Laporan Tahun 2007 Hak Cipta © 2008, BB-Biogen
LAPORAN TAHUN 2007
I. Pendahuluan KONDISI UMUM Departemen Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian telah menetapkan bidang bioteknologi ke dalam kelompok prioritas tinggi yang perlu dilakukan melalui penyusunan dan pelaksanaan program penelitian yang terarah dan sistematis. Sehubungan dengan hal tersebut penelitian bioteknologi memerlukan fasilitas dan dana penelitan yang relatif mahal. Namun demikian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB-Biogen) dapat berperan dalam mendukung pembangunan pertanian ke arah tercapainya pertanian unggul. Untuk itu, BB-Biogen harus mampu menghasilkan teknologi terobosan, baik untuk mengatasi kendala yang dihadapi maupun untuk menciptakan peluang baru dalam usaha tani dan industri pertanian. Untuk dapat mewujudkan harapan tersebut, perlu dilakukan pengkajian pengembangan kemampuan rekayasa genetik, biologi, identifikasi, dan konstruksi gen, identifikasi dan memanfaatkan marka molekuler, peningkatan kemampuan laboratorium serta pengembangan dan pembinaan kerja sama dengan sektor lain. BB-Biogen merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Badan Litbang Pertanian yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 631/Kpts/OT.140/12/2003 mempunyai mandat: (1) penyusunan program dan evaluasi penelitian dan pengembangan bioteknologi dan sumber daya ge-
netik pertanian; (2) pelaksanaan penelitian konservasi dan karakterisasi yang meliputi fisik, kimia, biokimia, metabolisme biologis dan biomolekular sumber daya genetik pertanian; (3) pelaksanaan penelitian bioteknologi sel, bioteknologi jaringan, rekayasa genetik dan bioprospeksi sumber daya genetik pertanian; (4) pelaksanaan penelitian keamanan bayati dan keamanan pangan produk bioteknologi; (5) pelaksanaan pengembangan sistem informasi hasil penelitian dan pengembangan bioteknologi sumber daya genetik pertanian; (6) pelaksanaan pengembangan komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis produk bioteknologi pertanian; dan (7) pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian bioteknologi dan sumber daya genetik pertanian dan pengelolaan tata usaha dan rumah tangga BB-Biogen. RENCANA STRATEJIK Rencana stratejik BB-Biogen selama lima tahun telah tertuang dalam Rencana Strategi (Renstra) BB-Biogen 2005-2009, di mana untuk melaksanakan Renstra tersebut BB-Biogen memiliki dengan Visi, yaitu “menjadi lembaga penelitian dan pengembangan terbaik di tingkat nasional pada bidang bioteknologi dan pengelolaan plasma nutfah pertanian”. Untuk mewujudkan visi tersebut, BB-Biogen memiliki Misi, yaitu (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang bioteknologi dan sumber daya genetik (SDG) pertanian, (2) mengelola dan memanfaatkan SDG un-
1
P ENDAHULUAN
tuk mendukung penelitian di bidang bioteknologi dan pemuliaan tanaman, (3) mengembangkan suatu program penelitian yang kuat dalam perbaikan sifat genetik tanaman dan mikroba, serta komponen teknologi budi daya pertanian dengan pendekatan bioteknologi, sehingga teknologi dan produk BB-Biogen berdaya saing tinggi, dan (4) berkontribusi pada pembangunan nasional pertanian dengan jalan mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi yang sesuai untuk meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di dalam pasar nasional dan global. Pada tahun anggaran (TA) 2007 yang merupakan tahun ketiga pelaksanaan Renstra, BB-Biogen menetapkan 18 kegiatan penelitian. Banyaknya kegiatan ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya terdiri dari 14 kegiatan (RPTP). Penambahan kegiatan tersebut untuk mempercepat dan meningkatkan banyaknya teknologi yang dihasilkan. Kegiatan penelitian tersebut dikelompokkan ke dalam tiga Program Utama Penelitian BB-Biogen, yaitu (1) Program Penelitian Pengkayaan, Pengelolaan, Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Daya Genetik Pertanian (tujuh kegiatan), (2)
2
Program Penelitian Rekayasa dan Pemanfaatan Teknik Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetik untuk Perbaikan Tanaman dan Ternak (delapan kegiatan), dan (3) Program Penelitian Pemanfaatan Kultur In Vitro untuk Perbanyakan Tanaman, Perbaikan Varietas dan Produksi Senyawa Metabolit Sekunder (tiga kegiatan). RUANG LINGKUP Laporan BB-Biogen Tahun 2007 mencakup kegiatan pengelolaan sumber daya institusi, program dan evaluasi, penelitian, kebijakan bioteknologi dan sumber daya genetik pertanian, kerja sama penelitian, dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan. Kegiatan tersebut dilaksanakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) melalui DIPA BB-Biogen TA 2007 dan kerja sama. Laporan ini hanya menyajikan highlight kegiatan yang mengantar kepada laporan dari masing-masing kegiatan. Sedangkan laporan rinci untuk setiap kegiatan disajikan dalam dokumen laporan terpisah.
Laporan Tahun 2007 Hak Cipta © 2008, BB-Biogen
LAPORAN TAHUN 2007
II. Pengelolaan Sumber Daya Institusi PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
gawaian, administrasi umum, administrasi keuangan, pengemudi, pramu kantor, satpam, staf Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio), staf rumah kaca, dan staf kelompok peneliti (Kelti).
Tata Usaha Kepegawaian Pegawai yang bekerja di BB-Biogen 286 orang pegawai negeri sipil (PNS), 23 orang calon pegawai negeri sipil (CPNS), 28 orang honorer yang sedang dalam proses pengangkatan menjadi CPNS, dan 13 orang honorer (Tabel II.1). Delapan orang dari 13 orang honorer sudah berusia di atas 46 tahun sehingga tidak mungkin diangkat sebagai PNS sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2005. Tenaga honorer yang tidak dapat diangkat adalah 2 orang satpam, 2 orang pramu kantor, dan 4 orang pekarya kebun. Komposisi PNS di BB-Biogen terdiri dari 94 orang peneliti (32,9%), 52 orang tenaga fungsional Teknisi Litkayasa (18,2%), dan 140 orang fungsional umum (48,9%). Tenaga fungsional umum terdiri dari administrasi kepe-
Pada TA 2008 4 orang satpam, dan 2 pramu kantor akan pensiun, padahal dengan dibangunnya Bank Gen yang lokasinya terpisah dengan bangunan utama BBBiogen akan memerlukan tambahan tenaga satpam dan pramu kantor. Kebijakan peningkatan status honorer menjadi CPNS memiliki dampak positif untuk peningkatan kesejahteraan. Akan tetapi pengangkatan CPNS tersebut belum memenuhi kebutuhan tenaga pendukung spesifik seperti tenaga pengelola keuangan yang bersertifikat, tenaga akuntan, dan peneliti bidang keahlian tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendukung spe-
Tabel II.1. Rekapitulasi honorer BB-Biogen berdasarkan pendidikan dan unit kerja tahun 2007. Pendidikan
No. Unit kerja/unit kegiatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Jumlah
S2
S1
SLTA
SLTP
SD
Subbag. Rumah Tangga dan Keuangan Subbag. Perlengkapan Subbag. Kepegawaian Seksi PHP Seksi Kerja Sama Kelti PSDG Kelti BM Kelti BSJ Kelti Biokimia Inlitbio Cikeumeuh Inlitbio Pacet Inlitbio Citayam Rumah Kaca Komnas SDG
1 -
1 -
1 2 2 2 4 3 4 1 1
1 1 -
6 1 1 1 6 1 1 -
8 2 0 2 0 5 5 5 10 1 1 0 1 1
Jumlah
1
1
20
2
17
41
3
PENGELOLAAN SUMBER DAYA INSTITUSI
sifik dan peneliti, mungkin perlu mempertimbangkan sistem outsourcing atau kontrak kerja sesuai dengan rambu-rambu peraturan yang memungkinkan. Perencanaan dan Pengembangan Pegawai Tenaga peneliti di BB-Biogen berjumlah 94 orang terdiri dari 69 orang peneliti yang memiliki jenjang fungsional dan 25 orang peneliti yang belum memiliki jenjang fungsional. Hampir semua peneliti yang belum memiliki jenjang fungsional telah mengikuti pelatihan untuk menjadi peneliti. Peneliti BB-Biogen tersebar di empat Kelti, yaitu 26 orang peneliti di Kelti Pengelolaan Sumber Daya Genetik (PSDG), 36 orang peneliti di Kelti Biologi Molekuler (BM), 16 orang peneliti pada Kelti Biologi Sel dan Jaringan (BSJ), dan 16 orang peneliti di Kelti Biokimia. Peneliti yang memiliki latar belakang ilmu dibidang kimia hanya ada 2 orang (Tabel II.2). Padahal, peneliti dibidang ini diperlukan terutama untuk melakukan penelitian pemanfaatan sumber daya genetik pertanian dan keamanan pangan produk rekayasa genetik. Oleh sebab itu, pengadaan tenaga dibidang ini perlu mendapat perhatian di masa datang. Dari sisi umur, banyak peneliti yang berjenjang S3 telah mendekati usia pensiun, terutama peneliti di Kelti PSDG (69,2%) dan Kelti BSJ (31,3%) padahal pengangkatan tenaga dibidang penelitian sulit. Di BB-Biogen masih ada 21 orang peneliti ca-
4
lon S2 dan S3 (Tabel II.3) berusia <35 tahun sehingga peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang ada melalui pendidikan masih dimungkinkan. Selain melalui pendidkan peningkatkan kapasitas SDM BB-Biogen dilakukan melalui pelatihan teknis yang terkait dengan bidangnya masing-masing atau magang ke institusi penelitian di luar negeri (Tabel II.4). Dalam rangka peningkatan keterampilan dan kemampuan tenaga peneliti dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, beberapa tenaga BB-Biogen telah mendapatkan pelatihan jangka pendek dan jangka panjang, di dalam dan di luar negeri. Peneliti yang mengikuti pelatihan jangka panjang 14 orang terdiri dari 10 orang pelaksana tugas belajar pada program S3 dan 4 orang sedang mengikuti program S2, di dalam dan di luar negeri. Tenaga peneliti dengan kualifikasi pendidikan S3 menunjukkan peningkatan setiap tahun. Pada Tahun 2002, pegawai yang berpendidikan S3 (PhD) hanya 21 orang, sedangkan pada tahun 2007 meningkat menjadi 35 orang. Selain jabatan fungsional peneliti, di BB-Biogen terdapat jabatan fungsional Teknisi Litkayasa, Pustakawan, Pranata Komputer, Arsiparis, dan Statistisi. Tenaga fungsional Arsiparis belum dimanfaatkan optimal untuk menangani kearsipan administrasi di BB-Biogen. Sejalan dengan tupoksi BB-Biogen, tenaga fungsional kehumasan perlu diusulkan untuk diadakan.
LAPORAN TAHUN 2007
Tabel II.2. Keragaan peneliti BB-Biogen dengan jenjang fungsionalnya, Agustus 2007. Status peneliti dan jenjang fungsional
Jumlah tenaga peneliti dan latar belakang pendidikan
Kepakaran dalam penelitian
S3
S2
S1
Non kelas
8
9
8
Fitopatologi = 1 Marka Molekuler = 4 Rekayasa Genetik = 2 Biokimia Molekuler = 1
Marka Molekuler = 5 Rekayasa Genetik = 1 Fisiologi Tanaman = 1 Bioinformatika = 1 Biokimia Molekuler = 1
Pertama
4
12
3
Rekayasa genetik = 1 Fisiologi Tanaman = 1 Marka Molekuler = 2
Muda
5
7
1
Rekayasa Genetik = 2 Fisiologi Tanaman = 1 Marka Molekuler = 2
Madya
6
11
3
Utama
13
3
1
Entomologi = 1 Fisiologi Tanaman = 1 Pem. dan Gen. Tnm. = 1 Biometrik = 1 Biokimia Molekuler = 1 Fitopatologi = 1 Rekayasa Genetik = 3 Fisiologi Tanaman = 2 Marka Molekuler = 1 Entomologi = 2 Fitopatologi = 2 Pem. dan Gen. Tnm. = 1 Kimia Analatik = 1 Mikrobiologi Tanah = 1
Pem. dan Gen.Tnm. = 2 Rekayasa Genetik = 4 Fitopatologi = 1 Biokimia Molekuler = 1 Fisiologi Tanaman = 2 Marka Molekuler = 1 Mikrobiologi = 1 Rekayasa Genetik = 2 Fisiologi Tanaman = 1 Marka Molekuler = 1 Mikrobiologi = 2 Bioinformatika = 1 Fisiologi Tanaman = 5 Marka Molekuler = 1 Pem. dan Gen. Tnm. = 3 Fitopatologi = 2
Jumlah peneliti
36
42
16
S3
Fitopatologi = 4 Marka Molekuler = 9 Rekayasa Genetik = 8 Biokimia Molekuler = 2 Fisiologi Tanaman = 5 Entomologi = 3 Pem. dan Gen. Tnm. = 2 Biometrik = 1 Kimia Analitik = 1 Mikrobiologi Tanah = 1
S2
S1 Marka Molekuler = 1 Rekayasa Genetik = 1 Fisiologi Tanaman = 2 Biokimia Molekuler = 2 Mikrobiologi = 1 Kimia = 1 Pem. dan Gen. Tnm. = 1 Rekayasa Genetik = 2
Entomologi = 1
Entomologi = 1 Pem. dan Gen.Tnm. = 2
Entomologi = 1 Pem. dan Gen. Tnm. = 1 Fisiologi Hara = 1
Pem. dan Gen. Tnm. = 1
Fitopatologi = 4 Marka Molekuler = 8 Rekayasa Genetik = 7 Biokimia Molekuler = 2 Fisiologi Tanaman = 9 Entomologi = 1 Pem. dan Gen.Tnm = 6 Bioinformatika = 2 Mikrobiologi = 3 Fisiologi Hara = 1
Marka Molekuler = 1 Rekayasa Genetik = 3 Fisiologi Tanaman = 2 Entomologi = 2 Pem. dan Gen. Tnm. = 4 Biokimia Molekuler = 2 Kimia = 1 Mikrobiologi = 1
Pem. dan Gen.Tnm. = pemuliaan dan genetika tanaman
5
PENGELOLAAN SUMBER DAYA INSTITUSI
Tabel II.3. Keragaan usia peneliti BB-Biogen pada TA 2007. Kelompok usia
Kelompok peneliti Pengelolaan Sumber Daya Genetik Biologi Molekuler Biologi Sel dan Jaringan Biokimia
26-30
31-35
36-50
51-55
56-60
0 5 3 0
0 8 2 3
8 19 6 8
10 1 4 1
4 3 1 4
Tabel II.4. Pegawai yang mengikuti program doktor, penelitian, training, seminar, dan pertemuan di luar negeri 2007. No. Tujuan 1. Program Doctor of Philosophy 2. Melanjutkan Penelitian
Negara yang dituju University of Queensland Australia Belanda
1
Pemerintah Australia
1
Institute of Biology, Leiden University Generation Challenge Program (GCP), DIPA badan Litbang dan Pemerintah Swedia, Michigan State University melalui PBS ISAA SEAsia Centre Badan Litbang dan Pemerintah Australia, Sandia National Laboratories, Sakata Seed Corporation, FAO, Biaya yang bersangkutan, IBS Asia, United State Patent and Trademark Office, African Centre for Gene Technology, Zambia Agriculture Research Institute
4. Training
Filipina, Swedia, India, Filipina, Amerika Serikat
6
5. Seminar 6. Pertemuan the first ad Hoc Screening of Gal4/VP16, Conference on Laboratory, Meeting on Genetically, Sidang Reguller ke-11, International Asia Pasific, Pertemuan AGROCHEM, USPTO Global Intellectual Property Academy (GIPA), Pertemuan Tahunan GCP, Pertemuan International Consultation of Farmer
Filipina Itali, Australia, Thailand, Jepang, Vietnam, Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Zambia
4 12
PENGELOLAAN PERLENGKAPAN Perencanaan dan Pengadaan Perlengkapan Perencanaan dan pengadaan perlengkapan meliputi kegiatan menyiapkan bahan analisis kebutuhan dan pengembangan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan, menyiapkan bahan rencana pengadaan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan, menyiapkan bahan penyusunan laporan rencana dan pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan, analisis pemanfaatan sarana dan prasarana pene-
6
Jumlah Sponsor
litian dan pengembangan, dan penyusunan konsep standarisasi dan akreditasi sarana penelitian dan pengembangan. Pada TA 2007, Subbagian Perlengkapan telah menyiapkan bahan rencana pengadaan sarana dan prasarana untuk gedung Fasilitas Bank Gen berupa perlengkapan kantor. Selain itu juga disiapkan bahan untuk pengadaan sarana laboratorium berupa alat-alat untuk menunjang kegiatan pada masing-masing laboratorium, yaitu Laboratorium Mikrobiologi, Benih, dan In Vitro. Kebutuhan peralatan tersebut disajikan pada Tabel II.5.
LAPORAN TAHUN 2007
Tabel II.5. Daftar kebutuhan/usulan peralatan laboratorium pada gedung Bank Gen. Jenis alat Mikrobiologi Alat standar Alat penyimpan Alat analisis Fokus pengambil contoh Benih Alat standar Alat penyimpan Alat analisis In Vitro Alat standar Alat penyimpan Alat analisis Jumlah
Administrasi Barang Milik/Kekayaan Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya, BB-Biogen didukung sejumlah fasilitas berupa (1) sarana dan prasarana umum, yaitu tanah, bangunan, kendaraan, serta (2) sarana dan prasarana penelitian berupa peralatan laboratorium, rumah kaca, dan Inlitbio. Kekayaan milik negara di BB-Biogen tercatat pada Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) yang dilakukan oleh Subbag Perlengkapan. Nilai aset dari kekayaan/barang milik negara yang dikelola oleh BB-Biogen sampai 31 Desember 2007 sebanyak Rp 43.272.614.092. Angka tersebut belum direevaluasi oleh Departemen Keuangan yang rencana evaluasinya akan dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Inventarisasi Penilaian Barang Milik Negara pada tahun 2008. Sarana dan Prasarana Umum Sarana dan prasarana umum merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting
Jumlah 26 6 11 4 2 5 14 1 1 70
dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BB-Biogen, yang meliputi tanah, bangunan, kendaraan, dan peralatan pendukung lainnya. Lahan yang dikelola oleh BBBiogen seluas 398,893 m2 terdiri atas tanah dan bangunan. Data luas lahan dan luasan masing-masing bangunan disajikan pada Tabel II.6. Kendaraan dinas yang dikelola oleh BB-Biogen berjumlah 37 unit kendaraan, yang terdiri atas 23 unit kendaraan roda empat dan 13 unit kendaraan roda dua serta 1 unit motor gerobak. Kendaraan dinas yang dikelola oleh BB-Biogen sebagian besar sudah berusia di atas 10 tahun bahkan ada yang sudah berumur 34 tahun. Secara rinci data kendaraan tersebut disajikan pada Tabel II.7. Prasarana pendukung lainnya yang mendukung pelaksanaan kegiatan perkantoran sehari-hari adalah alat pengolah data, generating set, telepon, internet, dan sumber air bersih.
7
PENGELOLAAN SUMBER DAYA INSTITUSI
Tabel II.6. Daftar pemanfaatan luas tanah dan bangunan serta lokasinya. Pemanfaatan fasilitas
Luas (m2) Lokasi
Total tanah/lahan
398.893
Bangunan gedung kantor permanen Bangunan gedung laboratorium permanen Rumah kaca Bangunan gedung mekanikal permanen dan ruang genset Bangunan gudang tertutup permanen Bangunan bengkel/garasi Bangunan gedung tempat ibadah Bangunan gedung tempat pertemuan permanen Mess/wisma/tempat peristirahatan
1.272 9.940 5.197 324
Kel. Ciwaringin, Kec. Bogor Tengah, Kel. Menteng, Kec. Bogor Barat, Citayam (Depok), dan Pacet (Cianjur) Bogor, Citayam, Pacet, dan bank gen Bogor dan Bank Gen Cikeumeuh, Cimanggu, dan Bank Gen (Bogor) Bogor dan Bank Gen
2.322 1.158 272 700
Bogor, Citayam, Pacet Bogor Bogor Bogor
313
Pacet
Belum termasuk bangunan gedung Bank Gen. Tabel II.7. Kendaraan yang dikelola BB-Biogen pada tahun 2007. Jenis kendaraan Roda 4
Roda 2
Lainnya (motor gerobak)
Tahun pembuatan 1980-2007 1968-1983 1968-1979 1999-2004 1981-1982 1979-1981 2007
Sarana penelitian yang digunakan oleh BB-Biogen untuk melaksanakan tugas dan fungsinya adalah laboratorium, rumah kaca, dan Inlitbio. Laboratorium Di BB-Biogen terdapat empat laboratorium yang dikelola oleh kelompok peneliti, yaitu Laboratorium Biologi Molekuler, Laboratorium Kultur Jaringan, Bank Gen, Laboratorium Biokimia/Kimia, dan tiga laboratorium dikoordinasikan langsung oleh Kepala BB-Biogen, yaitu Laboratorium Mikrobiologi, Fasilitas Uji Terbatas, dan Laboratorium Litbang Terpadu (Tabel II.8). Pada TA 2007 telah diselesaikan lima unit bangunan yang merupakan bagian dari
8
Jumlah Kondisi 12 8 3 3 4 6 1
Baik Rusak ringan Rusak berat Baik Rusak ringan Rusak berat Baik
Bank Gen. Bangunan tersebut terdiri dari gedung penerima, gedung Laboratorium Mikroorganisme, gedung penyimpanan benih, rumah kaca, dan rumah genset (Tabel II.9). Bangunan tersebut juga sudah dilengkapi dengan prasarana umum berupa pendingin ruangan, CCTV, PABX, dan peralatan penyampaian informasi. Rumah Kaca Rumah kaca (RK) merupakan sarana penunjang penelitian yang digunakan oleh para peneliti setelah penelitian di laboratorium. RK yang dikelola oleh BB-Biogen sebanyak 38 unit menyebar di tiga lokasi, yaitu di Cimanggu (di sekitar kantor/gedung utama), Cikeumeuh, dan di sebelah
LAPORAN TAHUN 2007
Tabel II.8. Jenis dan ruang lingkup pekerjaan laboratorium BB-Biogen. Jenis laboratorium
Tugas pokok
Peralatan utama
Laboratorium Biologi Penelitian biologi molekuler Molekuler Laboratorium Kultur Jaringan Bank Gen Laboratorium Mikrobiologi Laboratorium Biokimia/Kimia Laboratorium Litbang Terpadu Fasilitas Uji Terbatas
Mesin PCR, chemidoc, elektroforesis, centrifuge, analytical balance, pH meter, shaker, vortex Penelitian perbaikan dan perbanyakan tanaman Growth chamber, inverted secara in vitro, termasuk kultur haploid, fusi protoplas, microscope, laminar, autoclave, seleksi in vitro, dan produksi metabolit sekunder analytical balance Penelitian untuk pengelolaan sumber daya genetik Deep freezer dan cold storage, oven, timbangan Penelitian dibidang mikrobiologi Liophillizer, ultracentrifuge, deep freezer Penelitian identifikasi senyawa kimia dan GC/MS, aktapurifier, GC pemanfaatan senyawa bioaktif Penelitian biomolekuler Microarray, automatic gene analyzer, RT PCR, ultracentrifuge Penelitian rekayasa genetika dan keamanan hayati Fasilitas biosafety containment, tanaman hasil rekayasa genetik gene gun, laser confocal microscope, growth chamber, oven, autostill
Tabel II.9. Rincian bangunan Bank Gen. Nama bangunan/gedung Gedung Penerima Gedung Laboratorium Mikroorganisme Gedung Penyimpanan Benih Rumah Kaca 1 Rumah Kaca 2 Rumah Genset
gedung Kelti Biokimia, yang berlokasi di Jalan Cimanggu Kecil. Pengguna RK yang dikelola oleh BBBiogen, tidak hanya para peneliti di lingkungan BB-Biogen, tetapi juga digunakan oleh para peneliti dari instansi lain seperti BB Padi, Balittro, dan mahasiswa yang melakukan kerja sama dengan BB-Biogen. Untuk meningkatkan penggunaan dan pemanfaatan RK, pada TA 2007 dilakukan relokasi 4 unit RK dari kelompok RK Cikeumeuh ke kelompok RK Cimanggu. Salah satu di antara RK tersebut diubah fungsinya menjadi rumah khusus untuk inokulasi penyakit blas pada padi
Luas (m2)
Keterangan
790 1.800 1.490 250 250 60
2 lantai 2 lantai 2 lantai -
Instalasi Penelitian Bioteknologi Inlitbio yang dikelola oleh BB-Biogen adalah Inlitbio Cikeumeuh, Inlitbio Pacet, dan Inlitbio Citayam. Data ketiga Inlitbio tersebut disajikan pada Tabel II.10. Luas lahan Inlitbio Cikeumeuh mulai berkurang karena ada pengalihan fungsi dari lahan percobaan ke sarana perkantoran lingkup Badan Litbang Pertanian. Pada tahun 2007, pemanfaatan areal Inlitbio Citayam untuk penelitian belum maksimal karena ketidakpastian rencana pengalihan status lahan penelitian menjadi lahan pemukiman oleh Departemen Pertanian pada tahun 2005 serta rencana pem-
9
PENGELOLAAN SUMBER DAYA INSTITUSI
bangunan jalan tol yang akan melintas di blok 3. Permasalahan pengelolaan lahan Inlitbio Citayam semakin bertambah kompleks sehubungan dengan gugatan warga terhadap lahan seluas 4.671 m2 di hamparan Inlitbio tersebut yang sedang dalam proses kasasi. Padahal pada Sertifikat Hak Pakai atas nama Departemen Pertanian RIBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian cq. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor yang diterbitkan tahun 1985, lahan tersebut termasuk lahan Badan Litbang Pertanian. Gugatan secara perdata yang diajukan ke Pengadilan Negeri Depok dimenangkan oleh pihak tergugat dengan dikeluarkannya Putusan Pengadilan Negeri Depok Noomor 26/Pdt/G/2006/PN.Dpk tanggal 7 Desember 2006 dan Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 120/ Pdt/2007/PT.BDG tanggal 20 Juli 2007 menguatkan Putusan pengadilan Negeri Depok.
Peralatan dan Pendukung Lainnya Peralatan dan pendukung lainnya terdiri atas alat laboratorium, peralatan lapang, alat pengolah data, dan peralatan pendukung (genset, travo, AC, dan lainnya). Dalam rangka mendukung dan meningkatkan kegiatan penelitian, peralatan tersebut harus dalam kondisi baik dan berfungsi sebagai mana mestinya. Kondisi tersebut diwujudkan dengan dilakukan pemeliharaan peralatan secara rutin dan perbaikan alat yang rusak (Tabel II.11). Pelayanan Sarana dan Jasa Penelitian Kegiatannya meliputi izin penggunaan dan pelayanan sarana teknis dalam rangka penelitian dan pengembangan, pemeliharaan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan, dan izin pemasukan sarana penelitian dan pengembangan.
Tabel II.10. Data luas Inlitbio, luas bangunan, dan lokasinya. Inlitbio
Lokasi
Cikeumeuh Citayam Pacet
Bogor Citayam Cianjur
Jumlah
Luas lahan (m2)
Luas bangunan (m2)
116.155 22.870 13.848
1.846* 284 1.326
152.873
3.456
*tidak termasuk bangunan perkantoran Litbang (BB Pascapanen, BBP2TP, dan Auditorium 2). Tabel II.11. Data pemeliharaan sarana dan prasarana TA 2007. Jenis alat/barang
Keterangan
Peralatan laboratorium Rumah kaca Inlitbio Pendingin ruangan Fasilitas penyimpanan Fasiltas komunikasi Komputer
Pemeliharaan rutin dan perbaikan Relokasi 4 unit RK, perbaikan headhouse, pencucian dan penggantian kaca Pemeliharaan kantor Pencucian, penggantian kompresor dan penambahan freon Pencucian, penggantian kompresor dan penambahan freon Perbaikan modul PABX, penambahan jaringan, perbaikan pesawat penerima Perbaikan modul papan nama, penambahan memori, penambahan media penyimpanan, perbaikan monitor dan printer
10
LAPORAN TAHUN 2007
PENGELOLAAN RUMAH TANGGA DAN KEUANGAN Pengelolaan rumah tangga dan keuangan mencakup kegiatan surat-menyurat, kearsipan, rumah tangga, tata usaha keuangan, administrasi Penerimaan Bukan Pajak (PNBP), dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR). Pengelolaan Surat Surat dinas meliputi surat masuk dan surat keluar. Mekanisme surat masuk satu pintu dilakukan petugas surat dan dicatat dalam buku disposisi. Selama tahun 2007 kantor BB-Biogen telah menerima 1.086 surat masuk. Surat keluar yang telah ditandatangani oleh Kepala BB-Biogen, diberi nomor, dicatat pada buku agenda, dikirimkan, dan diarsipkan. Dalam melakukan pengelolaan surat, masih dihadapkan pada masalah distribusi surat yang terlambat sampai kepada Bagian/Bidang/Kelti, dan arsip surat keluar belum lengkap di petugas surat. Upaya untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan dengan menambah satu orang petugas arsip, serta melakukan diskripsi ulang petugas surat menyurat. Pengelolaan Rumah Tangga Salah satu Tupoksi Subbag Rumah Tangga dan Keuangan adalah pelayanan penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum yang meliputi gedung kantor, jaringan listrik, air, telepon, dan gas, kendaraan dinas, serta mebelair. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pelayanan dan pemeliharaan terutama untuk menanggulangi kerusakan sarana dan prasarana telah dibuat standar operasional
prosedur (SOP). SOP tersebut telah disosialisasikan kepada karyawan BB-Biogen. Selama tahun 2007 telah dilaksanakan 23 kali perbaikan listrik, 20 kali perbaikan jaringan air, dan 21 kali perbaikan jaringan telepon. Selain pelayanan dan pemeliharaan sarana prasarana umum, juga telah dilaksanakan pembayaran langganan daya dan jasa untuk kantor BB-Biogen selama tahun 2007. Alokasi anggaran/dana perbaikan gedung untuk tahun 2007 telah dimanfaatkan untuk perbaikan/pemeliharaan gedung seperti yang disajikan pada Tabel II.12. Pada TA 2007, telah dilakukan perawatan kendaraan roda 4 sebanyak 20 unit dan kendaraan bermotor roda 2 sebanyak 5 unit, perawatan sarana traktor 6 unit, mesin babat 10 unit, mesin diesel 1 unit, perawatan sumur pompa, generator 2 unit, travo 1 unit, PABX, mesin tik, dan komputer. Pengelolaan kendaraan roda 4 diserahkan kepada masing-masing bidang dan Kelti sesuai dengan Keputusan Kepala BBBiogen Nomor 44/Kpts/KP.340/J.10/01/ 2008 tanggal 10 Januari 2007. Perawatan kendaraan roda 4 dan roda 2 meliputi pembelian spare part, servis, pengecatan, premium, solar, dan oli serta pengurusan STNK. Pengelolaan Keuangan Pada TA 2007 BB-Biogen mengelola anggaran yang meliputi dana APBN, dana PNBP, dan dana kerja sama. Dalam bahasan ini diuraikan secara ringkas perkembangan alokasi dan realisasi dari anggaran tersebut.
11
PENGELOLAAN SUMBER DAYA INSTITUSI
Tabel II.12. Kegiatan pemeliharaan sarana-prasarana BB-Biogen TA 2007. No. Nama gedung 1. Gedung utama Sekretariat
1.200
2. 3. 4. 5.
1.200 150 900 600
Gedung Lab. Biologi Molekuler Rumah kaca, Headhouse FUT Gudang arsip, garasi dan ruang mekanikal Ruang kepegawaian, keuangan dan bangunan lainnya 6. Inlitbio Pacet 7. Inlitbio Cikeumeuh 8. Inlitbio Citayam
Untuk mendukung pengelolaan keuangan BB-Biogen TA 2007, pada awal tahun anggaran telah disusun struktur organisasi, tata kerja, dan personil beserta perincian tugas pengelolaan keuangan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran. Dalam pelaksanaan anggaran tahun 2007 telah dilakukan dua kali pemeriksaan tertib administrasi keuangan berupa pemeriksaan atasan langsung dalam hal: a. Pembukuan Bendahara Pengeluaran, bendahara Penerimaan, dan PUM. b. Pelaksanaan pertanggungjawaban keuangan (SPJ) dan realisasi anggaran. Sebagai pertanggungjawaban keuangan, BB-Biogen telah menyampaikan laporan keuangan yang terdiri dari: a. Laporan bulanan untuk rapat pimpinan b. Laporan bulanan untuk SAI disampaikan kepada Badan Litbang Pertanian dan Unit Akuntasi Wilayah (UAW) (Puslitbangtan) c. Laporan semester I dan II untuk SAI disampaikan kepada Badan Litbang Pertanian dan UAW (Puslitbangtan)
12
Luas (M2) Diperbaiki
200 100 100
Perbaikan plafond ruang kerja, kamar mandi, pengecatan Pengecatan, perbaikan kamar mandi, lantai Ganti kuda-kuda atap, dan pengecatan Pintu besi, plafond, pengecatan Lantai ruangan, plafond, pengecatan Perbaikan kantor, dan gudang Perbaikan berat gudang dan sarana Perbaikan berat gudang dan sarana
Dana APBN Total anggaran DIPA BB-Biogen TA 2007 sebelum revisi Rp 35.910.786.000 yang dialokasikan pada (1) Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan sebesar Rp 12.409.185.000 dan (2) Program Peningkatan Ketahanan Pangan Rp 23.501.601.000 termasuk anggaran penelitian Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia Rp 1.431.000.000. Anggaran DIPA TA 2007 mengalami kenaikan Rp 8.201.537.000 (29,6%) dibandingkan dengan TA 2006, yaitu Rp 27.709.249.000. Pada TA 2007 terjadi dua kali revisi DIPA, yaitu pada saat terjadi pemotongan perjalanan dinas tidak mengikat dan perubahan alokasi PNBP serta tiga kali revisi POK sehingga total anggaran 2007 setelah revisi menjadi Rp 35.924.251.000. Total realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2007 Rp 33.573.560.645 atau 93,5% dari pagu, yang meliputi realisasi Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan sebesar Rp 11.766.882.674 (94,8%), dan Program Peningkatan Ketahanan Pangan sebesar Rp 21.806.677.971 (92,7%) (Tabel II.13).
LAPORAN TAHUN 2007
Sedangkan realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja disajikan pada Tabel II.14. Realisasi belanja pegawai mengikat sebesar Rp 9.021.882.091 atau 97,4% digunakan untuk pembayaran gaji PNS sampai dengan Desember 2008 termasuk gaji ke-13, uang makan PNS, tunjangan kompensasi kerja PNS, rapel kekurangan gaji, serta rapel tunjangan fungsional. Realisasi belanja barang mengikat relatif rendah, yaitu 87,2% dari pagu anggaran, hal ini disebabkan penghematan pembayaran langganan daya dan jasa. Pembayaran langganan daya dan jasa selama tahun 2007 mencapai Rp 988.002.624 atau 75% dari pagu. Beberapa upaya penghematan telah dilakukan, yaitu pengurangan pemakaian lampu penerangan, pengurangan pemakaian AC, penggunaan air
PAM diganti dengan sumur pompa dan secara bertahap telah digunakan lampu hemat energi. Meskipun demikian realisasi pembayaran LDJ TA 2007 masih mengalami peningkatan dari TA 2006, yaitu Rp 972.422.624 pada TA 2006 menjadi Rp 988.002.624 pada TA 2007. Meningkatnya pembayaran LDJ disebabkan kenaikan tarif LDJ secara umum sebesar 15% per tahun dan penambahan jumlah peralatan laboratorium yang menggunakan listrik. Dengan akan dioperasionalkannya Gedung Bank Gen maka kebutuhan pembayaran LDJ pada tahun 2009 akan meningkat. Sebagian dari belanja barang mengikat adalah untuk pemeliharaan. Realisasi biaya pemeliharaan sebesar 98,56% digunakan untuk pemeliharaan bangunan kantor dan gedung laboratorium, pemeliharaan alat
Tabel II.13. Alokasi dan realisasi anggaran DIPA BB-Biogen TA 2007. Alokasi dana (Rp)
Alokasi belanja Biaya mengikat Belanja pegawai Belanja barang Biaya tidak mengikat/pembangunan: Kegiatan penunjang Belanja modal Penelitian Penyuluhan dan penyebaran informasi Total Anggaran BB-Biogen Balit Biotekbun Total DIPA
Realisasi Rp
Persentase (%)
9.260.774.000 3.148.411.000
9.021.882.091 2.745.000.583
97,4 87,2
2.022.935.000 15.092.270.000 3.803.891.000 777.364.000
1.953.966.000 14.593.232.951 3.239.245.803 602.144.320
96,6 96,7 85,2 77,5
34.493.251.000
32.142.560.645
93,2
1.431.000.000
1.431.000.000
100
35.924.251.000
33.573.560.645
93,5
Tabel II.14. Alokasi dan realisasi anggaran DIPA BB-Biogen TA 2007, berdasarkan jenis belanja. No. Jenis belanja 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal Total
Pagu (Rp)
Realisasi (Rp)
Persentase (%)
11.087.255.000 9.744.726.000 15.092.270.000
10.713.375.891 8.266.951.803 14.593.232.951
96,6 84,8 96,7
35.924.251.000
33.573.560.645
93,5
13
PENGELOLAAN SUMBER DAYA INSTITUSI
laboratorium, pemeliharaan lingkungan, perawatan kendaraan roda 4 sebanyak 17 unit dan roda 2 sebanyak 5 unit, perawatan sarana gedung (traktor 6 unit, mesin babat 10 unit, mesin diesel 1 unit), perawatan peralatan kantor (jaringan air, jaringan listrik, jaringan telepon, sumur pompa, generator 2 unit, travo 1 unit, AC sentral, AC split, PABX, mesin tik, dan komputer). Pada TA 2007 alokasi dana untuk penelitian sebesar Rp 3.803.891.000 digunakan untuk membiayai 18 judul penelitian, dana penelitian tersebut meningkat sebesar Rp 519.371.000 (15,8%) dari TA 2006 yang hanya sebesar Rp 3.284.520.000. Realisasi dana penelitian Rp 3.239.245.803 (85,2%). Realisasi penelitian rendah akibat pemotongan dana perjalanan lainnya. Realisasi dana kegiatan penunjang sebesar Rp 1.953.966.492 (81,3%) untuk pelaksanaan kegiatan SIM, Penyusunan Program dan Rencana Kerja, Pembinaan dan Konsultasi Pengawasan, Pengelolaan SAP, Pengembangan Kelembagaan, Penjalinan
Kerja Sama, Kebijakan Pengembangan Biologi dan Bioteknologi, serta Kebijakan Pengembangan Teknologi Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati (Tabel II.15). Rendahnya realisasi kegiatan penunjang terutama disebabkan pemotongan dana perjalanan dinas untuk masing-masing kegiatan, selain itu rendahnya realisasi kegiatan penunjang karena rendahnya realisasi kegiatan Kebijakan Pengembangan Biologi dan Bioteknologi yang merupakan kegiatan nasional karena pelaksanaannya bergantung kepada instansi di luar Badan Litbang Pertanian. Realisasi belanja modal TA 2007 sebesar Rp 14.593.232.951 atau 96,7% dari pagu, digunakan untuk pembangunan fasilitas konservasi plasma nutfah pertanian (Bank Gen) beserta penunjangnya, yaitu pengadaan genset dan travo. Selain itu dari belanja modal telah direalisasikan pemindahan dan rehabilitasi rumah kaca sebanyak 4 unit serta pengadaan alat pengolah data/ notebook 1 unit (Tabel II.16).
Tabel II.15. Alokasi dan realisasi anggaran kegiatan penunjang BB-Biogen TA 2007. Kegiatan B. Kegiatan Penunjang 0010 (Pengadaan buku lainnya) 0026 (Poliklinik/obat-obatan) 0040 (Pengembangan SIM) 0051 (Penyusunan program dan rencana kerja) 0059 (Pembangunan dan konsultasi pengawasan) 0117 (Perencanaan/pengelolaan SAP) 0149 (Pengembangan kelembagaan) 0249 (Operasional dan pemeliharaan jaringan SIM) 0588 (Penjalinan kerja sama dengan institusi lain) 0763 (Kebijakan pengembangan biologi dan bioteknologi) 0764 (Kebijakan pengembangan teknologi lingkungan dan keanekaragaman hayati) 1041 (Pengembangan sistem aplikasi database online)
14
Realisasi
Alokasi (Rp) Rp
Persentase (%)
2.402.671.000 25.456.000 30.400.000 60.000.000 159.000.000 115.440.000 37.565.000 1.140.822.000 181.800.000 42.200.000 95.176.000 401.540.000
1.953.966.492 22.819.500 30.345.325 44.806.300 123.848.350 60.519.825 37.565.000 967.599.742 153.338.800 23.610.000 67.561.950 317.696.900
81,32 89,64 99,82 74,68 77,89 52,43 100,00 84,82 84,34 55,95 70,99 79,12
113.272.000
104.254.800
92,04
LAPORAN TAHUN 2007
Dana Kerja Sama Pada TA 2007, BB-Biogen melaksanakan tujuh kegiatan kerja sama penelitian dengan sumber dana dari program hibah bersaing riset insentif Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Total anggaran kerja sama sebesar Rp 935.440.000. Realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2007 Rp 933.315.429 atau 99,8% dari pagu (Tabel II.17).
Sejak diberlakukannya peraturan satu rekening di Satker, maka dana kerja sama juga harus dimasukkan ke dalam rekening Bendahara Pengeluaran yang telah disetujui KPPN. Oleh karena itu, pertanggungjawaban dana kerja sama mengikuti peraturan dana APBN, serta untuk pengadaan barang dan jasa mengikuti mekanisme pengadaan yang diatur Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003.
Tabel II.16. Alokasi dan realisasi anggaran belanja modal BB-Biogen TA 2007. Kegiatan
Realisasi
Alokasi (Rp)
B. Kegiatan Modal 0166 (Pembangunan gedung khusus) 0277 (Pengadaan alat pengolah data) 0290 (Pengadaan kendaraan roda 4)
15.039.415.000 14.853.415.000 12.700.000 173.300.000
Rp
Persentase (%)
14.536.198.451 14.352.328.351 11.870.100 172.000.000
96,65 96,63 93,47 99,25
Tabel II.17. Daftar judul, alokasi dana, dan realisasi dana kerja sama penelitian Ristek. No. Judul penelitian 1. Perbaikan tipe batang bawah tanaman jeruk untuk ketahanan terhadap cekaman alumunium di lahan masam 2. Uji ekpresi gen partenokarpi DEFH91AAM pada Galur Tomat Transgenik 3. Penerapan Teknologi Fusi Protoplas dalam Perakitan Jeruk Lokal Tipe Baru 4. Peningkatan Ketahanan terhadap Lahan Masam pada Tanaman Jagung melalui Kultur In Vitro 5. Perbaikan Genetik Padi Fatmawati untuk Ketahanan terhadap Penyakit Blas melalui Mutasi dan Kultur Antera 6. Indentifikasi Gen Tahan Bakteri Hawar Daun (Xanthomonas oryzaae pv. oryzae) pada Populasi Haploid Ganda Silangan IR64 dan Oryza rufipogon 7. Developing Blast Durable Resistance by Using the Wild Rice Species Oryza rufipogon Jumlah
Nomor kontrak
Sumber Jumlah dana dana (Rp)
71/RT/Insentif/PPKI/I/2007
Ristek
71/RT/Insentif/PPKI/I/2007
Realisasi Rp
Persentase (%)
125.178.000
125.135.684
99,97
Ristek
125.178.000
124.865.849
99,75
71/RT/Insentif/PPKI/I/2007
Ristek
125.178.000
125.082.362
99,92
71/RT/Insentif/PPKI/I/2007
Ristek
125.178.000
125.082.362
99,92
71/RT/Insentif/PPKI/I/2007
Ristek
105.178.000
105.115.033
99,94
12/Perj/Dep.III/RUT/PPKI/I/2007
Ristek
104.550.000
104.542.796
99,99
03/Perj/Pep.III/RUTI/PPKI/I/2007
Ristek
225.000.000
223.421.546
99,30
935.440.000
933.315.429
99,77
15
PENGELOLAAN SUMBER DAYA INSTITUSI
Administrasi Penerimaan Bukan Pajak dan Tuntutan Ganti Rugi Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR), yang kegiatannya meliputi: 1. Mengumpulkan dan mengolah data penerimaan keuangan negara non pajak dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga; 2. Mengumpulkan bahan untuk penyelesaian TGR, tuntutan perbendaharaan, dan penghapusan ganti rugi; 3. Mengumpulkan data untuk menyususn konsep tanggapan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Dana PNBP Realisasi PNBP sampai dengan bulan Desember 2007 mencapai Rp 360.496.100 atau 225,4% dari target, yang terdiri dari
penerimaan umum 246.512.850 (369,9% dari target) dan penerimaan fungsional sebesar 113.983.250 (127,6% dari target) (Tabel II.18). Penerimaan umum berasal dari jasa giro, sewa rumah dinas, tuntutan ganti rugi dan penerimaan kembali belanja pegawai tahun yang lalu serta pengembalian gaji pokok PNS. Penerimaan fungsional berasal dari jasa peminjaman gedung, pendapatan jasa tenaga/pekerjaan informasi, serta penjualan hasil pertanian. Target dan realisasi PNBP TA 2007 disajikan pada Tabel II.18. Realisasi penerimaan umum jauh melebihi target, karena ada pengembalian kelebihan belanja pegawai dan pengembalian belanja (TGR) yang cukup besar, realisasi penerimaan fungsional melebihi dari target yang ditetapkan karena ada peningkatan realisasi penerimaan dari sewa gedung dan guest house Inlitbio Pacet.
Tabel II.18. Target dan realisasi PNBP BB-Biogen TA 2007. No. Jenis PNBP 1. Penerimaan Umum 2. Penerimaan Fungsional Total
16
Realisasi
Target (Rp) Rp
Persentase (%)
66.643.563 89.301.500
246.512.850 113.983.250
369,9 127,6
159.945.063
360.496.100
225,4
Laporan Tahun 2007 Hak Cipta © 2008, BB-Biogen
LAPORAN TAHUN 2007
III. Program dan Evaluasi Program utama BB-Biogen yang mengacu pada Renstra Badan Litbang pertanian mencakup (1) Program penelitian pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik pertanian, (2) Program penelitian rekayasa, pemanfaatan teknik biologi molekuler dan rekayasa genetik untuk perbaikan tanaman, (3) program penelitian pemanfaatan kultur in vitro untuk perbanyakan tanaman, perbaikan varietas dan produksi senyawa metabolit sekunder, dan (4) Program penelitian dan pengembangan berbasis kemitraan. Mengacu kepada tiga program utamanya, pada tahun 2007, BB-Biogen menetapkan 18 kegiatan penelitian (Lampiran III.1). Program penelitian pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik pertanian mempunyai lima kegiatan penelitian; Program penelitian rekayasa, pemanfaatan teknik biologi molekuler dan rekayasa genetik untuk perbaikan tanaman mempunyai delapan kegiatan penelitian; dan Program penelitian pemanfaatan kultur in vitro untuk perbanyakan tanaman, perbaikan varietas dan produksi senyawa metabolit sekunder, mempunyai lima kegiatan penelitian. Sehubungan dengan tupoksinya, pada tahun 2007 Bidang Program dan Evaluasi (PE) melaksakan pekerjaan menyiapkan matriks program, proposal penelitian, eval.asi proposal penelitian, RKA-KL, RAB, dan DIPA TA 2008, menyusun SIM Program, melakukan evaluasi hasil penelitian, mengusulkan revisi DIPA dan ROK menyusun
laporan keuangan, menyusun SIMONEV, mengumpulkan laporan penelitian, dan menyusun LAKIP, membuat laporan bulanan tahun 2007, menyusun laporan tahunan tahun 2006, dan memeriksa laporan TA 2006. Proses dan hasil pelaksanaan tugas tersebut adalah sebagai berikut: MENGUMPULKAN DAN MENGOLAH BAHAN PENYUSUNAN MATRIK PROGRAM Dalam pelaksanaannya, proses penyusunan matrik program oleh Seksi Program mengacu pada panduan yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Pertanian, sehingga penyusunan matrik program kegiatan 2008 dilakukan sejak bulan Februari sampai dengan bulan April 2007. Pada TA 2008, selain alokasi dana untuk kegiatan penelitian, BBBiogen merencanakan kegiatan multilokasi untuk galur harapan kedelai tahan virus dan lahan masam dan galur harapan padi tahan BLB hasil kultur antera. Tetapi dengan adanya kebijakan Badan Litbang Pertanian yang mengalokasikan dana konsorsium untuk uji multilokasi padi biayanya di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) dan Konsorsium untuk uji multilokasi kedelai biayanya di Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), maka dana uji multilokasi di BBBiogen hanya untuk pengamatan uji multilokasi padi dan untuk uji multilokasi kedelai hanya satu musim tanam karena Balitkabi mengalokasikan dana multilokasi kedelai hanya untuk satu musim tanam. Sampai bulan Maret, proses penyusunan
17
PROGRAM DAN EVALUASI
matrik tahun 2008 dilakukan di BB-Biogen, sedangkan pada bulan April matrik dievaluasi oleh Badan Litbang Pertanian. Bahan matrik diperoleh dari peneliti. Untuk memperoleh matrik program tersebut, pada bulan Februari 2007, Kepala Bidang (Kabid) PE membuat surat kepada peneliti agar membuat matrik program 2008. Matrik yang diminta adalah matrik kegiatan lanjutan penelitian tahun 2007 dengan tambahan satu matrik untuk kegiatan penelitian pembentukan tanaman transgenik kentang dan tomat tahan penyakit yang merupakan kelanjutan kegiatan penelitian hasil kerja sama. Bahan matrik yang telah disusun oleh peneliti diserahkan ke Kepala Seksi (Kasi) Program untuk disamakan formatnya, kemudian bahan matrik dievaluasi oleh penanggung jawab program bersama Kabid PE. Matrik hasil evaluasi disampaikan ke Kepala BB-Biogen untuk mendapat persetujuan. Matrik yang telah disetujui oleh Kepala BB-Biogen kemudian dikirim ke Badan Litbang Pertanian untuk evaluasi di Badan Litbang Pertanian. Selama proses evaluasi di Badan Litbang Pertanian, ada tambahan kegiatan untuk BB-Biogen, yaitu rekayasa genetik untuk kapas tahan hama utama kapas, dan marka molekuler untuk penyakit busuk pangkal batang padi. Setelah matrik disetujui oleh Badan Litbang Pertanian, peneliti diminta menyusun proposal penelitian. MENYIAPKAN PROPOSAL DAN MENYIAPKAN EVALUASI PROPOSAL PENELITIAN Proses penyusunan proposal adalah sebagai berikut: Proposal penelitian tahun 2008 yang dibuat oleh peneliti yang meng-
18
acu kepada format penyusunan proposal penelitian di Badan Litbang Pertanian dikumpulkan di Seksi Program untuk diperbaiki formatnya, kemudian diperbanyak di Seksi Program untuk dikirim ke Tim Evaluator Proposal Penelitian. Tim Evaluator ProPosal Penelitian ditetapkan oleh Kepala BB-Biogen dengan mempertimbangkan keahlian, pengalaman, dan kualitas evaluator. Berdasarkan penetapan Kepala BB-Biogen, evaluator untuk tanaman transgenik berasal dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia; evaluator marka molekuler berasal dari IPB dan ITB; evaluator untuk kultur jaringan berasal dari Biotrop dan IPB; eval.ator kegiatan sumber daya genetik berasal dari Kehati dan Pakar Mikroba, sedangkan evaluator feromon berasal dari BATAN. Hasil evaluasi yang berupa nilai dan saransaran perbaikan proposal dikumpulkan oleh Kasi Program. Saran-saran dari eval.ator yang dikumpulkan di Seksi Program disampaikan ke peneliti sebagai bahan untuk perbaikan Rencana Penelitian tingkat Peneliti (RPTP). RPTP yang telah diperbaiki oleh peneliti, formatnya diperbaiki di Seksi Program. Proposal yang telah diperbaiki diperbanyak oleh Seksi Program untuk kemudian ditandatangani oleh Peneliti, Ketua Kelti, Kabid PE, dan Kepala BB-Biogen. Proposal yang telah ditandatangani merupakan dokumen yang digunakan oleh Tim Monev dan Tim Itjentan dalam melakukan evaluasi kegiatan penelitian BB-Biogen. Untuk kegiatan penelitian tahun 2008, BBBiogen mengusulkan 20 RPTP. Dua RPTP, yaitu pembentukan tanaman transgenik kapas dan marka molekuler untuk penyakit
LAPORAN TAHUN 2007
busuk pangkal batang lada tidak mendapat alokasi dana karena Balai Penelitian Tanaman Industri (Balittri) dan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) tidak menyediakan dana pendamping sesuai dengan kesepakan awal antara BBBiogen dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) ketika mendiskusikan usulan RPTP tersebut. Kegiatan penelitian TA 2008 terdiri dari empat kegiatan penelitian tanaman transgenik, satu kegiatan kloning gen, empat kegiatan penelitian marka molekuler, lima kegiatan penelitian kultur in vitro, dan lima kegiatan penelitian sumber daya genetik pertanian termasuk satu kegiatan uji multilokasi untuk kedelai dan padi. MENYUSUN SIM PROGRAM SIMPROG tahun 2007 disusun dengan mengacu pada format SIMPROG yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Pertanian. Bahan yang digunakan untuk menyusun SIMPROG, yaitu matrik program dan proposal penelitian yang sedang berjalan. Dalam penyusunan SIMPROG, setiap RPTP/kegiatan diberi nomor dari Badan Litbang Pertanian. Hal-hal yang dimuat dalam SIMPROG, yaitu judul penelitian, justifikasi, tujuan penelitian, hasil yang sudah dicapai, perkiraan keluaran kegiatan yang sedang berjalan, dan perkiraan dampak dan manfaat. Pada tahun 2007, Seksi Program telah selesai melaksanakan penyusunan SIMPROG. MENYUSUN RKA-KL, RAB, DATA DUKUNG, DAN DIPA Penyusunan RKA-KL dimulai pada bulan Mei setelah BB-Biogen memperoleh pa-
gu indikatif. Dalam pagu indikatif telah ditetapkan besaran alokasi untuk belanja pegawai, modal, dan belanja barang. Pagu indikatif yang diperoleh untuk TA 2008 sebesar Rp 37.657.080.000 dengan rincian belanja mengikat Rp 13.549.330.000 untuk program penerapan pemerintahan yang baik dan belanja tidak mengikat sebesar Rp 24.107.750.000 untuk program peningkatan ketahanan pangan. Alokasi dana tersebut termasuk alokasi dana untuk Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia Rp 1.630.000.000. Belanja mengikat terdiri dari belanja pegawai sebesar Rp 10.149.330.000 dan belanja barang sebesar Rp 3.400.000.000. Belanja tidak mengikat terdiri dari belanja pegawai sebesar Rp 1.546.587.000, belanja barang sebesar Rp 6.930.813.000, dan belanja modal sebesar Rp 15.630.350.000. Nilai pagu indikatif ini tidak banyak berbeda dengan usulan rancangan anggaran yang dilakukan oleh BB-Biogen. Penyusunan kebutuhan rancangan anggaran dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan anggaran untuk tahun 2008. Data diperoleh dari bidang, bagian, perkiraan kebutuhan penelitian, Komisi Nasional Sumber Daya Genetik (KNSDG), dan kegiatan kebutuhan penunjang. Data yang diperoleh diolah agar pengajuan kebutuhan anggaran tidak melebihi dari perkiraan perolehan dana. Berdasarkan pagu indikatif yang diperoleh, BB-Biogen menyusun matrik rancangan alokasi anggaran. Data rancangan alokasi anggaran yang telah diolah, dituangkan ke dalam draft RKAKL. Proses penyusunan draft RKA-KL adalah sebagai berikut: Draft RKA-KL yang telah disusun, didiskusikan dengan Kabid, Kepala Bagian (Kabag), dan Kepala BB-
19
PROGRAM DAN EVALUASI
Biogen. Hasil diskusi digunakan untuk merevisi draft RKA-KL. Draft RKA-KL yang telah diperbaiki dikirim ke Badan Litbang Pertanian. Dari draft awal sampai menjadi RKA-KL difinitif, RKA-KL telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan yang mendasar dalam RKA-KL 2008 adalah adanya ketentuan anggaran manajemen, termasuk diseminasi yang tidak boleh lebih dari 5,0% untuk Balai Besar. Ketentuan ini menyebabkan anggaran Bidang Kerja Sama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian (KSPHP) berkurang cukup banyak, sehingga untuk tahun 2008 Bidang KSPHP mengurangi kegiatan ekspose, open house, demplot, dan keikutsertaan dalam pameran. Perubahan lainnya adalah berkurangnya belanja barang Rp 1.900.000.000. Keadaan tersebut menyebabkan anggaran penelitian berkurang Rp 1.700.000.000. Sehubungan dengan hal tersebut, agar anggaran penelitian tidak berkurang, Kepala BB-Biogen mengusulkan kepada Kepala Badan Litbang Pertanian, agar sebagian anggaran Bank Gen yang merupakan belanja modal, sebesar Rp 1.700.000.000 dapat diubah menjadi belanja barang dan dialihkan untuk membiayai kegiatan penelitian. Kepala Badan Litbang Pertanian menyetujui penundaan pembelian peralatan Bank Gen Rp 1.700.000.000 untuk dialihkan ke belanja barang yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan penelitian. Anggaran untuk membeli peralatan Bank Gen akan dialokasikan pada tahun 2009. Jadi pada tahun 2008 hanya akan dibangun Gedung Bank Gen, sedangkan peralatannya akan diadakan pada TA 2009. Perubahan mendasar lainnya adalah pengurangan alokasi anggaran untuk kegiatan KNSDG sehingga
20
pada TA 2008 KNSDG hanya dapat melaksanakan tiga kegiatan. Penyusunan draft RKA-KL terakhir sebelum pembahasan di Direktorat Jendral Anggaran (DJA) dilakukan dengan mengacu kepada pagu anggaran difinitif yang diterima oleh BB-Biogen. Setelah draft RKA-KL tersusun, setiap bidang, bagian, dan penanggung jawab kegiatan meyusun RAB dan data dukung. RAB dan data dukung yang telah disusun dikumpulkan di Seksi Program untuk kemudian dijilid. RAB dan data dukung merupakan dokumen yang akan menjadi salah satu dokumen yang dibahas di DJA. Perubahan terakhir draft RKA-KL terjadi setelah pembahasan di DJA, yaitu dengan adanya alokasi dana untuk pembahasan RKAKL dan pemindahan alokasi dana untuk kegiatan Bidang PE ke belanja mengikat dengan pertimbangan agar apabila ada pengurangan anggaran, kegiatan Bidang PE tidak terkena pemotongan anggaran. Hal ini dianggap penting oleh pembahas di DJA karena walaupun anggaran berkurang, kegiatan perencanaan dan evaluasi harus tetap berjalan. Penelaahan RKA-KL di DJA selesai pada tanggal 8 November 2007. RKA-KL yang telah disetujui oleh DJA digunakan sebagai dasar untuk menyusun DIPA. Dalam pembahasan RKA-KL di DJA, belanja modal mendapat tanda bintang karena tidak ada data dukung dari Kimpraswil. Permintaan data dukung dari Kimpraswil oleh DJA tidak diantisipasi oleh Bidang PE karena pembangunan Bank Gen merupakan pembangunan tahap dua atau lanjutan dan sudah ada data dukung dari Konsultan Perencana. Pada pembahasan anggaran tahun 2006, untuk kegiatan yang sama, pembahas dari DJA tidak meminta
LAPORAN TAHUN 2007
data dukung dari Kimpraswil karena data dukung yang dibuat oleh pihak LAPI-ITB sebagai penyusun Grand Design Pembangunan Bank Gen sudah dianggap cukup. Sesuai dengan ketentuan, DIPA BBBiogen dibahas di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Perbendaharaan Negara (Kanwil DJPB) Jawa Barat. Pembahasan DIPA dilakukan setelah BB-Biogen memperoleh SRAA. Pembahasan DIPA di Kanwil DJPB Jawa Barat dilakukan berdasarkan undangan Kanwil DJPB Jawa Barat Nomor: UND48/Wpb.12/BG.01/2007 tanggal 3 November 2007. Kelengkapan yang harus dibawa untuk pembahasan konsep DIPA sebagai berikut: (1) surat tugas Tim Penelaah BBBiogen, (2) konsep DIPA 2008 dan backup datanya, (3) data dukung yang berupa (a) surat keputusan atau usulan penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), bendahara pengeluaran, dan pejabat penandatangan SPM, (b) rencana penarikan belanja per jenis belanja dan rencana penerimaan, dan (c) data dukung lainnya yang dianggap diperlukan. Dalam pembahasan tersebut, pada prinsipnya tidak ada perubahan konsep DIPA yang dibuat oleh BB-Biogen. DIPA tahun 2008 disetujui pada tanggal 27 Desember 2007. REVISI DIPA 2007, RKA-KL, DAN POK Selama pelaksanaan anggaran 2007, terjadi dua kali revisi DIPA dan RKA-KL. Revisi pertama dilakukan karena adanya pemotongan sisa dana perjalanan dinas sebesar 70,0% pada bulan Agustus. Revisi DIPA baru disetujui pada bulan Oktober 2007, sehingga mengganggu kelancaran pelaksanaan kegiatan. Revisi kedua dilaku-
kan karena adanya perubahan alokasi dana PNBP. Revisi kedua disetujui pada bulan Desember 2007. Selain itu dilakukan tiga kali revisi POK karena untuk menyesuaikan dengan RKA-KL dan adanya perubahan alokasi anggaran. MENYUSUNAN LAPORAN PELAKSANAAN ANGGARAN DAN MENYIAPKAN BAHAN PENYUSUNAN PNBP DAN DIK SUPLEMEN Setiap awal bulan, UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian diwajibkan menyusun laporan pelaksanaan anggaran. Dalam rangka menyusun laporan pelaksanaan anggaran, Kasi Program merupakan salah satu anggota tim penyusun laporan pelaksanaan anggaran. Laporan pelaksanaan anggaran disampaikan bersama laporan hasil kegiatan yang menonjol, laporan pertemuan, atau laporan pelaksanaan seminar dalam bentuk laporan bulanan. Sampai dengan TA 2007, kegiatan menyiapkan bahan penyusunan PNBP dan DIK Suplemen dilakukan oleh Kasubag Keuangan dan Rumah Tangga karena walaupun tupoksinya ada di Seksi Program, Badan Litbang Pertanian selalu melakukan Koordinasi dengan semua Kasubag Keuangan dan Rumah Tangga lingkup Badan Litbang Pertanian. Di lingkup Badan Litbang Pertanian, hanya di BB-Biogen tupoksi menyiapkan bahan penyusunan PNBP dan DIK Suplemen ada di Seksi Program, sedangkan di UK/UPT lainnya ada di Kasubag Keuangan dan Rumah Tangga. Sehubungan dengan hal tersebut perlu revisi tupoksi Seksi Program yang berkaitan dengan menyiapkan bahan penyusunan PNBP dan DIK Suplemen
21
PROGRAM DAN EVALUASI
MELAKUKAN PEMANTAUAN, ANALISIS, DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan manajemen agar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk mengurangi atau menekan terjadinya penyimpangan yang tidak diinginkan. Dalam buku Pedoman Umum Sistem Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Departemen Pertanian 2004, dikemukakan bahwa monitoring merupakan serangkaian kegiatan mengamati, meninjau kembali, mempelajari, dan menilik yang dilakukan secara terus menerus atau berkala oleh pengelola kegiatan di setiap tingkatan pelaksanaan kegiatan untuk memastikan bahwa penggunaan input, jadwal kerja, hasil yang ditargetkan, dan tindakan lainnya yang diperlukan berjalan sesuai dengan rencana. Evaluasi merupakan proses untuk menentukan relevansi, efisiensi keefektifan, dan dampak kegiatan tugas pokok instansi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Berpedoman pada pengertian monitoring dan evaluasi, maka kegiatan monitoring dan evaluasi bertujuan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan berbagai kegiatan di BB-Biogen yang mendapat pendanaan dari DIPA TA 2007, Nomor 3209.0/018-09.0/XII/2007 dengan tujuan untuk melihat kesesuaian antara rencana target dan realisasi pelaksanaan kegiatan. Dalam satu tahun anggaran, Seksi Evaluasi mengirimkan formulir monitoring pelaksanaan penelitian untuk diisi oleh peneliti sebanyak tiga kali. Formulir yang telah
22
diisi oleh peneliti dan dikembalikan ke Seksi Evaluasi untuk diolah menjadi dokumen monitoring. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas, Seksi Evaluasi melakukan klarifikasi ke peneliti. Pengiriman formulir yang ketiga diikuti dengan evaluasi oleh Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Penelitian yang terdiri dari penanggung jawab program (masing-masing dua peneliti) untuk setiap program, Tim Evaluasi Non Penelitian, Tim Evaluasi Keuangan, dan Tim Evaluasi Pengadaan Barang. Ketua Tim Monev adalah Kabid PE dan sekretarisnya Kasi Evaluasi. Untuk kegiatan penelitian, evaluasi dilakukan dengan jalan melakukan klarifikasi atas isian formulir ketiga dan diskusi tentang capaian pelaksanaan penelitian. Sebagai bahan untuk melihat pelaksanaan penelitian, Tim Monev dibekali proposal penelitian. Tim Monev penelitian memantau apakah penelitian dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian, apakah ada hambatan dalam pelaksanaan penelitian, apakah target yang ditetapkan dapat dicapai, apakah ada perubahan pelaksanaan penelitian, kalau terjadi perubahan apakah sudah dilengkapi dengan berita acara perubahan. Hasil monev diproses dan menjadi dokumen hasil monev kegiatan di BB-Biogen. Rekomendasi Tim Monev akan menjadi bahan pertimbangan bagi Kepala BB-Biogen untuk memutuskan penghentian pelaksanaan penelitian yang tidak dapat mencapai target apabila kegiatan tersebut menurut Kepala BB-Biogen harus dihentikan. Berdasarkan hasil pemantauan, banyak penelitian yang mengalami hambatan dalam pelaksanaannya disebabkan oleh keterlambatan pengadaan bahan kimia untuk penelitian laboratorium
LAPORAN TAHUN 2007
dan pemotongan sisa perjalanan dinas sebesar 70,0% dari sisa dana perjalanan yang belum digunakan untuk kegiatan penelitian yang dilakukan di lapang. Beberapa penelitian sudah dapat diselesaikan pada saat pemantauan, yaitu (1) bioprospeksi senyawa bioaktif untuk pengendalian hama penggerek batang jagung, Ostrinia furnacalis, (2) pencarian alel-alel baru untuk sifat-sifat penting terhadap cekaman abiotik dan biotik pada padi, (3) kajian penting mengenai distribusi dan potensi biologi susunan DNA mirip virus batang tungro padi, (4) produksi artemisinin dari Artemisia annua melalui kultur kalus dan akar rambut, dan (5) teknik penyimpanan plasma nutfah secara in vitro untuk jangka menengah dan jangka panjang. Penelitian lainnya masih dalam proses menunggu panen, regenerasi tanaman, perbanyakan plasmid, dan lain-lain. Untuk kegiatan monev non penelitian, panduan yang digunakan oleh Tim Monev Non Penelitian antara lain TOR dan POK. Hal yang dipantau adalah apakah pelaksanaan sudah sesuai dengan rencana? Apakah prosedur pengadaan barang sudah mematuhi ketentuan KEPPRES 80 dan perubahannya, persentase penggunaan uang dan persentase pelaksanaan fisik, apakah penggunaan uang sudah sesuai dengan kaidah keuangan. Dari hasil monev, diperoleh beberapa dokumen pengadaan barang masih harus dilengkapi, dan perlu ditingkatkan tertib administrasi pengelolaan keuangan. PENYUSUNAN SIMONEV Sistem monitoring, evaluasi, dan pelaporan Deptan adalah sistem untuk melaksanakan rangkaian kegiatan monitoring,
evaluasi, dan pelaporan program di lingkup Deptan. Dalam aplikasinya, sistem monev menggunakan perangkap lunak yang dibuat oleh Pusdatin Deptan. Program aplikasi SIMONEV bersifat dinamis, sehingga hampir setiap tahun berubah untuk menyempurnakan dan memudahkan penerapannya. Setiap ada penyempurnaan program, Badan Litbang Pertanian selalu melakukan sosialisasi atau workshop bagi para operator di seluruh satker Badan Litbang Pertanian. Kegiatan SIMONEV tahun 2007 adalah (1) melakukan entry data aspek perkembangan fisik kegiatan utama dan perkembangan keuangan BB-Biogen setiap bulan selama satu tahun anggaran, (2) mengirimkan hasil entry data tersebut ke Badan Litbang Pertanian dan Sekretariat Jendral Departemen Pertanian secara berkala sesuai dengan format dan jadwal yang ditetapkan, dan (3) menyusun laporan akhir SIMONEV BB-Biogen tahun 2007. Laporan SIMONEV 2007 dapat membantu Kepala BB-Biogen untuk menentukan arah kebijakan ke depan dan merupakan salah satu bahan untuk menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BB-Biogen 2007. Dalam database SIMONEV, tercatat bahwa DIPA BB-Biogen untuk membiayai dua program, yaitu program peningkatan ketahanan pangan Rp 23.515.066.000 dan program penyelenggaraan pemimpin kenegaraan dan kepemerintahan dengan nilai Rp 12.409.185.000. Sampai akhir bulan Desember 2007, realisasi anggaran mencapai 93,46% atau masih ada sisa anggaran 6,54% dengan nilai Rp 2.350.690.355. Rincian rea-
23
PROGRAM DAN EVALUASI
lisasi program peningkatan ketahanan pangan 92,73% atau masih ada anggaran yang tidak digunakan sebesar Rp 1.708.388.029, sedangkan realisasi program pemimpin kenegaraan dan kepemerintahan sebesar 94,82% atau masih ada anggaran yang tidak digunakan sebesar Rp 642.302.326. Dalam laporan SIMONEV program peningkatan ketahanan pangan, kegiatan utamanya dikelompokkan menjadi kegiatan penelitian dan penunjang penelitian. Realisasi anggaran pelaksanaan penelitian yang terdiri dari 18 RPTP mencapai 92,73%. Alokasi dana penunjang untuk membiayai kegiatan (1) pameran/visualisasi/publikasi dan promosi dengan realisasi 80,10%, (2) pembangunan gedung khusus dengan realisasi anggaran sebesar 96,63%, dan (3) kebijakan pengembangan teknologi lingkungan dengan realisasi sebesar 79,12%. MENYIAPKAN DAN MENGHIMPUN BAHAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP disusun berdasarkan data yang diperoleh dari hasil monev. Dalam pelaksanaan penyusunan LAKIP, draft laporan diklarifikasi ke penanggung jawab kegiatan untuk memperoleh masukan apabila ada kesalahan interpretasi atau apabila ada perubahan kinerja karena ada perkembangan pelaksanaan kegiatan. Sebelum laporan LAKIP diperbanyak, dilakukan klarifikasi akhir untuk mengetahui apakah masih ada kesalahan dalam melaporkan kinerja masing-masing kegiatan. Dalam laporan LAKIP, banyak kegiatan yang tidak dapat mencapai kinerja 100,00%. Kegagalan, hambatan, dan permasalahan yang menye-
24
babkan kinerja kegiatan tidak dapat mencapai 100,00%, yaitu keterlambatan pengadaan beberapa bahan kimia yang menyebabkan tertundanya kegiatan penelitian dan pemotongan sisa anggaran perjalan dinas sebesar 70,0% pada buan Agustus 2007. Selain mempengaruhi kinerja penelitian, pemotongan sisa anggaran perjalanan dinas yang belum digunakan sebesar 70,0% menyebabkan BB-Biogen tidak dapat berpartisipasi dalam beberapa kegiatan pameran dan tidak terlaksananya kegiatan pembuatan audio visual BB-Biogen versi Bahasa Inggris. Tindakan yang harus dilakukan agar pengadaan bahan kimia tidak terlambat adalah menyusun perencanaan pengadaan bahan kimia yang lebih baik dibandingkan dengan perencanaan pengadaan bahan kimia tahun 2007. Sedangkan tindakan untuk menghindari tidak terlaksananya kegiatan akibat pemotongan sisa anggaran perjalanan dinas, yaitu melaksanakan kegiatan lebih awal dan lebih cepat. MENYIAPKAN BAHAN PENYUSUNAN LAPORAN RAPAT PIMPINAN, RAPAT KOORDINASI INTERNAL DAN EKSTERNAL Setiap bulan Seksi Evaluasi menyiapkan bahan untuk laporan bulanan yang akan disampaikan dalam Rapim Badan Litbang Pertanian. Laporan bulanan berisi hasil penelitian, laporan pertemuan, laporan perjalanan dinas atau tinjaun, dan laporan keuangan. Penyusunan laporan hasil penelitian menonjol, laporan pertemuan, laporan perjalanan dinas atau artikel tinjauan dilakukan di Bidang PE yang bahannya disiapkan oleh Seksi Evaluasi. Penyusunan
LAPORAN TAHUN 2007
laporan keuangan dilakukan oleh Bagian Tata Usaha yang bahannya disiapkan oleh Subbag Rumah Tangga dan Keuangan. Perbanyakan laporan bulanan dilakukan oleh Bidang KSPHP. Laporan bulanan disiapkan sebagai bahan Kepala BB-Biogen untuk Rapim Badan Litbang Pertanian. Beberapa isi laporan bulanan BB-Biogen telah digunakan sebagai laporan Bulanan Badan Litbang dalam Rapim Departemen Pertanian. MENGHIMPUN DAN MENDOKUMENTASIKAN LAPORAN KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pada akhir tahun, Seksi Evaluasi meminta peneliti untuk memasukkan draft
laporan akhir penelitian. Draft lapotan akhir ini merupakan salah satu bahan untuk menyusun LAKIP dan sebagai bahan Itjen untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan penelitian. Draft akhir laporan penelitian diperiksa oleh Ketua Kelti, penanggung jawab program, dan Kabid PE. Laporan yang telah selesai diperiksa dikembalikan ke penanggung jawab proposal untuk diperbaiki. Laporan yang telah diperbaiki diperbanyak untuk ditandatangani oleh penanggung jawab proposal, Ketua Kelti, Kabid PE, dan Kepala BB-Biogen dan dikumpulkan di Seksi Evaluasi. Pada akhir tahun anggaran, semua penanggung jawab kegiatan telah menyampaikan draft laporan akhir kegiatan penelitian.
25
PROGRAM DAN EVALUASI
Lampiran III.1. Judul RPTP tahun 2007, BB-Biogen. No. Judul A. PENGKAYAAN PENGELOLAAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN SUMBERDAYA GENETIK PERTANIAN 1. Koleksi kultur mikroba pertanian 2. Koleksi, konservasi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah tanaman pangan 3. Bioprospeksi senyawa bioaktif untuk pengendalian hama penggerek jagung, Ostrinia furnacalis 4. Seleksi dan evaluasi daya hasil galur tanaman pangan produk bioteknologi 5. Analisis sidik jari DNA varietas tanaman pangan B. REKAYASA DAN PEMANFAATAN TEKNIK BIOLOGI MOLEKULER DAN REKAYASA GENETIK UNTUK PERBAIKAN TANAMAN DAN TERNAK 1. ldentifikasi gen toleran kekeringan pada padi dengan menggunakan analisis DNA microarrays 2. Pencarian alel-alel baru untuk sifat-sifat penting toleran cekaman biotik dan abiotik pada padi 3. Eksplorasi gen penyandi toksin insektisidal dari bakteri simbion nematoda patogen serangga 4. Ekspresi gen CsNitrl-L pada tanaman jagung dan padi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan N melalui perakitan tanaman transgenik 5. Marka molekuler ketoleranan tanaman kedelai terhadap keracunan aluminium 6. lsolasi gen ketahanan blas dan hawar daun bakteri pada padi menggunakan strategi over-ekspresi 7. Kajian penting mengenai distribusi dan potensi sifat biologi susunan DNA mirip virus batang tungro padi dalam genom padi untuk pengayaan sumber ketahanan terhadap tungro 8. Studi marka DNA tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) C. PEMANFAATAN KULTUR IN VITRO UNTUK PERBANYAKAN TANAMAN, PERBAIKAN VARIETAS, DAN PRODUKSI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER 1. Teknik biologi molekuler untuk perbaikan padi hibrida 2. Pembentukan tanaman dihaploid jagung melalui kultur anthera 3. Hibridisasi somatik interspesies pada tanaman padi untuk introgresi gen-gen ketahanan penyakit 4. Produksi artemisinin dari Artemisia annua melalui kultur kalus dan akar rambut 5. Teknik penyimpanan plasma nutfah tanaman pertanian secara in vitro untuk jangka menengah dan jangka panjang
26
Penanggung Jawab
D.N. Susilowati, STP, MSi Dr. Sutoro Dr. I Made Samudra Dr. Asadi Dr. Chaerani
Dr. M. Yunus Dr. Dwinita W. Utami Dr. Etty Pratiwi Dr. Sustiprijatno Dr. I Made Tasma Dr. Kurniawan Rudi T. Dr. M. Muhsin
Dani Setiawan, MSi
Dr. Iswari S. Dewi Dr. lka Mariska Drs. Deden Sukmadjaja, MS Dr. Ragapadmi P. Dr. Novianti Sunarlim
Laporan Tahun 2007 Hak Cipta © 2008, BB-Biogen
LAPORAN TAHUN 2007
IV. Kegiatan Penelitian PROGRAM PENGKAYAAN, PENGELOLAAN, PEMANFAATAN, DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN Koleksi, Konservasi, Karakterisasi, dan Evaluasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan Sumbangan pemuliaan tanaman secara nyata mendukung peningkatan produksi berbagai komoditas pertanian. Berbagai varietas unggul baru tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, sorgum, ubi kayu, dan ubi jalar yang memiliki produktivitas dan stabilitas hasil tinggi telah dihasilkan selama 25 tahun terakhir dan penggunaannya telah menyebar luas di tingkat petani. Namun semakin luasnya penanaman varietas unggul menimbulkan erosi genetik (genetic drift) terhadap varietas lokal (landraces) dan kerabat liarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyelamatan terhadap landraces dan kerabat liar tersebut melalui eksplorasi dan koleksi serta melestarikannya di dalam bank gen. Varietas-varietas lokal dan liar berpotensi mengandung “gen-gen tertentu” yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan tanaman. Pelestarian plasma nutfah dengan cara rejuvenasi dan penyimpanan yang dikelola dengan baik dan benar sangat perlu dilakukan dan harus mendapatkan perhatian. Karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah secara molekuler jika memungkinkan dan secara konvensional seperti terhadap sifat morfologis, agronomis, dan mutu gizi-
nya serta evaluasi terhadap cekaman biotik dan abiotik perlu dilakukan. Informasi tersebut bermanfaat untuk mengetahui profil keragaman dari koleksi yang kita miliki. Sebelum kegiatan rejuvenasi dilakukan, terlebih dahulu perlu diketahui status daya tumbuh benih pada semua plasma nutfah yang disimpan. Konservasi dan rejuvenasi plasma nutfah tanaman dilakukan pada aksesi yang memiliki daya tumbuh rendah (<50%), dan kurang jumlahnya untuk disimpan. Agar diperoleh benih yang kondisinya baik untuk disimpan pengelolaan tanaman di lapang dan prosesing serta pengeringan benih yang baik juga perlu diintensifkan. Evaluasi plasma nutfah tanaman pangan terhadap cekaman biotik dan abiotik dilakukan dengan cara menanam aksesi plasma nutfah pada lingkungan yang diinginkan. Penilaian ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik dilakukan dengan metode standar. Evaluasi bertujuan untuk mendapatkan sumbersumber gen yang bermanfaat untuk mendukung program pemuliaan. Sistem pengelolaan data plasma nutfah yang baik, lengkap, dan terdokumentasi dengan baik di dalam database akan mengefektifkan serta mengefisienkan pemanfaatannya. RPTP koleksi, konservasi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah tanaman pangan terdiri dari kegiatankegiatan sebagai berikut:
27
KEGIATAN PENELITIAN
Koleksi dan Eksplorasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan Kegiatan eksplorasi pada tahun 2007 dilakukan di delapan kabupaten meliputi 33 kecamatan di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur sebelah selatan. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan informasi dan rekomendasi dari Dinas Pertanian setempat. Informasi yang diperoleh berguna untuk mendapatkan gambaran umum mengenai berbagai hal yang menunjang kelancaran dan efisiensi pelaksanaan eksplorasi. Tanaman pangan yang dikoleksi terdiri dari padi, jagung, kacang-kacangan, umbiumbian, dan tanaman sayuran. Dari hasil koleksi plasma nutfah di delapan kabupaten telah diperoleh 362 aksesi plasma nutfah tanaman pangan. Pada Tabel IV.1 disajikan status koleksi plasma nutfah tanaman pangan tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2006.
Rejuvenasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan 1. Padi budi daya dan kerabat liarnya Rejuvenasi dan evaluasi plasma nutfah padi dilakukan di Pusakanegara. Karakterisasi telah dilakukan terhadap sifat-sifat agronomis dan morfologis. Hasil pengamatan malai tanaman menunjukkan bahwa beberapa aksesi mempunyai malai yang panjang dengan cabang malai lebih dari 13 seperti pada varietas Srengseng (Reg. 5672) dengan malai panjang dan rapat, biji banyak (400 butir/malai) dan cabang malai sebanyak 17. Spesies padi liar yang dikoleksi di bank gen BB-Biogen sebanyak 88 aksesi, terdiri dari 18 spesies. Spesies padi liar memiliki beberapa karakter penting sebagai sumber gen untuk mendukung program pemuliaan, seperti program pemuliaan untuk ketahanan terhadap berbagai cekaman biotik dan abiotik. Di antara koleksi spesies padi
Tabel IV.1. Koleksi plasma nutfah tanaman pangan tahun 2006-2007. Komoditas
2006
2007
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
4.000 708 211 741 619 1.026 434 1.426 180
4.015 720 211 765 627 1.026 469 1.763 180
263 81 20 55 16 88 64
200 71 20 55 15 88 65
Padi (Oryza sativa L.) Jagung (Zea mays L.) Sorgum (Sorghum bicolor L. (Moench.)) Kedelai (Glycine max) Kacang tanah (Arachis hypogea L.) Kacang Hijau (Vigna radiata) Ubi kayu (Manihot utilisima) Ubi jalar (Ipomea batatas) Kacang potensial (Kacang tunggak, gude, komak, koro, kacang Bogor) Ubi potensial a. Talas dan belitung b. Dioscorea (ubi kelapa, gembili, gadung) c. Garut (patat) d. Ganyong e. Suweg 11. Padi liar 12. Gandum Total
28
9.663
LAPORAN TAHUN 2007
liar terdapat empat spesies yang memiliki viabilitas dan daya kecambah rendah, yaitu Oryza granulata, O. eichingeri, O. ridleyi, dan O. longiglumis. Oleh karena itu, keempat spesies tersebut perlu dilakukan penyelamatan dengan cara ditanam secara terus menerus di rumah kaca. 2. Jagung dan terigu Kegiatan rejuvenasi plasma nutfah jagung dilakukan di Instalasi Penelitian (Inlit) Muara musim kering (MK) 2007. Rejuvenasi dilakukan terhadap 194 aksesi yang terdiri dari 97 aksesi galur murni, 48 galur Arc, 24 Pool 4, 2 Pool 5, 10 galur asal Sukamandi, 13 galur asal CIMMYT, dan 159 aksesi terdiri dari varietas lokal dan introduksi. Sebanyak 50 aksesi plasma nutfah jagung telah ditanam dan dikarakterisasi sifat morfologis dan agronomisnya di Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio) Cikeumeuh pada MK 2007. Aksesi yang mempunyai karakter kuantitatif yang menonjol di antaranya adalah Batu Kebayan (Reg. 3504), Beak Kesambi (Reg. 3019) memiliki cabang malai terbanyak (15,1), dan Jagung Bunga (Reg. 32571) mempunyai sudut antara batang dan helai daun paling sempit (38o). Hasil rejuvenasi dan karakterisasi terhadap 65 aksesi plasma nutfah terigu di Inlitbio Pacet pada 2007 menunjukkan 13 aksesi memiliki potensi hasil lebih dari 2 t/ha (Tabel IV.2). Aksesi Anemos memiliki hasil biji paling tinggi (2,59 t/ha) dengan umur berbunga 62 hari, umur panen 85 hari, panjang malai dan tangkai malai berturut-turut 8,79 cm dan 13,82 cm, anakan produktif 9/rumpun serta bobot biji 3,5 g/100 butir.
Tabel IV.2. Potensi hasil aksesi plasma nutfah terigu MT 2007. Aksesi Anemos Highrainfall 023 Highrainfall 040 Munk Naxos Wew Thasos V009 V042 V132 V161 V194 V235 V236
Potensi hasil (kg/ha) 2586 2180 2253 2120 2033 2006 2066 2033 2186 2233 2040 2026 2020
3. Kacang Tanah, Kedelai, Kacang Hijau, dan Kacang Tunggak Sebanyak 128 aksesi plasma nutfah kacang tanah telah ditanam di Inlitbio Cikeumeuh pada MK 2007. Pada saat pertumbuhan terjadi kekeringan sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil polong. Sebanyak 25 aksesi plasma nutfah yang menghasilkan polong <100 g akan direjuvenasi kembali pada musim tanam (MT) 2008. Keragaman 100 aksesi plasma nutfah kacang tanah yang dikarakterisasi relatif rendah. Banyaknya polong per tanaman berkisar antara 10-17 dengan biji per polong sebanyak dua kecuali aksesi Lintang Nahutu B (Reg. 1445), Oma Kolahan B (Reg. 1459B), dan varietas kontrol Kelinci memiliki biji per polong sebanyak 3 atau lebih. Selain itu juga terdapat empat aksesi kacang tanah yang hasil polongnya sebanding dengan Kelinci, yaitu Pop Galur Gajah (Reg. 337), Mayama (Reg. 439), Lokal Bulak Sumur (Reg. 546), dan Lokal Bali (Reg. 725) yang menghasilkan bobot polong terberat (16,12 g/tanaman).
29
KEGIATAN PENELITIAN
Sebanyak 177 aksesi kedelai telah direjuvenasi, dan telah diperoleh benih baru sebanyak 90-470 g/aksesi. Dari hasil karakterisasi terhadap 100 aksesi kedelai telah diidentifikasi aksesi-aksesi kedelai yang memiliki karakter baik, antara lain lima aksesi berbunga cepat (<35 hari), 16 aksesi berumur genjah, 10 aksesi berpolong banyak (>50 polong/tanaman), dan delapan aksesi berukuran biji besar (>12 g/100 biji). Di antara aksesi-aksesi yang memiliki karakter baik, ditemukan satu aksesi, yaitu B1731 (Hamton) yang memiliki gabungan beberapa sifat baik, yakni memiliki batang yang tinggi, bercabang banyak, memiliki polong yang banyak, ukuran biji sedang, walaupun umur berbunga dan umur masak tergolong agak dalam. Aksesi ini dapat digunakan sebagai calon tetua persilangan ataupun dikembangkan sebagai calon varietas unggul baru untuk lahan kering/tegalan, lahan sawah MKI dan lahan sawah tadah hujan melalui tahapan pemurnian, uji daya hasil dan uji multilokasi. Sebanyak 34 aksesi kedelai sayur atau dikenal dengan edamame telah ditanam di Kebun Percobaan Pacet. Telah dilakukan karakterisasi terhadap sifat morfologis, agronomis, dan uji organoleptik. Plasma nutfah kedelai edamame yang ditanam umumnya berasal dari Jepang, kecuali
G10428 berasal dari Taiwan dan kedelai Cina berasal dari Cina. Data karakterisasi beberapa genotipe kedelai edamame yang memiliki ukuran biji lebih dari 30 g/100 biji disajikan pada Tabel IV.3. Hasil uji organoleptik serta penampilan biji dan polong rebus menunjukkan 14 aksesi edamame memiliki rasa manis hingga sangat manis, lezat (enak), tidak ada rasa langu, tidak pahit, penampilan polong dan warna biji polong rebus hijau kecuali Kurumame-2 yang berwarna kuning. Ke-14 aksesi edamame terbaik ini memiliki peluang untuk dikembangkan atau diuji daya adaptasi dan hasilnya di berbagai lokasi. Sebanyak 140 aksesi kacang hijau yang memiliki daya kecambah kurang dari 50% telah ditanam, dan telah diperoleh benih baru yang memiliki daya kecambah tinggi sebanyak 19-232 g/aksesi. Ada beberapa aksesi yang menghasilkan benih sedikit karena tanaman mengalami kekeringan dan serangan hama pengisap polong. Benihbenih yang hasilnya rendah akan di perbanyak kembali pada musim atau tahun berikutnya. Hasil karakterisasi terhadap 100 aksesi plasma nutfah kacang hijau menunjukkan keragaman terhadap sifat-sifat agronomis dan morfologisnya. Pada Tabel IV.4 disajikan sifat-sifat agronomis dan morfologis
Tabel IV.3. Karakterisasi sifat agronomi, plasma nutfah edamame yang memiliki ukuran biji >20 g/100 biji. Pacet, MH 2007. Genotipe G.10428 Chamame Kedelai Jepang Daizu-Red Hitashimame-2 Aobako-1
30
Umur berbunga (hari)
Umur masak (hari )
Tinggi tanaman (cm)
35 38 35 36 34 35
88 90 79 79 79 80
20,4 31,7 28,4 23,8 32,8 22
Jumlah Jumlah buku Jumlah Bobot 100 biji cabang/tanaman subur polong/tanaman (g) 2 2 2 2 1 1
8 6 8 6 5 6
17 12 17 9 12 7
31,6 31,4 46,3 34,0 36,0 31,4
LAPORAN TAHUN 2007
sepuluh aksesi kacang hijau yang memiliki hasil tertinggi. Rejuvenasi plasma nutfah kacang tunggak telah dilaksanakan dengan menanam 120 aksesi. Secara umum, bobot biji hasil rejuvenasi rendah karena ada serangan virus, hanya ada tiga aksesi yang memiliki bobot biji lebih dari 200 g. Oleh karena itu untuk menjaga kelestarian plasma nutfah kacang tunggak, benih dari aksesi yang jumlahnya terbatas akan di rejuvenasi kembali pada musim atau tahun berikutnya. Dari hasil karakterisasi terhadap 50 aksesi plasma nutfah kacang tunggak diperoleh tiga aksesi berbunga paling cepat, yaitu KT84-B-1, TV381-O-2j-1, dan TVX.4667-01DA, sedangkan aksesi yang umur berbunganya paling lama adalah
SU76A. Umur panen tercepat (61 hari) diamati pada varietas Dadapan, sedangkan yang paling lama (89 hari) adalah SU76A. Banyaknya biji tiap polong rata-rata mencapai 13,4 buah. Banyaknya biji tiap polong paling sedikit dimiliki oleh SU76A (8,5 buah) dan paling banyak ICV-12A (18,5 buah). Ukuran biji terbesar dimiliki oleh varietas Lo-3-38 dengan bobot 13,7 g/100 biji. Hasil biji tertinggi diperoleh pada varietas TV 3381-0-2j. 4. Ubi kayu dan ubi jalar Sebanyak 470 aksesi plasma nutfah ubi kayu telah direjuvenasi dan 100 aksesi telah dikarakterisasi sifat morfologis dan agronomisnya pada daun, batang, dan umbinya dengan hasil yang cukup bervariasi (Tabel IV.5). Hasil evaluasi menunjukkan
Tabel IV.4. Karakter morfologi dan agronomi dari nomor-nomor aksesi plasma nutfah kacang hijau terpilih di Inlitbio Cikeumeuh TA 2007. No. reg. VR19-1 VR100 (ht) VR68 VR37 VR35 VR1029 VR992 VR196 VR1047 VR998
Umur 50% Umur polong Tinggi berbunga (hst) masak (hst) tanaman (cm) 43 43 40 42 38 39 40 41 40 41
77 63 71 71 73 74 74 72 40 41
Banyaknya polong/tanaman
Banyaknya biji/polong
27 19 12 15 30 13 14 11 11 13
9 9 12 14 7 13 13 13 12 13
80,7 67,7 65,1 75,1 52,3 75,3 71,5 76,8 76,1 77,2
Banyaknya Bobot 100 Bobot kluster/tanaman biji (g) biji/plot (g) 14 20 6 7 14 7 7 6 6 7
5,1 3,8 6,1 3,6 3,9 6,6 5,1 6,8 6,1 5,4
741,2 600,5 542,3 519,3 515,7 506,5 489,9 478,2 479,9 475,2
Tabel IV.5. Kisaran keragaman beberapa karakter plasma nutfah ubi kayu. Karakter Panjang tangkai daun (cm) Panjang lobus daun (cm) Lebar lobus daun (cm) Jumlah lobus daun Tinggi tanaman (cm) Diameter batang (cm) Jumlah ubi per tanaman Bobot ubi per tanaman (kg/tanaman)
Kisaran keragaman 22,1-40,6 10,2-39,7 1,7-6,1 7-9 152-398 1,1-3,3 4-14 0,8-7,30
31
KEGIATAN PENELITIAN
enam aksesi ubi kayu mempunyai bobot ubi lebih dari 4,0 kg/tanaman, yaitu BIC 412 (5,04 kg/tanaman), BIC 475 dan BIC 470 (4,2 kg/tanaman), BIC 4460 (4,1 kg/tanaman), BIC 467 (4,7 kg/tanaman), dan BIC 466 (7,3 kg/tanaman).
ubi (17 karakter) pada plasma nutfah garut hampir sama tetapi karakter kuantitatifnya (hasil ubi/pohon dan bobot kering) bervariasi. Hal ini berbeda dengan plasma nutfah ganyong yang mempunyai variasi sifat kualitatif dan kuantitatif.
Konservasi, rejuvenasi, dan karakterisasi plasma nutfah ubi jalar telah dilakukan di Inlitbio Pacet pada MT 2007. Dari hasil karakterisasi 17 aksesi ubi jalar memiliki bobot ubi >660 g/pohon (Tabel IV.6).
Ukuran ubi talas yang diamati bervariasi, ubi terpendek diamati pada varietas talas Jepang (6 cm) dan terpanjang pada varietas talas Ketan (21 cm). Varietas talas Hijau Garis Ungu memiliki diameter ubi terkecil (4 cm) sedangkan Talas Bentul Sukasari memiliki diameter terbesar (11,4 cm). Talas Hijau Garis Ungu menghasilkan ubi teringan (80 g/tanaman), sedangkan ubi terberat dihasilkan oleh varietas Talas Hijau (1.406 g/tanaman).
5. Ubi-ubian minor Sebanyak 368 aksesi ubi-ubian minor yang terdiri dari 33 aksesi ubi kelapa (Dioscorea alata), 33 aksesi gembili (D. esculenta), 15 aksesi plasma nutfah gadung (D. hispida), 55 aksesi ganyong (Canna edulis), 20 aksesi garut (Maranta arundinacea), 15 aksesi suweg (Amorphophalus companulatus), dan 197 aksesi plasma nutfah talas telah direjuvenasi dan dikarakterisasi di Inlitbio Cikeumeuh pada MT 2007. Karakter morfologi daun, batang, dan Tabel IV.6. Produktivitas ubi/pohon dari beberapa aksesi plasma nutfah ubi jalar, Pacet, 2007. No. reg.
Kultivar
IB 0130 IB 0278 IB 0699 IB 0300 IB 0194 IB 0105 IB 0880 IB 0014 IB 0663 IB 0778 IB 0225 IB 0279 IB 0011 IB 0283 IB 0017 IB 0845 IB 0390
G-25 Tinta Putih BIS 214-63-68 Ketfelale Awarona No. 157A Selo Tangi B097 NN Lokal Banyumas Ndesi Yaronambiri No. 297 Yeleli Sablah Mantang Waluh Lemekuwara
32
Hasil ubi (g/pohon) 1.532 1.500 1.276 1.266 1.033 910 903 896 866 865 813 793 760 740 726 688 660
6. Konservasi in vitro plasma nutfah ubi-ubian Dari kegiatan ini berhasil dikulturkan 20 aksesi ubi kayu, 70 aksesi ubi jalar, dan lima aksesi gembili. Kendala penyimpanan secara in vitro pada tahap sterilisasi. Pertumbuhan ubi kayu dalam media kultur in vitro tidak sebaik vigor ubi jalar atau talas. Kegiatan subkultur dilakukan pada plasma nutfah yang telah disimpan beberapa tahun sebelumnya. Gambar IV.1 menunjukkan hasil konservasi in vitro plasma nutfah ubi jalar, ubi kayu, dan talas. Evaluasi Mutu Gizi 1. Analisis kandungan amilosa pada plasma nutfah padi, jagung, dan sorgum Kandungan amilosa plasma nutfah padi berkisar 10,8-39,8%. Empat aksesi, yaitu Malaman (R. 5271), Ketan Koneng (R.
LAPORAN TAHUN 2007
20040), Gunawan (R. 20048), dan Leukat Hitam (R. 20239) memiliki kadar amilosa 18-23%, dengan rasa nasi pulen dan enak. Hasil analisis kandungan amilosa pada 52 aksesi plasma nutfah jagung berkisar dari 13,8-34,7%. Aksesi Reg. 2384 mempunyai kandungan amilosa terendah (13,8%) dan Reg. 2034 tertinggi (34,7%). Hasil analisis kandungan amilosa pada 30 aksesi plasma nutfah sorgum berkisar dari 8,6-37,2%. Aksesi Reg. 744 mempunyai kandungan amilosa terendah (8,7%) dan Reg. 757 tertinggi (37,25%). 2. Analisis protein dan lemak pada plasma nutfah kedelai dan kacang tanah Analisis mutu gizi pada 30 aksesi plasma nutfah kedelai menunjukkan kisaran kandungan protein 31,5-40,9% dan kan-
Ubi jalar
dungan lemak 10,1-15,8%. Dari 30 aksesi yang diuji, satu aksesi memiliki kandungan protein tinggi (>40%), yaitu (B3641), sedangkan lima aksesi, yaitu B4441, B3785, B3837, B3840, dan B4315 memiliki kandungan lemak rendah (<12%). Kandungan lemak/minyak tinggi (>20%) belum diperoleh pada pengujian ini. Hasil analisis mutu gizi pada 30 aksesi plasma nutfah kacang tanah menunjukkan kandungan protein berkisar dari 22,5827,94%, enam aksesi di antaranya mempunyai kandungan protein >27,0% (Tabel IV.7). Kandungan lemak berkisar dari 46,73-50,62%. Kandungan lemak kacang tanah >45% termasuk tinggi, lima di antaranya, yaitu No. 270, No. 592A, No. 679, No. 1123, dan No. 1398 memiliki kandungan lemak <47% (Tabel IV.8).
Ubi kayu
Talas
Gambar IV.1. Ubi jalar dalam media MS (3,5 bulan) (kiri) dan dalam manitol 4% (8,5 bulan) (kanan), ubi kayu dalam media MS (3,5 bulan) (kiri) dan dalam media paclobutrazol (5,5 bulan) (kanan), talas dalam media MS (3 bulan) (kiri), dalam media manitol 4% (1 tahun) (kanan). Tabel IV.7. Plasma nutfah kacang tanah dengan kandungan protein >27%. Nomor aksesi 637 679 682 721 736 740 1123
Kandungan protein (%) 27,4 27,2 27,1 27,0 27,1 27,1 27,9
33
KEGIATAN PENELITIAN
Tabel IV.8. Plasma nutfah kacang tanah dengan kandungan lemak <47%. Nomor aksesi 270 592A 679 1123 1398
Kandungan lemak (%) 46,9 46,8 46,9 46,8 46,7
3. Analisis kandungan protein pada plasma nutfah kacang hijau dan kacang tunggak Hasil analisis kandungan protein pada 30 aksesi plasma nutfah kacang hijau berkisar antara 23,0-28,6%. Aksesi VR222 memiliki kandungan protein tertinggi (28,6%) dan VR100 (ht) terendah (23%). Kandungan protein plasma nutfah kacang tunggak berkisar antara 21,0-32,2%. Aksesi UV56 mempunyai kandungan protein tertinggi (32,2%) dan UV87 terendah (21,0%). 4. Analisis kandungan pati pada plasma nutfah ubi jalar, ubi kayu, dan ubi minor Analisis kandungan pati pada 30 aksesi ubi jalar berkisar antara 45,2-59,9%. Kandungan pati terendah diamati pada aksesi IB 0603 (45,2%) dan tertinggi pada aksesi IB 0620 (59,9%). Kandungan pati pada 40 aksesi ubi kayu berkisar antara 41,7-79,8%, lokal Garut mempunyai kandungan pati terendah (41,7%), sedangkan Valenca tertinggi (79,8%). Kandungan pati plasma nutfah masing-masing 10 aksesi ubi kelapa dan gadung, berturut-turut antara 16,92-37,46% dan 28,47-35,06%. Kandungan pati terendah pada ubi kelapa 16,92% (Reg. 711) dan tertinggi 37,46% (Reg. 702), sedangkan pada gadung, aksesi 599 memiliki kandungan
34
pati tertinggi (35,06%) dan aksesi 588 terendah (28,47%). 5. Analisis kandungan β-karoten dan protein pada plasma nutfah ubi jalar Kandungan β-karoten pada 20 aksesi plasma nutfah ubi jalar berkisar antara 3095 mе/100 g. Aksesi 1 mempunyai kandungan β-karoten terendah (30 me/100 g). Aksesi yang mempunyai kandungan protein tinggi adalah aksesi 7 (95 me/100 g), 6 (90 me/100 g), 13 (84 me/100 g), 16 (79 me/100 g), dan 8 (75 me/100 g). Evaluasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan terhadap Cekaman Abiotik 1. Evaluasi plasma nutfah padi terhadap cekaman kekeringan Sebanyak 50 aksesi plasma nutfah padi dievaluasi toleransinya terhadap cekaman kekeringan di rumah kaca. Daya tembus akar terhadap lapisan lilin digunakan sebagai indikator toleransi tanaman terhadap kekeringan. Varietas padi lokal umumnya mempunyai daya tembus akar sama dengan varietas pembanding (Cabacu dan Gajah Mungkur). Dari kelompok varietas padi lokal, Saleng Kelambu, Padi Mayun, dan Padi Pute Membat memiliki daya tembus dan kedalaman akar yang sama dengan pembanding. 2. Evaluasi plasma nutfah padi terhadap keracunan besi (Fe) dan aluminium Tingkat toleransi plasma nutfah padi terhadap keracunan besi (Fe) dan aluminium (Al) ditentukan berdasarkan skor gejala keracunan pada tanaman (skor 1-9). Dari hasil pengujian 200 aksesi plasma nutfah
LAPORAN TAHUN 2007
padi di Inlit Taman Bogo, Lampung pada MT 2007 diperoleh 41 aksesi toleran terhadap keracunan Fe (skor 1-3), 107 aksesi agak toleran (skor 5), dan 52 aksesi peka hingga sangat peka (skor 7-9). Dari 41 aksesi yang toleran, 33 aksesi yang bervigor tinggi. Varietas IR64 sebagai pembanding peka memiliki skor 7-9 sedangkan cek tahan, yaitu aksesi Mahsuri memiliki skor 1-3. Dari 3.800 aksesi total koleksi, hingga tahun 2007 sudah dilaksanakan evaluasi terhadap 1.500 aksesi plasma nutfah padi. Kegiatan evaluasi dilakukan secara bertahap, dengan harapan suatu saat koleksi plasma nutfah padi akan terevaluasi secara keseluruhan. Hasil evaluasi plasma nutfah padi terhadap keracunan Al menunjukkan 19 aksesi tergolong toleran (skor 1-3). Aksesi Lahung (No. 20419) diketahui paling toleran (skor 1). 3. Evaluasi plasma nutfah padi terhadap pemupukan N-P rendah Sebanyak 10 varietas padi telah dievaluasi toleransinya terhadap pemupukan NP rendah. Tanpa pemupukan, bobot hasil varietas Ranau, Situ Gintung, dan Jatiluhur lebih berat dibandingkan dengan varietas lainnya. Tanpa pemupukan N dan pemupukan P rendah (50 kg/ha) bobot hasil va-
rietas Situ Gintung dan Dodokan lebih berat dibandingkan dengan varietas lain. 4. Evaluasi ketahanan plasma nutfah kacang tanah dan kacang tunggak terhadap keracunan Al Hasil evaluasi plasma nutfah kacang tanah terhadap keracunan Al di Jasinga menunjukkan 22 aksesi toleran terhadap lahan masam dengan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan varietas kontrol Landak, Kelinci, dan Gajah. Dari hasil evaluasi pada kacang tunggak, diperoleh enam aksesi yang memberikan hasil biji lebih dari 0,9 t/ha. Keenam aksesi tersebut bila hasilnya dibandingkan dengan kondisi tidak masam di Bogor menunjukkan persentase penurunan hasil yang berbeda (Tabel IV.9) Aksesi LO-3-38 dan Ces-41-6 pada kondisi masam di Jasinga memiliki hasil tertinggi, yaitu 1,025 dan 0,948 t/ha dengan persentase penurunan hasil terendah dibandingkan pada kondisi tidak masam (Bogor), yaitu 15 dan 2%. Hal ini mengindikasikan bahwa aksesi LO-3-38 dan Ces-41-6 lebih toleran terhadap lahan masam (keracunan Al) dan dapat digunakan sebagai calon tetua untuk perbaikan varietas kacang tunggak toleran keracunan Al.
Tabel IV.9. Hasil biji plasma nutfah kacang tunggak pilihan pada tanah masam/keracunan Al (Jasinga 2007) dan bukan masam (Bogor 2007). Aksesi LO-3-38 Ces-41-6 ICV-12C KT-1 KT-86 Kacang Tolo Putih
Jasinga (t/ha) (A)
Bogor (t/ha) (B)
Persentase hasil (B-A)/A x 100%)
1,025 0,948 0,918 0,923 0,903 0,960
1,179 0,971 1,150 1,269 1,456 1,524
15 2 25 37 61 59
35
KEGIATAN PENELITIAN
Evaluasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan terhadap Cekaman Biotik 1. Evaluasi ketahanan plasma nutfah padi terhadap hama wereng batang coklat populasi IR42 dan populasi IR64 Tingkat ketahanan aksesi plasma nutfah padi yang dievaluasi terhadap hama wereng batang coklat (WBC) populasi IR42 dan IR64 dapat dilihat pada Tabel IV.10. Dari hasil evaluasi aksesi plasma nutfah padi terhadap WBC populasi IR42 dan IR64 selama dua musim (300 aksesi/musim) pada tahun 2007 telah diperoleh tiga aksesi plasma nutfah padi bereaksi tahan, tetapi hanya satu aksesi plasma nutfah padi yang ketahanannya relatif stabil (nilai skor 3-4), yaitu Padi Jerming (Reg. 15200). Hal ini mengindikasikan bahwa plasma nutfah tersebut baik digunakan sebagai tetua untuk persilangan dalam rangka memperoleh varietas padi baru potensi hasil tinggi tahan terhadap WBC populasi IR42 (biotipe SU) dan WBC populasi IR64. Tabel IV.10. Tingkat ketahanan aksesi plasma nutfah padi terhadap WBC populasi IR42 dan IR64. Jumlah Ketahanan Aksesi aksesi terhadap WBC 3
Populasi IR42 Tahan
40 58 149
Agak tahan Agak rentan Rentan
9 23 220
Populasi IR64 Agak tahan Agak rentan Rentan
36
Sipulo (Reg. 12803), Ketan (Reg. 15198), Padi Jerming (Reg. 15200)
2. Evaluasi ketahanan plasma nutfah padi terhadap penyakit hawar daun bakteri Hasil evaluasi ketahanan 150 aksesi plasma nutfah padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang dilakukan di Sukabumi menunjukkan bahwa tidak satupun galur/varietas padi yang bereaksi tahan terhadap penyakit HDB kelompok IV dan kelompok VIII. Aksesi yang bereaksi agak tahan terhadap HDB kelompok VIII disajikan pada Tabel IV.11. Dari hasil percobaan diketahui dua aksesi padi, yaitu galur/varietas Sijem (aksesi 4268) dan Kencana Bali (aksesi 4322) bereaksi agak tahan, baik terhadap penyakit HDB kelompok IV maupun terhadap penyakit HDB kelompok VIII. Kerusakan yang diakibatkan oleh isolat bakteri kelompok VIII ternyata lebih berat dari isolat bakteri kelompok IV, hal ini dapat dilihat dari jumlah galur/varietas padi yang agak tahan pada kelompok IV lebih banyak (19,3%) apabila dibandingkan dengan kelompok VIII (4,7%). Tabel IV.11. Plasma nutfah padi yang agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri kelompok VIII. Sukabumi, MT 2007. Nomor aksesi
Varietas
3515 4087 4231 4242 4257 4268 4322
Belanak Kesambi 198 Sunting Beringin Revolusi Itun Nangka Basok Sijem Kencana Bali
LAPORAN TAHUN 2007
3. Evaluasi ketahanan plasma nutfah padi terhadap penyakit blas daun dan blas leher Dari hasil evaluasi 250 aksesi plasma nutfah padi diperoleh 16 aksesi plasma nutfah padi yang tahan terhadap penyakit blas leher. Di antara 16 aksesi tersebut, empat aksesi, yaitu kultivar Malaman (Reg. 5271), Tongsan (Reg. 5434), Ikiero (Reg. 5560), dan Ketan Kepros (Reg. 5610) tahan blas daun dan blas leher (skor 1-3). Varietas pembanding tahan blas (Asahan) menunjukkan skor 3 dan varietas pembanding rentan (Kencana Bali) memiliki skor 9. 4. Evaluasi ketahanan plasma nutfah kedelai terhadap hama penghisap polong dan penggerek polong Dari hasil pengamatan pada 160 aksesi kedelai yang dievaluasi di Inlitbio Cikeumeuh, aksesi B3907 tergolong sangat rentan terhadap hama pengisap polong (Riptortus linearis) dengan tingkat serangan 72% dan aksesi B3796 tergolong tahan (tingkat serangan 5,3%). Hasil evaluasi ketahanan 160 aksesi plasma nutfah kedelai terhadap hama penggerek polong di Brebes, Jawa Tengah menunjukkan serangan penggerek polong Etiella di pertanaman cukup tinggi, yaitu berkisar antara 42-87%. Serangan terendah ditemukan pada galur Acc No. B. 3592 dan yang tertinggi pada varietas Penderman. Ketahanan varietas terhadap suatu hama dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti morfologi tanaman dan antibiotis (zat kimia yang ada dalam tanaman). Untuk itu studi tentang mekanisme ketahanan terhadap kedua hama polong ini perlu dilakukan karena informasi tersebut sangat berguna untuk mendukung pogram pemuliaannya.
Evaluasi Daya Gabung Galur Jagung Inbrida Hasil penggaluran empat aksesi jagung pulut telah diperoleh 9S1 dari Pulut 2005, 9S1 dari Punu 2017, 9S1 dari Pulut 2022, dan 4S1 dari Ketan 2462. Selanjutnya masingmasing S1 digalurkan menjadi galur S2 dengan cara ear to row. Famili FS yang baik pada kondisi pupuk rendah sebanyak 16 famili, pupuk sedang 15 famili, dan pupuk optimal 20 famili. Evaluasi daya gabung tujuh galur inbrida disajikan pada Tabel IV.12. Dari hasil persilangan secara dialel dapat diduga kisaran ragam aditif = -0,16 atau dapat dianggap nol. Sedangkan ragam dominan diperoleh sebesar 0,39. Dengan demikian ragam dominan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembentukan jagung hibrida. Hasil evaluasi persilangan diperoleh informasi bahwa galur A dan B menghasilkan daya gabung umum tertinggi dibandingkan dengan galur lainnya. Pengembangan Database Plasma Nutfah Pertanian dan Mikroba Pertanian 1. Database pangan
plasma
nutfah
tanaman
Dari hasil kegiatan inventarisasi data, telah diperoleh data dari beberapa komoTabel IV.12. Evaluasi daya gabung tujuh galur inbrida. Galur inbrida A B C D E F G
P4G19(S)C2-114-1-1-1 P4G19(S)C2-84-1-1-1 P4G19(S)C2-47-2-1-3 Arc-78-3-1-1-2-3 Arc-78-1-3-4-2-3 Arc-78-1-3-1-1-2-3 Arc-83-2-3-1-1-1-1-1
Daya gabung umum 0,14 0,17 0,09 -0,13 -0,02 -0,25 0,01
37
KEGIATAN PENELITIAN
ditas plasma nutfah tanaman pangan yang meliputi: padi, jagung, kedelai kacang hijau, sorgum, terigu, talas, dan ubi-ubian minor. Data yang telah terkumpul selajutnya dientri ke dalam database. Kegiatan entri data meliputi entri data yang baru (tambahan data baru) serta koreksi/editing terhadap data dari suatu aksesi yang masih belum lengkap. Kegiatan entri data telah selesai dilaksanakan terhadap data-data tersebut. Perincian keseluruhan data yang dientri dan diedit disajikan pada Tabel IV.13. 2. Database plasma pertanian
nutfah
mikroba
Pada tahun 2007 telah dilakukan penambahan 100 record plasma nutfah mikroba pertanian lagi, yang terdiri atas 50 record mikroba khitinolitik (komoditas bakteri), 15 record mikroba Pink Pigmented, Facultative Methylotrof (komoditas bakteri), dan 35 record mikroba lignoselulolitik (komoditas fungi). Record-record mikroba yang disajikan di dalam prototype database mikroba pertanian merupakan isolat yang telah disimpan dalam bentuk penyimpanan jangka menengah dan panjang dengan Tabel IV.13. Jumlah aksesi plasma nutfah tanaman pangan yang sebagian karakternya sudah dientri atau dilengkapi datanya dalam database plasma nutfah. Komoditas Padi Jagung Kacang hijau Sorgum Terigu Talas Ubi-ubian minor Kedelai
38
Banyaknya record 400 705 1.028 210 64 176 163 287
teknik freezing dan drying (L-drying atau freeze drying). 3. Database serangga Lebih dari 3.000 spesies, 134 famili dari 8 ordo serangga telah didatabasekan dengan perangkat lunak BIO-LINK. Beberapa ratus foto (image) didemonstrasikan sebagai multimedia untuk mengenal spesies. Akan tetapi informasi data-data lokasi, nama kolektor, tanaman inang dan distribusi spesimen, baru sebagian kecil dientri (5%). Seleksi dan Evaluasi Daya Hasil Galur Tanaman Pangan Produk Bioteknologi Pemanfaatan bioteknologi seperti pembentukan populasi bersegregasi melalui teknik irradiasi kalus, teknik kultur antera, dan teknik deteksi virus tanaman secara serologis (Dot-ELISA) sangat membantu pemulia dalam mempercepat proses seleksi. Semenjak beberapa tahun yang lalu, BB-Biogen (dulu Balitbio) telah melakukan serangkaian penelitian antara lain (a) pembentukan galur/mutan somaklonal padi dan kedelai toleran kekeringan dan toleran keracunan Al/sesuai lahan kering masam melalui teknik iradiasi kalus diikuti seleksi secara in vitro, (b) identifikasi gen tahan dan pembentukan galur-galur kedelai tahan virus kerdil (SSV) dengan bantuan deteksi Dot-ELISA, pembentukan galur harapan padi tahan HDB dan blas melalui persilangan varietas padi budi daya (IR64) dengan padi liar (Oryza rufipogon) yang dilanjutkan dengan kultur antera, dan (c) transformasi gen DeffH9iaaM dan DefH9-RI-iaaM pada tanaman tomat. Populasi somaklonal, galur-galur padi dan kedelai dan tomat transgenik tersebut
LAPORAN TAHUN 2007
perlu diseleksi lanjut daya hasil dan ketahanannya di lapang terhadap sifat yang diinginkan. Diharapkan dari hasil seleksi/ pengujian ini akan diperoleh galur-galur harapan sebagai calon varietas unggul yang akan memberikan sumbangan untuk peningkatan peroduksi dan produktivitas pangan nasional. RPTP seleksi dan evaluasi galur-galur tanaman pangan produk bioteknologi terdiri dari tiga kegiatan yang secara keseluruhan bertujuan untuk (1) meningkatkan homozigositas dan mendapatkan galur/somaklon G4 padi toleran kekeringan dan toleran keracunan Al/lahan kering masam, (2) memperoleh galur harapan kedelai tahan SSV, galur harapan kedelai toleran keracunan Al, dan galur harapan padi tahan HDB dan blas yang berdaya hasil tinggi, dan (3) mendapatkan tomat transgenik generasi 4 (R4) dengan sifat agronomis baik (buah banyak dan besar). Evaluasi Daya Hasil Galur-galur Harapan Padi dan Kedelai 1. Evaluasi daya hasil galur-galur padi tahan blas Evaluasi galur padi tahan blas dilakukan di Bogor pada kondisi sawah dan gogo. Sebanyak 13 galur homozigot tahan blas asal persilangan IR64 dan O. rufipogon bersama tiga varietas pembanding ditanam dalam petakan berukuran 2 m x 3 m, menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Galur-galur uji adalah galur tahan blas yang telah diuji ketahanannya pada generasi sebelumnya, dengan demikian evaluasi lebih difokuskan pada daya hasil. Untuk uji konfirmasi ketahanan
terhadap blas melalui penularan blas secara alami, yaitu dengan cara menanam varietas rentan di sekeliling tanaman uji. Pemupukan dan pemeliharaan optimal. Pengamatan dilakukan terhadap komponen hasil, dan tingkat serangan blas (skor 1-9). Galur-galur pilihan yang berdaya hasil tinggi dan lebih tahan terhadap blas akan diuji pada generasi selanjutnya. Data hasil dan sifat-sifat agronomis lain galur-galur harapan padi tahan blas dan HDB disajikan pada Tabel IV.14. Di antara galur-galur yang ditanam pada kondisi basah (sawah), hasil gabah kering tertinggi di peroleh pada galur Bio-37 (6,82 t/ha), dan diikuti oleh galur Bio-34, Bio-8, dan Bio-61. Hasil gabah Bio-37 28% lebih tinggi dari hasil varietas pembanding Mekongga dan 46% lebih tinggi dari varietas pembanding IR64. Pada kondisi kering (gogo), hasil gabah kering tertinggi dicapai oleh galur WR05 (1,96 t/ha) dan disusul oleh galur Bio-2, Bio-1, dan Bio-62. 2. Evaluasi Daya Hasil Galur-galur Harapan Kedelai Tahan SSV Evaluasi daya hasil galur-galur harapan kedelai tahan SSV dilakukan pada lima lokasi, yaitu di Kabupaten Gunung Kidul, DIY (Wonosari), Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Plumbon), Kota Bogor (Cikeumeuh dan Muara), dan Kabupaten Lampung Timur (Taman Bogo). Evaluasi ketahanan terhadap SSV sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Percobaan di Wonosari menunjukkan bahwa dari 10 galur yang dievalusi, hasil tertinggi dicapai oleh galur Bio-B05-soy (2,29 t/ha), 20% lebih tinggi dari Pangrango
39
KEGIATAN PENELITIAN
dan Tanggamus dan tidak berbeda dengan galur Bio-B04-soy (2,03 t/ha). Galur BioB05-soy memiliki umur 69 hari, cabang banyak (4 cabang/tanaman), tanaman cukup tinggi (68 cm), polong banyak (53 polong/
tanaman), dan bobot biji 11g/100 biji. Penampilan galur-galur pilihan dapat dilihat pada Gambar IV.2. Secara umum evaluasi di Cimanggu, Bogor, memperlihatkan hasil biji yang rela-
Tabel IV.14. Hasil gabah kering dan sifat-sifat agronomis lain galur-galur harapan padi tahan blas dan BLB padai kondisi sawah. Inlit Muara, MT 2007. Galur/varietas Bio-1 Bio-2 Bio-8 Bio-10 Bio-34 Bio-9 Bio-62 Bio-37 Bio-38 Bio-61 Bio-110-BC Bio-111-BC IR64 Bio-77 Mekongga IRBB-7 LSD 5%
Banyaknya malai/rumpun 14,4 14,9 15,3 15,4 14,9 16,0 16,8 17,7 16,6 19,5 19,2 18,0 20,6 17,2 17,6 17,4 3,818
Umur berbunga (hari) 73,3 74,0 78,7 80,0 80,0 80,0 84,7 84,0 83,0 84,0 71,3 70,7 72,3 85,0 85,0 85,7 1,664
Umur panen (hari) 108,3 109,0 108,7 110,0 112,3 113,0 114,7 114,0 113,0 114,3 104,7 104,3 107,3 115,7 115,0 116,3 2,419
Tinggi tanaman (cm) 109,4 114,0 112,7 132,5 130,4 138,8 96,0 123,3 115,0 92,8 91,3 83,7 89,5 95,0 99,1 85,5 13,589
Panjang malai (cm) 26,7 25,8 27,4 27,0 27,2 27,6 27,5 26,5 27,2 25,7 24,2 24,9 25,6 26,5 25,1 24,8 2,070
Banyaknya Gabah kering gabah isi/malai (t/ha) 158,7 137,0 159,7 126,4 138,0 129,2 134,0 128,0 149,7 136,5 109,3 108,7 118,1 124,0 137,3 155,4 35,830
3,46 3,09 4,44 3,68 4,47 3,34 3,79 6,82 2,98 4,04 4,28 3,84 4,66 3,46 5,31 3,66 2,83
B01
B04
B05
Gambar IV.2. Penampilan galur tahan SSV terbaik pada evaluasi daya hasil di Wonosari, Yogyakarta, MK 2007.
40
LAPORAN TAHUN 2007
tif lebih rendah dibandingkan dengan hasil di Wonosari. Tampaknya kesuburan tanah di Inlitbio Cikeumeuh lebih rendah, sehingga perlu penambahan pupuk organik dan kapur yang cukup. Dari 10 galur yang ditanam, hasil tertinggi dicapai oleh galur BioP05-soy (1,33 t/ha) dan tidak berbeda dengan Bio-B05-soy (1,30 t/ha), Bio-B04-soy (1,27 t/ha), Bio-P23-soy (1,23 t/ha), dan BioB07-soy (1,20 t/ha). Tinggi tanaman tergolong normal berkisar dari 55-71 cm. BioB07-soy di samping hasilnya tinggi juga memiliki batang yang paling tinggi (71 cm).
dibijikan. Kerusakan terjadi ketika (1) masih di lapang karena terlambat panen akibat hujan yang terus menerus dan (2) di gudang karena brangkasan tidak segera dibijikan sehingga menjadi rusak/berjamur. Hasil biji yang diperkirakan bisa mencapai >2,5 t/ha tetapi hanya diperoleh 1,43-2,04 t/ha. Keragaman hasil biji antar galur/varietas bukan hanya disebabkan oleh perbedaan adaptasi/daya hasil galur, tetapi disebabkan oleh pengaruh kerusakan biji dan polong sewaktu penangan pascapanen sebagai akibat dari tingginya curah hujan.
Di Muara, Bogor, lahan yang digunakan adalah lahan bekas padi sawah yang relatif subur dan sudah beberapa musim diberakan. Pertumbuhan tanaman tergolong sangat bagus, ini terlihat dari pertumbuhan vegetatif. Terdapat galur yang tinggi batangnya mencapai lebih dari 100 cm (Gambar IV.3). Hasil biji yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan, karena selama masa panen curah hujan cukup tinggi, sehingga mengganggu proses prosesing (pengeringan brangkasan, pembijian, dan pengeringan biji). Banyak biji-biji yang rusak atau busuk karena tidak segera dibijikan. Kendati polong per tanaman tergolong banyak (62-84 polong/tanaman), namun lebih dari 50% biji rusak akibat terlambat
Di Plumbon, Cirebon, selama pertumbuhan hujan hampir tidak ada, sehingga kebutuhan air untuk tanaman disuplai dari sumur pompa yang tersedia. Penampilan pertumbuhan vegetatif dan generatif tergolong bagus (Gambar IV.4), diperkirakan hasil biji akan tinggi (mencapai 2 t/ha atau lebih), namun karena tingginya serangan hama pengisap polong sehingga banyak polong yang rusak/hampa (12-20%), sehingga hasil tidak mencapai 2 t/ha. Dari 10 galur harapan tahan SSV yang dievaluasi, hasil tertinggi dicapai oleh Bio-B07-soy (1,71 t/ha) dan diikuti oleh galur Bio-P23soy (1,61 t/ha), Bio-05-soy (1,60 t/ha), BioP25-soy (1,57 t/ha), dan Bio-P05-soy. Galur harapan Bio-B07-soy memiliki hasil 50%
P05 B05
Gambar IV.3. Penampilan galur-galur harapan kedelai tahan SSV di Muara, Bogor, MH 2007.
41
KEGIATAN PENELITIAN
B05 B07
P05
P23
Gambar IV.4. Penampilan galur harapan kedelai tahan SSV berdaya hasil tinggi di Plumbon, MK 2007.
lebih tinggi dari hasil Tanggamus, dan 15% lebih tinggi dari Pangrango, serta 18% lebih tinggi dari Wilis, namun tidak berbeda nyata dengan hasil Sindoro. Di Taman Bogo, Lampung, lahan yang digunakan untuk pengujian tergolong masam dengan pH sekitar 4 dan kejenuhan Al sekitar 60%. Dengan pemberian kapur untuk menekan kejenuhan Al menjadi sekitar 45% dan menaikkan pH menjadi 5-5,5 maka diperkirakan akan meningkatkan hasil galur-galur yang diuji. Dari 10 galur harapan tahan SSV yang dievaluasi, hasil biji tertinggi dicapai oleh galur Bio-P05-soy (0,87 t/ha), diikuti oleh galur Bio-B07-soy (0,82 t/ha), Bio-P17-soy (0,78), Bio-B01-soy (0,77), dan Bio-B04-soy (0,76). Galur BioB05-soy memiliki hasil yang tidak berbeda dengan varietas pembanding toleran lahan masam (Tanggamus, Sindoro) dan Wilis, sedangkan apabila dibandingkan dengan varietas Pangrango hanya Bio-P05-soy yang hasilnya sama. Penampilan beberapa galur-galur pilihan di lahan masam Taman Bogo dapat dilihat pada Gambar IV.5.
42
Evaluasi daya hasil galur-galur harapan kedelai toleran SSV pada lima lokasi (Wonosari, Plumbon, Cikeumeuh, Muara, dan Taman Bogo) menunjukkan bahwa galur Bio-B05-soy memberikan hasil yang cukup tinggi di setiap lokasi (Tabel IV.15), ada indikasi bahwa galur Bio-B05-soy memiliki adaptasi yang luas dengan hasil yang cukup stabil. Sebanyak enam galur harapan (Bio-B01-soy, Bio-B04-soy, Bio-B05-soy, Bio-B07-soy, Bio-P05-soy, Bio-P23-soy, dan Bio-P25-soy), merupakan galur yang berpenampilan bagus dan memiliki daya hasil yang cukup tinggi, telah dipilih untuk diuji lebih lanjut pada tingkat uji daya hasil multilokasi di berbagai lokasi pada MT 2008. 3. Evaluasi Daya Hasil Mutan Harapan Kedelai Toleran Al/Lahan Masam Percobaan dilakukan di lahan masam kering (pH 5, kejenuhan Al ±45%) Jasinga (Jawa Barat) dan Lampung. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Sebanyak delapan galur/mutan bersama dua varietas pembanding dita-
LAPORAN TAHUN 2007
B04 B07
Tanggamus
Gambar IV.5. Penampilan galur-galur harapan kedelai tahan SSV di Taman Bogo. MH 2007. Tabel IV.15. Hasil galur-galur harapan kedelai tahan SSV di berbagai lokasi, MT 2007. Hasil biji (t/ha)
Galur/varietas Bio-B01-soy Bio-B04-soy Bio-B05-soy Bio-B07-soy Bio-B29-soy Bio-P03-soy Bio-P05-soy Bio-P17-soy Bio-P23-soy Bio-P25-soy Wilis Pangrango Sindoro Tanggamus LSD (0,05)
Rata-rata
Plumbon
Taman Bogo
Wonosari
Muara
Cikeumeuh
1,12 1,21 1,60 1,71 1,17 1,07 1,55 1,23 1,61 1,57 1,45 1,14 1,83 1,49 0,31
0,77 0,76 0,72 0,82 0,79 0,65 0,87 0,78 0,75 0,71 0,70 0,95 0,76 0,72 0,12
1,96 2,03 2,29 1,52 1,74 1,67 1,83 1,62 1,87 1,76 1,87 1,91 1,70 1,91 0,27
1,49 1,56 1,75 1,71 1,43 1,57 1,62 1,90 1,88 2,02 2,01 1,68 1,92 2,04 0,56
1,12 1,27 1,30 1,20 0,97 1,11 1,33 0,99 1,23 1,13 1,16 1,00 1,24 1,15 0,17
1,07 1,11 1,27 1,15 1,03 0,99 1,17 1,11 1,22 1,21 1,21 1,14 1,24 1,23 -
nam dalam petakan berukuran 4 m x 5 m, 3 biji/lubang. Pengamatan dilakukan terhadap penampilan tumbuh, hasil, komponen hasil dan toleransi terhadap keracunan Al (skor 0-4). Galur/mutan yang memberikan hasil tertinggi dan lebih toleran terhadap lahan masam/karacunan Al akan diuji lanjut pada generasi berikutnya.
I-24 (1,02 t/ha), diikuti oleh galur I-37 (0,99 t/ha) yakni tidak berbeda dengan hasil Tanggamus dan Sindoro (Tabel IV.16). Sifat-sifat agronomis lain seperti banyaknya umur berbunga, tinggi tanaman, banyaknya polong/tanaman, banyaknya cabang/tanaman, dan bobot 100 biji disajikan pada Tabel IV.16.
Hasil percobaan di Taman Bogo menunjukkan bahwa di antara galur/mutan yang diuji, hasil tertinggi dicapai oleh galur
Di lahan kering masam Jasinga secara umum hasil biji yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan hasil di Taman
43
KEGIATAN PENELITIAN
Bogo. Permasalahan yag sering ditemukan di Jasinga adalah tingginya ragam kesuburan tanah, baik dalam ulangan yang sama maupun antar ulangan. Berdasarkan analisis statistik pada uji LSD 0,05 tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara galur/mutan maupun dengan varietas pembanding toleran Sindoro dan Tanggamus. Sifat-sifat agronomis lainnya pada galur/varietas yang diuji di Jasinga disajikan pada Tabel IV.17. Analisis Sidik Jari DNA Varietas Tanaman Pangan Identifikasi varietas tanaman pangan secara molekuler dengan penanda mikrosatelit menggunakan alat genetic analyzer
memungkinkan pembacaan ukuran fragmen DNA secara akurat dan obyektif. Akurasi ini diperlukan untuk identifikasi, konformasi, dan registrasi dalam rangka perlindungan varietas tanaman. Kegunaan lain dari karakterisasi plasma nutfah secara molekuler ialah untuk studi keragaman genetik dan identifikasi alel atau gen yang bermanfaat untuk perbaikan tanaman. Penelitian tahun 2007 menitikberatkan pada identifikasi varietas unggul nasional dan lokal untuk pembuatan pangkalan data sidik jari mikrosatelit. Dari 96 nomor genotipe padi, kedelai, dan ubi jalar yang direncanakan dianalisis, masing-masing, baru 50 nomor padi dan
Tabel IV.16. Hasil biji dan sifat agronomis lain galur-galur toleran Al. Taman Bogo, MH 2007. Galur/varietas I-8 I-18 I-24 I-27 I-30 I-31 I-33 I-37 Sindoro Tanggamus LSD (0,05)
Hasil biji (t/ha)
Umur berbunga (hari)
Tinggi tanaman (cm)
0,79 0,80 1,02 0,75 0,85 0,79 0,92 0,99 0,88 1,04 0,15
38 36 35 37 38 38 36 38 38 40 2
37,2 31,5 38,5 32,0 36,6 32,1 37,7 34,3 31,9 38,1 NS
Banyaknya Banyaknya Bobot 100 biji polong/tanaman cabang/tanaman (g) 27 19 26 20 20 25 25 20 19 19 NS
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 NS
8,77 8,33 9,00 8,60 8,50 7,83 8,23 8,30 8,63 8,37 NS
Tabel IV.17. Hasil biji dan sifat agronomis lain galur-galur kedelai untuk toleransi Al. Jasinga, MH 2007. Galur/varietas I-8 I-18 I-24 I-27 I-30 I-31 I-33 I-37 Sindoro Tanggamus LSD (0,05)
44
Hasil biji (t/ha)
Tinggi tanaman (cm)
Banyaknya polong/tanaman
Banyaknya cabang/tanaman
Bobot 100 biji (g)
0,53 0,52 0,33 0,30 0,42 0,44 0,54 0,51 0,46 0,48 NS
26,3 24,6 22,3 21,6 36,7 22,4 32,8 27,0 25,0 30,9 12
32 34 22 23 33 28 41 35 30 33 10
2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1
6,85 6,65 6,40 6,17 6,75 6,97 6,02 6,48 6,85 7,70 0,59
LAPORAN TAHUN 2007
kedelai dan 88 nomor ubi jalar yang bisa dianalisis dengan bahan kimia yang ada (Tabel IV.18, IV.19, dan IV.20). Analisis padi yang terdiri dari 19 varietas unggul nasional, satu kerabat liar (Oryza australiensis 1948), 13 varietas introduksi, dan 17 calon galur dengan 30 penanda mikrosatelit menunjukkan bahwa semua genotipe beridentitas unik. Dari hasil pengelompokan diperoleh tujuh klaster utama (Gambar IV.6). Sembilan varietas introduksi yang merupakan varietas diferensial tahan terhadap WBC tersebar pada lima klaster, se-
dangkan varietas unggul dan calon galur tersebar di semua klaster. Nilai keragaman genetik padi agak sempit (0,35) mengingat sebagian besar nomor yang dianalisis adalah varietas unggul dan calon galur. Dengan ke-30 mikrosatelit yang digunakan total 212 alel terdeteksi dengan rata-rata tujuh alel per lokus dan kisaran 1-15 alel per lokus. Nilai keragaman gen (D), yang menyatakan tingkat keinformatifan penanda, berkisar antara 0 alel per lokus (penanda RM414, monomorfik) dan 0,96 alel per lokus (RM133).
Tabel IV.18. Daftar nama 50 nomor padi yang dianalisis dengan 30 penanda mikrosatelit. No. ID 2007
Nama
Varietas unggul nasional 97 Digul 98 Gilirang 99 Way Apo Buru 101 Ciapus 102 Mekongga 103 Kelara 104 Widas 105 Cisokan 106 Cigeulis 107 Sarinah 108 Aek Sibundong Varietas introduksi 120 IR65600-21-2-2-2 124 PTB33 125 Rathu Heenati 126 Swamalata 127 Pokkali 128 Mudgo 129 TN1 Calon galur 144 BP4556-1f-12-2*B 145 BP4130-1f-3-3-2*B 149 BP4188-7f-1-2-2*B 150 BP4124-1f-4-2-2*B 151 BP4124-1f-3-3-2*B 152 BP2870-4e-Kn-22-2-1-5*B 153 BP3684-2e-10-1-3*B 154 BP4198-4f-2-1-2*B 155 BP3244-2e-8-3-2-3*B
No. ID 2007
Nama
109 111 112 113 114 115 116 119 -
Setail Ciasem Batang Piaman Batang Lembang Bondoyudo Cilamaya Muncul Logawa Celebes 1 -
130 131 132 133 136 140 143
Oryza australiensis 1948 Babawe ARC10550 T12 BPT164c-68-7-3-1 H 27 H 71
156 157 158 160 161 162 163 164 -
BP4200-2f-3-2-2*B BP4124-2f-6-1-2*B BP4112-4f-Kn-6-2*B BP3300-1e-1-3-2-3*B BP4878f-6-2*B BP3074e-17-3-1-5*B BP4194-3f-8-3-2*B BP2462e-3-3-2-5*B -
*Varietas diferensial tahan wereng batang coklat (WBC), calon galur dari BB Padi.
45
KEGIATAN PENELITIAN
Tabel IV.19. Daftar nama 50 nomor kedelai yang dianalisis dengan 10 penanda mikrosatelit. No. ID 2007
Nama
Varietas unggul nasional 94 Wilis 95 Lampo batang 96 Orba 101 Bromo 102 Burangrang 109 Kaba 111 Lokon 113 Muria 114 Lawu 115 No. 29 116 Pangrango 122 Sinabung Varietas introduksi 3 Avoyelles 17193 4 AVRDC 8310 6 Bon Minori 7 BR40 9 Columbus 11 Hampton Varietas lokal 26 Bali-A 30 Lokal Tabanan 31 16BB 33 Davros x 945/0/0/2 34 F94 35 Lokal Bogor 36 Pop x Zwart. 20 44 Lokal Bangkalan 45 Moket 46 Lokal Jember 47 Lokal Jember 48 Lokal Jember 49 Lokal Jember 56 Lokal Sumenep 57 Lokal Tuban 58 Lokal Tulung Agung 59 Lokal Jatim 60 17/4/20/1/0 61 17/9/3/8/0 69 Crb-2 70 Davros Lokal 71 Gabil 72 GM 216 Si 73 GM 2782 Si 74 GM 2841 Si 81 Kretek Balap 83 Lumut 84 M 2667 85 M 2787 86 M 2797 87 M 3109 97 Manalagi
46
Asal
Bali Tabanan, Bali DIY Bogor, Jawa Barat Bogor, Jawa Barat Bogor, Jawa Barat Bogor, Jawa Barat Bangkalan, Jawa Timur Jawa Timur Jember, Jawa Timur Jember, Jawa Timur Jember, Jawa Timur Jember, Jawa Timur Sumenep, Jawa Timur Tuban, Jawa Timur Tulung Agung, Jawa Timur Jawa Timur
Jember, Jawa Timur
LAPORAN TAHUN 2007
Tabel IV.20. Daftar nama 88 nomor ubi jalar yang dianalisis dengan 8 penanda mikrosatelit. No. Nama
Asal
No. Nama
Varietas unggul nasional 1. Boko 2. Kalasan 1 3. Borobudur 4. Kidal
5. 6. 7. 8.
Klon harapan 1. Ac Merah 2. Ac Putih 3. Bogor Merah
4. Ir Melati 5. Racik Kuning 6. Sawentar
Varietas lokal 1. Goidohene 2 2. Unknown Sumatera 3. Markunah 4. Si Botol 5. Gowi Doma 6. Gowi Dumaduma 7. Gowi Jari 2 8. Gowi Mayo 9. Gowi Siaali 10. Gowi Sinali 5 11. Gowi Sovo 12. Mantang Bavabon 13. Mantang Ceubug 14. Mantang Jambu 15. Mantang Racik 16. Mantang Waluh 17. Ubi jalar Hijau 18. Ubi jalar Merah 19. Ubi jalar Putih 20. Ubi jalar Ungu 21. Boled Kuning 22. Bulhok 23. Ciceh 32 24. Deli 25. Jahe 26. Jonggol 27. Lampeneng 28. Lombok 29. Mantang Merah 30. Mentik 31. Nadri 32. No. 1 33. No. 113 34. No. 8 35. Papola 36. Roti 37. Sanggabuana
Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Banten Banten Banten Banten Banten Banten Banten Banten Banten Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat
38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74.
Asal
Sari Cangkuang Prambanan Sewu
Unknown Bestek Mangkokan Bogol Merah Ganteng Lokal Purbalingga Patangpuluhan Super Selo Bali Selo Banyuwangi Selo Bun Selo Dadag Selo Gunung kawi Selo Klemen Selo Metik Bakok Bao Betong Ijeng Jangga Kempo Koja Manegot Telo Wunut Lammelamba Keboh Mangole Pakau Ubi Ambon Ubi Merah Ubi jalar 234 Lokal Samarinda Bekau Genenav Hosit Illival Kila Kuakue Kuning Musan
Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali NTT NTT NTT NTT NTT NTT NTT NTT NTT NTT Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Kalimantan Timur Manokwari Wamena Wamena Wamena Wamena Wamena Wamena
47
KEGIATAN PENELITIAN
Widas BBP4124-lf-3-3-2*B Celebes 1 Swamalata Aek Sibundong Cigeulis BP3300-1 E-1-3-2-3*B Sarinah BP4878f-6-2*B Rathu Heenati BP4198-4f-2-1-2*B Pokkali BP4188-7f-1-2-2*B P3684-2e-1-0-l-,3-*B Setail Batang Lembang PTB33 Bondoyudo Ciasem BP4556-lf-12-2*B Digul TN1 Way Apo Buru Mekongga BP2462e-3-3-2-5*B BPT164c-88-7-3-1 H27 Cilamaya Muncul T12 BP4-124=1f-4-2-2*B BP4130-1f-3-3-2*B H71 BP3074e-1f-3-1-5*B BP3224-2e-8-3-2-3*B BP2870-4e-Kn-22-2-1-52*B BP41122-4f-Kn-6-2*B Gilarang Cisokan Kelara Batang Piaman ARC10550 Logawa Mudgo BP4124-2f-6-1-2*B BP4194-3f-8-3-2*B IR65600-21-2-2-2 Oryza australiensis 1948 Babawe Ciapus BP4200-2f-3-2-2*B
0.1 Gambar IV.6. Hasil pengelompokan 50 nomor padi yang dianalisis dengan 30 penanda mikrosatelit.
48
LAPORAN TAHUN 2007
Hasil analisis kedelai yang terdiri dari 12 varietas unggul nasional, 32 varietas lokal asal Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali, dan enam varietas introduksi dengan 10 penanda mikrosatelit menunjukkan bahwa semua materi juga beridentitas unik. Dari hasil pengelompokan diperoleh empat klaster utama (Gambar IV.7). Varietas unggul mengelompok dalam tiga klaster, varietas introduksi dalam dua klaster sedangkan varietas lokal tersebar dalam setiap kluster. Keragaman genetik kedelai yang dianalisis cukup tinggi (0,50) mungkin karena sebagian besar nomor yang dianalisis merupakan varietas lokal. Total alel yang terdeteksi dengan kesepuluh penanda mikrosatelit ialah 88 alel dengan rata-rata 9 alel per lokus dan kisaran 3-17 alel per lokus. Rata-rata nilai D sebesar 0,59 dengan kisaran 0,21 (Satt143) sampai 0,93 (Sct028). Dari 88 nomor genotipe ubi jalar yang dianalisis (delapan varietas unggul nasional, enam klon harapan, dan 74 varietas lokal asal Wamena, Manokwari, Sulawesi Selatan, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, dan Sumatera) dengan delapan penanda mikrosatelit, dua di antaranya mempunyai kesamaan genetik, yaitu Bao dan Betong yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Pada tingkat kesamaan 82% terdapat sembilan kluster, lima di antaranya masingmasing terdiri dari satu genotipe (Gambar IV.8). Aksesi yang berasal dari Wamena tersebar dalam kelompok berbeda. Dengan demikian tidak ada kaitan antara pengelompokan aksesi dengan daerah asalnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pembuatan pangkalan data profil
DNA mikrosatelit varietas padi, kedelai, dan ubi jalar sebagai pelengkap data karakter fenotipe yang sudah ada terutama untuk keperluan perlindungan varietas. Apabila ada varietas baru yang akan dilepas pangkalan data sidik jari DNA yang sudah ada sebaiknya diperbarui. Bioprospeksi Senyawa Bioaktif untuk Pengendalian Hama Penggerek Jagung Ostrinia furnacalis Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia, juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Dalam peningkatan produksi jagung, salah satu kendala hama yang sangat penting adalah penggerek batang jagung, Ostrinia furnacalis (Gambar IV.9). Hama ini dapat menurunkan produksi jagung secara signifikan. Dengan adanya pencanangan pemerintah untuk swasembada jagung tahun 2010, melalui perluasan dan intensifikasi tanaman jagung maka diperkirakan penggerek jagung akan berkembang menjadi hama yang lebih penting, karena hama ini dapat meneruskan siklus hidupnya ke generasi berikutnya secara terus menerus. Untuk mengantisipasi masalah hama penggerek jagung, BB-Biogen telah mengembangkan perangkap berferomon seks khusus untuk O. furnacalis, menyusul keberhasilan BB-Biogen mengembangkan feromon seks untuk ulat bawang, Spodoptera exigua. Feromon seks dapat digunakan untuk memantau tingkat populasi, mempelajari dinamika populasi penggerek batang jagung di suatu daerah, bahkan dapat digunakan sebagai alat perangkap masal untuk pengendalian atau menekan hama tersebut.
49
KEGIATAN PENELITIAN
16 BB Gabil Davros x 945/0/0/2 Lokal Bogor Lokal Jember Lokal Jatim Lokal Jember 17/4/20/1/0 F94 Moket Kaba 17/9/3/8/0 Muria Orba Lawu M3109 Lokal Bangkalan GM2782 Si AVRDC 8310 Pangrango Columbus Bali A M2797 Bon Minori Sinabung GM2841 Si
M2667
Lokal Sumenep No. 29
BR40
Lokal Tabanan Lumut Lokal Tulungagung Lokal Tuban Hampton M2787 Crb-2 Davros Lokal M3109
0,1
Bromo Pop x Zwart 20 Manalagi Kretek Balap Wilis Lokal Jember Lompobatang Burangrang Lokon Avoyelles 17193 Lokal Jember
Gambar IV.7. Hasil pengelompokan 50 nomor kedelai yang dianalisis dengan 10 penanda mikrosatelit.
50
LAPORAN TAHUN 2007
Ac Merah Lampeneng Bakok Telo Bestek Mangkokan Ir Melati Selo Gunung Super Selo Bun Kawi Bao Betong Lammelamba Selo Banyuwangi Manegot Sawentar Kuning Menteng Jambu No. 113 Deli Ganteng No. 8 Ubi Jalar 234 Gowi Sinali 5 Markunah Mantang Bavabon Selo Bali Mantang Merah Goidohene 2 Jahe No. 1 Gowi Dumaduma Keboh Sanggabuana Gowi Jari 2 Racik Kuning Nadri Ijeng Selo Klemen Ubi Jalar Ungu Bogol Merah Kidal Sari Ciceh 32 Gowi Mayo Mantang Waluh Papola Boko Borobudur Gowi Sovo Cangkuang Kalasan 1 Gowi Siaali Mangole Pakau Bogol Merah Boled Kuning Roti Bulhok Sewu Prambanan Ubi Jalar Putih Koja Jangga Lokal Samarinda Lombok Ubi Jalar Merah Jonggol Kempo Ubi Merah Ac Putih Gowi Doma Mantang Ceubug Kuakue Lokal Purbalingga Mentik Unknown Bekau Genenav Selo Metik Ubi Ambon Hosit Patangpuluhan Illival Kila Musan Mantang Racik Si Botol Selo Dadag Ubi Jalar Hijau
0,79
0,83
0,87 Koefisien
0,91
0,95
Gambar IV.8. Hasil pengelompokan 88 nomor ubi jalar yang dianalisis dengan 8 penanda mikrosatelit.
51
KEGIATAN PENELITIAN
rumah kasa (screen house) menunjukkan bahwa dua formulasi senyawa feromonoid memberikan daya tarik yang kuat terhadap serangga jantan dewasa penggerek batang jagung terhadap populasi Bogor maupun populasi Bandung. Formulasi tersebut mampu menyaingi daya tarik tiga betina virgin, dan daya tangkapnya hampir tiga kali lipat. Fenomena ini hampir sama antara penggerek jagung populasi Bogor dan populasi Bandung.
Serangkaian penelitian telah dilakukan di BB-Biogen yang meliputi sistem perilaku kawin, isolasi dan identifikasi komponen senyawa aktif, respon serangga jantan (bioasai) terhadap komponen aktif (senyawa sintetik). Pada tahun 2007 dilaksanakan penelitian pengembangan formulasi feromon seks (ratio dan kuantitas) di rumah kaca dan uji daya tarik formulasi feromon di lapang. Tujuan penelitian untuk mendapatkan formula seks feromon yang bersifat menarik serangga jantan penggerek batang jagung O. furnacalis.
Uji coba di lapang juga menunjukkan hal yang sama. Formulasi senyawa feromonoid dengan ratio tertentu menunjukkan daya tarik yang sangat kuat terhadap serangga jantan di lapang baik di Bogor maupun di Bandung (Gambar IV.10).
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan dua komponen utama yang bersifat feromonoid terhadap penggerek batang jagung populasi Indonesia. Uji coba di
A
B
Gambar IV.9. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis). A = ulat penggerek batang jagung, B = ngengat jantan dan betina (O. furnacalis).
Gambar IV.10. Perangkap berferomon-Ostri di Banjaran, Bandung.
52
LAPORAN TAHUN 2007
Daya tarik formulasi ini hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan daya tarik betina virgin. Ini berarti formulasi tersebut mampu bersaing dengan betina virgin. Dengan hasil tersebut, BB-Biogen telah berhasil mengembangkan formulasi feromon seks untuk penggerek batang jagung populasi Indonesia dan diberi nama Feromon-Ostri. Pemanfaatan Feromon-Ostri untuk pengendalian hama jagung mempunyai prospek yang baik mengingat kemampuan formulasi untuk menarik serangga jantan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan betina virgin. Feromon merupakan senyawa yang tidak beracun, sehingga apabila digunakan untuk pengendalian hama akan aman terhadap hasil panen, serangga bukan sasaran, dan lingkungan. PROGRAM REKAYASA DAN PEMANFAATAN TEKNIK BIOLOGI MOLEKULER DAN REKAYASA GENETIK UNTUK PERBAIKAN TANAMAN DAN TERNAK Identifikasi Gen Toleran Kekeringan pada Padi Menggunakan Analisis DNA Microarrays Kekeringan merupakan faktor abiotik utama yang membatasi hasil tanaman padi di mana kehilangan hasil akibat cekaman ini sangat signifikan. Untuk mengatasi masalah ini dan menjaga stabilitas hasil dalam kondisi tercekam kekeringan, perbaikan toleransi tanaman padi terhadap cekaman kekeringan melalui perakitan varietas-varietas baru sangat penting untuk dilakukan. Akan tetapi, pembentukan varietas baru toleran kekeringan bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan karena sifat
ini sangat kompleks yang diatur oleh banyak gen (poligen). Oleh sebab itu, kemajuan yang telah dicapai dalam pemuliaan padi untuk sifat ini tergolong lambat. Pemahaman mekanisme toleransi terhadap kekeringan pada tanaman padi akan memberikan landasan yang sangat kuat untuk menentukan strategi yang efektif dalam upaya memperbaiki toleransi terhadap cekaman abiotik. Untuk mencapai tujuan ini, identifikasi gen-gen yang terlibat dalam pengaturan sifat toleran kekeringan merupakan syarat penting untuk dilakukan. Beberapa metode telah tersedia untuk pengidentifikasian gen yang terlibat dalam pengaturan sifat tertentu dan DNA microarray merupakan salah satu teknologi yang paling tepat untuk maksud ini. Untuk mendapatkan data profil ekspresi dengan tingkat akurasi lebih tinggi, hasil analisis DNA microarrays perlu dikonfirmasi dengan metode lain. Metode yang dapat digunakan untuk tujuan ini sehingga diperoleh informasi yang akurat adalah Real-time Polymerase Chain Reactions (RT-PCR). Tujuan akhir dari penelitian ini adalah mengidentifikasi gen-gen utama yang berasosiasi dengan sifat toleran terhadap cekaman kekeringan dan mempelajari pengaruh overekspresi gen faktor transkripsi terhadap kekeringan pada tanaman padi. Pada tahun 2007 penelitian yang akan dilakukan adalah (1) optimasi Reat-time PCR untuk tanaman padi, (2) pembentukan populasi galur rekombinan F7 hasil persilangan IR64 dan Gajah Mungkur, dan (3) konstruksi kaset over-ekspresi gen faktor transkripsi yang berasosiasi dengan kekeringan pada padi.
53
KEGIATAN PENELITIAN
Optimasi Real-time PCR untuk tanaman padi menggunakan metode one step, yaitu meliputi proses isolasi mRNA menggunakan protokol dari Dynabeads® mRNA Direct MicroTM-kits (Dynal Biotech, Inc) yang dilanjutkan dengan proses pembentukan cDNA dan analisis tingkat ekspresi langsung pada mesin Real-time-PCR menggunakan protokol one step SYBR Green reaction kits-(Invitrogen) dengan primer spesifik untuk dua gen kekeringan, Os01g51920 dan Os12g29400. Percobaan menggunakan sampel mRNA yang diisolasi dari tiga sampel tanaman varietas Gajah Mungkur yang diperlakukan kekeringan dan tiga sampel tanaman varietas Gajah Mungkur yang tidak diperlakukan kekeringan (tanaman kontrol).
ini. Sekuen lengkap dari gen ini didapat dari pangkalan data genebank (http://www. ncbi.nlm.nih.gov/). Berdasarkan informasi ini, selanjutnya dilakukan perancangan primer untuk mengamplifikasi gen tersebut menggunakan sampel DNA padi varietas Nipponbare dengan teknik PCR menggunakan enzim pfu DNA polimerase. Primerprimer tersebut memasukkan situs restriksi yang sesuai, masing-masing pada ujung 5’ atau 3’-nya. Fragmen hasil amplifikasi diklon dalam pGEM-T-Easy. Konstruk overekspresi dirakit dengan ligasi multipoin, di mana masing-masing fragmen (35S promoter, gen, 35S terminator) dengan ujungujung kohesif yang kompatibel diligasikan bersama ke vektor biner pCAMBIA dalam satu reaksi.
Dalam pembentukan populasi galur rekombinan F7 hasil persilangan IR64 dan Gajah Mungkur, sebanyak 180 galur F6 dari persilangan IR64 dan Gajah Mungkur digunakan untuk menghasilkan populasi F7. Tiga galur ditanam dalam satu pot berisi tanah sebanyak 10 l dengan satu tanaman untuk tiap galurnya. Perawatan tanaman dilakukan mengikuti petunjuk baku. Benih dari tiap galur kemudian ditempatkan dalam kantong yang sama sebagai bahan percobaan studi korelasi marka molekuler dengan sifat dari tiap gen yang berhubungan dengan toleransi terhadap cekaman kekeringan.
Hasil RT-PCR menunjukkan bahwa semua sampel yang dianalisis dapat menghasilkan amplikon baik pada primer Os01g51920 maupun Os12g29400. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya sinyal pada grafik hasil RT-PCR (Gambar IV.11 dan IV.12). Dengan demikian berarti bahwa dua pasang primer dapat bekerja dengan baik pada sampel mRNA padi yang digunakan. Apabila dilihat dari rata-rata nilai Cycle threshold (Ct), primer Os01g51920 memiliki nilai Ct lebih kecil daripada primer Os12g29400. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ekspresi gen Os01g51920 sedikit lebih tinggi dibandingkan gen Os12g29400 (Tabel IV.21). Cycle threshold adalah siklus yang menunjukkan bahwa sampel berada dalam tingkat emisi fluoresen tertinggi yang merupakan sinyal deteksi dari tingkat ekspresi gen. Kurva amplifikasi hasil RT-PCR selanjutnya dianalisis menggunakan metode Ct-value. Semakin rendah/kecil nilai Ct
Untuk kegiatan konstruksi kaset overekspresi gen faktor transkripsi yang berasosiasi dengan kekeringan pada padi, salah satu gen faktor transkripsi yang terdapat dalam publikasi ilmiah dan diduga terlibat dalam proses ketahanan terhadap cekaman kekeringan digunakan dalam kegiatan
54
LAPORAN TAHUN 2007
Gambar IV.11. Grafik hasil amplifikasi RT-PCR pada sampel padi Gajah Mungkur yang diperlakukan kekeringan dan kontrol dengan primer Os01g51920.
Gambar IV.12. Grafik hasil amplifikasi RT-PCR pada sampel padi Gajah Mungkur yang diperlakukan kekeringan dan kontrol dengan primer Os12g29400. Tabel IV.21. Data nilai Cycle threshold (Ct) dari hasil RT-PCR pada masing-masing sampel padi Gajah Mungkur yang diamplifikasi dengan primer Os01g51920 dan Os12g29400. Nilai Cycle threshold (Ct)
Kode sampel
Primer Os01g51920
Primer Os12g29400
A1 A2 A3
19,69 20,03 20,31
21,38 20,85 20,74
Rerata
20,01
20,99
B1 B2 B3
19,76 19,02 19,31
20,29 20,41 21,22
Rerata
19,36
20,64
A = sampel padi yang diperlakukan kekeringan, B = sampel padi yang tidak diperlakukan (kontrol).
dari suatu sampel menunjukkan bahwa tingkat ekspresi gen semakin tinggi.
Pada Tabel IV.21 juga terlihat nilai Ct untuk tanaman yang diperlakukan keke-
55
KEGIATAN PENELITIAN
ringan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, baik untuk Os01g51920 maupun Os12g29400. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat ekspresi kedua gen pada padi Gajah Mungkur yang diperlakukan kekeringan lebih rendah dibandingkan dengan padi yang tidak diperlakukan kekeringan (tanaman kontrol). Dengan demikian dapat diduga bahwa kedua gen ini termasuk ke dalam kelompok down-regulated dengan perlakuan kekeringan. Dalam kegiatan pembentukan populasi galur rekombinan dari persilangan IR64 dan Gajah Mungkur, diperoleh populasi F7 dari 180 galur F6 yang memiliki keragaman dalam banyaknya anakan, banyaknya bulir isi, dan umur berbunga. Dari 180 tanaman, banyaknya anakan berkisar dari 8-38 dengan rerata 19 anakan. Sedangkan banyaknya bulir isi berkisar dari 1.106-2.885 dengan rerata 1.604 bulir. Banyaknya bulir mencukupi untuk digunakan dalam pengujian kekeringan di lapang. Hasil pengamatan menunjukkan umur berbunga berkisar dari 46-82 dengan rerata 62 hari. Umur berbunga merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pengujian toleransi terhadap kekeringan di lapang. Dengan adanya informasi umur berbunga dapat dirancang jadwal penanaman tiap galur sehingga diharapkan perlakuan kekeringan diberikan pada saat semua galur memasuki tahap awal pembungaan. Dengan demikian, respon tiap galur terhadap perlakuan kekeringan dapat dibandingkan tanpa bias. Untuk kegiatan konstruksi kaset overekspresi gen faktor transkripsi yang berasosiasi dengan kekeringan pada padi, salah
56
satu gen faktor transkripsi yang terlibat dalam proses ketahanan terhadap kekeringan adalah gen OsDREB1A. Pasangan primer yang mengamplifikasi daerah pengkode gen didesain menggunakan software Primer3 dengan sekuen: (a) Forward: 5’-AAT AAG GAT CCT TCA GGA ATC AGG AGC AAG C-3’ dan (b) Reverse: 5’-ACA GTC GAC ACT TGT TCC ATC ACA TTA CCG A-3’. Pasangan primer ini menghasilkan fragmen dengan ukuran 890 pb dengan memasukkan situs enzim restriksi BamHI dan SalI pada ujung 5’ dan 3’. Fragmen ini kemudian diligasikan ke plasmid pGEM-T Easy. Plasmid pGEM-T Easy-OsDREB1A diptong dengan enzim BamHI dan SalI dan diseparasi pada elektroforesis gel agarosa. Fragmen OsDREB1A dengan ujung-ujung BamHI dan SalI diisolasi dari gel agarose. Selain itu, plasmid biner pCAMBIA-35SP(BamHI)-OsWRKY76-(SalI)-35ST juga dipotong dengan enzim BamHI dan SalI dan diseparasi pada elektroforesis gel agarose. Fragmen pCAMBIA-35SP-(BamHI)--(SalI)35ST diisolasi dari gel agarose. Fragmen OsDREB1A dengan ujung-ujung BamHI dan SalI selanjutnya diligasikan ke fragmen pCAMBIA-35SP-(BamHI)--(SalI)-35ST untuk menghasilkan konstruk pCAMBIA-35SP(BamHI)-OsDREB1A-(SalI)-35ST. Konstruksi gen faktor transkripsi telah diperoleh sebagaimana terlihat pada Gambar IV.13 yang dipotong dengan enzim EcoRI menghasilkan fragmen dengan ukuran 1.600 pb. Dari tiga kegiatan penelitian ini telah diperoleh kondisi Real-time PCR yang dapat digunakan untuk analisis ekspresi gen pada tanaman padi, benih dari 180 galur populasi F7 yang memiliki keragaman da-
LAPORAN TAHUN 2007
pCAMBIA (EcoRI)
35SP-OsDREB1A-35ST (EcoRI)
Gambar IV.13. Hasil pemotongan plasmid hasil ligasi konstruk pCAMBIA dengan OsDREB1A menggunakan enzim EcoRI.
lam banyaknya anakan, banyaknya bulir isi, dan waktu berbunga serta konstruk pCAMBIA-35SP-(BamHI)-OsDREB1A-(SalI)35ST. Isolasi Gen Ketahanan Blas dan Hawar Daun Bakteri pada Padi Menggunakan Strategi Over-ekspresi Blas yang disebabkan oleh Magnaporthe grisea dan hawar bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae adalah dua penyakit yang paling merusak pada pertanaman padi di Indonesia. Penggunaan varietas tahan adalah cara yang paling ekonomis dan ramah lingkungan untuk meningkatkan dan menstabilkan hasil padi di daerah-daerah endemik. Karena daya adaptasi yang cepat dari kedua patogen tersebut untuk mematahkan ketahanan varietas-varietas yang baru dilepas, penting untuk melengkapi pendekatan pemuliaan klasik dengan pendekatan transgenik. Keberhasilan perbaikan genetik dengan pendekatan transgenik tergantung pada ketersediaan sumber gen. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk mengisola-
si gen-gen ketahanan penyakit baru dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu reverse genetics dan forward genetics. Dalam pendekatan reverse genetics, lima galur independen tanaman transgenik yang mengover-ekspresikan gen faktor transkripsi OsWRKY76 sudah dihasilkan pada tahun 2006. Tujuan pertama dari kegiatan tahun 2007 adalah untuk mengkonfirmasi fungsi gen OsWRKY76 dengan cara mengevaluasi ketahanan tanaman transgenik dan non transgenik terhadap blas dan hawar daun bakteri di rumah kaca. Selain itu, DNA dari tanaman hasil transformasi dengan konstruk over-ekspresi gen OsWRKY76 diisolasi menggunakan metode Shure et al. (1983) dan selanjutnya digunakan sebagai sampel dalam hibridisasi Southern dengan deteksi non radioaktif menggunakan metode Ishii et al. (1990). Kombinasi enzim EcoRI dan probe gen Hygromycin digunakan untuk membuktikan integrasi konstruk dalam genom dan mengetahui jumlah kopi konstruk dalam genom.
57
KEGIATAN PENELITIAN
Pengujian ketahanan terhadap blas dilakukan pada tanaman transgenik dan tanaman non transgenik di rumah kaca. Kondisi inokulasi dan inkubasi tanaman mengikuti prosedur seperti yang diuraikan dalam Valent dan Chumley (1994). Skala keparahan serangan blas daun diukur secara visual mengikuti the Standard Evaluation System (SES) for rice (IRRI 1996). Skala keparahan serangan rata-rata dibandingkan menggunakan uji t (Sokal dan Rohlf 1981). Pengujian ketahanan terhadap HDB dilakukan pada tanaman transgenik dan non transgenik di rumah kaca mengikuti metode inokulasi pemotongan daun 30 hari setelah tanam. Panjang daun terserang dan panjang daun total diukur dengan penggaris dua minggu setelah inokulasi. Persentase panjang daun terserang dihitung dari panjang daun terserang dibagi panjang daun total kali seratus persen. Penentuan kategori ketahanan mengikuti SES for rice. Analisis perbandingan antara tanaman transgenik dan non transgenik dilakukan menggunakan uji t. Dalam pendekatan forward genetics, lima galur independen starter mutan penanda aktivasi sudah dihasilkan pada tahun 2006. Tujuan kedua dari kegiatan tahun 2007 adalah untuk mengembangkan populasi mutan penanda aktivasi. DNA dari tanaman hasil transformasi dengan konstruk over-ekspresi gen kandidat diisolasi menggunakan metode Dellaporta et al. (1983) dan selanjutnya digunakan sebagai sampel dalam hibridisasi Southern dengan deteksi non radioaktif menggunakan metode Ishii et al. (1990). Kejadian eksisi (lepasnya transposon dari posisi awal integra-
58
si konstruk dalam genom) dan reintegrasi (masuknya transposon ke posisi-posisi baru dalam genom) dideteksi dengan menggunakan kombinasi enzim restriksi HindIII dan probe gen Bar. Berdasarkan hasil analisis hibridisasi Southern dipilih galur-galur yang menunjukkan aktivitas transposon yang tinggi. Galur-galur ini diselfing selama dua generasi di rumah kaca untuk menghasilkan populasi mutan penanda aktivasi. Hasil analisis hibridisasi Southern lima galur independen hasil transformasi generasi T0 menggunakan probe gen Higromycin menunjukkan bahwa konstruk overekspresi gen OsWRKY76 sudah terintegrasi pada genom kelima galur tersebut dengan jumlah kopi konstruk berkisar antara 1-3 (Gambar IV.14). Galur nomor 1 dan 3 memiliki jumlah kopi satu konstruk pada genomnya. Sebanyak lima galur independen hasil transformasi konstruk over-ekspresi gen OsWRKY76 generasi T1 dievaluasi sifat ketahanannya terhadap infeksi M. grisea strain 173 dibandingkan dengan Nipponbare non transgenik. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tanaman transgenik overekspresi gen OsWRKY76 lebih tahan terhadap blas strain 173 dibandingkan Nipponbare non transgenik (Gambar IV.15 dan Tabel IV.22). Sebanyak lima galur independen hasil transformasi konstruk over-ekspresi gen OsWRKY76 generasi T1 dievaluasi sifat ketahanannya terhadap infeksi X. oryzae pv. oryzae isolat 93-066 (tidak kompatibel dengan Xa-7) dibandingkan dengan Nipponbare non transgenik. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tanaman transgenik over-
LAPORAN TAHUN 2007
1 2
3
4 5
6 7 8
Gambar IV.14. Hasil hibridisasi Southern lima galur independen tanaman transgenik over-ekspresi gen OsWRKY76 dengan kombinasi enzim EcoRI dan probe gen Hygromycin. 1-5: galur independen tanaman transgenik over-ekspresi gen OsWRKY76, 6: kontrol positif (plasmid pCAMBIA 1301-35SP-OsWRKY76-35ST), 7: kontrol negatip (Nipponbare non transgenik), 8: marker 1 Kb Plus DNA ladder.
Transgenik Nipponbare Gambar IV.15. Serangan blas pada daun tanaman transgenik over-ekspresi gen OsWRKY76 dan tanaman non transgenik satu minggu setelah inokulasi dengan Magnaporthe grisea ras 173.
ekspresi gen OsWRKY76 lebih tahan terhadap hawar daun bakteri isolat 93-066 dibandingkan dengan Nipponbare non transgenik (Gambar IV.16 dan Tabel IV.23). Per-
bedaan ketahanan ini nyata secara statistik pada tingkat signifikansi 0,01 (Tabel IV.23). Dalam kegiatan hibridisasi Southern terhadap tanaman mutan penanda aktivasi,
59
KEGIATAN PENELITIAN
Tabel IV.22. Rata-rata skala keparahan serangan blas daun pada lima galur independen tanaman transgenik over-ekspresi gen OsWRKY76 dan uji t pada tingkat signifikansi 0,05 terhadap tanaman non transgenik satu minggu setelah inokulasi dengan Magnaporthe grisea ras 173. Galur
Rata-rata skala keparahan
Transgenik #1 Transgenik #2 Transgenik #3 Transgenik #4 Transgenik #5 Nipponbare
IRBB7 IR64 NB
Uji t (Pr>F)
0,93 2 1,6 1,6 1,3 4,23
#1
0,007 0,029 0,010 0,011 0,007 -
#2
#3
#4
#5
Gambar IV.16. Panjang luka pada daun lima galur independen tanaman transgenik over-ekspresi gen OsWRKY76 dan tanaman non transgenik dua minggu setelah inokulasi dengan Xanthomonas oryzae pv. oryzae isolat 93-066 (incompatible dengan Xa-7). #1-#5: galur independen tanaman transgenik over-ekspresi gen OsWRKY76, IRBB7 mengandung gen Xa7, IR64 tidak mengandung gen Xa7 tapi mengandung gen Xa4.
sebanyak masing-masing tiga regeneran dari lima galur independen hasil transformasi konstruk penanda aktivasi generasi T0 digunakan sebagai sampel untuk mendeteksi kejadian eksisi (perginya transposon dari posisi awal integrasi konstruk dalam genom) dan reintegrasi (masuknya transposon ke posisi-posisi baru dalam genom) dengan kombinasi enzim restriksi HindIII dan probe Bar. Hasil analisis menunjukkan bahwa elemen transposon yang mengan-
60
dung empat ulangan enhancer dan gen marker Bar sudah mengalami eksisi dan terintegrasi ke posisi baru pada genom kelima galur tersebut dengan banyaknya kopi transposon antara 1-4 (Gambar IV.17). Karena kelima galur independen penanda aktivasi menunjukkan transposisi yang aktif, maka semuanya diteruskan ke generasi selanjutnya untuk pengembangan populasi mutan. Tabel IV.24 menguraikan rincian banyaknya galur mutan penanda
LAPORAN TAHUN 2007
Tabel IV.23. Persentase luas daun terserang hawar bakteri pada lima galur independen tanaman transgenik over-ekspresi gen OsWRKY76 dan uji t pada tingkat signifikansi 0,05 terhadap tanaman non transgenik dua minggu setelah inokulasi dengan Xanthomonas oryzae pv. oryzae isolat 93-066. Galur
Rata-rata persentase luas daun terserang
Uji t (Pr>F)
14,99 19,24 15,14 16,04 13,88 54,11
0,0004 0,0044 0,0038 0,0096 0,0001 -
Transgenik #1 Transgenik #2 Transgenik #3 Transgenik #4 Transgenik #5 Nipponbare
M 1A 1B 1C 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C
Gambar asli
Gambar duplikat Gambar IV.17. Hasil hibridisasi Southern lima galur independen tanaman transgenik penanda aktivasi dengan kombinasi enzim HindIII dan probe Bar. M = marker 1 Kb Plus DNA ladder, 1A-1C = tiga regeneran dari galur independen transgenik penanda aktivasi #1, 2A-2C = tiga regeneran dari galur independen transgenik penanda aktivasi #2, 3A-3C = tiga regeneran dari galur independen transgenik penanda aktivasi #3, 4A-4C = tiga regeneran dari galur independen transgenik penanda aktivasi #4, 5A-5C = tiga regeneran dari galur independen transgenik penanda aktivasi #5.
aktivasi generasi T1 dan T2 yang diturunkan dari masing-masing galur independen yang sudah menunjukkan positif pada pengujian ketahanan terhadap herbisida basta (memiliki gen Bar). Untuk galur indepen-
den #4 dan #5 hanya dikembangkan sampai generasi T1 karena keterbatasan kapasitas rumah kaca. Gambar IV.18 menunjukkan populasi mutan penanda aktivasi di rumah kaca.
61
KEGIATAN PENELITIAN
Tabel IV.24. Rincian jumlah galur mutan penanda aktivasi pada generasi T1 dan T2 turunan dari 5 galur independen T0. Jumlah galur mutan T1
Jumlah galur mutan T2
Total
#1 #2 #3 #4 #5
17 9 9 7 5
10 16 27 -
27 25 36 7 5
Total
47
53
100
Galur independen T0
Gambar IV.18. Populasi mutan penanda aktivasi di rumah kaca.
Marka DNA Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Jarak pagar (Jatropha curcas) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat digunakan sebagai pengganti atau pencampur minyak solar. Tanaman jarak pagar relatif mudah tumbuh di berbagai lingkungan dan menghasilkan non-edible oil sehingga pemanfaatannya sebagai bahan bakar tidak bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia seperti pada minyak kelapa sawit dan minyak jagung. Pembakarannya juga tidak mengakibatkan bertambahnya penumpukan gas karbondioksida yang menyebabkan efek rumah kaca, karena CO2 yang dilepaskan berasal dari bahan organik hasil asimilasi CO2 atmosfir.
62
Namun salah satu masalah yang dihadapi adalah masih sedikitnya plasma nutfah unggul dan lamanya proses pemuliaan jarak pagar, karena merupakan tanaman tahunan. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mempercepat pemuliaan jarak pagar adalah teknologi marka molekuler. Penelitian dalam rangka mendapatkan marka molekuler jarak pagar, khususnya untuk karakter kadar minyak tinggi telah dilakukan di BB-Biogen. Penelitian dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu mendapatkan marka DNA yang dapat diaplikasikan untuk genom jarak pagar dengan menggunakan metode berbasis PCR, yaitu RAPD, AFLP, dan TRAP; kemudian marka RAPD yang didapatkan diguna-
LAPORAN TAHUN 2007
kan untuk menentukan diversitas genetik aksesi J. curcas koleksi Badan Litbang Pertanian menggunakan data polimorfisme yang dihasilkan sebagai bahan untuk analisis keragaman dengan koefisien DICE dan bootsrapping; serta menguji kelayakan dua gen penyandi biosintesis minyak (DGAT dan G3PAT) sebagai marka fungsional untuk kadar minyak tinggi dengan melihat korelasi antara polimorfisme segmen intron dan exon kedua gen tadi dengan karakter kadar minyak tinggi. Studi awal dalam memperoleh marka DNA untuk sementara menghasilkan 43 pita RAPD polimorfik yang selain dapat digunakan sebagai sidik jari DNA juga dapat dimanfaatkan untuk membuat peta genetik. Namun jumlah marka yang diperoleh masih jauh dari target minimal 150 marka polimorfik untuk kegiatan pemetaan genetik. Kekurangan jumlah marka dapat ditutup dengan marka-marka lain dari metode TRAP, yang terlihat lebih polimorfik dari RAPD dan AFLP (Gambar IV.19). Studi keragaman genetik dengan menggunakan koefisien DICE menunjuk-
kan kekerabatan antar aksesi berkisar antara 13,8-96,5%, dengan rerata 65,3%. Dari dendogram yang dihasilka (Gambar IV.20), tampak bahwa aksesi yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, di mana pada tiap kelompok tidak terdapat clustering aksesi dari daerah yang sama maupun berkadar minyak tinggi. Namun dendogram yang dihasilkan belum terlalu robust berdasarkan analisis bootstrapping. Keempat pasang primer yang dirancang untuk menggandakan intron gen Diacylglycerol acyltransferase (DGAT) mampu menghasilkan pita DNA, namun pita-pita tersebut bersifat monomorfik (Gambar IV.21). Primer yang dirancang untuk menggandakan intron dan exon gen glucose-3-phosphate acyltransferase tidak menghasilkan pita yang konsisten, dan pita-pita tersebut tidak berkorelasi dengan kadar minyak biji. Dengan demikian, keenam kandidat marka kadar minyak ini belum dapat diaplikasikan sebagai marka fungsional untuk karakter kadar minyak biji pada jarak pagar.
Gambar IV.19. Contoh pola pita DNA yang dihasilkan dengan menggunakan metode RAPD dengan satu primer (kiri) dan TRAP dengan empat kombinasi primer yang berbeda (kanan). Tampak bahwa metode TRAP menghasilkan lebih banyak polimorfisme untuk setiap kombinasi primer.
63
KEGIATAN PENELITIAN
JT1 BT2 JT6 JB4 BT3 TS3 KR1 BNW MK2 PK3 SKB JPR SMP PK7 NTB SB2 PK4 MK4 LP3 JT2 JT4 LP1 LP2 TB2 PK2 SB1 PKS SB3 JT5 JT7 BG1 JT8 PT2 TB1 PT1 TS1 KR2 JB5 BG2 BT1 MK1 MK3 PK6 JT3 JB2 JM JB1 TS2 JB3 PK1 WR
0,53
0,68 Koefisien
0,82
0,97
Gambar IV.20. Dendogram kekerabatan genetik antara aksesi-aksesi jarak pagar di Inlit Pakuwon. Nama aksesi merupakan kependekan dari nama-nama aksesi.
Gambar IV.21. Hasil amplifikasi primer yang didesain dari gen DGAT dan G3PI menghasilkan pita-pita yang bersifat monomorfik (kiri) atau tidak terkorelasi dengan karakter kadar minyak tinggi (kanan), di mana aksesi dengan kadar minyak terendah (JT-5) dan tinggi (JT-3) sama-sama menghasilkan pita DNA.
64
LAPORAN TAHUN 2007
Marka Molekuler Tanaman Kedelai Toleran terhadap Keracunan Aluminium
menunjang program nasional swasembada kedelai pada tahun 2015.
Usaha swasembada kedelai nasional dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas tanaman dan perluasan pertanaman di luar Pulau Jawa. Namun lahan kering di luar Jawa umumnya tingkat kemasamannya tinggi dengan kandungan Al tinggi yang beracun bagi tanaman. Keracunan Al menyebabkan pertumbuhan akar tanaman terhambat, penetrasi akar ke dalam tanah menurun, dan produktivitas tanaman menurun.
Tujuan akhir penelitian adalah mendapatkan marka SSR untuk karakter quantitative trait loqi (QTL) sifat ketahanan tanaman kedelai terhadap keracunan Al. Tujuan penelitian pada tahun 2007 adalah untuk (1) memperbanyak benih famili F2 : 4 dari populasi F2 hasil persilangan tetua toleran dan peka keracunan Al, (2) memetakan marka SSR pada kromosom kedelai menggunakan populasi B3462 x B3293, (3) menguji keragaan famili F2 : 4 dari populasi B3462 x B3293 menggunakan sistem hidroponik di rumah kaca, dan (4) menguji keragaan famili F2 : 4 dari populasi B3462 x B3293 pada kondisi lapang tanah masam Jasinga.
Penggunaan varietas unggul tahan keracunan Al merupakan alternatif yang menarik. Pembentukan varietas kedelai toleran keracunan Al dapat dipercepat dengan memperbaiki metode skrining. Metode skrining yang digunakan saat ini sangat bervariasi antar pemulia tanaman. Di samping itu, metode skrining konvensional sulit dilakukan karena sangat kuat dipengaruhi faktor lingkungan dan unreliable. Teknik bioteknologi dengan menggunakan marka molekuler akan mengatasi permasalahan tersebut sehingga pembentukan varietas baru akan lebih cepat karena seleksi tanaman dapat dilakukan pada stadia awal pertumbuhan tanaman dan proses seleksi sangat reliable karena metode seleksi ini tidak dipengaruhi faktor lingkungan. Seleksi tanaman toleran keracunan Al menggunakan marka DNA akan menghemat sumber daya di antaranya biaya lahan dan tenaga kerja dan akan membantu pemulia tanaman untuk mempercepat proses pembentukan varietas baru kedelai toleran keracunan Al untuk
Perbanyakan Benih Famili F2 : 4 dan Isolasi DNA Genomik Benih famili F2 : 3 dari dua populasi F2 (B3462 x B3293 dan B3462 x B3442) yang dihasilkan dari setiap individu tanaman F2 ditanam dalam barisan 3 m di lapang satu baris tanaman per famili F2 : 3. Jarak tanam yang digunakan 50 cm (antarbaris) dan 20 cm (dalam baris) yang ditanami dua benih per lubang tanam. Benih dari setiap baris famili F2 : 4 dipanen kemudian dibulk sehingga diperoleh 200 bulk benih untuk setiap populasi. DNA genomik dari setiap famili tanaman F2 : 3 diisolasi dari daun yang dikumpulkan dengan proporsi yang relatif sama dari 15 individu tanaman famili F2 : 3 menggunakan metode Keim et al. (1988). Kualitas DNA ditentukan menggunakan metode standar (elektroporesis gel agarose).
65
KEGIATAN PENELITIAN
Keragaan dua populasi yang benihnya diperbanyak seperti terlihat pada Tabel IV.25 dan Gambar IV.22. Seperti pada penelitian sebelumnya kedua populasi menunjukkan transgressiveness pada beberapa karakter agronomi seperti pada jumlah polong dan hasil biji per tanaman yang mengindikasikan bahwa karakter lain selain toleran Al dapat dipetakan pada populasi ini. Telah diperoleh benih famili F2 : 4 dalam jumlah cukup (100-200 g/famili) dan bermutu tinggi dari kedua populasi yang
akan digunakan untuk penelitian phenotyping pada kondisi rumah kaca dan lapang. Pemetaan Genetik Marka SSR pada Populasi F2 B3462 x B3293 Dari dua populasi yang diperbanyak benihnya telah dipilih populasi B3462 x B3293 untuk digunakan pada penelitian selanjutnya. Marka SSR dipilih dari peta genetik kedelai konsensus. Marka SSR dipilih dari delapan kromosom (A2, F, J, L, B1, C1, G, dan N) yang diperkirakan mengandung
Tabel IV.25. Keragaan fenotipe berbagai karakter agronomi dari dua populasi F2 : 3 di Inlitbio Pacet, Cipanas, Jawa Barat (5 Maret-16 Juni 2007). Tetua
Karakter B3462 x B3293 (200 famili) Tinggi tanaman (cm) Banyaknya cabang/tanaman Banyaknya polong/tanaman Hasil biji/tanaman (g) Bobot 100 biji (g) B3462 x B3442 (200 famili) Tinggi tanaman (cm) Banyaknya cabang/tanaman Banyaknya polong/tanaman Hasil biji/tan (g) Bobot 100 biji (g)
Populasi
B3462
B3293
B3442
Rata-rata
Standar deviasi
Min/maks
66,0 4,3 57,6 12,1 13,2
44,3 2,6 50,6 11,8 11,1
-
54,97 3,62 46,83 9,65 11,87
7,70 0,69 11,23 2,40 1,38
38,2/73,3 2,0/5,3 23,0/83,0 4,0/15,7 9,0/15,0
66,0 4,3 57,6 12,1 13,2
-
62,97 3,51 49,01 9,57 9,11
8,66 0,59 12,45 2,50 1,09
43,1/96,2 2,0/5,3 22,0/81,0 3,8/15,7 7,0/12,0
77,3 3,6 111,3 9,1 8,6
Min/maks = nilai kisaran minimum dan maksimum untuk masing-masing karakter yang diamati pada progeni F2 : 3 dari kedua populasi terpilih. Data didasarkan pada hasil pengamatan dari tiga tanaman sampel per famili F2 : 3. A
B
Gambar IV.22. Pertumbuhan famili F2 : 3 dari dua populasi di Inlitbio Pacet, Cianjur, Jawa Barat pada umur 2 bulan setelah tanam. A = populasi B3462 x B3293, B = populasi B3462 x B3442.
66
LAPORAN TAHUN 2007
QTL Al toleran. Reaksi SSR dilakukan dengan mengikuti metode Akkaya et al. (1995) menggunakan RBC Taq (Real Biotech Corporation, Kanada). Reaksi PCR dilakukan pada mesin PCR model MJ Research 96-well sebanyak 45 siklus. Skrining primer SSR dilakukan pada DNA tetua B3462 dan B3293. Primer SSR yang polimorfik selanjutnya diuji segregasinya pada progeni F2. DNA hasil amplifikasi dipisahkan menggunakan 4-5% agarose pada elektoforesis standar atau pada 5% polyacrylamide gel electrophoresis menggunakan metode silver staining mengikuti protokol standar. Pita DNA diskor oleh dua orang secara terpisah. Uji Chi Square dilakukan untuk menguji segregasi marka SSR. Hipotesis awal dari uji ini adalah bahwa progeni bersegregasi 1 : 2 : 1. Marka dipetakan menggunakan program MapMaker versi PC dengan skor LOD 3,0 dan jarak genetik 40 cM. Segregasi marka SSR yang digunakan pada penelitian disajikan pada Tabel IV.26
dan contoh segregasi empat marka SSR pada populasi F2 B3462 x B3293 dapat dilihat pada Gambar IV.23 dan IV.24. Pada umumnya marka bersegregasi 1 : 2 : 1 untuk lokus tunggal kecuali beberapa marka pada kromosom A2 dan F yang tidak bersegregasi 1 : 2 : 1. Pemetaan marka SSR pada tahun 2007 difokuskan pada empat kromosom (A2, F, G, dan J). Peta genetik SSR keempat kromosom terlihat pada Gambar IV.25. Selain marka pada peta di atas, ada sembilan marka SSR lainnya pada kromosom tersebut yang belum berpautan satu dengan lainnya karena belum cukupnya marka SSR yang diuji segregasinya pada tahun 2007 Uji Keragaan Famili F2 : 4 dari Populasi B3462 x B3293 pada Kondisi Lapang Tanah Masam Jasinga Penelitian dilakukan di Desa Bagoang, Jasinga, Jawa Barat mulai Oktober 2007 sampai Januari 2008. Hasil analisis tanah dari lokasi percobaan seperti terlihat pada
40 progeni F2 P1 P2 _______________________________________________________________________________________
42 progeni F2 ____________________________________________________________________________________________
Gambar IV.23. Segregasi marka Sct_067 pada progeni F2 populasi B3462 x B3293. Sepuluh mikroliter per sampel DNA hasil amplifikasi PCR dipisahkan pada 5% agarose menggunakan bufer TBE 0,5X dan elektroporesis dilakukan pada 150 volt selama 2,5 jam. Gambar diambil menggunakan Chemidoc dari BioRad. Uji Chi Kuadrat menunjukkan bahwa marka ini bersegregasi 1 : 2 : 1 (A : H : B). P1 = tetua B3462 dan P2 = tetua B3293.
67
KEGIATAN PENELITIAN
P1 P2 94 progeni F2 Satt141
Satt085
Satt578
Gambar IV.24. Segregasi marka Satt141, Satt085, dan Sat578 pada 94 progeni F2 dari populasi B3462 x B3293. Hasil amplifikasi PCR dipisahkan menggunakan gel polyacrylamide 5% pada bufer TBE 0,5x. Pita DNA kemudian diwarnai dengan silver nitrate. Uji Chi Kuadrat menunjukkan bahwa marka-marka ini bersegregasi 1 : 2 : 1 (A : H : B).
Tabel IV.27. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan dua ulangan. Petak utama adalah dua jenis lahan (A = lahan suboptimal dengan pemupukan rendah tanpa pengapuran, B = lahan relatif optimal, yaitu pemberian pupuk NPK dengan dosis lebih tinggi plus 1 t kapur/ha dengan mengikuti metode Fernandez (1992) yang diadopsi oleh Arsyad et al. (2002) untuk uji ketahanan kedelai terhadap keracunan Al di lapang. Anak petak adalah 200 famili F2 : 4. Jarak tanam 50 cm (antarbaris) dan 20 cm (dalam baris). Tiap famili ditanam pada petakan berukuran 1,2 m x 0,60 m sehingga pada tiap ulangan dari setiap famili terdiri dari 12 tanaman. Diambil lima tanaman sampel pada baris tengah untuk pengamatan pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan reproduktif tanaman. Pada sekeliling percobaan ditanami kedelai varietas Sindoro dan Tanggamus seba-
68
gai tanaman pinggir (border). Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, banyaknya cabang, dan banyaknya polong per tanaman. Data pertumbuhan dari 200 famili populasi B3462 x B3293 pada kondisi lapang tanah masam Jasinga umur satu bulan menunjukan bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan (Tabel IV.28). Namun demikian kebanyakan famili F2 : 4 yang ditanam pada tipe lahan A (pemupukan NPK dosis rendah tanpa pengapuran) tidak mampu membentuk polong normal di mana keragaan famili yang sama yang ditanam pada tipe lahan B menunjukkan keragaan yang baik. Hal ini karena famili F2 : 4 ini merupakan progeni hasil persilangan tetua toleran dan sensitif keracunan Al sehingga sebagian progeninya juga sensitif terhadap keracunan Al. Dengan demikian kurva dis-
LAPORAN TAHUN 2007
Tabel IV.26. Segregasi marka SSR pada empat kromosom kedelai (A2, F, G, dan J). Marka SSR Sct_067 Sat_406 Sat_294 Satt_377 Satt_315 AW132402 Satt516 Satt_114 Satt_554 SOYHSP176 Sct_188 Satt_594 Satt_191 Satt_325 Sat_141 Satt_163 Satt_288 AF162283 Sct_187 Satt_406 Satt_431 Satt_414 Satt_244 Satt_183 Sat_093 Satt405 Satt380 Sat_001 AW310961 Sat_366 Satt_674 Sctt_011 Satt_686
Kromosom/LG
Segregasi
X2a
A2 A2 A2 A2 A2 A2 F F F F F G G G G G G G G J J J J J J J J J J J J J J
18A : 50H : 23B 15A : 48H : 31B 29A : 42H : 20B 35A : 31H : 18B 21A : 48H : 25B 20A : 44H : 30B 21A : 39H : 29B 20A : 53H : 21B 22A : 38H : 23B 20A : 51H : 22B 23A : 48H : 23B 25A : 46H : 19B 26A : 40H : 24B 23A : 43H : 28B 24H : 50H : 20B 25A : 44H : 25B 21A : 49H : 24B 24H : 42H : 28B 26A : 40H : 24B 22A : 47H : 21B 18A : 46H : 29B 23A : 52H : 14B 24A : 38H : 23B 24A : 44H : 23B 18A : 41H : 24B 23A : 48H : 21B 20A : 48H : 23B 26A : 42H : 17B 17A : 41H : 30B 23A : 45H : 26B 28A : 47B : 19B 26A : 41H : 21B 21A : 42H : 25B
1,44 5,48* 2,31 12,64** 0,49 2,51 0,82 1,56 0,61 0,96 0,04 0,84 1,20 1,21 0,59 0,39 0,38 1,86 1,20 0,11 2,72 4,35* 0,98 0,12 0,88 0,25 0,78 1,92 4,25* 0,36 1,72 0,98 0,87
a Hipotesis awal dari uji ini bahwa populasi bersegregasi 1 : 2 : 1 (A : H : B). A = alel berasal dari tetua pertama (B3462), B = alel berasal dari tetua kedua (B3293), H = alel berasal dari kedua tetua. *Uji Chi Kuadrat berbeda nyata pada taraf uji 0,05, **Uji Chi Kuadrat berbeda nyata pada taraf uji 0,01 dan hipotesis awal ditolak sehingga marka tersebut tidak bersegregasi 1 : 2 : 1.
tribusi data vegetatif dan reproduktif yang ditampilkan pada penelitian ini adalah data hasil penelitian pada tipe lahan B. Data uji phenotyping terhadap berbagai karakter agronomi penting (tinggi tanaman, banyaknya cabang, banyaknya polong, dan hasil biji per tanaman) dari 200 famili populasi B3462 x B3293 pada kondisi lapang tanah masam Desa Bagoang, Ja-
singa pada tipe lahan B terlihat pada Tabel IV.29. Distribusi data dari setiap karakter menunjukkan bahwa karakter-karakter ini berdistribusi mengikuti kurva normal yang mengindikasikan bahwa toleransi tanaman kedelai terhadap keracunan Al dikendalikan oleh lebih dari dua gen (Gambar IV.26).
69
KEGIATAN PENELITIAN
A2
F
G
J Af162283
Satt377
Satt554 27.4
22.1
SOYHSP176
Sctt011 24.3
Satt288
Sat_366
Satt233
J
22.3
Satt405
33.2 37.0 48.5
AW132402
27.0
Satt374 Satt374
18.3
12.4
Satt191
Satt686
25.7
20.8
34.9
Satt425
38.1
Satt315
Satt414
AW310961 30.0
Satt674
24.9 37.5
Satt594
44.8
Satt133 Satt406 17.8
28.6
Sat_001
33.0
Sct067 Satt114
Satt183 Satt406 Satt380 5.7
Satt141
Sat_093
19.6
29.9
Satt163
Satt547 5.3
Satt244 39.8
35.7 22.7
Satt516
Satt325
Satt244
Gambar IV.25. Peta genetik awal marka SSR pada empat kromosom kedelai (A2, F, G, dan J) berdasarkan populasi F2 B3462 X B3293. Angka di antara dua marka SSR dalam satu kromosom adalah jarak genetik kedua marka SSR dalam centi Morgan (cM). Panjang Bar adalah angka relatif dalam satu kromosom.
70
LAPORAN TAHUN 2007
Tabel IV.27. Sifat fisik dan kimia tanah lapisan olah (top soils) diambil dari lokasi penelitian di Desa Bagoang, Jasinga, Jawa Barat. Sifat fisik Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Sifat kimia pH H20 HCl Zat Organik N (g) C (g) C/N ratio P (mg/100 g) Bray-1 Ca (me/100 g) Mg (me/100 g) K (me/100 g) Na (me/100 g) KTK (me) Jumlah kation (me) Kejenuhan basa (%) H dapat ditukar (me/100 g) Al dapat ditukar (me/100 g) Kejenuhan Al (%) Fe (ppm) Mn (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm)
4,71 18,15 77,14 4,23 3,63 0,177 1,488 8,407 0,198 1,375 1,138 0,140 0,133 22,860 2,786 12,187 0,809 4,002 52,540 9,928 48,611 2,299 3,437
Tabel IV.28. Rerata keragaan tinggi tanaman dan jumlah daun tiga (trifoliolate) famili F2 : 4 populasi B3462 x B3293 di lapang tanah masam Jasinga, 30 HST. Tipe lahan A
Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun tiga (trifoliolate)/tanaman
Tipe lahan B
Populasi
P1
P2
Populasi
P1
P2
24,29 6,19
27,35 6,50
25,34 6,00
29,04 7,27
30,11 6,65
30,63 7,58
Tipe lahan A = lahan dipupuk dengan pupuk NPK dosis rendah, tipe lahan B = lahan dipupuk dengan pupuk NPK dosis lebih tinggi dan diberi kapur dosis rendah (1 t dolomit/ha). P1 = tetua 1, P2 = tetua 2. Data adalah rerata dari dua ulangan.
71
KEGIATAN PENELITIAN
Tabel IV.29. Rerata keragaan tinggi tanaman, banyaknya cabang, banyaknya polong, dan hasil biji per tanaman famili F2 : 4 populasi B3462 x B3293 pada tipe lahan B di lapang tanah masam Jasinga, 95 HST. Tetua
Karakter Tinggi tanaman (cm) Banyaknya cabang/tanaman Banyaknya polong/tanaman Hasil biji/tanaman (g)
Populasi
B3462
B3293
Rata-rata
34,6 4,0 41,5 4,2
28,8 2,1 32,0 2,3
29,8 2,5 36,1 3,3
Standar deviasi 4,35 0,76 10,01 2,10
Kisaran 21,75-38,0 1,5-4,0 14,0-62,0 0,5-7,4
120
100
100
80
80
Frekuensi
Frekuensi
Tipe lahan B = lahan masam dipupuk dengan pupuk NPK dosis lebih tinggi dan diberi kapur dosis rendah (50 kg urea, 100 kg SP36, 100 kg KCl, dan 1 t dolomit/ha). Data adalah rerata dari dua ulangan.
60 40
40 20
20 0
0 20-25
26-30 31-35 Tinggi tanaman (cm)
36-40
10-20
80
60
60
45 Frekuensi
Frekuensi
60
40 20
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 Banyaknya polong per tanaman
30 15 0
0 1,0-1,5 1,6-2,0 2,1-2,5 2,6-3,0 3,1-3,5 3,6-4,0 Banyaknya cabang per tanaman
0,1-1,5
1,6-3,0
3,1-4,5
4,6-6,0
6,1-7,5
Hasil biji/tanaman (g)
Gambar IV.26. Distribusi keragaan fenotipe tinggi tanaman, banyaknya cabang, banyaknya polong, dan hasil biji per tanaman 200 famili F2 : 4 dari populasi B3462 x B3293 pada kondisi lapang tipe lahan B tanah masam Desa Bagoang, Jasinga, Jawa Barat (95 HST).
72
LAPORAN TAHUN 2007
PROGRAM PEMANFAATAN KULTUR IN VITRO UNTUK PERBANYAKAN TANAMAN, PERBAIKAN VARIETAS, DAN PRODUKSI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER Pembentukan Galur Pemulih Kesuburan melalui Teknik Kultur Antera Kultur antera merupakan salah satu alternatif pemanfaatan kultur in vitro untuk mempercepat pembentukan galur-galur pemulih kesuburan yang diperlukan dalam perakitan padi hibrida, karena galur murni berupa tanaman haploid ganda dapat diperoleh langsung pada generasi pertama. Penelitian Pembentukan Galur Pemulih Kesuburan melalui Teknik Kultur Antera bertujuan untuk memperoleh calon galurgalur pemulih kesuburan baru secara cepat. Pada penelitian ini dengan menggunakan media yang mengandung 10-3 M putresin dapat dihasilkan 29 tanaman hijau yang berasal dari tanaman F1 RHS/IRBB7 (16 tanaman) dan F1 RHS/IRBB21 (13 tanaman). Semua tanaman hijau berhasil diaklimatisasi dan ditanam di rumah kaca untuk memperoleh benih tanaman haploid ganda pertama atau DH0 (Gambar IV.27). Galur haploid mempunyai 12 kromosom dan pada saat fase reproduktif tidak terjadi pengisian biji, sehingga menghasil-
kan bulir hampa. Sementara itu galur DH0 memiliki 24 kromosom dan pada fase reproduktif terjadi pengisian biji, sehingga bijinya dapat dipanen dan diperbanyak (Gambar IV.28). Penampilan galur pemulih kesuburan yang merupakan hasil kultur antera umumnya mempunyai antera dengan isi polen yang penuh (higher pollen load) serta daun bendera yang tegak atau sudut daun bendera >45o (Gambar IV.29). Teknik Fusi Protoplas Padi Budi Daya dengan Padi Liar Padi liar O. officinalis (Acc. 105365) memiliki gen ketahanan terhadap BLB, tungro, dan salinitas namun mempunyai genom CC yang tidak sama dengan padi budi daya yang bergenom AA. Hal ini menyebabkan hibridisasi inter-spesies antara padi liar dengan padi budi daya secara konvensional sering menghadapi beberapa kendala seperti adanya inkompabilitas seksual yang dapat menyebabkan tidak berhasilnya proses fertilisasi ataupun sterilnya keturunan F1 sehingga tanaman tidak dapat atau sulit membentuk biji. Teknologi fusi protoplas melibatkan hibridisasi sel-sel somatik inter-spesies dari kedua tetuanya sehingga memungkinkan
Gambar IV.27. Tanaman hijau hasil kultur antera padi. Tanaman hijau dalam media regenerasi, aklimatisasi di air steril, aklimatisasi tanaman di tanah lumpur, tanaman hasil aklimatisasi (kiri ke kanan).
73
KEGIATAN PENELITIAN
Gambar IV.28. Penampilan tanaman haploid ganda spontan/DH0 (kiri) dan haploid (kanan) hasil kultur antera saat fase reproduktif.
Gambar IV.29. Penampilan malai galur haploid ganda calon pemulih kesuburan.
diperolehnya tanaman dengan sifat-sifat unggul. Teknologi tersebut juga mampu menggabungkan keseluruhan ataupun sebagian material genetik yang terdapat dalam inti maupun sitoplasma. Gen ketahanan yang terdapat pada O. officinalis diharapkan dapat diintrogresikan ke dalam padi budi daya (IR64) melalui fusi protoplas baik secara simetris maupun asimetris. Penelitian Teknik Fusi Protoplas Padi Budi Daya dengan Padi Liar bertujuan untuk mengintrogresikan gen ketahanan yang terdapat pada O. officinalis ke dalam padi
74
budi daya (IR64) melalui fusi protoplas baik secara simetris maupun asimetris. Untuk proses fusi protoplas secara simetris, hasil modifikasi dari metode Wang et al. (2004), yaitu penggunaan PEG 6000 25% dengan masa hibridisasi selama 15 menit menjadi PEG 6000 20% selama 30 menit untuk sementara merupakan cara yang terbaik (Gambar IV.30). Dengan metode ini dapat dihasilkan rataan densitas protoplas setelah fusi sebesar 0,97 x 106. Untuk fusi asimetris, modifikasi dari metode Yan et al. (2004), yaitu penggunaan PEG 8000 40% dengan masa inkubasi dari 30
LAPORAN TAHUN 2007
menit menjadi 60 menit (Gambar IV.31), untuk sementara menghasilkan rataan
O. officinalis
IR64
1:1
densitas protoplas setelah fusi sebesar 0,86 x 106.
Ditanam pada media kultur protoplas
PEG6000 20, 25 atau 30% + 10 mM CaCl2 + 0,7 mM KH2PO4
Dicuci dengan media kultur protoplas (3x)
1:1 30 menit CaCl2 0,08 M Inkubasi 10 menit Gambar IV.30. Modifikasi metode Wang et. al. (2004) untuk fusi protoplas secara simetris pada padi budi daya dan liar.
Ditanam pada media kultur protoplas O. officinalis
IR64
Dicuci berturut-turut dengan CPW13M dan media KpR
1:1
NaCl 140 mM KCl 5 mM NaHPO4 0,75 mM CaCL2 125 mM Manitol 110 mM pH = 7
Fusan dikoleksi dengan sentrifugasi kecepatan rendah (700 rpm 5 menit)
Resuspensi dengan larutan F PEG8000
1:1 60 menit
Diencerkan dengan larutan F
Gambar IV.31. Modifikasi metode Yan et. al. (2004) untuk fusi protoplas secara asimetris pada padi budi daya dan liar.
75
KEGIATAN PENELITIAN
Induksi dan Pertumbuhan Akar Rambut Artemisia annua pada beberapa Formulasi Media Malaria merupakan penyakit infeksi yang sangat berbahaya di daerah tropis dan sangat mematikan. Artemisinin merupakan produk metabolit sekunder yang dihasilkan dari tanaman Artemisia annua L. merupakan senyawa yang potensial untuk dikembangkan sebagai obat malaria. Untuk membuat artemisinin secara sintesis sangat sulit dan tidak ekonomis, maka cara yang paling mudah dan murah untuk memperoleh artemisinin ialah dengan mengekstrak dari tanamannya. Namun, kandungan artemisinin dari A. annua di Indonesia umumnya rendah berkisar antara 0,01-0,5%, sehingga tidak efisien apabila dikembangkan untuk skala industri. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk produksi artemisinin dalam skala industri adalah melalui penggunaan kultur akar rambut dalam bioreaktor. Penelitian Induksi dan Pertumbuhan Akar Rambut A. annua pada Beberapa Formulasi Media bertujuan untuk menginduksi pembentukan akar rambut melalui penggunaan strain Agrobacterium rhizogenes, serta formulasi media yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Respon pembentukan akar rambut pada kultur A. annua terbaik diperoleh dengan menggunakan A. rhizogenes strain ATCC 15834, LBA 9457, dan A4J (Gambar IV.32). Metode inokulasi dengan perendaman eksplan dalam larutan bakteri lebih baik daripada cara pelukaan. Daun yang direndam dalam larutan bakteri menghasilkan akar dua kali lebih banyak (71,89%) dibandingkan dengan cara ditusuk (36,62%). Pada umumnya dengan menggunakan ketiga strain bakteri tanpa penambahan asetosiringon dapat menghasilkan pembentukan akar rambut yang lebih banyak dibandingkan dengan penambahan asetosiringon. Penambahan asetosiringon ke dalam kultur bakteri dan media kokultivasi menurunkan frekuensi induksi akar rambut. Persentase pembentukan akar rambut tertinggi diperoleh dari eksplan yang diinokulasi dengan media bakteri strain ATCC 15834 tanpa penambahan asetosiringon (75,50%), sedangkan terendah diperoleh dari eksplan yang diinokulasi dengan media bakteri strain A4J (10,50%). Akar rambut yang diinduksi oleh strain bakteri yang berbeda memperlihatkan pola kinetika pertumbuhan yang relatif sama dengan maksimum pertumbuhan terjadi
Gambar IV.32. Induksi akar rambut oleh strain A. rhizogenes (kiri ke kanan) ATCC 15834, LBA 9457, A4J.
76
LAPORAN TAHUN 2007
menyebabkan pertumbuhan akar rambut terbaik dibandingkan dengan sukrosa (Gambar IV.34).
pada umur 6-7 minggu (Gambar IV.33). Akar rambut yang diinduksi menggunakan ATCC 15834 memperlihatkan pertumbuhan paling cepat yang ditunjukkan oleh bobot basah akar rambut yang paling berat dibandingkan dengan akar rambut yang diinduksi menggunakan LBA 9457 dan A4J.
Identifikasi Jagung Penginduksi Haploid Penggunaan varietas hibrida telah terbukti merupakan salah satu cara efektif dalam meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Perakitan jagung hibrida memerlukan galur-galur murni sebagai tetuanya. Pembentukan galur murni dapat dipercepat antara lain dengan menggunakan teknik kultur antera yang dalam satu generasi dapat menghasilkan tanaman dihaploid homozygot. Namun, pada kultur antera jagung, keberhasilan pembentukan biakan
Pada awalnya penggunaan media dasar Gamborg (B5) menyebabkan pertumbuhan akar rambut yang lebih baik dibandingkan dengan MS, namun mulai pada minggu ke-3 dan akhirnya pada minggu ke8 semua akar rambut di media B5 berubah menjadi kalus, sedangkan di media MS tetap dalam bentuk akar rambut. Selanjutnya penggunaan glukosa 2% pada media MS
Bobot basah (g)
2,5
ATCC 15834
LBA 9457
A4J
2 1,5 1 0,5 0 0
2
4 6 Minggu setelah tanam
8
Pertambahan bobot basah (g)
Gambar IV.33. Pertumbuhan akar rambut dengan menggunakan tiga strain A. rhizogenes. 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0
G2
G3
G4
G5
S2
S3
S4
S5
Konsentrasi jenis gula (%) Gambar IV.34. Pertumbuhan akar rambut pada media dengan konsentrasi gula berbeda.
77
KEGIATAN PENELITIAN
haploid masih rendah. Oleh karena itu produksi tanaman haploid perlu didekati dengan metode lain yang sudah tersedia, yaitu metode Bulbusom seperti yang sudah dilakukan pada tanaman gandum dan barley. Metode tersebut dilakukan dengan menyilangkan antara dua jenis tanaman jagung tetapi salah satu tetua dapat menginduksi pembentukan tanaman haploid (inducer haploid line). Tanaman haploid diketahui berhubungan dengan warna antosianin pada bijinya, karena adanya gen Ri-nj dari inducer haploid line yang dapat menginduksi pembentukan warna antosianin pada embrio dan endosperma pada biji hasil persilangan. Penelitian Identifikasi Jagung Penginduksi Haploid pada tahun ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman jagung calon penginduksi haploid. Pada penelitian ini telah dilakukan persilangan antara galur non komersial dengan nomor aksesi 3059 dan 3490 sebagai tetua jantan dengan varietas Bisma, Sukmaraga, dan Arjuna sebagai tetua betina. Dari persilangan pertama seluruh tongkol F1 yang diperoleh tidak menghasilkan biji dengan warna endosperma ungu. Untuk mendapatkan biji yang berwarna ungu, Biji F1 digunakan kembali sebagai tetua betina dan disilangbalikkan kembali dengan akse-
si 3059 dan 3490 sebagai tetua jantan. Dari hasil silang balik ternyata hanya aksesi nomor 3490 yang mampu menginduksi pembentukan tongkol berbiji ungu, sedangkan aksesi nomor 3059 tidak dapat membentuk biji ungu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji warna ungu hanya diperoleh dari tongkol BC1F1 Bisma/3490// 3490, BC1F1 Sukmaraga/3490//3490 dan BC1F1 Arjuna/ 3490//3490 (Gambar IV.35). Persentase pembentukan tongkol berbiji ungu tertinggi diperoleh dari BC1F1 Bisma/3490//3490, yaitu 31,58%. Meskipun pembentukan tongkol berbiji ungu persentasenya cukup tinggi, ternyata persentase biji ungu/tongkol sangat rendah, yaitu hanya 1,50% dari biji yang dihasilkan dengan rataan biji yang berwarna ungu 3,8 butir/ tongkol. Pada BC1F1 Sukmaraga/3490//3490 persentase pembentukan tongkol berbiji ungu hanya 14,29%, dengan persentase pembentukan biji ungu 1,41% dan rataan biji yang berwarna ungu 3,7 butir/tongkol. Untuk BC1F1 Arjuna/3490//3490 persentase pembentukan tongkolnya sama dengan BC1F1 Sukmaraga/3490//3490, tetapi persentase pembentukan biji ungunya lebih rendah hanya 0,57 dengan rata-rata biji yang berwarna ungu 1,6 butir/tongkol.
Gambar IV.35. Tongkol jagung hasil BC1F1 dari Bisma/3490//3490 (kiri), Sukmaraga/3490//3490 (tengah), dan Arjuna/3490//3490 (kanan).
78
LAPORAN TAHUN 2007
Biji ungu yang terbentuk dikecambahkan secara in vitro pada beberapa formulasi media MS yang mengandung zat pengatur tumbuh GA3 (10, 30, dan 50 mg/L). Pada umur 4 minggu semua biji berkecambah. Tanaman BC1F1 yang berasal dari biji warna ungu lebih pendek dan rentan terhadap serangan penyakit bulai dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji kuning. Pada tanaman jagung, jumlah kromosom pada diploid atau somatiknya ialah 2n = 2x = 20, sehingga jumlah kromosom pada haploid dan genetiknya sama, yaitu n = x = 10. Analisis kromosom pada akar tanaman BC1F1 Bisma/3490//3490 menunjukkan bahwa kecambah yang berasal dari biji berwarna kuning mempunyai jumlah kromosom 20, sedangkan kecambah yang berasal dari biji yang berwarna ungu, yaitu yang diduga haploid mempunyai jumlah kromosom 10 (Gambar IV.36).
Penyimpanan Plasma Nutfah secara In Vitro Kebutuhan untuk melestarikan plasma nutfah bukan saja untuk tanaman budi daya, namun juga untuk spesies liar dan langka. Tidak seperti pelestarian in situ, maka pelestarian ex situ ialah pelestarian yang dilakukan bukan di habitat alamiahnya. Pelestarian ex situ menjadi penting terutama dalam mendukung penelitian dan industri. Pengelolaan pelestarian in situ saat ini menjadi semakin sulit akibat adanya tekanan dari perkembangan populasi manusia. Saat ini teknologi kultur in vitro semakin berkembang dan telah berhasil diaplikasikan untuk penyimpanan berbagai plasma nutfah secara ex situ. Penelitian Penyimpanan Plasma Nutfah secara In Vitro bertujuan untuk mengkoleksi tanaman jeruk besar, pisang, dan temulawak secara in vitro, mendapatkan teknik pertumbuhan minimal tanaman kencur, dan mendapat-
Kromosom tanaman yang berasal dari biji warna kuning, 2n = 2x = 20
Kromosom tanaman yang berasal dari biji warna ungu, n = x = 10 Gambar IV.36. Analisis kromosom pada tanaman BC1F1 Bisma/3490//3490.
79
KEGIATAN PENELITIAN
kan teknik enkapsulasi-vitrifikasi tanaman purwoceng untuk penyimpanan secara kriopreservasi yang dapat diaplikasikan secara rutin di Bank Gen. Pembuatan Mother Stock Tanaman Jeruk Besar atau Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck), Pisang (Musa spp.), dan Temulawak (Curcuma xanthorhiza L.) Telah diperoleh mother stock in vitro melalui sistem organogenesis, yaitu: 1. Tiga kultivar jeruk besar atau pamelo (Nambangan, Cikoneng, dan Srinyonya) diperoleh dari eksplan kotiledon pada media MS + 1,0 mg BAP/l + 0,5 mg K/l + 0,5 mg NAA/l (Gambar IV.37). 2. Lima kultivar pisang (Ambon Kuning, Kepok Kuning, Tanduk, Raja Sereh, dan Raja Bulu) diperoleh dari eksplan bonggol. Dua kultivar pisang (Kepok Kuning dan Tanduk) mempunyai respon in vitro (sistem regenerasi) yang paling baik de-
A
ngan tingkat multiplikasi tunas di atas 10 tunas/eksplan pada media MS + BA 2 ppm + TDZ 0,4 ppm (Gambar IV.38). 3. Sepuluh aksesi temulawak diperoleh dari eksplan rimpang (Gambar IV.39). Media yang sesuai adalah MS dengan penambahan BA lebih rendah dari 1 ppm tanpa penambahan thidiazuron. Eksplan yang ditanam dalam media dengan kandungan BA di atas 1 ppm atau dengan kandungan thidiazuron, mengalami penghambatan tumbuh karena pertumbuhan kalus yang kompak di sekitar tunas. Penyimpanan dengan Teknik Pertumbuhan Minimal Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.) Pertumbuhan kultur kencur lebih terhambat pada media yang mengandung manitol dibandingkan dengan yang mengandung sukrosa. Penghambatan pertum-
B
C
Gambar IV.37. Koleksi in vitro beberapa kultivar jeruk besar. A = Nambangan, B = Srinyonya, C = Cikoneng.
A
B
C
D
E
Gambar IV.38. Penampilan kultur lima kultivar pisang. A = Kepok Kuning, B = Tanduk, C = Raja Sereh, D = Raja Bulu, E = Ambon Kuning.
80
LAPORAN TAHUN 2007
buhan kultur seiring dengan peningkatan taraf manitol. Penggunaan media dasar ¼ MS dengan taraf manitol 4% paling menghambat pertumbuhan kultur sehingga tunas dan daun paling sedikit dan bobot basah kultur yang dihasilkan paling ringan (Gambar IV.40).
Studi Kriopreservasi Tanaman Purwoceng dengan Teknik Enkapsulasi-Vitrifikasi Pada kriopreservasi purwoceng dengan teknik enkapsulasi-vitrifikasi, perlakuan prakultur terbaik adalah selama 5 hari dalam media MS + sukrosa 0,3 M (Gambar IV.41). Perlakuan loading terbaik adalah selama 30 menit dalam media MS + gliserol
A
B
Gambar IV.39. Penampilan kultur temulawak. A = iniasi tunas, B = multiplikasi tunas.
Pengaruh perlakuan prakultur terhadap daya tumbuh tunas purwoceng
100 80 60 40 20 0
5 Jumlah daun
Daya tembus tunas (%)
Gambar IV.40. Penampilan kultur Kaempferia galanga yang disimpan di media ¼ MS dengan konsentrasi manitol 1, 2, 3, 4, dan 5% (kiri-kanan).
1
1
1
1
Durasi prakultur (hari)
1
Pengaruh perlakuan prakultur terhadap jumlah total daun kultur purwoceng
4 3 2 1 0
1
2
3
4
5
Durasi prakultur (hari)
Gambar IV.41. Pengaruh perlakuan prakultur terhadap persentase daya tumbuh tunas dan jumlah total daun dari tunas purwoceng yang terenkapsulasi pada 4 MST.
81
KEGIATAN PENELITIAN
2 M + sukrosa 0,4 M (Gambar IV.42). Perlakuan dehidrasi terbaik adalah 90 menit (Gambar IV.43 dan IV.44). Tingkat keberhaPengaruh perlakuan loading terhadap daya tumbuh kultur purwoceng
80 60 40
Pengaruh perlakuan loading terhadap jumlah total daun kultur purwoceng
3 Jumlah daun
Daya tumbuh (%)
100
silan kriopreservasi dengan teknik enkapsulasi-vitrifikasi ini masih rendah (10%).
2 1
20 0
0
30
60
0
90
0
Durasi loading (jam)
30
60
90
Durasi loading (menit)
Gambar IV.42. Pengaruh perlakuan loading terhadap persentase daya tumbuh tunas dan jumlah total daun dari tunas purwoceng yang terenkapsulasi pada 4 MST. Pengaruh perlakuan dehidrasi daya tumbuh kultur purwoceng
75 50 25 0
Pengaruh perlakuan dehidrasi dan pembekuan jaringan terhadap daya tumbuh kultur purwoceng
100 Daya hidup (%)
Daya hidup (%)
100
75 50 25 0
0
30 60 90 Durasi dehidrasi (menit)
0
120
30 60 90 Durasi dehidrasi (menit)
120
Gambar IV.43. Pengaruh perlakuan dehidrasi jaringan sebelum dan sesudah pembekuan dalam nitrogen cair (-196oC) terhadap persentase daya tumbuh tunas purwoceng yang terenkapsulasi pada 4 MST.
A
B
C
Gambar IV.44. Penampilan kultur purwoceng setelah perlakuan dehidrasi dengan PVS2 dan pembekuan dalam nitrogen cair. A = kultur mati, B = setelah dehidrasi 90 menit, C = setelah dehidrasi 120 menit.
82
Laporan Tahun 2007 Hak Cipta © 2008, BB-Biogen
LAPORAN TAHUN 2007
V. Kebijakan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Peran penting sumber daya genetik (SDG) dan bioteknologi dalam pembangunan pertanian sudah terbukti, dalam memenuhi kebutuhan pangan saat ini dan tantangan di masa datang. Isu akses dan pemanfaatan terhadap SDG dan bioteknologi modern selalu menjadi pertentangan antara negara berkembang yang kaya SDG tetapi kurang menguasai bioteknologi dengan negara industri yang menguasai bioteknologi namun miskin SDG. Guna menjamin pemanfaatan SDG secara berkelanjutan dan adil serta pemanfaatan produk rekayasa genetik yang aman, telah dicapai berbagai kesepakatan di tingkat internasional, antara lain Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati yang diratifikasi melalui UndangUndang (UU) Nomor 4 Tahun 1994, Protokol Cartagena yang diratifikasi melalui UU Nomor 21 Tahun 2004, dan Perjanjian Internasional tentang Pangan dan Pertanian yang disahkan melalui UU Nomor 4 Tahun 2006. Dari ketiga UU tersebut, tiga hal yang terkait dengan tupoksi BB-Biogen, yaitu: 1. Pengaturan penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan produk hasil rekayasa genetika. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama 4 Menteri Kepala Badan Litbang Pertanian bertindak sebagai Ketua I Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan (KKHKP) dan Kepala BB-Biogen bertindak sebagai sekretaris Tim Teknis Komisi Keamanan Hayati
dan Keamanan Pangan Selain itu, BB-Biogen juga bagai national coordinator Network for Laboratory GMO.
(TTKKHKP). ditunjuk sepada ASEAN Testing for
2. Kebijakan pembangunan pertanian berorientasi lingkungan. BB-Biogen ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal Badan Litbang Pertanian sebagai koordinator dari Gugus Tugas Agrobiodiversity. 3. Etika penelitian berkaitan dengan bioteknologi dan SDG. Kepala Badan Litbang Pertanian bertindak sebagai salah satu ketua dari Komisi Bioetika Nasional dan Kepala BB-Biogen menjadi Koordinator Pokja SDG. KEAMANAN HAYATI DAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK Pada TA 2007, BB-Biogen ikut serta dan menyelenggarakan kegiatan pembahasan Rancangan Peraturan (RPP) tentang Perizinan bagi Kegiatan Penelitian Litbang Berisiko Tinggi dan Berbahaya, Rancangan Peraturan Presiden tentang KKHKP, penyiapan bahan delegasi republik Indonesia sekaligus menghadiri pertemuan keempat ASEAN GMO Laboratory Network (penyiapan naskah Delri dan keikutsertaan dalam pertemuan keempat), dan kegiatan berkaitan dengan KKHKP (penyusunan pedoman pengkajian keamanan pangan dan pengkajian vaksin). Kegiatan pertama diselenggarakan oleh Kementerian Negara
83
KEBIJAKAN BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN
Riset dan Teknologi (KNRT), kegiatan kedua diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH), sedangkan kegiatan ketiga dan keempat diselenggarakan oleh BB-Biogen. Pembahasan RPP tentang Perizinan bagi Kegiatan Penelitian Berisiko Tinggi dan Berbahaya Departemen Pertanian (Deptan), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Departemen Kesehatan (Depkes), dan KLH bersama-sama menyusun draft III RPP tentang Perizinan bagi Kegiatan Penelitian Litbang Berisiko Tinggi dan Berbahaya. Dalam Pembahasan Antar Departemen (PAD) keempat dilakukan di KNRT, draft III dibahas oleh wakil dari Kepolisian Republik Indonesia, Badan Intelijen Nasional, Departemen Pertahanan dan Keamanan, BPPT, LAPAN, Deptan, Depkes, Departemen Dalam Negeri, Sekretariat Negara, BAPETEN, KLH, BSN, Departemen Perindustrian, Departemen ESDM, Bapennas, Departemen Hukum dan HAM, BATAN, LIPI, UNPAD, IPB, Departemen Keuangan, Bakosurtanal dan Lembaga Eijckman. Pada pertemuan ini diidentifikasi bahwa RPP perlu (1) dilengkapi pengaturan pada tahap pengembangan, (2) diatur mekanisme jaminan pekerja, (3) mempertimbangkan pengaturan penelitian bidang sosial, dan (4) dikaji keterkaitan dengan peraturan lain. Untuk itu, pada penyusunan draft IV di LIPI (Serpong) oleh wakil dari KNRT, Deptan, BAPETEN, Departemen ESDM, LIPI, Lemigas, Sekretariat Negara, Departemen Hukum dan HAM, serta KLH, disepakati antara lain (1) pemberian izin dila-
84
kukan oleh pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, (2) ruang lingkup RPP hanya mengatur penelitian, pengembangan, dan penerapan (litbangrap) teknologi berisiko tinggi dan berbahaya, (3) hak masyarakat untuk berpartisipasi mengawasi litbangrap diatur dalam RPP ini, dan (4) tidak dibentuk institusi baru. Pembahasan Perpres Komisi Keamanan Hayati Salah satu amanat dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik adalah pembentukan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Untuk itu, KLH sebagai national focal point dari Protokol Cartagena menyelenggarakan pembahasan Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) mengenai Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Pembahasan awal dari rancangan Perpres dilaksanakan di Sekretariat Negara dipimpin oleh Kepala Biro Hukum dan Perundangan, Sekretariat Negara. Pada pertemuan ini tidak dicapai titik kesepakatan dalam: 1. Dualisme fungsi jabatan Ketua Komisi oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup yang sekaligus menjadi pengambil keputusan dalam pemberian izin; 2. Perbedaan pendapat tentang tugas dan kewenangan antara Komisi dan Tim Teknis, sehingga Sekretariat Negara mengharuskan Komisi dijabat oleh profesional/pakar; dan 3. Perbedaan pendapat tentang keanggotaan Komisi antara keanggotaan yang
LAPORAN TAHUN 2007
bersifat ex officio dan keanggotaan bersifat personal. Untuk memecahkan perbedaan tersebut, disepakati adanya pertemuan di KLH. Hasil pertemuan di Sekretariat Negara dilaporkan kepada Tim Teknis Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan (TTKHKP). TTKHKP, mengacu kepada (1) struktur KKHKP, (2) kewenangan Departemen terkait, (3) kewenangan Komisi yang memberikan masukan teknis dan kebijakan, dan (4) kewenangan Tim Teknis yang memberikan masukan terbatas masalah teknis, dan pengalaman selama melaksanakan tugas, mengusulkan kepada Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan (KKHKP) bahwa susunan keanggotaan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik terdiri atas beberapa ketua yang membidangi keamanan lingkungan, keamanan pangan, keamanan pakan dan vaksin hewan, keamanan pakan dan vaksin ikan, penelitian dan pengembangan serta informasi, yang dijabat secara ex officio oleh pejabat setingkat eselon I dari institusi terkait, Sekretaris setingkat eselon II dari KLH, dan anggota terdiri dari pejabat eselon II dari sektor terkait, Ketua Perhimpunan, dan LSM. Pertemuan di KLH tidak menghasilkan kesepakatan apa-apa. Pihak Sekretariat Negara bersikukuh pada pendirian bahwa Komisi harus bersifat teknis dan hanya memberikan masukan sisi teknis saja kepada menteri. Pada pertemuan ini timbul wacana bahwa Ketua Komisi dijabat oleh seorang pakar dan keanggotaannya berasal dari perwakilan Departemen. Oleh sebab itu, pemimpin rapat menyimpulkan bahwa
keputusan akan diambil oleh pimpinan masing-masing Departemen. Jejaring Kerja Laboratorium Penguji GMO Jejaring pengujian produk pertanian hasil rekayasa genetik merupakan kegiatan ASEAN atas inisiatif Singapura. Indonesia menjadi anggota jejaring tersebut melalui BB-Biogen. Pada tahun 2007, kegiatan berkaitan dengan jejaring ini terdiri atas dua hal, yaitu: 1. Pertemuan keempat regional Jejaring Kerja Laboratorium Pengujian produk GMF di Hanoi, Vietnam; 2. Pembahasan proposal South East Asia Regional Policy Cooperation in Agricultural Biotechnology berkaitan dengan pembangunan kapasitas dalam pengujian produk rekayasa genetik. Pertemuan keempat regional jejaring kerja laboratorium diselenggarakan di Hanoi Vietnam pada tanggal 22-23 Mei 2007. Delegasi Indonesia diwakili oleh Dr. Bahagiawati (BB-Biogen-Deptan) dan Dra. Umi Nuraeni (Laboratorium Bioteknologi, Badan POM). Pertemuan terdiri atas pertemuan terbuka dan pertemuan tertutup. Agenda pertemuan terbuka terdiri atas pembukaan, pemilihan ketua dan wakil, presentasi proposal mengenai South East Asia Regional Policy Cooperation in Agricultural Biotechnology dari USAID, dan reference material dari Monsanto. Proposal dari USAID mendapat tanggapan dari anggota, antara lain: 1. Proposal dari USAID perlu dibahas oleh masing-masing anggota di tingkat nasional, dan
85
KEBIJAKAN BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN
2. Diminta USAID untuk mengubah usulan kegiatan menjadi pembangunan kapasitas: a. Workshop tentang protokol sampling dan pengkajian risiko GM food/GM crop; b. Penyediaan reference material untuk testing GMO, dan c. Penyelenggaraan training regional tentang testing GMO Pada rapat tertutup, peserta pertemuan jejaring membahas proposal USAID secara khusus. Karena masing-masing negara anggota ASEAN mempunyai sistem berbeda termasuk instansi-instansi yang terlibat dalam pengaturan pengkajian keamanan GMO maka proposal tersebut perlu dipertimbangkan oleh masing-masing instansi terkait di masing-masing negara anggota ASEAN. Pertemuan juga membahas usulan pembuatan pusat training untuk GMF testing di negara ASEAN. Pertemuan juga memutuskan bahwa pertemuan kelima akan diselenggarakan di Brunei Darussalam dan pertemuan keenam di Indonesia. Menindaklanjuti hasil pertemuan di Hanoi, BB-Biogen menyelenggarakan pembahasan proposal South East Asia Regional Policy Cooperation in Agricultural Biotechnology. Pembahasan dihadiri oleh perwakilan dari KNRT, KLH, Badan POM, LIPI, Biro Kerjasama Luar Negeri-Deptan, IPB, dan BB-Biogen. Proposal Southeast Asia Regional Policy Cooperation in Agricultural Biotechnology diajukan USAID atas pertimbangan bahwa ASEAN guidelines on risk assessment of agricultural-related modified organisms yang diterbitkan pada tahun
86
1999 tidak mengakomodir perkembangan yang ada. Proposal ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan kapasitas instansi terkait di negara-negara anggota ASEAN dalam mengimplementasikan regulasi pengkajian keamanan pangan produk bioteknologi secara jelas, konsisten, dan transparan, dan 2. Meningkatkan regional dialog untuk meningkatkan kepedulian dan pengertian dari policy makers dalam bidang regulasi bioteknologi di ASEAN dan pertanian, serta implikasi dibidang ekonominya. Di Indonesia, pengkajian keamanan produk rekayasa genetik (PRG) diatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati PRG. Dalam PP Nomor 21 Tahun 2005 yang dimaksud keamanan hayati adalah keamanan lingkungan, keamanan pangan dan atau keamanan pakan PRG. Pengkajian keamanan lingkungan berlandaskan kepada ekosistem di mana PRG tersebut akan dikaji di lapangan uji terbatas (LUT) atau dilepas untuk komersialisasi, sedangkan pengkajian keamanan pangan dan pakan lebih didasarkan pada keamanan PRG terhadap kesehatan manusia dan hewan. Ekosistem di mana PRG akan dikaji atau dilepas memiliki keragaman spesifik, sehingga pengkajian keamanan lingkungan bersifat spesifik lingkungan. Berlainan dengan pengkajian keamanan lingkungan, pengkajian keamanan pangan dan pakan didasarkan atas sifat aman terhadap manusia dan hewan yang lebih bersifat umum (non-race specific). Dengan demikian, pedoman pengkajian keamanan pangan da-
LAPORAN TAHUN 2007
pat diharmonisasikan sehingga data dan informasi keamanan pangan dapat digunakan di berbagai tempat. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka terhadap proposal SEA Regional Policy in Agricultural Biotechnology sebagaimana diusulkan oleh USAID: 1. Indonesia mendukung usulan rapat tertutup Pertemuan Jejaring Kerja ASEAN GMF Testing keempat di Hanoi; 2. Terhadap usulan rapat tertutup pertemuan tersebut, Indonesia mengusulkan perlunya suatu upaya pemetaan regulasi pedoman pengkajian keamanan pangan di Indonesia; dan 3. Indonesia hanya mendukung harmonisasi pedoman pengkajian keamanan pangan. Harmonisasi ini dapat dikaitkan dengan konteks ASEAN ECONOMY COMMUNITY. Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Pedoman pengkajian keamanan pangan merupakan instrumen formal yang menjadi landasan dalam mengkaji keamanan pangan hasil rekayasa genetik. Indonesia sampai saat ini belum memiliki pedoman yang dapat diacu dalam memberikan sertifikasi keamanan suatu produk pertanian hasil rekayasa genetik. Tanpa adanya pedoman ini, peraturan perundangan mengenai pemanfaatan dan pelabelan produk hasil rekayasa genetik tidak dapat dilaksanakan. Penyusunan draft pedoman sendiri telah berjalan sejak empat tahun lalu dan telah mengalami tiga kali konsultasi publik, namun perubahan dalam struktur peraturan perundangan menyebabkan pembahas-
an draft pedoman ini tertunda. Berdasarkan pasal peralihan dari PP Nomor 21 Tahun 2005 dan surat dari national focal point Konvensi Keanekaragaman Hayati/ Protokol Cartagena mengenai aktivitas Komisi KHKP sebelum terbentuknya Komisi Nasional Keamanan Hayati, maka Komisi KHKP membuka kembali pembahasan draft pedoman. Pertemuan dilaksanakan di Ruang Rapat Lt. III Badan Litbang Pertanian dengan dihadiri oleh 15 anggota Komisi, Sekretaris dan Koordinator Kelompok Tanaman-TTKHKP, dan 8 orang wakil institusi terkait. Pertemuan dipimpin oleh Ketua I Komisi KHKP/Kepala Badan Litbang Pertanian. Berdasarkan penegasan dari KLH bahwa Komisi KHKP melaksanakan tugas-tugas yang diamanatkan PP Nomor 21 Tahun 2005 selama Komisi Keamanan Hayati sebagaimana diamanatkan oleh PP tersebut belum terbentuk. Untuk itu, Komisi KHKP mengadakan pertemuan untuk membahas draft final Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (selanjutnya disebut Pedoman Pengkajian). Pedoman Pengkajian telah disusun sejak 4 tahun lalu dan telah mengalami 3 kali konsultasi publik melalui pertemuan langsung di Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian, dan Universitas Brawijaya, dan melalui posting di situs web beberapa institusi, termasuk situs Balai Kliring Keamanan Hayati serta telah dilakukan harmonisasi dengan PP Nomor 21 Tahun 2005. Berkaitan dengan harmonisasi antara draft Pedoman Pengkajian dan PP Nomor 21 tahun 2005, draft terbaru (draft ke-34) mengalami beberapa perubahan pada:
87
KEBIJAKAN BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN
1. Definisi operasional yang disesuaikan dengan pasal 1 dari PP Nomor 21 Tahun 2005; 2. Perubahan judul Bab II dan III menjadi Persyaratan PRG dan Tatacara Permohonan Pengkajian Keamanan Pangan PRG; dan 3. Alur pengkajian dan time frame. Berdasarkan hasil pembahasan Pedoman Pengkajian ini, Komisi KHKP menyampaikan rekomendasi penetapan Pedoman Pengkajian kepada Kepala Badan POM sesuai PP Nomor 21 Tahun 2005 pasal 1 butir nomor 24 untuk kemudian Pedoman Pengkajian ditetapkan oleh Kepala Badan POM sesuai PP Nomor 21 Tahun 2005 pasal 20 ayat 4. Dari diskusi atas draft Pedoman Pengkajian tercatat bahwa kewenangan pengkajian keamanan pangan untuk pangan non olahan di luar kewenangan institusi (Badan POM) dengan batasan yang dimandatkan oleh PP Nomor 21 Tahun 2005. Untuk itu, Komisi memutuskan untuk menunjuk Tim ad hoc yang bertugas menyelesaikan Pedoman Pengkajian. Tim ad hoc yang terdiri atas wakil tim teknis dan Biro Hukum dari Departemen Pertanian, Badan POM, dan KLH serta tiga pakar, yaitu Prof. Dr. Dedi Muchtadi, Prof. (Riset) Dr. Kusuma Diwyanto, dan Prof. Dr. Maggy T. Suhartono. KLH akan memberikan informasi kemudian mengenai penunjukan wakil Tim ad hoc tersebut.
PRG: Zympex P 600 (PT Surya Hidup Satwa), vaksin untuk imunisasi unggas terhadap AI: TROVAC-AIV H5 (PT Romindo Primavetcom-Merial Select, USA), vaksin untuk imunisasi unggas terhadap Fowl Pox, Mycoplasma gallisepticum, dan avian encephalomyelitis: Vectormune FP-MG dan Vectormune FP-MG+AE (PT. Ceva Animal Health Indonesia-Sante Animale), dan Laporan Kegiatan TTKHKP TA 2006-2007. Pembahasan pengkajian produk rekayasa genetika menyimpulkan: 1. Komisi menugasi TTKHKP untuk melakukan pengkajian keamanan hayati pakan ternak mengandung produk PRG (Zymes P 600) dan vaksin PRG TROVAC-AIV H5, Vectormune FP_MG, dan Vectormune FP-MG+AE; 2. Pengkajian dilakukan oleh Kelompok Jasad Renik dengan menyertakan Koordinator dan Sekretaris Kelompok Ternak. 3. Untuk melaksanakan pengkajian, pengkaji (Kelompok Jasad Renik dan Koordinator serta Sekretaris Kelompok Ternak) akan mengidentifikasi tambahan pakar yang diperlukan untuk membantu melakukan pengkajian ini dan menyampaikan kepada Ketua Komisi untuk ditetapkan oleh Komisi sebagai Tim ad hoc. Ketua Komisi diberi kewenangan oleh Komisi untuk menetapkan Tim ad hoc tersebut.
Pengkajian Vaksin dan Izin Penelitian Transgenik
Di samping itu, Komisi menugasi Tim Teknis untuk:
Rapat gabungan KHKP dan TTKHKP dilaksanakan untuk membahas pengkajian: Pakan ternak mengandung produk
1. Menyelesaikan penyusunan Pedoman Percobaan PRG di LUT yang meliputi: meminta masukan publik dan menyempurnakan Pedoman tersebut berdasar-
88
LAPORAN TAHUN 2007
kan masukan dan saran dari publik; menyampaikan kepada Komisi KHKP untuk dimintakan persetujuan dan pengesahan dari Menteri Pertanian; dan 2. Menyempurnakan penyusunan Pedoman Percobaan PRG di fasilitas uji terbatas (FUT) dan Pedoman Percobaan Organisme PRG di laboratorium yang meliputi: merevisi dan menyempurnakan Pedoman dengan mengikutsertakan wakil dari LIPI, KNRT, BPPT, IPB, ITB, UGM, dan PERMI; membahas dalam pertemuan pleno dengan perguruan tinggi dan pemangku kepentingan yang lain. Database Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Komisi KHKP dan TTKHKP telah bekerja sejak tahun 1999. Dengan demikian dokumen yang dimiliki oleh Komisi dan Tim cukup banyak. Di sisi lain, baik Komisi maupun Tim mengalami beberapa kali perubahan organisasi dan Sekretariat. Mengingat dokumen yang dimiliki oleh Komisi dan Tim merupakan dokumen nasional yang sangat penting dan beberapa di antaranya bersifat rahasia, maka pengelolaan dokumen perlu mendapat perhatian. Pada awal tahun 2007, Sekretaris TTKHKP menginisiasi gagasan untuk melakukan pengelolaan dokumen-dokumen dengan memanfaatkan sistem digital. Pada tahun 2007, inisiasi pembuatan database (pangkalan data) Komisi KHKP dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu: 1. Kegiatan pengelompokan arsip dan penyimpanan dokumen dalam bentuk
elektronik dokumen dengan format pdffile. 2. Kegiatan pembuatan pangkalan data (database) dalam format Microsoft Access dan memasukkan (entry) data ke dalam form pangkalan data. Untuk menyusun hierarkhi dan struktur database dikaji beberapa bentuk database keamanan hayati yang tersedia di situs, antara lain struktur database Filipina. Berdasarkan template tersebut dilakukan penyesuaian berdasarkan alur pengkajian berdasarkan kepada Surat Keputusan Bersama Empat Menteri tahun 2000 tentang Pengkajian Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Hasil Rekayasa Genetik. Dokumen yang telah dialihkan formatnya ke bentuk elektronik dokumen dengan format pdf-file berjumlah sekitar 390 dokumen. Dokumen tersebut berasal dari arsip tahun 1998-2006. Pengelompokan arsip berdasarkan perusahaan/proponent dan produk yang diajukan serta arsip kegiatan Komisi dan TTKHKP. Dokumen tersebut selanjutnya dientry ke dalam database Komisi KHKP yang didisain berdasarkan perangkat lunak Microsoft Access. AGROBIODIVERSITY Pada tahun 2006, KLH meminta Deptan menjadi koordinator Gugus Tugas Keanekaragaman Hayati Pertanian. Menindaklanjuti permintaan tersebut, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian menugaskan BB-Biogen sebagai pelaksana koordinasi gugus tugas tersebut. Pada tahun 2007, kegiatan gugus tugas keanekaragaman hayati difokuskan kepada sosialisasi dan pengambilan data dasar (base line) status
89
KEBIJAKAN BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN
dari program yang terkait dengan keanekaragaman hayati. Untuk itu, pada tahun 2007 diselenggarakan Lokakarya Nasional Keanekaragaman Hayati Pertanian. Lokakarya diselenggarakan di Auditorium I (Dr. Ir. M. Ismunadji) dihadiri oleh 58 orang peserta dari jajaran Deptan, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), perguruan tinggi, dan KLH. Pada pembukaan Lokakarya, Kepala BB-Biogen menjelaskan kronologis dari pembentukan gugus tugas keanekaragaman hayati pertanian. Gugus tugas ini dimulai dari upaya KLH sebagai national focal point dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati (pertanian dan non pertanian) menerapkan participatory decision making process. Dalam kaitan dengan upaya tersebut, KLH mengirim surat kepada Sekjen Deptan untuk menunjuk task force coordinator on Agro Biodiversity, Sekjen mendisposisikan kepada Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) untuk menjadi koordinator task force, tetapi kemudian tugas tersebut dialihkan ke BB-Biogen. Secara lisan disampaikan bahwa untuk starting akan dilakukan oleh BB-Biogen, setelah berjalan diambil alih kembali oleh Pusat PVT, karena posisi Sekjen Deptan lebih tepat dalam melaksanakan tugas menjadi task force coordinator on agrobiodiversity. Kepala BB-Biogen juga menyampaikan bahwa merupakan kewajiban Indonesia, secara nasional harus mempunyai perhatian terhadap keanekaragaman hayati pertanian. Indonesia belum mempunyai dokumentasi atau publikasi yang menggambarkan tentang status keanekaragaman hayati nasional atau memang belum punya data.
90
Informasi dan data yang ada di berbagai lembaga lintas departemen belum terkumpul dan merupakan tantangan untuk mengumpulkan data tersebut. Sebab dengan terkumpulnya data, dapat disusun status keanekaragaman hayati pertanian nasional. Sehingga, dapat disusun program dan kegiatan yang diinginkan di masa yang akan datang. Asisten Deputi Urusan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati-KLH (Ir. Utami Andayani, MSi) menjelaskan bahwa Indonesia telah meratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity, CBD) melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994. Setiap anggota dari Konvensi ini terikat untuk menyusun rencana aksi keanekaragaman hayati berdasarkan National Biodiversity Sustainable Action Program-nya masing-masing, memonitor dan mengidentifikasi keanekaragaman hayati, melakukan konservasi in situ dan ex situ, serta pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Kegiatan Konvensi ini diimplementasikan melalui program kerja tematis dan lintas tema. Salah satu di antara program kerja tematis tersebut adalah Program Kerja Keanekaragaman Hayati Pertanian (PKKHP). PKKHP dipandang penting mengingat PKKHP merupakan sumber keanekaragaman hayati bagi pangan dan pertanian, memberikan berbagai jasa terhadap lingkungan, dan memiliki peran sosial budaya. Ruang lingkup PKKHP mencakup sumber daya genetik tanaman, hewan, mikroba, dan ekosistem yang mendukungnya. Masalah yang dihadapi dalam PKKHP adalah adanya perubahan pola konsumsi dari masyarakat yang menyebabkan terjadinya pola keanekara-
LAPORAN TAHUN 2007
gaman hayati tanaman dan ternak, terjadinya praktek-praktek pertanian yang tidak ramah lingkungan, dan konversi lahan pertanian untuk tujuan lain. Dalam implementasi PKKHP diharapkan adanya sinkronisasi antara kebijakan dan program nasional pembangunan pertanian dengan keanekaragaman hayati pertanian dan pemantauan dan inventarisasi keanekaragaman hayati pertanian. Kepala Bidang Implementasi Perangkat Konservasi Keanekaragaman HayatiKLH (Dra. R. Vidya Sari Nalang, MSc) menjelaskan bahwa dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati terdapat tiga program berkaitan dengan keanekaragaman hayati pertanian, yaitu: 1. Program Kerja Keanekaragaman Hayati Pertanian (PPKHKP), 2. Inisiatif Lintas Tema, dan 3. Isu Lintas Tema. PPKHP memiliki tiga tujuan, yaitu untuk meningkatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif dari praktek pertanian terhadap KHP, melakukan konservasi dan memanfaatkan SDG secara berkelanjutan dan membagi keuntungan secara merata dari keuntungan bidang pertanian. INISIATIF LINTAS TEMA terdiri atas (1) keanekaragaman hayati untuk pangan dan pertanian, (2) konservasi pemanfaatan berlanjut keanekaragaman hayati tanah, dan (3) konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan penyerbuk. Lintas tema keanekaragaman hayati untuk pangan dan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan yang memberikan kontribusi
kepada ketahanan pangan dan pemenuhan nutrisi bagi manusia. ISU TEMA yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati pertanian adalah (1) Genetic Use Restriction Technology (GURT), (2) Global Strategy for Plant Conservation (GSPC), Keamanan Hayati, dan Alien Species. Isu GURT baru muncul pada pertemuan antar anggota CBD ke-8 (COP 8) tahun 2006 di Brasil. Pada pertemuan ini diputuskan: (1) menghargai pengetahuan tradisional dan hak petani untuk pengawetan (preservation) benih pada budi daya tradisional, (2) melanjutkan penelitian tentang dampak GURT (sesuai mandat keputusan COP V/5 section III), termasuk dampak ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya, terutama pada masyarakat lokal/tradisional, (3) mendiseminasi hasil studi mengenai dampak lingkungan potensial (kajian risiko), sosial, ekonomi, dan budaya dari GURT terhadap petani masyarakat lokal/tradisional. Isu GSPC mencakup target konservasi 70% SDG dari tanaman semusim dan tanaman bernilai ekonomi, mempertahankan pengetahuan lokal/tradisional, dan penyediaan rencana pengelolaan untuk sedikitnya 100 spesies asing utama yang mengancam tanaman, komunitas tanaman, habitat, dan ekosistem. Isu keamanan hayati secara dirinci dalam Protokol Cartagena. Indonesia telah meratifikasi protokol ini melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 dan pengaturannya melalui PP Nomor 21 Tahun 2005. Isu Alien Species menempatkan institusi karantina sebagai kunci utama dalam pencegahan masuknya spesies tersebut.
91
KEBIJAKAN BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN
Asisten Deputi Urusan Konservasi Keanekaragaman Hayati-KLH menyampaikan apresiasi besar kepada Deptan yang menjadi pelopor penyelenggaraan Lokakarya Task Force (gugus kerja keanekaragaman hayati pertanian). Untuk ke depan perlu keikutsertaan Biro Perencanaan dalam pembahasan program kerja keanekaragaman hayati pertanian. BIOETIKA Pada tahun 2005-2006, BB-Biogen bekerja sama dengan KNRT menyusun draft Pedoman Umum Bioetika Sumber Daya Hayati. Draft ini selanjutnya oleh KNRT disampaikan kepada Komisi Bioetika Nasional untuk dimintai rekomendasi tindak lanjut. Pada tahun 2007, draft tersebut oleh Komisi Bioetika Nasional disampaikan ke berbagai sektor untuk diminta masukannya, termasuk kepada Badan Litbang Pertanian. Dalam menindaklanjuti permintaan Komisi tersebut, Badan Litbang Pertanian meminta BB-Biogen untuk melakukan pertemuan koordinasi dalam membahas masukan atas Pedoman Umum tersebut. Pertemuan dihadiri oleh Kepala BB Pascapanen, Kepala Bidang Kerja Sama dan Humas Badan Litbang Pertanian, Dr. Yoyo Sulyo (Puslitbang Hortikultura), Dr. Darman M. Arsyad (BBP2TP), Dr. Susan (BB Veteriner), Ir. Retno (Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian), Dr. B. Suprihatno (BB Padi), Dr. Djoko Santoso (LRPI), dan Dr. Karden Mulya (BBBiogen). Pertemuan dipimpin oleh Kepala BB-Biogen dan hasil dari pertemuan tersebut adalah:
92
1. Panduan Umum Bioetika Sumber Daya Hayati dianggap perlu sebagai acuan untuk memandu pelaksanaan hal yang belum diatur dalam peraturan perundangan; 2. Guna memudahkan pemahaman dari isi dan maksud hal-hal yang tercantum dalam Panduan, sebaiknya dalam Panduan: a. Penamaan bab lebih diselaraskan dengan pasal-pasal yang berada dalam Bab tersebut; b. Hal-hal yang sudah diatur di dalam peraturan perundangan dan juga tercantum dalam panduan ini sebaiknya mengacu substansi dan peraturan perundangan yang bersangkutan; c. Memandu perpindahan sumber daya hayati antar wilayah di dalam lingkup nasional bukan hanya antar batas negara; 3. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya perlu dipertimbangkan sebagai bagian dapat terkena dampak pemanfaatan sumber daya hayati; 4. Keberadaan Komite Etik perlu dipertegas kaitannya dengan Komisi Bioetika Nasional yang sudah terbentuk. KOMISI NASIONAL SUMBER DAYA GENETIK Komisi Nasional Plasma Nutfah (Komnas PN) sejak tanggal 29 Desember 2006, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 734/Kpts/OT.140/12/2006 berganti nama menjadi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik (Komnas SDG). Adapun tugas utama Komnas SDG antara lain: melaksanakan koordinasi, promosi, evalu-
LAPORAN TAHUN 2007
asi, dan menyampaikan saran kebijakan kepada Menteri Pertanian berkenaan dengan pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik (SDG) pertanian. Komposisi anggota Komnas SDG tidak hanya berasal dari lingkup Deptan namun juga dari Departemen Kehutanan, DKP, LIPI, perguruan tinggi, KLH, dan LSM. Tugas-tugas koordinasi Komnas SDG selain untuk mengefektifkan pelaksanaan kegiatan komisi juga melaksanakan tugas khusus dari Menteri Pertanian dan Badan Litbang Pertanian. Pada tahun 2007, Komnas SDG melaksanakan tiga kegiatan, yaitu (1) Koordinasi Sistem Jaringan Konservasi Sumber Daya Genetik Pertanian, (2) Koordinasi Pengelolaan Database Sumber Daya Genetik Pertanian, dan (3) Peningkatan Kemampuan dan Kesadaran Pemangku Kepentingan dalam Pengelolaan SDG Pertanian. Hasil pelaksanaan ketiga kegiatan tersebut diuraikan berikut ini. Koordinasi Sistem Jaringan Konservasi Sumber Daya Genetik Pertanian Pada tahun 2007, Komnas SDG melaksanakan kegiatan yang berjudul Koordinasi Sistem Jaringan Konservasi Sumber Daya Genetik Pertanian yang tujuannya untuk membina jejaring kerja dan komunikasi, serta mengkoordinasikan kegiatan Komnas SDG dengan lembaga/instansi yang terkait dengan SDG baik di tingkat daerah maupun nasional, sehingga tercapainya kesatuan tindak dan konseptual dalam pengelolaan SDG pertanian secara berkelanjutan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Komnas SDG melakukannya melalui konsultasi, kajian, pertemuan-pertemuan
koordinasi, dan diskusi. Pertemuan koordinasi, konsultasi dilakukan antara pengarah dan pelaksana harian, serta dengan para pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Keikutsertaan Komnas SDG dalam percaturan SDG di tingkat internasional cukup diandalkan oleh Pemerintah RI dengan dipercayanya Komnas SDG untuk memberikan berbagai masukan kepada delegasi RI (DELRI) yang akan menghadiri pertemuanpertemuan internasional. Selain itu, beberapa anggota Komnas SDG juga dipercaya dan ditunjuk menjadi anggota DELRI. Beberapa event internasional yang diikuti oleh anggota Komnas SDG pada tahun 2007 antara lain The 11th Reguler Session of Commission on Genetic Resources for Food and Agriculture pada bulan Juni di Roma, the International Technical Working Group of Animal Genetic Resources for Food and Agriculture di Interlaken, Switzerland pada bulan September 2007, dan The Second Meeting of Governing Body of International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA) pada tanggal 29 Oktober-2 November 2007 di Roma. Kegiatan lain yang dilaksanakan Komnas SDG dalam tahun 2007 sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 67/Permentan/OT.140/XII/2006 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman, adalah memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Badan Litbang Pertanian yang berkaitan dengan permohonan izin pemasukan, pengeluaran, dan eksplorasi SDG. Pada tahun 2007, Komnas SDG memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Badan Lit-
93
KEBIJAKAN BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN
bang Pertanian terhadap beberapa permohonan izin pemasukan dan pengeluaran SDG antara lain SDG tanaman kelapa sawit dan karet. Koordinasi Pengelolaan Database Sumber Daya Genetik Pertanian Dokumentasi data plasma nutfah pertanian dalam bentuk database yang sistematis dan informatif sangat diperlukan untuk mempercepat akses informasi plasma nutfah. Program aplikasi database plasma nutfah pertanian yang dibakukan telah tersedia dan digunakan oleh balai-balai komoditas dalam lingkup Badan Litbang Pertanian untuk mengelola data plasma nutfah pertanian. Kegiatan Koordinasi Pelaksanaan Pengelolaan Database Sumber Daya Genetik Pertanian telah dilakukan melalui pertemuan koordinasi tim pelaksana kegiatan secara berkala, komunikasi dengan BPTP ,dan Komisi Daerah (Komda) Plasma Nutfah untuk menjaring peserta yang berminat mengikuti sosialisasi dan pelatihan singkat program aplikasi database plasma nutfah pertanian, serta pembaharuan (updating) dan pengembangan Website Plasma Nutfah Pertanian (http://www. indoplasma.or.id). Kegiatan Sosialisasi Program Aplikasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian (SINPN) v1.5 untuk BPTP dan Komda Plasma Nutfah telah diselenggarakan pada tanggal 12-15 Juni 2007 di VEDCA Cianjur yang dihadiri 28 peserta yang berasal dari 23 instansi. Pembaharuan Website Plasma Nutfah Pertanian telah dilakukan dua kali, dengan melengkapi materi dan tampilan. Sampai dengan Desember 2007 hit counter Web-
94
site Plasma Nutfah Pertanian telah mencapai angka 2.847. Angka tersebut didasarkan pada unique visitors (pengunjung dengan nomor IP berbeda). Jika diproyeksikan terhadap traffic dalam empat bulan terakhir, maka rerata banyaknya pengunjung 23 orang per hari. Hasil tracking terhadap negara asal pengunjung Website Plasma Nutfah Pertanian cukup baik karena sebagian besar kunjungan berasal dari Amerika Serikat, selanjutnya Australia dan Indonesia. Peningkatan Kepedulian dan Kemampuan Pemangku Kepentingan dalam Pengelolaan Sumber Daya Genetik Pertanian Kegiatan peningkatan kepedulian dan kemampuan pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya genetik dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga subkegiatan, yaitu (1) Apresiasi tentang revitalisasi pertanian melalui peningkatan pemberdayaan plasma nutfah; (2) Sosialisasi tentang pentingnya pengelolaan plasma nutfah di daerah untuk mendorong pembentukan Komda Plasma Nutfah; dan (3) Diskusi Panel tentang pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah untuk tata kehidupan yang harmonis. 1. Subkegiatan pertama, merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan para peneliti dalam hal penelitian dan pengelolaan (in situ dan ex situ) plasma nutfah, yang dilaksanakan dalam bentuk apresiasi. 2. Subkegiatan kedua, merupakan upaya untuk meningkatkan kepedulian para pemangku kepentingan plasma nutfah di daerah terhadap pengelolaan plasma nutfah (baik secara in situ dan ex situ),
LAPORAN TAHUN 2007
juga dimaksudkan untuk mendorong pembentukan Komda Plasma Nutfah, melalui pertemuan-pertemuan dan komunikasi. 3. Subkegiatan ketiga, merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi panel bagi para pemangku kepentingan, khususnya civitas academica (staf pengajar dan mahasiswa), para pejabat pemerintah daerah serta pemerhati plasma nutfah untuk menggugah kesadaran dan meningkatkan kepedulian tentang pentingnya pengelolaan plasma nutfah. Subkegiatan apresiasi diselenggarakan pada tanggal 30-31 Juli 2007 di Hotel Pangeran, Pekanbaru, Riau, diikuti oleh 50 peserta yang berasal dari Balai Penelitian Komoditas, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Balitbangda, Bapedalda, dan wakil dari beberapa Komda Plasma Nutfah. Dalam apresiasi ini diberikan pencerahan tentang perplasmanutfahan oleh 9 orang nara sumber, yang dilanjutkan dengan diskusi antara nara sumber dengan para peserta tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pengelolaan plasma nutfah. Hasil apresiasi antara lain (a) untuk lebih meningkatkan pengelolaan plasma nutfah di Indonesia, diharapkan di setiap provinsi dibentuk sebuah Komda Plasma Nutfah, (b) untuk meningkatkan usaha konservasi, diharapkan setiap provinsi juga membentuk Kebun Raya, (c) pemerintah juga dihimbau untuk segera menyelesaikan Undang-Undang Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Genetik yang sampai saat ini masih belum dibahas DPR-RI, (d) pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik perlu memanfaatkan teknologi yang ada,
baik teknologi konvensional maupun non konvesional seperti bioteknologi agar sumber daya genetik dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia, (e) kegiatan-kegiatan pengelolaan plasma nutfah termasuk sosialisasinya sangat memerlukan dukungan dana secara berkelanjutan, untuk itu pemerintah dihimbau untuk memberikan komitmen dengan menjamin penyediaan dana untuk kegiatan tersebut, (f) Komda Plasma Nutfah Provinsi Riau, sesuai dengan kesepakatan akan menjadi tuan rumah penyelenggara Kongres Komda Plasma Nutfah II pada tahun 2008. Peningkatan Kepedulian Pemangku Kepentingan di daerah untuk mendorong pembentukan Komda Plasma Nutfah, dilaksanakan dalam bentuk pertemuan langsung dan penyampaian materi tentang perplasmanutfahan kepada para pemangku kepentingan dan penentu kebijakan di daerah. Pada tahun 2007 telah dilaksanakan pertemuan tersebut di Padang (Sumatera Barat) dan Kendari (Sulawesi Tenggara). Sampai saat ini di Indonesia sudah terbentuk 15 Komda Plasma Nutfah, yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Banten, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kabupaten dan Kota Tasikmalaya. Dalam waktu dekat Provinsi Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat diharapkan akan membentuk Komda. Subkegiatan ketiga, yaitu Diskusi Panel tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Plasma Nutfah untuk Tata Kehidupan yang Har-
95
KEBIJAKAN BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN
monis telah dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 12 Mei 2007, di Aula Universitas Swadaya Gunungjati (Unswagati), Cirebon. Acara ini diikuti oleh 100 orang peserta yang terdiri dari civitas academica Unswagati dan beberapa perguruan tinggi lainnya, para pejabat pemerintah daerah terkait, dan para pemangku kepentingan perplasmanutfahan. Dalam diskusi, para peserta menyampaikan saran dan keinginan mere-
96
ka agar Komnas SDG membantu mendorong pembentukan Komda Plasma Nutfah Cirebon, mengingat banyak sumber daya genetik di wilayah ini yang sudah mulai langka, sehingga perlu dilakukan pelestarian. Diharapkan dengan terbentuknya Komda Plasma Nutfah di Cirebon akan membantu dalam melakukan pelestarian SDG yang langka.
Laporan Tahun 2007 Hak Cipta © 2008, BB-Biogen
LAPORAN TAHUN 2007
VI. Kerja Sama Penelitian PENYIAPAN BAHAN KERJA SAMA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
yang disampaikan ke berbagai penyandang dana, yaitu:
Program Hibah Bersaing dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi
1. In vitro preservation of eroded medicinal plants merupakan proposal yang diajukan ke InWent-Jerman (Dhiah Rahmawati, SP) pada tahun 2007. Dana penelitian ini merupakan hibah bersaing yang diberikan InWent kepada peserta terpilih dari training yang diselenggarakan InWent untuk melakukan penelitian di Indonesia.
Pada bulan Juni 2007, BB-Biogen mengusulkan lima proposal penelitian lanjutan untuk kerja sama dalam negeri ke program hibah bersaing yang diselenggarakan oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT). Hasil evaluasi yang dilakukan oleh KNRT diumumkan pada bulan November 2007. Kelima proposal yang diusulkan lulus penilaian dan disetujui untuk dibiayai, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan terhadap lahan masam pada tanaman jagung melalui kultur in vitro (Dr. Ika Mariska). 2. Perbaikan genetik padi tipe baru Fatmawati untuk ketahanan terhadap penyakit blas melalui mutasi dan kultur antera (Dr. Endang G. Lestari). 3. Penerapan teknologi fusi protoplas dalam perakitan jeruk lokal tipe baru (Drs. Ali Husni, MSi). 4. Perbaikan tipe batang bawah tanaman jeruk untuk ketahanan terhadap cekaman aluminium di lahan masam (Mia Kosmiatin, MSi). 5. Uji ekspresi gen partenokarpi DEFH9IAAM pada galur tomat transgenik (Dr. Saptowo J. Pardal). Di samping kelima proposal hibah bersaing di dalam negeri, peneliti BB-Biogen juga mengusulkan lima proposal penelitian
2. Enhancing capacity of ICABIOGRAD in phenotyping and molecular analysis to develop elite rice lines suitable to Indonesian uplands (Dra. Masdiar Bustamam, MSc). Proposal diajukan untuk memperoleh dana hibah bersaing dari Generation Challenge Program. Kegiatan dalam proposal tersebut meliputi peningkatan kapasitas penelitian berupa perubahan rumah kaca menjadi rumah khusus inokulasi dan inkubasi penyakit blas dan alat analisis genetik, serta peningkatan kapasitas SDM dalam bentuk biaya studi S3 dan penelitian di Indonesia dan IRRI. 3. Screening of GALA4/VP16-facilitated inhancer trap patterned lines for discovering gene functions in drought response in rice (Dr. Sri Koerniati). Proposal diajukan untuk memperoleh dana hibah bersaing untuk melaksanakan post doc di Negeri Belanda. Proposal ini merupakan usulan untuk hibah bersaing dari proyek kerja sama KNRT dengan KNAW (Royal Netherlands Acad-
97
KERJA SAMA PENELITIAN
emy of Arts and Sciences), Pemerintah Belanda. 4. Application of irradiation and in vitro selection to improve Fusarium wilt resistant in banana (Ika Roostika, MSi). Proposal diusulkan ke IAEA melalui Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). 5. Application of nuclear techniques to generate the genetic variability on food crops and evaluate their tolerance to biotic and abiotic stress (Dr. Sutoro). Proposal diusulkan ke IAEA melalui BATAN. Dua dari lima proposal yang diusulkan, yaitu Application of irradiation and in vitro selection to improve Fusarium wilt resistant in banana dan Application of nuclear techniques to generate the genetic variability on food crops and evaluate their tolerance to biotic and abiotic stress, tidak lolos kualifikasi penilaian. Penyiapan Evaluasi dan Laporan Pelaksanaan Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Penyiapan untuk evaluasi dan laporan dilaksanakan oleh peneliti berdasarkan jadwal dan format yang diminta oleh pihak penyandang dana, dalam hal ini pihak KNRT. Penelitian yang disiapkan untuk bahan evaluasi dan laporannya dari program Riset Unggulan Terpadu Internasional (RUTI), Riset Unggulan Terpadu (RUT), dan Program Insentif. Berikut adalah judul penelitian dan keterangan ringkas mengenai penelitian yang telah dilaksanakan.
98
Program RUTI dan RUT 1. Development blast durable resistance by using the wild rice species. Penelitian ini telah selesai pada tahun 2007. Dr. Dwinita W. Utami mendapatkan dana hibah untuk penelitian dari proyek RUTI dari KNRT dan bermitra dengan Dr. Didier Tharreau dari CIRAD. 2. Identifikasi gen tahan bakteri hawar daun (Xanthomonas oryzae pv. Oryzae) pada populasi haploid ganda silangan IR64 dan Oryza rufipogon. Penelitian ini telah selesai pada tahun 2006 dan awal 2007 telah diselesaikan laporan ilmiah dan administrasinya kepada KNRT. Dr. Ida Hanarida mendapat dana hibah penelitian proyek RUT dari KNRT dan bermitra dengan BB Padi. Program Insentif Pada bulan Desember 2007 para peneliti yang mendapatkan dana hibah penelitian Program Insentif dari KNRT dibantu oleh staf Seksi Kerja Sama telah menyelesaikan laporan ilmiah dan laporan administrasi yang diserahkan kepada KNRT. ADMINISTRASI KERJA SAMA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Perjalanan Dinas ke Luar Negeri, Pengiriman dan Penerimaan Benih 1. Pada tahun 2007, staf Seksi Kerja Sama telah menyelesaikan 38 dokumen perjalanan dinas ke luar negeri berupa paspor, visa, dan exit permit dengan tujuan Belanda, Australia, Swedia, Jepang, India, Amerika Serikat, dan beberapa negara kawasan Asia lainnya. Kunjungan terbanyak dilakukan ke Filipina. Hal
LAPORAN TAHUN 2007
ini terjadi karena ada hubungan erat antara BB-Biogen dengan IRRI dalam melakukan penelitian padi. Kunjungan peneliti BB-Biogen beberapa kali ke Belanda dilakukan dalam kaitannya dengan kerja sama penelitian melalui program BIORIN maupun SPIN/KNAW. Daftar petugas yang telah melakukan perjalanan dinas ke luar negeri disajikan pada Lampiran VI.1. 2. Enam surat izin pengiriman benih telah selesai diproses pada tahun 2007, yaitu lima benih padi dikirim ke IRRI dan satu DNA jagung dikirim ke CIMMYT. Lima di antaranya sudah mendapatkan surat izin dari Kepala Badan Litbang Pertanian. 3. Enam surat izin pemasukan benih dan DNA pellet (DNA murni) ke Indonesia telah diproses pada tahun 2007, empat di antaranya telah mendapatkan SK Kepala Badan Litbang Pertanian. MAHASISWA DAN SISWA YANG PENELITIAN ATAU MAGANG Sejumlah 43 mahasiswa dan siswa melakukan penelitian atau magang di BBBiogen sepanjang tahun 2007, mereka berasal dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Brawijaya (UNIBRAW), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Iindonesia (UI), Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), Universitas Nusa Bangsa (UNB), Universitas Bina Nusantara, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka, dan SMAKBO. Empat orang mahasiswa dari UNPAD magang di Kelti
Biokimia dalam bidang Hama dan Penyakit Tumbuhan, tiga orang dibimbing Dr. I Made Samudra dan satu orang dibimbing oleh Ir. Haeni Purwanti, MSc. Satu orang mahasiswa ITB magang dalam bidang Biologi Molekuler di Kelti BM dengan pembimbing Dr. Toto Hadiarto. Sepuluh orang mahasiswa IPB yang terdiri dari empat orang mahasiswa Program D3 magang mengenai multimedia dan empat orang mahasiswa program S1 melakukan kerja praktek dibidang ilmu komputer dengan pembimbing Ir. Faizal Abidin, dan dua orang mahasiswa program Pascasarjana bekerja dibidang Biologi Molekuler dengan pembimbing Dr. Dwinita W. Utami. Kedua mahasiswa program Pascasarjana ini merupakan bagian dari proyek KP3T. Lima orang mahasiswa Program S1 dari UGM dan seorang mahasiswa Program S1 dari UNSOED melakukan praktek kerja lapang di Kelti Biokimia dengan pembimbing Dr. I Made Samudra. Tiga orang mahasiswa dari Universitas Bina Nusantara melakukan magang mengenai survei dan pengamatan penelitian di Kelti PSDG dengan pembimbing Dr. Sutoro. Satu orang mahasiswa dari Universitas Nusa Bangsa melakukan penelitian dengan judul Uji ekspresi gen transporter nitrit di Kelti BM dengan pembimbing Dr. Sustiprijatno. Tiga orang mahasiswa berasal dari Univ. Muhammadiyah Prof. Hamka magang di Kelti Biokimia, dua orang dibimbing oleh Ir. Harnoto, MS dan satu orang mahasiswa dibimbing oleh Dr. I Made Samudra, masing-masing mengerjakan penelitian (1) Pengujian ekstrak biji sirsak terhadap mortalitas dan biologi penggerek, (2) Pengujian ekstrak biji saga terhadap mortalitas dan biologi ulat grayak,
99
KERJA SAMA PENELITIAN
dan (3) Pengujian ekstrak biji tembelekan terhadap mortalitas dan biologi penggerek jagung. Dua orang mahasiswa UNIBRAW masing-masing melakukan praktek kerja profesi, satu orang dibidang Biologi Molekuler dengan komoditas tomat dengan pembimbing Tri Joko Santoso MSi, dan yang lain dibidang Kultur Jaringan dengan komoditas jeruk dengan pembimbing Mia Kosmiatin, MSi. Dua orang mahasiswa dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melaksanakan penelitian di Kelti PSDG dengan pembimbing Dr. Sutoro. Dua orang mahasiswa UI masing-masing melakukan kerja praktek dibidang Kultur Jaringan dengan pembimbing Dr. Ragapadmi Purnamaningsih dan Biologi Molekuler dengan pembimbing Dr. Saptowo J. Pardal. Tiga orang siswa SMAKBO melaksanakan PKL di Kelti Biokimia dengan pembimbing Rafika, SSi dan Alina Akhdiya, MSi. KUNJUNGAN TAMU ASING Jumlah tamu asing yang berkunjung ke BB-Biogen 12 orang, berasal dari FAO, Roma; Japan Bioindustry Association, Jepang; Sakata Seed Corporation, Jepang; NIAS, Jepang; ASFARNET, Filipina; Cornell University, Amerika Serikat; dan CSIRO dan NSW Department of Primary Industries, Australia. Dr. Shakeel Bhatti dari FAO, Roma, Dr. Seizo SUMIDA dan Mr. Yamaguchi dari Japan Bioindustry Association, serta Dr. Tomohiro KAMOGAWA dan Dr. Kaku dari Sakata Seed menjadi tamu pembicara pada seminar internasional Management of Genetic Resources dalam rangka Ekspose Biogen 2007. Dr. Takao NIINO dan Dr. Koniaki FUKUI dari NIAS, Jepang, selain
100
menjadi tamu pada acara Ekspose Biogen 2007 juga mengadakan short term training dibidang Kultur Jaringan dengan counterpart Ika Roostika, MSi. Dr. Steve Shattuck dari CSIRO-Australia dan Dr. Peter S. Gillespie dari NSW Department of Primary Industries berkunjung dalam rangka BIOLINK Database Rehabilitation Indonesian Insect Collection dengan counterpart Dr. Sri S. Siwi. Tamu yang lain adalah Dr. Frank Shotkoski dari Cornell University, amerika serikat, Mr. Akhiko NAGAYAMA dari Thai Subsidiary, dan Ms. Rosalie Ellasus dari ASFARNET, Filipina. BAHAN POSISI DELRI Persiapan Kegiatan SOM-AMAF ke-28 Pada pertemuan menyiapkan bahan SOM-AMAF ke-28 di Biro KLN Deptan, dibicarakan bahan untuk pertemuan Special SOM-AMAF yang berlangsung di Singapura pada tanggal 31 Juli-2 Agustus 2007. BBBiogen melaporkan hasil pertemuan GMF Testing Network yang dilaksanakan di Ha Noi. Delegasi Indonesia di pertemuan tersebut diwakili oleh Dr. Bahagiawati dari BB-Biogen. Selain membahas hal-hal tersebut juga disampaikan The ASEAN Charter yang telah mempunyai The first 6-year blueprint (2004-2010) for cooperation in each of the community pillars: ASEAN Economic Community, ASEAN Social Community, and ASEAN Security Community. Persiapan Kegiatan SOM ke-29 AMAF dan AMAF+3 Asean Ministry for Agriculture and Forestry (AMAF) ke-29 merupakan pertemuan para menteri pertanian dan kehutan-
LAPORAN TAHUN 2007
an. Pada pertemuan persiapan ini dibahas mengenai: 1. Susunan delegasi Indonesia terdiri atas Menteri Kehutanan (pimpinan delegasi pada AMAF dan AMAF-3), Sekjen Departemen Pertanian (pimpinan delegasi pada SOM-AMAF), dan Ditjen Peternakan, Badan Ketahanan Pangan, Badan Litbang Pertanian, Badan Karantina, dan Atase Pertanian di Bangkok. 2. Protocol to Amend the Agreement for the Establishment of ASEAN Animal Health Trust Fund. Berkaitan dengan topik tersebut Direktorat Jenderal Peternakan menyetujui; namun Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya, Deplu mengingatkan bahwa Sekjen ASEAN tidak mempunyai mandat untuk menandatangani perjanjian dengan kewajiban yang mengikat pemerintah Indonesia. 3. Permintaan dari ASEAN-US Business Council untuk mengadakan pertemuan dengan (1) seluruh ASEAN dan (2) khusus Indonesia. 4. Usulan Jepang mengenai East Asia Plant Variety Protection Forum pada SOM+3 dan AMAF+3. PENGELOLAAN WEBSITE BIOGEN ONLINE Selama tahun 2007 telah dilaksanakan beberapa kegiatan yang menyangkut pemeliharaan dan pembaharuan website Biogen Online. Terdapat lima kegiatan inti yang telah dilakukan, yaitu (1) pemutakhiran materi situs, (2) pelatihan disain template dan manajemen website berbasis CMS Joomla, (3) statistik pengunjung situs
Biogen Online, (4) manajemen buku tamu, dan (5) pemeliharaan dan manajemen jaringan. Pemutakhiran Materi Situs 1. Materi publikasi Bahan untuk pemutakhiran materi publikasi merupakan hasil publikasi media cetak yang diterbitkan oleh BBBiogen, yang diperoleh dari Seksi Pendayagunaan Hasil Penelitian. Penambahan materi artikel diperoleh dari berbagai sumber, baik itu artikel hasil tulisan peneliti BB-Biogen maupun artikel lepas yang diperoleh dari situs/tulisan di media cetak lainnya. 2. Materi berita Materi berita merupakan informasi seputar kegiatan yang berlangsung di lingkup BB-Biogen, baik yang dilaksanakan oleh BB-Biogen maupun kegiatan yang dihadiri oleh BB-Biogen. 3. Penambahan dan pembaharuan profil Penambahan dan pembaharuan profil dilakukan berdasarkan perubahan dan tambahan data dari Bagian/Bidang/ Kelti terkait, antara lain pembaharuan profil peneliti yang datanya diperoleh dari Subbagian Kepegawaian. Pemutakhiran materi situs yang telah dilakukan selama tahun 2006-2007 adalah sebagai berikut: 1. Penambahan materi publikasi berikut naskah fulltext dari lima publikasi BBBiogen. 2. Penambahan materi lima artikel. 3. Penambahan 14 materi berita.
101
KERJA SAMA PENELITIAN
4. Penambahan halaman baru mengenai profil Kelti BSJ.
opensource di mana Biogen Online mendaftar sebagai user.
5. Pembaharuan data profil peneliti pada halaman Sumber Daya Manusia.
Selama tahun 2007, jumlah pengunjung Biogen Online mencapai 10.946 dengan rata-rata kunjungan per bulan 912 pengunjung. Dengan demikian rata-rata kunjungan Biogen Online sebanyak 30 pengunjung per hari.
6. Pengembangan format baru pada modul Buku Tamu untuk mengeliminasi spam. Pelatihan Disain Template dan Manajemen Website Berbasis CMS Joomla Kegiatan pelatihan CMS diikuti oleh seluruh anggota tim situs, sebagai persiapan migrasi website Biogen Online dari basis PHP ke basis CMS Joomla sesuai dengan Surat Keputusan Badan Litbang (SK Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor 40/Kpts/ HM.120/I/3/08 tentang Panduan Umum Standar Situs Web Badan Litbang Pertanian). Pelatihan dilaksanakan bertahap dan sudah dilaksanakan lima kali. Dalam pelatihan dibahas berbagai materi tentang CMS antara lain manajemen data dalam CMS Joomla, cara mendisain template dan mengembangkan template berbasis CMS. Di akhir pelatihan ditampilkan kreasi peserta dalam membangun website, mengembangkan template serta mengelola tampilan dan isi/content website. Konstruksi kerangka website Biogen Online berbasis CMS saat ini sedang dirancang dengan acuan template dan tata letak yang disesuaikan dengan arahan dari Badan Litbang Pertanian. Statistik Pengunjung Situs Biogen Online Data statistik Biogen Online diperoleh dengan menghitung statistik yang berasal dari situs statcounter.com, sebuah situs
102
Selama bulan Januari hingga Maret 2007 terjadi peningkatan jumlah pengunjung, dengan pengunjung terbanyak terjadi pada bulan Maret 2007 sebanyak 2.434 pengunjung. Selanjutnya jumlah pengunjung menurun sampai dengan bulan Juli 2007. Pada bulan-bulan berikutnya terjadi fluktuasi jumlah pengunjung hingga akhir tahun 2007. Perincian statistik pengunjung Biogen Online selama tahun 2007 disajikan pada Tabel VI.1. Sebagian besar pengunjung merupakan pengunjung domestik (95,6%), sisanya adalah pengunjung dari Hongkong (2,2%), Amerika Serikat (1,1%), dan Bangladesh (1,1%). Tabel VI.1. Perincian statistik pengunjung Biogen Online selama tahun 2007. Page loads Total Average Dec 2007 Nov 2007 Oct 2007 Sep 2007 Aug 2007 Jul 2007 Jun 2007 May 2007 Apr 2007 Mar 2007 Feb 2007 Jan 2007
Unique visitors
16.570 10.946 1.381 912 1.049 988 736 1.066 881 801 1.190 1.725 2.006 2.434 2.047 1.647
676 703 551 746 627 546 772 1.123 1.242 1.563 1.289 1.108
First time visitors
Returning visitors
9.283 774
1.663 139
553 583 447 573 490 421 644 959 1.116 1.396 1.123 978
123 120 104 173 137 125 128 164 126 167 166 130
LAPORAN TAHUN 2007
Dari 2.434 pengunjung, yang berkunjung sampai dengan bulan Maret 2007 diketahui bahwa 82,1% merupakan pengunjung baru (first time visitors, yaitu pengunjung yang baru pertama kali mengunjungi Biogen Online). Sisanya (17,9%) adalah pengunjung yang pernah mengunjungi Biogen Online. Sebagian besar pengunjung (65%) ternyata menemukan website Biogen Online melalui mesin pencari Google. Selebihnya melalui website referral seperti http:// biogen.litbang.deptan.go.id (15%), http:// www.indobiogen.or.id (2%), http://www. indobic.or.id (2%), http dan website lainnya (16%). Berdasarkan informasi tersebut terlihat bahwa alamat website Biogen Online di http://biogen.litbang.deptan.go.id telah cukup dikenal orang. Manajemen Buku Tamu Keberadaan buku tamu Biogen Online mendapatkan respon yang sangat baik dari pengunjung. Buku tamu sebagai salah satu wadah komunikasi ternyata menjadi sarana penghubung yang cukup efektif antara admin dan pengunjung. Selama tahun 2007, buku tamu Biogen Online mendapatkan kunjungan sebanyak 1.264 pengunjung (di luar spam).
Karakteristik pengunjung terdiri dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa dan pelajar, instansi pemerintah, swasta, LSM, petani, masyarakat umum, dan pengunjung dari luar negeri. Isi buku tamu beraneka ragam, baik hanya sekedar menyapa hingga masukan dan berbagai pertanyaan yang terkait dengan masalah kultur jaringan, bioteknologi, biologi molekuler, sumber daya genetik, serta pertanyaan seputar pelatihan dan hasil produk BBBiogen. Pemantauan buku tamu dilakukan secara reguler/harian. Untuk pertanyaanpertanyaan secara umum ditanggapi langsung oleh admin, namun untuk pertanyaan yang spesifik berhubungan dengan penelitian diteruskan kepada para peneliti terkait kemudian dijawab melalui admin. Selama tahun 2007 buku tamu Biogen Online menghadapi masalah banyaknya spam yang masuk setiap hari sehingga terasa sangat mengganggu. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan pengembangan format baru pada modul buku tamu dengan menggunakan modul yang dapat mengeliminasi spam.
103
KERJA SAMA PENELITIAN
Lampiran VI.1. Daftar pengurusan paspor dan visa tahun 2007. Nama
SP Sekneg
Negara tujuan
Sponsor
Waktu
15Januari-15 Melanjutkan Penelitian Februari 2007 1 Februari-31 Mapping of Blast QTL and Juli 2007 Identification of Superior Blast Disease QTL Alleles in Upland Rice Genomes 5 Februari Program Doctor of 2007-5 Maret Phillosophi pada University 2010 of Queensland Australia
Exit permit dan visa
Maret 2007Maret 2009 12-30 Maret 2007
Program S2 Bidang Virologi Molekuler Pelatihan Strategies for Chemicals Management
Exit permit dan visa Exit permit dan visa
26-28 Maret 2007
Pertemuan The First Ad Hoc Advisory Committee on The Funding Strategy Penelitian Screening of GAL4/VP16-Facilitated Enhancer Trap Patteerned Lines for Discovering Gene Function in Drought Responsive in Rice Menghadiri Characterization of Genetic Diversity of Maize Populations: Decomenting Global Maize Migration from the Centre of Origin Conference of Laboratory
Exit permit dan visa
Training
Exit permit
The Training on Rice: Research to Production
Exit permit dan visa
Research and Development of Horticultural Crops With Emphasis on Vegetable and Ornamental Crops The Biosafety Training of Trainer Program Second Meeting of the Ad Hoc Advisory Committee on The Funding Strategy Sidang Reguler FAO ke-11
Exit permit dan visa
The Papaya Biotechnology Network of SEAsia The Papaya Biotechnology Network of SEAsia The Papaya Biotechnology Network of SEAsia The Papaya Biotechnology Network of SEAsia
Exit permit
Dr. Sri Koerniati
KL. 04.03/ANBB/1602 Belanda
Pemerintah Belanda/ KNAW SPIN
Dr. K. Rudi Tri Jatmiko
KL. 04.03/SBKR/0027 Filipina
International Rice Research Institute (IRRI)
Arief Vivi Noviati, M.AgrSt
KL. 04.03/SBKR/0216 Australia
Pemerintah Australia/ Endervour International Postgraduate Research Scholarship (IPRS) Kusumawaty Kusumanegara, SP KL. 04.03/SBKR/0304 Jepang Pemerintah Jepang/ Kyoto University Dr. Achmad Hidayat KL. 04.03/ANBB/113 Swedia Anggaran DIPA Badan Litbang Pertanian dan Pemerintah Swedia Dr. Sugiono Moeljopawiro KL. 04.03/PBBS/0174 Roma, Italia FAO Dr. Sri Koerniati
KL. 0703/UMPL/1565
Dr. Muhamad Yunus
Dr. Saptowo J. Pardal Dra. Masdiar Bustamam, MSc Dr. Toto Hadiarto
Cambera, Australia
Anggaran DIPA Badan Litbang Pertanian dan Pemerintah Australia
28 Maret-5 April 2007
KL. 04.03/SBKR/0389 New Delhi, India
Generation Challenge Program (GCP)
5-7 April 2007
KL. 04.03/SBKR/0387 Bangkok, Thailand Pengurusan oleh India Puslitbangtan B-1769/Setneg/Set Filipina men/KTLN/04/2007
Sandia National Laboratories GCP melalui IRRI
17-19 April 2007 25-27 April 2007 14 Mei-01 Juni 2007
International Rice Research Institute (IRRI) Sakata Seed Coorporation, Jepang
Dr. Sugiono Moeljopawiro
B-1768/Setneg/Set men/KTLN/04/2007
Jepang
Dr. Bahagiawati
B-2669/Setneg/Set men/KTLN/04/2007 B-2484/Setneg/Set men/KTLN/04/2007
Hanoi, Anggaran DIPA Badan Vietnam Litbang Pertanian Roma, Italia FAO
22-23 Mei 2007 7-8 Juni 2007
Pengurusan oleh Badan Litbang Pertanian B-4854/Setneg/Set men/KTLN/06/2007 B-4854/Setneg/Set men/KTLN/06/2007 B-4854/Setneg/Set men/KTLN/06/2007 B-4854/Setneg/Set men/KTLN/06/2007
Roma, Italia Anggaran DIPA Badan Litbang Pertanian
11-15 Juni 2007
Filipina
ISAAA SEAsia Center
Filipina
ISAAA SEAsia Center
Filipina
ISAAA SEAsia Center
Filipina
ISAAA SEAsia Center
14-15 Juni 2007 14-15 Juni 2007 14-15 Juni 2007 14-15 Juni 2007
Dr. Sugiono Moeljopawiro Dr. Sutrisno Dr. Ika Mariska Dra. Diani Damayanti, MSi Dra. A. Dinar Ambarwati, MSc Drs. Edy Listanto, MP
104
22-26 Mei 2007
Tujuan
Keterangan
Exit permit dan visa Exit permit dan visa
Exit permit dan visa
Exit permit
Exit permit
Exit permit Exit permit Exit permit dan visa
Exit permit Exit permit Exit permit
LAPORAN TAHUN 2007
Lampiran VI.1. Lanjutan Nama
SP Sekneg
Negara tujuan
Dr. Iswari S. Dewi
B-39824/Setneg/Set men/KTLN/05/2007
Dr. Sugiono Moeljopawiro
Sponsor
Waktu
Tujuan
Keterangan
Kualalumpur/ Biaya Sendiri Malaysia
17-21Juni 2007
Exit permit
B-3623/Setneg/Set men/KTLN/05/2007
Singapura
IBC Asia (S) Pte. Ltd.
25-26 Juni 2007
Ir. Widiati H. Adil, MSc
B-7250/Setneg/Set men/KTLN/07/2007
Alexandria, Virginia, Amerika Serikat
Pemerintah Amerika Serikat, United States Patent and Tradmark Office (USPTO)
09-13 Juli 2007
Ir. Tri Puji Priyatno, MSc
KL. 04.03/PBBS/0731 Malaysia
25 Juni-25 Desember 2007
Dr. Puji Lestari
B-7529/Setneg/Set men/KTLN/07/2007
Korea Selatan
Pemerintah Malaysia/University Kebangsaan Malaysia Pemerintah Korea Selatan/ Seoul National University
Menghadiri International Asia Pacific Conference on Plant Tissue and Agribiotechnology (APaCPA) Agrochem Asia 2007 Fuelling Asia’s Growing Food & Energy Needs USPTO Global Intellectual Property Academy (GIPA) Program on Patent Examination and Policy Issuse Regarding Biotechnology and Pharmaceuticals Inventions Traditional Knowledge and Genetic Resources Perpanjangan Tugas Belajar
Dr. Bahagiawati Amirh Husin
B-7281/Setneg/Set men/KTLN/07/2007
Michigan State University melalui Program for Biosafety Systems (PBS)
Dr. Sugiono Moeljopawiro
B-10249/Setneg/Set men/KTLN/07/2007
Dr. Sugiono Moeljopawiro
B-10249/Setneg/Set men/KTLN/07/2007
Michigan State University, Amerika Serikat Benoni, Afrika Selatan Lusanka Zambia
Ir. Wening Enggarini, MSi
B-14005/Setneg/Set men/KTLN/09/2007
Manila, Filipina
Generation Challenge Program (GCP)
Joko Prasetiyono, MS
B-13622/Setneg/Set men/KTLN/09/2007
Manila, Filipina
Generation Challenge Program (GCP) melalui Inernational Rice Research Institute
Dra. Masdiar Bustamam, MSc
B-15721/Setneg/Set men/KTLN/10/2007
Bangkok, Thailand
Generation Challenge Program (GCP)
Dr. Kurniawan Rudi Tri Jatmiko B-15721/Setneg/Set men/KTLN/10/2007
Bangkok, Thailand
Generation Challenge Program (GCP)
African Centre for Gene Technologies melalui GCP Zambia Agriculture Research Institute,
Exit permit Exit permit dan visa
Exit permit dan visa
9 September Kerja Sama Penelitian 2007-9 dalam Bidang Molecular September 2008 Breeding and Isolation of Useful Genes in Rice 22 Juli-31 The Biosafety Training of Agustus 2007 Trainer Program
Exit permit dan visa
12-16 Pertemuan Tahunan September 2007 Generation Challenge Program 18-20 Pertemuan International September 2007 Consultation of Farmer’s Right 1 Oktober 2007- Keja Sama Penelitian 1 Januari 2008 dengan tema, Advance Selected Lines Containing Target Blast Reseistence and P-Deficiency Tolerance QTLs from Way Rarem x Oryzica Lianos 5 Population Kerja Sama Penelitian 20 Oktober 2007-20 Januari mengenai Revitalizing 2008 Marginal Lands: Discovery of Genes for Tolerance of Saline and Phosphorusdeficient Soils to Enhance and Sustain Productivity 6-9 November Mengikuti Workshop on 2007 Product Management and Delivery in GCP Rice Research in Asia 6-9 November Mengikuti Workshop on 2007 Product Management and Delivery in GCP Rice Research in Asia
Exit permit dan visa
Exit permit dan visa
Exit permit dan visa Exit permit dan visa
Exit permit dan visa
Exit permit
Exit permit
105
KERJA SAMA PENELITIAN
Lampiran VI.1. Lanjutan Nama
SP Sekneg
Negara tujuan
Dr. Achmad Hidayat
B-13768/Setneg/Set men/KTLN/09/2007
Hanoi, Vietnam
Dr. Sri Koerniati
B-17520/Setneg/Set men/KTLN/11/2007
Belanda
Ir. Widiati Hadi Adil, MSc
B-17686/Setneg/Set men/KTLN/11/2007
New Dheli, India
Hakim Kurniawan, SP, MP
B-15088/Setneg/Set men/KTLN/10/2007
Belanda
Ir. Tiur Sudiaty Silitonga, MS
B-16425/Setneg/Set men/KTLN/11/2007
Los Banos, Filipina
106
Sponsor
Waktu
Tujuan
Keterangan
Generation Challenge Program/Pemerintah Swedia, Swedish International Development Cooperation Agency (SIDA) Pemerintah Belanda/KNAW SPIN
12-16 November 2007
Pelatihan mengenai Strategies for Chemicals Management Phase II
Exit permit
26 November Melakukan Penelitian 2007-23 Postdoc mengenai Februari 2008 Screening of GAL4/VP16Facilitated Enhancer Trap Patterned Lines for Discovering Gene Functions in Drought Response in Rice Pemerintah India/Indian 27 November- Mengikuti Application of Technical and Economic 16 Desember Biotechnology & Its Cooperation (ITEC) 2007 Regulation Course Programme Radboud University 1 Desember Melakukan Penelitian Nijmegen, Belanda 2007-29 mengenai Plant Genetic Februari 2008 Resources dalam Rangka Program S3 International Rice 4-6 Desember Mengikuti The Global Research Institute 2007 Conservation Strategy (IRRI) Meeting for Rice
Exit permit dan visa
Exit permit dan visa Paspor baru, exit permit, dan visa Exit permit
Laporan Tahun 2007 Hak Cipta © 2008, BB-Biogen
LAPORAN TAHUN 2007
VII. Pendayagunaan Hasil Penelitian dan Pengembangan PAMERAN DAN EKSPOSE Hasil litbang BB-Biogen dipromosikan antara lain melalui partisipasi pameran, ekspose, seminar, pertemuan ilmiah, dan pertemuan teknis pameran. Partisipasi dalam kegiatan pameran unit kerja dan unit pelaksana teknis di lingkup Badan Litbang Pertanian dikoordinasikan oleh oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA). Pada bulan Oktober 2006, Bagian Kerja Sama dan Humas Badan Litbang Pertanian menyusun agenda kegiatan humas Badan Litbang Pertanian. Selanjutnya, berdasarkan daftar tersebut PUSTAKA melakukan koordinasi menjelang pelaksanaan kegiatan pameran. Pada tahun 2007, BB-Biogen mengikuti delapan pameran (Lampiran VII.1). Ekspose Biogen merupakan kegiatan tahunan untuk mempromosikan institusi dan hasil litbang BB-Biogen. Kegiatan Ekspose Biogen mulai sejak tahun 2003, terdiri dari kegiatan pameran, openhouse, dan seminar. Berbeda dengan ekspose tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2007 Ekspose Biogen terdiri dari kegiatan openhouse, lomba, dan seminar internasional. Openhouse berupa kunjungan siswa sekolah ke Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya Genetik, Laboratorium Biologi Molekuler, Laboratorium Biologi Sel dan Jaringan, dan Laboratorium Biokimia. Kunjungan ke laboratorium dilakukan dalam bentuk kelompok yang dipandu oleh info guide
(petunjuk jalan). Selama kunjungan, tamu melihat peragaan penelitian dan berdiskusi dengan peneliti tentang kegiatan penelitian. Openhouse diselenggarakan selama 2 hari, yaitu dari tanggal 22-23 Agustus 2007. Jumlah pengunjung openhouse tahun 2007 1.806 orang yang berasal dari empat Sekolah Dasar (SD) Negeri, 12 Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan sepuluh Sekolah Menengah Atas (SMA). Lomba yang diselenggarakan selama Ekspose BB-Biogen 2007 terdiri atas lomba karya tulis ilmiah, pidato berbahasa Inggris, mengenal tanaman dan buah, dan mewarnai gambar. Mengawali kegiatan Lomba Karya Ilmiah, pada bulan Juli 2008, BBBiogen menyelenggarakan seminar mengenai penulisan karya ilmiah bagi siswa dan guru SMA. Lomba Karya Ilmiah tingkat SMA diselenggarakan pada tanggal 23 Agustus 2007 di Auditorium Dr. Ir. M. Ismunadji. Peserta lomba mempresentasikan hasil karya ilmiahnya di depan dewan juri, guru pembimbing, dan undangan. Hasil penilaian dewan juri menempatkan tim SMA Negeri 6 sebagai juara I dengan judul karya tulis ilmiah “Cabai Merah (Capsicum annum) Menghambat Pembekuan Darah”. Lomba Pidato Bahasa Inggris diselenggarakan pada tanggal 23 Agustus 2007 di Ruang Rapat BB-Biogen Lt. 2. Lomba ini diikuti oleh 30 peserta dari 11 SMP di Kota Bogor. Dua topik pidato yang dilombakan adalah (1) We should conserve our natural
107
PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
resources dan (2) We have to be proud of our local fruits. Dari 30 peserta, saudari Sinta Rizki Utami dari SMP Negeri 2 berhasil menjadi Juara I. Lomba Mengenal Tanaman dan Buah diselenggarakan pada tanggal 23 Agustus 2007 untuk siswa-siswi SD. Peserta sebanyak 37 tim (satu tim terdiri dari 3 siswa) dari 14 SD. Lomba terdiri dari 2 babak, yaitu babak penyisihan dan final. Pada babak penyisihan, peserta dibagi menjadi 4 kelompok untuk menyelesaikan soal responsi, yaitu menentukan nama tanaman dan buah. Sedangkan pada babak final, peserta harus memasangkan bagian-bagian tanaman yang terpisah dan menentukan nama buah. Dari hasil penilaian juri, tim yang menjadi juara I adalah SD Negeri Cimanggu Kecil. Lomba Mewarnai tingkat TK diselenggarakan pada tanggal 23 Agustus 2007 di Koridor Laboratorium Mikrobiologi. Lomba ini diikuti oleh 108 peserta dari 5 TK di Kota Bogor. Kriteria penilaian yang menjadi dasar untuk menentukan pemenang adalah harmoni, keselarasan, dan kerapihan. Dari hasil penilaian dewan juri, yang menjadi Juara I adalah Aisyi dari TK Pakuan. SEMINAR Pada TA 2007, BB-Biogen menyelenggarakan seminar rutin, seminar hasil penelitian TA 2006, dan seminar internasional mengenai pengelolaan SDG pertanian. Seminar Rutin Pada bulan Januari tahun 2007, Bidang KSPHP melakukan pertemuan koordinasi dengan Ketua Kelti atau yang mewakili un-
108
tuk menyusun jadwal pelaksanaan seminar rutin. Pada TA 2007, BB-Biogen menyelenggarakan 16 kali seminar rutin yang membahas lima makalah berkaitan dengan kebijakan, tiga makalah berkaitan dengan metodologi, dan 13 makalah berkaitan dengan penelitian. Tiga penyampai makalah berkaitan dengan metodologi menyampaikan makalah tentang teknik cryopreservation dengan pembicara dari NIAES (Dr. Takao Niino dan Dr. Kuniaki Fukui) dan makalah berkaitan dengan database serangga dengan pembicara dari CSIRO (Dr. Steve Shattuck) dan dua penyampai makalah mengenai kebijakan berasal dari Biro Keuangan (Drs. Hendri Chris, MM) dan KPPN (Drs. Effendie). Seminar Hasil Penelitian Seminar Hasil Penelitian TA 2006 dilaksanakan dengan tujuan menjaring bahan publikasi di Jurnal Agrobiogen dari hasil penelitian yang sudah dicapai sampai dengan TA 2006. Di samping itu, seminar ini menjadi media untuk berkomunikasi antar peneliti BB-Biogen dalam rangka mempertajam arah dan rencana penelitian tahun 2007 dan 2008. Pada seminar ini dibahas 18 topik hasil penelitian yang mencakup pengelolaan plasma nutfah, bioprospeksi, dan pemanfaatan senyawa aktif, kultur sel/ jaringan, marka molekuler, dan rekayasa genetik, yaitu: 1. Teknik biologi molekuler untuk perbaikan padi hibrida 2. Konstruksi kaset gen cry IA untuk pembentukan tanaman padi tahan hama penggerek batang
LAPORAN TAHUN 2007
3. Isolasi gen ketahanan blas dan hawar daun bakteri pada padi menggunakan strategi over-ekspresi
lignoselulose menjadi alternatif (etanol)
bahan
bakar
4. Identifikasi gen toleran kekeringan pada padi dengan menggunakan analisis DNA microarrays
17. Pengembangan teknik produksi dan aplikasi antibodi monoklonal untuk deteksi dini rice tungro virus dan Ralstonia solanacearum
5. Pencarian alel-alel baru untuk gen-gen penting toleran cekaman biotik dan abiotik pada padi
18. Bioprospeksi senyawa bioaktif untuk pengendalian ulat bawang, Spodoptera exigua (Hbn.)
6. Isolasi, kultur, dan fusi protoplas pada tanaman padi liar dan budi daya 7. Seleksi dan evaluasi daya hasil galurgalur tanaman pangan produk bioteknologi 8. Koleksi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah tanaman pangan 9. Manajemen benih dan database plasma nutfah pertanian 10. Karakter molekuler mikroba endofitik dan filosfer tanaman padi 11. Marka molekuler ketoleranan tanaman kedelai terhadap keracunan aluminium 12. Pembentukan tanaman dihaploid jagung melalui kultur antera 13. Studi diversitas genetik Phytophthora infestans pada kentang dan Geminivirus pada tomat di berbagai daerah di Indonesia 14. Ekspresi gen CsNitr1-L pada tanaman jagung dan padi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan N melalui perakitan tanaman transgenik 15. Aktivitas dan profil toksin insektisidal klon-klon rekombinan Photorhabdus luminescens Hj 16. Kajian potensi bakteri-bakteri tahan panas pengkonversi limbah pertanian
Seminar Internasional Pengelolaan Sumber Daya Genetik Persiapan seminar internasional diawali dengan pertemuan Bidang KSPHP dengan Ketua dan peneliti dari Kelti PSDG membahas lama penyelenggaraan, waktu, topik, tentatif pembicara, dan panitia pelaksana. Edaran pemberitahuan seminar dikirim pada bulan Juni 2007. Seminar internasional dilaksanakan dalam rangka mensosialisasikan Perjanjian Intenasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian yang diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006. Seminar ini diselenggarakan pada tanggal 21 Agustus 2007 di Auditorium I dan dihadiri oleh peserta dari institusi penelitian (Puslitbang dan Balai Besar di lingkup Badan Litbang Pertanian, LIPI, KNRT, BPPT), perguruan tinggi, Pemerintah Daerah, IRRI-liasion Officer, Japan Bioindustry Association, FAO-Roma, Sakata Seed Company, dan LSM. Seminar ini dibagi atas tiga bagian, yaitu pembukaan, kondisi global pengelolaan sumber daya genetik, dan kondisi nasional pendayagunaan sumber daya genetik dan membahas tujuh kertas kerja berkaitan dengan SDG, yaitu:
109
PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
1. The FAO International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture and its implementation (Dr. Shakeel Bhatti, Secretary of the Governing of the ITPGRFA, FAO Rome) 2. Global issues related to management and utilization of germplasm: Japan Experience (Dr. Seizo Sumida, Japan Bioindustry Association) 3. Use of wild genetic resource for commercial improvement of ornamenttal crops (Tomohiro Kamogawa, Sakata Seeds Co., Japan) 4. Agrobiodiversity and rural community in Indonesia (Dr. Setijati Sastrapradja, Naturindo Foundation) 5. Present status and challenge on agricultural microbe bioprospecting in Indonesia (Prof. Riset Dr. Endang Sukara, Indonesian Institute of Sciences) 6. Challenge and future prospect on management of genetic resources in Indonesia (Dr. Sutrisno, National Committee on Genetic Resources) 7. Status on traditional and local knowledge on management of agricultural biodiversity (Ronny Novianto, Sekretariat Pelayanan Tani dan Nelayan Hari Pangan Sedunia) Pada pembukaan, Prof. (Riset). Dr. Achmad Suryana (Kepala Badan Litbang Pertanian) menyampaikan bahwa seminar ini penting artinya karena akan membahas status dan masa depan pemanfaatan SDG pertanian baik pada tataran global maupun nasional. Pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian khusus terhadap pengelolaan plasma nutfah sejak 30 tahun
110
yang lalu. Perhatian tersebut, paling tidak tertuang dalam enam upaya: a. Membentuk Komnas SDG pada tahun 1976 yang bertugas memberikan pertimbangan kepada Menteri Pertanian dalam mengambil kebijakan berkaitan dengan plasma nutfah, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan plasma nutfah, melakukan inventarisasi plasma nutfah, dan melakukan analisis tentang plasma nutfah; b. Melaksanakan program perakitan varietas unggul secara berkelanjutan dengan memanfaatkan plasma nutfah yang dimiliki, serta mengkarakterisasi sumbersumber sifat baru dari plasma nutfah yang ada; c. Melakukan pelestarian plasma nutfah baik ternak, tanaman, maupun mikroba di lapang atau di ruangan; d. Melakukan pengkayaan plasma nutfah melalui eksplorasi dan introduksi plasma nutfah; e. Menjalin kerja sama dengan lembagalembaga penelitian internasional dalam rangka pemanfaatan plasma nutfah untuk pemuliaan dan introduksi, dan f. Membuat peraturan tentang pengelolaan plasma nutfah pertanian melalui Permentan Nomor 65 Tahun 2006 ataupun PP Nomor 41 Tahun 2006 untuk perizinan peneliti asing serta UndangUndang Nomor 4 Tahun 2006 berkaitan dengan akses dan pembagian keuntungan 64 jenis tanaman. Dr. Sakheel Bhatti (Sekretaris Governing Body dari ITPGRFA-FAO Roma) membahas dua hal pokok, yaitu (1) sifat kekhu-
LAPORAN TAHUN 2007
susan SDG pangan dan pertanian, dan (2) pengaturan pemanfaatan SDG pangan dan pertanian melalui International Treaty. Sifat kekhususan SDG pertanian terletak pada keanekaragaman dalam spesies yang dikembangkan dan dipelihara oleh petani melalui sistem usahataninya. Petani sejak awal pertanian ada, telah melakukan pertukaran benih. Di sisi lain, kebutuhan pangan dunia akan bisa dipenuhi hanya apabila kebebasan penggunaan benih tersebut dapat dilakukan terus. Oleh sebab itu, masing-masing negara berada pada posisi saling bergantung. Masalahnya, SDG sebagian besar berada di negara berkembang, bukan di negara maju. Hal ini menjadi tantangan bagi International Treaty untuk menjembataninya.
tanaman tertentu yang merupakan sumber 80% pangan yang digunakan saat ini diperoleh. Dalam sistem multilateral, SDG yang diatur berasal dari (1) pemerintah negara anggota perjanjian yang mengikutsertakan SDG di bawah pengelolaan dan pengendaliannya dan di wilayah kepemilikan publik (public domain) dan (2) lembaga penelitian pertanian internasional. Pengaturan akses dan pembagian keuntungan didasarkan atas standar material transfer agreement yang dikembangkan oleh Governing Body. Penerima akses dari SDG tidak berhak untuk mengklaim hak perlindungan kekayaan intelektual yang menyebabkan terjadinya pembatasan berjalannya akses dan pembagian keuntungan melalui sistem multilateral tersebut.
SDG pertanian tidak hanya untuk dikonservasi tetapi juga dimanfaatkan, oleh sebab itu pertanian yang berkelanjutan dan pemanfaatan memiliki penekanan yang sama dengan konservasi terutama dalam menghadapi perubahan kebutuhan manusia dan perubahan fisik seperti pemanasan global. Dalam hal menjaga kelestarian sumber daya genetik pertanian, petani memegang peran penting. Oleh karenanya, dalam sistem perjanjian internasional, pemerintah dapat melindungi hak petani melalui perlindungan terhadap pengetahuan tradisional yang relevan serta mengatur petani untuk berpartisipasi dalam pembagian keuntungan yang seimbang dan menjamin petani turut serta dalam pengambilan keputusan di tingkat nasional mengenai SDG.
Dr. Seizo Sumida, Direktur Japan Bioindustry Association (JBA), memaparkan pengalaman pemerintah Jepang dalam mengimplementasikan Konvensi Keanekaragaman Hayati dalam melakukan akses terhadap SDG dan pembagian keuntungan yang diperoleh dari komersialisasi hasil pengembangan SDG dan kerja sama antara Pemerintah Jepang dan Indonesia dalam hal pemanfaatan SDG. Jepang meratifikasi CBD pada tahun 1993. Dalam struktur kabinet pemerintah Jepang, Departemen Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) merupakan competent national authority yang mengimplementasikan CBD-ABS. Sejak tahun 1993, JBA atas nama METI mengimplementasikan CBD-ABS. Di antara tahun 2002-2003, JBA mendiseminasikan Bonn Guidelines sebagai alat untuk melakukan akses dan pembagian keuntungan melalui delapan seminar nasional. Pada tahun 2005, atas hasil seminar tersebut
Pengaturan akses dan pembagian keuntungan di dalam perjanjian ini merupakan sistem multilateral yang bersifat legaly binding. Sistem multilateral ini mencakup
111
PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
disusun petunjuk nasional The Guidelines on ABS for Users in Japan dan didesiminasikan melalui 10 seminar nasional kepada industri dan akademisi. Kerja sama antara Jepang dan Indonesia berkaitan dengan akses dan pembagian keuntungan di antaranya adalah (1) JICA-JBA Group Training Course on Bioindustries for Government Officials and Researchers of Governmental Research Institute from Developing Countries, (2) NEDO-JBA-Indonesian Project: Research Cooperation in Conservation and Sustainable Use of Biodiversity, dan (2) NITE-Indonesia Project: Joint Research Project on Taxonomic and Ecological Studies of Fungi and Actinomycetes. Dr. Sutrisno (Ketua Pelaksana Harian Komnas SDG) menyampaikan bahwa dalam hal mengelola SDG, para pemangku kepentingan di Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk secara bersama-sama, sinergis dan harmonis membangun strategi nasional, meningkatkan kapasitas institusi yang mengelola SDG, memperkuat kerangka kerja formal, dan meningkatkan keefektifan regulasi yang berjalan. Kebijakan untuk memelihara keanekaragaman hayati pertanian harus serasi dengan peningkatan produksi pertanian untuk memenuhi permintaan produk, pilihan konsumen, dan keamanan pangan, mendukung pembangunan pedesaan, dan dapat/bisa menangani kelaparan dan kemiskinan. Dalam hal mengakses SDG, Indonesia harus mampu (1) mengatasi interkoneksi antar database keanekaragaman hayati pertanian yang ada dan penambahan koleksi data yang ada, (2) membangun pangkalan data mengenai perpindahan/pertukaran SDG di antara agroekosistem yang berbeda,
112
(3) membangun pangkalan data karakter SDG, dan (4) menetapkan peta SDG pertanian nasional. Dr. Tomohiro Kamogawa (Sakata Seed, Jepang) memaparkan pengalaman Sakata Seed mengakses SDG tanaman hias di Argentina. Antara tahun 1999-2004, JICA bekerja sama dengan INTA (Argentina) untuk mengembangkan varietas tanaman hias menggunakan SDG lokal, meliputi eksplorasi SDG dan transfer teknologi perakitan varietas. Selama lima tahun kerja sama telah dilakukan 40 kali ekspedisi untuk mengkoleksi 2.000 aksesi dan memetakan distribusi SDG. Pengalihan teknologi mencakup teknologi persilangan, mutasi, dan poliploidi. Saat ini telah diperoleh 10 kultivar yang disiapkan untuk didaftarkan sebagai kultivar asli, enam di antaranya telah memperoleh perlindungan varietas. Dua kultivar telah diperbaiki sifatnya melalui program pemuliaan dan dua kultivar lainnya diidentifikasi sebagai kultivar baru. Kerja sama ini telah mengembangkan pula aktivitas bersama dengan pihak lain dalam hal Collection Expedition and Evaluation Program (CEEP) untuk tumbuhan hias asli (native ornamental plants) dan Confidential Regional/World Wide Testing Program (RWWT) untuk introduksi hasil pengembangan seperti kultivar baru, galur harapan, dan materi genetik terevaluasi. Dr. Setiati Sastrapradja (pakar lingkungan Yayasan Naturindo) menjelaskan bahwa keanekaragaman hayati pertanian merupakan bentuk keanekaragaman hayati yang unik hasil karya petani mengelola SDG berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan sosial,
LAPORAN TAHUN 2007
ekonomi, dan budayanya, sehingga ruang lingkup konservasi keanekaragaman hayati pertanian akan mencakup aspek keanekaragaman genetik (tumbuhan, hewan, dan mikroba), lingkungan (agroekosistem), serta budaya dan petaninya. Agroekosistem Indonesia memiliki keunikan dalam keanekaragamannya. Keanekaragaman agroekosistem Indonesia telah didokumentasi dengan baik melalui studi KEPAS yang dilakukan oleh Deptan. Untuk itu, perlu penyamaan persepsi (main-stream) keanekaragaman hayati pertanian tercakup di dalam strategi ketahanan pangan, di Indonesia yang masih berbasis beras. Badan Litbang Pertanian diharapkan menjadi tumpuan untuk menjadi inisiator dalam memecahkan tantangan demi tantangan dibidang keamanan hayati pertanian. Prof. (Riset) Dr. Endang Sukara (Deputi I Ilmu Hayati, LIPI) menjelaskan bahwa mikroba memiliki peran penting di dalam menjaga kesehatan dan meningkatkan produktivitas tanaman. Perkembangan teknologi berhasil mengungkap bahwa mikroba dan tanaman berinteraksi saling mempengaruhi sampai pada tingkat molekuler untuk mengaktifkan atau menonaktifkan mekanisme genetik yang dimiliki masing-masing. Saat ini pemanfaatan SDG mikroba mengarah kepada pemanfaatan pengetahuan interaksi mikroba-tanaman untuk diterapkan dalam pertanian baik perbaikan varietas maupun peningkatan produksi, seperti pengendalian hayati, peningkatan kesuburan tanah dan pupuk hayati, bioremidiasi, dan produksi senyawa bioaktif. Ronny Novianto (Sekretariat Pelayanan Tani dan Nelayan Hari Pangan Sedunia)
memaparkan kegiatan yang dilakukan oleh LSM dalam hal konservasi SDG pertanian, antara lain mengembangkan Bank Benih Komunitas untuk benih lokal padi, sayuran, dan jagung, mendorong petani menggunakan teknologi tersedia, mempromosikan Desa Lestari, dan advokasi hukum kepada petani. Dari pemaparan nara sumber dan diskusi disimpulkan bahwa: 1. Keanekaragaman hayati pertanian merupakan keanekaragaman yang unik hasil karya petani dalam mengelola SDG berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, dan budayanya. Dengan demikian, ruang lingkup konservasi keanekaragaman hayati pertanian bukan sekedar SDG, tetapi juga mencakup lingkungan (agroekosistem), serta budaya dan petaninya. Pemahaman ini perlu diintegrasikan dalam isu-isu nasional yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati pertanian. 2. Terdapat dua mekanisme akses dan pembagian keuntungan SDG, yaitu sistem multilateral (ITPGRFA-FAO) dan bilateral Bonn Guidlines (CBD-ABS). ITPGRFA bersifat legally binding dan rinci sedangkan Bonn Guidlines bersifat voluntary dan umum. ITPGRFA memiliki keterbatasan hanya mengatur jenisjenis tertentu, sedangkan dalam Bonn Guidlines cakupan jenis tanaman dirinci di tingkat nasional dan bilateral dengan pengakses. 3. Perlu upaya harmonisasi persepsi dan program aksi bersama dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penge-
113
PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
lolaan SDG nasional. Menghidupkan kembali pembahasan RUU PPSDG merupakan kebutuhan bersama di samping memperkuat kapasitas nasional untuk mengimplementasikannya. 4. Aspek sosial ekonomi perlu menjadi bagian dalam pengelolaan SDG baik dalam hal membangun tata cara evaluasi ekonomi SDG, membangun kesadaran nasional atas pengelolaan SDG, maupun membangun nilai-nilai positif dari pengetahuan tradisional mengenai pangan. Penyiapan Bahan Promosi Penyiapan bahan promosi dilakukan dengan membuat visualisasi hasil litbang. Visualisasi disusun dengan mempertimbangkan kemudahan bagi publik untuk memahami isi dari hasil litbang tersebut. Untuk menyiapkan bahan visualisasi, Bidang KSPHP menghubungi peneliti untuk menyiapkan naskah dan gambar yang diperlukan. Visualisasi yang dihasilkan BBBiogen pada tahun 2007 adalah (1) Poster Perbaikan Tetua Padi Hibrida melalui Bioteknologi, Padi Varietas Code dan Angke Tahan Hawar Daun Bakteri, Feromon Serangga Insektisida Biorasional, Perbanyakan Tanaman Berkayu melalui Kultur In Vitro, Bank Gen, Laboratorium Kultur Jaringan, dan Profil BB-Biogen, (2) Leaflet Profil BB-Biogen (Bahasa Indonesia), Kit ELISA untuk Deteksi Dini Peanut Stripe Virus, Spesies Padi Liar Oryza spp., Angke dan Code Tahan Hawar Daun Bakteri, Feromon-Exi, Bioaktivator, dan (3) Video profil BB-Biogen.
114
Penerimaan Kunjungan Penerimaan kunjungan merupakan bagian dari pelayanan terhadap publik yang ingin mengetahui aktivitas penelitian bioteknologi dan juga merupakan media sosialisasi institusi BB-Bogen. Kegiatan ini telah berjalan sejak tahun 2003 dan bersifat tanpa pungutan biaya. Instansi yang akan berkunjung mengirim surat ke BB-Biogen, selanjutnya Bidang KSPHP berkoordinasi dengan wakil dari Kelti untuk menerima kunjungan. Selama tahun 2007, BB-Biogen menerima 21 kunjungan dari siswa SMA, mahasiswa, peneliti, dan peserta pelatihan (Lampiran VII.2). Sebelum mengunjungi laboratorium, biasanya peserta melihat tayangan profil BB-Biogen sehingga mereka memperoleh gambaran mengenai BBBiogen dan kegiatannya. PENGELOLAAN DOKUMENTASI DAN PUBLIKASI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pengelolaan dokumentasi dan publikasi litbang mencakup penerbitan publikasi, penyampaian informasi, dan pengelolaan perpustakaan. Publikasi yang diterbitkan oleh BB-Biogen selama TA 2007 terdiri atas jurnal dan buletin ilmiah serta warta. Pada TA 2007 BB-Biogen menerbitkan satu volume Jurnal Agrobiogen, satu volume Buletin Plasma Nutfah, satu nomor Warta Plasma Nutfah Indonesia, satu volume Warta Biogen, dua buah buku, dan secara rutin mengelola majalah dinding. Terbitan tersebut telah disebarluaskan ke-225 instansi. Pada tahun 2007, peneliti BB-Biogen menerbitkan 18 karya tulis ilmiah baik pada media publikasi yang diterbitkan BB-
LAPORAN TAHUN 2007
Biogen atau di media publikasi yang diterbitkan oleh penerbit lain di dalam dan luar negeri (Lampiran VII.3). Jurnal Ilmiah Mulai tahun 2007, BB-Biogen hanya menerbitkan satu Jurnal Ilmiah, yaitu Jurnal Agrobiogen. Pada jurnal terbitan Volume 3 Nomor 2 terjadi pergantian anggota Dewan Redaksi, karena Dr. Novianti Sunarlim pindah tugas ke Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Riau. Dewan Redaksi Jurnal Agrobiogen selanjutnya terdiri dari Dr. Muhammad Machmud (Ketua), Dr. Sutrisno (Anggota), Dr. Ika Mariska (Anggota), Dr. Bahagiawati (Anggota), dan Ir. Tiur S. Silitonga, MS (Anggota). Pada TA 2007, Dewan Redaksi menerima 23 naskah yang terdiri dari empat naskah mengenai bioteknologi molekuler, sembilan naskah mengenai biologi sel dan jaringan, empat naskah mengenai biokimia/serologi, dan enam naskah mengenai pengelolaan sumber daya genetik. Berdasarkan hasil pertemuan Dewan Redaksi, 12 naskah dapat dimuat dalam Jurnal Agrobiogen Volume 3 Nomor 1 dan Nomor 2. Dari 11 naskah yang tidak dapat diterbitkan, dua naskah disarankan diterbitkan di Buletin Plasma Nutfah, empat naskah dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki, dan lima naskah tidak sesuai dengan ruang lingkup Jurnal Agrobiogen (Lampiran VII.4). BB-Biogen menerbitkan sebuah buletin khusus mengenai plasma nutfah pertanian. Selama TA 2007, Dewan Redaksi Buletin menerima 20 naskah. Pertemuan Dewan Redaksi menetapkan 12 naskah di-
muat dalam Buletin Plasma Nutfah Volume 3 Nomor 1 dan Nomor 2 dan tujuh naskah dikembalikan ke penulisnya untuk diperbaiki sesuai dengan saran Dewan Redaksi dan satu naskah ditolak (Lampiran VII.5). Warta BB-Biogen menerbitkan dua buah warta, yaitu Warta Plasma Nutfah Indonesia dan Warta Biogen. Warta Plasma Nutfah Indonesia merupakan media komunikasi dan pemasyarakatan plasma nutfah. Sedangkan Warta Biogen merupakan warta internal lingkup BB-Biogen yang memuat informasi kebijakan, artikel bebas, abstrak hasil penelitian, atau berita lain. Pada tahun 2007, terbit Warta Plasma Nutfah Indonesia No. 19 yang memuat 10 artikel dan dua berita dan Warta Biogen Volume 3 Nomor 1-3 yang memuat delapan berita dan sembilan artikel bebas. Buku Pada tahun 2007, BB-Biogen menerbitkan dua buah buku, yaitu Lima Tahun Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian di BB-Biogen dan Laporan Tahun 2006 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian. Buku Lima Tahun Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian di BB-Biogen memuat hasil dan perkembangan penelitian bioteknologi dan sumber daya genetik di BB-Biogen pada kurun waktu 2003-2007 yang dibiayai oleh APBN. Buku ini terdiri dari lima bab, yaitu Pendahuluan, Struktur dan Kegiatan Organisasi, Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana, dan Hasil dan Kegiatan yang mencakup program dan evaluasi,
115
PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
penelitian, kelembagaan, serta dokumentasi dan diseminasi hasil penelitian.
Dokumentasi Bahan Cetakan Elektronik dan Foto
Bahan buku ini disusun secara berjejang oleh peneliti di masing-masing Kelti untuk kegiatan penelitian dan staf Bagian/ Bidang untuk kegiatan non penelitian. Bahan yang sudah disusun kemudian disunting oleh Tim Penyunting yang ditunjuk oleh Kepala BB-Biogen. Buku ini memberikan gambaran status kegiatan penelitian dan pengembangan yang dicapai oleh BBBiogen pada kurun waktu 2003-2007.
Status bahan-bahan dokumentasi yang berupa bahan cetak, maupun elektronik yang dihasilkan selama tahun 2007 sebagai berikut:
Buku Laporan Tahun 2006 BB-Biogen berisi hasil kegiatan yang menonjol dalam penelitian (1) pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya genetik pertanian; (2) rekayasa dan pemanfaatan teknik biologi molekuler dan rekayasa genetik untuk perbaikan tanaman dan ternak; (3) pemanfaatan kultur in vitro untuk perbanyakan tanaman, perbaikan varietas, dan produksi senyawa metabolit sekunder; dan non penelitian yang dilaksanakan selama tahun 2006. Di samping hasil kegiatan penelitian, juga dilaporkan kegiatan yang berkaitan dengan ketatausahaan, perencanaan dan evaluasi, serta kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian. Bahan laporan dikumpulkan oleh Bidang PE dari penanggung jawab kegiatan dan dari Bagian/Bidang. Bahan tersebut kemudian disunting oleh Tim yang ditunjuk oleh Kepala BB-Biogen. Majalah Dinding Majalah dinding merupakan rekaman foto dari aktivitas staf BB-Biogen selama tahun 2007 yang disajikan setiap bulan.
116
1. Jurnal Agrobiogen Volume 3 Nomor 1 dan 2. 2. Buletin Plasma Nomor 1 dan 2.
Nutfah
Volume
13
3. Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19. 4. Warta Biogen Volume 3 Nomor 1, 2, dan 3. 5. Buku Lima Tahun Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian di BB-Biogen. 6. Laporan Tahun 2006. 7. CD publikasi, bahan presentasi seminar rutin, seminar hasil penelitian tahun 2006, dan seminar internasional Management of Genetic Resources, foto kegiatan pameran, kegiatan demplot, kegiatan penerimaan kunjungan, kegiatan seminar, lokakarya, pelatihan, fasilitas, hasil penelitian, dan foto kegiatan rapat. 8. VCD Seminar Pengelolaan Keuangan Departemen Pertanian 24 Januari 2007; Demplot Code dan Angke; Temu Petani Code-Angke; Temu Wicara Tanaman Padi Varietas Code dan Angke Ciranjang-Cianjur, 18 April 2007; Agro & Food Expo 10-14 Mei 2007; Rapat Kerja Sama Badan Litbang Pertanian 9 Maret 2007; Penas XII, Palembang 7-12 Juli 2007; Temu Wicara Pemanfaatan Feromon-Exi untuk Mengendalikan Ulat Bawang (Spodoptera exigua), Nganjuk
LAPORAN TAHUN 2007
9 Agustus 2007; International Seminar on Management of Agricultural Genetic Resources, Bogor, 21 August 2007; Ekspose Biogen 2007, 22-23 Agustus 2007; Lokakarya Program Kerja Keanekaragaman Hayati, 24 Agustus 2007; dan Temu Lapang Pemanfaatan FeromonExi untuk Mengendalikan Ulat Bawang (Spodoptera exigua), Brebes, 30 Agustus 2007
koordinasi dengan nara sumber untuk menyiapkan materi siaran. Sebelum siaran berlangsung, materi dikirim ke Humas Badan Litbang Pertanian dan RPC. Topik yang disampaikan pada acara Karedok, yaitu: 1. UU RI No. 4 Tahun 2006 tentang Pengesahan Perjanjian Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (Dr. Sutoro dan Drh. Agus Nurhadi, MS)
Penyampaian Informasi pada Media Massa
2. Varietas Padi Code dan Angke (Dr. Sutoro dan Dr. Suwarno)
Pada tahun 2007, BB-Biogen mendiseminasikan informasi pada tiga jenis media massa, yaitu televisi, radio, dan media cetak. Jadwal mengisi siaran televisi ditentukan oleh PUSTAKA. Materi disusun oleh para nara sumber yang dikoordinasikan oleh Seksi PHP. Pada tanggal 29 Juli 2007, BBBiogen mengisi acara Kampung Agro di TVRI dengan topik Kasmaran Berakhir Maut dengan nara sumber Dr. I Made Samudra (peneliti Feromon) dan Pardi (petani bawang merah dari Gebang, Cirebon). Pada acara tersebut disosialisasikan penggunaan Feromon-Exi, yaitu insektisida biorasional yang ramah lingkungan untuk mengendalikan ulat bawang (Spodoptera exigua) yang menyerang pertanaman bawang merah.
3. Pembuatan Kompos dari Limbah Tanaman Mengunakan Teknologi Bioaktivator (Dra. Selly Salma, MSi)
Acara Karedok di Radio Pertanian Ciawi (RPC) merupakan acara yang dikoordinir oleh Badan Litbang Pertanian dan diisi oleh Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis lingkup Badan Litbang Pertanian. Badan Litbang Pertanian mengirim jadwal mengisi acara Karedok dan sebagai tindak lanjut dari pengiriman jadwal tersebut, Seksi PHP menghubungi dan melakukan
4. Aplikasi Kultur Jaringan dalam Perbanyakan Tanaman (Dr. Endang G. Lestari dan Dr. Ragapadmi Purnamaningsih) Acara siaran di Radio Republik Indonesia (RRI) dilakukan atas tawaran dari RRI Bogor, merupakan tindak lanjut dari Temu Lapang pada saat panen padi varietas Code dan Angke di Cianjur. Topik yang disampaikan adalah Padi Varietas Code dan Angke dengan nara sumber Dr. Karden Mulya. Selain mengisi siaran radio, pada tahun 2007 beberapa media cetak menerbitkan tujuh artikel dari BB-Biogen, yaitu: 1. Bawang Merah, Maut Menjemput Saat Kasmaran (Trubus 447 Februari 2007/XXXVIII) 2. Varietas Angke dan Code Bisa Jadi Alternatif (Kompas, 19 April 2007) 3. Pemerintah Meluncurkan Dua Varietas Padi (Pikiran Rakyat, 19 April 2007) 4. BB-Biogen Perkenalkan Varietas Padi (Sindo, 20 April 2007)
117
PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
5. BB-Biogen Ciptakan Varietas Padi Unggulan (Radar Bogor, 20 April 2007) 6. Di Cianjur Varietas Code dan Angke Siap Gantikan IR64 (Sinar Tani, 25 April1 Mei 2007) Penyampaian Informasi melalui Demplot Hasil Litbang Hasil penelitian BB-Biogen dapat berbentuk produk seperti galur/varietas tanaman atau pestisida hayati. Produk yang berupa input pertanian akan lebih dikenal dan dipahami oleh pengguna apabila ditampilkan dalam bentuk aplikasi dalam bentuk demonstrasi plot (demplot). Pada tahun 2007, BB-Biogen melaksanakan tiga demplot, yaitu (1) demplot budi daya padi varietas Code dan Angke, (2) demplot pemanfaatan Feromon-Exi untuk mengendalikan ulat bawang (Spodoptera exigua) di Nganjuk, Jawa Timur, dan (3) demplot pemanfaatan Feromon-Exi untuk mengendalikan ulat bawang (Spodoptera exigua) di Brebes, Jawa Tengah. Sebelum melaksanakan demplot, BB-Biogen melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian dan BPTP yang mencakup wilayah demplot untuk menentukan lokasi dan petani kooperator. 1. Demplot Budi Daya Padi Varietas Code dan Angke Demplot padi varietas Code dan Angke dilakukan di lahan petani di Desa Cibiuk, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur-Jawa Barat dengan tujuan untuk menunjukkan keunggulan varietas padi yang tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) atau kresek. Demplot yang dilakukan pada lahan seluas 5 ha milik 14 petani di Desa Ciran-
118
jang merupakan hasil kerja sama BBBiogen, BB Padi, BPTP Jawa Barat, dan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Code dan Angke sudah dilepas sejak tahun 2001 tetapi belum banyak petani mengenalnya. Keistimewaan varietas Code dan Angke terletak pada metode seleksi hasil persilangan IR64 dengan varietas dari IRRI, IRBB5 (pembawa gen xa-5) dan IRBB7 (pembawa gen xa-7). Silang balik dilakukan hingga BC6 dan setiap tahap silang balik dilakukan seleksi tanaman yang tahan HDB dengan inokulasi buatan dan dikonfirmasi dengan marka molekuler sehingga tanaman yang terpilih benar-benar mengandung gen ketahanan yang dimaksud. Varietas Code dan Angke memiliki kualitas beras yang sama dengan varietas IR64. Pada saat panen, dilakukan acara Temu Wicara di depan lokasi demplot. Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Asisten Daerah II Kabupaten Cianjur (wakil Bupati), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Kepala BB-Biogen, Kepala Pusat PUSTAKA (mewakili Kepala Badan Litbang Pertanian), Kepala BBP2TP, BPTP Jawa Barat, Perwakilan IRRI, Petugas Lapang (PPL, KCD, POPT), dan Muspika Kecamatan Ciranjang. Selain itu, acara ini dihadiri pula oleh ratusan petani dari sekitar lokasi demplot. Setelah dilakukan panen ubinan, dilaksanakan tanya jawab antara petani dengan para pejabat yang hadir. Secara umum petani Kabupaten Cianjur mera-
LAPORAN TAHUN 2007
sa senang daerahnya dipakai sebagai demplot Code-Angke sehingga diharapkan akan meningkatkan pengetahuan mereka. Ada kekhawatiran dari petani bahwa sifat tahan varietas Code-Angke ini tidak akan bertahan lama, hal tersebut sudah disadari oleh para pemulia padi dan upaya untuk merakit varietas baru sedang dilaksanakan. Pada akhir acara ini diserahkan 40 kg benih Code dan Angke dari BB-Biogen kepada Pemda Cianjur untuk digunakan oleh petani. 2. Demplot Aplikasi Feromon Seks pada Bawang Merah Feromon seks adalah senyawa kimia yang khas dikeluarkan oleh serangga betina tertentu untuk menarik serangga jantannya. Feromon seks dapat dibuat bentuk sintetisnya dan digunakan untuk memperangkap serangga hama tertentu sehingga populasinya dapat diturunkan. Pemanfaatan feromon seks dalam pengendalian hama di lapang aman karena sifat senyawa yang selektif, yaitu hanya menarik spesies jantan hama yang akan dikendalikan, tidak diaplikasikan langsung ke tanaman atau ke tanah, dan hanya digunakan dalam jumlah kecil (beberapa ml setiap ha). Demplot penggunaan Feromon-Exi dilakukan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur dan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Pelaksanaan demplot FeromonExi di Kabupaten Nganjuk dilakukan di lima lokasi, yaitu Desa Sukorejo, Desa Bagor Kulon, Desa Banaran Kulon, Desa Kendalrejo, dan Desa Mungkung.
Masing-masing lokasi dipasang sekitar 100 perangkap feromon. Sampai saat ini pengendalian ulat bawang di Kabupaten Nganjuk, utamanya dilakukan dengan insektisida dan perangkap berlampu. Pemakaian perangkap berlampu mulai ditinggalkan petani bawang karena risiko tinggi tersengat aliran listrik, kabel, dan lampu sering dicuri. Sebagai rangkaian kegiatan demplot aplikasi feromon seks pada bawang merah, BB-Biogen bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Nganjuk menyelenggarakan Temu Lapang pada tanggal 9 Agustus 2007 di Desa Sukorejo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Temu lapang dihadiri oleh Bupati Nganjuk, Staf Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Nganjuk, PPL, aparat desa, dan petani. Dalam sambutannya Bupati Nganjuk menyambut teknologi yang dapat membantu meningkatkan produksi dan penghasilan petani. Aplikasi perangkap berferomon yang dicoba di lima kelompok petani bawang merah mendapat respon yang sangat baik karena teknologi dapat menekan biaya pestisida dan ramah lingkungan. Pelaksanaan demplot di Kabupaten Brebes dilakukan bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Konservasi Tanah Kabupaten Brebes. Pemasangan perangkap dilakukan di Desa Glonggong, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, di lahan Kelompok Tani Berkah Tani. Sebagai rangkaian kegiatan demplot, pada tanggal 30 Agustus
119
PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
2007 diselenggarakan Temu Lapang Pemanfaatan Feromon-Exi untuk Mengendalikan Ulat Bawang (Spodoptera exigua) di Desa Glonggong, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes. Acara ini dihadiri oleh wakil dari Pemda Kabupaten Brebes, anggota DPRD Kabupaten Brebes, PPL, aparat desa, dan petani. Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Konservasi Tanah Kabupaten Brebes menyampaikan bahwa mengendalikan ulat bawang dengan perangkap berlampu menyebabkan semua serangga terperangkap sedangkan dengan Feromon hanya menangkap serangga tertentu saja sehingga dapat mengendalikan lingkungan. Selain itu, beliau mengingatkan bahwa di Kabupaten Brebes telah dua kali dicoba pemanfaatan Feromon-Exi sehingga ke depannya tidak perlu ada uji coba lagi tetapi sudah dapat diproduksi. PERPUSTAKAAN Pelayanan perpustakaan BB-Biogen diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan peneliti untuk dapat mengakses sumber informasi ilmiah secara cepat, tepat, dan mudah dengan memanfaatkan teknologi infomasi. Untuk itu, Perpustakaan BBBiogen sedang mengubah sistem pelayanan manual menyeluruh (fully manual system) ke kombinasi manual-dijital perpustakaan. Dalam proses perubahan tersebut, peningkatan kapasitas perangkat keras, perangkat lunak, jenis media, dan SDM secara bertahap dilakukan. Di masa depan, pengelola perpustakaan dituntut untuk memiliki kompetensi keilmuan (perpustaka-
120
an), kompetensi kebahasaan, dan kompetensi penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Pengelolaan perpustakaan tidak hanya terbatas pada administrasi simpan pinjam pustaka, tetapi akan melingkupi perencanaan pengembangan dan evaluasi sistem. Aset Perpustakaan Koleksi pustaka pada tahun 2006 tercatat 3.422 eksemplar judul buku, 803 jurnal penelitian ilmiah, dan 469 tesis/disertasi. Pada tahun 2007, Perpustakaan menerima 228 eksemplar jurnal baru yang terdiri atas 61 eksemplar hasil pembelian dan 167 eksemplar hasil hibah/pertukaran, 86 eksemplar buku, dan 5 tesis. Informasi koleksi pustaka disusun dalam suatu web katalog yang dapat diakses melalui intra net, yaitu http://10.1.1.167/ igloo. Sistem ini dikembangkan dari grand design perpustakaan dijital oleh PUSTAKA, Deptan. Tampilan dan menu web hasil modifikasi diadaptasikan dengan kebutuhan BB-Biogen, meliputi koneksi dengan e-journal (current publication): Proquest Agricultural Online Journals, e-journal: Entomological Society of America (ESA) Publication, e-journal: Science Direct, e-journal: International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology (IJSEM), e-journal: In Vitro Plant (SIVB), aplikasi bibliografi jurnal TEEAL, web katalog online Pustaka: www.pustaka-deptan.go.id, jurnal ilmiah yang terdapat dalam publikasi Science Direct, Proquest Online, Journals, dan TEEAL (format pdf), daftar buku/jurnal terbaru, dan counting/statistik pengunjung.
LAPORAN TAHUN 2007
Pelayanan Jasa Perpustakaan
Pengelolaan Perpustakaan
Pelayanan Perpustakaan BB-Biogen berupa pelayanan tamu, penelusuran pustaka melalui e-mail, dan penyebarluasan informasi melalui Warta Pustaka dan Majalah Dinding. Pengunjung perpustakaan yang meminjan bahan pustaka pada tahun 2007, yaitu 190 orang peneliti dan non peneliti BB-Biogen, 33 orang peneliti dari luar BB-Biogen, 220 mahasiswa, lima orang pelajar, dan enam orang dari swasta. Sedangkan pengunjung melalui e-mail tercatat 12 orang dan pengunjung perpustakaan online sekitar 100 orang. Topik literatur yang banyak dicari mengenai tanaman pangan seperti padi, kedelai, jagung, umbiumbian serta tanaman hias dan sayuran. Sedangkan subjek yang banyak dicari antara lain hama dan penyakit, bioteknologi, kultur jaringan, enzim, rekayasa genetik, insektisida, biologi molekuler, biologi kontrol, data statistik, dan penanganan benih.
1. Bibliografis Buku dan Artikel Jurnal Ilmiah
Penyampaian informasi terbaru pustaka dilakukan melalui majalah dinding dan e-mail. Pelayanan melalui pengiriman e-mail kepada peneliti berupa penyampaian informasi keberadaan pustaka baru dan pengiriman makalah atas dasar permintaan peneliti. Informasi koleksi buku/jurnal baru, informasi alamat e-book dan e-journal, serta informasi fulltext dari jurnal penelitian yang sudah dibuat versi offline dikirim Perpustakaan melalui e-mail kepada peneliti. Warta Pustaka merupakan media komunikasi internal antara Perpustakaan dengan peneliti dan staf administrasi di BBBiogen. Pada tahun 2007, terbit dua warta, yaitu pada bulan April dan Oktober.
Sebagai upaya efisiensi dan antisipasi terhadap kendala waktu, maka Perpustakaan BB-Biogen mengambil inisiatif untuk membuat versi offline data bibliografi dan artikel-artikel dalam bentuk CD-ROM dari jurnal-jurnal luar negeri yang dilanggan secara online oleh Pustaka maupun BB-Biogen. Selanjutnya data bibliografi dari artikel yang sesuai dengan mandat BB-Biogen akan diinput ke dalam database WINISIS. Pada tahun 2007 sudah dihasilkan 1.500 judul artikel dalam bentuk pdf: jurnal economic entomology dan environmenttal entomology, plant science, crop science, phythopathology, molecular plant-microbe interaction.
Pemutakhiran katalog dijital dilakukan dengan memasukkan data abstrak dan bibliografi antara lain mencakup judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan kata kunci dari berbagai sumber antara lain penelitian yang telah dilakukan di BB-Biogen secara time series, koleksi buku/texbook, artikel dalam jurnal ilmiah/prosiding dalam pangkalan data WINISIS. Jumlah artikel yang sudah masuk dalam pangkalan data pada tahun 2007 sebanyak 680 artikel dari jurnal ilmiah dan prosiding serta 1.836 textbook/ reference. Jumlah ini cukup meningkat signifikan dibandingkan dengan kondisi tahun 2006 yang baru mencapai 80 artikel dari prosiding dan 120 textbook. 2. Penyusunan Artikel dalam CD-ROM
121
PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lampiran VII.1. Keikutsertaan BB-Biogen dalam pameran yang dikoordinir/diselenggarakan Badan Litbang Pertanian. No. Kegiatan 1. Agrinex Conference & Expo 2007 2. Pameran dalam rangka panen raya padi 3. Agro & Food Expo 2007
4. Open house penelitian dan pengembangan tanaman padi
5. Pekan Nasional Petani Nelayan Indonesia (PENAS) XII Tahun 2007
6. Pekan Inovasi Teknologi Pertanian II
Tempat dan waktu Jakarta Convention Center,16-18 Maret 2007
Poster Perbaikan tetua Padi Hibrida melalui Bioteknologi, Leaflet Spesies Padi Liar (Oryza sp.) Desa Nambaru, Kecamatan Parigi Poster Feromon Serangga Insektisida Selatan, Kabupaten Parigi Biorasional, Leaflet Feromon-Exi Moutong, Sulteng, 30 April 2007 Semanggi Expo Jakarta, 10-13 Poster Perbanyakan Bibit Tanaman Buah Mei 2007 melalui Kultur Jaringan, Leaflet Profil BBBiogen dan Teknologi Produksi Bibit Abaka melalui Kultur Jaringan, Contoh bibit dalam botol kultur, bibit pisang Kepok Kuning, Ambon Kuning, Ambon Hijau, Raja Bulu, dan Barangan yang siap ditanam di lapang Balai Besar Penelitian Tanaman Poster Padi Varietas Code dan Angke Padi, 19-21 Juni 2007 Tahan Hawar Daun Bakteri, Perbaikan Tetua Padi melalui Bioteknologi, Leaflet Spesies Padi Liar (Oryza sp.), Contoh benih dan beras padi varietas Code, padi liar (Oryza granulata, O. longiglumis, dan O. Ridleyi) Kabupaten Banyuasin, Sumatera Poster Padi Varietas Code dan Angke Selatan, 7-12 Juli 2007 Tahan HDB, Feromon Serangga BioRasional Insektisida, Leaflet Profil BBBiogen, Padi Varietas Code dan Angke Tahan HDB, Feromon-Exi, Contoh benih dan beras Code Kampus Penelitian Pertanian Poster Perbanyakan Tanaman Berkayu Cimanggu, 20-29 Agustus 2007 melalui Kultur In Vitro, Feromon Serangga Insektisida Biorasional, Contoh bibit hasil kultur jaringan dalam botol, Leaflet Profil BBBiogen, Feromon-Exi Hotel Bidakara Jakarta, 20-21 Poster Perbanyakan Tanaman Berkayu November 2007 melalui Kultur In Vitro
7. Pameran dan Promosi Inovasi Teknologi Perkebunan 2007 untuk Mendukung Revitalisasi Perkebunan 8. Promosi Hortikultura 2007 Lapangan Aldiron dan Komplek Bidakara, Jakarta, 22-25 November 2007
122
Materi yang dipamerkan
Poster Feromon Serangga Insektisida Biorasional, Perbanyakan Bibit Tanaman Buah melalui Kultur Jaringan, Perbanyakan bibit Tanaman Hias melalui Kultur Jaringan; Leaflet Feromon-Exi, Profil BB-Biogen
LAPORAN TAHUN 2007
Lampiran VII.2. Kunjungan. No. Asal
Tanggal
Lokasi yang dikunjungi
1. Politeknik Kesehatan Bandung, Jurusan Keperawatan, Program Studi Keperawatan Bogor 2. Ikatan Mahasiswa Agronomi, Fakultas Pertanian UGM 3. ”The Scientific Programme IndonesiaNetherlands (SPIN) (kerja sama INDOSOL)
18 Januari 2007
4. SMA Negeri 5 Bogor
6 Maret 2007
5. Program Pascasarjana Universitas Winaya Mukti Bandung
6 Maret 2007
6. Universitas Negeri Semarang
7 Maret 2007
14 Mei 2007 31 Mei 2007
Laboratorium Kultur Jaringan, Laboratorium Biologi Molekuler, Bank Gen Laboratorium Biologi Molekuler, Fasilitas Uji Terbatas, Bank Gen Bank Gen, Laboratorium Kultur Jaringan, Laboratorium Biologi Molekuler Laboratorium Kultur Jaringan, Bank Gen, Unit Komersialisasi Teknologi Laboratorium Kultur Jaringan, Laboratorium Biologi Molekuler, Bank Gen, Unit Komersialisasi Teknologi Laboratorium Kultur Jaringan, Laboratorium Biologi Molekuler, Fasilitas Uji Terbatas, Bank Gen, Unit Komersialisasi Teknologi Laboratorium Kultur Jaringan Laboratorium Biologi Molekuler
7 Juni 2007
Bank Gen
13 Juni 2007
Laboratorium Kultur Jaringan, Bank Gen Laboratorium Kultur Jaringan, Bank Gen Kelti BM , Kelti BSJ Laboratorium Mikrobiologi, Bank Gen
7. Fakultas Biologi Universitas Nasional 8. Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 9. Peserta Pelatihan Analis Benih Tingkat Lanjutan (Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura) 10. Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon 11. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Bandung 12. Kementerian Negara Riset dan Teknologi 13. Perhimpunan Mahasiswa Mikrobiologi, Fakultas Pertanian UGM 14. Fakultas Pertanian Universitas Nasional 15. SMA Lazuardi 16. SMA Insan Kamil 17. SMA Insan Kamil 18. Peserta Third Country Training Program (TCTP) Agro-business Technology dari Republik Islam Afghanistan 19. SMA Insan Kamil 20. Pennsylvania Statet University 21. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor
30 Januari 2007 13 Februari 2007
21 Juni 2007 21 Juni 2007 25 Juni 2007
8 November 2007 Laboratorium Kultur Jaringan 14 November 2007 Laboratorium BM, Laboratorium Kultur Jaringan, Bank Gen 15 November 2007 Laboratorium Kultur Jaringan 19 November 2007 Laboratorium Kultur Jaringan 22 November 2007 Laboratorium Kultur Jaringan, Bank Gen, Laboratorium BM, Fasilitas Uji Terbatas 26 November 2007 Laboratorium Kultur Jaringan 27 November 2007 Laboratorium BM 29 November 2007 Laboratorium Kultur Jaringan, Bank Gen
123
PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lampiran VII.3. Daftar makalah peneliti BB-Biogen yang dipublikasi pada tahun 2007. Judul
Penulis
Spektrum ketahanan galur haploid ganda turunan IR64 D.W. Utami, A.D. Ambarwati, A. Apriana, A. Sisharmini, I. dan Oryza rufipogon yang mengandung QTL Hanarida, D. Tharreau, dan ketahanan terhadap penyakit blas (Pir) Santosa Parameter genetik jagung populasi Bisma pada Sutoro, A. Bari, Subandi, dan pemupukan yang berbeda. II. Ragam dan korelasi S. Yahya genetik karakter sekunder Isolasi dan karakterisasi aktinomisetes penghasil D.N. Susilowati, R.D. Hastuti, antibakteri enteropatogen Escherichia coli K1.1, dan E. Yuniarti Pseudomonas pseudomallei 02 05, dan Listeria monocytogenes 5407 Pemanfaatan tanaman hasil rekayasa genetik: Status, Bahagiawati dan Sutrisno regulasi, dan metode deteksi di Indonesia Regenerasi pepaya melalui kultur in vitro D. Damayanti, Sudarsono, I. Mariska, dan M. Herman In vitro culture manipulation on pruatjan for secondary I. Roostika, R. metabolite production Purnamaningsih, I. Darwati, dan I. Mariska Teknik isolasi dan kultur protoplas tanaman padi D. Sukmadjaja, N. Sunarlim, E G. Lestari, I. Roostika, dan T. Suhartini Pengaruh hormon asam indol asetat yang dihasilkan P. Lestari, D.N. Susilowati, Azospirillum sp. terhadap perkembangan akar padi dan E.I. Riyanti Sebelas tahun perkembangan jagung Bt dan statusnya M. Herman secara global Seleksi bobot biji jagung pada lingkungan seleksi dan Sutoro lingkungan target dengan intensitas cekaman berbeda
Terbitan Jurnal Agrobiogen Vol. 3 No. 1. 2007
Jurnal Agrobiogen Vol. 3 No. 1. 2007 Jurnal Agrobiogen Vol. 3 No. 1. 2007
Jurnal Agrobiogen Vol. 3 No. 1. 2007 Jurnal Agrobiogen Vol. 3 No. 2. 2007 Jurnal Agrobiogen Vol. 3 No. 2. 2007 Jurnal Agrobiogen Vol. 3 No. 2. 2007
Jurnal Agrobiogen Vol. 3 No. 2. 2007 Jurnal Agrobiogen Vol. 3 No. 2. 2007 Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 26 No. 1. 2007 Evaluasi karakteristik mutu giling, mutu tanak dan S.D. Indrasari, A.A. Daradjat, Penelitian Pertanian kandungan protein-besi kompleks pada beberapa I.H. Somantri, dan Komari Tanaman Pangan Vol. 26 genotipe padi No. 1. 2007 Respon terkorelasi karakter sekunder tanaman jagung Sutoro Penelitian Pertanian pada seleksi di lingkungan pemupukan berbeda Tanaman Pangan Vol. 26 No. 2. 2007 Plasma nutfah jagung sebagai sumber gen dalam S.G. Budiarti Buletin Plasma Nutfah program pemuliaan Vol. 13 No. 1. 2007 Status pengelolaan plasma nutfah jagung S.G. Budiarti Buletin Plasma Nutfah Vol. 13 No. 1. 2007 Karakteristik umbi plasma nutfah tanaman talas M. Setyowati, I. Hanarida, dan Buletin Plasma Nutfah (Colocasia esculenta) Sutoro Vol. 13 No. 2. 2007 Variasi morfologi dan virulensi Phytophthora capsici D. Wahyuno, D. Manohara, Buletin Plasma Nutfah asal lada dan D.N. Susilowati Vol. 13 No. 2. 2007 Buletin Agronomi Vol. 3 Evaluasi ketahanan tanaman padi haploid ganda calon I.S. Dewi, A. Apriana, A. tetua padi hibrida terhadap wereng batang coklat dan Sisharmini, dan I.H. Somantri No. 1. 2007 hawar daun bakteri Cell signaling and response via mitogen activated D. Matsuoka, T. Hadiarto, dan Plant Stress, Global prokin kinase (MAPK) cascade in Arabidopsis T. Nammori Science Books. 2007
124
LAPORAN TAHUN 2007
Lampiran VII.4. Daftar naskah Jurnal Agrobiogen Volume 3 Nomor 1 dan Nomor 2. No. Judul Bioteknologi Molekuler 1. Spektrum ketahanan galur haploid ganda turunan IR64 dan Oryza rufiopogon yang mengandung QTL ketahanan terhadap penyakit blas (Pir) 2. Pemanfaatan tanaman hasil rekayasa genetik: Status, regulasi, dan metode deteksi di Indonesia 3. Sebelas tahun perkembangan jagung Bt dan statusnya secara global 4. Sponge molecular screening for antimicrobial genes by PCR Biologi Sel dan Jaringan 5. Kriopreservasi untuk konservasi plasma nutfah tanaman: Peluang dan pemanfaatannya di Indonesia 6. Regenerasi pepaya secara kultur in vitro 7. Pengaruh iradiasi sinar gamma pada pertumbuhan kalus dan keragaman planlet tanaman nilam 8. Pengaruh hormon asam indol asetat yang dihasilkan Azospirillum sp. terhadap perkembangan akar padi 9. In vitro culture manipulation of pruatjan for secondary metabolite production 10. Karakterisasi secara morfologi abnormalitas embrio somatik kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) dari eksplan daun 11. Growth and alkaloid content of Rauvolfia serpentina (L.) Benth. Ex Kurz on different cultura ages 12. Studi regenerasi untuk rekayasa genetik tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) tahan gemini virus 13. Fusi protoplas tanaman perkebunan sebagai upaya pembuatan bibit unggul secara cepat Biokimia/Serologi 14. Parameter genetik jagung populasi Bisma pada pemupukan yang berbeda: II. Ragam dan korelasi genetik karakter sekunder 15. Toksisitas bakteri simbion nematoda patogen serangga asal Lampung dan Pelabuhan Ratu terhadap larva Tenebrio monitor 16. Mekanisme pertahanan tanaman padi terhadap patogen cendawan dan bakteri 17. Homology and analysis of the deduced amino acid sequence of the midc and gene induction experiment suggest that mimosine is actively transported Pengelolaan Sumber Daya Genetika 18. Isolasi dan karakterisasi aktinomicetes penghasil antibakteri enteropatogen Escherichia coli K1.1, Pseudomonas pseudomallei 02 05, dan Listeria monocytogenes 5407 19. Isolasi, kultur, dan fusi protoplas pada tanaman padi liar 20. Status koleksi plasma nutfah jagung
Klasifikasi Satus Primer
Terbit
Tinjauan
Terbit
Tinjauan Primer
Terbit Ditolak
Tinjauan
Terbit
Primer Primer
Terbit Terbit
Primer
Terbit
Primer
Terbit
Primer
Terbit
Primer
Kembali ke penulis
Primer
Kembali ke penulis
Tinjauan
Ditolak
Primer
Terbit
Primer
Kembali ke penulis
Tinjauan
Kembali ke penulis
Primer
Ditolak
Primer
Terbit
Primer Tinjauan
21. Karakterisasi galur haploid ganda hasil kultur antera padi
Primer
22. Pengelolaan bioprospeksi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia 23. Evaluasi ketahanan populasi haploid ganda silangan IR64 dan Oryza rufipogon terhadap hawar daun bakteri pada stadia bibit
Tinjauan
Terbit Disarankan ke Buletin Plasma Nutfah Disarankan ke Buletin Plasma Nutfah Ditolak
Primer
Ditolak
125
PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lampiran VII.5. Daftar naskah Buletin Plasma Nutfah Volume 13 Nomor 1 dan Nomor 2. No. Judul
Klasifikasi Satus
1. Pengelolaan plasma nutfah jambu mente dan kakao di Sulawesi Tenggara 2. Karakter morfologi dan beberapa keungulan mangga Podang Urang (Mangifera indica L.) 3. Kajian ekologi permudaan saninten (Castanopsis argentea (BI.) A.DC.) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat 4. Variasi morfologi dan virulensi Phytophthora capsici asal lada 5. Studi ekologi dan potensi geronggang (Cratoxylon arborescens BI.) di kelompok hutan Sungai Bepasir-Sungai Siduung, Kabupaten Tanjung Redeb, Kalimantan Timur 6. Karakterisasi kentang berdasarkan metoda UPOV kasus pada varietas Granola, Atlantic, dan Balsa 7. Seleksi galur kentang dari progeni hasil persilangan 8. Plasma nutfah jagung sebagai sumber gen untuk program pemuliaan 9. Growth response of Calopogonium caeruleum and Centrosema pubescens ground cover crops toward inoculation of Bradyrhizobium, Aeromonas punctata, and Acaulospora tuberculata 10. Daya cerna jagung dan rumput sebagai pakan rusa (Cervus timorensis) 11. Karakteristik umbi plasma nutfah tanaman talas (Colocasia esculenta) 12. Status pengelolaan plasma nutfah jagung 13. Analisis keanekaragaman fenotipik pisang introduksi (Musa spp.) 14. Karakterisasi 139 galur kentang 15. Variasi produksi plasma nutfah pala di KP Cicurug 16. Populasi dan pohon pakan owa Jawa (Hylobates Moloch) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 17. Ekologi pohon kluwak/pakem (Pangium edule Reinw.) di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur 18. Potensi beras merah untuk peningkatan mutu makanan 19. Pengelolaan plasma nutfah nabati dan jasad renik (tumbuhan dan tanaman) sebagai aset dalam pemenuhan kebutuhan manusia 20. Penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae WOR) pada kubis-kubisan: Permasalahan dan prospek pengendaliannya
Tinjauan Tinjauan
Terbit Terbit
Primer
Terbit
Primer Primer
Terbit Terbit
Primer
Terbit
Primer Tinjauan Primer
Terbit Terbit Terbit
Primer Primer Tinjauan Primer Primer Primer Primer
Terbit Terbit Terbit Kembali ke penulis Kembali ke penulis Kembali ke penulis Kembali ke penulis
Primer
Kembali ke penulis
Tinjauan Tinjauan
Kembali ke penulis Kembali ke penulis
Tinjauan
Ditolak
126