1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
Kenaikan konsumsi buah-buahan semakin tinggi karena kesadaran masyarakat terhadap nilai gizi juga meningkat, demikian halnya dengan konsumsi buah manggis (Garcinia mangostana L.). Cita rasa buah manggis yang manis sedikit asam banyak digemari oleh masyarakat luas. Bahkan buah manggis telah mendapat sebutan sebagai “Ratu buah” (Queen of fruits). Selain buahnya yang enak dimakan, kulit buah manggis juga dapat digunakan untuk menyamak kulit dan bahan pewarna hitam. Kayunya yang kemerahan dapat dimanfaatkan untuk bahan alat pertukangan. Khasiat buah manggis untuk kesehatan dan kecantikan menjadikan buah manggis sering disebut sebagai “Buah super”, karena mengandung banyak antioksidan dan nutrisi yang bermanfaat seperti Xanthone yang merupakan zat kimia yang befungsi untuk meningkatkan sistem imun di tubuh, sehingga membantu tubuh dalam memerangi radikal bebas, mengatasi radang dan nyeri, serta obat penahan rasa sakit (Sumarto dan Dasimin, 2000). Kandungan nutrisi lain yang ada pada buah manggis adalah Catechins, Polysaccharides, Quinones, Stilbenes dan Polyphenols. Catechins terbukti mengandung lima kali lebih banyak antioksidan dibanding vitamin C, sedangkan Polysaccharides dan Quinones dikenal sebagai anti bacterial dan pencegah kanker.
2 Stilbenes dan Polyphenols adalah zat mencegah timbulnya aneka jamur yang merugikan tubuh. Nilai gizi buah manggis segar merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Direktorat Gizi (1981) sebagaimana diacu oleh Rukmana (1998) menyatakan bahwa dalam 100 g daging buah manggis segar mengandung 63 kalori, 0,6 g protein, 0,6 g lemak, 15,6 g karbohidrat, 8 mg kalsium, 12 mg fosfor, 0,8 mg zat besi, 0,03 vitamin B1, 2 mg vitamin C dan 83 g air. Meningkatnya permintaan buah manggis ini merupakan prospek cerah untuk meningkatkan produktivitas buah manggis, namun hal ini sulit diimbangi dan sangat terkendala dengan sifat pertumbuhan buah manggis yang lambat, sehingga diperlukan berbagai upaya menstimulasi pertumbuhan mulai dari menyediakan bibit. Perbanyakan bibit buah-buahan yang umumnya dilakukan secara vegetatif dengan berbagai cara seperti mencangkok, okulasi, sambung pucuk, setek, susunan, dan kultur jaringan. Menurut Wudianto (1998), cara perbanyakan bibit tesebut bergantung pada komoditasnya. Pada tanaman manggis, perbanyakan hanya bisa dilakukan dengan cara sambung pucuk dan susuan.
Tanaman manggis yang diperbanyak dengan sambung pucuk adalah salah satu jenis buah-buahan yang sangat lambat pertumbuhannya, karena tanaman ini mempunyai perakaran yang sangat sedikit dan miskin bulu akar. Petumbuhan sepasang daun pada ujung ranting memerlukan waktu sekitar empat bulan, padahal pada tanaman buah-buahan lainya, dalam waktu yang sama penambahan daunnya bisa mencapai 6-10 helai daun (Utami, 2013). Kendala dapat diatasi melalui penambahan pupuk daun pada bibit manggis selama pemeliharaan.
3 Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menghasilkan bibit tanaman manggis yang baik, mulai dari stek, okulasi, cangkok, dan yang paling sering dilakukan yaitu dengan teknik sambung pucuk. Hasil penelitian Mansyah dkk. (1998), menggunakan batang bawah manggis dan kerabatnya untuk disambung dengan entres manggis menunjukkan bahwa perlakuan yang paling baik adalah sambungan dengan tanaman sejenis, yaitu manggis dengan manggis yang mencapai keberhasilan 68% bibit jadi setelah 8 bulan sejak penyambungan. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Pupuk daun merupakan pupuk yang dapat langsung diserap tanaman karena diaplikasikan langsung ke permukaan daun tanaman. Agustina (2004), menyatakan bahwa pupuk daun yang disemprotkan masuk ke dalam stomata daun secara difusi dan selanjutnya masuk ke dalam sel-sel khloroplas baik yang ada dalam sel penjaga, mesofil seludang pembuluh dan selanjutnya berperan dalam fotosintesis, hasilnya digunakan untuk pertumbuhan vegetatif.
Dalam pemupukan mencakup beberapa hal penting diantaranya pengaturan jenis pupuk, berapa jumlah atau dosis pupuk yang harus diberikan, kapan pupuk harus diberikan, bagaimana cara pemberian pupuk tersebut dan ketepatan tempat pemberian pupuk bagi tanaman (Lingga dan Marsono, 2004). Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pupuk daun tersebut, maka konsentrasi yang diberikan dan frekuensi penyemprotan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman. Takaran (dosis atau konsentrasi) pupuk yang dibutuhkan oleh masing-
4 masing tanaman mengikuti fase pertumbuhan tanaman. Frekuensi penyemprotan merupakan komponen yang sangat penting dalam manajemen pemberian pupuk daun, karena frekuensi penyemprotan terkait juga dengan jumlah total hara dalam jangka waktu tertentu.
Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang teknik budidaya manggis dengan pengaplikasian pupuk daun guna mendukung atau memperkuat hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.
1.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari: 1.
Pengaruh konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman manggis.
2.
Pengaruh frekuensi penyemprotan pupuk daun terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman manggis.
3.
Interaksi yang terjadi antara konsentrasi dan frekuensi pupuk daun terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman manggis.
1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis
Perbanyakan bibit manggis dengan cara sambung pucuk merupakan teknik perpaduan dari bagian tanaman yang disatukan dengan entres sebagai batang atas sehingga berkembang membentuk tanaman jenis baru, dengan kelebihan yang dimilikinya antara lain: keunggulan dari segi perakaran, masa berbuah lebih cepat,
5 ukuran tanaman yang lebih pendek, memiliki sifat genetis yang berasal dari induknya misalnya ukuran buah, daging yang tebal dan rasa manis serta tahan terhadap penyakit (Utami, 2013). Bibit sambung pucuk yaitu bibit yang dibuat dengan cara menyisipkan entres batang atas dari pohon indukan terpilih ke batang bawah lokal yang dipotong pada ketinggian tertentu dan dibelah pada bagian tengah atau bagian samping batangnya. Batang bawah biasanya merupakan bibit yang ditanam dari biji (seedling). Sambung pucuk dilakukan oleh para penangkar karena lebih mudah dilakukan saat batang bawah berumur masih cukup muda tanpa perlu menunggu batang bawah berumur cukup tua sehingga lebih efisien dari sisi waktu penyiapan batang bawah (root stock), pertumbuhan entres yang relatif lebih cepat dibanding cara okulasi (tempel mata), lebih efisien dalam pemanfaatan jumlah entres dibanding bibit sambung susuan, dan pertumbuhan bibit yang lebih vigor dibanding bibit okulasi pada kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang sama. Keuntungan sambung pucuk adalah dapat melestarikan bahan heterosigus tanpa perubahan, pembiakan vegetatif bisa lebih mudah dan lebih cepat dari pada perbayakan dengan biji, karena masalah dormansi pada biji yang harus diatasi dulu, masa juvenil dapat lebih diperpendek, dan dapat diterapkan pada tanaman yang tidak menghasilkan biji, atau menghasilkan biji tapi steril, seperti pisang, jeruk, dan anggur. Kelemahan sambung pucuk adalah tidak dapat dilakukan pada waktu hujan dan harus memiliki skil atau keterampilan yang mahir (Wudianto, 1998).
6 Namun sistem perbanyakan ini memiliki kendala dalam lambatnya pertumbuhan daun pada ujung rantingnya, sehingga perlu upaya untuk menstimulasi pertumbuhan dari tunas baru, salah satunya dengan penambahan pupuk daun. Menurut Lingga dan Marsono (2004), pengambilan hara oleh tanaman tidak hanya oleh akar saja tetapi juga oleh daun dan batang sehingga pemupukan melalui daun selain pengaruh cepat terlihat juga lebih hemat dibandingkan dengan pemupukan melalui tanah. Beberapa keuntungan pemupukan melalui daun antara lain tanah tidak rusak, tanaman lebih cepat menumbuhkan tunas dan penyerapan unsur hara berjalan lebih cepat. Pemberian pupuk daun mampu melengkapi kekurangan unsur hara serta mudah diserap oleh tanaman karena diaplikasikan melalui daun.
Gandasil merupakan salah satu jenis pupuk yang biasa diaplikasikan dengan cara penyemprotan pada daun tanaman sehingga dikenal dengan pupuk daun. Menurut PT. Kalatham, Gandasil D mempunyai komposisi N total 20%, P2O5 15%, K2O 15%, MgSO4 1%, dengan dilengkapi dengan unsur-unsur Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga (Cu), Kobal (Co) dan Seng (Zn), serta vitamin-vitamin untuk pertumbuhan tanaman seperti Aneurine, Lactoflavin, dan Nicotinic Acid Amide (Aan, 2014).
Hasil penelitian Lukitariati dkk. (1996) menunjukkan bahwa pemupukan gandasil D terhadap tanaman manggis dengan konsentrasi 2 g L-1 air pada umur 15 dan 21 hari setelah tanam biji menunjukkan tinggi tanaman dan jumlah daun lebih baik 13,40% dan 11,69% jika dibandingkan dengan waktu dan dosis yang berbeda. Sejalan dengan itu, Aan (2014) melaporkan bahwa pemberian pupuk hijau
7 dikombinasikan dengan gandasil D pada tanaman sawi dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi tersedianya unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, sehingga dapat meningkatkan efektivitas penyerapan unsur hara, baik melalui akar maupun daun.
Menurut Widiastoety (1991), pemupukan melalui akar hanya mampu menyerap unsur hara sekitar 10%, sedangkan pemupukan melalui daun mampu menyerap unsur hara sekitar 90%. Oleh karena itu pemberian pupuk yang tepat untuk tanaman adalah dengan cara melalui daun. Salah satu pupuk daun yang dapat digunakan adalah pupuk daun Gandasil D untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Pupuk ini selain harganya relatif murah, juga mengandung unsur hara makro N, P dan K, unsur hara mikro Mg, Fe, Mn, Co, Zn, B, Mo dan mengandung vitamin B1. Konsentrasi anjuran yaitu 1 sendok teh per 4 L air atau sama dengan 1 g L-1 (Iswanto, 2002).
PT. Kalatham menjelaskan bahwa untuk memperoleh hasil yang memuaskan, Gandasil D digunakan pada tingkat permulaan pertumbuhan tanaman dengan melarutkan 10-30 g Gandasil D dalam 10 liter air dan disemprotkan setiap 8-10 hari sekali. Oleh karena itu perlu dilakukan juga kajian tentang frekuensi penyemprotan disamping konsentrasi pupuk daun yang diaplikasikan (Aan, 2014).
Jumlah frekuensi penyemprotan mempunyai pengaruh terhadap penambahan ketersediaan hara untuk tanaman, sehingga terdapat pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman manggis. Hasil penelitian Widiastoety (1991), menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun Vitabloom dengan aplikasi 1
8 kali seminggu memberikan hasil lebih baik terhadap pertumbuhan anggrek Aranda dibandingkan dengan pupuk daun Gandasil B dan Blasoom Booster.
1.4. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.
Konsentrasi pupuk daun yang berbeda akan menghasilkan perbedaan dalam pertumbuhan sambung pucuk tanaman manggis.
2.
Frekuensi pupuk daun yang berbeda menghasilkan perbedaaan dalam pertumbuhan sambung pucuk tanaman manggis.
3.
Terdapat interaksi antara konsentrasi dan frekuensi pupuk daun terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman manggis.
9
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani dan Syarat Tumbuh Manggis
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawai dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera Barat). Klasifikasi botani pohon manggis adalah Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Keluarga: Guttiferae, Genus: Garcinia, dan Spesies: Garcinia mangostana L. (Qosim, 2007).
Manggis merupakan pohon hutan yang sosoknya tidak terlalu tinggi sekitar 20 m. Tanaman tumbuh lambat sekali, biasanya daun muda muncul 1-2 kali setahun. Hal ini dikarenakan akar sampingnya hanya sedikit. Mahkota daun (kanopi) tampak indah menyerupai setengah kerucut. Daunnya lebar dan tebal. Batang dan cabang bayak, tumbuh condong mendatar, tetapi umumnya tidak rata dan banyak benjolan (Sunarjono, 2010). Lebih lanjut Supomo (1999) menjelaskan bahwa
10 bunga manggis berukuran besar, kelopak tebal terdiri dari empat helai dan berwarna hijau, dengan putik endek. Bakal buah bulat besar dan berwarna hijau. Kepala putik bercambang 4-8 yang tetap melekat pada ujung buah. Buah yang telah matang berwarna merah kecoklatan dengan bekas kepala putik berwarna merah kehitaman. Semua bagian tanaman yang masih muda bergetah kekuningan. Buah mempunyai 4-8 segmen sama dengan banyaknya cabang kepala putik. Namun, yang menjadi biji adalah berukuran besar, umumnya hanya 1-3 buah. Biji terbentuk tanpa melalui penyerbukan (apomiksis) karena tidak memiliki polen (tepung sari), kelamin rudimenter. Setiap biji dibalut dengan daging buah yang merupakan arilod (jaringan selaput biji) berwarna putih bersih dan rasanya segar. Setiap biji yang besar mempunyai ruas. Tiap ruas berpotensi untuk tumbuh (poliembrioni vegetatif) akar tunggang dan daun. Tanaman manggis mempunyai akar tunggang dan akar samping yang jumahnya sedikit tetapi dalam.
Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl. Daerah yang cocok untuk budidaya manggis adalah daerah yang memiliki curah hujan tahunan 1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Temperatur udara yang ideal berada pada kisaran 22-32°C. Dalam budidaya manggis, angin berperan dalam penyerbukan bunga untuk tumbuhnya buah. Angin yang baik tidak terlalu kencang. Tanah yang paling baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya tanaman manggis adalah 5-7. Untuk pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah
11 dengan drainase baik dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50-200 m (Rukmana, 1998).
2.2. Perbanyakan Bibit Manggis
Menurut Sunanto (2007), pembiakan vegetatif adalah cara yang tepat untuk memperoleh bibit bermutu, khususnya sambung pucuk (grafting). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kelebihan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dibanding cara generatif (biji) adalah: (1) Umur berbuah lebih cepat, (2) Aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat induknya, (3) Diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak, misalnya batang bawah (root stock) yang unggul perakarannya disambung dengan batang atas (entris scion) yang unggul produksi buahnya dan bahkan dapat divariasikan. Faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam memproduksi bibit dengan metode grafting yaitu: (1) Faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entris), (2) Faktor lingkungan (ketajaman/kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu pelaksanaan grafting, dan (3) Faktor keterampilan orang yang melakukan grafting. Panjang entris berkaitan dengan kecukupan cadangan makanan/energi untuk pemulihan sel-sel yang rusak akibat pelukaan, makin panjang entris diharapkan makin banyak pula cadangan energinya. Sedangkan kondisi cuaca atau waktu pelaksanaan grafting berkaitan dengan tingginya laju transpirasi, yakni penguapan air dari permukaan tanaman (Wudianto, 1998). Sambung pucuk adalah teknik perbanyakan tanaman dengan menggabungkan batang bawah dari pohon induk terseleksi dan adaptif di daerah setempat dengan batang atas dari varietas unggul hasil penelitian yang berproduksi tinggi. Keberhasilan penelitian sambung pucuk telah banyak dilaporkan.
12 Berdasarkan hasil penelitian, penyambungan batang bawah dari pohon induk terseleksi pada suatu daerah dengan batang atas dari varietas unggul produksi tinggi memberikan tingkat keberhasilan 65,90%. Bila dilakukan di rumah kaca, keberhasilan penyambungan mencapai 81% dan meningkat menjadi 86,40% jika penyambungan dilakukan pada pukul 08.00-11.00 WIB. Untuk mendukung pengembangan teknologi sambung pucuk, perlu dibangun kebun entres dari varietas unggul sebagai sumber batang atas. Teknologi sambung pucuk dapat menghasilkan bahan tanaman unggul dalam jumlah banyak dan dalam waktu singkat (Sumarsono, 2002).
Menurut Sunanto (2007), ragam penyambungan itu ada banyak sekali, tetapi pada pokoknya dibagi dua yaitu: 1. Penyambungan pucuk (enten, grafting) termasuk penyusuan (inarching, approach grafting). 2. Penyambungan mata atau biasa disebut dengan okulasi. Pengembangan tanaman dengan penyambungan bertujuan: 1.
Mempertahankan atau memperoleh sifat-sifat baik dari pohon induk.
2.
Memperoleh kebaikan batang bawah yang pada umumnya digunakan bibit yang berasal dari biji sehingga perakarannya dalam dan kuat.
3.
Mengubah jenis kelamin tanaman yang diinginkan sehingga nantinya dapat menghasilkan biji dalam jumlah dan mutu yang baik.
4.
Memperpendek tanaman sehingga empermudah dalam pemetikan bijinya.
13 Batang bawah yang hendak disambung ialah batang dalam fase pertumbuhan yang baik. Penyambungan yang baik adalah akhir musim hujan atau pada awal musim kemarau dan pada akhir musim kemarau atau pada awal musim hujan. Penyambungan yang dilakukan di tengah-tengah musim kemarau atau ditengahtengah musim hujan hasilnya tidak akan memuaskan karena pada musim tersebut batang-batang tanaman sedang dalam fase istirahat (Sumarsono, 2002).
2.3. Pupuk Daun
Selain melalui tanah, pemberian unsur hara tanaman dapat juga dilakukan melalui batang dan daun. Pemupukan pada daun dilakukan dengan cara penyemprotan melalui daun. Salah satu merek dagang pupuk daun yang sering digunakan petani adalah Gandasil D. Pupuk Gandasil D mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro dengan komposisi sebagai berikut: Nitrogen (N) 20%, Fosfat (P2O5) 15%, Kalium (K2O) 15%, Magnesium sulfat (MgSO4) 1% merupakan komposisi yang sesuai untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Aan, 2014). Menurut Lingga dan Marsono (2004), pemberian pupuk melalui daun lebih menguntungkan tanaman, karena pupuk lebih mudah diserap oleh daun dan tanggapan tanaman cepat terlihat, sehingga cocok apabila diaplikasikan pada tanaman yang berumur pendek, karena efek residu kecil, sehingga pemberian dapat sering dilakukan. Meskipun pemupukan melalui daun banyak kelebihan, namun masih terdapat beberapa kekurangan, diantaranya:
1. Bila dosis pemupukan terlalu tinggi maka dapat menyebabakan kerusakan pada daun.
14
2. Tidak semua pupuk dapat diaplikasikan pada daun, sehingga harus lebih selektif dalam pemilihan jenis pupuk. 3. Biaya yang digunakan lebih mahal dan aplikasinya diperlukan peralatan khusus. Menurut Utami (2013), penyemprotan unsur hara melalui daun dapat memasuki kutikula daun dan stomata sehingga dapat berada di dalam sel tanaman. Pemberian pupuk melalui daun akan segera diabsorbsi dan tanggapan tanaman akan terlihat dalam 1-2 hari, karena daun merupakan bagaian yang paling utama dalam proses fotosintesis dan permukaan daun memungkinkan menyerap sinar matahari lebih banyak. Lukitariati dkk. (1996), sinar matahari dapat merangsang laju fotosintesis yang berakibat menurunnya kandungan CO2 disekitar sel penutup. Penurunan ini mengakibatkan peningkatan tekanan turgor sehingga dinding sel mengembang dan akhirnya stomata terbuka. Aplikasi pupuk daun pada stomata terbuka, memungkinkan unsur hara bersamaan dengan air akan berdifusi kedalam stomata. Pada siang hari yang terik atau angin yang kencang, tekanan turgor sel penutup akan menutup karena kehilangan air yang berlebihan akibat proses transpirasi. Untuk itu penyemprotan tidak dilakukan pada siang hari, karena pupuk daun akan lebih banyak menguap dibandingkan dengan yang diserap oleh daun (Utami, 2013).
15
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu danTempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai Februari 2016, di Desa Badransari, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah polibag, media tanah, pupuk kandang, bibit manggis varietas kali gesing, dan pupuk daun Gandasil D. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, tali nilon, tali raffia, seltip, ember, selang air, pisau okulasi, meteran/penggaris, timbangan, bambu, golok, gunting, plastik pengikat, paranet, kertas millimeter, semprotan, sigmad, triplek, paku, palu, gergaji, alat tulis, dan alat hitung.
3.3. Metode Penelitian
Metode Penelitian disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk daun (K) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: k1 = 0,5 g L-1, k2 = 1,0 g L-1, dan k3 = 1,5 g L-1. Faktor kedua adalah frekuensi penyemprotan (F) yang terdiri atas 3 taraf yaitu: f1 = 2 hari sekali, f2 = 5 hari sekali, dan f3 = 9 hari sekali. Sehingga dari
16 kedua faktor tersebut terdapat 9 kombinasi perlakuan yaitu: k1f1, k1f2, k1f3, k2f1, k2f2, k2f3, k3f1, k3f2, dan k3f3. Berdasarkan perlakuan yang diuji, total keseluruhan unit percobaan ada 27 plot percobaan dengan masing-masing plot terdiri dari 10 tanaman.
Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan membandingkan F hitung dengan F tabel pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%, tetapi sebelumnya dilakukan uji kehomogenan ragam perlakuan dengan uji Bartlet dan ketidak-aditifan data dengan uji Tuckey. 3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Batang Bawah dan Entres
Batang bawah yang dipakai merupakan bibit manggis yang telah berumur 2 tahun dengan ukuran diameter batangnya sama dengan diameter entres calon batang atas yaitu sekitar 7 mm. Bibit manggis ditanam pada media tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang matang dengan perbandingan 4:1.
Langkah berikutnya adalah melakukan sambung pucuk pada batang bawah tersebut. Pengambilan entres calon batang atas dilakukan dengan memilih cabang dan tunasnya yang sehat serta daunya sudah berwarna hijau tua. Entres diambil dari cabang yang mengarah keatas dan terkena sinar matahari. Entres diambil dengan cara memotong ujung cabang sepanjang 20 cm dari titik tumbuh. Entres ini dipotong lagi sesaat sebelum disambungkan sehingga panjangnya menjadi 10 cm dari titik tumbuh.
17
3.4.2. Teknik Sambung Pucuk
Langkah-langkah penyambungan dilakukan sebagai berikut:
1. Memilih batang bawah yang diameternya kurang lebih sama dengan batang atas. Memotong batang bawah kurang lebih 20-25 cm dari permukaan tanah atau sekitar 3 cm dari bagian hipokotil, kemudian batang bawah di belah sekitar 2-2,5 cm. 2. Batang atas yang sudah disiapkan, dihilangkan setengah bagian daunnya kemudian sayat kedua sisi pangkal cabang sepanjang 2,0-2,5 cm, sehingga bentuk seperti mata kampak. 3. Selanjutnya batang atas di masukkan kedalam belahan batang bawah. 4. Pengikatan atau pembalutan menggunakan seltip (isolasi paralon) atau bisa juga menggunakan tali yang terbuat dari plastik es. 5. Melakukan penyungkupan dengan menggunakan plastik dengan tujuan untuk menjaga kelembaban agar tetap tinggi dan mengurangi penguapan di sekitar sambungan. 6. Menempatkan tanaman yang sudah tersambung di tempat yang telah diberi naungan agar terhindar dari panas matahari langsung sesuai dengan tata letak percobaan (Lampiran 1).
3.4.3. Aplikasi Perlakuan dan Pemeliharaan
Pemberian pupuk daun Gandasil D dilakukan sesuai dengan perlakuan selama 3 bulan dalam proses perawatan bibit sampai siap ditanam di kebun. Untuk
18 perlakuan 0,5 g L-1, pupuk daun gandasil dalam bentuk butiran ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 0,5 g, kemudian dilarutkan dalam air sebanyak 1 L. Untuk mendapatkan konsentrasi 1,0 g L-1 dan 1,5 g L-1 dilakukan dengan cara yang sama.
Dalam aplikasinya, masing-masing konsentrasi diberikan mengikuti tata letak percobaan dengan volume semprot yang sama.
Untuk menentukan volume
semprot dilakukan dengan kalibrasi terlebih dahulu yakni menyemprot seluruh sambung pucuk hingga merata dengan menggunakan air tanpa pupuk daun. Jumlah air yang dibutuhkan tersebut dipakai sebagai acuan volume semprot pada masing-masing konsentrasi pupuk daun. Penyemprotan dimulai saat tunas mulai muncul.
Waktu penyemprotan disesuaikan
dengan perlakuan frekwensi
penyemprotan yaitu 2, 5, dan 9 hari sekali.
Pemeliharaan bibit tanaman manggis meliputi penyiraman, penyiangan, pengendalian hama penyakit tanaman dan pemupukan dengan pupuk daun. Penyiraman dilakukan pada sore hari dan untuk penyiangan dilakukan secara manual menggunakan tangan dengan mencabut gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
Untuk pengendalian hama semut dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Supracide (Metidation 0,2%) dan untuk pencegahan serangan jamur dilakukan dengan penyemprotan fungisida Bayfidan 250 EC (Triadimenol) dengan masingmasing dosis sebesar 2 cc L-1. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari setiap 3 minggu sekali selama 3 bulan setelah tanam.
19 3.5. Pengamatan
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dengan pengamatan pada 5 tanaman sampel dari setiap plot percobaan. Peubah-peubah yang diamati sebagai berikut: 1.
Umur Saat Terbentuknya Daun Baru Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung jumlah hari kapan mulai terbentuk daun baru dari setelah penyambungan. Pengamatan ini dinyatakan dalam satuan (hari).
2.
Jumlah Daun Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung seluruh daun baru yang terbentuk yang telah mekar sempurna pada saat umur 3 bulan setelah penyambungan dari setiap tanaman sampel masing-masing plot. Pengamatan ini dinyatakan dalam satuan (buah).
3.
Luas Daun Pengamatan dilakukan dengan mengambil satu daun dari masing-masing tanaman sampel setiap plot yang telah mekar sempurna dan berukuran konstan pada saat tanaman berumur 3 bulan, kemudian daun digambar pada kertas milimeter dan dihitung luas masing-masing daun kemudian dijumlahkan dan dirata-rata. Luas daun dinyatakan dalam satuan (cm2).
20 4.
Panjang Tunas Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang tunas baru yang tumbuh setelah tanaman berumur 3 bulan setelah penyambungan dari setiap tanaman sampel masing-masing plot. Panjang tunas dinyatakan dalam satuan (cm).
5.
Pertambahan Diameter Batang Atas Pengamatan dilakukan dengan menghitung selisih diameter batang atas pada waktu penyambungan dan pada umur 3 bulan setelah penyambungan dari masing-masing tanaman sampel. Pengamatan ini dinyatakan dalam satuan (mm).
6.
Ratio Pucuk Akar Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung hasil pembagian antara panjang tunas dengan panjang akar dan dinyatakan dalam satuan (cm). Secara statistik dapat dinyatakan dengan rumus: Panjang tunas Ratio pucuk akar
= Panjang akar
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Umur Saat Terbentuknya Daun Baru Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan tidak berpengaruh nyata terhadap umur terbentuknya daun baru tanaman manggis, serta tidak ada interaksi dari kedua perlakuan tersebut. Tabel 1. Umur bibit manggis saat terbentuknya daun baru dengan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan yang berbeda Frekuensi Penyemprotan Konsentrasi
Rata-rata 2 hari sekali
5 hari sekali
9 hari sekali
----------------------------- hari ----------------------------0,5 gr L-1
14,80
14,86
15,00
14,89
1,0 gr L-1
14,20
15,06
14,80
14,69
1,5 gr L-1
14,93
14,93
15,20
15,02
Rata-rata
14,64
14,95
15,00
4.1.2. Jumlah Daun Hasil analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman manggis, serta tidak terdapat interaksi.
22 Tabel 2. Jumlah daun bibit manggis dengan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan yang berbeda Frekuensi Penyemprotan Konsentrasi
Rata-rata 2 hari sekali
5 hari sekali
9 hari sekali
----------------------------- buah ----------------------------0,5 gr L-1
6,26
7,06
5,66
6,33
1,0 gr L-1
5,66
6,26
6,73
6,22
1,5 gr L-1
6,66
5,93
6,73
6,44
Rata-rata
6,20
6,42
6,37
4.1.3. Luas Daun Hasil analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman manggis, serta tidak terdapat interaksi. Tabel 3. Luas daun manggis dengan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan yang berbeda Frekuensi Penyemprotan Konsentrasi
Rata-rata 2 hari sekali
5 hari sekali
9 hari sekali
----------------------------- cm2 ----------------------------0,5 gr L-1
63,68
66,85
73,92
68,15
1,0 gr L-1
81,16
66,70
81,52
76,46
1,5 gr L-1
73,01
78,02
76,62
75,88
Rata-rata
72,62
70,52
77,35
23
4.1.4. Panjang Tunas Hasil analisis ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas dan frekuensi penyemprotan juga tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas tanaman manggis, serta tidak ada interaksi dari kedua perlakuan tersebut. Tabel 4. Panjang tunas bibit manggis dengan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan yang berbeda Frekuensi Penyemprotan Konsentrasi
Rata-rata 2 hari sekali
5 hari sekali
9 hari sekali
----------------------------- cm ----------------------------0,5 gr L-1
6,03
8,21
5,63
6,62
1,0 gr L-1
4,86
5,65
6,47
5,66
1,5 gr L-1
7,36
6,03
5,35
6,24
Rata-rata
6,08
6,63
5,81
4.1.5. Pertambahan Diameter Batang Atas Hasil analisis ragam (Lampiran 17) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang atas tanaman manggis, serta tidak terdapat interaksi dari kedua perlakuan tersebut.
24 Tabel 5. Pertambahan diameter batang atas bibit manggis dengan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan yang berbeda Frekuensi Penyemprotan Konsentrasi
Rata-rata 2 hari sekali
5 hari sekali
9 hari sekali
----------------------------- mm ----------------------------0,5 gr L-1
2,98
3,04
2,78
2,93
1,0 gr L-1
2,77
2,32
3,04
2,71
1,5 gr L-1
3,28
2,71
2,75
2,91
Rata-rata
3,01
2,69
2,86
4.1.6. Ratio Pucuk/Akar Hasil analisis ragam (Lampiran 21) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap ratio pucuk/akar, tetapi frekuensi penyemprotan berpengaruh nyata terhadap ratio pucuk/akar tanaman manggis dan tidak ada interaksi dari kedua perlakuan tersebut. Tabel 6. Ratio pucuk/akar bibit manggis dengan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan yang berbeda Frekuensi Penyemprotan Konsentrasi
Rata-rata 2 hari sekali
5 hari sekali
9 hari sekali
----------------------------- cm ----------------------------0,5 gr L-1
0,82
1,00
0,50
0,77
1,0 gr L-1
0,57
0,55
0,53
0,55
1,5 gr L-1
0,82
0,63
0,41
0,62
Rata-rata
0,74 b
0,73 b
0,48 a
BNT
Frekuensi
= 0,20
25 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Hasil uji BNT (Tabel 6) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi pupuk daun tidak mempengaruhi ratio pucuk/akar tanaman manggis, akan tetapi perbedaan frekuensi penyemprotan mempengaruhi ratio pucuk/akar tanaman manggis. Frekuensi penyemprotan 2 hari sekali menghasilkan ratio pucuk/akar 8,19% lebih tinggi dari frekuensi penyemprotan 9 hari sekali dan 0,76% lebih tinggi dari frekuensi penyemprotan 5 hari sekali. 4.2. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk daun yang diaplikasikan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati, hal ini diduga karena rendahnya kisaran konsentrasi pupuk daun Gandasil yang diaplikasi. Dalam percobaan ini, aplikasi pupuk daun Gandasil sampai dengan konsentrasi 1,5g L-1 masih belum mencukupi untuk mendukung peningkatan pertumbuhan sambung pucuk manggis yang menyolok, sehingga masih diperlukan perlakuan dengan kisaran konsentrasi yang lebih lebar. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk daun saat pengaplikasian diduga belum dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pertumbuhan sambung pucuk manggis. Tidak nyatanya semua peubah pengamatan pada hasil percobaan ini juga terjadi pada penelitian lain. Menurut Prayitno (2008), perlakuan konsentrasi pupuk daun Gandasil D sebanyak 0 gr L-1, 3 gr L-1, dan 6 gr L-1 pada tanaman kopi robusta, tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah pasangan
26 daun, luas daun terbesar, bobot kering tajuk dan akar serta nisbah bobot kering tajuk akar. Kehati-hatian dalam pengaplikasian pupuk daun memang perlu mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena jika konsentrasi yang diberikan terlalu pekat dapat merusak daun yang baru muncul pada sambung pucuk manggis, walaupun aplikasi pupuk daun ini merupakan salah satu alternatif dalam pemberian suplai unsur hara bagi tanaman selain melalui akar atau media tanam. Menurut Munawar (2011), penyerapan unsur hara melalui daun memiliki porsi yang lebih rendah dibandingkan penyerapan melalui akar, sehingga agar tanaman memperoleh unsur hara yang sesuai dengan kebutuhannya harus diberikan konsentrasi pupuk daun yang sesuai. Kekurangan unsur hara akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak maksimal, baik pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Kekurangan unsur hara pada fase vegetatif menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman, pembentukan daun baru, pertumbuhan tunas baru, dan pertumbuhan diameter batang tanaman menjadi terhambat, dengan terhambatnya pertumbuhan pada fase vegetatif maka pertumbuhan pada fase generatif juga tidak akan maksimal. Pemberian pupuk melalui daun haruslah lebih memperhatikan aspek-aspek penentu keberhasilan dalam pemupukan, sebab jika hal-hal yang mempengaruhi kehilangan hara masih banyak dijumpai dan tidak diminimalisir maka hara yang dapat diserap tanaman pun tidak akan maksimal. Penguapan dan terpaan angin saat penyemprotan dapat menyebabkan kehilangan hara dalam pupuk daun yang
27 diaplikasikan, oleh karena itu hal tersebut harus lebih diperhatikan agar saat pengaplikasian pupuk daun tidak banyak hara yang hilang dengan percuma dan kecukupan hara tanaman dapat terpenuhi (Munawar, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penyemprotan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pengamatan, kecuali pada ratio pucuk/akar. Pada percobaan ini, frekuensi penyemprotan pupuk daun 2 hari sekali dan 5 hari sekali memberikan ratio pucuk/akar tanaman manggis yang sama, tetapi lebih besar dibandingkan dengan penyemprotan 9 hari sekali. Hal ini diduga dengan frekuensi penyemprotan yang lebih rutin dapat memberikan pasokan unsur hara yang lebih banyak dan lebih tersedia saat tanaman membutuhkan. Pengaplikasian pupuk daun akan merangsang pertumbuhan tunas/pucuk tanaman lebih cepat sebab hara dalam pupuk dapat langsung diserap oleh daun. Lingga dan Marsono (2004) menyatakan bahwa pemberian pupuk yang tepat waktu saat tanaman membutuhkan unsur hara akan lebih efektif dan bermanfaat karena dapat langsung diserap oleh tanaman dan dimanfaatkan dalam proses fotosintesis. Unsur hara dalam pupuk yang diaplikasikan melalui daun akan lebih cepat diserap oleh stomata daun tanaman, sehingga dapat langsung digunakan untuk penumbuhan sel-sel baru. Hasil penelitian Andriyani (2012) melaporkan bahwa frekuensi penyemprotan 10 hari sekali memberikan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman anggrek pada peubah panjang tanaman dan jumlah daun dibandingkan frekuensi 5 hari sekali dan 15 hari sekali. Sejalan dengan itu, Lasut (2013) menyatakan bahwa
28 penyemprotan pupuk daun Gandasil D dengan frekuensi 3 kali seminggu memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada bibit gaharu dibandingkan frekuensi 1 kali seminggu, 2 kali seminggu, dan 4 kali seminggu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pembibitan manggis dengan sambung pucuk ini, penyemprotan pupuk daun Gandasil D dengan frekuensi penyemprotan 2 hari sekali menghasilkan ratio pucuk/akar 8,19% lebih tinggi dari frekuensi penyemprotan 9 hari sekali dan 0,76% lebih tinggi dari frekuensi penyemprotan 5 hari sekali. Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya interaksi yang terjadi antara perlakuan konsentrasi pupuk daun dengan frekuensi penyemprotan terhadap semua peubah yang diamati. Hal ini diduga pada media tanam yang subur interaksi antara konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan yang dicobakan tidak terlihat. Ditambah lagi dengan tingkat kehilangan hara yang tinggi akibat penguapan, sehingga kebutuhan hara tanaman manggis belum tercukupi.
29
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Aplikasi pupuk daun hingga konsentrasi 1,5 g L-1 tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. 2. Frekuensi penyemprotan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati kecuali ratio pucuk/akar, frekuensi penyemprotan 2 hari sekali meningkatkan nilai ratio pucuk/akar. 3. Tidak terdapat interaksi antara konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan terhadap semua peubah yang diamati.
5.2. Saran Agar dilakukan penelitian lebih lanjut guna memperoleh konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan yang sesuai untuk kebutuhan tanaman manggis supaya diperoleh pertumbuhan bibit manggis yang baik.
30
DAFTAR PUSTAKA
Aan. 2014. Pupuk Daun Gandasil D dan Gandasil B. Download: https://aanfarm.wordpress.com/2014/04/04/pupuk-daun-gandasil-d-dan-b/. Diakses 16 April 2016. Agustina. 2004. Pengaruh Beberapa Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Anggrek Aranda. Jurnal Holtikultura 3. Andriyani, L. Y. 2012. Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Penyemprotan Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Plantlet Anggrek Dendrobium (Jade Gold) Pada Tahap Aklimatisasi. Jurnal Agronomi 10(1): 51-54. ISSN 1410-1939. Anwarudin M. J., N. L. P. Indriyani, S. Hadiati, dan E. Mansyah, 1996. Pengaruh konsentrasi asam giberelat dan lama perendaman terhadap perkecambahan dan pertumbuhan biji manggis. Jurnal Hortikultura 6 (1): 1-5. Asmara, A. P. 2008. Pengaruh Beberapa Konsentrasi IBA Terhadap Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) Asal Seedling Di Polybag. Skripsi Universitas Jambi. Iswanto, H. 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. Agro Media Pustaka. Jakarta. Lasut, T. M. 2013. Pemupukan Gandasil D Terhadap Pertumbuhan Bibit Pohon Penghasil Gaharu Jenis Gyrinops versteegii (Gilg) Domke. Skripsi Universitas Sam Ratulangi. Manado. Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. CV. Yasaguna, Jakarta. Lukitariati, S., Indriyani, Susiloadi, dan Anwarudin. 1996. Pengaruh naungan dan konsentrasi asam indol butirat terhadap pertumbuhan bibit batang bawah manggis. Jurnal Hortikultura 6 (3): 220-226. Mansyah E., M. J. A. Syah, A. Susiloadi dan I. Muas. 1998. Kompatibilitas manggis dengan tiga spesies kerabatnya sebagai batang bawah. Jurnal Hortikultura 8 (3): 1163-1169. Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor. 240 halaman.
31 Prayitno, S. 2008. Pengaruh Pemindahan Berbagai Stadia Kecambah Dan Konsentrasi Pupuk Daun Gandasil D Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner). Skripsi IPB. Bogor. Qosim, W. A. 2007. Sejarah, penyebaran, dan botani tanaman manggis. Download: https://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/sejarahpenyebaran-dan-botani-tanaman-manggis/. Diakses 17 April 2016. Rukmana, R. 1998 . Budidaya Manggis. PT. Kanisius, Yogyakarta. Sumarsono, L. 2002. Teknik Sambung Pucuk Dengan Entres Tidak Bercabang Dan Bercabang Pada Pembibitan Tanaman Manggis. Buletin Pertanian Vol. 7. Nomor 1. Sumarto dan Dasimin. 2000. Manggis. Penebar swadaya. Jakarta. Sunanto. 2007. Tekhnik Budidaya Manggis. Download: http://tutorcms.blogspot.co.id/2007/06/tekhnik-budidaya-manggis.html. Diakses 17 April 2016. Sunarjono, H. 2010. Memperpendek masa remaja tanaman manggis. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 9 : 4-6. Supomo. 1999. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada Univesity Press. Yogyakarta. Utami, R. S. 2013. Pertumbuhan Bibit Manggis Pada Beberapa Jenis Dan Konsentrasi Pupuk Daun. Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu. Widiastoety, D. 1991. Cara Efektif Memupuk Tanaman Anggrek. Perhimpunan Anggrek Indonesia. Jakarta. Wudianto, R. 1998. Membuat Setek, Cangkok, Sambung Pucuk, dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
32
Lampiran 1. Tata Letak Plot Percobaan
Ulangan I
II
III
k1f2
k2f3
k1f3
k2f3
k3f2
k3f1
k1f3
k1f1
k2f3
k2f2
k2f1
k1f2
k3f1
k1f3
k3f3
k1f1
k2f2
k2f1
k3f3
k1f2
k3f2
k2f1
k3f1
k1f1
k3f2
k3f3
k2f2
Keterangan:
k1 k2 k3 f1 f2 f3
= konsentrasi 0,5 gr L-1 = konsentrasi 1,0 gr L-1 = konsentrasi 1,5 gr L-1 = frekuensi 2 hari sekali = frekuensi 5 hari sekali = frekuensi 9 hari sekali
U
33
Lampiran 2. Tata Letak Tanaman Sampel
X
X
X
X
X
Keterangan: X
= Tanaman sampel (5 polibag)
34
Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Manggis Varietas Kali Gesing
Tinggi Pohon
: 10-15 meter
Lebar Tajuk
: 3-4 meter
Warna Batang
: Kecoklatan
Kedudukan Daun
: Mendatar ujung dan melengkung ke bawah
Warna Benang Sari
: Putih kekuningan
Bentuk Buah
: Bulat
Warna Kulit Buah
: Merah tua sampai ungu
Warna Daging Buah : Putih Sifat Buah
: Kenyal dan mudah dibuka
Bobot Buah
: 100-125 gr per buah
Jumlah Siung/Buah
: 4-8 siung
Rasa Daging Buah
: Manis keasaman (segar)
Masa Panen
: Antara Januari sampai Maret
Sumber: CV. Mitra Bibit, 2013.
35
Lampiran 4. Umur saat terbentuknya daun baru dengan perlakuan perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan Perlakuan
Ulangan II
I
III
Jumlah
Rata-rata
44,4 44,6 45,0 42,6 45,2 44,4 44,8 44,8 45,6 401,4
14,80 14,87 15,00 14,20 15,07 14,80 14,93 14,93 15,20 14,87
------------------- hari -------------------k1f1 k1f2 k1f3 k2f1 k2f2 k2f3 k3f1 k3f2 k3f3 Total
14,2 14,6 15,0 15,2 15,2 15,2 14,8 14,4 15,0 133,6
Keterangan : k1 k2 k3
15,4 15,0 14,8 13,6 14,4 15,0 15,0 15,4 15,4 134,0
14,8 15,0 15,2 13,8 15,6 14,2 15,0 15,0 15,2 133,8
= konsentrasi 0,5 gr L-1 = konsentrasi 1,0 gr L-1 = konsentrasi 1,5 gr L-1
f1 f2 f3
= frekuensi 2 hari sekali = frekuensi 5 hari sekali = frekuensi 9 hari sekali
Lampiran 5. Analisis ragam pengaruh konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan terhadap umur terbentuknya daun baru F Tabel
SUMBER KERAGAMAN
DB
JK
KT
F Hitung
Kelompok Perlakuan Konsentrasi Frekuensi Interaksi Galat Non-aditif Sisa Total
2 8 2 2 4 16 1 15 26
0,009169 1,893066 0,506565 0,675401 0,711100 4,337511 0,835070 3,502441 6,239746
0,004585 0,236633 0,253283 0,337701 0,177775 0,271094 0,835070 0,233496
0,0169tn 0,8729tn 0,9343tn 1,2457tn 0,6558tn
3,63 2,59 3,63 3,63 3,01
3,5764tn
4,54
Keterangan : tn KK
= tidak berbeda nyata = koefisien Keragaman
5%
KK = 3,50 %
36
Uji momogenitas: X2 hitung=9,3 < X2 tabel=15,5 ( Data homogen ) Lampiran 6. Jumlah daun umur 3 bulan dengan perlakuan perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan Perlakuan
Ulangan II
I
III
Jumlah
Rata-rata
18,8 21,2 17,0 17,0 18,8 20,2 20,0 17,8 20,2 171,0
6,27 7,07 5,67 5,67 6,27 6,73 6,67 5,93 6,73 6,33
-------------------- buah -------------------k1f1 k1f2 k1f3 k2f1 k2f2 k2f3 k3f1 k3f2 k3f3 Total
6,0 7,4 5,6 6,6 6,0 6,8 5,2 6,0 4,2 53,8
Keterangan : k1 k2 k3
6,8 7,6 5,8 4,8 5,2 5,8 5,2 6,6 9,2 57,0
6,0 6,2 5,6 5,6 7,6 7,6 9,6 5,2 6,8 60,2
= konsentrasi 0,5 gr L-1 = konsentrasi 1,0 gr L-1 = konsentrasi 1,5 gr L-1
f1 f2 f3
= frekuensi 2 hari sekali = frekuensi 5 hari sekali = frekuensi 9 hari sekali
Lampiran 7. Analisis ragam pengaruh konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan terhadap jumlah daun umur 3 bulan F Tabel
SUMBER KERAGAMAN
DB
JK
KT
F Hitung
Kelompok Perlakuan Konsentrasi Frekuensi Interaksi Galat Non-aditif Sisa Total
2 8 2 2 4 16 1 15 26
2,275608 6,079997 0,222222 0,248915 5,608860 31,964464 1,971228 29,993236 40,320069
1,137804 0,760000 0,111111 0,124458 1,402215 1,997779 1,971228 1,999549
0,5695tn 0,3804tn 0,0556tn 0,0623tn 0,7019tn
3,63 2,59 3,63 3,63 3,01
0,9858tn
4,54
Keterangan : tn
= tidak berbeda nyata
5%
KK = 22,32 %
37 KK
= koefisien Keragaman
Uji momogenitas: X2 hitung=14,8 < X2 tabel=15,5 ( Data homogen ) Lampiran 8. Luas daun umur 3 bulan dengan perlakuan perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan Perlakuan
Ulangan II
I
III
Jumlah
Rata-rata
191,06 200,56 221,77 243,50 200,10 244,56 219,02 234,06 229,86 1984,49
63,69 66,85 73,92 81,17 66,70 81,52 73,01 78,02 76,62 73,50
-------------------- cm2 -------------------k1f1 k1f2 k1f3 k2f1 k2f2 k2f3 k3f1 k3f2 k3f3 Total
49,84 49,86 57,06 83,11 65,54 83,66 88,25 60,09 74,43 611,84
Keterangan : k1 k2 k3
59,87 61,41 97,27 72,22 73,79 72,83 58,17 89,56 79,01 664,13
81,35 89,29 67,44 88,17 60,77 88,07 72,60 84,41 76,42 708,52
= konsentrasi 0,5 gr L-1 = konsentrasi 1,0 gr L-1 = konsentrasi 1,5 gr L-1
f1 f2 f3
= frekuensi 2 hari sekali = frekuensi 5 hari sekali = frekuensi 9 hari sekali
Lampiran 9. Analisis ragam pengaruh konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan terhadap luas daun umur 3 bulan F Tabel
SUMBER KERAGAMAN
DB
JK
KT
F Hitung
Kelompok Perlakuan Konsentrasi Frekuensi Interaksi Galat Non-aditif Sisa Total
2 8 2 2 4 16 1 15 26
520,4114 1021,2031 387,2170 220,3420 413,6441 2992,4792 168,7811 2823,6980 4534,0938
260,2057 127,6504 193,6085 110,1710 103,4110 187,0299 168,7811 188,2465
1,3913tn 0,6825tn 1,0352tn 0,5891tn 0,5529tn
3,63 2,59 3,63 3,63 3,01
0,8966tn
4,54
Keterangan : tn KK
= tidak berbeda nyata = koefisien Keragaman
5%
KK = 18,61 %
38
Uji momogenitas: X2 hitung=8,2 < X2 tabel=15,5 ( Data homogen ) Lampiran 10. Panjang tunas umur 3 bulan dengan perlakuan perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan Perlakuan
Ulangan II
I
III
Jumlah
Rata-rata
18,10 24,62 16,88 14,58 16,96 19,42 22,10 18,10 16,02 166,78
6,03 8,21 5,63 4,86 5,65 6,47 7,37 6,03 5,34 6,17
-------------------- cm -------------------k1f1 k1f2 k1f3 k2f1 k2f2 k2f3 k3f1 k3f2 k3f3 Total
5,42 10,04 6,60 5,26 7,62 9,56 7,06 6.86 3,90 62,32
Keterangan : k1 k2 k3
6,22 9,50 6,16 5,44 3,86 5,42 6,50 5,20 7,48 55,78
6,46 5,08 4,12 3,88 5,48 4,44 8,54 6,04 4,64 48,68
= konsentrasi 0,5 gr L-1 = konsentrasi 1,0 gr L-1 = konsentrasi 1,5 gr L-1
f1 f2 f3
= frekuensi 2 hari sekali = frekuensi 5 hari sekali = frekuensi 9 hari sekali
Lampiran 11. Analisis ragam pengaruh konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan terhadap panjang tunas umur 3 bulan F Tabel
SUMBER KERAGAMAN
DB
JK
KT
F Hitung
Kelompok Perlakuan Konsentrasi Frekuensi Interaksi Galat Non-aditif Sisa Total
2 8 2 2 4 16 1 15 26
10,3417 26,0280 4,2124 3,1195 18,6961 42,6481 2,1779 40,4702 79,0179
5,1709 3,2535 2,1062 1,5597 4,6740 2,6655 2,1779 2,6980
1,9399tn 1,2206tn 0,7902tn 0,5852tn 1,7535tn
3,63 2,59 3,63 3,63 3,01
0,8072tn
4,54
Keterangan : tn
= tidak berbeda nyata
5%
KK = 26,43 %
39 KK
= koefisien Keragaman
Uji momogenitas: X2 hitung=7,1 < X2 tabel=15,5 ( Data homogen ) Lampiran 12. Panjang tunas umur 3 bulan (Trans √x+0,5) dengan perlakuan perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan Perlakuan
Ulangan II
I
III
Jumlah
Rata-rata
7,663 8,771 7,395 6,930 7,383 7,828 8,403 7,657 7,190 69,220
2,554 2,923 2,465 2,310 2,461 2,609 2,801 2,552 2,396 2,563
-------------------- cm -------------------k1f1 k1f2 k1f3 k2f1 k2f2 k2f3 k3f1 k3f2 k3f3 Total
2,433 3,247 2,665 2,400 2,850 3,172 2,750 2,713 2,098 24,328
Keterangan : k1 k2 k3
2,592 3,162 2,581 2,437 2,088 2,433 2,646 2,387 2,825 23,151
2,638 2,362 2,149 2,093 2,445 2,223 3,007 2,557 2,267 21,741
= konsentrasi 0,5 gr L-1 = konsentrasi 1,0 gr L-1 = konsentrasi 1,5 gr L-1
f1 f2 f3
= frekuensi 2 hari sekali = frekuensi 5 hari sekali = frekuensi 9 hari sekali
Lampiran 13. Analisis ragam (Trans √x+0,5) pengaruh konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan terhadap panjang tunas umur 3 bulan F Tabel
SUMBER KERAGAMAN
DB
JK
KT
F Hitung
Kelompok Perlakuan Konsentrasi Frekuensi Interaksi Galat Total
2 8 2 2 4 16 26
0,3728 0,9022 0,1635 0,1096 0,6291 1,5511 2,8261
0,1864 0,1127 0,0817 0,0548 0,1573 0,0969
1,9227tn 1,1633tn 0,8433tn 0,5652tn 1,6224tn
Keterangan : tn KK
= tidak berbeda nyata = koefisien Keragaman
5% 3,63 2,59 3,63 3,63 3,01
KK = 12,14 %
40 Lampiran 14. Pertambahan diameter batang atas selama 3 bulan dengan perlakuan perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan Perlakuan
Ulangan II
I
III
Jumlah
Rata-rata
8,94 9,12 8,36 8,32 6,96 9,12 9,84 8,12 8,26 77,04
2,98 3,04 2,79 2,77 2,32 3,04 3,28 2,71 2,75 2,85
-------------------- mm -------------------k1f1 k1f2 k1f3 k2f1 k2f2 k2f3 k3f1 k3f2 k3f3 Total
2,96 2,82 2,62 2,50 2,62 2,38 2,86 2,62 2,00 23,38
Keterangan : k1 k2 k3
3,20 3,74 3,28 2,54 1,66 3,58 3,90 2,56 3,18 27,64
2,78 2,56 2,46 3,28 2,68 3,16 3,08 2,94 3,08 26,02
= konsentrasi 0,5 gr L-1 = konsentrasi 1,0 gr L-1 = konsentrasi 1,5 gr L-1
f1 f2 f3
= frekuensi 2 hari sekali = frekuensi 5 hari sekali = frekuensi 9 hari sekali
Lampiran 15. Analisis ragam pengaruh konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan terhadap pertambahan diameter batang atas F Tabel
SUMBER KERAGAMAN
DB
JK
KT
F Hitung
Kelompok Perlakuan Konsentrasi Frekuensi Interaksi Galat Non-aditif Sisa Total
2 8 2 2 4 16 1 15 26
1,0275 1,7837 0,2753 0,4678 1,0406 3,5312 1,0284 2,5028 6,3424
0,5137 0,2229 0,1376 0,2339 0,2601 0,2207 1,0284 0,1668
2,3277tn 1,0102tn 0,6236tn 1,0598tn 1,1788tn
3,63 2,59 3,63 3,63 3,01
6,1638*
4,54
Keterangan : tn KK
5%
KK = 16,46 %
= tidak berbeda nyata = koefisien Keragaman
Uji momogenitas: X2 hitung=3,8 < X2 tabel=15,5 ( Data homogen )
41
Lampiran 16. Pertambahan diameter batang atas (Trans √x+0,5) dengan perlakuan perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan Perlakuan
Ulangan II
I
III
Jumlah
Rata-rata
5,595 5,630 5,430 5,420 5,019 5,630 5,823 5,370 5,391 49,308
1,865 1,876 1,810 1,806 1,673 1,876 1,941 1,790 1,797 1,826
-------------------- mm -------------------k1f1 k1f2 k1f3 k2f1 k2f2 k2f3 k3f1 k3f2 k3f3 Total
1,860 1,822 1,766 1,732 1,766 1,697 1,833 1,766 1,581 15,823
Keterangan : k1 k2 k3
1,924 2,059 1,944 1,744 1,470 2,020 2,098 1,749 1,918 16,926
1,811 1,749 1,720 1,944 1,783 1,913 1,892 1,855 1,892 16,559
= konsentrasi 0,5 gr L-1 = konsentrasi 1,0 gr L-1 = konsentrasi 1,5 gr L-1
f1 f2 f3
= frekuensi 2 hari sekali = frekuensi 5 hari sekali = frekuensi 9 hari sekali
Lampiran 17. Analisis ragam (Trans √x+0,5) pengaruh konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan terhadap pertambahan diameter batang atas selama 3 bulan F Tabel
SUMBER KERAGAMAN
DB
JK
KT
F Hitung
Kelompok Perlakuan Konsentrasi Frekuensi Interaksi Galat Total
2 8 2 2 4 16 26
0,0701 0,1382 0,0227 0,0373 0,0781 0,2768 0,4851
0,0350 0,0173 0,0113 0,0186 0,0195 0,0173
2,0259tn 0,9982tn 0,6567tn 1,0779tn 1,1291tn
Keterangan : tn KK
= tidak berbeda nyata = koefisien Keragaman
5% 3,63 2,59 3,63 3,63 3,01
KK = 7,20 %
42
Lampiran 18. Ratio pucuk/akar selama 3 bulan dengan perlakuan perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan Perlakuan
Ulangan II
I
III
Jumlah
Rata-rata
2,47 3,00 1,51 1,73 1,65 1,61 2,47 1,89 1,24 17,57
0,82 1,00 0,50 0,58 0,55 0,54 0,82 0,63 0,41 0,65
-------------------- cm -------------------k1f1 k1f2 k1f3 k2f1 k2f2 k2f3 k3f1 k3f2 k3f3 Total
0,81 1,35 0,48 0,61 0,97 0,78 0,80 0,65 0,33 6,78
Keterangan : k1 k2 k3
0,93 1,12 0,77 0,61 0,28 0,51 0,74 0,75 0,54 6,25
0,73 0,53 0,26 0,51 0,40 0,32 0,93 0,49 0,37 4,54
= konsentrasi 0,5 gr L-1 = konsentrasi 1,0 gr L-1 = konsentrasi 1,5 gr L-1
f1 f2 f3
= frekuensi 2 hari sekali = frekuensi 5 hari sekali = frekuensi 9 hari sekali
Lampiran 19. Analisis ragam pengaruh konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan terhadap ratio pucuk/akar selama 3 bulan SUMBER KERAGAMAN Kelompok Perlakuan Konsentrasi Frekuensi Interaksi Galat Non-aditif Sisa Total Keterangan : tn KK
F Tabel DB
JK
KT
2 0,3045 0,1523 8 0,8662 0,1083 2 0,2310 0,1155 2 0,3743 0,1871 4 0,2609 0,0652 16 0,6678 0,0417 1 0,0289 0,0289 15 0,6389 0,0426 26 1,8386 = tidak berbeda nyata = koefisien Keragaman
F Hitung
5%
3,6480* 2,5939* 2,7669tn 4,4833* 1,5628tn
3,63 2,59 3,63 3,63 3,01
0,6800tn
4,54
KK = 31,40 %
Uji momogenitas: X2 hitung=10,5 < X2 tabel=15,5 ( Data homogen )
43
Lampiran 20. Ratio/pucuk akar selama 3 bulan (Trans √x+1) dengan perlakuan perbedaan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan Perlakuan
Ulangan II
I
III
Jumlah
Rata-rata
4,049 4,226 3,669 3,767 3,718 3,712 4,050 3,829 3,564 34,584
1,349 1,408 1,223 1,255 1,239 1,237 1,350 1,276 1,188 1,281
-------------------- mm -------------------k1f1 k1f2 k1f3 k2f1 k2f2 k2f3 k3f1 k3f2 k3f3 Total
1,345 1,533 1,217 1,269 1,404 1,334 1,342 1,285 1,153 11,882
Keterangan : k1 k2 k3
1,389 1,456 1,330 1,269 1,131 1,229 1,319 1,323 1,241 11,687
1,315 1,237 1,122 1,229 1,183 1,149 1,389 1,221 1,170 11,015
= konsentrasi 0,5 gr L-1 = konsentrasi 1,0 gr L-1 = konsentrasi 1,5 gr L-1
f1 f2 f3
= frekuensi 2 hari sekali = frekuensi 5 hari sekali = frekuensi 9 hari sekali
Lampiran 21. Analisis ragam (Trans √x+1) pengaruh konsentrasi pupuk daun dan frekuensi penyemprotan terhadap ratio pucuk/akar selama 3 bulan F Tabel
SUMBER KERAGAMAN
DB
JK
KT
F Hitung
Kelompok Perlakuan Konsentrasi Frekuensi Interaksi Galat Total
2 8 2 2 4 16 26
0,0460 0,1263 0,0322 0,0571 0,0370 0,0982 0,2704
0,0230 0,0158 0,0161 0,0285 0,0092 0,0061
3,7467* 2,5727tn 2,6243tn 4,6557* 1,5053tn
Keterangan : tn KK
= tidak berbeda nyata = koefisien Keragaman
5% 3,63 2,59 3,63 3,63 3,01
KK = 6,12 %
44
Gambar 1. Manggis umur 3 bulan setelah penyambungan
Gambar 2. Penyekat penyemprotan
45
Gambar 3. Penimbangan pupuk daun
Gambar 4. Pengukuran diameter batang atas
46
Gambar 5. Pengukuran panjang tunas
Gambar 6. Penghitungan jumlah daun
47
Gambar 7. Penyiangan gulma manual
Gambar 8. Penyiraman bibit manggis
48
Gambar 9. Pengukuran luas daun
Gambar 10. Pengukuran panjang akar