbuh sebesar 13,5%, yaitu dari Rp 93,1 triliun pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp107,7 triliun dengan porsi pembiayaan sebesar 80% untuk kendaraan bermotor. Pertumbuhan tersebut didukung oleh stabilitas makro-ekonomi dan mulai pulihnya daya beli masyarakat. Indikasi makro-ekonomi terlihat dari suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang menurun dari 12,75% pada 2006 menjadi 9,75% pada awal 2007, dan kemudian secara bertahap menurun sampai akhir tahun di level 8%. Beberapa faktor pendukung untuk mendongkrak kinerja dari perusahaan pembiayaan secara makro adalah : 1. Kestabilan dari suku bunga SBI demi menjaga kondisi makro-ekonomi. 2. Kinerja produsen untuk tetap giat meluncurkan produk yang memiliki kualitas dan harga yang berdaya saing tinggi. Dalam hal ini untuk kasus dalam penelitian ini adalah mobil-mobil baru yang sesuai dengan berbagai macam kebutuhan konsumen serta merupakan segmen pasar terbesar. 3. Akses pembiayaan multifinance yang mudah karena kemudahan pembiayaan yang ditawarkan finance company akan mempermudah masyarakat memiliki kendaraan, apalagi jika didukung suku bunga yang relatif lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Salah
satu jenis pembiayaan yang saat ini berkembang pesat di Indonesia
adalah leasing (sewa guna usaha). Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK/1991 Sewa Guna Usaha didefinisikan sebagai kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hal opsi (finance, lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
5
untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Industri sewa guna usaha dewasa ini peranannya cukup besar sebagai alternatif sumber pembiayaan dalam dunia usaha terutama dalam hal penyediaan barang modal yang dibutuhkan unit-unit usaha. Tabel 1. Besar Pembiayaan per Jenis Pembiayaan (miliar rupiah) Jenis Pembiayaan Anjak Piutang Kartu Kredit Pembiayaan Konsumen Sewa Guna Usaha Pembiayaan Lainnya Total Pembiayaan
1999
2000
2001
2002
2003
2004
6.407 337 4.323
6.553 403 8.515
3.277 796 12.361
3.181 1.147 16.594
3.180 809 22.666
2.537 1.526 35.958
2005 (Mar) 1.495 1.848 40.249
10.928 236 22.231
13.731 189 29.391
14.133 278 30.845
12.576 439 33.937
11.594 79 38.328
14.484 392 54.897
16.173 282 60.047
Sumber: Data Statistik Bank Indonesia, diolah kembali (Economic Review Journal N0. 201.September 2005)
Jenis transaksi sewa guna usaha yang banyak dilakukan di Indonesia adalah direct financial lease yaitu transaksi sewa guna usaha dimana lessor membeli suatu barang modal atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewa guna usahakan barang modal tersebut kepada lessee yang bersangkutan. Spesifikasi barang modal yang digunakan dalam sewa guna usaha tersebut temasuk penentuan harga, dan supplier ditentukan oleh lessee. Dengan demikian lessor atas nama lessee akan membeli barang tersebut secara langsung kepada supplier dengan menggunakan nama lessor sebagai pemilik barang modal. Industri multifinance merupakan mesin pendorong penjualan produk kendaraan bermotor. Kalangan pelaku bisnis di industri otomotif juga menyebutkan bahwa penjualan produk kendaraan bisa terus maju karena adanya kredit multifinance. Di sisi lain, perusahaan pembiayaan juga berperan sebagai salah satu pilar industri jasa keuangan yang dapat memobilisasi dana dalam jumlah besar. Namun perusahaan pembiayaan tetap harus memperhatikan atribut-
6
atribut layanannya agar tetap bisa bersaing dengan lembaga keuangan lain yang memberikan jasa kredit mobil. Dari data jumlah perusahaan pembiayaan aktif selama kurun waktu 3 tahun terakhir Asosiasi Perusahaan Pembiayaan indonesia ( APPI ) pada Tabel 2 terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah perusahaan pembiayaan yang bahkan telah terus merosot dalam kurun 4 tahun terakhir. Permasalahan mengenai funding terkait masalah tidak dapatnya perusahaan pembiayaan menarik dana langsung dari masyarakat sehingga harus melakukan peminjaman dana tunai terehadap pihak lain dan mengakibatkan tingginya pembayaran yang harus dilakukan akibat beban bunga serta kinerja dari perusahaan pembiayaan terkait masalah puas atau tidaknya konsumen juga menjadi masalah yang patut diperhatikan oleh perusahaan pembiayaan. Tuntutan akan kompetisi dan Voice Of Customer mengenai kinerja perusahaan pembiayaan mengenai operational excellence, customer intimation dan process and producct innovation akan menjadi kekuatan atau kelemahan bagi perusahaan pembiayaan dalam bersaing dan terus bertahan dalam industri ini. Perilaku konsumen, persepsi dan preferensi konsumen akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih atau menggunakan perusahaan pembiayaan dan atribut – atribut yang berkaitan dengan hal tersebut perlu diketahui, dianalisa serta digunakan sebagai faktor dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Tabel 2. Data Jumlah Perusahaan Pembiayaan Aktif Kurun Waktu 3 Tahun
Tahun 2006 2007 2008 2009
Jumlah PP 232 224 212 209
PP Aktif 211 201 190 142
7
Rasio 90,95% 89,73% 89,62% 67,94%
Trend 95,26% 94,53% 74,74%
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diketahui atribut-atribut yang menjadi dasar konsumen dalam melihat dan memilih perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan di bidang
pemasaran yang dihadapi saat ini adalah: 1.
Bagaimana karakteristik pengguna kredit mobil pada perusahaan pembiayan yang diwakili oleh karakteristik responden yang ada.
2.
Bagaimana persepsi konsumen pengguna kredit mobil terhadap perusahaan pembiayaan.
3.
Bagaimana preferensi konsumen pengguna kredit mobil terhadap perusahaan pembiayaan.
4.
Bagaimana cara untuk meningkatkan kinerja dan bertahan industri pembiayaan bagi perusahaan pembiayaan.
1.3 1.
Tujuan Penelitian Mengidentifikasi karakteristik pengguna kredit mobil pada perusahaan pembiayaan yang diwakili oleh karakteristik responden yang ada.
2.
Menganalisa persepi konsumen pengguna kredit mobil terhadap perusahaan pembiayaan.
3.
Menganalisa
preferensi
konsumen
perusahaan pembiayaan.
8
pengguna
kredit
mobil
terhadap
4.
Merumuskan implikasi manjerial untuk meningkatkan kinerja dan cara bertahan dalam pembiayaan otomotif khususnya roda empat.
1.4 1.
Manfaat Penelitian Sebagai bahan masukan positif dan bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan pembiayaan dalam merumuskan strategi pemasaran.
2.
Mempererat hubungan dengan konsumen pengguna kredit mobil.
3.
Sebagai media untuk memahami kondisi internal dan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan pembiayaan dalam rangka menghadapi persaingan pembiayaan mobil.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini ada batasan yang dihadapi, yaitu data yang
ditampilkan hanya sebatas data pembiayaan mobil di wilayah Jakarta baik untuk kendaraan baru dan bekas. Selain itu penelitian ini dibatasi pada konsumen yang melakukan transaksi pembelian mobil secara kredit di wilayah DKI Jakarta baik untuk pembelian kendaraan baru dan juga bekas.
9