I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan
salah satu negara yang banyak
memiliki
keanekaragaman jenis. Gena spesies yang beranekaragam ini adalah modal Indonesia dalam menanggapi persaingan global yang semakin gencar. Keunggulan komparatif Indonesia terletak pada tersedianya sumber alam hayati yang hanya bisa diungguli Brazil (Amerika Selatan) dan Zaire (Afrika). Negaranegara lain tidak memiliki kekayaan alam yang begitu besar keanekaragamannya. Apabila keunggulan komparatif ini dikembangkan dengan sumber daya manusia yang maju dan berkemampuan memberi nilai tambah pada sumber daya hayati, maka terbentuklah produk yang memiliki potensi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Oleh karena itu diperlukan kegiatan eksplorasi serta penggalian informasi genetik terhadap sumber daya hayati, dalam hal ini adalah upaya penanaman
tanaman
unggul
supaya
dapat
menghindari
hilangnya
keanekaragaman genetik. Keanekaragaman genetik menunjuk pada variasi genetik di dalam spesies yang meliputi populasi yang perbedaannya jelas di dalam spesies yang sama. Sampai saat ini pengukuran keanekaragaman genetik dipakai terutama untuk spesies yang sudah dibudidayakan dan populasi yang terdapat di kebun tanaman. Keragaman merupakan hal penting dalam pemuliaan karena dapat ditemukan berbagai sumber gen untuk perbaikan sifat suatu tanaman dan upaya untuk peningkatan hasil benih (Sofro1991).
1
2
Araucaria cunninghamii adalah salah satu jenis tanaman hutan asli Indonesia yang tersebar di daerah Papua. Di Indonesia, untuk tanaman berdaun jarum yang saat ini banyak dikembangkan termasuk pemuliaannya barulah Pinus merkusii. Akan tetapi A. cunninghamii telah memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi di Papua New Guinea (PNG) dan Australia. Di Australia terutama daerah Queensland, pemuliaannya sejak tahun 1940 telah memberikan keuntungan yang cukup signifikan. Jenis ini merupakan sumber pokok kayu kualitas tinggi untuk industri. Kayunya sangat baik untuk bahan baku industri kertas dan pulp, plywood, vinir, panel, lantai, kerangka dan kayu pertukangan serta mengandung getah yang bisa disadap. Kayunya bersifat kokoh, memiliki tekstur yang halus, mudah untuk dipotong, mudah untuk digergaji, mudah untuk dipaku, dilem, diawetkan, dan dipolish. Sementara di PNG belum terlihat adanya keuntungan yang memadai dari hasil kegiatan pemuliaannya. Perbedaan ini terutama disebabkan karena adanya keterlambatan dalam hal produksi benih viabel yang bisa diperoleh dari kebun benih klonal yang ada di PNG, dan seandainya terdapat biji, tidak segera dapat dikumpulkan secara memadai karena adanya
kesulitan
dalam
hal
memperoleh
benih
untuk
pembangunan
pertanamannya (Dieter et al., 2002). Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dewasa ini memungkinkan saling menunjangnya perkembangan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan tersebut antara lain adalah perkembangan ilmu biologi molekuler yang memungkinkan diperolehnya suatu marka (penanda) gen yang mengendalikan karakter target perbaikan dalam program pemuliaan
3
tanaman. Metode biologi molekuler berbasis pada molekul DNA dapat digunakan untuk analisis keragaman genetik, karena masing-masing individu memiliki urutan DNA yang berbeda. Informasi urutan ini dapat digunakan untuk mempelajari perbedaan genetik dan hubungan kekerabatan diantara organisme (Weising et al., 1993). Untuk mempelajari keragaman genetik yang lebih baik, diperlukan penanda yang dapat memberikan polimorfisme yang tinggi, konsisten, dan tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan maupun pada tahap perkembangan tanaman yaitu penanda DNA, antara lain RFLP (Restriction Fragment Length Polymorfism) dan RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). Salah satu penanda DNA yang telah banyak digunakan dalam mempelajari keragaman genetik tanaman adalah RAPD. Kelebihan RAPD dari penanda DNA lainnya adalah relatif sederhana, mudah preparasinya, lebih cepat memberikan hasil, dan tidak memerlukan informasi tentang latar belakang genom organisme yang akan diteliti dan untuk tanaman tahunan, RAPD ini sangat membantu dalam peningkatan efisiensi pada seleksi awal (Haymer, 1995; Grosberg et al., 1996; William et al., 1990). Dewasa ini, kegiatan pemuliaan dan upaya konservasi A.cunninghamii di Indonesia menjadi salah satu prioritas kegiatan penelitian. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi keragaman genetik dan hubungan kekerabatan dengan penanda molekuler yaitu RAPD yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat keragaman genetik di dalam dan antar populasi serta hubungan kekerabatan antara populasi-populasi jenis tersebut.
4
B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tingkat keragaman genetik di dalam dan antar populasi dari tanaman A. cunninghamii? 2. Bagaimanakah hubungan kekerabatan antar populasi A. cunninghamii?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tingkat keragaman genetik di dalam dan antar populasi dari tanaman A. cunninghamii 2. Mengetahui hubungan kekerabatan antar populasi A. cunninghamii
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat keragaman genetik di dalam dan antar populasi dan hubungan kekerabatan antar populasi A. cunninghamii dengan lebih lengkap dalam waktu yang relaif singkat. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dalam melakukan manajemen tanaman hutan terkait dengan upaya perlindungan dan pengelolaan hutan tropik dan Hutan Tanaman Industri (HTI).
5
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk aplikasi terhadap program konservasi dan pemuliaan. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian bagi penelitian selanjutnya.