Laporan Tugas Akhir
1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk divisi Angiospermae,
kelasmonokotil,
famili
Graminae
dan
subfamili
Oryzae.
Berdasarkan
morfologinya,padi dapat digolongkan menjadi tiga subspecies yaitu Indica, Japonica danJavanica. Berdasarkan tingginya padi dapat digolongkan menjadi duayaitu padi tinggi (tinggi 1.7 m) dan padi pendek (tinggi 1 m) (Katayama, 1993). Kebutuhan bahan pangan beras di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertambahan penduduk. Akan tetapi, laju peningkatan kebutuhan beras itu tidak sebanding dengan laju penambahan produksi di lapangan sehingga terjadi kekurangan setiap tahun. Penyebabnya adalah rendahnya daya hasil rata-rata per hektar dan pengurangan areal produksi subur yang beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan. Indonesia,pada tahun 1998 pernah sebagai pengimpor beras terbesar di Asia Tenggara sebesar 5,9 juta ton atau separuh dari produksi dunia yang ada di pasaran waktu itu yaitu 12 juta ton (Sumodiningrat, 2001).Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan impor beras tersebut dengan cara pengurangan volume impor danpada tahun 2006 menjadi sebesar 210 ribu ton (Departemen Pertanian, 2006). Melihat kecenderungan dan fluktuasi besarnya impor beras setiap tahunnya menunjukkan bahwa peluanguntuk meningkatkan daya hasil tanaman padi per hektarnya cukup besar. Produksi beras di Indonesia masih memiliki kendala, salah satunya berkaitan dengan semakin terbatasnya kapasitas produksi padi nasional. Penyebab
Laporan Tugas Akhir
2
semakin terbatasnya kapasitas produksi nasional, yaitu : (a) menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan, (b) berlanjutnya konversi lahan pertanian ke nonpertanian, (c) semakin terbatas dan tidak pastinya ketersediaan air irigasi untuk mendukung kegiatan usaha tani padi akibat dari perubahan iklim mikro, (d) kurangnya pemeliharaan jaringan irigasi, sehingga sekitar 30% di antaranya mengalami kerusakan, dan (e) Meningkatnya persaingan pemanfaatan sumberdaya air dengan sektor pemukiman dan industri (Suryana, 2002). Provinsi Jambi dengan luas wilayah 5,1 juta hektar terdiri dari lahan kering seluas 2,65 juta ha dan lahan pertanian tanaman pangan seluas 352.410 ha. Berdasarkan informasi Agro Ecology Zone(AEZ) terdapat kurang lebih 1.380.700 ha lahan kering untuk lahan pertanian yang sesuai untuk pengembangan tanaman padi gogo, jagung dan palawija, sedangkan lahan yang sesuai untuk tanaman padi sawah 246.482 ha. Tanaman padi dan palawija merupakan komoditas penting di Provinsi Jambi sehingga menjadi prioritas dalam menunjang program pertanian. Luas tanam padi sawah di Provinsi Jambi adalah 149.338 ha, luas panen 141.871 ha, dan produktivitas 4,18 ton/ha dengan total produksi 645.513 ton. Produksi padi di provinsi jambi masih dapat ditingkatkan karena potensi hasil beberapa varietas unggulbaru padi yaitu 6–8 ton/ha(Dinas Pertanian Propinsi Jambi, 2008). Potensi peningkatan produktivitas masih sangat besar, upaya peningkatan produktivitas
tersebut dilakukan melalui penerapan teknologi, seperti
peningkatan penggunaan benih unggul bermutu, pemupukan berimbang dan penggunaan pupuk majemuk serta organik, pengamanan produksi dari gangguan OPT dan dampak iklim (Peningkatan Produksi Beras Nasional, 2007).
Laporan Tugas Akhir
3
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi di lahan sawah dengan sistem tanam jajar legowo dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu. Sistem tanam jajar legowo diharapkan akan meningkatkan produksi padi lebih tinggi. Menurut Suwono,Kasijadi, Arifin, danIsmail(2000), bahwa keunggulan cara tanam jajar legowo bila dibandingkan dengan tegel adalah jumlah tanaman per satuan luas lebih banyak sehingga produksinyalebih tinggi.
Jarak yang
berselang seling menyebabkan sirkulasiudara dan sinar matahari yang masuk lebih banyak sehingga mengurangi hamapenyakit serta pemupukan dan penyiangan lebih mudah. Perbaikan sistem tanam, melalui penerapan sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu inovasi teknologi yang telah diperkenalkan dalam usaha untuk meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam Tanaman padi yang berada di pinggir umumnya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik (Anonim,2000). Jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel yang telah berkembang di masyarakat. Istilah legowo yang diambil dari Bahasa Jawa, Banyumas, terdiri atas kata lego dan dowo; lego berarti luas dan dowo berarti memanjang. Dengan cara tanam jajar legowo, kelompok-kelompok barisan tanaman padi dipisahkan oleh suatu lorong yang luas dan memanjang. Tanah yang subur memilki lorong yang lebih sempit sedangkan keragaanvarietas yang berdaun lebat dan tinggi perlu lorong yang lebih luas (Wahyu, 2012).
Laporan Tugas Akhir
1.2
Tujuan Adapun tujuan LTA ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui pengaruh sistem jajar legowo terhadap pertumbuhan dan produksi padi (Oryza sativa L.).
4
Laporan Tugas Akhir
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Karakteristik Komoditi Tanaman padi (Oryza sativa L.) dalam tata nama atau sistematik
(taksonomi) tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Gramineae
Famili
: Gramineae
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza sativa L.
Padi termasuk tanaman semusim yang berakar serabut, akar serabut mulai keluar pada saat tanaman padi sudah berumur 4–5 hari, dan pada saat umur 15 hari pertumbuhan akar serabut sudah mulai pesat.Dengan semakin banyaknya akar-akar serabut ini maka akar tunggang yang berasal dari akar kecambah tidak kelihatan lagi. Letak susunan akar tidak dalam, kira-kira pada kedalaman 20–30 cm. Karena itu akar banyak mengambil zat-zat makanan dari bagian tanah yang di atas. Akar tunggang dan akar serabut mempunyai bagian akar lagi yang disebut akar samping yang keluar dari akar serabut, disebut akar rambut dan yang keluar dari akar tunggang, bentuk dan panjangnya sama dengan akar serabut(Departemen Pertanian, 2009).
Laporan Tugas Akhir
A.
6
Akar Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam akar
yaitu : 1.
Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara.
2.
Akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar ini disebut
adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio atau munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh sebelumnya (Suharno, 2005). Akar bagi tumbuhan mempunyai tugas untuk : 1.
Memperkuat berdirinya tumbuhan.
2.
Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tadi dari dalam tanah.
3.
Mengangkut air dan zat-zat makanan tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan (Tjitrosoepomo, 2001).
B.
Batang
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan diantara ruas yang satu dengan ruas yang lainnya dipisahkan oleh satu buku.Ruas batang padi di dalamnya berongga dan bentuknya bulat, dari atas ke bawah ruas buku itu semakin pendek. Ruas yang terpendek terdapat dibagian bawah dari batang. Sumbu utama dari batang dibedakan dari bagian pertumbuhan embrio yang disertai pada koleoptil pertama (Suharno, 2005).
Laporan Tugas Akhir
C.
7
Anakan Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan
primer tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Suharno, 2005). Anakan terbentuk dari umur 10 hari dan maksimum pada 50–60 hari sesudah tanam. Sebagian dari anakan maksimum mati dan terbentuk anakan produktif sampai mencapai umur 120 hari. Anakan yang terbentuk pada stadia pertumbuhan biasanya tidak produktif. Hilang/matinya anakan disebabkan persaingan antara anakan, saling terlindung, atau kekurangan nitrogen. Varietas unggul mempunyai anakan yang lebih banyak pada waktu pembungaan dan anakan mati sedikit (Hasyim, 2000). D.
Daun Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan koleoptil.
Koleoptilkeluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus sampai permukaan air. koleoptil baru membuka, kemudian diikuti keluarnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang disebut daun bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun ketiga. Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek daripada daun-daun di bawahnya, namun lebih lebar dari pada daun sebelumnya.
Daun bendera ini terletak di
bawah malai padi, daun padi mula-mula berupa tunas yang kemudian berkembang menjadi daun. Daun pertama pada batang keluar bersamaan dengan timbulnya tunas (calon daun) berikutnya. Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu 7 hari,dan 7 hari berikutnya akan muncul daun baru lainnya ( Purwasasmita &Alik, 2012).
Laporan Tugas Akhir
E.
8
Bunga Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.
Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kantung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu (Suharno, 2005). F.
Malai Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas
dinamakan malai.Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkansumbu
utama
malai
adalah
ruas
buku
yang
terakhir
pada
batang.Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam.Dari sumbu
utama pada ruas bukuyang
terakhir
inilah
biasanyapanjang malai (rangkaian bunga) diukur. Panjang malai dapat dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai sedang (antara 20–30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30cm). Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15–20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat
mencapai 30 buah cabang.Jumlah cabang ini akan
mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas baru, setiap malai bisa mencapai 100–120 bunga (Deradjat dkk,. dan Simanulang, 2001). Padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8–10 buku yang menghasilkan cabang–cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang-cabang sekunder. Dari buku pangkal malai pada umumnya akan muncul hanya satu
Laporan Tugas Akhir
9
cabang primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2–3 cabang primer (Tobing, 1995). G.
Lemma Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat lima dan keras yang sebagian
menutupi pale dan memiliki suatu ekor. Palea yaitu bagian floret yang berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma. Bunga terdiri dari 6 benang sari dansebuah putik, yang ke enam benang sari tersusun dari dua kelompok kepala sari yang tumbuh pada tangkai benang sari (Suharno, 2005). Pada keadaan normal, persarian terjadi bersamaan dengan membukanya bunga. Tepung sari yang jatuh pada kepala putik segera berkecambah dalam waktu 3 menit dan menghasilkan pipa tepung sari dan akan mencapai kantong janin melalui pintu mikrofil (Tobing, 1995). H.
Biji Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma
steril, dan ekor gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat. Butir biji padi tanpa sekam (kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam, kulit beras, endosperm, dan embrio (Suharno, 2005). I.
Anakan Menurut Makarim dan Ikhwan(2009), anakan pada padi tumbuh setelah
tanaman padi memiliki 4–5 daun. Perkembangan anakan berhubungan dengan perkembangan daun. Apabila daun pada pada buku ke-n telah memanjang, maka pada saat itu anakan akan muncul dari ketiak daun pada buku tanaman padi.
Laporan Tugas Akhir
10
Tanaman padi memiliki pola anakan berganda (anak-beranak). Batang utama tanaman padi akan tumbuh anakan primer yang sifatnya heterotropik sampai anakan tersebut memiliki 6 daun dengan 4-5 akar. Anakan primer selanjudnya tumbuh anakan sekunder yang kemudian menghasilkan anakan tersier. 2.2
Faktor Lingkungan Suhu mempunyai pengaruh penting terhadap pertumbuhan. Suhu yang
terlalu rendah pada waktu pertumbuhan permulaan sangat menghambat pengembangan daripada kecambah, sehingga pemindahan terlambat dan pembentukan anakan berkurang. Sedangkan suhu rendah setelah pembentukan malai akan menyebabkan peningkatan sterilitas dan mengurangi berat biji. Perbedaan suhu yang jelas antara siang dan malam akan mempercepat pematangan biji, terutama bila suhu malam yang rendah (Hasyim, 2000). Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau lebih. Curah hujan yang dikehendaki sekitar 1500–2000 mm/tahundengan ketinggian tempat berkisar antara 0–1500 mdpl dan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah dengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan perbandingan tertentu dan diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan atasnya sekitar 18 –22 cm dengan pH 4–7 (Surowinoto, 1982). Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada
Laporan Tugas Akhir
11
45 C0LU sampai 45 C0LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan (Gani, 2002). Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada waktu bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991). 2.3. Sistem Jajar Legowo Jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel yang telah berkembang di masyarakat. Istilah legowo yang diambil dari Bahasa Jawa, Banyumas, terdiri atas kata lego dan dowo; lego berarti luas dan dowo berarti memanjang. Dengan cara tanam jajar legowo, kelompok-kelompok barisan tanaman padi dipisahkan oleh suatu lorong yang luas dan memanjang. Bila jarak antar baris tanaman padi umumnya adalah 20 hingga 25 cm, lorong yang memisahkan antar kelompok barisan mencapai 50 cm hingga 70 cm, tergantung kesuburan tanah dan keragaan varietas padi yang ditanam. Tanah yang subur memiliki lorong yang lebih sempit sedangkan keragaan varietas yang berdaun lebat dan tinggi perlu lorong yang lebih luas ( Wahyu, 2012). Legowo diartikan sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong.
Sistem tanam jajar legowo juga
merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pinggir yang lebih banyak dengan adanya barisan
Laporan Tugas Akhir
12
kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Hal yang diambil dari sistem penanaman jajar legowo ini adalah dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong ( Suharto, 2005). Melalui perbaikan cara tanam padi dengan sistem jajar legowo diharapkan selain dapat meningkatkan produksi, pengendalian organisme pengganggu dan pemupukan mudah dilakukan. Sistem legowo merupakan suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektar. Penerapan Jajar Legowoselain meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu
menambah
kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara disekeliling tanaman pinggir sehingga tanaman dapat berfotosintesa lebih baik (Sembiring,2001). Selain itu, tanaman yang berada di pinggir diharapkan memberikan produksi yang lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem tanam jajar legowo terdapat ruang terbuka seluas 25–50%, sehingga tanaman dapat menerima sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses fotosintesis (Pujaratno,2010). Manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut : 1.
Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
Laporan Tugas Akhir
2.
13
Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
3.
Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
4.
Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
5.
Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil (Wahyu, 2010).
Ada beberapa tipe tanaman jajar legowo yaitu 2 : 1, dimana setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam dalam barisa yang memanjang disempitkan menjadi setengah jarak tanam dalam barisan. Jajar legowo 3 : 1, setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir dirapatkan dua kali dengan tanam yang ditengah. Jarak tanam 4 : 1, setiap empat baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan (Wahyu, 2012). Hasil penelitian Abdulah (2004), mendapatkan hasil padi dengan sistem tanam legowo lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara petani (sistem tegel).
Laporan Tugas Akhir
14
Menurut Triny, Kadir, Suhartatik, danSutisna(2004), dengan perbaikan teknologi budidaya, penerapan sistem tanam berbeda dengan kebiasaan petani seperti penerapan sistem legowo 2:1 dapat meningkatkan produktivitas padi.
Hasil
penelitian sistem tanam legowo 2:1 memberikan hasil gabah sebesar 6.25 ton/ha, meningkat sebesar 18.1% bila dibandingkan sistem tanam tegel.Variasi peningkatan produktivitas padi dengan sistem tanam yang berbeda tergantung dengan varietas padi yang digunakan. Pengertian jajar legowo 2 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 2 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam 1/2 kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 2 : 1 adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas padi yang digunakan , seperti varietas Indragiri cukup dengan jarak 20 cm, padi yang punya penampilan lebih lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya antara 22,5–25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 cm, sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam bertujuan agar mendapat hasil yang optimal. Jajar legowo 4 :1 jajar legowo 2 : 1 ( Hatta, 2012).
Laporan Tugas Akhir
15
Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31% dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisipan (Badan Litbang Pertanian, 2013). Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) (Wahyu, 2012). Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25x25) cm (Badan Litbang Pertanian, 2013).
Laporan Tugas Akhir
16
III.
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dilaksanakan mulai tanggal 24 Maret sampai 13 Juni 2015 di BPTP Jambi 3.2. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan pada budidaya padi sistem tanam legowo yaitu benih padi varietas Indagiri, pupuk Urea,SP36, KCl, ember, karung goni, tali plastik dan ajir untuk sampel. Alat yang digunakan yaitu cangkul, sabit, parang, caplak, ember, sprayer, meteran. 3.3
Metode Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM), dilaksanakan di BPTP
Jambi. Luasan lahan yang diamati 400 m2 dilakukan perbandingan antarasistem tanam jajar legowo 2 : 1dan 4 : 1 pada padi varietas Indragiri. Pengamatan dilakukan dengan pengambilan sampel sebanyak 20 tanaman secara acak, data pengamatan pada masing-masing variabel dianalisis dengan uji t pada taraf nyata 5% dan 1%.
t hit =
dimana :
SDx=√
SDy=√
Laporan Tugas Akhir
17
Keterangan: X Y Mx,y N SDx,y
: Nilai masing-masing variabel pengamatan perlakuan metode legowo 2:1 : Nilai masing-masing variabel pengamatan pada metode legowo 4 : 1 : Rata-rata nilai variabel X dan Y : Jumlahsampel tanaman : Standar deviasi variabel x dan y
Hipotesis: Ho
Hi
3.4
: Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara perlakuan metode legowo 2 : 1 dengan metode legowo 4 : 1 terhadap variabelpertumbuhan dan produksi (t hit < t tabel 5%) : Terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan metode legowo 2 : 1 dengan metode legowo 4 : 1 terhadap parameter pertumbuhan dan produksi (t hit >t tabel 5% dan 1%). Pelaksanaan Kegiatan
3.4.1 Pengolahan tanah Pada
teknologi
sistem
tanam
legowo
pengolahan
tanah
harus
dilakukanhingga berlumpur dan rata yang dimaksudkan untuk menyediakan mediapertumbuhan yang baik bagi tanaman padi dan untuk mematikan gulma.Pembajakan tanah dilakukan dua kali. Setelah pembajakan pertama sawahdigenangi dahulu sekitar 7-15 hari, kemudian dilakukan pembajakan kedua diikutipenggaruan untuk meratakan pelumpuran. Untuk tanah yang lapisan olahnyadalam, pengolahan cukup dilakukan dengan
penggarukan tanpa
pembajakanterutama pada musim kemarau. 3.4.2 Sistem tanam Adapun sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam legowo 2 : 1 dan 4 : 1. Dalam penanaman pola jajar Legowo 2 : 1 terdapat dua baris tanaman padi diselingi oleh satu baris yang sengaja dikosongkan dan 4 : 1 terdapat empat baris tanaman padi dan diselingi oleh satu baris tanaman padi dan diselingi satu baris yang sengaja dikosongkan. Hal ini bertujuan untuk mengkompensasikan populasi
Laporan Tugas Akhir
18
tanaman pada baris yang dikosongkan. Pada baris yang kosong dapat dibuat benteng. Benteng berfungsi untuk memudahkan pada saat pemupukan sehingga petani tidak perlu turun kesawah. 3.4.3 Persemaian Persemaian dilakukan di petakan sawah dengan melumpurkan tanah kemudian benih ditabur secara merata diatas tanah dan ditutupi dengan karung/koran agar tidak dimakan burung. 3.4.4 Jumlah benih/lubang Pada teknologi sistem tanam legowo ini jumlah benih yang ditanam adalah 3-8 per lubang, sehingga dapat menghemat benih. Manfaat lain dari pengurangan benih yang ditanam juga agar dapat tumbuh dan berkembang lebih baik, perakaran lebih intensif dan anakan lebih banyak. 3.4.5 Umur bibit Umur bibit yang ditanam pada teknologi sistem tanam legowo ini adalah sekitar 10–15 hari. Hal ini memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak. Perakaran bibit berumur 15 hari lebih cepat beradaptasi dan lebih cepat pulih dan stres akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman, apalagi pada kondisi tanah macak-macak berselang dan diberi pupuk. 3.4.6 Penanaman Penanaman sebaiknya lahan telah betul-betul rata dan kemudian dibuat garis tanam dengan menggunakan caplak agar pertanaman teratur dengan jarak tanam seragam. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25 x 25 cm. Bibit dapat
Laporan Tugas Akhir
19
dipindahtanamkan pada umur 15 hari setelah semai (berdaun 4) dengan jumlah 38 bibit perlubang. 3.4.7 Pemeliharaan a.
Penyiangan Penyiangan dilakukan sebanyak empat kali, yaitu pada umur 10, 20, 30 dan
40 hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan melalui lorong-lorong dari metode legowo tersebut, tujuannya agar perakaran tanaman tidak terinjak yang nantinya dapat menyebabkan akar terputus. b.
Pemupukan Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis pupuk yang sudah ditetapkan
pada setiap sistem budidaya. Pupuk Urea, SP36, KCl. Pupuk Urea diberikan dalam 2 tahap yaitu pada saat satu minggu penanaman dan pada minggu ke lima setelah tanam. c.
Pengairan Pengelolaan air yang digunakan pada teknologi sistem tanam legowo adalah
irigasi berselang (intermitten). Pada sistem irigasi berselang, tanah diusahakan untuk mendapat aerasi beberapa kali agar tidak terlalu lama dalam kondisi anaerobik yaitu dengan cara mengatur waktu pengairan dan pengeringanatau drainase. d.
Panen dan pasca panen Pemanenan dilakukan secara potong batang bawah dengan menggunakan
sabit, kemudian dilakukan perontokan dengan menggunakan mesin dan dilakukan pembersihan gabah dari sisa jerami dengan blower manual. Kadar kotoran tidak
Laporan Tugas Akhir
20
boleh lebih dari 3% dan gabah dijemur selama 3–4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14%. 3.4.8 Pengamatan vegetatif dan generatif Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui keunggulan antara Jajar legowo 2:1 dengan 4:1 adalah sebagai berikut : A.
Pengamatan yang dilakukan pada fase vegetatif : 1. Tinggi tanaman dengan melakuakan pengukuran setiap minggunya hingga muncul malai, pengukuran dilakukan dengan meteran dari pangkal sampai daun terpanjang. 2. Jumlah anakan dihitung berdasarkan anakan yang dihasilkan pada indukan setiap minggunya.
B.
Pengamatan yang dilakukan pada fase generatif : 1. Jumlai malai per rumpun dihitung berdasarkan malai yang muncul pada rumpun berumur ± 60 hari. 2.
Jumlah bulir per malai dihitung berapa jumlah bulir yang dihasilkan dalam satu malai pada setiap sampelnya.
3. Persentase gabah bernas diamati dengan menghitung jumlah gabah bernas dibagi jumlah gabah per malai dan dikalikan 100%. 4. Bobot 1000 butir dihitung dengan mengambil 1000 butir gabah padi pada setiap sampelnya lalu ditimbang menggunakan timbangan analitik. 5. Komponen hasil di hitung berdasarkan Produksi = populasi (rumpun) x jumlah malai/rumpun x persentase gabah bernas x berat 1000 butir (gr). 6. Produksi luasan lahan 400 m2, dengan melakukan penimbangan hasil keseluruhan dan menkonversikannya menjadi per hektar.
Laporan Tugas Akhir
21
IV. HASIL DANPEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari tanam sampai 5 minggu
setelah tanam di lapangan dengan mengamati pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif adalah tinggi tanaman, jumlah anakan. Pengamatan padafase generatif adalah jumlah gabah per malai, panjang malai dan produksi gabah dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Rerata tinggi tanaman padi sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1. Variabel Pengamatan 1 Tinggi tanaman 2 Jumlah anakan 3 Jumlah anakan produktif 4 Jumlah gabah per malai 5 Panjang malai 6 Bobot 1000 butir HS (Highly Significant) S (Significant) NS (Non Significant) t tab 5 % t tab 1 % No
Satuan Cm Batang Batang Butir Cm
Perlakuan Legowo 2 : 1 Legowo 4 : 1 95.4 91.3 38.9 39.8 16.9 16.3 103.6
t-hitung HS NS S
106.6
NS
19.8 19.5 21.1 19. 9 berbeda sangat nyata berbeda nyata berbeda tidak nyata 2.02 2.71
NS HS
4.1.1Tinggi tanaman Berdasarkan pengamatan rata-rata tinggi tanaman pada sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dibandingkan sistem tanam jajar legowo 4 : 1, dapat dilihat pada gambar 1. Pada umur 21, 28, 35,42 hst dengan menggunakan sistem jajar legowo 4 : 1 pertumbuhan tanaman lebih cepat dibandingkan dengan jajar legowo 2 : 1 . Tetapi pada umur 49 hst peningkatan tinggi tanaman jajar legowo 2 : 1 lebih cepat
Laporan Tugas Akhir
22
dibandingkan dengan jajar legowo 4 : 1. Pada tinggi tanaman,sistem jajar legowo 2:1 95.4 cm dan sistem jajar legowo 4:1 91.3 cm. 120
Tinggi tanaman (cm)
100
80
60
Jajar legowo 2 : 1 Jajar legowo 4 : 1
40
20
0 21
28 35 42 Umur tanaman (hst)
49
Gambar 1. Grafik tinggi tanaman padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 4.1.2Jumlah anakan Berdasarkan pengamatan terhadap jumlah anakan,pada penerapan sistem tanam jajar legowo 4 : 1 jumlah anakan pada umur 21, 28, 35 dan 42 hst lebih banyak dibandingkan dengan jajar legowo 2 : 1 dengan pertumbuhan anakan yang sedikit. Akan tetapi pada umur 49 hst jajar legowo 2 : 1 pertumbuhan anakan lebih baik dibandingkan dengan jajar legowo 4 : 1 dengan pertumbuhan jumlah anakan yang melambat.
Laporan Tugas Akhir
23
45 Jumlah anakan (batang)
40 35 30 25 20
Jajar legowo 2: 1
15
Jajar legowo 4 : 1
10 5 0 21
28 35 42 Umur tanaman (hst)
49
Gambar 2. Grafik jumlah anakan padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 4.1.3 Panjang malai Malai terpanjang mampu dihasilkan pada penerapan legowo 2:1 mencapai 19.8 cm sedangkan pada legowo 4:1 hanya mencapai 19.5 cm.
Panjang malai (cm)
25 20
19.8
19.5
jajar legowo 2:1
jajar legowo 4:1
15 10 5 0
Gambar 3.
Grafik panjang malai (cm) padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1
Laporan Tugas Akhir
24
4.1.4Jumlah gabah/malai (bulir) Berdasarkan pengamatan jumlah gabah/malai lebih banyak dihasilkan pada jajar legowo 4:1 106.6 bulir, sedang kan 2:1 hanya 103.6 bulir. Terlihat pada gambar di bawah. 103.6
106.6
Jajar legowo 2:1
Jajar legowo 4:1
110
jumlah gabah/malai (bulir)
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Gambar 4. Grafik jumlah gabah /malai (bulir) padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1
4.1.5 Bobot 1000 butir Penganatan 1000 butir dengan melakukan penimbangan diperoleh hasil yang ditujuntukan pada Gambar 5. Sistem tanam padi jajar legowo 2:1 lebih berbobot dibandingkan dengan jajar legowo 4:1
Laporan Tugas Akhir
25
21.1
22 20
19.9
Bobot 1000 butir
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 jajar legowo 2:1
Gambar 5.
jajar legowo 4:1
Grafik bobot 1000 butir padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1
4.2 Pembahasan Pertumbuhan padi sawah dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 lebih cepat dan
baik pertumbuhannya dibandingkan dengan sistem jajar
legowo 4 : 1 pertumbuhan tinggi tanaman melambat dari pengamatan minggu ke minggu. Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan sistem jajar legowo 2 : 1 memiliki rata-rata 95.35 cm sedangkan dengan menggunakan sistem jajar legowo 4 : 1 pertumbuhan tinggi tanaman rata-rata 91.3 cm. Untuk pengamatan jumlah anakan dengan sistem jajar legowo 4 : 1 lebih baik dibandingkan dengan 2 :1 dengan rata-rata jumlah anakan 39.8 anakan, sedangkan rata rata jumlah anakan dengan menggunakan sistem jajar legowo 2 : 1 adalah 38.9 anakan dari perbedaan kedua sistem tanam tidak begitu signifikan. Jumlah anakan produktif dengan menggunakan sistem jajar legowo 2 : 1 adalah 16.9 anakan sedangkan dengan menggunakan sistem jajar legowo 4 : 1 sebanyak 16.3 anakan.
Laporan Tugas Akhir
26
Ada kecenderungan bahwa semakin banyak populasi tanaman maka jumlah gabah juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak lorong yang terdapat pada sistem tanam jajar legowo mengakibatkan intensitas cahaya matahari yang sampai ke permukaan daun lebih banyak terutama pada pinggir lorong sehingga meningkatkan efisiensi fotosintesa (Abdullah, Zen, Munir, Ardimar, Azwir, dan Taher,2000). Selanjutnya Fagi&De Datta (1981), menyatakan bahwa laju serapan hara oleh akar tanaman cenderung meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya matahari. Umur bibit pindah lapang sangat berpengaruh terhadap produksi padi. Semakin cepat bibit pindah lapang akan semakin memadai periode bibit beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga semakin memadai periode untuk perkembangan anakan dan akar.Perakaran bibit berumur kurang dari 15 hari lebih cepat beradaptasi dan cepat pulih dari cekaman akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman (BPTP Jambi, 2009). Selain itu, jumlah anakan padi juga berkaitan dengan periode pembentukan phyllochron. Phyllochron adalah periode muncul satu set batang, daun dan akar yang muncul dari dasar tanaman dan perkecambahan selanjutnya. Semakin tua bibit dipindah ke lapang, semakin sedikit jumlah phyllochron yang dihasilkan, sedangkan semakin muda bibit dipindahkan, semakin banyak jumlah phyllochron yang dihasilkan sehingga anakan yang dapat dihasilkan juga semakin banyak (Sunadi, 2008). Panjang malai dengan menggunakan sistem jajar legowo 2 :1 lebih panjang 19.8 cm berbeda nyata dengan sistem jajar legowo 4 :1 hanya 19.5. Jumlah gabah per malai untuk jajr legowo 2 : 1 103.6 butir sedangkan dengan menggunakan jajar legowo 4 : 1 yaitu 106.6 butir, hal ini dikarenakan jumlah anakan 4 : 1 lebih
Laporan Tugas Akhir
27
banyak dibandingkan dengan 2 : 1. Untuk bobot 1000 butir dengan menggunakan sistem jajar legowo 2 : 1 sebanyak 21.1 gram sedangkan dengan menggunakan jajar legowo 4 : 1 sebanyak 19.9 gram. Budidaya padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 mendapatkan produksi gabah sebanyak 217 kg/400 m2dan dikonversikan untuk luasan lahan per ha sebesar 5.4 ton/ha. Jumlah gabah dengan menggunakan sistem jajar legowo 4 : 1 sebanyak 212 kg/ 400 m2dan dikonversikan untuk luasan per ha sebesar 5.3 ton/ha. Pertumbuhan tanaman yanag optimal mempunyai pengaruh yang besar terhadap hubungan antara malai dengan hasil.
Tanaman yang tumbuh baik
mampu menyerap hara dalam jumlah banyak. Ketersediaan hara dalam tanah berpengaruh terhadap aktivitas tanaman termasuk aktivitas fotosintesis, sehingga dengan demikian tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan komponen hasil tanaman (Yosidha, 1981). Menurut Hamzah dan Atman (2000), peningkatan hasil gabah iniantara lain disebabkan oleh meningkatnya populasi tanaman padi. Selain pengaruh populasitanaman, peningkatan hasil gabah juga disebabkan oleh meningkatnya nilai komponen hasil. Yoshida (1981) menyatakan bahwa kerapatan tanaman berpengaruh pada pertumbuhan jumlah malai per tanaman yang terbentuk dan selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi gabah kering tanaman. Menurut Tryni et al,. (2004), sistem tanam legowo 2 : 1 akan menjadikan semua rumpun barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir, dengan kata lain seolah-olah semua barisan rumpun tanaman berada di pinggir galengan, sehingga semua tanaman mendapat efek samping (border effect), dimana tanaman
Laporan Tugas Akhir
28
yang mendapatkan efek samping produksinya lebih tinggi dari yang tidak mendapatkan efek samping. Tanaman yang mendapat efek samping, menjadikan tanaman mampu memanfaatkan faktor-faktor tumbuh yang tersedia seperti cahaya matahari, air dan CO
2
dengan lebih baik untuk pertumbuhan dan pembentukan
hasil, karena kompetisi yang terjadi relatif kecil (Harjadi, 1979). Sistem tanam legowo adalah salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi sawahdengan jalan menata populasi tanaman menjadi lebih tinggi 20-25 % dibandingkan dengan sistem tanam biasa. Jika sistem tanam biasa yang dilakukan petani jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm populasi tanam per ha hanya 200.000- 250.000. Sedangkan dengan sistem tanam legowo 2:1 populasi tanam per ha mencapai 333.250 rumpun, legowo 4:1 sebanyak 300.000 rumpun dan legowo 6:1 menjadi 285.000 rumpun per ha (Syamsiah,Abdullah, Amril, Hosen, dan Azwir, 2004). Legowo diartikan sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong.
Sistem tanam jajar legowo juga
merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pinggir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi.Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Hal yang diambil dari sistem penanaman jajar legowo ini adalah dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan
Laporan Tugas Akhir
29
pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong ( Suharto, 2005). Ada beberapa tipe tanaman jajar legowo yaitu 2 : 1, dimana setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam dalam barisan yang memanjang disempitkan menjadi setengah jarak tanam dalam barisan. Jajar legowo 3 : 1, setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir dirapatkan dua kali dengan tanam yang ditengah.
Jarak
tanam 4 : 1, setiap empat baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan (Wahyu, 2012). Keadaan lahan yang diteliti rawa-rawa dan diserang oleh hama dan penyakit hawar, wereng cokelat, walang sangit masih dibawah ambang ekonimis, tetapi dilihat dari varietas yang digunakan yaitu indragiri merupakan varietas padi tipe pendek, banyak anakan, dan umur genjah sehingga produksi yang didapat tidak merugi. Menurut Rutger (2002), serta Kardin,Oniki, Ogoshi, danSakai(1988), bahwa tipe tanaman padi pendek dan beranak banyak seperti ini menyebabkan kondisi lingkungan di bawah kanopi tanaman lebih hangat dan lembab, sehingga mendukung perkembangan penyakit yang menginfeksi batang dan upih seperti penyakit hawar. Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31% dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisipan (Badan Litbang Pertanian, 2013).
Laporan Tugas Akhir
30
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25x25) cm (Badan Litbang Pertanian, 2013). Manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut : (1) Mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman (2) Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. (3) Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir (Suharno, 2005).
Laporan Tugas Akhir
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasilpelaksanaan observasi pengaruh sistem jajar legowo terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi antara 2:1 dan 4:1, dapat di ambil kesimpulan:Perbandingan sistem jajar legowo 2:1 dan 4:1 berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot 1000 butir, dan berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif, serta berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, jumlah gabah/malai, dan panjang malai. Produksi tertinggi pada sistem jajar legowo adalah sistem jajar legowo 2:1 yaitu 5,3 ton/ha, sedangkan sistem jajar 4:1 yaitu 5,2 ton/ha. 5.2
Saran Penggunaan sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan pertumbuhan
baik vegetatif dan generatif serta meningkatkan produksi gabah.
Dengan
menggunakan sistem jajar legowo pemeliharan lebih mudah dan mengurangi serangan hama dan penyakit serta mampu memberikan efek tanaman pinggir.
Laporan Tugas Akhir
32
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S. 2004. Pengaruh Perbedaan Jumlah dan Umur Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah. Sukarami. 161 hal. Abdullah, S., S. Zen, R. Munir, Ardimar, Azwir,dan A.Taher. 2002. Teknologi sistemtanam legowo (bershaf) pada budidayapadi sawah. Makalah disampaikan pada pembahasan rekomendasi Paket Teknologi Pertanian pada tanggal 18 November 2000,di Moseum Adytiawarman Padang. Anonimus. 2000. Petunjuk teknis pengkajian dan pengembangan intesisifikasi padi
lahan irigasi berdasarkan pengolaan tanaman dan sumberdaya terpadu. Balitpa. Puslittan. Badan Litbang. Deptan. Jakarta. Asep, Wahyu. 2010. LEGOWO. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas, Serang, Banten. Asep. wahyu. 2012. Tanaman padi cara jajar legowo di lahan sawah. Http://dipertanaknunukan.blogspot.com/2012/03/tanam-pado-cara-jajalegowo-di-lahan.html. diakses, 23 juni 2015. Badan Litbang Pertanian. 2013. Jajar Legowo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2009.Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Jambi. Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Teknis Pengembangan SystemRice of Intensification (S.R.I.). http: // pla. deptan. go. id / pdf /03 PEDOMAN TEKNIS S.R.I. 2009. pdf. [13/04/2015]. Dinas Pertanian Provinsi Jambi. 2008. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. Disampaikan pada acara Lokakarya Sosialisasi Varietas Unggul Kedelai. Jambi, tanggal 2 April 2015. Daradjat A., SK. Triny, dan Sadeli. 2001. Keparahan patogen penyebab penyakit pada pertanaman padi dengan cara tanam legowo. TAJUK : Majalah Ilmiah Pertanian. V. 2(4), p. 19-26. Eizenge GC, Lee FN, Rutger JN. 2002. Screening oryza species plant for rice sheath bligt resistance. Plant Disease. 86: 808-812. Fagi, A.M and S.K. De Datta. 1992. Environmental factors affecting nitrogen efficiency in flooded tropical rice. Fertilizer Research. 2:52-67 Gani, A. 2003. Sistem Intensifikasi padi (System of Rice Intensification). Harjadi, SS. 1999. Pengantar Agronomi.Gramedia Pustaka. Jakarta. Kardin M.K, Oniki M, Ogoshi A, Sakai R. 1988. Effect of air temperature on mycelial growth rate of Rhizoctonia solani from Indonesia and Japan. Jurnal Penelitian Pertanian. 8:23-28.
Laporan Tugas Akhir
33
Makarim, A. K. dan Ikhwani. 2008. Respon komponen hasil varietas padi terhadap perlakuan agronomis. Http://puslittan.net. Diakses pada tanggal 8 Januari 2013. Hasyim. 2000. Pengantar pemuliaan tanama. Institute Pertanian Bogor. Bandung. Hatta, Muhammad. 2012. Pengaruh Tipe Jarak Tanam Terhadap Anakan, Komponen Hasil, Dan Hasil Dua Varietas Padi Pada Metode SRI. J.Floratek 6:104-113. Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh Luh, B. S. 1991. Rice. Second Edition. Van Nostrand Reinhold. New York. Peningkatan Produksi Beras Nasional. 2007. Rumusan Sementara RapatRegional III. http : // agribisnis. deptan. go. id / web / dipertantb/berita/p2bn.htm. [15/06/2015]. Purwasasmita, M dan Alik. 2012. SRI organik Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta. 140 hal. Syamsiah.I., S. Abdullah, Amril B, N. Hosen, dan Azwir. 2004. Pengelolaan usahatani padi sawah secara terpadu di pakandangan Sumatera Barat. Hlm. 711-727. Dalam A.K Makarim, I.N.Widiarta, A.Setyono, H. Pane, Hermanto, dan A.S. Yahya (eds).Kebijakan Peberasan dan Inovasi Teknologi padi. Puslitbangtan Bogor. Sembiring, H. 2001. Komoditas Unggulan Pertanian Propinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara : Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi. Suharno. 2005. Bahan Kuliah Serealia. Dinas http://www.distan.pemda-diy.go.id (4 April 2015).
Pertanian
DIY.
Suwono. Kasijadi, Z. Arifin, I.W. ahab. dan C, Ismail. 2000. Pengkajian sistem usaha pertanian padi dan efisiensi pupuk di ekoregion lahan irigasi. Laporan penelitian/pengkajian tahun 1999/2000. BPTP Karangploso. http://balitbang novdasumsel.com/data/download/20140128142030.pdf. 05 April 2015. Tobing. 1995. Agronomi tanaman makanan I. Medan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Triny S. Kadir, E. Suhartatik dan E. Sutisna. 2004. Petunjuk teknis budidaya PTB cara PTT. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Fatmawati dan VUB lainnya, 31 Maret – 3 April 2004 di Balitpa, Sukamandi. Yoshida, Shouichi. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. IRRI, Los Banos Laguna Philippines.
Laporan Tugas Akhir
34
Lampiran 1. Deskripsi tanaman padi sawah varietas Indragiri. Nama Varietas
: Indragiri
Tahun
: 2000
Tetua
: B6256-MR-3-5P/Barumun/Rojolele/IR68
Rataan Hasil
: 4,5-5,5 t/ha
Pemulia
: B. Kustianto, Suwarno, Soewito Tj.
Nomor pedigri
: B7952F-KN-18-2
Golongan
: Cere
Umur tanaman
: 117 hari
Bentuk tanaman
: Tegak
Tinggi tanaman
: 100 cm
Anakan produktif
: 15-20 batang
Warna kaki
: Hijau
Warna batang
: Hijau
Warna daun telinga
: Tidak berwarna
Warna lidah daun
: Tidak berwarna
Warna daun
: Hijau
Muka daun
: Kasar
Posisi daun
: Tegak
Daun bendera
: Miring
Bentuk gabah
: Sedang
Warna gabah
: Kuning bersih
Kerontokan
: Sedang
Kerebahan
: Tahan
Tekstur nasi
: Sedang
Kadar amilosa
: 23,5 %
Bobot 1000 butir
: 24-25 gram
Ketahanan terhadap cekaman : Toleran terhadap keracunan Fe dan Al lingkungan Hama
: Tahan terhadap wereng coklat populasi IR42 (biotipe 2)
Penyakit
: Tahan terhadap penyakit blas, tahan terhadap hawar daun strain III
Anjuran tanam
: Baik ditanam pada lahan potensial , gambut dan sulfat masam
Laporan Tugas Akhir
35
Lampiran 2. Pengamatan tinggi tanaman padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 :1 pada luasan lahan 600 m2.
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rata-rata
Jajar legowo 2 : 1 Jajar legowo 4 : 1 Sampel Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman (cm) I II III IV V I II III IV V 41 56 72 85 104 1 50 62 70 84 98 28 42 56 72 98 2 52 70 75 86 97 43 65 72 84 94 3 50 64 72 83 89 42 54 64 80 98 4 54 63 73 86 99 38 45 55 78 103 5 45 53 82 94 102 37 57 67 85 98 6 53 58 65 70 87 41 58 65 83 95 7 42 56 61 74 86 36 42 51 78 96 8 47 53 60 74 89 34 45 54 76 92 9 59 52 75 83 92 40 52 57 83 106 10 45 53 60 75 87 34 42 49 74 87 11 43 63 72 82 94 33 48 53 75 97 12 43 65 74 80 93 42 46 54 76 98 13 43 59 66 75 89 39 44 56 81 97 14 44 56 75 84 94 38 48 53 87 92 15 55 57 63 78 89 42 49 57 78 92 16 54 63 72 84 92 40 48 54 76 89 17 39 55 62 76 86 39 50 62 87 96 18 47 64 73 83 92 40 47 54 79 89 19 44 64 70 78 87 32 46 56 74 86 20 46 54 65 75 84 37,95 49,2 58,05 79,55 95,35 47,75 59,2 69,25 80,2 91,3
Laporan Tugas Akhir
36
Lampiran 3. Pengamatan jumlah anakan padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 :1 pada luasan lahan 400 m2.
Sampel I 1 9 2 8 3 11 4 9 5 11 6 13 7 6 8 8 9 10 10 11 11 8 12 8 13 9 14 11 15 13 16 13 17 9 18 6 19 9 20 7 Rata-rata 9,45
Jajar legowo 2 : 1 Tinggi tanaman (cm) II III IV 18 25 32 17 23 27 15 20 28 15 21 26 16 23 28 16 24 32 12 18 25 14 19 27 17 25 36 18 26 31 16 29 36 17 25 38 18 27 35 19 26 32 21 27 34 19 25 34 18 26 32 16 26 34 16 28 36 18 29 36 16,8 24,6 31,95
Sampel V 38 35 36 38 36 37 30 31 45 37 47 46 42 38 40 42 39 40 40 41 38,9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jajar legowo 4 : 1 Tinggi tanaman (cm) I II III IV V 14 23 32 38 42 15 19 29 35 38 17 24 28 32 37 15 23 33 36 40 13 20 31 38 42 12 27 37 42 44 15 26 36 40 42 11 16 27 32 38 16 20 29 34 36 20 30 36 39 40 15 24 32 38 42 12 17 27 36 38 12 20 32 35 39 12 29 37 40 43 16 27 35 37 40 20 21 29 33 38 11 21 30 37 39 17 22 32 35 39 18 21 34 38 40 12 27 35 37 39 14,65 22,85 32,05 36,6 39,8
Laporan Tugas Akhir
Lampiran 4.
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rata-rata
37
Komponen hasil tanaman padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 :1 pada luasan lahan 400 m2. Panjang malai (cm) Jajar Jajar legowo 2 legowo :1 4:1 16 18 18 15 20 17 21 19 17 23 18 20 18 21 19 23 23 18 21 17 20 19 20 18 19 18 20 19 23 17 21 23 19 20 22 23 21 20 20 21 19,8
19,45
Bobot 1000 biji (gr) Jajar Jajar legowo legowo 2:1 4:1 21 20 18 19 20 21 21 19 23 19 18 20 21 18 19 20 20 19 23 21 17 18 18 21 20 23 21 24 23 20 34 19 20 21 19 18 24 17 21 20 21,05
19,85
Jumlah gabah/malai (biji) Jajar Jajar legowo legowo 2:1 4:1 103 98 98 104 105 111 112 110 110 113 103 104 98 115 114 103 117 101 105 95 99 110 104 103 107 101 102 112 101 104 104 106 96 115 88 103 106 120 100 103 103,6
106,55
Laporan Tugas Akhir
38
Lampiran 5. Hasil uji t terhadap parameter tinggi tanaman padi sawah Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nilai X 104 98 94 98 103 98 95 96 92 106 87 97 98 97 92 92 89 96 89 86
Y 98 97 89 99 102 87 86 89 92 87 94 93 89 94 89 92 86 92 87 84
Rerata ∑
95,4
91,3
∑x².y² Mean N SD t hit df t tabel
554.55 95.4 20 5,27 5,57 38 2,05
456.20 91.3 20 4,78
2,76
X-rerata x 8,7 2,7 -1,3 2,7 7,7 2,7 -0,3 0,7 -3,3 10,7 -8,3 1,7 2,7 1,7 -3,3 -3,3 -6,3 0,7 -6,3 -9,3
Y-rerata y 6,7 5,7 -2,3 7,7 10,7 -4,3 -5,3 -2,3 0,7 -4,3 2,7 1,7 -2,3 2,7 -2,3 0,7 -5,3 0,7 -4,3 -7,3
0,0
0,0
x²
y²
74,82 7,02 1,82 7,02 58,52 7,02 0,12 0,42 11,22 113,42 69,72 2,72 7,02 2,72 11,22 11,22 40,32 0,42 40,32 87,42
44,89 32,49 5,29 59,29 114,49 18,49 28,09 5,29 0,49 18,49 7,29 2,89 5,29 7,29 5,29 0,49 28,09 0,49 18,49 53,29
554,55
456,20
Laporan Tugas Akhir
39
Lampiran 6. Hasil uji t terhadap parameter jumlah anakan padi sawah Nomor Sampel
Nilai X 38 35 36 38 36 37 30 31 45 37 47 46 42 38 40 42 39 40 40 41
Y 42 38 37 40 42 44 42 38 36 40 42 38 39 43 40 38 39 39 40 39
Rerata ∑
38,9
39,8
∑x².y² Mean N SD t hit df t tabel
363.80 38.9 20 4,26 -1,34 38 2,05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
85.20 39.8 20 4,26
2,76
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
-0,9 -3,9 -2,9 -0,9 -2,9 -1,9 -8,9 -7,9 6,1 -1,9 8,1 7,1 3,1 -0,9 1,1 3,1 0,1 1,1 1,1 2,1
2,2 -1,8 -2,8 0,2 2,2 4,2 2,2 -1,8 -3,8 0,2 2,2 -1,8 -0,8 3,2 0,2 -1,8 -0,8 -0,8 0,2 -0,8
0,81 15,21 8,41 0,81 8,41 3,61 79,21 62,41 37,21 3,61 65,61 50,41 9,61 0,81 1,21 9,61 0,01 1,21 1,21 4,41
4,84 3,24 7,84 0,04 4,84 17,64 4,84 3,24 14,44 0,04 4,84 3,24 0,64 10,24 0,04 3,24 0,64 0,64 0,04 0,64
0,0
0,0
363,80
85,20
Laporan Tugas Akhir
40
Lampiran 7. Hasil uji t terhadap jumlah gabah/malai tanaman padi sawah Nomor Sampel
Nilai X 103 98 105 112 110 103 98 114 117 105 99 104 107 102 101 104 96 88 106 100
Y 98 104 111 110 113 104 115 103 101 95 110 103 101 112 104 106 115 103 120 103
Rerata ∑
103,6
106,6
∑x².y² Mean N SD t hit df t tabel
77.20 19.2 20 6,44 -3,61 38 2,05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
88.55 18.9 20 6,23
2,76
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
-0,6 -5,6 1,4 8,4 6,4 -0,6 -5,6 10,4 13,4 1,4 -4,6 0,4 3,4 -1,6 -2,6 0,4 -7,6 -15,6 2,4 -3,6
-8,6 -2,6 4,5 3,5 6,5 -2,6 8,5 -3,6 -5,6 -11,6 3,5 -3,6 -5,6 5,5 -2,6 -0,5 8,5 -3,6 13,5 -3,6
0,36 31,36 1,96 70,56 40,96 0,36 31,36 108,16 179,56 1,96 21,16 0,16 11,56 2,56 6,76 0,16 57,76 243,36 5,76 12,96
73,10 6,50 19,80 11,90 41,60 6,50 71,40 12,60 30,80 133,40 11,90 12,60 30,80 29,70 6,50 0,30 71,40 12,60 180,90 12,60
0,0
0,0
828,80
776,95
Laporan Tugas Akhir
41
Lampiran 8. Hasil uji t terhadap panjang malai tanaman padi sawah Nilai
Nomor Sampel
X
Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
16 18 20 21 17 18 18 19 23 21 20 20 19 20 23 21 19 22 21 20
18 15 17 19 23 20 21 23 18 17 19 18 18 19 17 23 20 23 20 21
Rerata ∑
19,8
19,5
∑x².y² Mean N SD t hit df t tabel
65.20 19.8 20 1,81 0,76 38 2,05
102.95 19.5 20 2,27
2,76
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
-3,8 -1,8 0,2 1,2 -2,8 -1,8 -1,8 -0,8 3,2 1,2 0,2 0,2 -0,8 0,2 3,2 1,2 -0,8 2,2 1,2 0,2
-1,5 -4,5 -2,5 -0,4 3,6 0,6 1,6 3,6 -1,5 -2,5 -0,4 -1,5 -1,5 -0,4 -2,5 3,6 0,6 3,6 0,6 1,6
14,44 3,24 0,04 1,44 7,84 3,24 3,24 0,64 10,24 1,44 0,04 0,04 0,64 0,04 10,24 1,44 0,64 4,84 1,44 0,04
2,10 19,80 6,00 0,20 12,60 0,30 2,40 12,60 2,10 6,00 0,20 2,10 2,10 0,20 6,00 12,60 0,30 12,60 0,30 2,40
0,0
0,0
65,20
102,95
Laporan Tugas Akhir
42
Lampiran 9. Hasil uji t terhadap bobot 1000 biji tanaman padi sawah Nomor Sampel
Nilai X 21 18 20 21 23 18 21 19 20 23 17 18 20 21 23 34 20 19 24 21
Y 20 19 21 19 19 20 18 20 19 21 18 21 23 24 20 19 21 18 17 20
Rerata ∑
21,1
19,9
∑x².y² Mean N SD t hit df t tabel
244.95 21.1 20 3,50 2,30 38 2,05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
54.55 19.9 20 1,65
2,76
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
-0,1 -3,1 -1,1 -0,1 2,0 -3,1 -0,1 -2,1 -1,1 2,0 -4,1 -3,1 -1,1 -0,1 2,0 13,0 -1,1 -2,1 3,0 -0,1
0,1 -0,9 1,2 -0,9 -0,9 0,1 -1,9 0,1 -0,9 1,2 -1,9 1,2 3,2 4,2 0,1 -0,9 1,2 -1,9 -2,9 0,1
0,00 9,30 1,10 0,00 3,80 9,30 0,00 4,20 1,10 3,80 16,40 9,30 1,10 0,00 3,80 167,70 1,10 4,20 8,70 0,00
0,02 0,72 1,32 0,72 0,72 0,02 3,42 0,02 0,72 1,32 3,42 1,32 9,92 17,22 0,02 0,72 1,32 3,42 8,12 0,02
0,0
0,0
244,95
54,55
Laporan Tugas Akhir
43
Lampiran 10. Dokumentasi kegiatan
Pengolahan tanah
Benih yang akan ditanaman
Penanaman
Penyiangan