I. PENDAHULUAN Krisis terbesar dunia saat ini apakah krisis kepemimpinan ataukah krisis keteladanan ataukah kedua-duannya. Krisis ini jauh lebih dahsyat dari krisis energi, kesehatan, pangan, transportasi dan air. Karena dengan absennya seorang Pemimpin yang visioner, kompeten, dan memiliki integritas yang tinggi, maka masalah air, konservasi hutan, kesehatan, pendidikan, sistem peradilan, dan transportasi akan semakin parah. Akibatnya, semakin hari biaya pelayanan kesehatan semakin sulit terjangkau, manajemen transportasi semakin amburadul, pendidikan semakin kehilangan nurani welas asih yang berorientasi kepada akhlak mulia, sungai, air, dan tanah semakin tercemar dan sampah menumpuk dimana-mana. Inilah antara lain permasalah yang di alami dunia, termasuk Indonesia, sebagai bagian terbesar dari dunia ketiga. Oleh karena itu pembahasan mengenai tema kepemimpinan merupakan sebuah topik yang selalu menarik untuk diperbincangkan dan tak akan pernah habis untuk dibahas sepanjang masa. Masalah kepemimpinan akan selalu hidup dan digali pada setiap zaman, dari generasi ke generasi guna mencari formulasi sistem kepemimpinan yang aktual dan tepat untuk diterapkan pada zamannya. Hal ini mengindikasikan bahwa
Oleh: Dr. Adi Sujatno, SH., MH. Taprof Lemhannas RI
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
1
2
paradigma kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan keberadaannya, dinamis dan memiliki kompleksitas tinggi. Paradigma kepemimpinan ini didukung suatu pendapat yang ditulis Graen (1976) dan Cashman (1975) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses di mana individu belajar tentang posisinya dari waktu ke waktu dan beradaptasi serta memperoleh pengetahuan pada pekerjaan sebagai suatu pengalaman. (Dubisky, Yammarino, dan Jolson (1995). Oleh karenanya, dalam catatan sejarah nusantara, mulai masa kerajaan hingga masa Republik, dikenal beberapa gaya kepemimpinan seperti: Gaya Kepemimpinan Patih Gajahmada, R. Ng. Ronggowarsito, Ir. Soekarno, Jenderal besar Soedirman, Jenderal Besar Soeharto, BJ. Habibi, Gusdur, Megawati, SBY; Yang menarik dari para tokoh tersebut adalah karakter kepemimpinan mereka masing-masing memiliki ciri khas dan menjadi sesuatu yang fenomenal dimasanya. Hal ini disebabkan gaya kepemimpinan mereka sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi zaman yang sedang dihadapi, sehingga kepemimpinannya menjadi hal yang dibutuhkan oleh zaman dan masanya.
3
II. FILOSOFI MANUSIA & KEPEMIMPINAN Berbicara mengenai Filosofi manusia dan kepemimpinan, pakar kepemimpinan dunia yang bernama Dale Carnegie dalam bukunya “The Leader in You” mengatakan, bahwa ada jiwa kepemimpinan di dalam setiap diri manusia. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat seorang pakar dunia yang bernama Warren Bennis yang mengatakan bahwa: “Seorang pemimpin berbeda dengan orang kebanyakan” karena setiap orang memiliki kelebihan-kelebihan yang orang lain tidak memilikinya dan hal senada juga diungkapkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X yang mengatakan, bahwa“Setiap kita sesunguhnya memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Kekuatan terdahsyat seorang pemimpin adalah suri teladan (Uswatun Hasanah) dan kejujurannya (siddiq).” Dalam Alquran maupun Alkitab, telah dituliskan bahwa pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah untuk memimpin dunia, memimpin alam semesta, dan memimpin jagad raya ini. Sehingga secara fitrah, sejak lahir kekhitahan kita sebagai manusia, telah diciptakan bahwa, kita semua adalah pemimpin yang pada akhirnya manusia disebut sebagai khalifatullah di dunia.
4
Mengenai perlu adanya pemimpin, telah ditandaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW: “Apabila berangkat tiga orang dalam perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang di antaranya menjadi pemimpin” (HR.Abu Dawud). Beberapa ayat Alquran juga banyak yang berkaitan dengan eksistensi pemimpin, di antaranya adalah: Q.S. Al-Baqarah: 124, Al-Anbiya: 72-73, Shad: 26, dan Al-An’am: 165. Jika kita berbicara mengenai manusia, maka sebenarnya kita sedang membahas mengenai jiwa dan raga. WS Rendra berpendapat bahwa manusia adalah kesatuan roh dan badan, sehingga perbuatan yang penuh kesejatian adalah perbuatan yang mencerminkan kesatuan roh dan badan. Dengan demikian, kegiatan kepemimpinan merupakan kegiatan jasmani sekaligus rohani. Dalam khasanah Jawa, perihal manusia dapat dikenal dari ajaran “HA NA, CA RA KA” yang menjelaskan hakekat manusia sebagai berikut: 1. HA NA artinya ono yaitu ada; Ha bermakna hidup; Na bermakna nglegeno/wudho, yang berarti ada kehidupan yang masih suci; berarti pula kehidupan yang masih suci bersih; belum ternoda oleh kesalahan dan dosa; fitrah; sejak kelahirannya manusia dalam kesucian/fitrah.
2. CA RA KA artinya bekal manusia hidup di dunia; Ca Bermakna cipto, (cipta); Ra bermakna roso (rasa); Ka bermakna karso (kehendak), yang berarti bahwa dalam kehidupan manusia, senantiasa sangat dipengaruhi oleh daya cipta, daya rasa dan daya karsa/kehendak/keinginan/keinginan untuk mewujudkan kehidupan yang bermakna dan penuh kemuliaan (R.A. Koesnoen, Politik Pendjara Nasional). 3. DA TA SA WA LA artinya akal yang tidak cacat; gambaran hidup manusia yang baru lahir. 4. PA DHA JA YA NYA artinya sama saktinya, sama digdayanya, sama kekuatannya. 5. MA GA BA THA NGA artinya. MA bermakna sebagai sukmo (sukma). GA bermakna sebagai rogo (raga). BA+THA bermakna sebagai bathang (bangkai). NGA bermakna sebagai lungo (pergi). yang berarti berpisahnya sang sukma dari raga/tubuh, raga/tubuh menjadi bangkai yang ditanam di dalam tanah, dan sang sukma pergi meninggalkan sang raga/tubuh untuk menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa guna mempertanggungjawabkan hasil kepemimpinannya/pekerjaannya. Sehingga arti secara keseluruhan dari makna tersebut diatas
5
6
adalah: Bahwa manusia dilahirkan ke dunia dalam kondisi telanjang (tidak memakai baju), dan manusia diberikan oleh Tuhan berupa daya cipta, daya rasa, dan daya karya/karsa dan kemudia di dalam perjalanan hidupnya ada utusan (duta) yang membawa surat; yang samasama saktinya atau kuatnya; keduanya saling berperang atau berkelahi; karena sama-sama kuatnya; keduanya meninggal dunia; yang raga menjadi bangkai, sukma mereka pergi menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa. Makna filosofi HA NA CA RA KA senafas dengan makna tembang MACAPAT dalam sastra Jawa maupun Sunda yang juga menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan kedunia (TEMBANG MIJIL) lalu menjalani kehidupan sampai berpisahnya sukma dan raga, sang sukma menghadap keharibaan Tuhan YME untuk mempertanggungjawabkan Kepemimpinan dirinya dan sang raga dikuburkan kedalam tanah yang berarti meninggal/wafat, yang dikiaskan oleh TEMBANG MEGATRUH (MEGAT+RUH) serta TEMBANG PUCUNG/POCUNG yang berarti diberi kain kafan dan siap dikubur. Sebelas (11) TEMBANG MACAPAT merupakan mutiara kehidupan adalah simbolsimbol kehidupan manusia sejak dilahirkan sampai meninggal adalah sebagai berikut : 7
FILOSOFI TEMBANG 11 TEMBANG MACAPAT NO 1
NAMA TEMBANG Mijil
MAKNA
2
Maskumambang Masa Kecil Di Timang2
3
Sinom
Masa Muda = Nom
4
Asmara Dana
Kenal Asmara
5
Kinanti
Kawin = Dinanti
6
Dandanggulo
Bulan Madu
7
Gambuh
8
Durma
9
Pangkur
Mulai Bisa Bilang Embuh = Tidak Tahu – Menahu Antara SUIS Sdh Mulai Udur-uduran Tdk Co2k dg Suis Mulai Ungkur2an antara Suis
10
Megatruh
11
Pocung/Pucung
Bayi Baru Lahir
Megat + Ruh Sukma & Raga Berpisah+Wafat Berkain Kafan = Siap di Kubur
Itulah selintas gambaran perjalanan hidup manusia, sejak kelahirannya sampai menghadap kembali kepada yang Maha Pencipta. Salah satu makna memperingati suatu kelahiran manusia hingga mendapatkan kehidupan di dunia, hingga 8
meninggalkan dunia, dan berakhir mempertanggungjawabkan hasil kehidupannya. Hal ini juga diperjelas dengan sabda Rasullallah Muhammad SAW. yang artinya “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas hasil kepemimpinannya”. (H.R. Imam Bukhari Muslim). Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW. bersabda, “Kalian semua adalah penggembala dan bertanggungjawab atas gembalaannya. Pemimpin adalah penggembala rakyatnya dan bertanggungjawab atas mereka. Istri adalah penggembala dan bertanggungjawab atas rumah tangga suaminya. Dan, pembantu adalah penggembala dan bertanggungjawab atas harta tuannya.” (HR. Al-Bukhari). Abu Hatim Rahimahullah berkata, “Nabi Muhammad SAW. menegaskan bahwa setiap penggembala bertanggungjawab atas gembalaannya, sehingga dia wajib selalu mengawasinya. Penggembala umat manusia adalah ulama, penggembala penguasa adalah akal, penggembala orang-orang saleh adalah ketakwaan, penggembala pelajar adalah guru, penggembala anak adalah orang tuanya, penggembala istri adalah suaminya, penggembala budak adalah tuannya. Masing-masing penggembala itu bertanggungjawab atas gembalaanya.”
Pepatah tua mengatakan, “Jika engkau ingin memimpinku, berdirilah di depanku”. Filosofi kepemimpinan dalam agama Islam, dikatakan bahwa kepemimpinan bukanlah suatu tujuan (final-goal), bukan kenikmatan, dan juga bukan fasilitas tetapi sebagai perantara untuk mewujudkan terciptanya keadilan masyarakat. Pemahaman yang demikian itu, dalam pandangan Islam hanya dapat diwujudkan oleh seorang pemimpin atau imam yang adil. Dalam pandangan Islam, memahami manusia merupakan salah satu jalan penting untuk mengenal hakikat dan syariat Tuhan, karena hakikat itu sendiri adalah proses pengenalan Tuhan dan alam semesta dengan melihat ke dalam diri manusia (Man Arafa Nafsahu Faqodal Arafa Rabbahu)“Kenalilah dirimu, maka engkau akan mengenal Tuhanmu”. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya”. Oleh karena itu tidak heran apabila salah satu tokoh sufistik paling berpengaruh dalam peradaban Islam, Jalaluddin Rumi dalam bukunya “Yang Mengenal Dirinya, Mengenal Tuhannya (fihi ma fihi)” yang berisi puisi-puisi sufistik mengenai kedalaman makna yang dapat dipetik dari pengenalan terhadap dirinya (baca: manusia). Dalam Islam, Tuhan dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat:
9
10
1. Transenden, yaitu “Dengan rupa apa pun engkau membayangkan Tuhan, Dia tetap berbeda dari bayanganmu”. 2. Immanen, yaitu “Selalu ada di dalam semua ciptaan-Nya. Sehingga pengenalan terhadap Tuhan ada pada diri manusia itu sendiri. Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena universal. Siapa pun yang menjalankan tugas-tugas kepemimpinan, dia akan berinteraksi dengan orang lain. Bahkan dalam kapasitas pribadi pun, di dalam tubuh manusia itu ada kapasitas atau potensi pengendali, yang pada intinya memfasilitasi seseorang untuk dapat menjadi dirinya sendiri. Dalam hal ini juga diperkuat dengan pendapat seorang pakar dunia yang bernama Warren Bennis di dalam buku karangan Andreas Harefa yang berjudul Menjadi Manusia Pembelajar, bahwa pengetahuan/pengenalan diri seseorang adalah: 1. Anda adalah guru terbaik bagi diri Anda sendiri 2. Terimalah tanggungjawab. Jangan menyalahkan siapapun 3. Anda dapat belajar apa pun yang ingin Anda pelajari 4. Pengertian yang benar berasal dari pencerminan dalam pengalaman Anda.
11
Menurut Ibnu Taimiyah syarat tegaknya sebuah negara akan terwujud apabila di dukung oleh beberapa faktor, di antaranya adalah: 1. Ilmunya seorang ulama; 2. Pemimpin yang adil; 3. Pedagang/Pengusaha yang jujur; 4. Masyarakat/rakyat yang patuh; dan 5. Pegawai yang disiplin. Dalam bukunya yang berjudul Lead Like Jesus (Ken Blanchard and Phil Hodges) yang di tulis oleh Rick Warren, seorang penulis The Prophet Driven Life mengatakan, bahwa ada 4(empat) bidang penting dalam diri manusia dan bagaimana mereka membantu membawa Anda menjadi pemimpin yang luar biasa. Ke-empat bidang itu mencakup: (1) Hati; (2) Kepala; (3) Tangan; dan (4) Kebiasaan. Sebaliknya, ”Yesus menunjukkan model kepemimpinan yang melayani, memimpin dengan teladan hidup”. Dia berkata, ”Aku datang untuk melayani, bukan untuk dilayanan”. Dialah satu-satunya teladan yang sempurna. (Rick Warren, Penulis The Prophet Driven Life, dikenal sebagai salah seorang dari ”25 Pemimpin terbaik di AS). Di dalam Kitab Suci versi King James menyebut kata pemimpin sebanyak enam kali sedangkan kata pelayanan disebut sebanyak sembilan ratus kali. Pada ajaran Buddha masalah kepemimpinan ditampilkan dalam falsafah Dhamma pada uraian Thakada. Di sana diuraikan bahwa kepemimpinan 12
yang baik adalah kepemimpinan yang memenuhi “Sepuluh Kewajiban Raja” (Dasa Raja Dhamma) yang terdiri dari: Dhana (suka menolong, tidak kikir dan ramah tamah), Sila (bermoralitas tinggi), Paricaga (mengorbankan segala sesuatu demi rakyat), Ajjava (jujur dan bersih), Maddava (ramah tamah dan sopan santun), Tapa (sederhana dalam penghidupan), Akkhoda (bebas dari kebencian dan permusuhan), Avihimsa (tanpa kekerasan), Khanti (sabar, rendah hati, dan pemaaf), Avirodha (tidak menentang dan tidak menghalang-halangi). Pada ajaran Hindu, falsafah kepemimpinan dijelaskan dengan istilah-istilah yang menarik dan memiliki makna yang mendalam, seperti: Panca Stiti Dharmeng Prabhu (lima ajaran seorang pemimpin), Catur Kotamaning Nrepati (empat sifat utama seorang pemimpin), Asta Brata (delapan sifat mulia para dewa), Catur Naya Sandhi (empat tindakan seorang pemimpin). Dalam Catur Naya Shandi diterangkan, bahwa seorang pemimpin hendaknya melaksanakan empat hal, yaitu: Sama (menandingi kekuatan musuh), Bheda (melaksanakan tata tertib dan disiplin kerja), Dhana (mengutamakan sandang dan papan untuk rakyat), Dandha (menghukum dengan adil mereka yang bersalah). Ajaran Hindu juga mengajarkan pantangan/larangan bagi seorang pemimpin yang
diistilahkan Molimo (lima me): 1) Memotoh (main judi), 2) Metuakan (minum-minuman keras), 3) Memati-mati (membunuh), 4) Memadat, 5) Memitra/Madon (selingkuh). Dari uraian di atas dapat disimpulkan sesungguhnya letak strategis seorang pemimpin dan kepemimpinan pada kepribadian dan kecerdasan akal budinya. Ada beberapa peran seorang pemimpin dan kepemimpinannya, antara lain: seorang pemimpin mempunyai peran/tugas untuk mempengaruhi, mengajak, menggerakkan, mengambil keputusan dan harus siap menjadi figur, teladan, contoh, panutan dari seluruh orangorang yang dipimpinnya serta lingkungan masyarakatnya.
13
14
III. RAHASIA SUKSES KEPEMIMPINAN Menurut Ken Blanchard & Mark Miller bahwa ada 5 (lima) syarat untuk menjadi seorang Pemimpin besar, adalah: 1. Seorang Pemimpin harus menjadi pendengar yang baik; 2. Seorang Pemimpin harus mampu untuk mengenal para bawahannya atau yang dipimpin dengan baik, 3. Kepemimpinan punya banyak kesamaan dengan GUNUNG ES dimana ada 2 unsur, yaitu: a. Berupa kemampuan/perbuatan yang berada di atas air atau permukaan itu hanya ada sebesar 10% yang kelihatan. b. Berupa karakter/keberadaan yang berada di bawah permukaan air yaitu yang tidak kelihatan sebanyak 90%. 4. Untuk menjadi Pemimpin yang besar, maka yang harus dilakukan seorang pemimpin adalah selalu MELAYANI/(To Serve) dan harus mempunyai 5 (lima) kebiasaan, yaitu: a. See the Future (melihat masa depan-VISI); 1) Menciptakan visi yang menggairahkan merupakan salah satu keistimewaan dan tuntutan yang paling serius dari para pemimpin.
15
2) Karena kepemimpinan adalah tentang membawa orang-orang dari satu tempat ke tempat lain. 3) Salah satu prioritas utama seorang pemimpin ialah harus memastikan bahwa tim tersebut tahu kemana mereka dibawa. 4) Seorang pemimpin diharuskan untuk menentukan arah. 5) Membayangkan dan mengkomunikasikan suatu visi yang berorientasi ke masa depan merupakan bagian terbesar dari Kepemimpinan. 6) Nilai merupakan keyakinan yang menggerakkan perilaku kita. b. Engage and Develop Others (melibatkan & kembangkan orang lain) 1) Anda harus mempunyai orang-orang yang tepat, dalam peran yang tepat, yang dilibatkan sepenuhnya jika ingin mencapi hal-hal yang telah anda identifikasi dalam Melihat Masa Depan. 2) Segala sesuatu yang akan Anda capai sebagai pemimpin akhirnya bergantung pada orang-orang di sekeliling Anda. 3) Tanpa mereka, keberhasilan Anda sebagai pemimpin akan sangat terbatas.
16
4) Mendapatkan orang yang tepat dalam pekerjaan yang tepat merupakan bagian pertama dari istilah Libatkan. 5) Bersama setiap pasang tangan yang Anda rekrut, Anda mendapatkan otak secara Cuma-cuma. 6) Hanya dengan bekerjasamalah kita akan dapat mencapainya. 7) Membantu orang-orang meningkatkan kekuatannya merupakan salah satu bagian dari peran pemimpin yang paling bermanfaat. c. Reinvent Continuously (temukan kembali terus-menerus) 1) Jika Anda berhenti belajar, Anda berhenti memimpin. a) Pemimpin harus memberikan contoh tentang perilaku yang ia inginkan ditiru oleh anak buahnya. b) Untuk mempertahankan kelangsungan hidup. c) Banyak diantara jawaban yang berlaku pada masa lalu tidak berlaku lagi dewasa ini. 2) Pada sistem dan proses. 3) Gagasan tentang penemuan kembali pada tingkat struktural.
17
d. Value Results and Relationships (hargai hasil & hubungan) 1) Cara untuk memaksimalkan hasil Anda sebagai pemimpin ialah dengan mempunyai harapan yang tinggi atas hasil dan hubungan. 2) Jika kita dapat memberikan perhatian pada pelanggan dan menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi anak buah, maka keberhasilan antara hasil dan hubungan akan tercapai. 3) Kalau keberhasilan adalah tentang hasil dan hubungan dengan orang lain, Anda nanti harus mengambil beberap resiko dalam menjalaninya. 4) Anda harus memperoleh kepercayaan anak buah Anda. Kalau tidak, Anda tidak akan pernah menjadi pemimpin yang besar. e. Embody the Values (mewujudkan nilai) 1) Hidup konsisten dengan nilai-nilai yang anda akui. 2) Mewujudkan nilai merupakan praktik kepemimpinan. 3) Agar seorang pemimpin berhasil, ia harus mewujudkan nilai-nilai organisasinya. 4) Bagaimana Anda dapat mengubah kegiatan sehari-hari untuk menciptakan 18
keselarasan pribadi yang lebih besar dengan nilai-nilai ini? 5) Bagaimana Anda dapat mengenali dan memberi ganjaran kepada orang-orang yang mewujudkan nilai-nilai ini? 5. Kepemimpinan adalah Penampakan Ini berarti bahwa seorang pemimpin akan tampak apabila dapat melakukan dengan secara nyata, melaksanakan kegiatan-kegiatan mempengaruhi, mengajak, menggerakkan sampai kepada sejauh mana seorang pemimpin itu sering mengambil keputusan-keputusan untuk kepentingan organisasi dan kesejahteraan para anggotanya. Hal ini perlu dikemukakan karena poin penting dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan, keputusan yang menentukan hajat hidup orang banyak. Sedangkan inti dari pengambilan keputusan adalah hubungan antar manusia. Oleh karenanya, hubungan antar manusia ini harus dilandasi oleh enam prinsip pokok yang meliputi: persamaan (musawah), persaudaraan (ukhuwah), cinta kasih (mahabbah), kedamaian (salim), tolong menolong (ta’awun), dan toleransi (tasamuh).
19
Kepemimpinan sejati sama sekali tidak ada hubungannya dengan jabatan seseorang dalam organisasi. Karena ada banyak orang di dunia ini yang tidak memegang kedudukan sebagai Pemimpin, namun mereka senantiasa memberikan Kepemimpinannya. Demikian juga sebaliknya, ada banyak orang yang memegang kedudukan sebagai Pemimpin namun mereka sama sekali tidak menjalankan Kepemimpinannya.
20
IV. TANTANGAN GLOBAL KEPEMIMPINAN NASIONAL
BAGI
Era globalisasi saat ini ditandai dengan munculnya revolusi Triple T (3T) yang mengancam dunia tidak hanya di Indonesia, yaitu Transportation, Telecommunication dan Travel/Tourism. Hubungan antar pribadi dan antar kelompok sudah sedemikian dekat sehingga batasbatas antarwilayah menjadi kabur (borderless area). Kejadian yang berlangsung di suatu wilayah tertentu dapat dilihat atau dideteksi di wilayah lain dalam hitungan detik. Sehubungan dengan era global tersebut, mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan mengidentifikasi adanya 6 kelompok ancaman atau bahaya secara global (six clusters of threats) yang dihadapi oleh bangsa-bangsa di dunia saat ini, yaitu: 1) Ancaman sosial dan ekonomi, termasuk kemiskinan, penyakit menular dan kerusakan lingkungan; 2) Konflik antarnegara; 3) Konflik internal, termasuk perang saudara, genosida dan kekejaman berskala besar lainnya; 4) Senjata nuklir, radiologi, kimia dan biologi; 5) Terorisme; dan 6) Kejahatan lintas negara yang terorganisir.
21
Di sisi lain, pembangunan nasional negaranegara berkembang secara tajam dan komprehensif tergambar dalam The Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2005 yang oleh Kofi Annan disebut sebagai “An Unprecedented Promise by World Leaders to Address, As a single package, Peace Security, Development, Human Rights and Fundamental Freedom” dengan target waktu sampai dengan tahun 2015. MDGs berbeda dengan program-program lain yang semacam, karena karakternya yang “People-Centered, Time Bound and Measurable”; didasarkan atas “A Global Partnership”, yang menekankan pada tanggungjawab negara berkembang untuk mengurus rumah tangganya sendiri dan negara maju untuk membantu usahausaha yang dilakukan. MDGs melibatkan dukungan politik tingkat tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik di negara-negara maju maupun berkembang, Civil Society dan lembaga-lembaga pembangunan utama lainnya; serta prediksi bahwa hal tersebut bisa dicapai (Achievable). MDGs mencakup 8 langkah sebagai berikut : 1) Menanggulangi Kemiskinan; 2) Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua 3) Mendorong Kesetaraan Gender & Pemberdayaan Perempuan; 4) Menurunkan Angka Kematian Anak; 22
5) Meningkatkan Kesehatan Ibu; 6) Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan 7) Penyakit Lainnya; 8) Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup; 9) Membangun Kemitraan Global 10) Untuk Pembangunan. Sejalan dengan MDG’s tersebut, pembangunan nasional pada dasarnya merupakan usaha untuk membangun peradaban (Civilization Development) yang secara keseluruhan merupakan usaha untuk meningkatkan “Human & National Capabilities”, yang mencakup tidak hanya tinggi rendahnya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita tetapi secara komprehensif mencakup pula kualitas dan kuantitas penduduk; kemajuan sains dan teknologi; tingkat korupsi dan tingkat pengangguran; daya tarik bagi penanaman modal asing; kualitas infrastruktur; stabilitas ideologi dan politik; keamanan nasional; jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan; jumlah hutang nasional; dan kemampuan bangsa untuk mengembangkan keunggulan komparatif dan kompetitif di era globalisasi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi hanya merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan peradaban. Di samping permasalahan yang harus dihadapi, Indonesia masih memiliki permasalahan spesifik seperti kepeloporan di negara-negara
Asean, Non-Blok dan OKI; gerakan radikalis yang merupakan akar (root causes) terorisme; masyarakat yang masih terbebani usaha untuk menciptakan “Constructive Pluralism”; gerakan separatisme di Papua; Krisis ekonomi yang belum pulih; proses reformasi/demokratisasi yang belum selesai (Penegakan Indeks Demokrasi berupa: prinsip-prinsip konstitualisme, Good Governance, Freedom of The media, Independence of Judiciary, Civilian Control to the Millitary, Otonomi Daerah, Pemilu yang Free dan Fair, System Checks and Balances, Penghargaan Terhadap Kelompok Kepentingan, Public’s Rights to Know, Perlindungan Kelompok Minoritas, Hukum yang aspiratif, Promosi dan Perlindungan HAM); Belum lagi usaha untuk menegakkan kembali wibawa ideologi Pancasila sebagai “Margin of Appreciation” bangsa; Globalisasi, Liberalisasi Ekonomi dan Perubahan Sosial (Social Change) yang cepat, akibat kemajuan teknologi informatika, serta komunikasi dan transportasi yang merupakan tantangan tersendiri. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam salah satu orasi ilmiahnya (pada acara Reuni Akbar Alumni IKAL, Lemhannas RI) merumuskan tantangan bagi bangsa Indonesia saat ini dibagi dalam 9 kelompok yang meliputi : 1) Ideologi & kerangka bernegara 2) Politik & Demokrasi
23
24
3) Ekonomi & Keadilan Sosial 4) Hukum & Pemerintahan 5) Persatuan & Desentralisasi 6) Stabilitas & Keamanan Dalam Negeri 7) Pertahanan & Politik Luar Negeri 8) Budaya & Teknologi 9) Pembangunan Berkelanjutan.
V. KEPEMIMPINAN PERUBAHAN ERA PERUBAHAN
PADA
Pada era abad ke-21 atau yang dikenal era perubahan, yang ditandai dengan apa yang terkenal sebagai era global yang diwarnai adanya revolusi 3T (sebagai mana yang tersebut diatas) para pemimpin dihargai karena kemampuan mereka melakukan perampingan, efisiensi, dan memutarbalikkan organisasi yang telah tumbuh membengkakan dan berat. Kelak, mereka diharapkan akan menciptakan bentuk organisasi yang sama sekali berbeda yang memosisikan perubahan mereka untuk mengantisipasi perubahan dimasa yang akan datang. Karena tidak ada organisasi yang bisa menjadikan semua hal bagi semua orang, pemimpin akan selalu ditantang untuk menjalin aliansi dan kemitraan penting dengan pihak lain guna mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, peranan dari pemimpin sebagai arsitek sosial akan diperluas, dan keterampilan seperti negosiasi, penilaian teknologi dan perancangan budaya organisasi bisa tumbuh sesuai kepentingan yang bercita-cita tinggi. Era perubahan akan menciptakan kebutuhan bagi banyak pemimpin baru di masa yang akan datang. Pada akhirnya, para pemimpin yang paling sukses baru di menjadi 25
26
orang yang paling bisa : 1). Menentukan arah di masa penuh gejolak; 2). Mengatasi perubahan, sementara masih menyediakan pelayanan pelanggan dan kualitas yang luar biasa; 3). Menarik sumberdaya dan menjalin aliansi baru untuk menampung pengikut baru; 4). Memanfaatkan keragaman didalam skala global; 5). Menginspirasi rasa optimisme, antusiasime, dan komitmen diantara para pengikut mereka; dan 6). Menjadi “pemimpin dari pemimpin”, terutma berkaitan dengan para pekerja berpengetahuan.
VI. TANTANGAN BAGI PARA PEMIMPIN DI ERA PERUBAHAN Peter F. Drucker dalam bukunya Managing in a Time of Great Change (2001), menulis suatu pernyataan : Agar organisasi anda dapat mencapai standar yang tinggi, para anggotanya harus percaya bahwa apa yang sedang dilakukan organisasi, dalam anallisa terakhir, adalah suatu konstribusi bagi komunitas dan masyarakat dimana semua saling bergantung. Bagaimana suatu organisasi dan kepemimpinannya mampu menghadapi sui a dalam pusaran perubahan? Pertama-tama, terimalah kenyataan bahwa organisasi harus menghadapi perubahan. Kedua, para pemimpin harus menciptakan sikap menerima perubahan dan hanya ada satu cara untuk melakukannya yaitu Anda harus membangunpengabdian (carelessness) yang terorganisasikan dalam sistem Anda. Pergeseran Seisme Global Semari berusaha mencari pemahaman lebih dalam mengenai tantangan organisasi, Anda perlu memikirkan 7 (tujuh) pergeseran seismic yang menjadi ciri era baru, yaitu :
27
28
1. Globalisasi Pasae dan teknologi. Berbagai teknologi baru mengubah sebagaian besar pasar lokal, regional, dan nasional menjadi pasar-pasar global tanpa batas. Sebagai contoh, orang mengatakan bahwa revolusi informasi baru mulai berdampak, namun tidak ada yang memprediksi kekuatan terbesar bagi perubahan di era informasi yaitu e-commerce. E-commerce akan membuat perusahaan mutinasional yang kita kenal sekarang menjadi using. 2. Munculnya Komunikasi Universal. Aluransaluran komunikasi yang sempit, tidak dapat ditingkatkan kapasitasnya, dan tertutup, yang sempit, tidak dapat ditingkatkan kapasitasnya dan tertutup yang selama ini dipergunakan untuk menghubungkan orang atau perusahaan menjadi satu, dalam waktu amat singkat menjadi using. Oleh karena itu, struktur bisnis yang membentuk atau mengeksploitasi saluran-saluran itu menjadi using. Secara singkat, perekat yang secara tradisional telah mengikuti semua aktivitas ekonomi secara tepat mencair terkena panasnya komunikasi universal.
3. Demokratisasi Informasi/Harapan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, suara murni dari semangat manusia berdentang keluar lewat berjuta-juta pembicaraan yang tidak disensor, diedit, atau dihalangi oleh batasbatas wilayah. Informasi yang datang seketika (real time) mendorong harapan dan kemauan sosial, yang pada akhirnya mendorong kemauan politik yang mempengaruhi setiap orang. 4. Peningkatan Kompetisi secara Eksponensial. Teknologi internet dan satelit membuat siapapun yang terhubung dengannya menjadi calon kompetitir. Setiap organisasi harus secara terus menerus mengembangkan caracara baru untuk berkompetisi melawannya dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah, biaya material yang lebih rendah, inovasi yang lebih cepat, efisien yang lebih besar dan kualitas yang lebih tinggi. Kekuatan dari usaha bebas dan persaingan akan menaikkan kualitas, menurunkan biaya-biaya, dan mendorong peningkatan kecepatan maupun fleksibilitas untuk melakukan pekerjaan yang dimita oleh pelanggan. Tak seorangpun bisa bertahan hanya dengan sekedar
29
30
menyejajarkan diri dengan pesaing atau bahkan dengan mereka yang dianggap unggul, melainkan kita harus menyejajarkan diri dengan mereka yang termasuk “kelas dunia”. 5. Pergeseran Penciptaan Kekayaan dari Modal Keuangan ke Modal Intelektual dan Sosial. Penciptaan kekayaan telah beralih dari uang ke orang-orang modal keuangan ke modal manusia (baik intelektual maupun sosial), yang meliputi semua dimensi. Lebih dari 2/3 nilai tambah yang diberikan oleh produkproduk dewasa ini datang dari “kerja pengetahuan” (knowledge work, suatu kerja yang amat mengandalkan muatan pengetahuan) dibandingkan hanya 1/3 pada era dua puluh tahun yang lalu. 6. Tenaga Kerja Bebas (Free Agency). Orang menjadi semakin banyak memiliki informasi, semakin sadar dan mengerti akan berbagai pilihan atau alternative dari pada dimasamasa sebelumnya. Pasar tenaga kerja berubah menjadi sebuah pasar tenaga kerja bebas dan orang-orangsemakin menyadari mengenai pilihan-pilihan yang tersedia. Para pekerja pengetahuan akan menolak upaya-upaya
manajemen untuk mengelompokkan mereka dalam lebel-lebel tertentu, dan mereka memiliki kekuatan semakin besar untuk meberi merek/label pada diri mereka sendiri. 7. Perubahan Terus Menerus. Kita sekarang hidup di dalam sebuah lingkungan yang terus berubah tanpa henti. Di dalam gejolak yang perubahan yang terus berlangsung itu, setiap orang harus memilliki pedoman dalam dirinya untuk memadu kepeutusan-keputusan mereka. Mereka harus secara mandiri memahami tujuan dan prinsip-prinsip utama organisasi. Jika Anda mencoba untuk mengatur mereka, mereka tidak akan mendengarkan Anda. Mereka terlalu sibuk dengan segala kebisingan, ketergesa-gesaan, dan krisis dalam menghadapi tantangan yang senantiasa berubah.
31
32
Memimpin Era Transisi Perubahan bukan hal yang baru bagi pemimpin, juga bukan yang utama bagi mereka. Saat ini kita sudah mengerti bahwa organisasi tidak dapat terus menerus dikelola dengan mengulangi praktik-praktik dimasa lalu untuk mencapai keberhasilan. Kondisi bisnis berubah-
rubah dan asumsi serta praktik-praktik masa lalu tidak lagi berhasil, harus ada inovasi, dan inovasi berarti perubahan. Namun banyak kegiatan dan usaha yang bertujuan untuk membantu “mengelola perubahan” sering kali tidaklah cukup. Sarana tersebut cenderung mengabaikandinamika individu dan transisi organisasi yang dapat menentukan hasil hasil dari semua upaya perubahan. Akibatnya sarana semacam itu gagal memenuhi kebutuhan para pemimpin untuk melatih orang lain melewati proses transisi, juga gagal mengikuti fakta bahwa para pemimpin sendirinya biasanya memerlukan pelatihan sebelum mereka dapat melatih orang lain dengan efektif. Ini terjadi karena transisi muncul dalam setiap upaya pada saat perubahan. Transisi adalah keadaan dimana perubahan menempatkan manusia ke dalam perubahan. Perubahan bersifat eksternal (kebijakan, praktik, atau struktur berbeda yang ingin diwujudkan pemimpin), sedangkan transisi bersifat internal (suatu reorientasi psikologi yang harus dilalui orang sebelum perubahan dapat berhasil). Masalahnya, sebagaian besar pemimpin membayangkan bahwa transisi terjadi secara otomatis-atau transisi terjadi karena terjadi perubahan. Kenyataannya tifak demikian. Adanya computer disetiap meja bukan berarti
semua database pelanggan yang baru diakses satu persatu akan memtransformasi operasi secara otomatis seperti yang dijanjikan konsultan. Bahkan ketika suatu perubahan menunjukkan tanda-tanda akan berhasil, masih ada masalah timing, sebab transisi terjadi jauh lebih lambat dibandingkan perubahan. Oleh karena itu, jadwal yang ambisius yang situnjukkan kepada dewan direksi menjadi terlalu optimis : jadwal itu didasarkan pada upaya untuk membuat perubahan tercapai, bukan membuat orang-orang untuk melalui transisi. Transisi terjadi lebih lambat dari perubahan dan mencakup tiga proses yaitu: 1. Meninggalkan cara lama yang membuat orang sukses di masa lampau dan merupakan bagian dari identitas kerja mereka. 2. Berubah menjadi netral, mengatasi ketidakpuasan, dan mengerjakan apa yang dimita. 3. Bergerak maju dengan berperilaku dengan cara baru. Mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkan cara lama. Syarat pertama adalah meninggalkan cara-cara kerja yang lama dan yang lebih buruk, cara lama mereka sendiri. Dalam permainan base ball. “Anda tidak dapat mencuri base kedua jika kaki anda masih base pertama”. Anda harus meninggalkan tempat
33
34
anda berada sekarang!. Banyak orang menghabiskan seluruh hidup mereka dengan tepat berdiri di base pertama. Bukan saja kegemaran pribadi yang anda minta agar mereka lepaskan, tetapi mereka harus melepaskan juga cara-cara menangani atau menyelesaikan tugas yang membuat mereka sukses dimasa lampau. Diatas kertas mungkin hal ini merupakan perubahan yang masuk akal menuju tim yang dapat mengantar dirinya sendiri, tetapi ternyata orang-orang dituntut agar tidak lagi tergantung pada supervisor mereka untuk membuat semua keputusan (dan pasti disalahkan kalau terjadi kesalahan). Atau ini kelihatannya seperti upaya sederhana untuk menggabungkan dua kelompok kerja, tetapi dalam praktiknya berarti orangorang tidak lagi bekerja sama dengan temanteman mereka atau melapor kepada orang yang prioritasnya sudah mereka pahami (boss). Berubah menjadi netral. Meskipun orangorang telah meninggalkan cara-cara mereka yang lama, mereka merasa tidak mampu memulai yang baru. Mereka memasuki tahap kesulitan kedua dari transisi yaitu zona netral di mana dalam keadaan antara ini penuh dengan ketidakpastian dan kebingungan yang sangat menguras energy. Zona netral sangat sulit selama merger atau akuisisi, ketika karier dan
keputusan mengenai kebijaksanaan serta aturan permainan yang sebenarnya menjadi terlantar, sementara dua kelompok kepemimpinan menyelesaikan persoalan kekuasaan dan pengambilan keputusan. Zona netral tidak nyaman, jadi orang ingin keluar dari situ. Ada sebagian orang ingin maju dengan tergesa-gesa ke dalam situasi baru atau transisi apapun, sedangkan yang lain berusaha bernalik dan mundur ke masa lalu. Bagaimanapun juga, transisi yang sukses mengharuskan suatu organisasi dan orangorangnya menghabiskan beberapa waktu di zona netral. Waktu di zona netral ini tidak issia, sebab di situlah kreativitas dan energy transisi ditemukan dan transformasi sesungguhnya ditemukan. Perubahan dapat maju kea rah sesuatu yang dekat dengan jadwalnya sendiri, sementara transisi mengikuti, namun perlu diingat bahwa jika transisi tidak ditangani, perubahan dapat gagal. Dalam ini orang-orang tidak dapat melakukan sesuatu yang baru yang diperlukan oleh situasi baru, sampai mereka menghadapi apa yang di minta. Bergerak maju dan berperilaku baru. Beberapa orang gagal melalui transisi karena tidak meninggalkan cara-cara lama dan mengakhirinya ; yang lain gagal karena ketakutan dan bingung dengan zona netral, dan
35
36
tidak dapat bertahan cukup lama untuk mengatasinya. Sebagaian lagi berhasil melalui dua fase pertama transisi (mengucapkan selamat tinggal dan berubah menjadi netral), namun terhenti ketika mereka menghadapi fase ketiga (bergerak maju) sebagai permulaan yang baru. Sebab fase ketiga ini mengharuskan orang untuk mulai berperilaku dengan cara baru, dengan mempertaruhkan perasaan bahwa mereka mampu dan dihargai. Dalam organisasi yang mempunyai sejarah menghukum kesalahan, orang-orang akan menjauhkan diri selama fase terakhir transisi ini. Sambil menunggu untuk melihat bagaimana orang lain akan menangani permulaan yang baru itu.
transisi yang sulit.
Sekali Anda memahami, Anda akan melihatnya dimana-mana. Anda menyadari bahwa banyak persoalan yang biasanya dianggap sebagai tantangan perkembangan kepemimpinan, pembelajaran, ataupun organisasi yang sebenarnya adalah bagian yang tak terelakkan dari transisi. Sesungguhnya, dalam organisasi masa kini, tidak ada pemimpin efektif dapat bertahan dalam waktu lama tanpa mengalami dan atau sukses dalam mengelola
Program pengembangan kepemimpinan terbaik yang secara implisit mampu mengatasi tantangan perubahan, program-programnya harus bersifat eksperimental, yang disesuaikan dengan kebutuhan si pemimpin, selain berdasarkan kenyataan, juga diperkuat oleh perhatian eksplisit terhadap meanajemen transisi. Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya bahwa hubungan antara penasehat dan pemimpin tidak terlalu berbeda dengan hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpinya, mengingat kepemimpinan yang cocok untuk organisasi modern dan bergerak cepat dimana pekerjaan didasarkan pada tugas dan misi, bukan pada deskripsi tugas dan didistribusikan diantara para kontribusi didalam dan diluar organisasi telah mempunyai arti baru. Jenis kepemimpinan yang paling efektif saat ini adalah wujud bantuan kolaboratif yang bersifat pemecahan masalah dan pengembangan dengan target berupa situasi sekaligus kemampuan professional seseorang. Pemimpin masa kini dan yang paling baik adalah belajar tentang peran melalui pelatihan. Pengambilan keputusan pada hakikatnya merupakan proses dimana seseorang harus memilih antara berbagai macam tindakan
37
38
Model Baru Kepemimpinan Perubahan
alternative. Tindakan memilih alternative tersebut berkaitan erat dengan tingkat berpikir rasional dari orang yang mengambil keputusan bersangkutan. Cukup banyak Prajudi Atmosudirdjo, keputusan adalah pengakhiran dari proses pemikiran tentang apa yang dianggap sebagai masalah, dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu alternative pemecahannya. Herbert A Simon menyatakan bahwa pengambilan keputusan identic dengan manajemen, sedangkan menurut Sondang P Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi, menyangkut pengetahuan tentang hakikat dari masalah, bagaimana data dan fakta yang dikumpulkan relevan dengan masalah yang dihadapi, bagaimana data dan fakta dianalisa untuk menentukan alternative yang paling rasional dengan memperoleh tingkat risiko yang paling kecil sebagai konsekuensi dari keputusan yang diambil.
3.
4. 5.
6.
dilakukan begitu saja tanpa melalui pendekatan sistematis dan dilihat dari sesuatu yang kontekstual; Keputusan yang diambil adalah keputusan yang dipilh dari berbagai alternative yang telah dikaji dan dirumuskan secara matang; Hakikat masalah yang dipecahkan harus diketahui secara jelas; Setiap keputusan yang diambil mempunyai tingkat risiko sebagai konsekuensi dari keputusan, dan Keputusan yang diambil tidak hanya didasarkan pada institusi, tetapi harus juga pada fakta dan data yang ada serta diolah secara sistematis dan terpercaya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa : 1. Dalam proses pengambilan keputusan tindak ada hal-hal yang terjadi secara kebetulan; 2. Pengambilan keputusan tidak boleh
Untuk menghindari berbagai masalah yang mungkin timbul, pengambilan keputusan harus didasarkan pada enam hal tersebut. Sebab, jika tidak acap kali menimbulkan masalahmasalah lain, seperti : 1. Tidak adanya ketetapan dari keputusan yang diambil karena didasarkan pada data dan fakta yang tidak akurat, tidak dipercaya, tidak up to date, dan tidak relevan. 2. Keputusan yang dipilih tidak realistis atau tidak dapat dilaksanakan karena tidak sesuai dengan kapasitas organisasi, termasuk ketidakmampuan aparat pelaksana.
39
40
3. Tidak jarang keputusan itu mendapat penolakan karena faktor lingkungan tidak sesuai atau tidak dipersiapkan sebelumnya untuk menerima dan melaksanakan keputusan yang ditetapkan. Tindakan Para Pemimpin Perubahan Peter F. Drucker dalam bukunya On Leading Change, 2001 mengidentifikasi beberapa implikasi tentang apa yang dibutuhkan para pemimpin agar efektif di abad ke-21 Pertama, semua organisasi harus belajar menerima perubahan, bahkan dianjurkan agar semua organisasi menjadi “pemimpin perubahan”, atau mereka akan mengalami nasib buruk dimasa depan apabila hanya dengan bereaksi. Kedua, karena era perubahan itu berlanjut, kemungkinan akan banyak perkembangan yang mengejutkan-misalnya, muncul industry-industri dimana teknologi informasi memainkan peranan yang penting tetapi kecil. Ketiga, para pemimpin harus belajar menciptakan sikap menerima perubahan dengan pempraktisi prinsip penghentian (abandoment), melepaskan diri dari praktikpraktik lama, sebelum semuanya menjadi tidak valid lagi secara ekonomi.
41
Identifikasi lainnya berupa beberapa prinsip yang akan menjadi pertimbangan penting yaitu melemahkan cengkeraman pemecahan masalah yang obsesif supaya dapat menciptakan, mellihat perubahan sebagai peluang bukan ancaman, dan memahami bahwa perubahan bergantung pada sedikit orang yang bersemangat untuk menciptakan sesuatu yang baru bukan pada mayoritas orang. Kita juga diingatkan tentang konsekwensi pada eksekutif yang tidak “memperhatikan hal-hal yang tak terduga” dan waktu untuk inovasi dan membangun kinerja. Memecahkan Masalah Bukan Menciptakan Kehidupan organisasi dibentuk oleh dua orientsi yang saling berbeda : menciptakan versus memecahkan masalah. Bagi kebanyakan orang, memecahkan masalah adalah yang dominan. Sebenarnya seluruh system pendidikan didasarkan hal tersebut. Sebagaian besar pekerjaan sebagai manajer adalah memecahkan masalah dan teridentifikasi sebagai pemecah madalah (problem solver). Dan organisasi yang terutama mendifinisikan kesuksesan dari pemecah masalah sebagai juga yang menciptakan harapan dan kemampuan tertentu. Ini adalah sudut pandang yang wajar 42
jika kita melihat dunia di sekeliling kita terbuat dari mesin : mesin rusak = harus diperbaiki. Jika kita hanya berfokus pada masalah, kita tidak akan punya waktu untuk melihat kemungkinan. Ada perbedaaan mendasar antara memecahkan masalah-membuat masalah pergidengan menciptakan atau mewujudkan sesuatu yang baru. Sebagai pelaku-pelaku era masa lalu, kita cenderung melihat kehidupan kerja sebagai serangkaian hal yang harus diperbaiki, namun sebagian besar dari kita mellihat keterbatasan pendekatan ini dalam kehidupan pribadi. Ketika orang diminta untuk mengidentifikasi hal terpenting bagi mereka, jawaban yang muncul biasanya adalah masalah keluarga, anak-anak, atau peran sebagai orang tua. Orang tua secara naluri tahu bahwa mereka berpartisipasi dalam sebuah proses membawa sesuatu ke dalam realitas. Tentu saja kegiatan mengasuh anak sehari-hari sering terasa seperti seperangkat masalah. Namun kita tentu memahami bahwa itu adalah menciptakan, membantu anak bertumbuh, bukan hanya memecahkan masalah yang membuat kegiatan mengasuh anak begitu bermakna. Makna bagi kehidupan kerja kita adalah menciptakan sesuatu yang baru bukan hanya mengelola masalah sehari-hari. Hal tersebut mengingatkan kita untuk berfokus pada apa yang paling penting, yaitu membangun daya
tahan, bukan “mengatasi” semua gejala yang timbul. Menumbuhkan system yang sehat sambil menolak untuk menghilangkan semua gangguan, berarti kita sedang menciptakan.
43
44
Pemimpin yang Efektif Terbuka terhadap Kejutan Setiap organisasi harus memiliki pendekatan yang sistematis untuk mengamati masa depan. Pada saat yang sama, para pemimpinya harus mencari keberhasilan pada saat ini yang tidak terduga, dan biasanya hal itu adalah cara terbaik untuk melihat peluangpeluang baru. Peter Drucker, meng istilahkannya sebagai tangan kanan berisi pemikiran yang disiplin dan tangan kiri keterbukaan terhadap kejutan (shock), yang selalu siap menerima apa pun yang datang dari atas, namun hanya sedikit organisasi yang memiliki eksekutif senior yang menekuni halhal tak terduga. Kondisi ini tidak mereka yang hebat dalam pemecahan masalah atau orangorang yang menghargai hal-hal yang dapat diperkirakan atau dapat dikendalikan. Keadaan seperti ini menempatkan isu praktis tentang bagaimana kita mengidentifikasi dan mengembangkan orang-orang untuk menduduki posisi kepemimpinan. Faktanya
adalah, sebagian besar organisasi dan sebagian besar orang-orang tidak siap menerima keadaan yang tak terduga. Bahkan sebagian besar orang akan setuju bahwa bagi para eksekutif senior adalah penting untuk secara terus menerus memantau lingkungan atau mengidentifikasi tren yang muncul, namun tentunya sukar sekali bagi kita untuk melakukannya. Oleh karena itu masalah keragaman (diversity) menjadi isu kepemimpinan yang utama, termasuk hal-hal perbedaan etnis, ras, dan agama atau gender, meskipun keragaman mencakup hal-hal tersebut. Organisasi masa depan yang ingin sukses akan secara sadar berusaha mengembangkan keragaman pemikiran. Organisasi dan komunitas memerlukan banyak pengamatan, oleh karena itu hanya dengan bekerja sama dengan orangorang yang melihat hal-hal secara berbedalah kita kan dapat benar-benar terbuka terhdap kejutan. Perubahan Berawal dari Sedikit Orang yang Bersemangat Para pemimpin (dan pengajar) menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memperbaiki kelemahan dan terlalu sedikit yang membangun kekuatan. Untuk membangun strategi bagi perubahan, perlu dilihat dimana
kepemimpinan alami siap muncul dalam organisasi. Orang-orang mengikuti pemimpin mereka sendiri berdasarkan keunggulan kinerja mereka, kejelasan visi, atau kualitas hati mereka itulah satu-satunya penawar racun dalam mengandalkan seseorang untuk mengerahkan yang lain dan berharap orang tersebut terbuka terhadap hal-hal yang tidak terduga. Mencari pemimpin alami dan melihat “ke mana energy ingin pergi” kedengarannya lembut dan tak berdaya, namun ini adalah salah satu tantangan tersulit bagi kepemimpinan. Ini berarti menempatkan diri kita untuk mengembangkan kepemimpinan di seluruh organisasi, membangun suatu budaya kinerja, dan menciptakan suatu lingkungan dimana orangorang melihat bahwa misi mereka sangat penting. Namun prinsip ini sepertinya berlawanan dengan pemikiran di era masa lalu. Kelihatannya jauh lebih “alami” bagi para pemimpin untuk berpikir menurut program perubahan dan menjalankannya. Perubahan mendasar yang diperlukan bila kita ingin mengikuti prinsip-prinsip dasar adalah menganggap organisasi sebgai organisasi yang hidup. Kita menghaddapi masalah kekuatan yang besar dalam perubahan. Di era masa lalu kita telah menciptakan system ekonomi yang
45
46
paling boros dalam sejarah manusia yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi pada kekayaan dan pendapatan. Era sekarang ke depan memerlukan kepedulian terhadap masalah-masalah keadilan, sosial, dan lingkungan. Menghadapi era masa depan, kita akan dihadapkan pada dua hal yang penting, yaitu demografi dan revolusi informasi. Implementasinya dimulai dengan berpikir sedikit mendalam tentang transisi ekonomi dan sosial yang menciptakan konteks untuk kepemimpinan masa kini. Industri-industri yang muncul dalam ekonomi masa depan, akan sedikit berkait dengan pendapatan kita saat ini tentang teknologi informasi, karena industryindustri itu akan lebih banyak berkaitan dengan ilmu-ilmu tentang kehidupan. Bukan teknologi yang membuat era baru dalam dalam sejarah, melainkan pola pikir yang baru. Apakah suatu teknologi mengubah dunia, hal itu akan tergantung pada cara kita untuk memikirkan dan menggunakan dunia, hal itu akan tergantung pada cara kita untuk memikirkan dan menggunakan tekonologi tersebut. Secara teknologi, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah memberi kemungkinan, dan ini akan ditentukan oleh kita sendiri, oleh nilai-nilai kita, komitmen kita, gairah dan pada akhirnya ketekunan dan kesabaran kita.
VII. INDEKS KEPEMIMPINAN NASIONAL INDONESIA (IKNI)
47
48
Dalam menghadapi Pemilu 2009, baik Pemilu Legislatif tanggal 9 April 2009 dan Pemilu Presiden dan wakil Presiden tanggal 8 Juli 2009, serta Pemilu 2014, baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden dan Wapres, Lemhannas RI telah merumuskan Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia (IKNI) atau Indonesia Nastional Leadership Indexs (INLI) yang mengandung 4 kategori Cita Susila dan Akuntabilitas, yaitu; 1) Indeks Moralitas dan Akuntabilitas Individual; 2) Indeks Moralitas dan Akuntabilitas Individual Sosial; 3) Indeks Moralitas dan Akuntabilitas Institusional; 4) Indeks Moralitas dan Akuntabilitas Global. Dengan harapan semoga bangsa ini segera mendapatkan calon-calon pemimpin nasional yang tidak saja pemimpin yang kuat (Strong Leader) sebagai perpaduan karakter manager pemimpin (leader) dan negarawan (statesman) dengan standar internasional tetap juga merupakan personal “good leader” yang berwawasan kebangsaan.
Pilpres 2009, telah berakhir dengan aman, lancar dan sukses meskipun ada beberapa catatan, yang telah menghasilkan pasangan SBY-Boediono dengan perolehan suara 73.874.562 suara setara dengan 60,80% yang telah mendapat kepercayaan dan mandat rakyat sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2009-2014. Kriteria atau jabaran IKNI adalah sebagai berikut: a. Indeks Moralitas dan Akuntabilitas Individual; 1) Sehat jasmani dan rohani; 2) Memiliki etika dan nilai-nilai personal yang jelas; 3) Memiliki nilai kejujuran dan integritas yang tinggi; 4) Kredibel, kapabel pemberani serta berwawasan IPTEK dan IMTAQ; 5) Memiliki tingkat kecerdasan yang memadai dan pendidikan yang cukup; 6) Mampun menyampaikan pemikiranpemikiran yang jernih dengan orang lain; 7) Penampilan dalam kampanye dan pidato yang menyakinkan; 8) Dapat memadukan secara serasi Hard and Soft Power; 9) Memiliki keluarga yang harmonis.
49
10) Selalu bersikap merendahkan diri (low profile). b. Indeks Moralitas dan Akuntabilitas Sosial; 1) Mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungan sekitarnya; 2) Dapat membangun simpati dan dapat diterima oleh masyarakat; 3) Selalu bertanggungjawab dan dapat dipercaya; 4) Disukai, professional dan dapat membawa harapan baru; 5) Dapat menghormati dan menghargai pemikiran orang lain; 6) Dapat berkomunikasi dengan baik; 7) Mampu menumbuhkan optimis masyarakat, membangun kerjasama dan berkomunikasi dengan siapa-siapa; 8) Memilih semangat untuk menciptakan kader dan kehadirannya selalu lebih bersifat fungsional; 9) Mampu menggali karakter kepemimpinan yang bersumber dari nilai-nilai agama dan budaya bangsa Indonesia; 10) Kedudukan dalam survei akseptabilitas; 11) Tingkat dukungan lintas partai / golongan. 50
c. Indeks Moralitas dan Akuntabilitas Institusional: 1) Selalu sadar bahwa ruang gerak PIMNAS dibatasi oleh Konstitusi dan Perundangundangan dalam kehidupan Negara; 2) Bersifat transparan akuntabel dan responsif; 3) Setia pada Ideologi Pancasila dan Konstitusi UUD 1945; 4) Konsisten terhadap CITINAS DAN TUNAS yang berwawsan sadar terhadap konsep TANNAS yang sistemik dan komprehensif integral. 5) Mentaati segala konsensus dasar bangsa; 6) Selalu peduli dan menghormati nilai-nilai demokrasi; 7) Tidak berpikir dan bertindak feodalistik; 8) Selalu sadar terhadap dinamika politik bangsa dan menjunjung tinggi supremasi hukum dan HAM kesetaraan gender; 9) Visioner dengan konsep dan pemikiran baru; 10) Mampu meningkatkan kinerja dalam kondisi krisis dan kritis dengan keputusan yang tegas, tepat dan disiplin. 11) Rekam jejak pada jabatan politik sebelumnya; 12) Mampu mengembangkan keunggulan pribadi untuk berpikir outside the box; 51
13) Mampu berpikir transfornasional dengan visi yang jelas; 14) Mampu memberikan inspirasi, stimulasi dan selalu membangun serta mengarahkan sub sistem kepentingan yang dibentuknya. d. Indeks Moralitas dan Akuntabilitas Global; 1) Memiliki wawasan regional dan global (think globally act locally globalization) dengan semangat membangun kepemimpinan bersama (sharing/Leardership ). 2) Selalu menjaga semangat kemitraan dengan menghormati keragaman budaya (cultural diversity). 3) Wawasan (perception/insight) dalam politik luar negeri yang bebas aktif dan disertai karakter negarawan yang karya dan kepribadiannya dihormati Negara lain; 4) Memiliki kesadaran terhadap bahaya keamanan yang komprehensif; 5) Selalu peduli untuk mengembangkan keunggulan IPTEK.
52
Pada akhirnya, menurut pendapat penulis, perjalanan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur, adalah sebuah perjuangan yang menuntut keseriusan semua pemimpin dan jajarannya untuk bekerja keras menangani berbagai permasalahan bangsa dan tantangan global yang sedemikian rumit. Kondisi Bangsa kita saat ini sedang menghadapi ujian yang sangat dahsyat, bukan karena hanya krisis multidimensional yang belum juga terselesaikan, tetapi menyangkut pula hilangnya ketauladanan, sifat panutan dari para pemimpinnya. Banyak kita saksikan para pemimpin bangsa ini tidak satu hati dengan perkataannya, juga tidak satu kata dengan perbuatannya. Bangsa ini sesungguhnya telah kehilangan tauladan dari sang pemimpinnya. Kapan lahirnya generasi tauladan? Hadist Nabi Muhammad SAW: Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian dari keluargamu” Wawasan ini dikenal dengan wawasan IBDA BINAFSIK yaitu mulailah atau ajaklah dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum mengajak orang lain atau didiklah dirimu sendiri sebelum mendidik orang lain. Generasi Tauladan adalah generasi yang tidak hanya memiliki komitmen terhadap moral dan etika serta kompetensi, tetapi juga memiliki karakter.
Generasi Tauladan adalah mereka yang mempunyai komitmen keber-IMAN-an dan mempunyai tekad untuk mencerdaskan dirinya. “Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu” demikianlah janji Allah kepada Generasi Tauladan. Proses perubahan dapat dilakukan mulai dari tahapan peningkatan kualitas dan peran para pimpinan dalam mengemban tugas pokok dan fungsinya masing-masing secara profesional mewujudkan kondisi kepemerintahan yang baik (Good Governance) menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Clean Government). Kondisi kepemerintahan dengan kualitas aparatur yang baik dapat dicapai jika upaya pemberdayaan segenap aparatur pemerintah diimbangi dengan upaya aktualisasi nilai-nilai kepemimpinan, keteladanan, integritas moral dan etika segenap pimpinan baik dari tingkat bawah sampai pada tingkat pimpinan puncak nasional. Sosok pemimpin tauladan adalah sosok pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin serta memiliki daya kenegarawanan dan ketauladanan. Tipe pemimpin tauladan yang demikian, adalah pemimpin yang memenuhi 4 pilar suri tauladan para Nabi dan Rosul yaitu: 1) Siddik, yaitu jujur, benar berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan.
53
54
PENUTUP
2) Amanah, yaitu dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel. 3) Tabligh, yaitu senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan yang wajib disampaikan. 4) Fathonah, yaitu cerdas, memiliki intelektualitas yang tinggi dan profesional. Pendapat diatas senada dengan yang diungkapkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X yang menyatakan bahwa syarat mutlak bagi kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa, yang mampu mengantarkan bangsa ini menuju pemulihan kehidupan bangsa yang lebih bermutu adalah mengimplementasikan tri logi kepemimpinan yang terdiri dari : ketauladanan, kemauan (political will) dan kompetensi. Dan rasanya penting untuk diingat sesanti dari Sri Sultan Hamengku Buwono X: “Setiap kita sesungguhnya memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Kekuatan terdahsyat seorang pemimpin adalah keteladan dan kejujurannya (siddiq)” Marilah kita semua, sesuai dengan jenjang dan proporsinya untuk selalu mempunyai etos kerja 7AS yaitu kerja keras, kerja cerdas, kerja berkualitas, kerja dengan loyalitas, kerja ikhlas, kerja tuntas, dan kerja penuh dengan integritas yang berpedoman pada 3 TIF yaitu: Positif, Kontributif dan Produktif. 55
DAFTAR PUSTAKA Abidi & Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Yayasan Pancur Siwah. Jakarta. Adam Ibrahim Indrawijaya & Wahyu Suprapti. 2001. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Lembaga Administrasi Negara RI Jakarta. Alec Mackenzie. .1997. The Time Trap. Amacom. New York. A. Hoogerwerf. 1983. Ilmu Pemerintahan. Erlangga Jakarta. Aidh Al-Qarni. 2005. Lã Tahzan (Jangan Bersedih!). Qisthi Press. Jakarta. Ahmad Naim Jaafar. 2006. (edisi kemas kini). Membina Karisma. PTS Profesional Publishing Sdn. Bhd. Selangor Malaysia. Ambar Teguh Sulistiyani. 2004. Memahami Good Governance Dalam Perspektif SDM. Gava Media. Yogyakarta. Andrias Harefa. 2005. Menjadi Manusia Pembelajar (On Becoming A Learner). Kompas Jakarta. Assodourian, Erik. 2003. State of the World, Redefining Global Security. Norton & Company New York. Asmal, Keder and Nelson Mandela. 2003. In His Own Words. ABACUS. Bass, Bernard. 2006. Transformational Leadership. Aditya Birla Management. Corporation. Ltd.
56
Baldoni. 2003. Great Motivation Secrets of Great Leaders. McGraw Hill. Bhre Tandes. 2007. 18 Rahasia Sukses Pemimpin Besar Nusantara Gajah Mada (CEO Agung Majapahit). PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Bernardine R. Wirjana, M.S.W. & Susilo Supardo. 2002. Kepemimpinan. (Dasar-dasar dan Pengembangannya). ANDI Yogyakarta. Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Jakarta. Charles O. Jones. 1994. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy). PT. RajaGrafindo Persada Jakarta. Cohen, William A. 2004. The Art of the Strategist, 10 Essential Principles for Leading Your Company to Victory. Library of Congress. Covey SR. 1992. "Principle Centered Leadership". A Fire Side Book. Simon end Schuster New York. Dale Carnegie & Associates, Inc. 1996. Pemimpin Dalam Diri Anda. Mitra Utama Jakarta. Danah Zohar & Ian Marshall. 2005. Spiritual Capital (SC). Mizan Media Utama (MMU) Bandung. David Osborne and Ted Gacbler. 1992. Reinventing Government. Dedi Ahmad Fauzi. 2007. Kepemimpinan Efektif (Sebuah Inspirasi Pemikiran Untuk
Kesuksesan Menjadi Seorang Pemimpin). Restu Agung Jakarta. Djuyoto Suntani. 2007. Tahun 2015 Indonesia ”Pecah”, Putaka Perdamaian-Indonesia Jakarta. Dwiyanto, Agus, dkk. 2003. Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Djujuk Juyoto, Yulia Himawati (ed). 1993. Pemimpin Masa Depan. PT. Bina Rena Pariwara Jakarta. Drucker, Peter F. 1995. Innovation and Entrepreneurship. Harper Business New York. Dwiyanto, Agus, dkk. 2003. Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Essex, H. Kusy, M. 1999. "Fast Forward Leadership". Financial Times. Prentice Hall London. Farid Poniman, Indra Nugroho, Jamil Azzaini. 2005. Kubik Leadership. Hikmah (PT. Mizan Publika) Jakarta. Frances Hesselbern, Marshall Gold Smith, Richard Beckhard (ed). 1997. The Leader Of The Future. Pemimpin Masa Depan. Alih bahasa:
57
58
Bob Widyahartono. PT. Elex Media Komputindo Jakarta. Fulan, Michael. 2004. Leading in a Culture of Change. Josse, Bass, A Wiley Imprint, www.josseybass.com. Garna, K. Judistira. 2000. Penelitian Dalam Ilmu Pemerintahan. Primaco Akademika Bandung. ______. 1999. Ilmu-Ilmu Sosial (Dasar-KonsepPosisi). CV. Primaco AkademikaBandung. ______. 1999. Ilmu-Ilmu Sosial. CV. Primaco Akademika Bandung. Gering Supriyadi. 2001. Etika Birokrasi. LAN RI Jakarta. Gibson, James L., John M. Ivancevich and James H. Donnely. 1996. Organisasi (Perilaku, Struktur, Proses). Jilid I. Edisi Kedelapan.Binarupa Aksara Jakarta. Grimes, A. J. 1978. Authority power and social control: a theoretical synthesis. Academy of Management Review. Vol. 3, p. 724-737. Goldsmith, Marshall. 2002. Global Leadership. The Next Generation. FT Prentice Hall. Financial Times. Gosling, Mike & Gosling, Karen. 2004. Emotional Leadership. Gosling International Pte. Ltd. H. Nainggolan. 1985. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil. PT. Pertja Jakarta.
H.A.R.Tilaar. 1997. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi. Grasindo Jakarta. Hadari Nawawi, H. dan M. Martini Hadari. 1995. Kepemimpinan Yang Efektif. Cet. Ke-II. UGM. Yogyakarta. ______. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. UGM Pres Yogyakarta. Hamengku Buwono X. 2004. Sosok Pemimpin Nasional Yang Visioner, Konsisten, Tegas dan Tidak Ambivalen. (Konvensi Nasional II Tahun 2004 IKAL), Yogyakarta. Hans Antlov end Sven Cederroth. 2001. Kepemimpinan Jawa. (Perintah Halus, Pemerintahan Otoriter) Yayasan Obor Indonesia Jakarta. Herman Musakabe. 2004. Mencari Kepemimpinan Sejati di Tengah Krisis dan Reformasi. Citra Insan Pembaru Jakarta. Hofstede,G. 1990. Cultures and Organizations: Intercultural Cooperation end Its Importance for Survival. Harper Collins Publisher London. Inu Kencana, Syafiie, H. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. PT. Refika Aditama Bandung. Irawan, Prasetya. 2002. Logika dan Prosedur Penelitian. STIA-LAN Press Jakarta.
59
60
J.
Winardi. 2005. Manajemen Perubahan (Management of Change). Prenada Media Jakarta. ______. 2004. Motivasi & Pemotivasian Dalam Manajemen. PT. RajaGrafindo Persada Jakarta. Jalaludin Rakhmat. 2006. Belajar Cerdas (Belajar Berbasiskan Otak). Mizan Learning Center (MLC) Bandung. James M. Kouzes & Barry Z. Posner. 2006. 5 Teladan Kepemimpinan. PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia Jakarta. John Adair. 2007. Cara Menumbuhkan Pemimpin (7 prinsip kunci) Pengembangan Kepemimpinan Yang Efektif. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. John C. Maxwell. 1995. Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. Binarupa Aksara Jakarta. John Naisbitt. 1996. Megatrens Asia, Delapan Megatrend Asia Yang Mengubah Dunia. Alih bahasa: Danan Priyatmoko, Wandi S. Brata. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Joko Widodo. 2001. GOOD GOVERNANCE (Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi). Insan Cendekia Surabaya. ______. 2006. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Bayumedia. Malang Jawa Timur.
Jalan Alternatif Untuk Menyelamatkan Bangsa, Peringatan Hari Ulang Tahun ke-25. 2003. Ikatan Alumni Lemhannas (IKAL). Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. 2003. Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara. Jakarta. Kesler, Charles, R. 1998. Statesmanship for America’s Futur. The Claremont Institute. Laguna Beach. Kiran Bedi. 2004. It’s Always Possible. (Selalu Mungkin). Ya Obor Jakarta. Lenny Wongso. 2007. Andrie Wongso (Sang Pembelajar). AW Publishing Jakarta. Locke, Edwin A. & Associates. 1997. The Essence of Leadership: The Four Keys to Leading Successfully. MacMillan Inc New York. Luthans, Fred. 1992. "Organizational Behavior”. Ed 6 Int. Ed MC Graw Hill New York. Luthans, Fred. 2005. Organizational Behavior. Mc Graw-Hill International Edition. Tenth Edition Boston. Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas RI). 2008. Kepemimpinan Modul I, Modul II, Modul III dan Modul IV. ______. Konvensi Nasional Ikal II dan Kelompok Kerja. 2004–2009. Sosok Kepemimpinan Nasional. Yogyakarta. _______. Modul Kepemimpinan Visioner. 2014. Lemhannas RI
61
62
Lembaga Administrasi Negara. 2005. Paradigma Kepemimpinan. Pusdiklat SPIMNAS Bidang Kepemimpinan LAN-RI Jakarta. ______. 1999. Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAN-RI Jakarta. ______. 2001. Membangun Kepemerintahan Yang Baik. LAN-RI Jakarta. ______. 2001. Kepemimpinan Dalam Organisasi. LAN-RI Jakarta. ______. 2003. Kepemimpinan Dalam Ragam Budaya. LAN-RI Jakarta. ______. 2005. Dasar-Dasar Good Governance. LAN-RI Jakarta. Makmuri Muchlas. 1994. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior). Program Pendidikan Pasca Sarjana Magister Manajemen Rumah Sakit UGM Yogyakarta. Maksum (ed). 1999. Mencari Kepemimpinan Umat. Polemik Tentang Kepemimpinan Islam Di Tengah Pluralitas Masyarakat. Cet I. Mizan Bandung. Maxwell, John. C. 1998. The 21 Irrefutable Laws of Leadership. Thomas Nelson Publishers. Nashville. M. Suyanto. 2005. Smart in Leadership (Belajar dari Kesuksesan Pemimpin Top Dunia). ANDI Yogyakarta.
Miftah Thoha. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. PT. Rajagrafindo Persada Jakarta. Muchlas, M. 2005. "Perilaku Organisasi". Gadjah Mada University Press Yogyakarta. Muladi. 2007. Postur Kepemimpinan dan Kenegarawanan serta Peranannya dalam Pembangunan dan Program Kemanusiaan. Lemhannas RI Jakarta. ______. 2005. The Development of Asia-Pacific Civilizations. DPU Tokyo. .Nair, Keshavan. 1977. A Higher Standard of Leadership. Lesson the Life of Gandhi. Barret-Koehler Publ. San Fransisco. Peter M. Senge. 1997. The Fifth Discipline, The Art And Practice Of The Learning Organization. Century Business London. ______. 1999. The Dance Of Change. Nicholas Brealey Publishing London. Rhenald Kasali. 2007. Re-Code (Your Change DNA. Membebaskan Belenggu-Belenggu Untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan Dalam Pembaharuan. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. ______. 2005. Change. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Rees, James C. George Washington’s. 2007. Leadership Lesson. John Wiley & Sons Inc.
63
64
Robbins, Stephen. P., & Mary Coulter. 1999). Management (Sixth Edition). Prentice Hall. Inc. Englewood Cliffs. NJ 07632. Robbins, Stepen. P. 1993. "Organizational Behavior".ED-6. Prentice Hall New York. Robert K. Greenleaf. 1977. Servant Leadershif. Prentice Hall New York. Rubin, Gretchen. 2003. Forty Ways to Look at Winston Churchill. Random House Trade Paparbacks. New York. Sands, Phillipe. 2005. Lawless World. America and the Making and Breaking of Global Rules. Allken lane. penguin Books Londons. Sedarmayanti. 2003. Good Governance Dalam Rangka Otonomi Daerah: Upaya membangun Organisasi Efektif dan Efisien melaui Restrukturisasi dan Pemberdayaaan. Mandar Maju Bandung. ______. 2004. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) bagian kedua. Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan Produktivitas Menuju Good Governance. CV. Mandar Maju Bandung. Soebagio Sastrodiningrat. 1999. Kapita Selekta Manajemen & Kepemimpinan. IND-HILLCO Jakarta. Soedarsono, Soemarno. 2005. Hasrat Untuk Berubah. PT. Elex Media Komputindo Jakarta.
______. 2001. Menepis Krisis Identitas. Penyemaian Jati Diri. PT. Elex Media Komputindo Jakarta. Sri Murtini, & Judianto. 2001. Kepemimpinan Di Alam Terbuka. Lembaga Administrasi Negara RI Jakarta. Sudarwan Danim. 2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. Rineka Cipta Jakarta. ______. 2005. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Edisi Pertama. Bumi Aksara Jakarta. Sujatno, Adi.1997. Kepemimpinan Nasional Dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran dan Ketaatan Hukum (Kertas Karya Perorangan Kursus Reguler Angkatan XXX). ______. 2003. Kepemimpinan Nasional. LEMHANNAS Jakarta. ______. 2005. Moral dan Etika PNS. Montasd Jakarta. ______. 2005. Etika Kepemimpinan Aparatur. RM BOOKS Jakarta. ______. 2005. Aktualisasi Nilai-Nilai Kepemimpinan dan Peran Pemimpin Dalam Mewujudkan Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance). PT. MIZAN Jakarta. ______. 2006. Kapita Selekta seri Kepemimpinan. Lemhannas RI Jakarta.
65
66
______. (2007. Moral dan Etika Kepemimpinan Merupakan Landasan Ke Arah Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance). RM BOOKS Jakarta. ______. 2008. Pencerahan Dibalik Penjara versi Kepemimpinan. PT. MIZAN Jakarta. Sujatno, Adi, dan Muladi. 2008. Traktat Etis Kepemimpinan Nasional. Montasd Jakarta. ______. 2009. Pencerahan Kepemimpinan Di Balik Penjara. Montasd Jakarta. ______. 2009. Aspek Kepribadian dan Karakter Kepemimpinan Mahasiswa Menjawab Tantangan Zaman. RM BOOKS Jakarta. ______. 2009. Kriteria Kepemimpinan Nasional dan Wakil-wakil Rakyat Dalam Menghadapi Tantangan Global. ______. 2009. Teori-Teori Kepemimpinan. Montasd Jakarta. ______. 2009. Kepemimpinan KORPRI Dalam Menghadapi Tantangan Zaman. Montasd Jakarta. ______. 2011. Kepemimpinan PWRI Menjawab Tantangan Global. Lemhannas RI. Montasd Jakarta. ______. 2012. Traktat Etis PIMNAS. Edisi Revisi. Montasd Jakarta. Suradinata, Ermaya. 2002. Manajemen Pemerintahan Dalam Ilmu Pemerintahan. PT. Vidcodata Jakarta.
______. 2006. Otonomi Daerah dan Paradigma Baru Kepemimpinan Pemerintahan dalam Politik dan Bisnis. Suara Bebas Jakarta. Surya Dharma. 2005. Manajemen Kinerja. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sutarto. 2006. Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi, Cetakan ketujuh. Gadjah Mada University Press Yogyakarta. Taliziduhu Ndraha. 1997. Metodologi Ilmu Pemerintahan PT. Rineka Cipta Jakarta. ______. 1999. Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. PT. Rineka Cipta Jakarta. ______. 1999. Manajemen Pemerintahan. IIP Jakarta. ______. 2006. Kybernologi, Sebuah Scientific Enterprise. Sirad Credentia Center Tangerang. ______. 2005. Kybernologi, Beberapa Konstruksi Utama. Sirad Credentia Center Tangerang. Tharoor, Sashi, Nehru. 2003. The Invention of India. Arcade Publishin New York. Thariq M. As-Suwaidan, Faishal U. Basyarahil. 2006. Mencetak Pemimpin (Tips Melahirkan Orang Sukses & Mulia). KHALIFA Jakarta. Tim Elmore. 2007. Habitudes. (Kebiasaan & Sikap Yang Membangun Seorang Pemimpin). Seni Kepemimpinan Diri Sendiri. Metanoia Publing Jakarta.
67
68
The Liang Gie. 1998. Kode Etik Bagi Petugas Pemerintahan. Pubib. The Arbinger Institute. 2007. Leadership and Self Deception. (getting out of the box). Penguin Books. Tyson, Shaun & Tony Jackson. 1992. The Essence of Organizational Behavior. Prentice Hall International (UK) Ltd London. United Nation. 2004. A More secure world: Our shared responsibility, Report of the Secretary General’s High-level Panel on Threats. Challenge and Change. ______. 2005. The Millennium Development Goals Report. UU No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan. Vachio RP. (1990). "Theoritical and Empirical Examination of Cognitive Resource Theory " J of Appl Psychology, April. W. Howard Wriggins. 1969. The Ruler’s Impertaive. Strategies For Political Survival In Asia And Africa. Wahjo Sumidjo. 1999. Kepemimpinan Abad XXI. Lembaga Administrasi Negara Jakarta. ______. 2000. Teori Kepemimpinan Dan DasarDasar Manajemen. Lembaga Administrasi Negara Jakarta. Warren Bennis & Burt Nanus. 2003. LEADERS (Strategi untuk Mengemban Tanggung
Jawab). PT. Bhuana Ilmu Populer (BIP) Kelompok Gramedia Jakarta. Williams, Dean. 2005. Real Leadership. BK Publishers. San Fransisco. Yukl, G.A. 1989. Leadership in Organizations. 2d ed. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice Hall. YW Sunindhia, Ninik Widiyanti. 1988. Penerapan Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Pembangunan. PT. Bina Aksara Jakarta.
69
70
IDENTITAS PRIBADI : Nama Tempat/tgl. Lahir Alamat Rumah
: Dr. Adi Sujatno, SH., MH. : Jombang, 09 April 1944 : Jl. Pasanggrahan Timur 52A RT.02/01 Kel. Sukaasih Kota Tangerang 15111 Hp. 0812 996 2424 Alamat Kantor : LEMHANNAS RI Jl. Merdeka Selatan No.10 Jabatan sekarang : Taprof Pangkat/Golongan : Pembina Utama/IVe (Wred) Agama : Islam email :
[email protected] Facebook : adi sujatno Twitter : adi_sujatno 1) KELUARGA : Nama Isteri Anak Cucu
: Darjatun Dharmo Widjojo, BBA. : 5 (Lima) : 7 (tujuh)
2) RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. SR 6 tahun di Jombang, Tamat Tahun 1957. 2. SGB 3 tahun di Jombang, Tamat Tahun 1960. 3. SGA 3 tahun di Jombang, Tamat Tahun 1963. 4. SMA di Tangerang, Tamat Tahun 1965. 5. AKIP di Jakarta, Tamat Tahun 1969. 6. Sarjana Hukum (S1) Fakultas Hukum Universitas Darul’Ulum Jombang Tamat Tahun 1980. 7. Magister Ilmu Hukum (S2) pada Universitas Muhammadiyah Jakarta Tahun 2004. 8. Doktor (S3) pada UNPAD-Bandung 2010.
71
3) RIWAYAT PEKERJAAN : 1. GURU SD, SMP, SMA Tahun 1963 s/d 1969; 2. Kabid. Kamtib LP. Pamekasan Tahun 1969 s/d 1973. 3. Kalapas Trenggalek, Tahun 1973 s/d 1979. 4. Kalapas Ngawi, Tahun 1979 s/d 1986. 5. Kalapas Mataram, Tahun 1986 s/d 1988. 6. Direktur Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP), Tahun 1988 s/d 1992. 7. Kalapas Kls I Sukamiskin Tahun 1992 s/d 1995. 8. Kapusdiklat Pegawai Kem. Kehakiman Tahun 1995 s/d 1999. 9. Kakanwil Jawa Tengah Dep. Kumdang Tahun 1999 s/d 2000. 10. Direktur Jenderal Pemasyarakatan Tahun 2000 – 2004. 11. Widyaiswara Utama pada Lemhannas RI, Kem. Hukum dan Ham RI dan LAN RI, Tahun 2004 – Sekarang Taprof Lemhannas RI, Tahun 2009. 12. Wakil Sekjen DPN KORPRI, Tahun 2004-2009. 13. Wakil Sekjen PB PWRI, Tahun 2011-2016. 4) PENGALAMAN DIKLAT / SEMINAR : 1. KURSUS DALAM NEGERI : 1) Tar. P4 Type A Tahun 1979. 2) Tar. RUTAN/RUBPASAN Tahun 1983. 3) SPADYA III Tahun 1985. 4) SESPANAS Tahun 1991. 5) Tar. P4 Tahun 1996. 6) LEMHANNAS KRA XXX Tahun 1997. 7) MANGGALA P4./XXX Tahun 1998. 8) TOT di LEMHANNAS Tahun 2012.
72
2. LUAR NEGERI : 1) Training “Crime Prevention and Treatment Offenders di Unafei” Tokyo Japan selama bulan , Tahun 1992. 2) Training “Administration and Management Prison”, selama 1 bulan, Tahun 1994 Singapura. 3) Peserta Seminar dan Konferensi Internasional: 1. Australia Tahun 1993. 2. Malaysia, Singapura, Philipina Tahun 1994. 3. Amerika Serikat Tahun 1999. 4. Cina Tahun 2000. 5. Malaysia Tahun 2001.
of 3 of di
5) PESERTA SEMINAR APCCA : 1. Sidney, Australia Tahun 2000. 2. Bangkok, Thailand Tahun 2001. 3. Bali, Indonesia Tahun 2002. 4. Hongkong, Tahun 2003. 5. Langkawi, Malaysia Tahun 2008. 6) PELATIHAN HAM DALAM RANGKA KERJASAMA INDONESIA DENGAN IIDH PERANCIS DILAKSANAKAN DALAM 3 (TIGA) TAHAP : 1. Tahap I di Indonesia – in Country Training – di Puncak Bogor 3 – 7 Maret 2006. 2. Tahap II di IIDH Strasbourg, Perancis mulai 29 Mei – 9 Juni 2006. 3. Tahap III di Indonesia berupa pelaksanaan Rencana Aksi (Action Plan).
73
7) PENGALAMAN MENGAJAR / PENATARAN : 1. Guru SD di TangerangTahun 1964. 2. Guru SMP Ksatria JakartaTahun 1965/1969. 3. Guru SMA Ksatria JakartaTahun 1966/1969. 4. Dosen/Fak. Sosial Politik Univ. Soerjo Ngawi Tahun 1981/1986. 5. Dosen/Fak. Hukum Univ.Soerjo Ngawi Tahun 1981/1986. 6. Dekan Fak. Hukum Univ.Soerjo NgawiTahun 1981/1986. 7. WaKa. Pokja “PIMNAS“ Lemhannas RI Tahun 1998 s/d 2003. 8. Kapokja Pim, Lemhannas RI Tahun 2003 s/d 2009. 9. Dosen di Bakrie School of Management (BSM/Universitas Bakrie), Jakarta 2008. 10. Dosen STIH Iblam, Tahun 2003 s/d sekarang. 11. Dosen Akademi Imigrasi Tahun 2003 s/d sekarang. 12. Dosen STIPAN (“Abdi Negara”), Tahun 2004 s/d sekarang. 13. Dosen Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP), Mata Kuliah Ilmu Pemasyarakatan/Penologi, Mata Kuliah Manajemen Pemasyarakatan Tahun 1988 s/d sekarang. 14. Widyaiswara Utama LAN, Kemkumham Tahun 2003 s/d sekarang. 15. Dosen Favorit di SELAPA POLRI Tahun 2006 s/d sekarang. 16. Dosen Tamu di SESKO TNI Tahun 2007 s/d sekarang. 17. Penceramah dan Dosen dengan materi Teori-Teori Kepemimpinan, Kepemimpinan Nasional dan Negarawan, IKNI, di LAN RI, Lemhannas RI. 18. Taprof. Bidang Kepemimpinan Lemhannas RI Tahun 2009 s/d sekarang. 74
19. Dosen S2 UI Jakarta kampus salemba. 20. Dosen S2 UGM kerjasama dengan Lemhannas RI. 8) Mata Kuliah/Pemegang Materi/Mata Ajar: 1. Ilmu Pemasyarakatan (Penologi), 2. Manajemen Pemasyarakatan, 3. Ilmu Negara, 4. Pancasila, 5. Pendidikan Kewarganegaraan, 6. PIH/PTHI/SHI. 7. HTN 8. Etika Kedinasan / Kode Etik Profesi, 9. Ilmu Pemerintahan, 10. Manajemen Pemerintahan, 11. Teori-teori Kepemimpinan, 12. Kepemimpinan Nasional dan Negarawan, IKNI 13. Manajemen dan Organisasi, 14. Manajemen Pembinaan Narapidana, 15. Teori-teori Hukum, 16. Manajemen Prison, 17. Hukum Administrasi Negara/HAN/HTP.
8. Wakil Ketua Umum PB. Gojukai Indonesia Tahun 2006–2010. 9. Konsultan Senior KPANAS. 10. Ketua STIH IBLAM Jakarta. 11. Wasekjen PB. PWRI Tahun 2011-1016. 12. Narasumber tentang Kepemudaan (Relawan Muda Indonesia) di Menpora. 13. Pengurus Pusat DPP STI (Senam Tera Indonesia) 2014 – 2017.
9) PENGALAMAN ORGANISASI, KEMASYARAKATAN DAN PROFESI: 1. Ketua AMPI Tahun 1980 – 1983. 2. Ketua KNPI Tahun 1983 – 1986. 3. Ketua PBVSI Tahun 1980 – 1986. 4. Ketua PELTI Tahun 1980 – 1986. 5. Ketua BAPOR KORPRI Kabupaten Ngawi Tahun 1980–1986. 6. Wakil Ketua KORPRI Kabupaten Ngawi Tahun 1980 – 1986. 7. Wasekjen DPN KORPRI Pusat Tahun 2004 – 2009.
10) KARYA ILMIAH BUKU – BUKU / TULISANTULISAN : 1. Lembaga Pemasyarakatan Khusus Nusakambangan Sehubungan dengan Integritas Hidup Kehidupan Dan Penghidupan Narapidana Dalam Sistem Pemasyarakatan (Skripsi Baccaloreat Lengkap Akademi Ilmu Pemasyarakatan Tahun 1969). 2. Beberapa Catatan Tentang Hak Kontrol DPR Terhadap Pemerintah (Skripsi Sarjana Lengkap Fakultas Hukum Universitas Darul Ulum Jombang Tahun 1980). 3. Kepemimpinan Nasional Dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran dan Ketaatan Hukum (Kertas Karya Perorangan Kursus Reguler Angkatan XXX Tahun 1997). 4. Negara Tanpa Penjara (Sebuah Renungan) Tahun 2001. 5. Sistim Pemasyarakatan di Indonesia (Membangun Manusia Mandiri) Tahun 2004. 6. Moral dan Etika Kepemimpinan Merupakan Landasan Ke Arah Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance) Tahun 2004 dan cetakan ke 3 Tahun 2007.
75
76
7. Penjara Menurut Islam dalam Konteks Sistim Pemasyarakatan di Indonesia (Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah JakartaTahun 2004). 8. Etika Kepemimpinan Aparatur Tahun 2005. 9. Pencerahan Dibalik Penjara versi KepemimpinanTahun 2008. 10. Aktualisasi Nilai-Nilai Kepemimpinan dan Peran Pemimpin Dalam Mewujudkan Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance) Tahun 2005. 11. Traktat Etis Kepemimpinan Nasional, ditulis bersama Prof. Dr. Muladi, SH. Gubernur Lemhannas RI Tahun 2008. 12. Pencerahan Di Balik Penjara dari Sangkar menuju Sanggar, Teraju Tahun 2008. 13. Pemasyarakatan Menjawab Tantangan Zaman, ditulis bersama Didin Sudirman Setditjen Pemasyarakatan Tahun 2008. 14. Pencerahan Kepemimpinan Di Balik Penjara Tahun 2009. 15. Aspek Kepribadian dan Karakter Kepemimpinan Mahasiswa Menjawab Tantangan Zaman Tahun 2009. 16. Kriteria Kepemimpinan Nasional dan Wakil-wakil Rakyat Dalam Menghadapi Tantangan Global Tahun 2009. 17. Teori-Teori Kepemimpinan Tahun 2009. 18. Paguyuban 274 Tahun 2009. 19. Kepemimpinan KORPRI Dalam Menghadapi Tantangan Zaman Tahun 2009. 20. Curah Pikir Dua Sahabat, ditulis bersama Wan Nazari Malaysia Tahun 2010. 21. Kepemimpinan PWRI Menjawab Tantangan Global; Lemhannas RI Tahun 2011. 77
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
29.
Traktat Etis PIMNAS, Edisi Revisi Tahun 2011. Modul Hukum Administrasi Negara Tahun 2012. Modul Pendidikan Pancasila Tahun 2012. Pilkada DKI Jakarta Tahun 2012 “Bukti Kedaulatan ada di Tangan Rakyat”. Harapan Rakyat Terhadap Kualitas PIMNAS 2014. Filosofi HA NA CA RA KA & Tembang MACAPAT Tahun 2013. Konsep Ideal Kepemimpinan Nasional Nusantara Menjawab Tantangan Global Kebijakan, Strategi dan Upaya. Tahun 2013. Filosofi Manusia dan Kepemimpinan Ditinjau dari Falsafah Wayang. Tahun 2013.
11) PENGHARGAAN : 1. Satyalancana Karya Satya XXX Tahun 1996 Nomor 040/TK/ Tahun 1996 Oleh Presiden Soeharto. 2. Tanda Penghargaan Maheswara No. 04/MW/III/L/2003 Tahun 2003 Oleh Gubernur LEMHANNAS RI. 3. Piagam Penghargaan ”Maheswara Tingkat Tiga” atas pengabdian dalam Bidang Pendidikan sebagai Maheswara selama 2 tahun sampai dengan 7 tahun berturut-turut di Lemhannas RI. 4. Piagam Penghargaan dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan POLRI Sekolah Lanjutan Perwira sebagai Dosen / Tenaga Pendidik Perwira Siswa Pendidikan Reguler Selapa POLRI tahun 2009. 5. Piagam Penghargaan Gubernur Lemhannas RI sebagai Tenaga Ahli Pengajar Bidang Kepemimpinan Lemhannas RI oleh Prof. Dr. Muladi, SH. Tahun 2010.
78
6. Penghargaan dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) tahun 2010 7. Penghargaan dari Gubernur Lemhannas RI sebagai Penulis PRODUKTIF Tahun 2012 dalam rangka HUT ke 47 Lemhannas RI. 8. Penghargaan dari Gubernur Lemhannas RI sebagai Penulis PRODUKTIF Tahun 2014 dalam rangka HUT ke 49 Lemhannas RI. 9. Penghargaan dari Gubernur Lemhannas RI sebagai Penulis PRODUKTIF Tahun 2014 dalam rangka HUT ke 47 Lemhannas RI.
79