I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara IX memiliki wilayah kerja di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah kebun 15 unit kebun dan jumlah Pabrik Gula (PG) 8 unit, saat ini mengelola empat komoditi utama antara lain karet, gula, teh, dan kopi. Di samping itu, perusahaan juga telah mengembangkan beberapa produk hilir sebagai produk konsumsi seperti Kopi Luwak, Banaran Kopi Premium, Teh Kaligua, Teh Semugih, Gula 9, dan Sirup Pala. Ke depan PT. Perkebunan Nusantara IX akan dikembangkan menjadi perusahaan perkebunan dengan bisnis karet sebagai tulang punggung (keluasan mendekati 50.000 Ha), dan bisnis Gula sebagai salah satu penopang pendapatan perusahaan. Pangsa pasar karet PTPN IX antara lain Singapura, Cina, Jepang, Korea, Rusia, Ukraiana dan negara lainnya (PTPN IX, 2015). Kebun Getas merupakan salah satu kebun milik PT. Perkebunan Nusantara IX yang berlokasi di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pabelan, Tuntang, dan Beringin, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah yang memiliki tanaman karet seluas 1.602 Ha. Pada tahun 2013 komposisi tanaman karet di Kebun Getas meliputi : Tanaman Tahun Ini (TTI), Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) yang ditampilkan dalam Gambar 1.
1
TTI thn 2013 5%
TBM 35%
TM 60%
Sumber: PTPN IX, 2014
Gambar 1. Komposisi Luas Tanaman Karet di Kebun Getas Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang baru dapat berproduksi mulai dari umur tanam 5 tahun. Bagi tanaman karet, produktivitas tanaman memegang peranan penting karena menjadi tolak ukur potensi ekonomi kebun atau untuk menentukan tingkat profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman adalah dengan melakukan peremajaan tanaman yang teratur dan tepat. Peremajaan tanaman karet dilakukan dengan maksud mengganti tanaman tua dengan tanaman baru yang memiliki produktivitas tinggi, kualitas tinggi dan secara ekonomi jauh lebih menguntungkan daripada tanaman awal. Tanaman karet memiliki masa produktif 25-30 tahun. Hasil panen maksimum tercapai sekitar tahun sadap ke-10. Kondisi ini memerlukan reinvestasi pada tanaman karet, dimana peremajaan merupakan kunci yg penting. Dalam sistem konvensional berupa cara tanam monokultur, sejumlah modal tetap selama 5-8 tahun merupakan masa tidak produktif, dimana tidak ada pemasukan (zero income). Hal tersebut dapat ditutup dengan pemasukan selama masa selanjutnya
2
25-30 tahun sebagai masa produktif. Tingkat bunga diperlakukan sebagai elemen yang penting dalam analisis discount cash flow (Sammarappuli, Wickramaratne and Dias, 1997). Dalam Rencana Jangka Panjang 2014-2019 Kebun Getas, akan melakukan peremajaan tanaman karet, yang semuanya berumur kurang dari 30 tahun, sebagaimana dijabarkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Rencana Jangka Panjang tahun 2014-2019 Kebun Getas Tahun Tanam (TT)
Tahun Peremajaan
Umur tanaman (Th)
Luas (Ha)
1988
2015
27
7,73
1989 1991 1993 1990
2015 2015 2016 2017
26 24 23 27
12,04 23,70 52,95 25,56
1995 1995 1996 Sumber : PTPN IX, 2014
2018 2019 2019
23 24 23
49,13 29,68 30,11
Secara teknik, Wargadipura (1978) berpendapat bahwa tanaman karet yang berumur 30 tahun selain produksinya rendah, juga keadaan kulit dan persediaan cadangan kulitnya sudah jauh berkurang. Secara ekonomi, Sutardi (1973) berpendapat bahwa walaupun tanaman karet sampai umur 30 tahun, masih memberikan keuntungan, namun tidak optimal lagi. 1.2 Perumusan Masalah Semakin tua umur tanaman akan menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman karet sehingga mengakibatkan penurunan keuntungan perusahaan. Hal ini telah terjadi di perkebunan besar, dimana produksi kebun jauh dari yang diprediksikan, dan bahkan cenderung meremajakan tanaman karet sebelum
3
mencapai umur tanam 30 tahun. Oleh karena itu, bagi perkebunan sangat penting melakukan peremajaan tanaman secara tepat. Pada kenyataannya, banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan peremajaan, antara lain tingginya biaya peremajaan, kerugian akibat hilangnya produksi selama masa peremajaan (tanaman karet secara normal mulai berproduksi pada saat umur 5 tahun), harga jual karet yang fluktuatif (saat harga tinggi tentunya sayang untuk meremajakan tanaman), dan kendala lainnya. Faris (1960) berpendapat bahwa penentuan kapan peremajaan tanaman karet dilakukan dipengaruhi oleh nilai uang itu sendiri, dimana uang yang diinvestasikan sekarang akan berbeda nilainya pada waktu yang akan datang sebagai akibat adanya faktor bunga. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Kapan saat peremajaan tanaman karet yang optimal? 2. Bagaimana respon waktu dan proporsi luasan peremajaan tanaman karet jika terjadi perubahan biaya produksi dan investasi, harga jual karet serta tingkat bunga?
4
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Menentukan saat optimal peremajaan tanaman karet dari segi waktu dan proporsi luasan kebun 2. Memperoleh hasil respon waktu dan proporsi luasan peremajaan tanaman karet yang optimal jika terjadi perubahan biaya produksi dan investasi, harga jual karet serta tingkat bunga.
1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang perkaretan 2. Bagi perusahaan, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan peremajaan kebun karetnya 3. Bagi pemerintah, diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dalam bidang komoditas karet 4. Bagi peneliti dan pihak lain, dapat bermanfaat sebagai literatur untuk dilakukan penelitian selanjutnya
5