1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara demokratis, dengan mengutamakan peran serta masyarakat menjadikan negara ini menjadi salah satu negara demokratis terbesar di dunia. Dimana peran serta masyarakat sangat penting dalam mewujudkan demokrasi yang berkeadilan sosial. Salah satu ciri dari negara demokratis adalah diselenggarakannya pemilihan umum. Pemilihan umum bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk di kursi parlemen dengan mandat dari konstituennya yang mempunyai tujuan yang mulia, yaitu mensejahterakan dan memanusiakan rakyat Indonesia. Seperti amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4, “.....yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.....”.
Di era otonomi daerah seperti yang berkembang saat ini, pemilihan kepala daerah banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Selatan. Provinsi ini merupakan Provinsi terkaya ke-5 di Indonesia setelah otonomi daerah. Dimana banyak sekali terdapat berbagai macam jenis sumber daya alam yang melimpah, sehingga untuk me-
2
manage semua hal ini dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai kredibilitas yang tinggi untuk memajukan dan mensejahterakan seluruh rakyatnya. Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 11 (sebelas) kabupaten dan 4 (empat) kota, dengan Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi. Kota Palembang merupakan suatu daerah yang merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Kota Palembang seperti halnya kota-kota besar lainnya yang berada di Indonesia memiliki banyak permasalahan yang kompleks. Salah satunya adalah masalah pasar dan pedagang kaki lima. Pasar mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan, dengan adanya pasar semua kebutuhan dapat terpenuhi. Kondisi pasar yang sehat dan bersih merupakan tolak ukur dari keberhasilan suatu daerah dalam menjalankan roda pemerintahannya. Pasar dan pedagang kaki lima merupakan suatu rangkaian yang mungkin sulit untuk dipisahkan dengan keadaan umum pasar-pasar yang ada di Indonesia.
Kota Palembang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Selatan secara umum memiliki banyak pasar diantaranya Pasar Cinde, Pasar 7 Ulu, Pasar Gubah, Pasar Kuto, Pasar 16 Ilir dan masih banyak pasar-pasar lain yang tersebar di sudut Kota Palembang. Keberadaan pasar dirasakan semakin memenuhi
3
sudut Kota Palembang sehingga dirasa perlu adanya penataan kembali pasar-pasar yang ada di kota ini, terutama mengenai pedagang kaki lima yang berjualan tidak ditempat yang telah disediakan oleh pemerintah kota. Hal tersebut bertujuan untuk memperindah dan menata kota peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini. Salah satunya yang paling mencolok adalah keberadaan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir yang berada di pinggiran Sungai Musi. Pasar ini merupakan salah satu pasar terbesar yang berada di Kota Palembang. Letaknya yang strategis antara dua daratan yang terpisahkan oleh sungai menjadikan tempat ini sebagai tempat yang menjanjikan untuk lahan mencari nafkah. Nampak dengan banyaknya pedagang kaki lima (PK-5) yang ada di daerah tersebut.
Pemerintah Kota Palembang sebenarnya telah menyediakan tempat untuk pedagang kaki lima, yaitu dengan dibangunnya sebuah gedung plaza yang diberi nama Plaza 16 Ilir. Plaza ini berfungsi untuk menampung pedagang kaki lima yang hendak berjualan di daerah tersebut, namun banyaknya pedagang yang ingin berjualan di plaza tersebut tidak diimbangi dengan daya tampung plaza, sehingga para pedagang yang tidak kebagian lapak menggelar dagangannya di luar bagunan plaza. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan perubahan tatanan Kota Palembang. Pemerintah hanya bertujuan untuk menertibkan dan menata kawasan perdagangan di Kota Palembang agar menjadi nyaman dan tertib, sehingga akan tercipta kenyamanan, kebersihan, dan keindahan lingkungan kota yang akan menjadi kota bertaraf internasional ini.
4
Keberadaan pedagang yang membuka lapak dagangannya di luar gedung plaza dirasa cukup mengganggu. Terbukti dengan kondisi yang diciptakan oleh keberadaan pasar tersebut. Kesan kumuh dan kotor merupakan pemandangan yang lazim di daerah ini, sehingga dirasa perlu untuk memindahkan pedagang-pedagang yang memenuhi kolong Jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi. Pemerintah Kota Palembang yang dipimpin oleh Eddy Santana Putra sebagai walikota telah menyiapkan tempat atau pasar pengganti, yaitu Pasar Retail Jakabaring. Pemerintah Kota Palembang memilih Jakabaring sebagai tempat relokasi pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir. Pasar ini disiapkan untuk menampung pedagangpedagang dari Pasar 16 Ilir. Secara bertahap pedagang-pedagang tersebut dipindahkan ke lokasi baru yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota Palembang.
Daerah yang dahulu merupakan pasar yang kumuh dan kotor dirubah oleh Pemerintah Kota Palembang menjadi satu taman kota yang indah. Taman kota ini diperuntukkan sebagai tujuan wisata bersaing dengan Kepulauan Riau. Wisatawan banyak yang berkunjung ke daerah ini setelah dibenahi, baik wisatan lokal maupun wisatawan asing. Tujuan lain dari dipindahkannya pedagang dari daerah 16 Ilir ini yaitu daerah ini dijadikan sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City yang ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini disebabkan karena hampir semua aset wisata sejarah yang ada di kota ini berada di pinggiran sungai, sehingga membuat Pemerintah Kota Palembang terus
5
berbenah untuk mewujudkan Kota Palembang sebagai Legendary City sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia.
Hasilnya pada tahun 2007, 2008 dan 2009 Kota Palembang mendapatkan piala Adipura tiga tahun berturut-turut, padahal pada tahun 2005 kota ini mendapat predikat kota terkotor. Kota yang pada 17 Juni 2009 berulang tahun ke-1326 ini diikutkan pada penilaian Adipura tingkat ASEAN untuk kategori clean land yaitu kategori kota bersih dan teduh. Adipura tingkat ASEAN ini diikuti oleh seluruh negara ASEAN kecuali Singapura. Pada Oktober 2008 Walikota Palembang mewakili Indonesia untuk menerima penghargaan kategori kota bersih di negara-negara ASEAN. Ditunjuknya Palembang sebagai kota yang mewakili Indonesia ke Hanoi Vietnam untuk menerima penghargaan bidang lingkungan katagori clean land didasari atas prestasi Palembang dalam bidang lingkungan dan air bersih. Khusus persoalan air bersih, target 2008 yang mematok 80 persen masyarakat kota dialiri air bersih sudah menjadi kenyataan dan kini target dipeluas hingga ke angka 90 persen warga Palembang dapat menikmati air bersih. Belum lagi keberhasilan dalam penataan lokasi pemukiman kumuh dan kebersihan kota yang sudah mendapat tiga kali piala Adipura dan Palembang dinyatakan sebagai kota terbersih oleh kementerian lingkungan hidup. Begitu pun dengan sistem pengairan, drainase dan penataan lokasi pemukiman kumuh, Departemen Pekerjaan Umum juga menempatkan Palembang
sebagai
kota
urutan
teratas
yang
berhak
mendapat
penghargaan. (http://palembang.go.id diakses pada 10 Juni 2009 pukul 00.08 wib)
6
Kebijakan relokasi pedagang kaki lima di daerah 16 Ilir ini banyak menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan yang ada di Kota Palembang. Salah satunya adalah kelompok pro demokrasi.
Hasil yang didapat peneliti pada saat pra-riset mengenai masalah kependudukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, jumlah penduduk di Kota Palembang pada pertengahan tahun 2006 adalah sebesar 1.369.529 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2007 adalah sebesar 1.394.954 jiwa atau meningkat 1,88 persen dari tahun 2006.
Kota Palembang memiliki 16 Kecamatan, diantaranya sebagai berikut : 1. Ilir Barat II 2. Gandus 3. Seberang Ulu I 4. Kertapati 5. Seberang Ulu II 6. Plaju 7. Ilir Barat I 8. Bukit Kecil 9. Ilir Timur I 10. Kemuning 11. Ilir Timur II 12. Kalidoni 13. Sako 14. Sukarami 15. Sematang Borang 16. Alang-alang Lebar Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Hasil yang didapatkan penulis pada pra-riset tanggal 14-17 April 2009 di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan menyebutkan bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Tahun 2007, wilayah administrasi Kota Palembang mengalami pemekaran wilayah, saat ini jumlah kecamatan di Kota Palembang menjadi 16 kecamatan dan 107
7
kelurahan yang sebelumnya hanya 14 kecamatan dan 103 kelurahan. Dua kecamatan baru tersebut adalah Kecamatan Alang-alang Lebar yang merupakan pecahan dari Kecamatan Sukarami kemudian Kecamatan Sematang Borang yang merupakan pecahan dari Kecamatan Sako. Sementara 4 kelurahan yang baru adalah Kelurahan Talang Jambe yang merupakan pecahan Kelurahan Talang Betutu, Kelurahan Sukodadi yang merupakan pecahan Kelurahan Alang-alang Lebar dan Sako Baru pecahan dari Kelurahan Sako, yang terakhir adalah Kelurahan Karya Mulya pecahan dari Kelurahan Sukamulya. Perubahan ini tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 19 dan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007 yang diundangkan tanggal 23 Juli 2007 dalam Lembaran Daerah Kota Palembang Nomor 20 Tahun 2007.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ bagaimana sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
8
D. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan bagi perkembangan ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan salah satu kajian manajemen pemerintahan khususnya mengenai kebijakan pemerintah dalam hal ini pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, serta sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang akan atau sedang melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Kota Palembang untuk dapat lebih meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan terhadap warga masyarakat Palembang.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Sikap
1. Pengertian Sikap Sikap dalam buku karangan Abu Ahmadi yang dalam bahasa inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer pada 1862 untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Menurut L.L. Thurstone dalam Abu Ahmadi (2002 : 163) mengatakan bahwa sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi tersebut meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Menurut Gerungan (2004 : 161) “Attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.” Beberapa ahli dalam Abu Ahmadi (2002 : 163) mengemukakan pendapat mengenai sikap antara lain : a. Zimbardo dan Ebbesen Sikap adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen kognitif, afektif, dan behavior.
10
b. David Krench dan RS. Crutchfield Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu. c. John Harvey dan Wiliam P. Smith Sikap merupakan kesiapan secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.
G.W. Allport dalam David O.Sears (1985 : 137) mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi berkaitan dengannya.
Berdasarkan beberapa konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap objek tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif. Pada penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian yaitu kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
2. Ciri-ciri Sikap Menurut Bimo Walgito (1983 : 54) ciri-ciri sikap antara lain : a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa individu atau manusia pada waktu lahir belumlah membawa sesuatu sikap tertentu. Karena sikap tidak dibawa sejak individu itu dilahirkan, maka sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu tersebut. b. Selalu adanya hubungan antara individu dengan objek. Oleh karena itu sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek. Melalui proses pengenalan atau persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang bersifat positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek yang bersangkutan. Jadi sifat hubungan ini akan menimbulkan sikap yang tertentu pula. c. Sikap dapat tertuju kepada satu objek saja, tetapi juga dapat kepada sekumpulan objek-objek.
11
d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar. Jika suatu sikap telah terbentuk dan merupakan salah satu nilai dalam kehidupan seseorang, maka secara relative sikap itu akan sulit mengalami perubahan dan jika berubah maka prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. e. Sikap mengandung faktor perasaan dan faktor motif. Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek akan selalu diikuti adanya perasaan yang tertentu pula, apakah perasaan yang bersifat positif (senang) atau negatif (tidak senang) terhadap objek tersebut.
3. Fungsi Sikap
Fungsi sikap menurut Abu Ahmadi (2002 : 179) antara lain : a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan dan pengalaman bersama biasanya ditandai adanya sikap anggota yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antar orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya yang lain. Oleh karena itu anggotaanggota kelompok yang mengambil sikap sama terhadap objek tertentu dapat meramalkan tingkah laku terhadap anggota-anggota lainnya. b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksiaksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tak ada pertimbangan, tetapi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbanganpertimbangan/penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturanperaturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya. c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalamn ini diberi penilaian, lalu dipilih. Tentu saja pemilihan itu ditentukan atas tinjauan apakah pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti baginya atau tidak. Jadi manusia setiap saat mengadakan pemilihan-pemilihan, dan semua perangsang tidak semuanya dapat dilayani. Sebab kalau tidak
12
demikian akan mengganggu manusia. Tanpa pengalaman tak ada keputusan dan tak dapat melakukan perbuatan. d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-obek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, kita harus mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari pada sikap orang tersebut dan dengan mengetahui sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan dan Pengubahan Sikap
Pada dasarnya sikap terbentuk dari individu dari setia orang dan berkembang dalam dirinya, faktor pengalaman sangatlah penting dalam proses pembentukan sikap. Namun demikian, faktor dari luar diakui dapat juga mempengaruhi sikap individu tersebut. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengaruh tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal Menurut Abu Ahmadi (2002 : 171) faktor intern merupakan faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Hal yang sama yang diungkapkan oleh Gerungan (2004 : 168) yaitu selektivitas dalam pengamatan senantiasa berlangsung karena individu
13
manusia tidak dapat memperhatikan semua rangsangan yang datang dari lingkungannya dengan taraf perhatian yang sama.
b. Faktor Eksternal Menurut Abu Ahmadi (2002 : 171) faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Menurut M.Sherif dalam Gerungan (2004 : 168) garis besar sikap mengenai faktor eksternal mencakup dua hal 1. Dalam interaksi kelompok, di mana terdapat hubungan timbal-balik yang langsung antara manusia 2. Karena
komunikasi,
di
mana
terdapat
pengaruh-pengaruh
(hubungan) langsung dari satu pihak saja.
5. Metode Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Menurut Abu Ahmadi (2002 : 182) a. Pengukuran sikap secara langsung yaitu peneliti meminta pendapat suatu individu mengenai bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah. Dalam pengukuran ini dapat menggunakan beberapa skala, misalnya Skala Thurstone, Skala Likert, Skala Bogardus, dan Skala Perbedaan Semantik (The Semantic Different Scale). b. Pengukuran sikap secara tidak langsung yaitu metode pengukuran sikap yang bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan atau verbal.
14
6. Aspek-Aspek Sikap
Menurut Abu Ahmadi (2002 : 162) tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek yaitu :
a. Aspek Kognitif Aspek kognitif yaitu aspek yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu. b. Aspek Afektif Aspek afektif yaitu aspek yang berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek tertentu. c. Aspek Konatif Aspek konatif yaitu aspek yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap dalam penelitian ini yaitu kesiapan untuk memberikan sikap atau respon terhadap objek yang dihadapinya. Sikap atau tanggapan tersebut merupakan suatu hal untuk mendukung atau tidak mendukung terhadap objek tersebut, dalam hal ini adalah pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, yang berhubungan dengan beberapa aspek sikap. Aspek tersebut terdiri dari aspek kognitif yang berkaitan dengan pandangan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai suatu hal yang dalam penelitian ini yaitu terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Aspek afektif yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang terhadap suatu objek tertentu yang menimbulkan perasaan pro, netral atau
15
kontra terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan aspek konatif yaitu aspek yang berkaitan dengan prilaku dengan kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu hal dengan cara-cara tertentu dengan menanggapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
B. Tinjauan Tentang Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat dalam buku Ilmu Sosial Dasar (1998 : 63) karangan Munandar Soelaeman berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, yang artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan
hidup
yang
bukan
disebabkan
oleh
manusia
sebagai
perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Menurut WJS. Poerwodarminto dalam Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 88) masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan yang tertentu. Sedangkan menurut Linton yang dikutip oleh Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 88), mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan
16
dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan manusia yang telah cukup lama hidup bersama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan dan batas-batas tertentu.
2. Unsur Masyarakat Menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 90) yang menjadi unsur dari masyarakat yaitu : a. Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia, dan harus banyak jumlahnya, dan bukan mengumpulkan barang. b. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah yang tertentu. c. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita-cita yang sama.
3. Ciri-ciri masyarakat Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip oleh Abdulsyani (2002 : 32), menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu :
a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.
17
b. Bersama untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbulah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut. c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.
4. Masyarakat Kota Kota menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 228) adalah sebagai pusat pendomisian bertingkat-tingkat sesuai dengan sistem administrasi Negara yang bersangkutan. Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kota yang dikutip oleh P.J.M Nas (1979 : 29) antara lain : 1. Wirth Ia merumuskan kota sebagai pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. 2. Max Weber Ia menganggap suatu tempat adalah kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. 3. Marx dan Engels Mereka memandang kota sebagai “perserikatan” yang dibentuk guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat produksi dan alat-alat yang diperlukan agar supaya anggotaanggota dapat mempertahankan diri.
18
Jika melihat pendapat dari Max Weber, ia menitik beratkan kota pada pasar sebagai ciri kota, di samping sifatnya sebagai benteng dan sebagai sistem hukum tersendiri. Jadi dapat disimpulkan kota adalah suatu pemukiman yang relatif padat yang berisi orang-orang yang heterogen dalam kedudukan sosial yang digunakan untuk mempertahankan diri. Sedangkan masyarakat kota adalah masyarakat yang hidup di suatu tempat yang merupakan pemukiman yang relatif padat dan bersifat heterogen.
Dari pengertian di atas, maka ciri-ciri masyarakat kota menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 233-235) antara lain :
1. Hiterogenitas Sosial Kota merupakan tempat bagi aneka suku maupun ras, sehingga masing-masing kelompok berusaha di atas kelompok yang lain. Maka dari itu sering terjadi usaha untuk memperkuat kelompoknya untuk melebihi kelompok yang lain. Misalnya, mengumpulkan dan mengorganisir anggota kelompoknya secara rapi, memelihara jumlah anak yang banyak bagi kelompok minoritas dan sebagainya. Di samping itu kepadatan penduduk memang mendorong terjadinya persaingan dalam pemanfaatan ruang. 2. Hubungan Sekunder Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota (orang lain) serba terbatas pada bidang hidup tertentu. 3. Toleransi Sosial Pada masyarakat kota orang tidak memperdulikan tingkah laku sesamanya secara mendasar dan pribadi, sebab masing-msaing anggota mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga kontrol sosial pada masyarakat kota dapat dikatakan lemah sekali. Walaupun ada control sosial tetapi sifatnya non pribadi. Selama tingkah laku dari orang yang bersangkutan tidak merugikan umum atau tidak bertentangan dengan norma yang ada, masih dapat diterima dan ditolerir. 4. Kontrol Sekunder Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi secara pribadi atau sosial berjauhan.
19
5. Mobilitas Sosial Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal. 6. Individual Akibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka kehidupan masyarakat di kota menjadi individual. Apakah yang mereka inginkan dan rasakan, harus mereka rencana dan laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota masyarakat yang lain sulit untuk diharapkan. 7. Ikatan Sukarela Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam organisasi tertentu yang mereka sukai secara sukarela ia menggabungkan diri dan berkorban. 8. Segresi Keruangan Akibat dari hiterogenitas sosial dan kompetisi ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama, suku bangsa dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya terjadi pemisahan tempat tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu.
C. Tinjauan Tentang Sikap Masyarakat
Abu Ahmadi (2002 : 166) menyatakan bahwa sikap masyarakat atau sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orangorang sekelompoknya terhadap objek sosial dan dinyatakan berulang-ulang.
Selanjutnya Gerungan (2004 : 161) merumuskan sikap sosial sebagai berikut: “Suatu sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial. Sikap sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya sikap sosial itu dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap masyarakat atau sikap sosial merupakan suatu sikap terhadap suatu
20
objek yang terjadi berulang-ulang yang dimiliki oleh banyak orang atau sekelompok orang.
D. Tinjauan Tentang Pasar
1. Pasar 16 Ilir Palembang
Menurut Max Weber dalam P.J.M. Nas (1979 : 29) suatu daerah dapat dikatakan sebagai kota yaitu apabila masyarakat setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.
Pendapat Max Weber ini menyatakan bahwa pentingnya peranan suatu pasar dalam kehidupan dan tata masyarakat perkotaan. Menurutnya pasar merupakan ciri dari kota disamping sifatnya sebagai benteng dan sebagai sistem hukum tersendiri. Kota Palembang yang memiliki banyak pasar yang dapat memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri telah dapat dikatakan sebagai kota jika merujuk dari pendapat Max Weber yang menekankan kota pada pasar sebagai ciri utamanya.
Salah satu pasar yang dimiliki di Kota Palembang yaitu Pasar 16 Ilir. Daerah Pasar 16 Ilir terdapat di tepian Sungai Musi dan telah ada sejak awal abad ke-20, yang dahulu merupakan daerah pemukiman. Sebagaimana sifat orang Melayu Palembang, kawasan tepian sungai terutama tepian Sungai Musi merupakan pilihan tepat karena pada saat itu jalur transportasi hanya melalui jalur air yang menggunakan perahu sebagai alat transportasinya. Sejalan dengan perkembangannya daerah
21
yang dulunya pemukiman berubah fungsi menjadi lahan pencari nafkah masyarakat sekitar. Tempat tersebut berubah menjadi Pasar yang kemudian diberi nama Pasar 16 Ilir, ini dikarenakan pasar tersebut terletak di daerah 16 Ilir. Nama 16 Ilir sendiri merupakan sisa-sisa dari jaman penjajahan Belanda yang dahulu menduduki Kota Palembang. Pemberian nama 16 Ilir tersebut merupakan salah satu strategi perang Belanda untuk mengecoh gerilyawan perang.
2. Pasar Retail Jakabaring
Jakabaring merupakan daerah yang terdapat di Kecamatan Seberang Ulu yang merupakan daerah pengembangan pembangunan. Sebelum tahun 2004 daerah ini masih merupakan daerah yang terdiri dari rawa-rawa dan belum banyak penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Akhirnya pada saat Kota Palembang dijadikan tuan rumah pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIV pada 2004, daerah ini banyak mengalami perubahan dengan berbagai macam pembangunan di berbagai sektor. Mulai dari pembangunan sarana dan prasarana olah raga sampai pembangunan perkampungan atlit. Kantor-kantor dinas pun banyak yang dipindahkan ke daerah ini sehingga perekonomian di daerah ini semakin meningkat.
Di Jakabaring masih banyak terdapat lahan kosong yang belum diolah sehingga oleh Walikota Palembang saat itu Eddy Santana Putra dibuat sebuah pasar. Pasar inilah yang menjadi tempat tujuan setelah pedagang
22
kaki lima Pasar 16 Ilir direlokasi. Tidak hanya pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir saja yang pindah ke Pasar Jakabaring ini, namun banyak pedagang pasar yang ada di Kota Palembang dipindahkan ke pasar ini, kemudian pasar ini disebut Pasar Retail Jakabaring.
E. Kerangka Pikir
Menurut Widayat dan Amirullah dalam Masyhuri dan Zainuddin (2008 : 113) kerangka berpikir atau juga disebut kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 34) kerangka berpikir ialah
penjelasan
sementara
terhadap
gejala
yang
menjadi
obyek
permasalahan kita.
Di Indonesia banyak terdapat daerah setingkat kota atau kabupaten yang menoreh prestasi yang telah diraihnya, baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang ikut menyukseskan program-program atau kebijakan yang telah digulirkan oleh pemerintah.
Permasalahan
pun
menjadi
semakin
kompleks
seiring
dengan
perkembangan zaman. Salah satunya mengenai pengelolaan pasar. Di Kota Palembang banyak terdapat pasar-pasar tradisional yang berfungsi sebagai pusat pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pasar 16 Ilir menjadi pasar yang sangat sentral di kota ini karena letaknya yang terdapat di pinggiran Sungai
23
Musi dan luasnya yang mencapai 1.283 m2. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Sumatera Selatan, Pasar 16 Ilir memiliki 1.148 pedagang kaki lima yang setiap tahun jumlahnya semakin bertambah. Pemerintah Kota Palembang memberikan tempat yang layak bagi para pedagang untuk berjualan berbagai macam kebutuhan. Mengingat lokasinya yang strategis maka makin banyak pedagang yang ingin membuka usahanya di Plaza 16 Ilir, sehingga menyebabkan tidak dapat ditampungnya semua pedagang di tempat tersebut. Jadi para pedagang yang tidak kebagian tempat membuka usahanya di luar tempat, sehingga menyebabkan para pedagang berjualan di luar plaza dan menyebabkan ketidakteraturan di sekitar daerah plaza tersebut.
Mempertimbangankan
hal
tersebut
Pemerintah
Kota
Palembang
memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke pasar baru yaitu Pasar Retail Jakabaring. Pemindahan ini bertujuan untuk menata ulang kembali tatanan Kota Palembang. Daerah yang ditinggalkan Pasar 16 Ilir dijadikan taman wisata sejalan dengan penetapan daerah 16 Ilir sebagai sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City. Selain itu pemindahan lokasi pasar ini juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di daerah Jakabaring, karena Jakabaring masih merupakan daerah yang harus dikembangkan mengingat potensi lahannya yang sangat luas.
Partisipasi, sikap, dan dukungan dari masyarkat sangatlah penting dalam hal pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Ketika pemindahan tersebut menghadapi kendala, karena ada sebagian
24
masyarakat ataupun pedagang yang kontra terhadap kebijakan Pemerintah Kota Palembang tersebut. Jadi masyarakat mempunyai peran yang sentral dalam mewujudkan terlaksananya dengan tepat kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk memperoleh gambaran mengenai sikap seperti yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2002 : 162) yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.
1. Aspek kognitif (aspek perseptual), yaitu aspek yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, pengalaman, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. 2. Aspek afektif (aspek emosional), yaitu aspek yang berkaitan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. 3. Aspek konatif (aspek perilaku), yaitu aspek yang berkaitan dengan kecenderungan orang untuk bertindak terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
25
Gambar kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut: Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Sikap Masyarakat
Aspek Kognitif
Aspek Afektif
Aspek Konatif
Gambar 1. Bagan kerangka pikir sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
26
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yang berdasarkan pada data kuantitatif. Penelitian deskriftif menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 4) bermaksud membuat pemeriaan (penyandraan) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Ciri-ciri penelitian deskriftif menurut Masyhuri dan M. Zainuddin (2008 : 34) adalah : a. b. c. d. e.
Memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena Menerangkan hubungan (korelasi) Menguji hipotesis yang diajukan Membuat prediksi (forcase) kejadian Memberikan arti atau makna atau implikasi pada suatu masalah yang diteliti. Jadi penelitian deskripsi mempunyai cakupan yang lebih luas.
Kuantitatif
menurut Jonathan Sarwono adalah mementingkan adanya
variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. (www.geocities.com/jsarwono_bbrc diakses pada 30 Mei 2009 pukul 14.16)
27
B. Definisi Konseptual
Konsep menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 33) adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak : kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Sikap Sikap adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap objek tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif. Pada penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian yaitu kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Sikap masyarakat tersebut diukur dengan menggunakan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan konatif, yang merupakan aspek pengetahuan, emosional atau perasaan dan tindakan. Sikap tersebut nantinya akan memberikan pernyataan terhadap objek tersebut yang akan menimbulkan pernyataan setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
2. Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan manusia yang telah cukup lama hidup bersama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan dan batas-batas tertentu. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Palembang.
28
3. Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring adalah solusi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Palembang untuk mewujudkan keindahan tata kota yang teratur dan bersih. Pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat meningkatkan
perekonomian
dan
kesejahteraan
masyarakat,
baik
masyarakat daerah yang ditinggal maupun daerah yang dituju. Daerah Pasar 16 yang ditinggalkan dibagun menjadi taman-taman kota yang menjadi tempat tujuan wisata sesuai dengan ketetapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadikan daerah ini sebagai sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City.
C. Definisi Operasional
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 46) definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Aspek Kognitif (Pengetahuan) Merupakan pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meliputi :
29
a.
Pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
b.
Pengetahuan masyarakat tentang lokasi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
c.
Pengetahuan masyarakat tentang alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
d.
Pengetahuan masyarakat tentang tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
e.
Pengetahuan masyarakat tentang manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
2. Aspek Afektif (Perasaan) Merupakan perasaan maupun sikap masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, yaitu meliputi : a.
Perasaan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
b.
Perasaan masyarakat terhadap lokasi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
c.
Perasaan masyarakat terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
d.
Perasaan masyarakat terhadap tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
e.
Perasaan masyarakat terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
30
3. Aspek Konatif (Tindakan) Merupakan pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meliputi : a.
Kecenderungan bertindak yang dilakukan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
b.
Ketertarikan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
c.
Keoptimisan masyarakat terhadap keberhasilan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
d.
Keoptimisan masyarakat terhadap keberhasilan tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
e.
Keoptimisan masyarakat terhadap manfaat yang dicapai dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
D. Sumber Data
Data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini dilihat dari karakteristik sumbernya terbagi menjadi :
1. Data Primer Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian, dengan cara menggali secara
31
langsung dari responden yang merupakan hasil dari teknik pengumpulan data melalui kuesioner.
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan. Data sekunder ini digunakan sebagai pendukung. Sumber data sekunder antara lain berupa wawancara untuk mendukung data utama yang diperoleh dari kuisioner, literatur, berita surat kabar, website, serta dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk itu dirasa perlu untuk mengetahui pendapat masyarakat Kota Palembang yang memiliki populasi satu juta lebih penduduk. Lokasi penelitian ini adalah di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi dalam buku karangan Burhan Bungin (2008 : 99) adalah berasal dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 42) populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas.
32
Berdasarkan pernyataan tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Palembang yang berjumlah 1.394.954 jiwa yang diwakili oleh 301.401 kepala keluarga (KK). Kota Palembang terbagi dalam enam belas kecamatan , yaitu Kecamatan Ilir Barat II, Kecamatan Gandus, Kecamatan Seberang Ulu I, Kecamatan Kertapati, Kecamatan Seberang Ulu II, Kecamatan Plaju, Kecamatan Ilir Barat I, Kecamatan Bukit Kecil, Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan Kemuning, Kecamatan Ilir Timur II, Kecamatan Kalidoni, Kecamatan Sako, Kecamatan Sukarami, Kecamatan Sematang Borang, dan Kecamatan Alang-alang Lebar. Data yang diperoleh pada pra-riset tanggal 14-17 April 2009, jumlah kepala keluarga per kecamatan di Kota Palembang pada tahun 2007 adalah sebagai berikut : a. Ilir Barat II
:
13.154 kepala keluarga
b. Gandus
:
11.439 kepala keluarga
c. Seberang Ulu I
:
33.131 kepala keluarga
d. Kertapati
:
17.618 kepala keluarga
e. Seberang Ulu II
:
20.597 kepala keluarga
f. Plaju
:
17.706 kepala keluarga
g. Ilir Barat I
:
26.603 kepala keluarga
h. Kemuning
:
20.952 kepala keluarga
i. Ilir Timur II
:
32.818 kepala keluarga
j. Kalidoni
:
22.579 kepala keluarga
k. Sako
:
19.911 kepala keluarga
l. Sukarami
:
37.978 kepala keluarga
33
m. Sematang Borang
:
-
n. Alang-alang Lebar
:
-
Total jumlah kepala keluarga yang berada di Kota Palembang adalah 301.401 kepala keluarga. Kecamatan Sematang Borang dan Kecamatan Alang-alang Lebar belum memiliki angka kepala keluarga yang pasti karena data-data tersebut masih tergabung dengan Kecamatan Sako dan Kecamatan Sukarami. Data Kecamatan Sematang Borang masih tergabung dengan Kecamatan Sako sedangkan data Kecamatan Alang-alang Lebar masih tergabung dengan Kecamatan Sukarami.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Masyhuri dan Zainuddin ( 2008 : 155) sampel adalah suatu contoh yang diambil dari populasi. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di Kota Palembang yang jumlahnya sebanyak 301.401 kepala keluarga.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proporsionan sampling. Menurut Burhan Bungin (2008 : 114) proporsional sampling merupakan teknik sampling yang agak lebih leluasa dalam penggunaannya, yaitu teknik ini dapat digunakan pada populasi berstrata, populasi area maupun populasi cluster.
Maka penelitian ini sampel yang akan diambil menggunakan rumus presisi yakni rata-rata sampel dari rumus T. Yamane yang dikutip oleh Burhan Bungin (2008 : 105).
34
Rumus yang digunakan :
Keterangan : n N d 1
= = = =
Jumlah sampel yang dicari Jumlah populasi Nilai presisi (0,1) Nilai Konstanta
Berdasarkan rumus pengambilan sampel di atas maka sampel dalam penelitian ini adalah
301.401 n= 301.401 (0,1)2 + 1 301.401 n= 3014,01 + 1 301.401 n= 3015,01 n=
99,97 dibulatkan menjadi 100
Berdasarkan rumus penentuan sampel di atas maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Setelah didapat sampel yang dibutuhkan, menurut Jalalludin Rahmat (1997 : 82) langkah yang kedua adalah menentukan sampel perkelompok atau perkecamatan dari 100 sampel yang telah didapat,
35
yaitu dengan menggunakan rumus penentuan sampel agar sampel lebih proporsional.
Rumus yang digunakan :
Keterangan : Ni = Jumlah populasi dari masing-masing kelompok N
= Jumlah keseluruhan populasi
n
= Jumlah sampel yang diambil
(Jalalludin Rahmat, 1997 : 82)
Berdasarkan rumus pengambilan sampel kelompok di atas maka sampel kelompok dalam penelitian ini adalah :
a. Kecamatan Ilir Barat II 13154 ni =
x 100 301401
ni = 4, 36 dibulatkan menjadi 4 b. Kecamatan Gandus 11439 ni =
x 100 301401
ni = 3, 79 dibulatkan menjadi 4
36
c. Kecamatan Seberang Ulu I 33131 ni =
x 100 301401
ni = 10, 99 dibulatkan menjadi 11 d. Kecamatan Kertapati 17618 ni =
x 100 301401
ni = 5, 84 dibulatkan menjadi 6 e. Kecamatan Seberang Ulu II 20597 ni =
x 100 301401
ni = 6, 83 dibulatkan menjadi 7 f. Kecamatan Plaju 17706 ni =
x 100 301401
ni = 5, 87 dibulatkan menjadi 6 g. Kecamatan Ilir Barat I 26603 ni =
x 100 301401
ni = 8, 82 dibulatkan menjadi 9
37
h. Kecamatan Bukit Kecil 9967 ni =
x 100 301401
ni = 3, 30 dibulatkan menjadi 3 i. Kecamatan Ilir Timur I 16946 ni =
x 100 301401
ni = 5, 62 dibulatkan menjadi 6 j. Kecamatan Kemuning 20952 ni =
x 100 301401
ni = 6, 95 dibulatkan menjadi 7 k. Kecamatan Ilir Timur II 32818 ni =
x 100 301401
ni = 10, 88 dibulatkan menjadi 11 l. Kecamatan Kalidoni 22579 ni =
x 100 301401
ni = 7, 49 dibulatkan menjadi 7
38
m. Kecamatan Sako 19911 ni =
x 100 301401
ni = 6, 60 dibulatkan menjadi 7 n. Kecamatan Sukarami 37978 ni =
x 100 301401
ni = 12, 60 dibulatkan menjadi 12 Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1. Rincian Jumlah Sampel No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Ilir Barat II Gandus Seberang Ulu I Kertapati Seberang Ulu II Plaju Ilir Barat I Bukit Kecil Ilir Timur I Kemuning Ilir Timur II Kalidoni Sako Sukarami Jumlah
Jumlah Kepala Keluarga
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
13.154 11.439 33.131 17.618 20.597 17.706 26.603 9.967 16.946 20.952 32.818 22.579 19.911 37.978 301.401
Sampel 4 4 11 6 7 6 9 3 6 7 11 7 7 12 100
39
Proses penyebaran sampel menggunakan Purposive Sampling. Menurut Joko Subagio (1997 : 31) Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti. Sebagai sampel harus memenuhi persyaratan yang dibuat sebagai kriteria.
Kriteria dan pertimbangan yang dilakukan dalam memilih sampel agar lebih terbukti perolehan informasinya, yaitu sebagai berikut : a. Masyarakat Kota Palembang yang minimal telah berdomisili selama ± 5 tahun di Palembang; b. Masyarakat dapat membaca dan menulis; c. Masyarakat Kota Palembang yang telah terdaftar di kecamatan yang ada di Kota Palembang sebagai penduduk Kota Palembang yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP)
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara kuisioner, wawancara dan dokumentasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pada penelitian ini.
1. Teknik Kuesioner Menurut Burhan Bungin (2008 : 123) metode angket atau kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, kuesioner dikembalikan kepada peneliti.
40
Kuesioner ditujukan kepada sampel yang telah diambil dari jumlah populasi kepala keluarga yang berada di Kota Palembang.
2. Teknik Wawancara Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan topik penelitian. Menurut Moh. Nazir dalam Burhan Bungin (2008 : 126) wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai.
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menunjang data utama yang didapatkan dari kuisioner. Informan dalam hal ini adalah Suparman Kasup, Direktur Administrasi dan Keuangan Perusahaan Daerah Pasar Palembang Jaya, Sekretaris Koperasi Serba Usaha Tunas Baru Djunaida Handayani sebagai pengelola Pasar Retail Jakabaring, H.Hasan selaku pengelola harian Pasar Retail Jakabaring dan beberapa pedagang yang terkena relokasi.
3. Teknik Dokumentasi Menurut Sartono Kartodirdjo dalam Burhan Bungin (2008 : 144) teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk menelusuri data historis. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang berupa artikel, arsip, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan subjek dan objek penelitian. Dokumentasi dalam hal ini diperoleh dari data yang terdapat di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan mengenai data jumlah
41
penduduk. Dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder dan dapat membantu dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
H. Teknik Penentuan Skor
Untuk mengolah data yang berbentuk kuisioner yang dituangkan dalam pernyataan-pernyataan,
masing-masing
pernyataan
diberikan
alternatif
jawaban berdasarkan Metode Likert. Alternatif jawaban berdasarkan Metode Likert dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Alternatif jawaban dengan menggunakan Metode Likert Pernyataan Dengan Memilih Jawaban Sangat tahu/sangat setuju/sangat mendukung/sangat optimis Tahu/setuju/mendukung/optimis Cukup tahu/cukup setuju/cukup mendukung/cukup optimis Tidak tahu/tidak setuju/tidak mendukung/tidak optimis Sangat tidak tahu/sangat tidak setuju/sangat tidak mendukung/sangat tidak yakin
Skor 5 4 3 2 1
Sumber : Data diolah 2009
I. Teknik Pengolahan Data
Data penelitian yang telah didapat akan diolah menggunakan langkahlangkah berikut :
1. Tahap Editing Menurut Burhan Bungin (2008 : 165) editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan. Tahap editing adalah tahap memeriksa kembali data yang berhasil
42
diperoleh dalam rangka menjamin keabsahannya (validitas) untuk kemudian dipersiapkan ketahap selanjutnya yaitu memeriksa hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden.
2. Tahap Koding Tahap
koding
adalah
tahap
dimana
jawaban
dari
responden
diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan untuk kemudian diberi kode dan dipindahkan dalam tabel kode atau buku kode.
3. Tahap Tabulasi Tahap tabulasi adalah tahap mengelompokan jawaban-jawaban yang serupa secara teratur dan sistematis. Tahap ini dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban-jawaban responden yang serupa. tabulasi data akan tampak ringkas dan bersifat merangkum.
Melalui Pada
penelitian ini data-data yang telah diperoleh dari lapangan kemudian disusun kedalam bentuk tabel, sehingga pembaca dapat melihat dan memahaminya dengan mudah.
4. Tahap Interpretasi Data Tahap interpretaasi data yaitu tahap untuk memberikan penafsiran atau penjabaran dari data yang ada pada tabel untuk dicari maknanya yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban dari responden dengan hasil yang lain, serta dari dokumentasi yang ada.
43
J. Teknik Analisis Data
Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 263) analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan penggunaan tabel tunggal, yaitu metode yang dilakukan dengan memasukkan data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung frekuensi dan membuat persentase sebagai uraian mengenai hasil akhir penelitian.
Tabel tunggal dipergunakan untuk menggambarkan jawaban responden terhadap sikap masyarakat Kota Palembang mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Sedangkan skala pengukuran yang digunakan ialah skala likert. Menurut Sulisyanto (2005 : 23) skala likert digunakan untuk mengukur persepsi, pendapat, sikap serta penilaian seseorang tentang fenomena sosial.
Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan menentukan skor jawaban, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data menggunakan penghitungan rumus interval. Analisis data dengan menggunakan analisis kuantitatif kemudian dijelaskan secara kualitatif.
44
Perhitungan menggunakan rumus interval menggunakan rumus sebagai berikut : NT - NR I= K
Keterangan : I = Interval nilai skor Nt = Nilai tertinggi Nr = Nilai terendah K = Kategori jawaban Sutrisno Hadi (1998 : 421) Selanjutnya
untuk
mengetahui
persentase
dari
jawaban
responden
menggunakan rumus persentase berikut ini :
Keterangan : P : Presentase F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi/kategori Soerjono Soekanto (1986 : 268)
Setelah dihitung dan didapatkan persentasenya dari data yang ada, maka hasil dari data tersebut akan diinterpretasikan untuk mendapatkan jawaban penelitian mengenai sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
45
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kota Palembang
Kota Palembang merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera Selatan yang saat ini memiliki 11 (sebelas) kabupaten dan 4 (empat) kota yang sekaligus merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Palembang adalah kota terbesar di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya sebelum dihancurkan oleh Majapahit. Hingga sekarang bekas area Kerajaan Sriwijaya masih terdapat di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang.
Setelah dihancurkan oleh berbagai peristiwa mulai dari penyerbuan pasukan maritim barbar dan isolasi dari majapahit, kota ini lalu sangat terpengaruh budaya Jawa dan Melayu. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budaya yang berkembang di Palembang. Salah satunya adalah bahasa. Katakata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas dan Raden Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Kota Palembang memiliki komunitas Tionghoa yang cukup besar. Makanan khas daerah ini adalah pempek Palembang, tekwan, model, celimpungan, kue
46
maksuba, kue 8 jam, kue engkak, laksan, burgo, dll. Makanan seperti pempek atau tekwan mengesankan Chinese Taste masyarakat Palembang.
Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi, sehingga tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang.
Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu pertama yaitu Parameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian Parameswa meninggalkan Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke Tumasik dan diberikannya nama Singapura kepada Tumasik. Sewaktu pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang Singapura, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka di Semenanjung Malaysia dan mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri baru di daerah Pattani dan Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian selatan). Setelah terjadinya kontak dengan para pedagang dan orang-orang Gujarat dan Persia di Malaka, maka Parameswara masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah.
Sebelum masa NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pertumbuhan Kota Palembang dapat dibagi menjadi 5 fase utama, antara lain :
47
1) Fase sebelum Kerajaan Sriwijaya merupakan zaman kegelapan, karena mengingat Palembang telah ada jauh sebelum bala tentara sriwijaya membangun sebuah kota dan penduduk asli daerah ini seperti yang tertulis pada manuskrip lama di hulu sungai musi merupakan penduduk dari daerah hulu sungai komering.
2) Fase Sriwijaya Raya, Palembang menjadi pusat dari kerajaan yang membentang mulai dari barat pulau jawa, sepanjang pulau sumatera, semenanjung malaka, bagian barat kalimantan sampai ke indochina. Runtuhnya Sriwijaya sendiri utamanya karena penyerbuan bangsa-bangsa pelaut „yang tidak terdefinisikan‟, sebagian sejarahwan mengatakan bahwa mereka adalah pasukan barbar laut dari Srilanka (Ceylon). Akibat hancurnya kekuatan maritim mereka, Sriwijaya menjadi lemah dan persekutuan daerah-daerah kekuasaanya terlepas dan ketika datangnya Ekspedisi Pamalayu dari Jawa (majapahit) ke Jambi dalam melakukan isolasi kepada Palembang, untuk mencegah Sriwijaya bangkit kembali.
3) Fase Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, Disekitar Palembang dan sekitarnya kemudian bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti Panglima Bagus Kuning dihilir Sungai Musi, Si Gentar Alam didaerah Perbukitan, Tuan Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai Komering, Panglima Gumay disepanjang Bukit Barisan dan sebagainya. Pada fase inilah Parameswara yang mendirikan Tumasik (Singapura) dan kerajaan Malaka hidup, dan pada fase inilah juga terjadi kontak fisik secara langsung dengan para pengembara dari Arab dan Gujarat.
48
4) Fase Kesultanan Palembang Darussalam, Hancurnya Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting dibalik hancurnya majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar) dan Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang. Setelah Kesultanan Demak yang merupakan „pengganti‟ dari majapahit di Jawa berdiri, di Palembang tak lama kemudian berdiri pula „Kesultanan Palembang Darussalam‟ dengan raja pertamanya adalah „Susuhunan Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman‟. Kerajaan ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu Raja yang paling terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris).
5) Fase Kolonialisme, Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam pasca kalahnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada pertempuran yang keempat melawan Belanda yang pada saat ini turun dengan kekuatan besar pimpinan Jendral De Kock, maka Palembang nyaris menjadi kerajaan bawahan. Beberapa Sultan setelah Sultan Mahmud Badaruddin II yang
menyatakan
menyerah
kepada
Belanda
berusaha
untuk
memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan pembumi hangusan bangunan kesultanan untuk menghilangkan simbol-simbol
49
kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar, dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.
Hingga saat ini yaitu pada zaman reformasi daerah pemukiman di Palembang tetap dipertahankan sepeti dulu, yaitu daerah Ilir dan Ulu. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, Kota Palembang merupakan suatu daerah Tingkat II yang merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 September 2005 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Kota Palembang sebagai “Kota Wisata Air”. Presiden mengungkapkan bahwa Kota Palembang dapat dijadikan kota wisata air seperti Bangkok, Thailand dan Pnomh Phenh, Kamboja.
Wilayah Kota Palembang dibagi dalam 16 kecamatan dan 107 kelurahan setelah sebelumnya mengalami pemekaran wilayah yang hanya terdapat 14 kecamatan dan 103 kelurahan.
Dua kecamatan baru tersebut adalah
Kecamatan Alang-alang Lebar dan Kecamatan Sematang Borang.
50
B. Keadaan Geografis
1. Letak Administratif Letak administratif suatu daerah merupakan letak berdasarkan pembagian wilayah adminsitrasi pemerintahan. Luas Kota Palembang adalah 400,61 Km2, dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara
: Kabupaten Banyuasin
b. Sebelah Timur
: Kabupaten Banyuasin
c. Sebelah Selatan
: Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Ilir
d. Sebelah Barat
: Kabupaten Banyuasin
2. Luas Wilayah Luas wilayah Kota Palembang yaitu ± 400,61 Km2 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3. Luas Kota Palembang Dirinci Perkecamatan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kecamatan Ilir Barat II Gandus Seberang Ulu I Kertapati Seberang Ulu II Plaju Ilir Barat I Bukit Kecil Ilir Timur I Kemuning Ilir Timur II Kalidoni Sako Sukarami Sematang Borang Alang-alang Lebar Jumlah
Luas (Km2) 6,220 68,780 17,440 42,560 10,690 15,170 19,770 9,920 6,500 9,000 25,580 27,920 18,040 36,980 51,459 34,581 400,610
Sumber : BPS Provinsi Sumsel, September 2009
51
3. Karakteristik Fisik a. Klimatologi Musim yang terdapat di Kota Palembang sama seperti umumnya yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai September, arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau.
Sebaliknya pada bulan Desember hingga Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudra Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu terjadi setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November.
b. Curah Hujan Curan hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi dan perputaran arus udara, oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamatan. Rata-rata curah hujan selama tahun 2007 berkisar antara 3,3 mm (Agustus) sampai 503,1 mm (Januari).
Palembang mempunyai kelembapan udara relatif tinggi dimana pada tahun 2007 berkisar antara 78 persen (September) sampai 88 persen (Januari).
52
c. Geologi dan Jenis Tanah Kota Palembang memiliki jenis tanah berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang masih muda, banyak mengandung minyak bumi yang juga dikenal dengan Lembah Palembang-Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat-tempat yang agak tinggi terletak di bagian utara kota. Sebagian Kota Palembang digenangi air terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus.
4. Kondisi dan Potensi Ekonomi a. Perdagangan Wilayah Palembang memiliki banyak pusat perdagangan yang tersebar di beberapa tempat. Potensi tersebut menunjang kegiatan perdagangan di kota ini. Peranan sektor perdagangan terhadap struktur perekonomian cukup dapat diperhitungkan.
Lalu lintas perdagangan aneka komoditas umumnya dilakukan melalui beberapa pelabuhan muat tersebut tidak terlepas dari keadaan geografis dan topografis wilayah ini yang dilalui Sungai Musi beserta anak sungainya. Disamping itu, bedasarkan sejarah, Sumatera Selatan memanfaatkan laut sebagai gerbang perniagaan sejak dahulu.
Selama tahun 2007 jumlah perusahaan-perusahaan perdagangan yang berbadan hukum yag terdaftar pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi di Palembang sebanyak 3.933 buah perusahaan.
53
Perusahaan tersebut terdiri atas 695 buah PT, 72 buah koperasi, 2.174 buah CV, 991 buah PD dan satu buah firma.
Di Kota Palembang banyak terdapat pusat perdagangan yang tersebar di beberapa sudut kota, salah satunya keberadaan pasar sebagai suatu bentuk pemenuhan kebutuhan pokok. Pasar merupakan hal yang banyak dijumpai di kota-kota besar di Indonesia termasuk di Palembang. Jumlah pasar yang terdapat di Kota Palembang pada tahun 2007 tidak mengalami perubahan dibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 22 pasar.
Tabel 4. Banyaknya Sarana Perdagangan di Kota Palembang No.
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Ilir Barat II Gandus Seberang Ulu I Kertapati Seberang Ulu II Plaju Ilir Barat I Bukit Kecil Ilir Timur I Kemuning Ilir Timur II Kalidoni Sako Sukarami Sematang Borang Alang-alang Lebar Jumlah
Sarana Perdagangan Pasar
Petak
Los
Pedagang
PKL
1 2 3 1 0 1 1 4 3 3 2 0 1 0 0 0 22
204 119 1136 211 0 412 24 1057 1666 829 684 0 585 0 0 150 7077
42 140 352 38 0 401 73 368 1151 313 594 0 292 0 0 34 3798
311 288 1562 300 0 838 97 1455 4118 1146 1388 0 1101 0 0 502 13106
5 35 134 500 0 25 0 30 1279 10 110 0 854 0 0 408 3390
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, Oktober 2009
54
b. Industri dan Pertambangan Salah satu industri besar yang ada di Kota Palembang adalah PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). PT Pusri merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan pupuk. Perusahaan ini tidak saja merupakan salah satu aset di Kota Palembang, tapi juga merupakan salah satu aset negara yang memegang peranan penting. Produksi pupuk PT Pusri pada tahun 2007 sebesar 2.020.760 ton, produksi pupuk selama periode Januari hingga Desember 2007 merupakan produksi terbesar dibandingkan produksi lainnya.
Industri besar lainnya yang terdapat di Kota Palembang antara lain : 1) Kecamatan Kertapati, Seberang Ulu II, Ilir Barat I, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Kalidoni, Sako, dan Sukarami terdapat industri logam, mesin, kimia, dan industri aneka. 2) Kecamatan Ilir Barat I, Kalidoni, dan Sukarami terdapat industri hasil pertanian dan perikanan. Sedangkan di sektor pertambangan terdapat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Perusahaan Tambang dan Minyak Negara (Pertamina). Kilang minyak Pertamina tersebut terdapat di Kecamatan Plaju.
c. Pertanian Peranan sektor pertanian untuk Kota Palembang sangat kecil, hal ini dapat dipahami karena sebagai daerah perkotaan yang menjadi ciri khas adalah banyaknya pertumbuhan disektor perdagangan, industri
55
dan jasa yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Luas panen tanaman padi pada tahun 2007 naik 5,11 persen atau sebesar 317 hektar dari 6.209 hektar pada tahun 2006. Hal ini diikuti juga oleh hasil produksi tanaman padi yang naik 8,74 persen atau sebesar 1.951 ton dari 22.325,95 ton pada tahun 2006 menjadi 24.277 ton pada tahun 2007.
C. Keadaan Demografi
1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk di Kota Palembang lebih banyak penduduk laki-laki daripada jumlah penduduk perempuan. Untuk lebih jelas melihat komposisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Palembang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Palembang No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah 695.095 699.859 1.394.954
Persentase 49,83% 50,17% 100%
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
2. Komposisi Penduduk Menurut Usia Jumlah penduduk Kota Palembang jika dilihat berdasarkan usia, mayoritas penduduknya berusia muda. Persentase tertinggi adalah penduduk yang berusia 15 s.d 19 tahun yaitu sebesar 10,50%. Sedangkan jumlah
56
penduduk paling sedikit yaitu kelompok usia 75 tahun keatas yaitu sebesar 1,12%. Untuk lebih jelas melihat komposisi penduduk berdasarkan usia di Kota Palembang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Usia di Kota Palembang No
Usia
Laki-Laki
Perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 + Jumlah
61.334 58.726 63.566 79.092 78.958 72.058 51.283 56.233 39.337 39.478 37.132 21.177 13.611 9.355 8.393 5.362 695.095
66.672 57.896 66.714 66.847 80.052 67.377 50.190 53.760 47.999 43.645 34.659 18.975 12.927 13.215 9.217 10.314 699.859
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, Oktober 2009
Jumlah 120.006 116.622 130.280 145.939 159.010 139.435 101.473 109.993 87.336 82.523 71.791 40.152 26.538 22.570 17.610 15.676 1.394.954
Persentase 8,60% 8,40% 9,34% 10,50% 11,40% 10,00% 7,30% 8,00% 6,30% 6,00% 5,20% 3,00% 2,00% 1,62% 1,22% 1,12% 100%
57
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Responden
Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 100 orang yang terbagi dalam 14 kecamatan yang ada di Kota Palembang. Identitas responden dalam penelitian ini dibagi dalam 4 karakteristik, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia responden pada saat penyebaran kuisioner. Responden dalam penelitian ini berusia antara 1757 tahun. Gambaran mengenai distribusi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Usia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Usia (Tahun) 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 Total
Frekuensi (F) 22 32 11 6 5 5 8 6 5 100
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Persentase (%) 22,00 32,00 11,00 6,00 5,00 5,00 8,00 6,00 5,00 100,00
58
Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui bahwa responden yang berpartisipasi dalam kuisioner ini yang menanggapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring terdiri dari 22 orang (22%) adalah responden berusia 15-19 tahun, 32 orang (32%) responden berusia 20-24 tahun, 11 orang (11%) responden berusia 25-29 tahun, dan 6 orang (6%) berusia 30-34 tahun sedangkan responden yang berusia 35-39 tahun dan 40-44 tahun masing-masing 5 orang (5%) responden, 8 orang (8%) responden berusia 45-49 tahun, 6 orang (6%) responden berusia 50-54 tahun dan 5 orang (5%) responden berusia 55-59 tahun.
Pembagian kuisioner ini dapat dikatakan cukup merata karena klasifikasi umur mulai dari rentang 17 hingga 57 tahun artinya kuisioner ini telah diterima oleh berbagai kalangan usia untuk menanggapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Distribusi jenis kelamin responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No 1 2
Jenis Kelamin Laki – Laki Perempuan Total
Frekuensi (F) 41 59 100
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Persentase (%) 41,00 59,00 100,00
59
Berdasarkan tabel 8 di atas diketahui bahwa responden pada penelitian ini terdiri dari 41 orang (41%) adalah responden laki-laki dan 59 orang (59%) adalah responden perempuan. Jumlah dari responden laki-laki dan perempuan cukup seimbang walaupun terlihat lebih banyak responden perempuan yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan di Kota Palembang lebih banyak terdapat penduduk perempuan dibandingkan penduduk laki-laki. Jumlah respoden ini dimaksudkan dapat mewakili sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Kehidupan di Kota Palembang sangat kompleks, sama seperti kota-kota besar yang ada di kota lain sehingga banyak keragaman dari setiap masyarakat, diantaranya adalah tingkat pendidikan yang bervariasi pada penelitian ini dan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Formal No 1 2 3 4
Pendidikan
Frekuensi (F)
SD SMP SMA Diploma/Sarjana Total
5 11 63 21 100
Persentase (%) 5,00 11,00 63,00 21,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui bahwa mayoritas responden yang terdapat dalam penelitian ini merupakan tamatan SMA, yakni 63 orang (63%) responden, untuk tamatan SD sebanyak 5 orang (5%) responden, 11 orang (11%) responden berpendidikan SMP dan sisanya sebanyak 21
60
orang (21%) responden yang berpendidikan Diploma atau Sarjana. Pendidikan mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan sikap dan sifat seseorang dalam menginterpretasikan apa yang dirasakannya, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin kritis pula daya nalar dan sensitivitas seseorang.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Mata pencaharian seseorang dapat juga mempengaruhi pembentukan sikap dan perilakunya. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan No 1 2 3 4 5 6
Pekerjaan Swasta PNS/TNI/POLRI Wiraswasta Tani/Buruh Ibu Rumah Tangga Pelajar/Mahasiswa Total
Frekuensi (F) 20 10 12 1 24 33 100
Persentase (%) 20,00 10,00 12,00 1,00 24,00 33,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 20 orang (20%) responden, 10 orang (10%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Anggota TNI/Anggota POLRI. Sebanyak 12 orang (12%) responden bekerja sebagai wiraswastawan yang membuka usaha di bidang perdagangan, dan hanya 1 orang (1%) responden yang merupakan buruh. Sebanyak 24 orang (24%) responden merupakan ibu rumah tangga dan 33 orang (33%) responden adalah pelajar/mahasiswa.
61
B. Sikap Masyarakat Kota Palembang terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Hasil yang didapatkan dari kuisioner yang disebarkan sebanyak 100 buah kepada masyarakat Kota Palembang tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, dilihat dari tiga aspek sikap antara lain aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif dapat dilihat sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Salah satu aspek untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring adalah dengan aspek kognitif. Aspek kognitif dapat memberikan gambaran sikap masyarakat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan kepada responden mengetahui pengetahuan yang meliputi pemindahan, lokasi, alasan, tujuan, manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada responden dibagi dalam lima tingkatan pengetahuan masyarakat, yaitu sangat tahu, tahu, cukup tahu, tidak tahu dan sangat tidak tahu. Jawaban sangat tahu dipilih oleh responden jika responden merasa amat mengetahui dengan jelas mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tahu dipilih responden apabila responden mengetahui mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Jawaban cukup tahu dipilih responden apabila responden hanya sekedar mengetahui atau lebih kurang
62
mengetahui, tidak mengetahui secara mendalam mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tidak tahu dipilih responden apabila responden tidak mengetahui mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan, sedangkan untuk jawaban sangat tidak tahu dipilih oleh responden apabila responden sama sekali tidak mengetahui dan tidak pernah ada pengetahuan sedikitpun dari pertanyaan yang diajukan.
a.
Pengetahuan Masyarakat Tentang Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pertanyaan yang diajukan pertama kali kepada responden adalah mengenai pengetahuan responden mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk melihat distribusi jawaban dari responden dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Tahu Tahu Cukup Tahu Tidak Tahu Sangat Tidak Tahu Total
Frekuensi (F) 11 63 10 14 2 100
Persentase (%) 11,00 63,00 10,00 14,00 2,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat dikatakan bahwa mayoritas responden mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Hal ini dibuktikan dengan 63 orang (63%)
63
responden menyatakan tahu atau lebih dari setengah dari jumlah seluruh responden dan 11 orang (11%) responden menyatakan sangat tahu yang mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, sedangkan sisanya 10 orang (10%) responden menyatakan cukup tahu, 14 orang (14%) responden menyatakan tidak tahu dan 2 orang (2%) responden menyatakan sangat tidak tahu.
Pemerintah Kota Palembang sebelum melakukan pemindahan pedagang kaki lima yang berada di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang, tepatnya pedagang kaki lima yang berada di bawah Jembatan Ampera telah memberikan sosialisasi dan pengertian kepada para pedagang yang memenuhi tempat tersebut dan juga kepada masyarakat umum. Secara umum
masyarakat
telah banyak mengetahui
rencana
pemindahan pedagang tersebut dan akhirnya pemindahan pedagang kaki lima tersebut terjadi.
Berdasarkan hasil penelitian pada sampel ternyata pengetahuan masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring sangat bervariasi dari yang sangat tahu, tahu, cukup tahu, tidak tahu hingga sangat tidak tahu. Responden yang menjawab sangat tahu adalah responden yang berdomisili di dekat lokasi pemindahan tersebut yaitu Kecamatan Ilir Timur I (IT I). Responden yang menyatakan tahu adalah responden yang sering bepergian atau melakukan transaksi jual-beli di lokasi
64
Pasar 16 Ilir Palembang. Responden yang menyatakan cukup tahu atau hanya sekedar mengetahui mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring merupakan responden yang berada jauh dari lokasi pasar tersebut, namun hanya sebagian kecil responden yang tidak tahu atau bahkan sangat tidak tahu terhadap pemindahan pedagang kaki lima tersebut.
Penulis menilai kurangnya pengetahuan dari para responden mengenai pemindahan ini dan adanya sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan, karena kondisi pasar ini dahulu merupakan pasar yang kumuh dan tidak tertata rapi. Selain itu juga kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
b. Pengetahuan Masyarakat Tentang Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Hal lain yang diajukan kepada responden adalah mengenai lokasi tempat tujuan baru bagi pedagang kaki lima yang direlokasi. Pedagang kaki lima ini yang semula berada di bawah Jembatan Ampera di wilayah Ilir Timur I (IT I) dipindahkan ke Kecamatan Seberang Ulu I (SU I) yang merupakan lokasi Pasar Retail Jakabaring, tepatnya dibangun di tanah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah diberikan wewenang pengelolaannya kepada Pemerintah Kota Palembang. Daerah ini dahulunya merupakan lahan tidur yang terdiri dari rawa-rawa, sedangkan untuk sumber pendanaan pembangunan
65
pasar tersebut berasal dari Kementrian Koperasi dan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Pemerintah Kota Palembang. Pernyataan responden terhadap lokasi pemindahan atau lokasi tujuan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Tahu Tahu Cukup Tahu Tidak Tahu Sangat Tidak Tahu Total
Frekuensi (F) 17 56 2 22 3 100
Persentase (%) 17,00 56,00 2,00 22,00 3,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengetahui lokasi yang baru dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir dengan 17 orang (17%) responden menyatakan sangat tahu, 56 orang (56%) responden menyatakan tahu, 2 orang (2%) responden menyatakan cukup tahu, sisanya 22 orang (22 %) responden menyatakan tidak tahu dan 3 orang (3%) responden menyatakan sangat tidak tahu mengenai lokasi yang baru dari pemindahan tersebut.
Kebanyakan masyarakat mengetahui lokasi pedagang kaki lima yang baru yaitu di Pasar Retail Jakabaring, namun banyak pula yang menyatakan tidak mengetahui lokasi baru tersebut. Ini dikarenakan
66
responden yang berada jauh dari lokasi baru dan kurang mengikuti perkembangan baru mengenai lokasi baru pedagang kaki lima. Hasil wawancara dengan Ibu Djunaida Handayani selaku Sekretaris Koperasi Serba Usaha Tunas Baru sebagai berikut : “Pemerintah Kota Palembang tidak sekadar memindahkan atau menggusur para pedagang yang berada di sekitar Pasar 16 Ilir, tapi menyediakan tempat yang baru bagi para pedagang. Pada awalnya Pasar Retail Jakabaring diperuntukan bagi pedagang kaki lima yang terkena relokasi, namun hanya 80% pedagang yang pindah dan 20% merupakan pedagang yang berasal bukan dari Pasar 16 Ilir dan ada juga pedagang baru.” (15 Januari 2010 pukul 08.30 wib) Hal yang sama juga diutarakan oleh Hasan selaku pengelola harian Pasar Retail Jakabaring yaitu sebagai berikut : “Pasar Retail ini didirikan untuk menampung pedagang kaki lima yang berasal dari Pasar 16 Ilir Palembang, namun sejalan perkembangannya pasar ini dihuni 80% dari pedagang yang terkena relokasi dan sisanya 20% dihuni oleh pedagang pasar lain dan pedagang baru. Untuk biaya sewa yaitu sebesar Rp 100.000,per bulan dan jika dibandingkan dengan Pasar 16 Ilir lebih berat, selain membayar biaya sewa ada juga pungutan liar.” (16 Januari 2010 pukul 09.00 wib)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pada awalnya tempat relokasi yaitu Pasar Retail Jakabaring hanya untuk pedagang yang terkena relokasi, namun melihat perkembangan yang pesat dari pasar tersebut menajadikan pedagang yang bukan berasal dari Pasar 16 Ilir pindah ketempat tersebut bahkan ada pedagang baru yang memulai usahanya di Pasar Retail Jakabaring. Pemerintah Kota Palembang tidak hanya memindahkan pedagang atau hanya menggusur, namun pemerintah memberikan lokasi baru yang lebih strategis dan lebih menguntungkan bagi para pedagang. Hal inilah juga merupakan salah
67
satu prestasi bagi Pemerintah Kota Palembang yang telah berhasil mengatasi problematika pedagang kaki lima.
c.
Pengetahuan Masyarakat Tentang Alasan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Alasan Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah salah satunya karena keberadaan pasar yang semakin menjamur dan memenuhi sudut Kota Palembang sehingga perlu adanya penataan kembali.
Beberapa data mengenai hal ini adalah jumlah pasar yang ada di Kota Palembang mencapai 22 buah pasar yang tersebar di Kota Palembang. Pasar 16 Ilir merupakan pasar terluas yang ada di Kota Palembang yang dibuktikan dengan terdapatnya 1.1634 buah petak/kios, 1.108 buah los, 3.890 pedagang, dan 1.148 PKL yang berada di tanah seluas 1.283 m2.
Semakin banyaknya pedagang yang ingin berjualan di Pasar ini menyebabkan tidak tertampungnya semua pedagang dalam satu lahan sehingga para pedagang yang tidak kebagian tempat menggelar dagangannya di bawah Jembatan Ampera yang masih berada di lokasi Pasar 16 Ilir. Pedagang inilah yang dipindahkan atau direlokasi ke Pasar Retail Jakabaring. Tanggapan responden mengenai alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
68
Tabel 13. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap Alasan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Tahu Tahu Cukup Tahu Tidak Tahu Sangat Tidak Tahu Total
Frekuensi (F) 6 59 10 22 3 100
Persentase (%) 6,00 59,00 10,00 22,00 3,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 13 di atas menunjukan tanggapan responden dari hasil kuisioner terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Sebanyak 59 orang (59%) responden menyatakan mengetahui alasan dipindahkannya pedagang kaki lima dari Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Selebihnya 6 orang (6%) responden menyatakan tahu, 10 orang (10%) responden menyatakan cukup tahu, 22 orang (22%) responden menyatakan tidak tahu, dan hanya 3 orang (3%) responden yang menyatakan sangat tidak tahu alasan mengapa Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Data tersebut menyatakan bahwa mayoritas responden menyatakan mengetahui alasan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Berdasarkan beberapa wawancara singkat dengan beberapa responden yang menyatakan tidak tahu terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang, maka dapat diambil kesimpulan bahwa responden kurang
69
memahami atau bahkan tidak tahu sama sekali alasan dilakukannya pemindahan pedagang kaki lima tersebut, karena Pemerintah Kota Palembang terkesan kurang mensosialisasikan mengenai alasan pemindahan tersebut.
d. Pengetahuan Masyarakat Tentang Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Hasil wawancara dengan pimpinan di Perusahaan Daerah Pasar Palembang Jaya (PD-PPJ) pada tanggal 1 Desember 2009 yang merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah Kota Palembang dalam hal pengelolaan seluruh pasar yang ada di Kota Palembang. Beliau menyatakan bahwa tujuan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah untuk keindahan kota yang berjuluk Kota BARI (Bersih, Aman, Rapi, Indah). Selain itu tujuan lain adalah untuk mewujudkan visi dan misi Kota Palembang yang bersiap untuk menjadi kota internasional bersaing dengan Singapura dan Hongkong. Alasan lain adalah untuk menata ulang kawasan 16 Ilir yang telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyhono sebagai sentra wisata Sunagi Musi atau Palembang Legendary City dan daerah yang dulunya menjadi lapak pedagang kaki lima telah berubah menjadi taman wisata yang diberi nama Taman Nusa Indah. Tanggapan responden terhadap tujuan pemindahan pedagang kaki lima ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
70
Tabel 14. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Tahu Tahu Cukup Tahu Tidak Tahu Sangat Tidak Tahu Total
Frekuensi (F) 9 44 14 30 3 100
Persentase (%) 9,00 44,00 14,00 30,00 3,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 14 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tujuan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Hasil yang didapat dari penelitian adalah sebanyak 9 orang (9%) responden menyatakan sangat tahu, 44 orang (44%) responden menyatakan tahu, 14 orang (14%) responden menyatakan cukup tahu, 30 orang (30%) responden menyatakan tidak tahu dan hanya 3 orang (3%) responden yang menyatakan sangat tidak tahu terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Pemindahan pedagang kaki lima tersebut dimaksudkan untuk memberikan kenyaman kepada masyarakat untuk bertransaksi jualbeli dan berwisata. Sebanyak 44% responden mengetahui tujuan dari pemindahan tersebut, namun tak sedikit responden yang menyatakan tidak mengetahui tujuan dari pemindahan tersebut yaitu sebanyak 30%. Penulis menilai adanya tujuan lain yang hendak dicapai oleh Pemerintah Kota Palembang, sehingga tujuan yang sebenarnya menjadi cukup bias atau samar-samar di masyarakat. Kurangnya
71
sosialisai menyebabkan msaih ada masyarakat Kota Palembang yang tidak mengetahui tujuan dari pemindahan tersebut.
e.
Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring membawa manfaat untuk Pasar 16 Ilir dan Jakabaring salah satunya adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di lokasi tujuan. Lokasi tujuan adalah daerah Jakabaring yang merupakan daerah yang sebagian besar lokasinya merupakan daerah rawa-rawa. Untuk sebagian investor daerah Jakabaring merupakan daerah yang tidak terlalu diperhitungkan untuk memajukan roda perekonomian, sehingga untuk menarik para investor menanamkan modalnya di daerah ini Pemerintah Kota Palembang membangun kawasan Jakabaring, salah satunya membangun Pasar Retail Jakabaring yang merupakan tempat tujuan dari relokasi pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir. Selain meningkatkan perekonomian di daerah Jakabaring dan sekitarnya, daerah yang ditinggalkan pun menjadi sasaran pembangunan pemerintah kota, yaitu dengan membuat taman wisata air yang dapat menjadi salah satu pendapatan asli daerah. Tanggapan responden terhadap pengetahuan manfaat yang dihasilkan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
72
Tabel 15. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Tahu Tahu Cukup Tahu Tidak Tahu Sangat Tidak Tahu Total
Frekuensi (F) 8 41 21 28 2 100
Persentase (%) 8,00 41,00 21,00 28,00 2,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 15 di atas menunjukan tanggapan reponden terhadap manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yang dapat memperbaiki ekonomi di daerah Jakabaring dan sekitarnya. Tampak bahwa sebagian besar responden mengetahui mengenai pemindahan tersebut, yakni sebanyak 41 orang (41%) responden dan 8 orang (8%) responden menyatakan sangat tahu, dan 21 orang (21%) responden menyatakan cukup tahu, sedangkan sisanya yakni 28 orang (28%) menyatakan tidak tahu dan 2 orang (2%) menyatakan sangat tidak tahu mengenai manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Jawaban responden yang menyatakan cukup tahu, tidak tahu dan sangat tidak tahu merupakan kurangnya pmberitahuan yang mendalam kepada masyarakat Kota Palembang, ini dibuktikan dengan masih banyaknya masyarakat Kota Palembang yang tidak tahu pedagang tersebut telah dipindahkan ke pasar yang baru dengan masih mendatangi lokasi pedagang yang lama, walaupun Pemerintah Kota Palembang menyiapkan transportasi umum gratis berupa bus yang
73
berfungsi untuk mengangkut penumpang yang hendak berbelanja di Pasar 16 Ilir ke pasar yang baru yakni Pasar Retail Jakabaring.
Kebijakan pemindahan pedagang kaki lima ini pada dasarnya hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan dan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang. Hendaknya dalam setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, termasuk pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, penyampaian informasi mencakup alasan pemindahan, tujuan pemindahan, dan manfaat dari pemindahan tersebut harus dapat diterima dengan baik agar tidak terjadi banyak penolakan dari masyarakat. Pemerintah sebagai pemegang kendali dalam hal pembangunan dan penataan harus dapat menyampaikan informasi yang dibutuhkan masyarakat secara transparan dan tidak memihak beberapa kelompok saja sehingga pembangunan dan penataan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
74
Untuk mengetahui aspek kognitif masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 16. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Kognitif No 1
2
3
4
5
Pertanyaan ST % T % CT Pengetahuan 11 11,00 63 63,00 10 responden tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Pengetahuan 17 17,00 56 56,00 2 responden tentang lokasi baru pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Pengetahuan 6 6,00 59 59,00 10 responden tentang alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Pengetahuan 9 9,00 44 44,00 14 responden tentang tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Pengetahuan 8 8,00 41 41,00 21 responden tentang manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Total 51 263 57 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
% 10,00
TT 14
% 14,00
STT 2
% 2,00
∑ 100
2,00
22
22,00
3
3,00
100
10,00
22
22,00
3
3,00
100
14,00
30
30,00
3
3,00
100
21,00
28
28,00
2
2,00
100
116
13
500
75
Keterangan : ST
= Sangat Tahu
TT
= Tidak Tahu
T
= Tahu
STT
= Sangat Tidak Tahu
CT
= Cukup Tahu
Selanjutnya untuk mengetahui besar persentase sikap responden dari aspek kognitif digunakan rumus persentase sebagai berikut :
Keterangan : P : Presentase F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi/kategori
Berdasarkan tabel 16 di atas diperoleh persentase sebagai berikut : Sangat Tahu (ST)
=
51/500 x 100% = 10,2%
Tahu (T)
=
263/500 x 100% = 52,6%
Cukup Tahu (CT)
=
57/500 x 100% = 11,4%
Tidak Tahu (TT)
=
116/500 x 100% = 23,2%
Sangat Tidak Tahu (STT)=
13/500 x 100% = 2,6%
Berdasarkan hasil perhitungan persentase di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai pemindahan, lokasi, alasan, tujuan dan manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima ke Pasar Retail Jakabaring 10,2% responden menjawab sangat tahu, 52,6% responden menjawab tahu,
76
11,4% responden menjawab cukup tahu dan 23,2% responden menjawab tidak tahu serta 2,6% responden menjawab sangat tidak tahu.
Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek kognitif dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 2. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Kognitif
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden berpengetahuan baik menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan hanya sebagian kecil yang memiliki pengetahuan kurang baik terhadap pemindahan tersebut. Hasil yang didapat peneliti di lapangan adalah yang menjadi faktor ketidaktahuan responden mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring antara lain adalah kurangnya perhatian masyarakat itu sendiri dalam mencari informasi mengenai pemindahan pasar tersebut dan kurangnya sosialisasi pemerintah kota untuk memberikan informasi yang
77
transparan mengenai pemindahan pedagang kaki lima tersebut sehingga tidak terkesan terdapat tujuan lain yang mengiringi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Selanjutnya untuk menganalisa indikator kognitif responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut : NT - NR I= K
Keterangan : I
= Interval nilai skor
NT
= Nilai tertinggi
NR
= Nilai terendah
K
= Kategori jawaban
Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100 orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek kognitif NT= 24, NR= 5 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut :
78
NT - NR I= K 24 - 5 I= 5 I = 3,8 dibulatkan 4, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :
Sangat Baik
= 21-24
Baik
= 17-20
Cukup
= 13-16
Kurang
= 9-12
Sangat Kurang
= 5-8
Tabel 17. Kategori Sikap Responden dari Aspek Kognitif No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah
Frekuensi (F) 14 45 25 14 2 100
Persentase (%) 14,00 45,00 25,00 14,00 2,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Analisis indikator ini mengklasifikasikan pengetahuan responden ke dalam lima kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Kategori sangat baik yaitu untuk responden yang memiliki pengetahuan sangat baik mengenai hal-hal yang menyangkut pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori baik adalah untuk responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai hal-hal yang menyangkut pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
79
Untuk kategori cukup adalah untuk respoden yang memiliki pengetahuan cukup atau sedang mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, sedangkan untuk kategori kurang adalah untuk responden yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pemindahan tersebut. Kategori sangat kurang adalah untuk responden yang tidak memiliki pengetahuan mengenai pemidahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil perhitungan aspek kognitif masyarakat Kota Palembang secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3 berikut :
2%
14%
25%
14%
45%
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 3. Kategori Sikap Responden dari Aspek Kognitif
Dari gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa aspek kognitif (pengetahuan) dari 100 responden yang memiliki pengetahuan sangat baik terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring sebanyak 14% responden. Responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 45% responden. Responden yang
80
kurang memiliki pengetahuan terhadap pemindahan tersebut sebanyak 14% responden dan sebanyak 2% responden memiliki pengetahuan sangat kurang terhadap pemindahan ini. Sisanya sebanyak 25% responden memiliki pengetahuan yang cukup terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa hampir sebagian masyarakat yaitu 45% memiliki pengetahuan yang baik dan 14% dari masyarakat berpengetahuan sangat baik terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Adapun masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring melalui media massa dan ada pula yang pernah berinteraksi langsung ke pasar tersebut artinya dalam hal ini masyarakat mengetahui mengenai pemindahan, lokasi, alasan, tujuan dan manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Masyarakat yang kurang mengetahui mengenai pemindahan ini menilai Pemerintah Kota Palembang kurang memberikan sosialisasi yang menyeluruh kepada masyarakat Palembang sehingga masih ada masyarakat yang belum atau bahkan tidak mengetahui adanya pemindahan tersebut. Selain itu, sebagian masyarakat yang tidak mengetahui pemindahan tersebut bersikap acuh tak acuh terhadap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Palembang yang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
81
Melihat kondisi Kota Palembang yang semakin padat dengan banyaknya pedagang kaki lima menuntut adanya inovasi pemerintah untuk menata kembali kawasan kumuh yang diciptakan oleh pedagang kaki lima khususnya yang berada di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang. Peran masyarakat dalam suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah cukuplah penting mengingat masyarakat merupakan objek utama dari tujuan bangsa yang sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Artinya antara pemerintah dengan masyarakat harus terjalin suatu komunikasi yang baik agar tidak terjadi bias of information antara yang dimaksud pemerintah dan yang diterima oleh masyarakat.
2. Aspek Afektif Aspek afektif
yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang
terhadap suatu objek tertentu yang menimbulkan perasaan mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu objek, dalam hal ini adalah sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada responden dibagi dalam lima tingkatan persetujuan masyarakat, yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Jawaban sangat setuju dipilih oleh responden jika responden merasa amat menyetujui dengan jelas mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban setuju dipilih responden apabila responden menyetujui mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Jawaban cukup setuju dipilih responden apabila
82
responden hanya sekedar menyetujui atau lebih kurang menyetujui mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tidak setuju dipilih responden apabila responden tidak menyetujui mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan, sedangkan untuk jawaban sangat tidak setuju dipilih oleh responden apabila responden sama sekali tidak menyetujui dan tidak pernah akan setuju sedikitpun dari pertanyaan yang diajukan.
a. Perasaan Masyarakat Tentang Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Tahap selanjutnya setelah mengetahui mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Kota Palembang tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang dari aspek afektif atau aspek perasaan masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ini. Tanggapan responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 18. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar (PKL) 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi (F) 15 66 8 9 2 100
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Persentase (%) 15,00 66,00 8,00 9,00 2,00 100,00
83
Tabel 18 di atas menunjukan perasaan responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, tampak bahwa mayoritas masyarakat Kota Palembang setuju dengan pemindahan tersebut dengan 15 orang (15%) responden menyatakan sangat setuju, 66 orang (66%) responden menyatakan setuju, 8 orang (8%) responden menyatakan cukup setuju, 9 orang (9%) responden menyatakan tidak setuju dan hanya 2 orang (2%) responden yang menyatakan sikap sangat tidak setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa sebenarnya masyarakat setuju dengan kebijakan pemerintah memindahkan pedagang kaki lima tersebut, ini menunjukan bahwa masyarakat mendukung perubahanperubahan yang dilakukan untuk lebih memperbaiki keadaan dan kesejahteraan masyarakat. pemindahan
tersebut,
salah
Banyak manfaat yang dirasakan dari satunya
adalah
membaiknya
roda
perekonomian yang terdapat di daerah Jakabaring dan sekitarnya yang dahulunya merupakan lahan tidur yang didominasi oleh rawa-rawa, dengan banyaknya sektor perekonomian yang ada di kawasan ini menjadikan kawasan ini lebih maju dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tidak hanya itu masyarakat merasakan sendiri manfaat dari pasar tersebut, karena pedagang yang dahulunya berada di bawah Jembatan Ampera kini telah pindah ke tempat yang lebih layak yaitu di Pasar Retail Jakabaring. Penulis menilai pasar yang baru lebih baik dibandingkan di tempat yang lama, karena pasar yang baru tidak jauh
84
berbeda dengan pasar-pasar modern yang ada di negara-negara tetangga ASEAN seperti Pasar yang ada di Negeri Gajah Putih Thailand.
Hasil wawancara dengan Bapak Suparman Kasup selaku Direktur Administrasi dan Keuangan Perusahaan Daerah Pasar Palembang Jaya sebagai berikut : “Pemerintah Kota Palembang dan pihak pengelola serta tokoh masyarakat dipertemukan dan dimusyawarahkan untuk pemindahan pasar ini, pada awalnya terdapat perlawanan terhadap kebijakan pemkot tersebut, ini merupakan reaksi yang wajar terhadap suatu kebijakan, namun pada akhirnya semua pedagang pindah ke Pasar Retail Jakabaring.” (1 Desember 2009 pukul 11.00 wib) Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pada awalnya kebijakan tersebut dicetuskan telah terjadi pro dan kontra dari masyarakat termasuk dikalangan pedagang kaki lima yang akan terkena pemindahan, namun Pemerintah Kota Palembang meyakinkan para pedagang dan masyarakat akan keberhasilan tujuan dari pemindahan tersebut.
b. Perasaan Masyarakat Tentang Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Aspek afektif yang selanjutnya adalah mengetahui perasaan responden mengenai lokasi baru yang disediakan Pemerintah Kota Palembang untuk menampung pedagang kaki lima yang direlokasi. Untuk melihat tanggapan responden tentang perasaan masyarakat terhadap lokasi baru pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir dapat dilihat pada tabel berikut :
85
Tabel 19. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi (F) 2 70 16 11 1 100
Persentase (%) 2,00 70,00 16,00 11,00 1,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 19 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap lokasi baru pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Sangat jelas bahwa sebagian besar masyarakat setuju dengan lokasi baru dari relokasi pedagang tersebut, yakni sebanyak 70 orang (70%) responden menyatakan setuju dengan lokasi tersebut yaitu di lahan milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang hak pengelolaannya diberikan kepada Pemerintah Kota Palembang. Sisanya 2 orang (2%) responden menyatakan sangat setuju, 16 orang (16%) responden menyatakan cukup setuju, 11 orang (11%) responden menyatakan tidak setuju dan hanya 1 orang (1%) responden yang menyatakan sangat tidak setuju dengan lokasi tersebut. Mayoritas responden yang menyatakan setuju dikarenakan daerah Seberang Ulu merupakan daerah yang sedikit dilupakan, karena pembangunan fisik lebih diutamakan di daerah Seberang Ilir yang merupakan pusat pemerintahan baik Pemerintah Kota Palembang maupun Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan, sehingga dengan adanya
pembangunan pasar di daerah ini dapat memajukan keadaan ekonomi dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
86
Lain hal dengan responden yang menjawab tidak setuju hingga sangat tidak setuju, hal ini dikarenakan lokasi semula yaitu yang berada di bawah Jembatan Ampera merupakan lokasi yang sangat mudah di jangkau hanya dengan menggunakan satu kali angkutan kota. Tidak demikian dengan lokasi baru yaitu Pasar Retail Jakabaring yang harus menggunakan dua kali angkutan umum dan tentunya akan mengeluarkan biaya transport tambahan. Masyarakat yang mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek postif dan negatif dari lokasi tersebut adalah masyarakat yang menjawab cukup tahu.
c. Perasaan Masyarakat Tentang Alasan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pada aspek sikap sebelumnya yaitu aspek kognitif yang mengukur tingkat pengetahuan masyarakat terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang yang mengeluarkan kebijakan pemindahan atau relokasi pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, didapat jumlah yang mayoritas responden mengetahui alasan pemindahan tersebut dengan 59 orang (59%) responden menyatakan tahu dengan alasan pemindahan tersebut. Setelah mendapatkan hasil tersebut selanjutnya mengukur perasaan masyarakat terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk melihat aspek afektif masyarakat mengenai alasan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
87
Tabel 20. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Alasan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi (F) 10 65 14 9 2 100
Persentase (%) 10,00 65,00 14,00 9,00 2,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 20 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Terlihat bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dengan alasan pemindahan tersebut, yakni 10 orang (10%) responden menyatakan sangat setuju, 65 orang (65%) responden menyatakan setuju, 14 orang (14%) responden menyatakan cukup setuju, 9 orang (9%) responden menyatakan tidak setuju dan sisanya 2 orang (2%) responden menyatakan sangat tidak setuju dengan alasan pemindahan tersebut.
Sebagian besar responden setuju dengan alasan pemindahan pedagang kaki lima tersebut karena melihat kondisi Kota Palembang yang semakin padat terutama di tempat transaksi jual-beli sehingga perlu adanya penataan ulang terhadap keadaan pasar yang kian memenuhi sudut kota. Sebagian kecil reponden yang menyatakan cukup setuju, tidak setuju dan bahkan sangat tidak setuju dengan alasan pemindahan ini adalah karena responden mempunyai pandangan bahwa pemindahan pedagang kaki lima setidaknya memangkas hak-hak pedagang kaki lima yang merupakan warga Negara Indonesia untuk mendapatkan penghasilan.
88
d. Perasaan Masyarakat Tentang Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pada aspek sikap sebelumnya yaitu aspek kognitif yang telah diketahui tujuan dari pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, terdapat 44 orang (44%) responden menyatakan mengetahui tujuan pemindahan tersebut. Untuk mengetahui perasaan masyarakat Kota Palembang mengenai pemindahan pedagang kaki lima tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 21. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi (F) 11 68 15 5 1 100
Persentase (%) 11,00 68,00 15,00 5,00 1,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 21 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Terdapat 11 orang (11%) responden yang menyatakan sangat setuju, 68 orang (68%) responden menyatakan setuju, 15 orang (15%) menyatakan cukup setuju, 5 orang (5%) menyatakan tidak setuju, dan 1 orang (1%) responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil tersebut, mayoritas responden setuju dengan tujuan yang hendak dicapai oleh Pemerintah Kota Palembang. Masyarakat menilai tujuan pemindahan tersebut dapat memajukan keadaan ekonomi waraga masyarakat Palembang. Pemindahan tersebut juga merupakan salah satu
89
wujud dari program Pemerintah Kota Palembang untuk menjadikan kota ini menjadi kota internasional dengan mengedepankan ciri khas Kota Palembang, yaitu dengan menjadikan Kota Palembang sebagai kota wisata air, sehingga lokasi yang dahulunya tempat pedagang kaki lima telah berubah menjadi taman-taman yang indah yang diberi nama Taman Nusa Indah.
e. Perasaan Masyarakat Tentang Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Jika dilihat dari aspek kognitif atau aspek pengetahuan maka sebagian besar masyarakat berpengetahuan baik mengenai manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Selanjutnya untuk melihat aspek afektif atau aspek perasaan mengenai manfaat pemindahan pedagang kaki lima tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 22. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi (F) 3 80 10 6 1 100
Persentase (%) 3,00 80,00 10,00 6,00 1,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 22 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima tersebut. Manfaat dari pemindahan tersebut diantaranya adalah untuk meningkatkan perekonomian di daerah Jakabaring dan sekitarnya. Mayoritas responden setuju dengan manfaat
90
dari pemindahan tersebut dengan 80 orang (80%) responden menyatakan setuju dan 3 orang (3%) responden menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan cukup setuju dengan pemindan tersebut sebanyak 10 orang (10%) responden dan sisanya sebanyak 6 orang (6%) responden menyatakan tidak setuju dan 1 orang (1%) responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima tersebut.
Responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju dengan manfaat pemindahan tersebut akan dapat menghasilakan suatu hal positif untuk masyarakat Kota Palembang. Terutama lahan-lahan yang dahulu merupakan lahan tidur yang belum bisa dimanfaatkan secara maksimal kini telah dapat digunakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Kota Palembang khususnya masyarakat yang berada di sekitar lokasi Pasar Retail Jakabaring. Sedangkan bagi masyarakat yang menyatakan cukup setuju dan atau bahkan sangat tidak setuju dengan pemindahan tersebut menilai manfaat tersebut tidak serta merta dapat meningkatkan tarah hidup masyarakat yang berada di Kota Palembang karena tidak semua masyarakat Kota Palembang yang berurusan dengan Pasar Retail Jakabaring.
91
Untuk mengetahui aspek kognitif masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 23. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Afektif No 1
2
3
4
5
Pertanyaan SS % S % Perasaan responden 15 15,00 66 66,00 tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Perasaan responden 2 2,00 70 70,00 tentang lokasi baru pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Perasaan responden 10 10,00 65 65,00 tentang alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Perasaan responden 11 11,00 68 68,00 tentang tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Perasaan responden 3 3,00 80 80,00 tentang manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Total 41 349 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
CS 8
% 8,00
TS 9
% 9,00
STS 2
% 2,00
∑ 100
16
16,00
11
11,00
1
1,00
100
14
14,00
9
9,00
2
2,00
100
15
15,00
5
5,00
1
1,00
100
10
10,00
6
6,00
1
1,00
100
63
40
Keterangan : ST
= Sangat Tahu
TT
= Tidak Tahu
T
= Tahu
STT
= Sangat Tidak Tahu
CT
= Cukup Tahu
7
500
92
Berdasarkan tabel 23 di atas diperoleh persentase sebagai berikut : Sangat Setuju (SS)
=
41/500 x 100% = 8,2%
Setuju (S)
=
349/500 x 100% = 69,8%
Cukup Setuju (CS)
=
63/500 x 100% = 12,6%
Tidak Setuju (TS)
=
40/500 x 100% = 8%
Sangat Tidak Setuju (STS)
=
7/500 x 100% = 1,4%
Berdasarkan perhitungan persentase di atas dapat diketahui secara umum bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju dengan pemindahan, lokasi, alasan, tujuan, serta manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 69,8% responden dan 8,2% responden yang menyatakan sangat setuju. Sisanya 12,6% responden menyatakan cukup setuju, 8% responden menyatakan tidak setuju dan 1,4% responden yang menyatakan sangat tidak setuju, sehingga dapat diketahui bahwa perasaan masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring cukup bervariasi.
93
Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek afektif dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 4. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Afektif
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden menyatakan setuju menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan hanya sebagian kecil yang tidak setuju terhadap pemindahan tersebut. Masyarakat menyatakan setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima tersebut karena dengan pemindahan tersebut tercipta suasana yang dahulunya sangat tidak teratur menjadi lebih baik setelah pedagang direlokasi sehingga merupakan suatu kebanggaan dan merupakan prestasi Pemerintah Kota Palembang dalam menata kota ini dan dengan upayanya tersebut membuahkan tiga kali Piala Adipura berturut-turut bagi Kota Palembang. Berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti di lapangan adalah masyarakat khususnya yang berada di sekitar daerah Pasar Retail yang merupakan pasar tujuan relokasi menyatakan setuju dengan pemindahan
94
tersebut dan membuat pasar baru di daerah tersebut, ini dikarenakan banyak fasilitas yang dirasakan oleh masyarakat sekitar setelah adanya pasar tersebut antara lain fasilitas lampu jalan dan angkutan kota yang sebelumnya daerah ini belum tersentuh oleh fasilitas-fasilitas tersebut.
Selanjutnya untuk menganalisa indikator afektif responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut : NT - NR I= K
Keterangan : I
= Interval nilai skor
NT
= Nilai tertinggi
NR
= Nilai terendah
K
= Kategori jawaban
Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100 orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek afektif NT= 25, NR= 5 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut :
95
NT - NR I= K 25 - 5 I= 5 I = 4, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :
Sangat Baik
≥ 21
Baik
= 17-20
Cukup
= 13-16
Kurang
= 9-12
Sangat Kurang
= 5-8
Tabel 24. Kategori Sikap Responden dari Aspek Afektif No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Pro Pro Netral Kontra Sangat Kontra Jumlah
Frekuensi (F) 15 68 13 2 2 100
Persentase (%) 15,00 68,00 13,00 2,00 2,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Aspek afektif dalam penelitian ini meliputi perasaan atau emosional dari responden yang dapat menimbulkan tanggapan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Analisis indikator ini mengklasifikasikan perasaan responden ke dalam lima kategori yaitu sangat pro, pro, netral, kontra dan sangat kontra. Kategori sangat pro yaitu untuk responden yang sangat setuju terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori pro adalah untuk responden yang setuju terhadap pemindahan
96
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori netral artinya responden atau masyarakat cukup setuju dengan pemindahan tersebut. Untuk kategori kontra artinya responden atau masyarakat tidak setuju dan sangat kontra berarti masyarakat sangat tidak setuju atas rencana, lokasi, alasan, tujuan, dan manfaat dari pemidahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil perhitungan aspek afektif masyarakat Kota Palembang secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 5 berikut : 2%
Afektif
2%
15%
Sangat Pro (15%) Pro (68%)
13%
Netral (13%) Kontra (2%) Sangat Kontra (2%)
68% Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 5. Kategori Sikap Responden dari Aspek Afektif
Dari gambar 5 di atas dapat diketahui bahwa aspek afektif (perasaan) dari 100 responden yang memiliki perasaan sangat pro terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring sebanyak 15% responden. Responden yang memiliki perasaan pro terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 68% responden. Responden yang netral dalam menyikapi
97
pemindahan tersebut sebanyak 13% responden dan sebanyak 2% responden memiliki perasaan kontra terhadap pemindahan tersebut. Sisanya sebanyak 2% responden memiliki perasaan yang sangat kontra terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Menurut hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat memilih pro dalam menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 68%. Masyarakat menyatakan setuju terhadap pemindahan pedagang tersebut karena kebijakan ini telah dapat membawa perubahan yang cukup baik bagi masyarakat Kota Palembang, karena daerah yang dahulunya lapak pedagang kaki lima yang kumuh dan kotor telah diubah menjadi taman wisata yang indah jauh dari kesan kumuh dan kotor. Hal inilah yang merupakan salah satu prestasi Pemerintah Kota Palembang dalam manajemen pemerintahan yaitu menata daerah yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik dan menjadikan tempat tujuan relokasi pedagang sebagai sentra perdagangan yang dapat meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama melakukan penelitian adalah masyarakat Kota Palembang lebih banyak menerima apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang karena mereka beranggapan bahwa apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah itu adalah yang terbaik untuk masyarakat meskipun mereka belum mengatahui secara pasti bentuk seperti apa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satunya menyangkut kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap
98
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Masyarakat
Kota
Palembang
mayoritas
setuju
dengan
pemindahan tersebut dikarenakan masyarakat merasa setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang merupakan kebijakan yang bertujuan baik untuk masyarakat, meskipun ada beberapa dari masyarakat yang sebenarnya tidak mengetahui secara pasti seperti apa kebijakan tersebut. Penulis menilai hal ini muncul akibat dari reaksi masyarakat Kota Palembang yang acuh tak acuh terhadap kebijakan tersebut padahal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah untuk masyarakat itu sendiri.
3. Aspek Konatif Aspek selanjutnya yang digunakan dalam pengukuran sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah aspek konatif. Aspek konatif merupakan aspek yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu terhadap suatu objek.
a. Tindakan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Setelah mendapatkan pernyataan masyarakat dari aspek kognitif dan aspek afektif, selanjutnya adalah ditanggapi oleh tindakan masyarakat. Untuk melihat aspek konatif masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima dapat dilihat pada tabel berikut :
99
Tabel 25. Distribusi Jawaban Tindakan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Mendukung Mendukung Cukup Mendukung Tidak Mendukung Sangat Tidak Mendukung Total
Frekuensi (F) 8 66 16 9 1 100
Persentase (%) 8,00 66,00 16,00 9,00 1,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 25 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tindakan atas pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Dapat diketahui bahwa 66 orang (66%) responden menyatakan mendukung, 8 orang (8%) responden menyatakan sangat mendukung, 16 orang (16%) responden menyatakan cukup mendukung, 9 orang (9%) responden menyatakan tidak mendukung dan hanya 1 orang (1%) responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Peranan dari setiap kalangan sangat diperlukan dalam membangun suatu kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak terkecuali peran serta dan dukungan dari segenap masyarakat Kota Palembang dalam pembangunan sektor ekonomi rakyat. Berdasarkan hasil pengamatan penulis adalah masyarakat Kota Palembang mendukung kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang dengan merelokasi pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring karena pemindahan tersebut berdampak cukup positif bagi kehidupan masyarakat Kota Palembang, bukti nyatanya
100
adalah kebutuhan akan tempat transaksi jual-beli yang nyaman dan aman pun terpenuhi. b. Tindakan Masyarakat Untuk Mengikuti Perkembangan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Sebagai masyarakat Kota Palembang tentunya sudah menjadi keputusan mutlak mengenai hal apa saja yang menyangkut pembangunan yang melibatkan masyarakat, terutama mengenai perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Banyak sikap yang timbul pada saat kebijakan ini muncul pertama kali ke permukaan, ada yang bersikap pro dan ada juga yang kontra dengan kebijakan ini, dalam hal ini masyarakat mempunyai kecenderungan untuk mengikuti perkembangan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui apakah responden tertarik untuk mengikuti perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 26. Distribusi Jawaban Tindakan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Tertarik Tertarik Cukup Tertarik Tidak Tertarik Sangat Tidak Tertarik Total
Frekuensi (F) 6 43 25 25 1 100
Persentase (%) 6,00 43,00 25,00 25,00 1,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 26 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap ketertarikan mengikuti perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke
101
Pasar Retail Jakabaring. Tampak bahwa 6 orang (6%) responden menyatakan sangat setuju, 43 orang (43%) responden menyatakan setuju, sedangkan untuk responden yang menyatakan cukup tertarik dan tidak tertarik masing-masing 25 orang (25%) responden. Hanya 1 orang (1%) responden
saja
yang
menyatakan
sangat
tidak
tertarik
dengan
perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam perbaikan di sektor-sektor pembangunan kedepannya, peran masyarakat inilah yang nantinya dapat memberikan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Termasuk kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa mayoritas responden menyatakan ketertarikannya terhadap perkembangan terhadap pemindahan tersebut. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyrakat untuk mengakses informasi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perkembagan pemindahan tersebut. Pemeritah Kota Palembang telah menyediakan portal internet untuk memudahkan siapa saja untuk mengakses dan mendapatkan informasi seputar pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Ketertarikan responden tersebut merupakan suatu ciri aktif dari seorang warga negara yang berpartisipasi dalam pembangunan. Hal ini yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan yang hendak dicapai dari suatu kebijakan tersebut.
102
c. Keyakinan Masyarakat terhadap Keberhasilan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Setelah responden mengetahui adanya pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring selanjutnya adalah mengukur aspek konatif yang merupakan tingkat keoptimisan atau keyakinan masyarakat terhadap keberhasilan pemindahan tersebut. Untuk melihat jawaban responden mengenai keyakinan terhadap keberhasilan pemindahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 27. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap Keberhasilan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Yakin Yakin Cukup Yakin Tidak Yakin Sangat Tidak Yakin Total
Frekuensi (F) 3 40 38 16 3 100
Persentase (%) 3,00 40,00 38,00 16,00 3,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 27 di atas menunjukan keyakinan responden mengenai keberhasilan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Tampak 3 orang (3%) responden menyatakan sangat yakin, 40 orang (40%) responden menyatakan yakin, 38 orang (38%) responden menyatakan cukup yakin, 16 orang (16%) responden menyatakan tidak yakin dan 3 orang (3%) responden sangat tidak yakin.
103
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut sebagian besar masyarakat yakin dengan keberhasilan pemindahan pedagang kaki lima tersebut, namun masih ada beberapa jumlah pedagang kaki lima yang bersikeras tidak ingin meninggalkan lokasi yang lama dah pindah ke lokasi yang baru. Ini dikarenakan beberapa faktor penyebab, salah satunya adalah bahwa pedagang kaki lima yang berada di lokasi terbut telah berjualan secara turun-menurun, mulai dari orang tuanya hingga sekarang, sehingga menumbuhkan kecintaan terhadap lokasi tersebut. Ada juga yang beranggapan bahwa lokasi yang baru tidak memiliki prospek yang cerah bagi para pedagang mengingat lokasinya yang cukup jauh dan ongkos sewa counter yang tidak bisa dijangkau oleh pedagang kecil meyebabkan mereka memilih tetap tinggal diloksai yang lama. Pemerintah kota dalam hal ini telah berulang kali mengingatkan kepada para pedagang yang belum mematuhi peraturan untuk pindah ke lokasi baru, namun meskipun demikian sebagian besar lokasi tersebut telah dibangun taman wisata yang menyebabkan para pedagang tidak bisa berjualan lagi di tempat biasanya. Sebagian besar responden berkeyakinan bahwa pemindahan ini dapat terlaksana dengan baik sehingga para pedagang yang tadinya belum pindah akan segera pindah ke lokasi yang baru yaitu Pasar Retail Jakabaring.
d. Keyakinan Masyarakat terhadap Keberhasilan Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pengetahuan responden mengenai tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring cukup baik, setelah itu untuk
104
mengetahui keyakinan responden terhadap keberhasilan tujuan tersebut dapat diukur dengan menggunakan aspek konatif dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 28. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap Keberhasilan Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Yakin Yakin Cukup Yakin Tidak Yakin Sangat Tidak Yakin Total
Frekuensi (F) 3 43 34 18 2 100
Persentase (%) 3,00 43,00 34,00 18,00 2,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 28 di atas menunjukan keyakinan masyarakat terhadap keberhasilan tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Dapat diketahui bahwa 3 orang (3%) responden menyatakan sangat yakin, 43 orang (43%) menyatakan yakin, dan 34 orang (34%) responden menyatakan cukup yakin. Sisanya adalah sebanyak 18 orang (18%) responden menyatakan tidak yakin dan 2 orang (2%) responden menyatakan sangat tidak yakin terhdap keberhasilan atau pencapaian tujuan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Tujuan dipindahkannya pedagang kaki lima dari Pasar 16 Ilir yang tepatnya di bawah Jembatan Ampera secara umum adalah untuk menata ulang kawasan 16 Ilir terutama yang selama ini dihuni oleh pedagang kaki lima untuk dijadikan suatu taman yang bersih dan nyaman. Hal ini juga
105
dikarenakan peresmian dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadikan daerah tersebut sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City. Tujuan inilah yang dirasakan masyarakat Kota Palembang, dengan dipindahkannya pedagang kaki lima tersebut masyarakat Kota Palembang memiliki taman wisata dan wisata air yang terdapat di dekat Jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi. Hal tersebut tidak lepas dari peran serta dari berbagai kalangan mulai masyarakat, LSM, pedagang kaki lima, pemerintah untuk bersama-sama mewujudkan suatu tatanan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik di masa yang akan datang.
e. Keyakinan Masyarakat terhadap Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pengetahuan responden mengenai manfaat pemindahan pedagang kaki lima ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan aspek kognitif mendapatkan pernyataan sebesar 41%. Pengetahuan responden tersebut dapat berpengaruh terhadap keyakinan manfaat yang ditimbulkan dari pemindahan tersebut dan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 29. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No 1 2 3 4 5
Kategori Jawaban Sangat Yakin Yakin Cukup Yakin Tidak Yakin Sangat Tidak Yakin Total
Frekuensi (F) 3 52 30 14 1 100
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Persentase (%) 3,00 52,00 30,00 14,00 1,00 100,00
106
Tabel 29 di atas menyatakan keyakinan masyarakat terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Hasil yang diperoleh menyatakan 3 orang (3%) responden menyatakan sangat yakin, lebih dari lima puluh persen yaitu sebesar 52 orang (52%) responden menyatakan yakin terhadap pemindahan tersebut. Responden yang menyatakan cukup yakin sebanyak 30 orang (30%) responden, 14 orang (14%) responden menyatakan tidak yakin dan hanya 1 orang (1%) responden yang menyatakan sangat tidak yakin terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dipahami bahwa sebagian besar responden menyatakan yakin terhadap manfaat dari pemindahan tersebut. Manfaat dari pemindahan pedagang tersebut secara umum adalah untuk memajukan dan memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat Kota Palembang khususnya yang berada di daerah Jakabaring. Responden menyatakan yakin dengan manfaat ini dikarenakan pembangunan pasar tertutama pasar modern dapat memberikan peluang usaha, lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, dan dapat menumbuhkan sektor perekonomian merupakan nilai lebih dari pemindahan tersebut. Lain hal dengan responden yang menyatakan tidak yakin atau bahkan sangat tidak yakin dikarenakan masyarakat ragu jika pemindahan tersebut dapat membawa manfaat baik bagi perekonomian melihat kondisi daerah Jakabaring yang cukup luas dan masih sedikitnya kegiatan ekonomi yang berada disana. Hal ini menimbulakan kekhawatiran masyarakat terhadap
107
manfaat dari pemindahan dan pembangunan tersebut. Untuk responden yang menyatakan cukup tahu yakni masyarakat yang mempertimbangkan kedua hal tersebut.
Untuk mengetahui aspek konatif responden secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut :
108
Tabel 30. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Konatif SM 8
% 8,00
M 66
% 66,00
CM 16
% 16,00
TM 9
% 9,00
STM 1
% 1,00
∑ 100
STr 6
% 6,00
Tr 43
% 43,00
CTr 25
% 25,00
TTr 25
% 25,00
STTr 1
% 1,00
∑ 100
SY % Y % Keyakinan 3 3,00 40 40,00 responden terhadap keberhasilan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 4 Keyakinan 3 3,00 43 43,00 responden terhadap keberhasilan tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 5 Keyakinan 3 3,00 52 52,00 responden terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Total 23 244 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
CY 38
% 38,00
TY 16
% 16,00
STY 3
% 3,00
∑ 100
34
34,00
18
18,00
2
2,00
100
30
30,00
14
14,00
1
1,00
100
No 1
Pertanyaan Tindakan responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
2
Ketertarikan responden terhadap perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
3
143
82
8
Keterangan : (1) SM
= Sangat Mendukung
TM
= Tidak Mendukung
M
= Mendukung
STM = Sangat Tidak Mendukung
500
109
CM
= Cukup Mendukung
(2) ST r
= Sangat Tertarik
TTr
= Tidak Tertarik
Tr
= Tertarik
STTr = Sangat Tidak Tertarik
CTr
= Cukup Tertarik
(3) SY
= Sangat Yakin
TY
= Tidak Yakin
Y
= Yakin
STY
= Sangat Tidak Yakin
CY
= Cukup Yakin
Berdasarkan tabel 30 di atas diperoleh persentase sebagai berikut : Sangat Positif
= 23/500 x 100%
= 4,6%
Positif
= 244/500 x 100%
= 48,8%
Cukup Positif
= 143/500 x 100%
= 28,6%
Negatif
= 82/500 x 100%
= 16,4%
Sangat Negatif
= 8/500 x 100%
= 1,6%
Berdasarkan hasil persentase tersebut didapat aspek konatif berupa tingkah laku atau tindakan secara umum sebagian besar responden memiliki tindakan positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 48,8% responden dan 4,6% responden yang memiliki tindakan sangat positif. Responden yang memiliki tindakan cukup positif sebanyak 28,6% responden, sedangkan responden yang memiliki
110
tindakan negatif sebanyak 16,4% dan sebanyak 1,6% responden yang memiliki tindakan sangat negatif.
Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek konatif dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 6. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Konatif
Berdasarkan grafik tersebut, maka dapat diketahui bahwa tindakan masyarakat Kota Palembang dalam menyikapi kebijakan ini sangat bervariasi. Namun, mayoritas masyarakat Kota Palembang mendukung kebijakan pemerintah terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Grafik tersebut menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Palembang bertindak positif mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meskipun terdapat
kecenderungan
masyarakat
bersikap
tidak
perduli
dengan
pemindahan tersebut. Selanjutnya pemindahan pedagang kai lima tersebut
111
harus
dapat
mencapai
tujuan-tujuan
yang
telah
ditetapkan
untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Palembang dengan tidak meninggalkan peran masyarakat di dalamnya.
Selanjutnya untuk menganalisa indikator konatif responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut : NT - NR I= K
Keterangan : I
= Interval nilai skor
NT
= Nilai tertinggi
NR
= Nilai terendah
K
= Kategori jawaban
Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100 orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek afektif NT= 22, NR= 6 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut :
112
NT - NR I= K 22 - 6 I= 5 I = 3,2 dibulatkan 3, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :
Sangat Positif
≥ 18
Positif
= 15-17
Netral
= 12-14
Negatif
= 9-11
Sangat Negatif
= 6-8
Tabel 31. Kategori Sikap Responden dari Aspek Konatif No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Positif Positif Netral Negatif Sangat Negatif Jumlah
Frekuensi (F) 47 32 11 8 2 100
Persentase (%) 47,00 32,00 11,00 8,00 2,00 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Aspek konatif dalam penelitian ini meliputi tindakan atau kecenderungan dari responden yang dapat menimbulkan tanggapan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Analisis indikator ini mengklasifikasikan perasaan responden ke dalam lima kategori yaitu sangat positif, positif, netral, negatif dan sangat negatif.
Kategori sangat positif berarti masyarakat betingkah laku sangat mendukung kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori positif
113
berarti masyarakat bertingkah laku mendukung terhadap pemindahan tersebut. Kategori netral artinya masyarakat lebih cenderung bertingkah laku biasa-biasa saja dalam menyikapi pemindahan tersebut, sedangkan kategori negatif berarti masyarakat bertingkah laku menolak kebijakan pemindahan tersebut dan untuk kategori sangat negatif berarti masyarakat bertingkah laku sangat menolak atau tidak mendukung terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil perhitungan aspek konatif masyarakat Kota Palembang secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 7 berikut :
Konatif 2%
8% 11%
47% Sangat Positif (47%) Positif (32%) Netral (11%) Negatif (8%) Sangat Negatif (2%)
32% Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 7. Kategori Sikap Responden dari Aspek Konatif
Gambar tersebut menunjukan aspek konatif (tindakan) dari 100 responden. Responden yang memilih bertindak sangat positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring sebanyak 47% responden. Responden yang memilih bertindak positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar
114
Retail Jakabaring yaitu sebanyak 32% responden. Responden yang netral dalam menyikapi pemindahan tersebut sebanyak 11% responden dan sebanyak 8% responden memilih bertindak negatif terhadap pemindahan tersebut. Sisanya sebanyak 2% responden memilih bertindak sangat negatif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Menurut hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat memilih bertindak sangat positif dalam menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 47%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring telah mendapat dukungan penuh dari masyarakat Kota Palembang. Masyarakat menilai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang tersebut telah cukup berhasil, karena melihat kondisi pasar yang teratur dan terkendali menimbulkan dampak yang cukup baik pula bagi kehidupan masyarakat. Sebelumnya pemindahan ini menimbulkan berbagai reaksi dari berbagai kalangan masyarakat yang ada di Kota Palembang, mulai dari reaksi pro hingga kontra, namun dengan seiring berjalannya waktu kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Palembang dapat menunjukkan suatu keberhasilan dan keberhasilan tersebut kurang lebih telah dirasakan oleh masyarakat. Tuntutan akan tatanan kota yang BARI (Bersih, Aman, Rapi, Indah) sesuai dengan julukan Kota Palembang akhirnya dapat terpenuhi dengan adanya kebijakan relokasi pedagang ini. Keberhasilan dari kebijakan ini tidak terlepas dari dukungan penuh dari masyarakat kepada pemerintah
115
dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dukungan inilah yang menjadi feed-back bagi masyarakat Kota Palembang sendiri, dengan merasakan berbagai hal yang menjadi prioritas Pemerintah Kota Palembang.
Kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tujuan awal dari kebijakan tersebut. Akhirnya kebijakan-kebijakan yang nantinya akan dikeluarkan oleh pemerintah akan mendapat dukungan dari masyarakat yang merupakan bagian atau elemen penting dari suatu kebijakan dan nantinya kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di dalam masyarakat khususnya hubungan antara yang memerintah dengan yang diperintah.
Selanjutnya untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang secara keseluruhan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut : NT - NR I= K
Keterangan : I
= Interval nilai skor
NT
= Nilai tertinggi
NR
= Nilai terendah
K
= Kategori jawaban
116
Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100 orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari keseluruhan aspek NT= 66, NR= 16 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut : NT - NR I= K 66 - 16 I= 5 I = 10, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :
Sangat Positif
≥ 56
Positif
= 46-55
Netral
= 36-45
Negatif
= 26-35
Sangat Negatif
= 16-25
Tabel 32. Kategori Sikap Responden Secara Keseluruhan No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Positif Positif Netral Negatif Sangat Negatif Jumlah
Frekuensi (F) 41 40 16 1 2 100
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Persentase (%) 41,00 40,00 16,00 1,00 2,00 100,00
117
Analisis ini mengklasifikasikan sikap responden secara keseluruhan dalam lima kategori yaitu sangat positif, positif, netral, negatif, dan sangat negatif. Kategori sangat positif berarti masyarakat sangat setuju, sangat mendukung dan sangat tertarik dengan kebijakan Pemerintah Kota Palembang yang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori positif berarti masyarakat setuju, mendukung, dan tertarik terhadap kebijakan tersebut. Kategori netral berarti masyarakat bersikap biasa saja terhadap pemindahan pedagang kaki lima tersebut, sedangkan kategori negatif berarti masyarakat bertingkah laku sangat menolak kebijakan tersebut dan untuk kategori sangat negatif berarti masyarakat sangat menolak, sangat tidak mendukung dan sangat tidak tertarik terhadap kebijakan Pemerintah Kota Palembang yang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil perhitungan secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini :
1%
2%
16%
41% Sangat Positif (41%) Positif (40%) Netral (16%) Negatif (1%) Sangat Negatif (2%)
40% Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 8. Kategori Sikap Responden Secara Keseluruhan
118
Gambar tersebut menunjukan sikap responden secara keseluruhan dari 100 responden. Responden yang memilih bertindak sangat positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring sebanyak 41% responden. Responden yang memilih bertindak positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 40% responden. Responden yang netral dalam menyikapi pemindahan tersebut sebanyak 16% responden dan sebanyak 1% responden memilih bertindak negatif terhadap pemindahan tersebut. Sisanya sebanyak 2% responden memilih bertindak sangat negatif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat bertindak sangat positif secara keseluruhan dalam meyikapi kebijakan Pemerintah Kota Palembang dalam pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebesar 41%. Kebijakan yang pada awalnya sempat menimbulkan reaksi dari berbagai pihak akhirnya dapat menjadi salah satu pencapaian yang baik bagi Pemerintah Kota Palembang, karena tidak hanya para pedagang yang diuntungkan dari pemindahan ini dari bersih dan terjaminnya lahan atau lapak dagangan namun masyarakat luas pun dapat merasakan manfaat dari kebijakan ini. Daerah yang dahulu menjadi sentra perdagangan pedagang kaki lima yang kumuh dan kotor diubah menjadi taman wisata yang indah dan nyaman, serta lahan yang menjadi tujuan relokasi pedagang yaitu di Jakabaring menjadi lebih berkembang dari sebelumnya. Hal inilah yang menurut penulis yang menjadi
119
pertimbangan masyarakat bersikap sangat positif terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang yaitu memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Hal ini juga merupakan credit point bagi Pemerintah Kota Palembang dalam menata tata ruang kota dan upaya mewujudkan Kota Palembang sebagai kota internasional. Grand desain ini dapat menjadi tolak ukur dan contoh bagi kota-kota yang ada di Indonesia yang sedang mengalami permasalahan yang sama seperti Kota Palembang dalam penanganan pedagang kaki lima.
120
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis di Kota Palembang untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sikap masyarakat yang berhubungan dengan pengetahuan (kognitif) terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
menunjukan
bahwa
masyarakat
berpengetahuan
baik.
Sebanyak 45% responden yang mewakili masyarakat Kota Palembang menyatakan mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, lokasi yang merupakan tempat baru dari pedagang kaki lima, alasan dilaksanakannya pemindahan ke Pasar Retail Jakabaring, tujuan serta manfaat yang dihasilkan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. 2. Sikap masyarakat yang berhubungan dengan perasaan (afektif) terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring menunjukan bahwa masyarakat setuju dengan pemindahan tersebut, ini dibuktikan dengan 68% responden yang mewakili masyarakat Kota
121
Palembang menjawab setuju dan tidak menolak atas pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. 3. Sikap masyarakat yang berhubungan dengan tindakan (konatif) terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring cenderung bertindak sangat positif yakni sebanyak 47% responden menyatakan dukungannya terhadap pemindahan ini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Pemerintah Kota Palembang bersama dinas terkait untuk dapat memberikan sosialisasi dan pengertian yang lebih kepada masyarakat Kota Palembang dengan cara mengoperasikan kembali bis gratis yang dulu sempat dioperasikan pada saat pertama kali kebijakan tersebut dikeluarkan dengan tujuan dapat lebih mendekatkan lagi hubungan pemerintah dengan masyarakatnya, selain itu Pemerintah Kota Palembang dapat melakukan sosialisasi dengan cara menginformasikan pemindahan tersebut secara berkala melalui media cetak maupun media elektronik ataupun melalui Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Palembang sehingga dapat memangkas jumlah masyarakat yang berpengetahuan kurang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. 2. Pemerintah Kota Palembang dalam hal ini harus lebih peka terhadap berbagai aspirasi yang ada di masyarakat yaitu dengan melibatkan elemen-
122
elemen masyarakat untuk menentukan arah suatu kebiajakan, sehingga apa yang diinginkan masyarakat dan apa yang hendak dicapai oleh pemerintah dapat berjalan berdampingan tanpa ada yang merasa dirugikan dari suatu kebijakan tersebut. 3. Masyarakat Kota Palembang yang selama ini bersikap tidak perduli atau acuh tak acuh, harus lebih berperan aktif dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Palembang termasuk kebijakan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring terutama dalam hal controlling atau proses pengawasan.
123
DAFTAR PUSTAKA
Buku Abdulsyani. 2006. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. PT Bumi Aksara. Jakarta Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Pranada Media Grup. Jakarta Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Refika Aditama. Bandung Hadi, Sutrisno. 1998. Metodelogi Research. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Hartomo dan Aziz, Arnicun.2004. Ilmu Sosial Dasar. PT Bumi Aksara. Jakarta Masyhuri dan Zainuddin, M. 2008. Metode Penelitian. PT Refika Aditama. Bandung Nas, P.J.M. 1979. Kota di Dunia Ketiga. Bhrata Karya Aksara. Jakarta Rakhmat, Jalalludin. 1994. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rusko Karya. Jakarta Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1995. Metode Penelitian Sosial. LP3ES. Jakarta Sears, David O. 1985. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Soelaeman, Munandar. 1998. Ilmu Sosial Dasar. PT Refika Aditama. Bandung
124
Sulisyanto, 2005. Analisis Data. Ghalia Indonesia. Bogor Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metode Penelitian Sosial. PT Bumi Aksara. Jakarta Walgito, Bimo. 1983. Psikologi Sosial. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta
Website www.palembang.go.id www.geocities.com/jsarwono_bbrc