I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pemberian mineral Zn pada ternak penting karena defisiensi Zn pada
ternak dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh pada ternak. Mineral esensial seperti Zn berperan dalam sistem enzim sebagai metaloenzim. Lebih dari 100 jenis metaloenzim mengikat
Zn termasuk
enzim nicotinamide adenine
dinucleotide dehydrogenase (NADH), RNA dan DNA polymerase, begitu pula enzim alkalin fosfatase, superoksida dismutase, dan karbon anhidrase. Pakan menjadi salah satu faktor
yang sangat penting dalam sektor
peternakan. Produksi yang tinggi pada ternak merupakan salah satu manifestasi pemberian pakan yang cukup, baik secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Pakan merupakan makanan yang diberikan kepada ternak tanpa mengganggu kesehatan hewan tersebut. Pada usaha ternak ruminansia, pemberian pakan ternak berkualitas sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha ternak tersebut. Secara alamiah mineral Zn untuk ternak ruminansia didapat dari pakan hijauan dan konsentrat. Mineral Zn dapat juga diberikan dalam bentuk anorganik, namun pemberian Zn anorganik pada ternak bioavailibitasnya lebih rendah dibandingkan Zn organik. Pakan hijauan adalah pakan yang diperoleh dari tanaman pakan yang bagiannya dapat dikonsumsi oleh ternak baik yang diberikan secara dipanen (cut and carry) maupun yang digembalakan. Pakan hijauan yang sering diberikan pada ternak ruminansia di Indonesia antara lain Rumput Gajah, Rumput Lapangan, Jerami Padi dan Pucuk Tebu.
Pakan hijauan tersebut mempunyai
kandungan Zn yang rendah berkisar antara 17-26 ppm, sedangkan kebutuhan sapi
2 akan Zn adalah sebesar 30 sampai 40 mg. Pada beberapa hijauan dan limbah pertanian meskipun jumlah mineral cukup, karena ketersediaannya secara biologis kurang maka ternak yang mendapat pakan hijauan tersebut dapat mengalami defisiensi Zn. Seng (Zn), boron (B), klor (Cl), besi (Fe), mangan (Mn) dan nikel (Ni) merupakan mikromineral pada tanah yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Zn adalah unsur hara mikro yang paling mobile, dan mobilisasinya berkaitan erat dengan penuaan daun serta pembentukan biji. Kandungan Zn dalam tanah akan menurun sejalan dengan meningkatnya pH tanah dan interaksi dengan mineral lain yang mengakibatkan adanya kompetisi antar mineral. Tanaman Mikania micrantha mempunyai sifat hiperakumulator terhadap mineral, sehingga jika ditanam dan diberikan pupuk Zn tingkat penyerapannya akan baik. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi biomassa dari tanaman tersebut
karena
sifatnya
yang
dapat
menyerap
mineral
dengan
baik
(hiperakumulator), sehingga dengan bertambahnya biomassa tanaman diharapkan produksi Zn melalui tanaman tersebut dapat bertambah, dan jika tanaman tersebut diberikan pada ternak akan mencukupi kebutuhan mineral (Zn) pada ternak tersebut. Pengukuran berat segar hijauan merupakan cara untuk mengukur biomassa tanaman bagian atas (bagian aerial).
Biomassa tanaman bertambah kerena
tanaman menyerap zat-zat dan mineral dari tanah dan mengubahnya menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis, sedangkan produksi berat kering merupakan produksi hijauan tanpa air.
3 Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Tingkat Pemberian Pupuk ZnSO4 terhadap Produksi Hijauan Capituheur (Mikania micrantha Kunth) ”.
1.2
Identifikasi Masalah 1) Bagaimana pengaruh pemberian pupuk Zn terhadap produksi hijauan segar dan kering tanaman Mikania micrantha. 2) Pada tingkat pemberian pupuk Zn berapa yang menghasilkan produksi hijauan segar dan kering paling tinggi pada tanaman Mikania micrantha.
1.3
Maksud dan Tujuan 1) Mengetahui pengaruh pemberian pupuk Zn terhadap produksi hijauan segar dan kering Mikania micrantha. 2) Mengetahui pada tingkat berapa pemberian Zn yang menghasilkan produksi hijauan kering dan segar tanaman Mikania micrantha.
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
ilmiah, sumbangan pemikiran khususnya pengetahuan tentang hijauan pakan ternak, serta menambah wawasan di bidang peternakan mengenai penambahan pupuk Zn yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi segar dan produksi kering tanaman Mikania micrantha.
4 1.5
Kerangka Pemikiran Mineral merupakan elemen-elemen atau unsur-unsur kimia selain dari
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen yang jumlahnya mencapai 95% dari berat badan. Jumlah seluruh mineral dalam tubuh hanya sebesar 4% (Piliang, 2004). Pembagian mineral ke dalam kelompok mineral makro dan mikro tergantung kepada jumlah mineral tersebut di dalam tubuh hewan, kandungan mineral yang lebih dari 50 mg/kg termasuk kedalam mineral makro, sedangkan di bawah jumlah tersebut termasuk mineral mikro (Darmono, 1994). Beberapa mineral berperan penting dalam meningkatkan aktivitas mikroba dalam rumen.
Mineral yang mempengaruhi proses fermentasi rumen salah
satunya adalah Zn. Mineral di dalam rumen dibutuhkan oleh mikroba untuk pembentukan vitamin B dan protein. Defisiensi mineral akan mempengaruhi hasil dan proses fermentasi pakan dalam rumen (Arora, 1995). Jumlah Zn dalam tubuh ternak adalah 3 mg, jumlah terbanyak terdapat dalam jarigan epidermal (kulit, rambut, bulu wol) dan juga terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dalam tulang, otot, hati, organ kelamin dan darah. Pada darah 75% dari Zn ditemukan pada sel darah merah, 22% dalam serum darah, dan sisanya 3% dalam sel darah putih (Lioyd dkk., 1978). Juga terdapat dalam enzimenzim carbonic anhidrase, uricase, phospatase dan hormon isulin.
Carbonic
anhidrase terdapat dalam sel darah merah, mempunyai peranan penting dalam mengeluarkan CO2 dari tubuh dan mengandung 0,3% Zn. Zn juga terdapat dalam susu dan juga kolostrum dalam jumlah yang lebih besar. Fungsi Zn esensial adalah sebagai komponen aktivator, pada beberapa enzim diantaranya karboksipeptidase, karbonat anhidrase, laktat dehidrogenase, DNA dan RNA polimerase (Tilman dkk., 1991), pada beberapa hormon
5 diantaranya insulin dan glukagon, bertanggung jawab pada sintesis asam nukleat (DNA dan RNA), dan sintesis protein (Lieberman dan Bruning, 1990) serta metabolisme karbohidrat (Church dan Pond, 1982). Dari segi fisiologis, Zn berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan,
perkembangan
seksual,
kekebalan
seluler,
adaptasi
gelap,
pengecapan, serta nafsu makan (Solomon, 1993). Dari segi biokimia, Zn sebagai komponen dari 200 macam enzim berperan dalam pembentukan dan konformasi polisome, sebagai stabilisasi membran sel, sebagai ion-bebas ultra-seluler, dan berperan dalam jalur metabolisme tubuh (Soegih, 1992). Peranan terpenting Zn bagi makhluk hidup adalah untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, sebab Zn berperan pada sintesis dan degradasi karbohidrat, lemak, protein, asam nukleat, dan pembentukan embrio. Defisiensi mineral Zn akibat dari rendahnya kandungannya pada pakan sering diklasifikasikan sebagai difesiensi berat, menengah dan ringan. Tilman dkk. (1991) menyatakan bahwa defisiensi Zn pada hewan menyebabkan defisiensi berat, dan dapat dilihat dari gejala klinis yang ditimbulkannya seperti dermatitis, anorexia, dan parakeratosis, sedangkan defisiensi menengah dapat dilihat pada gejala sub klinis yang ditimbulkannya seperti menurunnya Zn plasma dan respon kekebalan tubuh ternak, sedangkan defisiensi ringan biasanya terjadi bila dihubungkan dengan cekaman. Defisiensi Zn juga dapat menyebabkan terjadinya alopecia, parakeratosis, dan kegagalan reproduksi. Bahkan pertumbuhan terlambat akibat kurang dapat mempergunakan protein dan mineral.
Lebih lanjut Parrakasi (1998) menambahkan bahwa
defisiensi Zn juga dapat menurunkan penampilan, pembengkakan kaki dan
6 dermatitis terutama pada leher, kepala, dan kaki, juga terjadi gangguan penglihatan, penurunan fungsi rumen dan sulitnya penyembuhan luka. McDowel dkk (1983) menemukan bahwa pada ternak ruminansia (sapi potong maupun sapi perah) yang diberi hijauan pakan ternak mengandung Zn (18 - 23 mg/kg) mengalami defisiensi Zn, berarti hijauan yang mengandung 23 ppm Zn availibilitas Zn-nya rendah, sehingga disarankan kebutuhan sapi potong dan sapi perah akan Zn adalah masing-masing 30 dan 40 mg/kg ransum.
Untuk
meningkatkan respon kekebalan tubuh ternak disarankan suplementasi Zn ditingkatkan sampai 50 mg/kg ransum (Lieberman dan Burning, 1990). Tanaman Mikania micrantha mempunyai sifat hiperakumulator terhadap logam.
Karakteristik tumbuhan hiperakumulator adalah tahan terhadap unsur
logam dalam konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuk, tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang tinggi dibanding tanaman lain, memiliki kemampuan mentranslokasi dan mengakumulasi unsur logam dari akar ke tajuk dengan laju yang tinggi. Pada kondisi normal konsentrasi Zn, Cd, atau Ni pada akar adalah 10 kali lebih tinggi dibanding konsentrasi pada tajuk, tetapi pada tumbuhan hiperakumulator, konsentrasi logam pada tajuk melebihi tingkat konsentrasi pada akar (Brown dkk. 1995). Sebagian besar pustaka menggunakan batasan akumulasi lebih dari 1% dari total berat kering tajuk atau 100 kali lebih besar dari tanaman normal, tergantug pada jenis unsur. Untuk Zn sedikitnya 1% karena Zn biasa terdapat dengan konsentrasi lebih besar di dalam tanah, sehingga memiliki potensi produksi biomassa yang tinggi (Reeves, 1992). Pemberian pupuk Zn rata-rata berkisar antara 4,5 sampai 34 kg/ha -1 dalam bentuk ZnSO4. Tanaman yang lebih sensitif terhadap defisiensi Zn biasanya diberikan pupuk ZnSO4 yang lebih tinggi dibandingkan tanaman lain
7 (Internasional Zinc Association, 2010). Pada penelitian Keram (2014) pemberian pupuk Zn pada tanaman gandum masing-masing sebanyak 0 kg/ha-1; 1,25 kg/ha-1 ; 2,5 kg/ha-1; 5 kg/ha-1 ; 10 kg/ha-1 dan 20 kg/ha-1 menghasilhan berat pada jerami gandum sebesar 4,76 t/ha-1; 4,81 t/ha-1; 4,88 t/ha-1 ; 5,09 t/ha-1; 5,42 t/ha-1 ; 5,44 t/ha-1. Selisih berat jerami gandum diurutkan dari pemberian tertinggi ke yang terendah sebesar 0,2; 0,33; 0,21; 0,7; 0,5. Pada penelitian (Juliati, 2008) diketahui pemberian pupuk Zn pada tanaman jeruk tidak menimbulkan respons yang nyata terhadap bobot kering tanaman, namun terdapat peningkatan bobot kering tanaman dibanding dengan perlakuan tanpa Zn. Namun demikian tanaman Mikania mirchanta memiliki sifat hiperakumulator yang dapat menyerap mineral dengan baik sehingga diharapkan dengan pemberian pupuk Zn pada tanaman tersebut dapat menimbulkan pengaruh yang nyata terhadap berat segar dan berat kering tanaman tersebut. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat ditarik hipotesis bahwa penambahan pupuk ZnSO4 sebanyak 25 kg/ha dapat menghasilkan produksi hijauan tertinggi pada tanaman Mikania micrantha.
1.6
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November - Desember 2015
di lahan penelitian Laboratorium Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Kabupaten Sumedang.