I. PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Sektor peternakan memiliki peranan penting dalam
perekenomian
masyarakat di Indonesia. Perekonomian masyarakat di Indonesia semakin hari semakin meningkat, peningkatan perekonomian mayarakat akan diikuti dengan meningkatnya konsumsi produk-produk peternakan, dengan demikian akan menggerakkan
perekonomian
sub
sektor peternakan.
Namun
kenyataan
menunjukkan bahwa produksi produk peternakan masyarakat Indonesia relatif rendah.
Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan produksi dan
konsumsi produk peternakan khususnya daging adalah Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 diatur dalam Peraturan Mentri Pertanian Nomor : 19/Permentan/OT/.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (Anonymous, 2010). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah saat ini adalah mengadakan subsidi bibit ternak dan pengembangan mutu bibit melalui teknologi inseminasi buatan. Pemerintah mengadakan IB gratis untuk para peternak dan juga memberi santunan kepada peternak yang memiliki ternak bunting 6 bulan ke atas. Teknologi inseminasi buatan IB dapat memperbaiki mutu genetik bibit ternak dengan mengoptimalkan semen beku yang dihasilkan dari pejantan unggul. Melalui kegiatan IB penyebaran pejantan unggul dapat dilakukan ke daerah yang terpencil.
1
Program IB merupakan suatu cara perkawinan yang lebih efisien dan efektif dalam penggunaan semen pejantan untuk membuahi sapi betina dalam jumlah banyak dan menyebarkan bibit unggul dibandingkan dengan kawin alam. Toelihere (1985) cit. Sumeidiana (2007), menyatakan bahwa keberhasilan IB ditentukan oleh kualitas semen beku pejantan yang dipengaruhi oleh karakteristik semen segarnya yang dapat dilakukan melalui pemeriksaan, baik makroskopis maupun mikroskopis. Volume semen dan konsentrasi spermatozoa atau daya geraknya diperlukan untuk penentuan kualitas semen dan daya reproduksi jantan dan lebih khusus lagi untuk menentukan kadar pengencer semen (Toelihere, 1979). Berdasarkan hal diatas maka dapat diangkat judul “Volume Semen dan Konsentrasi Spermatozoa Sapi Simmental di BIB Tuah Sakato”
1.2. Tujuan 1. Mengetahui volume semen di BIB Tuah Sakato. 2. Mengetahui konsentrasi spermatozoa semen di BIB Tuah Sakato. 3. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya (AMD)
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi Simmental Sapi Simmental berasal dari simme di Switzeland. Sesuai dengan negara asalnya, sapi ini sangat cocok dipelihara pada tempat yang beriklim sedang. Saat ini sapi Simmental sudah berkembang di benua Eropa, termasuk Indonesia.
Amerika, dan Asia
Secara umum, bentuk tubuh sapi Simmental kekar dan
berotot. Warna bulu sapi ini juga termasuk unik. Tubuhnya berwarna coklat kemerahan, sedangkan dibagian muka dan mulut kebawah serta ujung ekor berwarna putih.
Sapi Simmental termasuk sapi besar, bobot jantan dewasa
mencapai 1.150 kg dan bobot betina mencapai 800 kg (Santosa, Warsito dan Andoko, 2012). Yunus (2014), menyatakan bahwa sapi Simmental adalah bangsa bos taurus berasal dari simme di negara Switzerland tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika, merupakan tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), di bagian muka dan lutut ke bawah serta ujung ekor berwarna putih, sapi jantan dewasa mampu mencapai berat badan 1.150 kg sedangkan betina dewasa 800 kg. Bentuk tubuhnya kekar dan berotot, sapi jenis ini sangat cocok dipelihara di tempat yang beriklim sedang.
3
Klasifikasi taksonomi bangsa sapi adalah :
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Artiodactyla
Familia
: Bovidae
Genus
: Bos
Spesies
: Bos Taurus
Noorfaatih (2011), menyatakan bahwa ternak sapi selain berfungsi untuk membajak sawah, ternak tersebut juga bisa diambil susu dan dagingnya.
2.2. Semen Semen terdiri dari campuran spermatozoa yang dihasilkan oleh jaringan testis di dalam tubulus seminiferus dan plasma semen yang berasal dari kelenjar kelamin pelengkap.
Plasma semen berfungsi sebagai medium semigelatinous
yang membawa spermatozoa dari saluran reproduksi pejantan ke dalam saluran reproduksi betina. Semen adalah cairan organik, juga dikenal dengan air mani, yang mungkin mengandung spermatozoa. Semen adalah sekresi kelamin jantan yang diejakulasikan secara normal ke dalam alat kelamin betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat pula ditampung menggunakan alat yang disebut Vagina Buatan (AV) (Toelihere, 1979).
4
Sperma terdiri dari sel sperma (spermatozoa) dan plasma semen (seminal plasma).
Sel sperma dihasilkan oleh tubulus seminiferus di dalam testis,
sedangkan plasma semen dihasilkan oleh kelenjer tambahan (accessory glands) yang terdiri dari kelenjar bulbourethralis, prostata, dan vesikularis. Sumber-sumber dan kontribusi sperma (% volume) adalah : 5 % dari epididimis dan vas deferens, 60 % dari kelenjer vesikularis, 20 % dari kelenjer prostata, dan 5 % dari kelenjer bulbourethralis. Kandungan fruktose sorbitol pada sperma sapi banyak berasal dari kelenjer vesikularis (Ismaya, 2014). Spermatozoa terbagi atas bagian kepala yang dilindungi akrosome, leher, dan ekor yang berdaya gerak tetapi tidak mampu membelah diri. Bagian ekor spermatozoa sangat menunjang pergerakan spermatozoa.
Pada bagian ini di
jumpai banyak mitokondria yang berperan sebagai sumber energi untuk pergerakan.
Energi yang dibutuhkan dalam bentuk ATP.
Energi yang
dikeluarkan menyebabkan terjadinya 2 macam gerakan. Pertama gerakan bergelombang ke ujung ekor (makin ke ekor semakin lemah). Kedua gerakan yang bersifat sirkuler tetapi arahnya melingkari batang tubuh bagian tengah terus ke ujung ekor. Kedua gerakan ini menyebabkan spermatozoa dapat bergerak ke depan (Utami, 2014). Kibban (2009), menyatakan bahwa urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) adalah sebagai berikut : spermatogonium (membelah 2), spermatosit pertama (membelah 2), spermatosit kedua (membelah 2), spermatid dan tumbuh menjadi spermatozoa (sperma).
5
Menurut Partodihardjo (1982), cit. Abror (2010), spermatozoa sebagian besar terdiri dari zat-zat kimia, antara lain : 1. Deoxyribonucleoprotein yang terdapat dalam nukleus yang merupakan kepala dari spermatozoa. Nukleoprotein dalam inti spermatozoa semua spesies terbentuk oleh asam deoxyribonukleus yang terikat pada protein. Tetapi pada spesies-spesies itu nukleoprotein tidak identik satu sama lain, melainkan ada perbedaannya yaitu terutama pada 4 bagian pokok yaitu adenine, quanine, oxytosine dan thymine. 2. Muco-polysaccharide yang terikat pada molekul-molekul protein terdapat di akrosom, yaitu bagian pembungkus kepala, yang mengandung 4 macam gulagula yaitu fucose, galactose, mannose dan hexosamise. 3. Plasmalogen atau lemak aldehydrogen yang terdapat pada bagian leher, badan dan ekor spermatozoa, merupakan bahan yang dipergunakan oleh spermatozoa untuk respirasi endogen. 4. Protein yang menyerupai kreatine yang merupakan selubung tipis yang meliputi seluruh badan, kepala dan ekor spermatozoa. 5. Enzim dan co-enzim. Spermatozoa mengandung bermacam-macam enzim dan co-enzim yang pada umumnya digunakan untuk proses hidrolisis dan oksidasi.
6
Plasma seminal merupakan campuran sekresi dari epididimis, vasdeferens. vesica seminalis, dan kelenjar cowper. Jika dilihat satu persatu dari masingmasing organ yang mensekresikan cairan masing-masing maka dapat dilihat sebagai berikut: 1. Epididimis : mensekresikan Glyceylphosphorylholine (GPC). 2. Ampula : mensekresikan substansi tereduksi diantaranya adalah fruktosa dan asam sitrat. 3. Vesikula seminalis : Sekresi dari kelenjar ini merupakan sekresi terbesar, sekitar 80 % dari keselurahan air mani, dan merupakan sumber utama fruktosa dan sukrosa pengeluaran dikendalikan oleh hormon jantan. Fruktosa berasal dari gula darah. Sekresi dari kelenjer tersebut normal bila banyak asam sitrat, karena hewan yang dikastrasi produksi asam sitrat akan menurun. 4. Prostate : Merupakan sumber antaglutin. Prostate juga mengeluarkan alkalin sebagai sumber dari bau semen. Tabel 1. Komposisi kimia semen sapi (mg/100 ml) Konstituen Semen Ph Air Natrium Kalium Kalsium (mg) Magnesium (mg) Klorida (mg) Fruktosa (mg) Asam sitrat (mg) Inositol Glyceryl Phosphoryl Choline (GPC) Protein (g) Sumber:Toelihere (1979).
Jumlah 6,9 90 230 140 44 9 180 530 720 35 350 6,8
7
Volume semen yang baik adalah pada domba dan sapi yaitu sedikit tetapi mempunyai konsentrasi sperma yang banyak. Sedangkan volume pada pejantan kuda dan babi biasanya mempunyai volume yang banyak, tetapi konsentrasi spermanya sedikit. Sapi
= 1200 juta/ml (vol. 4-6 ml)
Kuda
= 150 juta/ml (vol. 75-150 ml)
Babi
= 200 juta/ml (vol.125 ml)
Domba
= 2000 juta/ml (vol. 1,5 ml)
2.3. Volume Semen Volume yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung penampung yang berskala.
Setiap jenis ternak mempunyai batas-batas volume tertentu.
Volume semen sapi dan domba mempunyai volume rendah tetapi konsentrasi tinggi sehingga mempunyai warna krem atau warna susu. Semen kuda dan babi mempunyai cairan yang lebih voluminous dan lebih putih karena konsentrasi rendah. Dalam jenis ternak itu sendiri volume semen per ejakulasi berbeda-beda menurut bangsa, umur, ukuran badan, tingkat makanan, frekuensi penampungan dan berbagai faktor lain. Toelihere (1979), menyatakan bahwa volume semen per individu berbeda karena dipengaruhi oleh bobot badan, pakan, libido, individu, frekuensi penampungan, bangsa dan umur. Pada umumnya hewan-hewan muda dan berukuran kecil dalam suatu spesies menghasilkan volume semen yang rendah. Ejakulasi yang sering mengakibatkan penurunan volume dan apabila dua ejakulasi diperoleh berturut-turut dalam waktu yang singkat maka umumnya ejakulasi kedua mempunyai volume yang lebih rendah.
Volume semen sapi
bervariasi antara 1-15 ml (Toelihere, 1979).
8
Volume semen dapat dinilai dengan melihat skala pada tabung penampungan semen.
Jika tabung penampung tidak menggunakan skala,
pengukuran semen dilakukan dengan menggunakan pipet ukur yang dilengkapi dengan pipet filler (bulb). Pemilihan pipet ukur disesuaikan dengan karakteristik semen hewan tersebut. Untuk semen sapi, volume berkisar antara 2-15 ml dengan rata-rata 4-8 ml (Arifiantini, 2012). 2.4. Konsentrasi Spermatozoa Penilaian konsentrasi atau jumlah spermatozoa per meliliter semen sangat penting, karena faktor inilah yang mengambarkan sifat-sifat semen dan dipakai sebagai salah satu kriteria penentuan kualitas semen.
Konsentrasi digabung
dengan volume dan persentase sperma motil memberikan sperma motil per ejakulat, yaitu kualitas yang menentukan berapa betina yang dapat di inseminasikan dengan ejakulat tersebut. Berbagai metoda dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi spermatozoa ( Arifiantini, 2012).
9
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan kegiatan PKPM dimulai dari tanggal 16 Maret 2015 sampai dengan tanggal 31 Mei 2015. Tempat pelaksanaannya di Balai Inseminasi Buatan Tuah Sakato, Payakumbuh 3.2. Alat dan Bahan Alat : Vagina buatan, Mikroskop, Objek glass, cover glas, Trans pette, Microtip, TV monitor. Bahan : Sapi Simmental Jantan, Teaser Cow Jantan 3.3. Pelaksanaan A. Pengambilan sampel Sampel yang digunakan adalah sapi Simmental yang berumur 2-4 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara melihat tanggal lahir sapi, sehingga bisa menentukan umur sapi. Sampel yang digunakan sebanyak 6 ekor sapi Simmental berumur 2-4 tahun. B. Persiapan vagina buatan
Mengambil selongsong karet tebal dan tipis yang telah terpasang, corong karet, tabung skala, gabus pelindung, penicilin, tangkai pengaduk, termometer, dalam lemari penyimpan.
Memasang corong karet pada sisi selongsong karet pada bagian terdekat dengan pentil, kemudian diikat dengan menggunakan karet pengikat.
10
Kemudian pada ujung corong karet dipasang tabung skala penampung sperma, memasangkan gabus pengaman tabung skala kemudian diikat menggunakan karet pentil.
Merebus air hingga mendidih.
Memasukan air dingin 160 ml ke dalam vagina buatan.
Setelah air yang direbus mendidih, air yang mendidih tersebut dimasukkan ke dalam vagina buatan sampai ½ tabung vagina buatan terisi air panas.
Memasang pentil, kemudian meniup vagina buatan hingga terisi penuh oleh udara.
Mengoleskan pelicin pada bagian mulut vagina buatan dengan bantuan tangkai pengaduk.
Mengukur suhu dalam vagina buatan menggunakan termometer 400 45°C.
Vagina buatan diantarkan ke bagian gudang dekat penampung semen agar dapat segera dipakai beserta air panas.
C. Penampungan semen Setelah persiapan selesai, maka segera dilakukan penampungan sperma, dengan cara membawa pejantan ke tempat pemancing, setelah dilakukan pengekangan 2 sampai 3 kali maka kolektor yang berdiri di samping kiri atau kanan dengan membawa VB (suhu 40-45°C) yang membentuk sudut kurang lebih 45°C siap mengarahkan penis masuk ke VB untuk menampung sperma. Ejakulasi ditandai dengan adanya loncatan pejantan ke arah depan dan diikuti terkulainya kepala pejantan. Setelah itu VB ditegakkan agar sperma turun ke tabung dan
11
kondisi tabung tetap terlindungi dari sinar matahari langsung, dan segera dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengekangan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas sperma. Dengan pengekangan satu kali dapat meningkatkan konsentrasi spermatozoa 50 %. Bila pengekangan dua kali, maka konsentrasinya menjadi dua kali lebih besar dibanding tanpa pengekangan (Ismaya, 2014). D. Pemeriksaan volume Volume semen dapat dapat diketahui dengan cara membaca tabung penampung berskala pada vagina buata (Toelihere, 1979).
Jika tabung
penampung tidak menggunakan skala, pengukuran volume semen dapat dilakukan dengan pipet ukur yang dilengkapi dengan pipet filler (Toelihere, 1979). E. Pemeriksaan konsentrasi spermatozoa Konsentrasi spermatozoa adalah banyaknya sel sperma (spermatozoa) dalam satu meliliter sperma (semen) (Ismaya, 2012). Konsentrasi spermatozoa dapat dinilai dengan beberapa cara, diantaranya cara estimasi, (dengan melihat jarak antar kepala) penilaian konsentrasi spermatozoa dengan metode estimasi memerlukan jam terbang untuk dapat menilai secara benar. Prosedur penyiapan preparat untuk penilaian konsentrasi spermatozoa secara estimilasi adalah semen diteteskan pada sebuah gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup, kemudian semen diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 45. Penilaian konsentrasi densum dengan cara melihat jarak antara kepala spermatozoa satu dan kepala spermatozoa lainnya kurang dari panjang satu kepala (padat), maka konsentrasi spermatozoa per ml adalah ≥ 1.000x106 .
12
Penilaian konsentrasi semi densum dilakukan dengan cara melihat jarak antara kepala spermatozoa satu dengan spermatozoa lainnya 1-11/2 kepala spermatozoa, maka konsentrasi spermatozoa per ml adalah ≥ 500 - 1.000 x 106. Rarum (R) adalah jarak antara kepala spermatozoa satu dengan spermatozoa lainnya 1 ½ - 1 ekor panjang spermatozoa, konsentrasi spermatozoa per ml adalah ≥ 200 - 500 x 106. Untuk penilaian semi densum dengan kisaran antara 500 – 1000x106, pendugaan konsentrasi dapat dilakukan dengan melihat jarak antar kepala tersebut mendekati densum atau rarum, jika jarak antar kepala mendekati densum, estimasi konsentrasi adalah 750 sampai dengan 1000x106.
Sedangkan jika mendekati
ranum, estimasi konsentrasi adalah 500 samapai dengan 750x106 (Arifiantini, 2012).
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Data yang digunakan untuk pengamatan adalah data dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Laboratorium Balai Inseminasi Buatan Tuah Sakato dari tanggal 2 April sampai 5 Mei 2015.
Data volume semen dan
konsentrasi sperma sapi Simmental sebanyak 6 ekor. A. Volume Semen Pemeriksaan volume semen dapat langsung dilihat setelah melakukan penampungan semen dengan cara melihat pada tabung sperma yang mempunyai skala pada vagina buatan. Rata-rata volume semen sapi Simmental dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata volume semen sapi Simmental No
No Telinga
Nama Sapi
Volume (Ml)
1
61234
Hasvin
5,38 ± 1,85
2
61357
Eldiraya
5,12 ± 1,10
3
61235
Zelook
5,9 ± 0,68
4
61233
Darwin
5,1 ± 1,81
5
60931
Borneo
4,9 ± 1,44
6
60932
Gaspert
5,5 ± 1,96
Rata – Rata
5,83 ± 0,56
B. Konsentrasi spermatozoa Pemeriksaan konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan cara estimasi, (dengan melihat jarak antar kepala) penilaian konsentrasi spermatozoa dengan metode estimasi memerlukan jam terbang untuk dapat menilai secara benar.
14
Prosedur penyiapan preparat untuk penilaian konsentrasi spermatozoa secara estimasi adalah semen diteteskan pada sebuah gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup, kemudian semen diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 45. Rata-rata konsentrasi sperma sapi Simmental dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata konsentrasi spermatozoa sapi Simmental No
No Telinga
Nama Sapi
Konsentrasi (Juta/ml)
1
61234
Hasvin
1840 ± 594, 13
2
61357
Eldiraya
1980 ± 460,404
3
61235
Zelook
2140 ± 433,59
4
61233
Darwin
1900 ± 806,22
5
60931
Borneo
1780 ± 794,98
6
60932
Gaspert
1650 ± 746
Rata- rata
1881 ± 168,80
4.2. PEMBAHASAN Volume semen merupakan jumlah mililiter semen setiap ejakulasi (Toelihere, 1979). Sedangkan menurut Melita, Asrul, dan Adam ( 2013), volume semen adalah salah satu standar minimum untuk evaluasi kualitas semen yang akan digunakan untuk IB.
Rata-rata volume semen sapi Simmental yang
berumur 2 - 4 tahun di BIB Tuah Sakato adalah 5,83 ± 0,56 ml dengan kisaran 4,9 – 5,9 ml. Hasil pengamatan ini berbeda dengan penelitian Sumeidiana, Wuwuh dan Mawarti (2007), yang menyatakan bahwa rata – rata volume semen sapi Simmental di BIB Unggaran adalah 6,33 ± 1,57 ml dengan kisaran 4,10 – 8,7 ml. Sedangkan menurut Kuswahyuni (2009), volume semen sapi Simmental adalah 5,90 ± 0,88 ml. Rata- rata volume semen sapi Simmental di BIB Tuah Sakato 15
Lebih rendah dibandingkan volume semen di BIB Unggaran. Perbedaan ini kemungkinan terjadi karena pemberian pakan dan konsentrat di BIB Tuah Sakato tidak teratur, pemberian pakan hijauan dan konsentrat di BIB Tuah Sakato dilakukan setiap pagi dan sore hari, pemberian konsentrat satu hari sekitar 3 kg dan pemberian rumput sebanyak 40 kg, terkadang konsentrat di BIB tersebuk tidak ada. Menurut Garner dan Hafez (2000) cit. Tripriliawan, Saleh dan Suparman (2014), menyatakan bahwa volume semen sapi setiap satu kali ejakulasi berkisar antara 5 – 8 ml. Volume yang diperoleh bisa berbeda, hal ini bisa saja terjadi karena perbedaan individu ternak, umur, musim, nutrisi, bangsa ternak, frekuensi ejakulat, libido, dan kondisi ternak itu sendiri. Ismaya (1987), cit. Ismaya (2014), menyatakan bahwa kadar hormon testosteron pada sapi berumur 6 – 12 bulan dan sapi yang berumur lebih 36 bulan, masing-masing adalah 0,42 ± 0,22 ml dan 6,37 ± 1,35 ml. Oleh karena itu, semakin meningkat umurnya, semakin meningkat produksi sperma dan kualitasnya. Walaupun demikian, pada batas umur tertentu konsentrasi sel sperma semakin tua semakin menurun. Rata-rata bobot badan sapi Simmental di BIB Tuah Sakato lebih rendah dibandingkan sapi yang ada di BIB Unggaran, tentunya perbedaan berat badan akan mempengaruhi volume semen yang dihasilkan.
Sato (1992), cit.
Sumeidiana (2007), menyatakan bahwa bobot badan sapi jantan berhubungan erat dengan ukuran testis, pejantan yang memiliki volume testis dan lingkar skrotum lebih besar akan menghasilkan sperma lebih banyak. Salisbury dan Van Demark (1985), cit. Sumeidiana (2007), menyatakan bahwa semakin tinggi bobot badannya, semakin tinggi juga berat testis sapi, karena kelenjer accessorises yang
16
menghasilkan plasma semen juga berkembang, ukuran testis mempengaruhi volume semen yang dihasilkan. Namun kenyataan yang dijumpai di lapangan menunjukkan bahwa bobot badan tidak berpengaruh pada volume semen, itu dibuktikan oleh sapi Zelook yang mempunyai volume semen lebih tinggi dari sapi Borneo, Eldiraya, Gaspert yang memiliki bobot badan lebih tinggi dari Zelook. Feradis (2010), menyatakan bahwa testis adalah suatu organ yang aktif menghasilkan sejumlah besar spermatozoa setiap harinya. Volume semen sapi Simmental di BIB Tuah Sakato lebih rendah dibandingkan BIB Unggaran, hal ini dipengaruhi oleh kekurangan vitamin A karena pemberian pakan yang bersumber vitamin A tidak teratur, seperti pemberian pakan tambahan taoge dan juga pemberian konsentrat tidak teratur. Ismaya (2012), menyatakan bahwa makanan ternak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh ternak. Pertumbuhan atau perkembangan tubuh ternak berkolerasi positif terhadap perkembangan alat reproduksi ternak. Pada ternak jantan kebutuhan pakan untuk tumbuh atau kebutuhan untuk hewan dewasa dalam kondisi sehat cukup untuk kebutuhan reproduksinya. Vitamin A sangat penting dalam reproduksi ternak jantan. Apabila terjadi defisiensi vitamin A, ternak jantan dapat mengalami rabun senja atau buta malam, terjadi atropi selsel epitel tubulus seminiferus, penurunan produksi semen, penurunan libido dan kualitas sperma. Menurut (Warnick et al, 1961 dan Meacham, et al 1964) cit Toelihere (1979), pada kondisi manajemen yang biasa, kemungkinan defisiensi kualitas dan kuantitas protein diberikan ke pejantan sangat sedikit.
Apabila
protein dalam ransum kurang dari 2%, terjadi penurunan konsumsi makanan, penurunan bobot badan, dan penurunan libido dan produksi spermatozoa .
17
Frekuensi ejakulasi mempengaruhi volume semen, semakin sering ejakulasi tentunya semakin banyak semen yang diperoleh, volume semen di BIB Tuah Sakato lebih rendah dibandingkan dari BIB Unggaran. Toelihere (1979), menyatakan bahwa frekuensi ejakulasi yang terlampau sering dalam suatu waktu yang relatif pendek cenderung menurunkan libido, volume semen dan jumlah spermatozoa dalam satu kali ejakulasi. Konsentrasi Spermatozoa Penilaian konsentrasi atau jumlah spermatozoa per meliliter semen sangat penting, karena faktor inilah yang menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai sebagai salah satu kriteria penentuan kualitas semen.
Konsentrasi digabung
dengan volume dan persentase sperma motil memberikan sperma motil per ejakulat, yaitu kualitas yang menentukan berapa betina yang dapat di inseminasikan dengan ejakulat tersebut. Berbagai metoda dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi spermatozoa (Arifiantini, 2012). Rata-rata konsentrasi spermatozoa sapi Simmental di BIB Tuah Sakato adalah 1881,67 ± 168,80 juta/ml kisaran 1650 ± 746 juta/ml – 2140 ± 433,59 juta/ml. Sedangkan rata – rata konsentrasi spermatozoa di BIB Unggaran adalah 1786 ± 27,13 juta/ml kisaran 1483 – 2172 juta/ml, dan menurut Khuswahyuni (2009), konsentrasi spermatozoa sapi Simmental adalah 1271,99 ± 250,70 juta/meli. Konsentrasi spermatozoa sapi Simmental di BIB Tuah Sakato lebih tinggi dibandingkan dari BIB Unggaran. Frekuensi ejakulasi di BIB Tuah Sakato dilakukan satu kali seminggu sedangkan di BIB Unggaran dilakukan tiga kali seminggu, tentunya frekuensi ejakulasi mempengaruhi konsentrasi spermatozoa. Toelihere (1979), menyatakan bahwa frekuensi ejakulasi yang terlampau sering
18
dalam suatu waktu yang relatif pendek cenderung menurunkan libido, volume semen dan jumlah spermatozoa dalam satu kali ejakulasi. (2014),
Menurut Ismaya
pejantan yang sering dipakai dengan frekuensi yang tinggi dapat
menyebabkan menurunya libido, volume spema, dan konsentrasi sperma. Konsentrasi spermatozoa juga dipengaruhi oleh pengekangan.
Dengan
pengekangan satu kali dapat meningkatkan konsentrasi spermatozoa 50 %. Bila pengekangan dua kali, maka konsentrasinya menjadi dua kali lebih besar dibanding tanpa pengekangan.
Ismaya (2014), menyatakan bahwa konsentrsi
spermatozoa juga dipengaruhi oleh besar testis. Feradis (2010), menyatakan testis adalah suatu organ yang aktif menghasilkan sejumlah besar spermatozoa setiap harinya. Semakin besar testis tentunya semakin tinggi konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan.
19
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa 1. Volume semen sapi Simmental di BIB Tuah Sakato adalah : 5,83 ± 0,56 kisaran 4,9 – 5,9 ml dan konsentrasi spermatozoanya adalah : 1881,67 ± 168,80 juta/ml kisaran 1650 – 2140 juta/ml. 2. Volume semen sapi Simmental di BIB Tuah Sakato lebih rendah dibandingkan dengan literatur, sedangkan konsentrasi spermatozoa lebih tinggi dibandingkan literatur. 3. Dilihat dari konsentrasi spermatozoa pengelolaan Bull dan penampungan semen di BIB Tuah Sakato sudah bagus, menghasilkan konsentrasi spermatozoa lebih tinggi dari literatur, sedangkan volume semen lebih rendah dibandingkan literatur. 5.2. Saran Untuk meningkatkan volume semen perlu diperhatikan frekuensi penampungan semen, dan juga pemberian pakan hijauan dan konsentrat lebih diperhatikan kualitas dan kuantitasnya.
20
DAFTAR PUSTAKA Abror, I. 2010. Spermatogenesis, Komponen Semen, Kualitas Semen, dan Preserfasi Semen. https://imamabror.wordpress.com/2010/10/29/ spermatogenesis-komponen-semen-kualitas-semen-dan-preservasi-semen / Anonymous. 2010. Pedoman Umum Swasembada Daging Sapi 2014. Mentri pertanian. Jakarta. http://www.kemlu.go.id/canberra/Lists/ LembarInformasi /Attachments/31/permentan19_2010%5B1%5D.pdf Arifiantini, R, L. 2012. Teknik Koleksi Dan Evaluasi Semen Pada Hewan. Penerbit IPB Pres. Bogor. Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alvabeta. Bandung Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan Pada Sapi Dan Kerbau. University Gajahmada. Press. Bogor Kibban, N.H. 2009, Observasi motilitas spermatozoa sapi pada test after thawing dan test water incubator di Balai Inseminasi Buatan Lembang, Laporan Program Latihan Akademik Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Kuswahyuni, I, S. 2009. Pengaruh Lingkar dan Volume Testis Terhadap Volume Semen Dan Konsentrasi Spermatozoa Pejantan Simmental, Limosim Dan Brahman. Fakultas Peternakan Diponegoro. Semarang. Noorfaatih. 2011. Taksanomi Hewan. https://noorfaatih.wordpress.com/2011/09/24/taksonomi-hewan/. Di akses tgl: 9 mei 2015. Santosa, K, Warsito dan Andoko, A. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi. Pt Anggro Pustaka. Cianjur. Salisbury, G. W. dan N. L. Van Demark. 1985. Alih Bahasa oleh R. Djanuar. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sumeidiana, I. Wuwuh, S. Mawarti, E. 2007. Volume Semmen Dan Konsentrsi Spermatozoa Sapi Simmental, Limosim, Dan Brahman Di Balai Inseminasi Buatan Unggaran. Fakultas Peternakan Universitas Diponigoro, Semarang Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa, Bandung. Toelihere, M. R. 1979. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung.
21
Tripriliawan, D. Saleh, M, S. dan Suparman, P. 2014. Perbedaan Volume Semen, Konsentrasi, Dan Motilitas Spermatozoa Pejantan Sapi Fh Di Bib Lembang Dengan Interval Penampungan 72 Jam Dan 96 Jam. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Balai Inseminasi Buatan Lembang, Bandung Utami, A, R, A ad al. 2014. Laporan Pratikun Embriologi Sedian Spermatozoa. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Banda Aceh. Di akses tgl; 9 juni 2015 Yunus, A. 2014. Sukses Usaha Pembibitan Sapi Dan Kambing. Penerbit Pustaka Baru Press. Yokyakarta
22
LAMPIRAN Lampiran 1. Volume semen dan konsentrasi Spermatozoa sapi Eldiraya No
Tanggal Produksi
Volume Semen (Ml)
1 2 3 5 5
02/04/2015 10/04/2015 21/04/2015 28/04/2015 05/05/2015 Rata-rata
5,8 6 7 5,5 5,2 5,9 ± 068
Konsentrasi Spermatozoa (106) juta/ml 2200 1800 1700 2800 2200 2140 ± 433,59
Lampiran 2. Volume semen dan konsentrasi Spermatozoa sapi Zelook No
Tanggal Produksi
Volume Semen (Ml)
1 2 3 5 5
02/04/2015 10/04/2015 17/04/2015 24/04/2015 30/05/2015 Rata-rata
7,5 5,2 4,6 5,7 2,5 5,1 ± 1,81
Konsentrasi Spermatozoa (106) juta/ml 2400 1200 1100 1800 3000 1900 ± 860,22
Lampiran 3. Volume semen dan konsentrasi Spermatozoa sapi Borneo No 1 2 3 5 5
Tanggal Produksi 06/04/2015 13/04/2015 20/04/2015 27/04/2015 04/05/2015 Rata-rata
Volume Semen (Ml) 6 7,9 2,9 6,5 4,2 5,5 ± 1,96
Konsentrasi Spermatozoa (106) juta/ml 1200 1250 2800 1000 2000 1650 ± 746,500
Lampiran 4. Volume semen dan konsentrasi Spermatozoa sapi Hasvin No
Tanggal Produksi
Volume Semen (Ml)
1 2 3 5 5
02/04/2015 10/04/2015 17/04/2015 24/04/2015 30/05/2015 Rata-rata
4,2 3,9 3,5 6,6 6,3 4,9 ± 1,44
Konsentrasi Spermatozoa (106) juta/ml 800 2400 2700 1800 1200 1780 ± 794,98
23
Lampiran 5. Volume semen dan konsentrasi Spermatozoa sapi Gaspert No
Tanggal Produksi
Volume Semen (Ml)
1 2 3 5 5
06/04/2015 13/04/2015 20/04/2015 27/04/2015 04/05/2015 Rata-rata
6,6 9,5 4,8 5,5 5,5 6,38 ± 1,857
Konsentrasi Spermatozoa (106) juta/ml 2400 2300 1200 1200 2400 1840 ± 594,13
Lampiran 6. Volume semen dan konsentrasi Spermatozoa sapi Darwin No 1 2 3 5 5
Tanggal Produksi 7/04/2015 10/04/2015 17/04/2015 20/04/2015 27/05/2015 Rata-rata
Volume Semen (Ml) 3,5 6,3 4,8 5 6 5,12 ± 1,10
Konsentrasi Spermatozoa (106) juta/ml 2400 2100 2200 1200 2000 1980 ± 460,434
Lampiran 7. Data Umur Sapi NO 1 2 3 4 5 6
NO Telinga 61357 61235 60931 61234 60932 61233
Nama Eldiraya Zelook Borneo Hasvin Gaspert Darwin
Tanggal Lahir 06 Febriari 2012 11 Agustus 2012 23 0ktober 2011 01 Agustus 2012 01 Mei 2012 29 Mei 2012
Umur 2 Tahun 2 Bulan 2 Tahun 8 Bulan 2 Tahun 6 Bulan 2 Tahun 8 Bulan 2 Tahun 11 Bulan 2 Tahun 11 Bulan
Lampiran 8. Data berat badan sapi di BIB Tuah Sakato berdasarkan lingkar dada dan panjang badan No NO Tilinga Nama Bull Lingkar Dada Panjang Bobot Badan (cm) Badan (cm) (Kg) 1 Borneo 205 166 643,56 60931 2
60932
Gespert
201
152
566,50
3
61357
Eldyraya
185
147
464,12
4
61235
Zelook
187
140
451,62
5
61233
Darwin
189
136
448,16
6
61234
Hasvin
183
141
435,60
24
Lampiran 9. Dokumentasi Menyabit rumput
Mengaduk konsentrat
Persiapan vagina buatan
Penampungan semen
Pengenceran semen
Water but
25
Printing straw/ easy coder
filing and sealing
Rak straw
Eguilybrasi semen
Cooltop
Container
26
Foto Bersama Pembimbing Lapang dan Petugas Labor BIB Tuah Sakato
Penampungan Semen Oleh Ketua Magang PKPM di BIB Tuah Sakato
27
Lampiran 9. Sekilas Tentang Bib Tuah Sakato Pada awalnya UPTD ini merupakan unit instalasi teknis produksi semen beku Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat yang dibentuk pada tanggal 7 September 2002 dengan nama BIBD Tuah Sakato yang ditugaskan untuk memproduksi semen beku sesuai dengan program desentralisasi BIB ke Daerah dari Direktoratjendral Peternakan . Berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 70 Tahun 2009 tanggal 14 Desember 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat maka instalasi produksi semen beku ini ditingkatkan menjadi UPTD BIB Tuah Sakato. Keberadaan Unit Kerja ini sebagai penghasil Barang/Jasa yang diperlukan bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama dalam ketersediaan semen beku ternak sapi, kerbau dan kambing.
Disamping itu UPTD BIB Tuah Sakato diharapkan mampu
memberikan kontribusi terhadap PAD dari hasil penjualan semen beku ternak. Selain itu UPTD BIB Tuah Sakato juga diharapkan sebagai tempat pelatihan, magang dan penelitian bagi petugas teknis, siswa dan mahasiswa serta masyarakat di Sumatera sekitarnya. UPTD BIB Tuah Sakato sudah memiliki Laboratorium Uji Mutu untuk semen beku berdasarkan SNI /IEC 17025. 2008 sejak tanggal 1 September 2012.
28
Visi Terwujudnya Penyediaan Bibit Ternak Ungguldan Berkualitas. Misi 1. Terwujudnya pusat pengembangan dan pembibitan ternak unggul 2. Terwujudnya pengembangan teknologi ternak unggul 3. Terwujudnya peningkatan produktivitas ternak (Mutu genetik) secara kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi kebutuhan ternak unggul di Sumatera Barat 4. Terwujudnya peningkatan produktivitas sumberdaya alam da SDM 5. Terwujudnya BIB Tuah Sakato sebagai pusat pelatihan dan pembelajaran Tugas Pokok Melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku benih unggul serta penerapan dan pengembangan teknologi reproduksi ternak. Fungsi 1. Memelihara ternak unggul 2. Pengujian keturunan dan fertilitas pejantan unggul 3. Produksi dan penyimpanan semen beku 4. Pencatatan dan pemantauan penggunaan semen beku serta pengawasan mutu semen 5. Memberi syarat teknik produksi semen beku benih unggul 6. Memberi pelayanan teknik kegiatan pemeliharaan ternak 7. Pemberian pelayanan teknik kegiatan produksi semen beku
29
8. Pemberian informasidan dokumentasi hasil dokumentasi inseminasi buatan 9. Distribusi dan pemasaran semen beku unggul 10. Pengujian kesehatan dan diagnose penyakit ternak 11. Urusan tata usaha dan rumah tangga balai Maksud dan Tujuan Keberadaan UPTD BIB Tuah Sakato dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan semen beku secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat jenis khususnya di wilayah Sumatera Barat. Adapun tujuan dari UPTD BIB Tuah Sakato adalah:
Menunjang kelancaran program IB di daerah Sumatera Barat
Mengatasi permasalahan ketersediaan semen beku secara berkelanjutan
Menghemat pengeluaran anggaran pemerintah daerah
Terlaksananya program swasembada semen beku di Sumatera Barat
Meningkatkan pengetahuan petugas dan masyarakat dibidang reproduksi Ternak
Peningkatan kontribusi terhadap PAD
30
Sasaran Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah:
Terpecahkannya masalah kelangkaan semen beku untuk mendukung program pelayanan IB di Sumatera Barat
Terpenuhinya kebutuhan semen beku di Sumatera Barat secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat jenis
Termanfaatkannya potensi peluang pasar semen beku di provinsi lain terutama provinsi tetangga
31