I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor peternakan memiliki peranan penting dalam kehidupan dan pembangunan sumberdaya manusia indonesia.
Peningkatan kesejahteraan
masyarakat akan diikuti dengan peningkatan konsumsi produk-produk peternakan, dengan demikian maka turut menggerakan perekonomian pada sub sektor peternakan.
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa konsumsi produk
peternakan masyarakat indonesia relatif rendah. Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan produksi dan konsumsi produk peternakan khususnya daging adalah program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 yang diatur dalam Peraturan Mentri Pertaniaan Nomor : 19/Pementan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (Purbowati, 2011). Upaya yang memenuhi kebutuhan daging dan susu maka produksi peternakan sapi harus ditingkatkan secara terus-menerus. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan efisiensi produksi peternakan secara menyeluruh dari berbagai aspek. Sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang dagingnya banyak diminati oleh berbagai kalangan di Indonesia. Pengembangan sapi potong telah banyak dilakukan, dan pemerintah telah melakukan berbagai upaya demi terpenuhinya permintaan pasar, seperti mengimpor daging dan sapi bakalan untuk penggemukan. Padahal solusi terbaik untuk memecahkan masalah ini yaitu dengan meningkatkan produktivitas sapi potong di Indonesia (Eko K, 2009).
1
Peningkatan produktivitas sapi potong dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain melalui penyediaan pejantan berkualitas, memperbaiki perfomans induk, sistem perkawinan, penyediaan pakan yang cukup dan sistem manajemen yang memadai. Peningkatan produktivitas sapi potong perlu didukung teknologi reproduksi (Masir, 2009) Teknologi reproduksi yang umum diterapkan yaitu Inseminasi Buatan (IB) atau yang lebih dikenal dengan kawin suntik dengan menerapkan IB maka potensi sapi pejantan unggul dapat dioptimalkan. Usaha peningkatan produksi daging yang berkualitas merupakan salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, sejauh ini sapi lokal Indonesia belum bisa bersaing dengan sapi impor yang memiliki kualitas yang baik, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah berusaha meningkatkan populasi dan produksi sapi jantan unggul dari luar Negeri untuk dijadikan bibit dengan tujuan pemuliaan genetik ternak melalui persilangan antara sapi lokal dengan impor. Inseminasi
Buatan
(IB)
merupakan
teknik
perkawinan
dengan
memasukkan semen segar atau semen beku ke dalam saluran kelamin sapi betina dengan menggunakan suatu alat yang dibuat oleh manusia. Hal ini bertujuan untuk perbaikan mutu genetik ternak, menghindari penyebaran penyakit kelamin, meningkatkan jumlah keturunan dari pejantan unggul dengan inseminasi ke banyak betina dan meningkatkan kesejahteraan peternak (Masir, 2009). Tujuan penerapan teknologi IB adalah untuk penyebaran pejantan unggul di suatu daerah yang tidak memungkinkan untuk kawin alam serta pelestarian plasma nutfah ternak yang diinginkan dan peningkatan populasi. Susilawati (2011) menyatakan bahwa salah satu manfaat dari IB adalah mampu memperbaiki mutu genetik ternak.
2
Untuk mendapatkan hasil semen yang baik maka setelah penampungan sperma harus segera dievaluasi. Hasil dari evaluasi ini sangat mempengaruhi kualitas sperma yang telah diproduksi. Penilaian kualitas sperma secara langsung sebenarnya dapat ditunjukkan dari hasil keturunannya, tetapi tentu saja harus menunggu kelahirannya sehingga membutuhkan waktu yang lama. Sperma (semen) terdiri dari sel sperma (spermatozoa) dan plasma sperma (seminal plasma). Sel sperma dihasilkan oleh tubulus seminiferus di dalam testis, sedangkan plasma sperma dihasilkan oleh kelenjer tambahan (accessory glands) yang terdiri dari kelenjer bulbourethralis, prostate, dan vesekularis. Plasma sperma (seminal plasma) dihasilkan oleh kelenjer tambahan (accessory glands) dan berfungsi sebagai buffer dan sumber makanan sel sperma sehingga fertilitas dapat terjaga. Pada sapi, domba, dan kambing, plasma sperma sedikit asam (alkalis), sedangkan pada babi dan kuda sedikit basa (basalis). Plasma sperma mempunyai tekanan osmotik setera dangan 0,9% NaCl (Ismaya, 2014) Kualitas semen dapat diamati dengan cara evaluasi semen secara makroskopis meliputi volume sperma, warna sperma, keasaman (pH) sperma, dan konsistensi sperma. Evaluasi sperma secara mikroskopis meliputi motilitas sel sperma, gerakan massa sperma, konsentrasi spermatozoa. Kualitas sperma pada ternak berbeda-beda, dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain umur, pakan, genetik, besar testis, kesehatan, frekuensi ejakulasi, dan bangsa ternak. Setiap ternak mempunyai sifatkarakteristik sendiri-sendiri. Metabolisme spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: temperatur, pH, tekanan osmotik, konsentrasi sel sperma, hormon, gas, sinar, dan antimikroba.
3
Sapi Simental memiliki keunggulan pertumbuhan yang cepat dan harga jualnya yang tinggi. Kualitas semen yang dihasilkan oleh pejantan unggul mempunyai peranan penting dalam IB, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dengan teliti dan hati-hati. Kriteria pejantan unggul yang baik adalah mempunyai kualitas semen yang bagus dan bobot badan yang tinggi. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi sapi Simental sesuai dangan genetik yang dimiliki pada umumnya, tetapi pada kesempatan ini penulis lebih menekankan kepada upaya peningkatan kualitas semen melalui Exercise. Exercise telah diterapkan pada beberapa Balai Inseminasi Buatan antara lain
Lembang dan Singosari. Kegiatan Exercise ini dapat
meningkatkan sistem metabolisme dan kesehatan yang pada akhirnya berdampak pada sistem reproduksinya (Eko K, 2009). Upaya ini perlu dilakukan mengingat semakin meningkatnya kebutuhan semen beku. Peningkatan kualitas semen mempunyai korelasi positif terhadap peningkatan jumlah betina yang diinseminasi.
Semen yang dihasilkan harus
memenuhi standar untuk diproses dan diinseminasikan dengan harapan dapat menghasilkan ternak baru yang berkualitas baik mendekati potensi genetik yang dimiliki oleh sapi Simental atau bahkan lebih baik bila dilakukan persilangan ( Eko K, 2009). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diangkatlah judul tugas akhir “Penerapan Exercise selama 2 jam untuk peningkatan kualitas sperma pada sapi simental di Balai Inseminasi Buatan Tuah Sakato”
4
1.2. Tujuan Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk: 1. Penerapan Exercise selama 2 jam untuk peningkatan kualitas sperma pada sapi simental. 2. Memenuhi persyaratan untuk meraih gelar Ahli Madya (A.Md). 3. Menambah
pengetahuan,
dan
keterampilan
dalam
bidang
usaha
peternakan.
1.3. Tujuan PKPM Tujuan dari penulisan PKPM ini untuk: 1
Untuk menambah pengalaman teknik Inseminasi Buatan (IB).
2. Untuk mengetahui dan mempelajari cara pemeliharaan sapi pejantan yang baik. 3. Memahami dan mempelajari cara melakukan penampungan semen sapi. 4. Untuk mengetahui dan mempelajari cara memproduksi semen beku di Balai Inseminasi Buatan Tuah Sakato. 5. Untuk mengetahui dan mempelajari cara mendistribusikan semen beku keseluruh Indonesia di Balai Inseminasi Buatan Tuah Sakato.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Simental Sapi simental di kalangan peternak populer dengan nama sapi simental. Sapi Simental berasal dari simme di Swis. Sapi ini menjadi sapi yang paling terkenal di Eropa. Di prancis sapi ini terkenal dengan nama “ Pie Rouge “ dan di Jerman diberi nama “ Fleckvieh “ (Blakekely dan Bade 1989). Sapi Simmental bukan hanya sapi dwiguna (sapi pedaging dan sapi perah), tetapi sapi triguna (pedaging, perah dan pekerja). Melihat daya gunanya yang luas diperkirakan sapi ini cocok
dipergunakan untuk memperbaiki mutu Sapi
Indonesia. Sapi ini berukuran besar, pertumbuhan ototnya sangat baik dan tidak banyak penimbunan lemak dibawah kulit. Menurut Sugeng (1996) Berat sapi simmental betina mencapai 800 kg dan jantan 1150 kg. Warna bulu umumnya crem kecoklatan hingga sedikit merah dan warna bulu pada muka putih. Demikian pula dari lutut ke bawah dan ujung ekor warna bulunya putih. Tanduk tidak begitu besar. Meskipun berat lahir anaknya tidak setinggi anak lainnya, tetapi berat sapinya tinggi. Demikian pula pertambahan berat badannya setelah sapih. Kesulitan lahir tidak sering terjadi (Pane, 1993). 2.2. Fisiologi Semen Sapi Semen adalah cairan atau suspensi semigelatineous yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjer pelengkap saluran reproduksi jantan (Feradis, 2010). Cairan dari suspensi yang terbentuk saat ejakulasi disebut seminal plasma. Seminal plasma (plasma semen) merupakan sekresi epididimis dan kelenjer kelamin asesori yaitu vesica seminalis, prostata dan bulbourethralis. Sekresi tersebut berfungsi sebagai buffer dan medium bagi spermatozoa agar daya 6
hidupnya dapat dipertahankan secara normal setelah ejakulasi (Partodiharjo, 1982). Menurut Toelihere (1993) semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat pula ditampung dengan berbagai cara dan alat tertentu untuk keperluan inseminasi buatan. Spermatozoa dibentuk di tubuli seminiferi dalam testis. Tubuli seminiferi tersebut berisi serangkaiyan kompleks perkembangan germ sel yang akhirnya membentuk gamet jantan. Bentuk spermatozoa adalah sel lonjong yang terdiri dari kepala yang berisi nukleus dan ekor yang berisi aparatus yang dibutuhkan untuk menggerakan spermatozoa. Panjang spermatozoa pada sapi adalah 50 µm dan panjang bagian kepala adalah 8-10 µm, lebar 4 µm dan tebal 0,5 µm. Spermatozoa tidak dapat tahan hidup untuk waktu yang lama kecuali bila ditambahkan berbagai unsur ke dalam semen, yang berfungsi untuk menyediakan zat-zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa, melindungi spermatozoa terhadap cold shock (pada saat pembuatan semen beku), menyediakan suatu penyangga untuk mencegah perubahan pH akibat pembentukan asam laktat dari hasil metabolisme spermatozoa dan memperbanyak volume semen sehingga lebih banyak ternak betina yang dapat dikawinkan dalam satu kali ejakulat (Toelihere, 1993). 2.3 Kualitas Semen Kualitas semen sangat bepengaruh untuk hasil produksi. Evaluasi kualitas semen meliputi makroskopis dan mikroskopis evaluasi kualitas semen secara makroskopis adalah pemeriksaan semen secara garis besar tanpa menggunakan alat bantu yang rumit meliputi volume, warna, bau, kekentalan, dan pH sedangkan pemeriksaan secara mikroskopis adalah pemeriksaan semen lebih dalam lagi serta
7
memerlukan alat bantu ukup lengkap yang meliputi motilitas, konsentrasi, sperma total. Semen sapi normal berwarna seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhannya tergantung pada konsentrasi sperma. Kira-kira 10% sapi jantan menghasilkan semen yang normal berwarna kekuning-kuningan. Warna ini disebabkan oleh pigmen riboflavin yang dibawakan oleh satu gane autosomal resesif dan tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas. Semen yang berwarna merah gelap sampai merah muda menandakan adanya darah segar dalam jumlah berbeda dan berasal dari saluran kelamin urethra atau penis. Warna kecoklat-coklatan menunjukkan adanya darah yang telah mengalami dekomposisi. Suatu warna coklat muda atau warna kehijau-hijauan menunjukkan kontaminasi dengan faeces (Toelihere, 1993). 2.4. Faktor Lingkungan BIB Tuah Sakato mempunyai lokasi yang mudah sekali dicapai dan merupakan tempat strategis. BIB Tuah Sakato mempunyai luas areal secara keseluruhan yaitu 4 Ha. BIB Tuah Sakato terletak di Jl. Riau No. 15, Ibuh, Payakumbuh Barat, ketinggian ± 500 m,dpl suhu harian antara 27-31 °C, kelembaban 60-80% curah hujan berkisar 173,3 mm/bulan. 2.5. Exercise Perlakuan Exercise adalah perlakuan yang diberian kepada pejantan di padang pengembalaan dengan maksud agar pejantan dapat bergerak dengan bebas. Pejantan yang ditempatkan di padang pengembalaan adalah pejantan yang akan ditampung semennya sehari setelah di Exercise. Perlakuan ini diberikan
8
selama 2 jam dengan cara sapi di lepaskan di padang pengembalaan agar sapi dapat bergerak bebas. Salah satu faktor yang paling penting untuk pengembangan sapi yang baik adalah latihan (Exercise). Sapi jantan selama musim pembiakan bisa disamakan dengan atlit karena dalam kebanyakan situasi dipadang pengembalaan sapi bisa bergerak lebih bebas untuk mempertahankan aktifitas fisik yang tinggi. Kebugaran fisik membutuhkan beberapa minggu pengkondisian. Sapi jantan menurut sifatnya adalah sangat aktif dan makin aktif menjelang musim perkawinan (pembiakan) jika ditempatkan pada daerah lapang pada anak sapi jantan, dia akan berlatih sendiri. Fasilitas yang diberikan untuk sapi pejantan, perlu menyediakan makanan dan tempat air. Sapi jantan kuat secara fisik bila dikeluarkan akan mengawini lebih banyak betina selama musim perkawinan mengurangi luka dari perkelahian dan penunggangan yang normal terjadi selama waktu tersebut. Latihan diluar ruangan sepanjang tahun adalah salah satu hal penting dalam membuat sapi jantan tetap dalam kondisi kejantanan yang prima dan galak, dalam kondisi alami. Metode yang paling baik dan awal adalah memeberikan latihan pada daerah pengembalaan yang berumput (Ensminger, 1989). Sapi jantan memerlukan cukup latihan untuk memepertahankan kekuatan ototnya. Latiha bisa didapatkan dengan akses ketempat latihan ataupun dengan pelatihan mekanis. Namun demikian kelihatan adanya sedikit koleraasi antara jumah latihan kualitas dan kuantitas semen yang dihasilkan oleh sapi jantan. Latihan adalah faktor yang mempengaruhi selera sapi jantan dan kekuatan otot, dan bisa membantu mendukung pemakaian kuku yang benar. Jumlah latihan yang
9
diberikan akan berbeda antara organisasi-organisasi Inseminasi Buatan (Mitchel dan Doak 2004).
10
III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan kegiatan PKPM dimulai dari tanggal 17 Maret 2015 sampai dengan tanggal 31 Mei 2015. Tempat pelaksanaan di Balai Inseminasi Buatan Tuah Sakato, Jl. Riau No. 15, Ibuh, Payakumbuh Barat. Sumatera Barat. 3.2. Alat Dan Bahan - Sapi Simental 4 ekor umur 3 tahun
- Cover Glass
- Termometer
- Objek Glass
- Vagina Buatan
- Vaselin
- Mikroskop dengan satu unit Komputer
- Teaser
- Tabung Reaksi
- Tali
3.3. Metode 3.3.1 Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan selama 30 hari dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh laboratorium di BIB Tuah Sakato. Data yang digunakan adalah sapi Simental yang diberikan perlakuan Exsercise dan yang tidak di Exsercise. Semen sapi Simental yang dijadikan sampel sebanyak 4 ekor. 3.4. Langkah Kerja 3.4.1 Pemberian Pakan Di Balai Inseminasi Buatan Tuah Sakato pakan yang diberikan untuk sapi pejantan adalah hijauan segar yaitu sebanyak 10% dari bobot badan sapi dan konsentrat diberikan sebanyak satu sekop.
11
3.4.2 Memandikan Sapi Setelah diberi pakan dan sebelum ditampung sapi terlebih dahulu dimandikan supaya semen yang dihasilkan tidak terkontaminasi dengan kotoran yang menempel pada sapi. 3.4.3 Perlakuan Exercise Perlakuan Exercise adalah perlakuan yang diberian kepada pejantan di padang pengembalaan dengan maksud agar pejantan dapat bergerak dengan bebas. Pejantan yang ditempatkan di padang pengembalaan adalah pejantan yang akan ditampung semennya sehari setelah di Exercise. Perlakuan ini diberikan selama 2 jam dengan cara sapi di lepaskan di padang pengembalaan agar sapi dapat bergerak bebas. 3.4.4 Persiapan Vagina Buatan Memasang plastik pelindung sehingga corong ataupun tabung sperma, tetap terlindung dari kotoran dan benturan serta tidak akan terlepas dari badan AV. Mengisi air hangat sesuai dengan tempertur yang diinginkan pejantan, ½ dari tabung AV temperatur berkisar antara 42-44 ºC. Memberikan vasline secukupnya pada 1/3 bagian darai AV dengan menggunakan stick glass/fiber glass dengan tujuan agar pada saat penampungan penis pejantan yang masuk kedalam AV tidak terluka. Mengisi udara melalui lubang AV dengan cara memompa atau meniup serta diatur kekenyalannya sedemikian rupa sehingga menyerupai alat kelamin betina. Mengecek kembali temperatur vagina buatan sebelum digunakan untuk penampungan.
12
3.4.5 Penampungan Semen Dalam penampungan semen, hal utama yang harus diperhatikan adalah kebersihan untuk mencegah kontaminasi semen. Alat-alat dan tindakan preventif harus diadakan untuk mencegah bahaya cedera terhadap penampung (kolektor) dan hewan itu sendiri. Kolektor yang bertugas menampung semen memegang vagina buatan dengan tangan kanan sementara tangan kiri memegang preputium dengan berdiri di sebelah teaser dengan posisi vagina buatan membentuk sudut 45º dengan garis horizontal. Saat pejantan menaiki teaser maka kolektor menangkap preputium kemudian mengarahkan penis ke vagina buatan yang dipegang dengan menggunakan tangan kanan. Disusul dengan tekanan ke depan dan terjadi ejakulasi, saat ejakilasi biarkan pejantan mendorong penisnya sendiri ke dalam vagina buatan untuk memproleh hasil ejakulasi yang optimal. Penggunaan vagina buatan merupakan metode yang dipakai secara umum untuk penampungan semen pejantan pada Balai Inseminasi Buatan. Vagina buatan dapat mengatasi kerugian-kerugian yang diproleh dengan pengurutan dan elektro ejakulator. Vagina buatan mudah dibuat dan sederhana untuk dipakai. Dengan menggunakan vagina buatan, dapat diperoleh semen yang bersih, maksimal dan spontan keluar (Toelihere, 1993). 3.4.6 Evaluasi Kualitas Semen Sapi a. Pemeriksaan secara makroskopis Semen dari hasil penampungan dibawa ke Laboratorium untuk di periksa sebelum diproses menjadi semen beku. Pemeriksan yang dilakukan secara makroskopis (pemeriksaan umum) meliputi volume, warna, konsistensi dan pH yaitu :
13
Volume Volume semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung penampungan semen yang berkala. Toelihere (1993) menyatakan volume semen setiap individu berbeda karena dipengaruhi oleh bobot hidup, pakan, libido, individu, frekuensi penampungan, bangsa, umur. volume semen sapi antara 4-6 ml. Volume yang rendah tidak merugikan tetapi jumlah konsentrasi yang rendah akan membatasi jumlah spermatozoa yang tersedia. Warna Semen sapi normal berwarna seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh. Kira 10% sapi menghasilkan semen yang normal dangan warna kekuningkuningan. Konsistensi Konsistensi atau derajat kekentalan dapat diperiksa dengan menggoyangkan tabung berisi semen secara perlahan-lahan. Semen sapi mempunyai konsistensi yang kental berwarna krem mempunyai konsentrasi 1.000 juta sampai 2.000 juta atau lebih sel spermatozoa per ml, konsistensi encer berwarna krem memiliki konsentrasi 500 juta sampai 600 juta sel spermatozoa per ml, semen yang cair berawan atau hanya sedikit kekeruhan memiliki konsentrasi sekitar 100 juta sel spermatozoa per l dan yang jernih seperti air kurang dari 50 juta per ml. Setelah dilakukan pemeriksaan makroskopis maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikroskopis meliputi gerakan massa, gerakan individu dan konsentrasi spermatozoa.
14
pH Sperma sangat aktif dan hidup lebih lama pada pH sekitar 7,0. Motilitas dapat dipertahankan pH antara 5 sampai 10. Walaupun semen segar dimobiliser oleh kondisi-kondisi asam, pada beberapa spesies dapat dipulihkan karena apabila pH dikembalikan netral pada waktu satu jam. Sperma sapi dan domba menghasilkan asam laktat dalam jumlah yang tinggi dan metabolisme fruktosa plasma seminalis, sehingga penting untuk memberikan unsur penyangga seperti garam phosphat, sirsat atau bikarbonat di dalam medium (Toilihere, 1993). b. Pemeriksaan secara mikroskopis Setelah dilakukan pemeriksaan makroskopis maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikroskopis meliputi gerakan massa, gerakan individu dan konsentrasi spermatozoa. Pemeriksaan gerakan massa Spermatozoa mempunyai kecenderungan untuk bergerak bersama-sama ke satu arah merupakan gelombang-gelombang yang tebal atau tipis, Ketebalan gelombang dapat digunakan sebagai indikator jumlah spermatozoa di dalam semen. Gerakan massa merupakan petunjuk derajat keaktifan bergerak sperma (sebagai indicator tingkat atau persentase sperma hidup dan aktif) dalam semen. a. Siapkan satu buah gelas objek yang bersih. Hangatkan sampai mencapai suhu 37º C. Lebih baik lagi apabila mikroskop yang kita gunakan memiliki meja objek yang dilengkapi dengan pemanas yang suhunya dapat diatur. b. Teteskan satu tetes (kira-kira sebesar biji kacang hijau) semen ke permukaan gelas objek tersebut pada meja objek mikroskop.
15
c. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa 10x10. Semen yang bagus, pada pengamatan di bawah mikroskop, akan memberikan tampilan kumpulan sperma bergerak bergerombol dalam jumlah besar sehingga membentuk gelombang atau awan yang bergerak. Hasil pengamatan ini akan memberikan gambaran kualitas semen dalam 5 (lima) Kualitas semen dapat ditentukan sebagai berikut : a. Sangat baik (+++) terlihat gelombang besar, gelap, tebal dan bagaikan gumpala awan hitam yang bergerak cepat berpindah-pindah tempat. b. Baik (++) terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban. c. Lumayan (+) tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan individual aktif progresif. d. Buruk (N/0) hanya sedikit atau tidak ada gerakan-gerakan individual. Pemeriksaan gerakan individu Derajat dan persentase motilitas dapat diukur dengan melihat gerak individu spermatozoa. Gerakan individual dilihat oleh mikroskop dengan pembesaran 45x10, menentukan kualitas semen berdasarkan motilitas spermatozoa dengan penilaian yaitu: a. P yaitu gerakan progresif atau gerakan aktif maju ke depan. b. O (V) yaitu gerakan Oscillatoris atau Vibratorisl atau gerakan ayun berputar dan lamban. c. C yaitu gerakan Circular atau gerakan melingkar. d. R yaitu gerakan Rarum atau gerakan mundur. e. N yaitu gerakan Necrospermia atau tidak ada gerakan.
16
Spermatozoa yang akan diproses menjadi semen beku adalah dengan gerak massa minimal (++) dan mortilitas minimal 40%. Konsentrasi spermatozoa Konsentrasi sel sperma dapat dihitung dengan beberapa cara, dari yang sederhana hinggan yang canggih. Secara sederhana sperma diencerkan 200 kali, lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 45 kali. Konsentrasi sapi berkisar antara 1000-2000 juta/ml. Konsentrasi spermatozoa dapat digunakan untuk memprediksi fertilitas sapi jantan. Perbedaan konsentrasi antar pejantan diduga disebabkan karena kualitas genetik pada masing-masing pejantan (Situmorang, 2002). Proses pengencer Proses pengenceran merupakan proses selanjutnya dari proses produksi samen beku, yang bertujuan untuk memperbanyak volume semen. Pengencer yang digunakan yaitu Andromed®. Dalam proses pengenceran semen dicampurkan dengan Andromed® dengan perbandingan 1:4. Diambil sampel untuk dilihat pada mikroskop yang bertujuan untuk melihat gerakan massa semen. Semen yang layak untuk diproduksi akan langsung diproses. Pemeriksaan Before Freezing Setelah penyimpanan di dalam cool top selama 4 jam dengan suhu 4-5 °C maka proses selanjutnya adalah pemeriksaan before freezing. Straw diambil satu untuk dijadikan sampel sebelum di sebarkan. Straw yang dijadikan sampel diperiksa dibawah mikroskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa semen mana yang akan dijadikan semen beku. Pada semen yang akan diproses menjadi
17
semen beku memiliki persentase spermatozoa hidup minimal 40%. Bagi semen yang persentase spermatozoa hidup kurang dari 40% maka langsung dibuang.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Evaluasi Semen Secara Makroskopis Sapi Simental Hasil pengamatan secara makroskopis yang meliputi volume, warna, konsentrasi dan pH yang dilakukan pada tanggal 17 Maret sampai dangan 31 Mei 2015 penampungan semen di BIB Tuah Sakato dapat dilihat pada Tabel. Tabel 1. Rataan Pemeriksaan Secara Makroskopis Sapi Simental yang di Exercise Selama 1 Bulan. No Telinga Nama Sapi Volume Warna Konsistensi pH 61234 Hasvin 4,6 Krem Kental 7 61235 Zelook 4,9 Krem Kental 7 60392 Gespert 4,9 Krem Sedang 7 61233 Darwin 4,6 Krem Encer 7 Rata-rata 4,7 Data BIB Tuah Sakato Tabel 2. Rataan Pemeriksaan Secara Makroskopis Sapi Simental yang tidak Exsercise Selama 1 Bulan. No Telinga Nama Sapi Volume Warna Konsistensi pH 61234 Hasvin 5,4 Agak Bening Encer 61235 Zelook 6,1 Krem Kental 60392 Gespert 5,1 Krem Kental 61233 Darwin 3,8 Krem Kental Rata-rata 5,1 Data BIB Tuah Sakato
di
7 7 7 7
4.1.2 Evaluasi Semen Secara Mikroskopis Sapi Simental Hasil
pemeriksaan
secara
mikroskopis
yang
meliputi
motilitas
spermatozoa atau gerakan (massa dan individu), konsentrasi, persentase spermatozoa hidup dan abnormalitas spermatozoa, yang dilakukan pada tanggal 17 Maret sampai dengan 31 Mei 2015 penampungan di BIB Tuah Sakato dapat dilihat pada Tabel.
19
Tabel 3. Rataan Pemeriksaan Secara Mikroskopis Sapi Simental yang di Exercise Selama 1 Bulan. Nama Sapi Gerakan Massa Konsentrasi Motility Hasvin 2+ 2300 71% Zelook 2+ 1400 60% Gespert 3+ 1800 66% Darwin 2+ 1800 63% Data BIB Tuah Sakato Tabel 4. Rataan Pemeriksaan Secara Mikroskopis Sapi Simental yang tidak di Exsercise Selama 1 Bulan. Nama Sapi Gerakan Massa Konsentrasi Motility Hasvin 2+ 1000 35% Zelook 3+ 2500 77% Gespert 3+ 2400 80% Darwin 2+ 2150 72% Data BIB Tuah Sakato 4.2 Pembahasan 4.2.1 Pemeriksaan Secara Makroskopis Hasil kualitatif dilihat dari pemeriksaan mikroskopis, sperma sapi yang di Exercise menunjukkan 100% memenuhi syarat untuk diproduksi lebih lanjut, sedangkan spema sapi yang tidak di Exercise hanya 87,5% yang memenuhi syarat. a. Volume Dari data Tabel 2 dan 3 hasil pengamatan yang dilakukan di BIB Tuah Sakato, menunjukkan bahwa volume semen sapi Simental yang diberikan perlakuan Exercise rata-rata 4,7 ml/ejakulasi sementara sapi yang tidak di berikan perlakuan Exercise rata-rata volume semennya adalah 5,1 ml/ejakulasi. Disini terdapat perbedaan jumah volume semen yang mana volume semen sapi yang tidak di Exercise lebih tinggi dari pada volume semen sapi yang di Exercise. Hal ini menunjukan bahwa Exercise tidak berpengaruh secara langsung terhadap kualitas dan kuantitas produksi semen (Eko K, 2009).
20
b. Warna Dari hasil pengamatan warna semen yang dihasilkan oleh sapi simental BIB Tuah Sakato cenderung bewarna krem yang terlihat pada tabel 1 dan 2. Tetapi ada juga sapi yang menghasilkan semen yang berwarna kuning. Menurut Toelihere (1993), hanya 10% saja warna semen sapi yang berwarna kuning, hal ini disebabkan adanya riboflavin yang dibawakan oleh satu gen autosomal resesif dan tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilisasi. c. Konsistensi Konsistensi adalah derajat kekentalan, di BIB Tuah Sakato konsistensi di lihat dengan cara menggoyangkan tabung yang berisi semen secara perlahan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 bahwa konsistensi semen sapi Simental di BIB Tuah Sakato cenderung kental, namun ada juga yang encer. Derajat semen yang baik kekentalannya hampir sama atau lebih kental dari susu, sedangkan semen yang tidak bagus kekentalannya sama dengan air kelapa (Hafez, 2000). Dilihat dari yang di Exercise dan yang tidak di Exercise konsistensinya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. d. pH Hasil dari pengamatan yang dilakuakan di BIB Tuah Sakato pH sapi Simental yang diberikan Exercise rata-rata 7 sedangkan sapi Simental tanpa di Exercise memiliki rata-rata pH yang sama dengan sapi yang di Exercise yaitu 7. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere(1993), bahwa kisaran pH sapi antara 6,4 - 7,8.
21
4.2.2 Pemeriksaan Secara Mikroskopis Menentukan semen yang berkualitas baik yaitu dengan cara pemeriksaan secara mikroskopis dari beberapa sapi Simental yang meliputi pengamatan mortilitas, spermatozoa atau gerakan (massa dan individu), konsentrasi, persentase sperma hidup dan abnormalitas spematozoa. Dari data hasil pengamatan yang dilakukan di BIB Tuah Sakato dapat dilihat pada tabel. a. Gerakan Massa Gerakan massa sperma sapi Simental di BIB Tuah Sakato dapat dilihat dari Tabel 4 dan 5 yaitu gerakan massa sapi simental yang diberikan perlakuan Exercise adalah 2 (++), sedangkan gerakan massa sapi Simental yang tidak di Exercise sama hasilnya dengan sapi yang di Exercise yaitu 2 (++) ini menyatakan bahwa semen sapi yang dihasilkan pejantan BIB Tuah Sakato bagus, sehingga untuk semen yang memiliki gerakan 2 (++) dapat dilakukan evaluasi selanjutnya. Toelihere (1993), menyebutkan hal yang hampir sama, belum dapat dibuktikan bahwa gerakan badan mempengaruhi produksi spermatozoa secara kualitatif dan kuantitatif. b. Gerakan Individu Gerakan sapi Simental yang ada di BIB Tuah Sakato sangat beragam. Ada yang progresif aktif dan ada gerakan yang berputar-putar hingga yang tidak ada gerakan sama sekali atau spermatozoa sudah mati, namun BIB Tuah Sakato menilai gerakan individu dari beberapa semen spermatozoa yang hidup dan mati, apabila spermatozoa yang hidup lebih dari 70% dan bergerak progresif aktif maju kedepan maka semen dilakukan evakuasi lanjut atau produksi. Gerakan individu spermatozoa pada umumnya yang terbaik adalah gerakan progresif atau gerakan
22
maju kedepan, gerakan melingkar atau mundur merupakan tanda-tanda cold shock atau media yang tidak isotonik dengan semen. Gerakan berayun-ayun atau berputar-putar di tempat sering terlihat pada semen tua, apabila spermatozoa telah berhenti bergerak dan di anggap mati (Toelihere, 1993). Penentuan kualitas semen berdasarkan motilitas atau gerakan spermatozoa dengan nilai angka 0 sampai 5 sebagai berikut : a. Angka 0 : spermatozoa immotil atau tidak bergerak b. Angka 1 : gerakan berputar ditempat c. Angka 2 : gerakan berayun atau melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif dan tidak ada gelombang d. Angka 3 : antara 50% sampai 80% bergerak progresif dan mengasilkan gerakan massa e. Angka 4 : gerakan progresif yang gesit dan membentuk gelombang dengan 90% sperma motil f. Angka 5 : gerakan progsesif, gelombang sangat cepat menunjukkan 100% motil aktif Persentasi mortilitas spermatozoa sapi dibawah 40% menunjukan kualitas semen yang kurang baik dan sering berhubungan dengan infertilitas, kebanyakan pejantan yang fertil mempunyai 50%-80% spermatozoa yang motil aktif progresif (toelihere, 1981). g. Konsentrasi Konsentrasi spermatozoa sapi berkisar antara 800-2000 juta/ml (Feradis, 2010). Hasil dari pengamatan konsentrasi semen segar sapi Simental yang dilakukan di BIB Tuah Sakato, sapi yang di Exercise di dapat rata-rata 1800
23
juta/ml dan sapi yang tidak di Exercise di dapat rata-rata 2000 jta/ml. Hal ini menunjukan bahwa sapi yang di Exercise dengan yang tidak di Exercise tidak jauh berbeda. Sebagaimana pendapat Toelihere (1979), perlakuan Exercise diharapkan dapat merangsang pengeluaran hormon testoteron lebih banyak dari testes jantan, dimana testoteron ini perlu untuk : Diferensiasi seksual organ-organ kelamin luar dan penurunan testes dari dalam scrotum pada featus atau hewan yang baru lahir. Keratinisasi
ephitel
praepetium,
pemisahan
glans
penis
dari
praepetium, dan pertumbuhan penis dan praepetium pada pubertas. Pertumbuhan dan kelangsungan fungsi kelanjar-kelanjar kelamin pelengkap untuk menghasilkan cairan atau plasma semen sewaktu ejakulasi, seperti kelenjar Prostata dan Vesiculares. Dimana kelenjar prostata ini mengelilingi urethra dan terdiri dari dua bagian : badan prostata (corpus prostatae) dan prostata disseminatae atau prostata yang cryptik (pars disseminataprostatae). Sekresi kedua bagian ini berjalan melalui saluran-saluran kecil dan banyak yang bermuara ke dalam urethra pada beberapa deretan. Kelenjar vesiculares (glandulae vesiculares) pada sapi terdapat sepasang, jelas lobulasinya dan berada di dalam lipatan urogenital lateral dari ampula. Kelenjar-kelenjar vesiculares berbeda-beda dalam ukuran dan lobulasi antara individuindividu hewan. Sekresi kelenjar-kelenjar vesiculares dapat dengan mudah diperoleh post-mortem dan merupakan suatu cairan keruh dan lengket. Sekresi tersebut mengandung protein, kalium, asam citrat,
24
fructosa dan beberapa enzim dalam konsentrasi yang tinggi; kadangkadang bewarna kuning kerena mengandung flavin. Sekresi kelenjarkelenjar vesiculares membentuk 50% dari volume ejakulat normal sapi. Keinginan kelamin atau libido dan kesanggupan untuk ereksi dan ejakulasi. Sifat-sifat kelamin sekunder yang khas bagi hewan jantan misalnya pertumbuhan tanduk, bentuk tubuh yang kecil pada pinggul, pertambahan jaringan otot dengan distribusi lemak yang berbeda dari hewan betina karena pengaruh anabolik protein. Kelangsungan sekretoris dan aktifitas absorpsi dan stuktur ductuli efferentes testes, epididymis dan ducti defferintia termasuk ampulla. Disamping itu testoteron berfungsi mempertahankan spermatogenesis atau perkembangan dan pematangan spermatid dan spermatozoa di dalam saluransaluran testikuler dan memperpanjang umur sperma di dalam epididymis. Dengan menyebabkan retensi nitrogen, adrogen mempunyai aktivitas metabolik terhadap protein yang meliputi seluruh tubuh organisme. Selain itu juga hormon testoteron dapat menurunkan abnormalitas spermatozoa. h. Persentase Spermatozoa Hidup Hasil pengamatan yang dilakukan di BIB Tuah Sakato persentasi spermatozoa yang hidup sapi Simental yang diberikan perlakuan Exercise di dapat rata-rata 65% dan persentase spermatozoa yang hidup, sapi yang tidak di Exercise di dapat rata-rata 66%. Persentase spermatozoa yang hidup di Exercise lebih rendah dari pada yang tidak di Exercise, Hal ini perlakuan Exercise pada sapi
25
bertujuan untuk meningkatkan kualitas semen sapi (Toelihere, 1993). Jumlah spematozoa yang hidup untuk di proses menjadi semen beku adalah 40%. i. Abnormalitas Spermatozoa Penentuan jumlah dan macam abnormalitas sperma sapi Simental di dalam suatu ejakulasi di BIB Tuah Sakato berbarengan dengan pemeriksaan lain yang dilakukan sesudah penampungan semen seperti penentuan motilitas. Konsentrasi dan jumlah sperma yang hidup dan mati, pada sapi apabila sperma abnormal lebih dari 300% menunjukkan adanya infertil atau ketidak suburan pejantan tersebut dan semen tidak di produksi, pada pemeriksaan mikroskopis di BIB Tuah Sakato keadaan semen sapi Simental terlihat abnormalitas karena tingkat persentasenya di bawah 40% dan jika dilihat secara makroskopis keadaan semen terlihat encer. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1993), yaitu apabila sperma abnormal melewati 30% menunjukkan adanya kematian atau ketidak suburan pejantan tersebut.
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil data-data pengamatan yang dilakukan di BIB Tuah Sakato dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Pemeriksaan secara makroskopis terhadap sapi pejantan Simental yang diberkan perlakuan
Exercise
tidak memberikan pengaruh dalam
peningkatan kualitas hasil semen sapi Simental. 2. Pemeriksaan secara mikroskopis sapi Simental yang diberikan perlakuan Exercise memberikan pengaruh baik dalam peningkatan kualitas hasil semen sapi. 3. Secara kualitatif rata-rata dilihat persentase motalitas sapi yang di Exercise lebih rendah dibandingkan yang tidak di Exercise. 4. Hasil kualitatif dilihat dari pemeriksaan mikroskopis, sperma sapi yang di Exercise menunjukkan 100% memenuhi syarat untuk diproduksi lebih lanjut, sedangkan sperma sapi yang tidak di Exercise hanya 87,5% yang memenuhi syarat. 5.2 Saran Bagi instansi-instansi yang memproduksi semen sapi segar maupun semen beku, sebaiknya sapi diberikan perlakuan Exercise guna untuk merangsang pengeluaran hormon testoteron, sapi memperoleh gerak yang leluasa dialam yang terbuka dan mendapatkan sinar matahari langsung dan juga untuk merangsang pertumbuhan tulang yang normal.
27
DAFTAR PUSTAKA Blakekely, J dan Bade, D. H. 1989. Ilmu Petrnakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Eko, K. B. 2009. Efektifitas Frekuensi Exercise Terhadap Peningkatan Kualitas Semen Sapi Simental. http://www.google.com/search?client=msrim&hl=id&q=efektifitas%20frekuensi%20Exercise%20terhadap%20penin gkatan%20kualitas%20semen%20sapi%20simental&ie=UTF-8&oe=UTF-8 &channel=browser. di Unduh Tanggal 13 April 2015. Ensminger, M. E. 1989. Beef Cattle Seience. The Inter State and Publiher Califirnia. Feradis, 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung. Hafez, 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. Dalam: B. Hafez dan E.S.E. Hafez (Eds). Reproduction In Farm Animals. 7th Ed. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, USA. Ismaya, 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan Pada Sapid an Kerbau. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Masir, U. 2009. Hormon Progesteron Pada Sapi Potong Yang Dikawinkan Melalui Teknik Inseminasi Buatan. SKRIPSI. Universitas Hasanudin. Makasar. http://www.google.com/search?q=ummul+masir.+2009.+inse minasi+buatan&client=ms-rim&hl=id&oe=UTF8&channel=browser &o q=ummul+masir.+2009.+inseminasi+buatan. di Unduh Tanggal 15 April 2015. Mitchal, J. R. And G. A. Doak. 2004. The Aftifical Insemination and Embryo Transfer http://www.google.com/search?client=ms-rim&hl= id&q= mitch al%20J%2 0R%20dan%20G%20A%20doak%202004%20artikel %20inse minasi%20dan%20embrio%20transfer&ie=UTF-8&oe=UTF-8&channel = brower. di Unduh Tanggal 25 juni 2015. Pane, P. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. Partodiharjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Jakarta. Purbowati, E. 2011. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Situmorang, P. 2002. The Effects of Inclusion of Exogenous Phospolipid In TrisDiluent Containing A Different Level of Egg Yolk on the Viability of Bull Spermatozoa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor 7 (3) : 131-187. Susilawati, T. 2011. Spermatozoatology. Universitas Brawijaya Press. Malang. 28
Sugeng, B. Y. 1996. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung. Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa, Bandung.
29
LAMPIRAN A. Tabel Pemeriksaan Makroskopis Sapi Simental yang di Exercise No Tanggal Nama Telinga Produksi sapi
Analisis Sperma Makroskopis Volume Warna Konsistensi 3,9 Krem Kental 3,5 Krem Kental 6,5 Krem Kental 5,2 Krem Kental 3,8 Krem Encer 5,7 Krem Kental 4,5 Krem Kental 5,5 Krem Kental 4,8 Krem Sedang 4,2 Krem Kental 4,8 Krem Kental 5 Krem Encer
pH 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Sapi Simental yang tidak di Exercise Analisis Sperma Makroskopis No Tanggal Nama Telinga Produksi sapi Volume Warna Konsistensi 26-Mar-15 3,3 Agak Bening Encer 61234 Hasvin 02-Apr-15 7,5 Krem Encer 26-Mar-15 4,7 Krem Kental 61235 Zelook 02-Apr-15 7,5 Krem Kental 27-Mar-15 4,8 Krem Kental 60392 Gespert 30-Mar-15 5,5 Krem Kental 31-Mar-15 4,2 Krem Kental 61233 Darwin 07-Apr-15 3,5 Krem Kental
pH 7 7 7 7 7 7 7 7
61234
61235
60392
61233
10-Apr-15 17-Apr-15 24-Apr-15 10-Apr-15 17-Apr-15 24-Apr-15 06-Apr-15 13-Apr-15 20-Apr-15 10-Apr-15 17-Apr-15 24-Apr-15
Hasvin
Zelook
Gespert
Darwin
Rumus Pengencer = Volume semen x Motility x Konsentrasi : 0,25 100
30
B. Tabel Pemeriksaan Mikroskopis Sapi Simental yang di Exercise No Tanggal Nama Telinga Produksi sapi
61234
61235
60392
61233
10-Apr-15 17-Apr-15 24-Apr-15 10-Apr-15 17-Apr-15 24-Apr-15 06-Apr-15 13-Apr-15 20-Apr-15 10-Apr-15 17-Apr-15 24-Apr-15
Hasvin
Zelook
Gespert
Darwin
Analisis Sperma Mikroskopis Gerakan Massa 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 3+ 3+ 2+ 2+ 3+
Konsentrasi Motility 1800 70% 2700 75% 2400 70% 1800 70% 1200 50% 1200 60% 1200 50% 1800 75% 2400 75% 1200 50% 2200 70% 2200 70%
Sapi Simental yang tidak di Exsercise No Telinga
Tanggal Produksi
Nama sapi
Analisis Sperma Mikroskopis Gerakan Massa
61234
26-Mar-15
Hasvin
02-Apr-15 61235
26-Mar-15
Zelook
02-Apr-15 60392
27-Mar-15
Gespert
30-Mar-15 61233
31-Mar-15 07-Apr-15
Darwin
Konsentrasi
Motility
2+
1200
50%
1+
800
20%
3+
2600
75%
3+
2400
80%
3+
2600
80%
3+
2200
80%
2+
1900
70%
3+
2400
75%
31
Lampiran 2. Dokumentasi Pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM)
Penampungan Semen
Pengambilan Hijauan
Pemeriksaan secara Mikroskopis
Pemeriksaan secara Makroskopis
32
Sapi yang di Exercise
Sapi Hasvin
Sapi Zelook
Sapi Gespert
Sapi Darwin
33
SEKILAS UPTD BIB TUAH SAKATO Pada awalnya UPTD ini merupakan unit instalasi teknis produksi semen beku Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat yang dibentuk pada tanggal 7 september 2002 dengan nama BIBD Tuah Sakato yang ditugaskan untuk memproduksi semen beku sesuai dengan program desentralisasi BIB ke Daerah dari Direktorat Jendral Peternakan . Berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 70 Tahun 2009 tanggal 14 Desember 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat maka instalasi produksi semen beku ini ditingkatkan menjadi UPTD BIB Tuah Sakato. Keberadaan Unit Kerja ini sebagai penghasil Barang/Jasa yang diperlukan bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama dalam ketersediaan semen beku ternak sapi, kerbau dan kambing.
Disamping itu UPTD BIB Tuah Sakato diharapkan mampu
memberikan kontribusi terhadap PAD dari hasil penjualan semen beku ternak. Selain itu UPTD BIB Tuah Sakato juga diharapkan sebagai tempat pelatihan, magang dan penelitian bagi petugas teknis, siswa dan mahasiswa serta masyarakat di Sumatera sekitarnya. UPTD BIB Tuah Sakato sudah memiliki Laboratorium Uji Mutu untuk semen beku berdasarkan SNI /IEC 17025. 2008 sejak tanggal 1 September 2012. Visi Terwujudnya Penyediaan Bibit Ternak Unggul dan Berkualitas.
34
Misi 1. Terwujudnya pusat pengembangan dan pembibitan ternak unggul. 2. Terwujudnya pengembangan teknologi ternak unggul. 3. Terwujudnya peningkatan produktivitas ternak (Mutu genetik) secara kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi kebutuhan ternak unggul di Sumatera Barat. 4. Terwujudnya peningkatan produktivitas sumber daya alam dan SDM. 5. Terwujudnya BIB Tuah Sakato sebagai pusat pelatihan dan pembelajaran. Tugas Pokok Melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku benih unggul serta penerapan dan pengembangan teknologi reproduksi ternak. Fungsi 1. Memelihara ternak unggul. 2. Pengujian keturunan dan fertilitas pejantan unggul. 3. Produksi dan penyimpanan semen beku. 4. Pencatatan dan pemantauan penggunaan semen beku serta pengawasan mutu semen. 5. Memberi syarat teknik produksi semen beku benih unggul. 6. Memberi pelayanan teknik kegiatan pemeliharaan ternak. 7. Pemberian pelayanan teknik kegiatan produksi semen beku. 8. Pemberian informasidan dokumentasi hasil dokumentasi inseminasi buatan. 9. Distribusi dan pemasaran semen beku unggul. 10. Pengujian kesehatan dan diagnose penyakit ternak.
35
11. Urusan tata usaha dan rumah tangga balai. Maksud dan Tujuan Keberadaan UPTD BIB Tuah Sakato dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan semen beku secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat jenis khususnya di wilayah Sumatera Barat. Adapun tujuan dari UPTD BIB Tuah Sakato adalah: Menunjang kelancaran program IB di daerah Sumatera Barat. Mengatasi permasalahan ketersediaan semen beku secara berkelanjutan. Menghemat pengeluaran anggaran pemerintah daerah. Terlaksananya program swasembada semen beku di Sumatera Barat. Meningkatkan pengetahuan petugas dan masyarakat dibidang reproduksi ternak. Peningkatan kontribusi terhadap PAD. Sasaran Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah: Terpecahkannya masalah kelangkaan semen beku untuk mendukung program pelayanan IB di Sumatera Barat. Terpenuhinya kebutuhan semen beku di Sumatera Barat secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat jenis. Termanfaatkannya potensi peluang pasar semen beku di provinsi lain terutama provinsi tetangga.
36