STUDI PENDAHULUAN PERANCANGAN INHIBITOR PEPTIDA POTENSIAL BAGI ENZIM RNA-DEPENDENT RNA POLYMERASE PADA VIRUS DENGUE SECARA IN SILICO
WAHYU RONGGO WIMAG BIAN 0305037055
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN KIMIA DEPOK
2009
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
STUDI PENDAHULUAN PERANCANGAN INHIBITOR PEPTIDA POTENSIAL BAGI ENZIM RNA-DEPENDENT RNA POLYMERASE PADA VIRUS DENGUE SECARA IN SILICO
Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
WAHYU RONGGO WIMAG BIAN 0305037055
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN KIMIA DEPOK
2009
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
SKRIPSI
:
STUDI PENDAHULUAN PERANCANGAN INHIBITOR POTENSIAL BAGI ENZIM RNA-DEPENDENT RNA POLYMERASE PADA VIRUS DENGUE SECARA IN SILICO
NAMA
:
WAHYU RONGGO WIMAG BIAN
NPM
:
0305037055
SKRIPSI INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI DEPOK, 7 JULI 2009
PROF. DR. USMAN SUMO FRIEND TAMBUNAN, M.Sc PEMBIMBING
Tanggal lulus ujian sarjana : ........................................................................................... Penguji I
: Prof. Dr. Soleh Kosela,.M.Sc...............................................................
Penguji II
: Dra. Sri Handayani,.M.Biomed............................................................
Penguji III
: Dr. Amarila Malik, Apt,.M.Si.............................................................
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang Zat Abadi Yang Maha Baik, yang selama ini telah mencurahkan segala kasih sayang, anugerah serta rahmat-Nya yang tak terkira terhadap penulis, serta pelajaran hidup yang membuat penulis mencoba terus belajar untuk mengerti tentang makna hidup, agar penulis menjadi manusia yang lebih baik. Skripsi ini didedikasikan untuk Bapak dan Ibu. Terima kasih untuk segala kasih sayang,dorongan, nasehat, dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada saudara penulis, Febri, yang memberikan dorongan dan semangat selama ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Usman.S.F. Tambunan, selaku pembimbing penelitian yang telah meluangkan waktunya tidak hanya membimbing penulis mengenai penelitian, namun juga mengajarkan tentang kemampuan soft skill, dan pelajaran hidup. Mohon maaf jika selama ini banyak mengecewakan, tapi yang pasti penulis mencoba untuk selalu melakukan yang terbaik yang penulis bisa. Tak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ridla Bakri, selaku Ketua Departemen Kimia UI 2. Dra. Sri Wardhani, M.Si dan Ir. Widyastuti Samadi, selaku pembimbing akademik, yang telah membimbing penulis dalam bidang akademik selama perkuliahan i Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
3. Prof. Sumi Hudiyono, selaku Ketua KBI Biokimia 4. Seluruh staff pengajar yang telah memberikan ilmu dan pengalaman hidup kepada penulis 5. Mba Fitri Amelia atas diskusinya 6. Sahabat penulis yang selalu mendukung, menyemangati, dan memberi hiburan di kala susah: Santi dan Simas (semangat Simas!!!) 7. Rekan selama penelitian: Danang, Ramdhan, dan khususnya Samira yang ikut jatuh bangun dan merasakan terang gelapnya penelitian, terima kasih banyak 8. Teman-teman 2005 serta teman-teman penelitian lantai 3 dan 4, khususnya Lusi,Angel,Purnama, Lulu, Meli, Lila,Faroq, dan Yusni. 9. Catherine dan Desti Far’05 atas diskusi dan penjelasannya 10. Seluruh karyawan Departemen Kimia,khususnya Babe,Mba Ina, dan Mba Cucu 11. Adik-adik angkatan 2006, 2007, dan 2008, kakak-kakak angkatan 2003 dan 2004 Terakhir, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu penulis selama ini, baik langsung maupun tidak langsung, yang namanya tidak dapat disebut satu-persatu,TERIMA KASIH SEMUA Semoga penelitian ini bermanfaat di kemudian hari. Amin. Penulis 2009 ii Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
ABSTRAK
Penyakit demam berdarah dengue yang disebabkan virus dengue merupakan penyakit yang menjadi risiko pada negara-negara di daerah tropis dan subtropis, dengan kejadian tiap tahunnya mencapai 100 juta kasus. Sampai saat ini belum ditemukan adanya vaksin yang dapat mencegah terjadinya infeksi. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk menemukan obat berupa inhibitor yang dapat menghambat enzim-enzim yang berperan pada replikasi virus dengue, salah satunya enzim RNA-dependent RNA polymerase (RdRp), yang berperan dalam penggandaan RNA virus dengue. Peptida dipilih menjadi inhibitor yang potensial karena memiliki spesifitas dan aktivitas yang tinggi. Untuk meningkatkan kestabilan, peptida dirancang siklik dengan adanya jembatan disulfida. Peptida yang dirancang menggunakan kombinasi aspartat dan glutamat. Berdasar hasil docking diketahui bahwa peptida siklik dengan kombinasi residu CDEEC mempunyai nilai energi ikat yang terendah, yaitu sekitar -10,04 kkal/mol dan nilai Ki sebesar 43,44 nM yang mengindikasikan konformasi terstabil ligan-enzim, serta memiliki kontak dengan residu enzim dengan jumlah terbanyak yaitu 13 residu.
Kata kunci : Virus Dengue, Enzim RdRp, Inhibitor, Peptida Siklik, Docking ix+63 hlm; gbr; tab; lamp. Bibliografi; 33 (1991-2009)
iii Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………...i ABSTRAK………………………………………………………………….iii DAFTAR ISI ………………………………………………………………v DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………vii DAFTAR TABEL………………………………………………………….viii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..ix
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………….1 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………1 1.2 Tujuan……………………………………………………………...3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...5 2.1 Sejarah Dengue…………………………………………………..5 2.2 Virus Dengue……………………………………………………...6 2.3 Daur Hidup Virus Dengue…………………………………….....9 2.4 Enzim RNA-dependent RNA polymerase…………………….10 2.5 Inhibitor Enzim…………………………………………………….14 2.6 Peptida…………………………………………………………….17 2.7 Bioinformatika…………………………………………………....19 2.7.1 Peran Bioinformatika dalam Proses Pencarian Obat…19 v Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
2.8 Molecular Modelling…………………………………………………….20 2.9 Minimisasi………………………………………………………………...21 2.10 Docking………………………………………………………………….22
BAB III. METODE PENELITIAN……………………………………………….23 3.1 Pencarian Data Enzim RdRp Virus Dengue Protein Data Bank (PDB) …………………………………………………….23 3.2 Preparasi Ligan Peptida………………………………………………………24 3.3 Preparasi Enzim RdRp………………………………………………………..24 3.4 Docking Ligan Peptida dengan Enzim……………………………………...25 3.5 Analisis Hasil Docking…………………………………………………………25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………….27 4.1 Pencarian Data Enzim RdRp Virus Dengue………………………………..27 4.2 Preparasi Ligan Peptida………………………………………………………29 4.3 Analisis Hasil Docking…………………………………………………………30
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….41 5.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………..41 5.2. Saran …………………………………………………………………………….42 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..43 LAMPIRAN………………………………………………………………………………..47
vi Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
DAFTAR GAMBAR
1. Morfologi virus dengue………………………………………………..7 2. Pemetaan genom dari virus dengue………………………………...8 3. Daur hidup virus dengue……………………………………………...9 4. Struktur enzim RdRp virus dengue………………………………….12 5. Mekanisme katalisis…………………………………………………..13 6. Mekanisme inisiasi……………………………………………………13 7. Interaksi jembatan garam ligan peptida DEE dengan residu Asp663………………………………………………………………………37 8. Letak ikatan ligan peptida DEE pada binding site………………….38
vii Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
DAFTAR TABEL
1. Tipe inhibitor reversibel……………………………........................16 2. Kelebihan dan kekurangan peptida sebagai obat……………....18 3. Tabel data energi terendah, jumlah populasi dalam cluster dengan populasi terbanyak dan cluster rank dari masing-masing ligan uji…………………………………………………………………………….31 4. Tabel data hasil docking…………………………………………....33 5. Tabel residu kontak dengan ligan uji……………………………..35
viii Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
DAFTAR LAMPIRAN
1. Bagan kerja…………………………………………………………..47 2. Daftar asam amino dan kodenya………………………………….48 3. Hasil RMSD antara protein 2J7U dan 2J7W……………………..49 4. Hasil docking………………………………………………………...50 5. Residu kontak………………………………………………………..61
ix Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan penting di lebih besar 100 negara tropis dan subtropis dengan risiko pada 2 miliar penduduknya. Diperkirakan kurang lebih 100 juta kasus dari DF dan 500.000 kasus DHF terjadi tiap tahunnya. Dengue Hemmoragic Fever (DHF) menyebabkan penyakit dan kematian pada anak-anak di negara- negara Asia Tenggara selama dua dekade terakhir. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang keseluruhan daerahnya merupakan daerah dengan epidemi dengue (Raekiansyah, et al, 2004). Sebagian infeksi virus dengue menunjukkan gejala demam ringan yang disebut juga sebagai dengue fever (DF), sedang beberapa pasien menunjukkan tingkat keparahan yang berlanjut dan secara potensial dapat membahayakan kesehatan. Tingkat selanjutnya disebut dengan dengue hemorrhagic fever (DHF) yang dikarakterisasikan dengan pecahnya pembuluh kapiler darah dan thrombocytopenia. Pada kasus yang lebih ekstrem, pasien dapat mengalami shock hipovolemia dan disebut dengan dengue shock syndrome (DSS) dengan tingkat kematian 5-10 % per kasus (Raekiansyah, et al, 2004)
1
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
2
Sampai saat ini belum ditemukan adanya vaksin virus dengue guna mencegah terjadinya infeksi virus dengue, meski demikian beberapa kandidat vaksin sedang memasuki uji klinis. Terdapat kesulitan dalam pengembangan vaksin virus dengue dikarenakan mekanisme patogenasitasnya yang dikenal dengan antibody-dependent enhancement (ADE) (Raekiansyah, et al, 2004). Kebanyakan infeksi virus akan menginduksi antibodi yang bisa menahan tubuh terhadap serangan virus berikutnya. Hal ini berbeda dengan virus dengue, infeksi pertama (primary infection) malah mempermudah tubuh untuk mendapat serangan berikutnya (secondary infection). Serangan berikutnya menimbulkan gejala yang lebih berat dan fatal, karena antibodi yang dibuat pada serangan pertama dapat membantu infeksi virus pada serangan selanjutnya (Raekiansyah, et al, 2004). Oleh karena itu, diperlukan suatu alternatif pengobatan lain yang dapat menghambat perkembangan infeksi virus dengue. Diperlukan usaha pengembangan obat antiviral melalui penemuan inhibitor bagi enzim yang berperan dalam perkembangbiakan virus seperti enzim protease, helikase, RNA polimerase, dan lain-lain (Selisko,et al, 2006). Peptida dilaporkan dapat dijadikan suatu inhibitor yang potensial dan nantinya dapat dikembangkan menjadi obat, dikarenakan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : memiliki aktivitas dan spesifitas yang tinggi, tidak terakumulasi pada organ, toksisitas yang rendah, minim interaksi dengan obat lain, dan tidak menghasilkan respon imunologi (Huther & Dietrich, 2007).
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
3
Proses penemuan inhibitor pada metode konvensional dilakukan dengan cara menguji senyawa-senyawa yang dianggap potensial terhadap enzim yang akan dihambat. Kemudian dilakukan proses penyeleksian dari senyawa-senyawa tersebut sampai didapatkan senyawa yang benar-benar dapat memberikan efek inhibisi, sedangkan senyawa yang tidak memberikan efek inhibisi, akan dieliminasi. Proses tersebut sangatlah tidak efektif karena boros waktu, tenaga, dan dana. Proses pencarian inhibitor dengan bantuan komputer dapat membantu untuk mereduksi jumlah senyawa yang diusulkan secara rasional dan lebih efektif serta membantu mempelajari interaksi obat dengan targetnya bahkan kemungkinan sifat toksis senyawa tersebut dan metabolitnya (Larson, 2006). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas akan dilakukan proses perancangan inhibitor berupa peptida dari salah satu enzim di atas secara in silico.
1.2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang inhibitor berupa peptida yang tepat bagi enzim RNA-dependent RNA polymerase (RdRp) pada virus dengue secara in silico.
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sejarah Dengue
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Penyakit ini sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian terutama pada anak, khususnya di daerah tropis dan subtropis (Hiswani, 2003). Vektor pembantu penyebaran virus dengue di Indonesia ialah nyamuk Aedes aegypti dan mungkin juga Aedes alboictus, kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat yang mempunyai ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut (Hiswani, 2003). Epidemi dengue pertama kali ditemukan pada tahun 1779-1780 di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Selama masa tersebut demam berdarah dengue dikategorikan sebagai penyakit yang tidak berbahaya karena hanya menyebabkan demam ringan. Baru setelah 10 - 40 tahun berikutnya, penyakit ini dikategorikan menjadi sangat berbahaya, karena memakan korban jiwa. Penjelasan yang mungkin dari fenomena ini adalah karena serotipe virus dengue muncul secara bertahap. Di Asia Tenggara, epideminya muncul setelah Perang Dunia II dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Epidemi DHF pertama kali muncul pada tahun 1950-an. Pada tahun 1975 DHF
5
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
6
merupakan penyebab kematian anak-anak di berbagai negara Asia Tenggara (www.cdc.gov, 9 Februari 2009, 12.40). Kasus di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi di Indonesia
2.2.
Virus Dengue
Virus dengue merupakan bagian dari genus flavivirus dari famili flaviviridae (Burke et al,2005). Virus dengue merupakan jenis virus RNA untai tunggal yang terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang struktur keempatnya sangat mirip satu sama lain namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan (Lindenbach, 2001). Bentuk morfologi dari virion virus dengue adalah bola (spherical) dengan diameter 40 - 60 nm (http://athena.bioc.uvic.ca/, 9 Februari 2009, 12.48). Virus dengue merupakan jenis virus RNA (+), oleh karena itu dapat bermutasi lebih cepat karena RNA polimerase memiliki tingkat kesalahan lebih besar daripada DNA polimerase, yaitu terdapat satu kesalahan tiap 104 nukleotida yang ditranskripsi, sedang pada transkripsi DNA hanya terdapat satu kesalahan tiap 106 nukleotida yang digandakan oleh DNA polimerase (Alberts, et al, 1994).
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
7
Gambar 1. Morfologi virus dengue Sumber: [http://biomarker.cdc.go.kr]
Genom virus dengue terdiri dari rantai tunggal RNA yang mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun dari protein struktural dan protein non-struktural. Protein struktural terdiri dari protein core atau nukleokapsid (C), protein envelope (E), dan protein pre-membran (prM atau preM). Protein struktural ini merupakan 25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural virus terdiri dari tujuh macam yang dikode oleh gen terpisah. Protein tersebut adalah : NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5 (Putnak, et al, 1990).
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
8
Gambar 2. Pemetaan genom dari virus dengue Sumber: [http://carnot.utmb.edu]
Protein struktural merupakan protein yang berperan sebagai morfologi / bentuk dari virus, sedangkan protein non-struktural berperan sebagai enzimenzim yang berperan dalam proses replikasi virus.
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
9
2.3.
Daur Hidup Virus dengue
Gambar 3. Daur hidup virus dengue Sumber: [www.dsimb.inserm.fr]
Virus dengue mempunyai genom RNA (+) sense dan bereplikasi pada sitoplasma sel inang. Genomnya menyerupai mRNA selular dalam segala aspek kecuali tidak adanya poly-adenilate (poly-A) tail. Hal ini menyebabkan
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
10
virus dapat menggunakan organel-organel dari sel inang untuk memproduksi protein-proteinnya, baik struktural maupun non-struktural. Ribosom sel inang mengambil peran penting untuk mensintesis poliprotein dari virus mengingat bahwa RNA virus menyerupai mRNA selular (Qi, et al, 2007) Ketika ditranslasi, poliprotein yang terbentuk akan dipotong-potong oleh protease baik dari virus maupun dari inang, menghasilkan produkproduk protein yang mempunyai fungsi masing-masing. Selain itu, poliprotein mempunyai aktifitas autokatalitik yang secara otomatis dapat menghasilkan peptida pertama, enzim virus yang spesifik. Enzim tersebut kemudian memotong bagian-bagian poliprotein yang lain. Salah satunya yaitu RNAdependent RNA polymerase yang berperan dalam sintesis sense (-), yang kemudian nantinya akan dijadikan sebagai cetakan bagi terbentuknya RNA virus lainnya. Kemudian bagian-bagian dari virus dirakit dan akhirnya karena jumlahnya makin banyak menyebabkan lisisnya sel inang. (Qi, et al, 2007)
2.4.
Enzim RNA-dependent RNA polymerase (RdRp)
RNA dependent RNA polymerase (RdRp) adalah enzim yang mengkatalisis proses replikasi RNA dari template RNA dan berbeda dengan RNA polimerase, yang menggunakan DNA sebagai template-nya. (http://encyclopedia.freedictionary.com, 8 Juni 2009, 10.50). Protein NS5 merupakan protein terbesar dengan berat molekul mencapai 104kDa, memiliki kesamaan sekuens hampir 67 % di antara 4
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
11
serotipe, dan bertindak dwifungsi sebagai RNA- dependent RNA polymerase dan metil transferase yang berperan dalam replikasi RNA virus. Protein NS5 memiliki kurang lebih 900 asam amino, dimana enzim S-adenosil metionin transferase terletak pada ujung N-terminal-nya, dan protein RdRp terletak pada residu 270 – 900. Replikasi dimulai dengan sintesis RNA strand ( - ) dari genom RNA ( + ) virus dengue, kemudian strand ( - ) tersebut dijadikan template bagi terbentuknya genom RNA ( + ) virus dengue lainnya (Yap,et al, 2007). Enzim RdRp terdiri dari beberapa bagian (domain), antara lain palm, fingers, dan thumb yang antar bagiannya saling terhubung, sehingga morfologi molekulnya terlihat tersusun rapat dan kompak, berbeda dengan DNA polimerase yang lebih terbuka (kurang tersusun rapat/kompak). Mempunyai bentuk seperti huruf U dan memiliki karakteristik right-handed (Ferrer, 2006).
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
12
Gambar 4. Struktur enzim RdRp virus dengue Sumber: [Yap,et al, 2007]
Semua enzim RdRp dalam mekanisme katalisisnya melibatkan dua residu asam aspartat, dan dua ion logam divalen untuk pembentukan ikatan fosfodiester dengan substrat nukleotida (Joyce&Steitz, 1995 ; Steitz, 1998). Mempunyai dua jenis mekanisme inisiasi, antara lain inisiasi de novo (primerindependent) dan inisiasi primer-dependent (Van Dijk, et al, 2004)
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
13
Gambar 5. Mekanisme katalisis Sumber: [Steitz, 1998]
Gambar 6. Mekanisme inisiasi Sumber: [van Dijk, 2004]
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
14
Yap, et al (2007) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa terdapat tiga residu asam amino yang amat berperan dalam proses inisiasi replikasi RNA virus dengan menggunakan mekanisme de novo, yaitu Ser-710, Arg- 729, dan Arg-737, dan ketiga residu ini keberadaannya pada enzim RdRp tidak berubah (conserved) baik pada tiap serotipe dari virus dengue (DEN1 - 4), namun juga pada enzim RdRp virus-virus famili flaviviridae lainnya misalnya Yellow Fever Virus, West Nile Virus, Hepatitis C Virus, dan BVDV. Berdasarkan uji mutasi yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu dilakukan perubahan asam amino tunggal terhadap salah satu dari ketiga residu tersebut, didapatkan hasil bahwa proses sintesis RNA virus secara de novo hampir tidak terjadi sama sekali, sedang untuk proses elongasi berkurang kurang lebih dua sampai sembilan kali. Berdasarkan hasil-hasil tersebut, ketiga residu tersebut dapat dijadikan situs sasaran potensial penambatan/pelekatan ligan peptida pada enzim RdRp (Yap, et al, 2007).
2.5.
Inhibitor Enzim
Inhibitor merupakan senyawa yang dapat menghambat kerja dari enzim. Inhibitor terbagi atas dua jenis, yaitu pertama yang menyebabkan inaktifasi enzim secara irreversibel (inhibitor irreversibel) dan yang kedua menyebabkan inhibisi secara reversibel (inhibitor reversibel) (www.themedicalbiochemistrypage.org, 8 Juni 2009, 15.13)
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
15
Inhibitor irreversibel biasanya menyebabkan inaktifasi enzim, dikarenakan adanya interaksi kovalen. Efek kinetik dari inhibitor irreversibel adalah menurunkan konsentrasi dari enzim aktif, sehingga kemungkinan tercapainya konsentrasi maksimum komplek enzim-substrat makin menurun. Inhibitor irreversibel biasanya bersifat toksik dan tidak dianjurkan untuk terapetik/ pengobatan (www.themedicalbiochemistrypage.org, 8 Juni 2009, 15.16) Inhibitor reversibel terbagi atas tiga kategori, yaitu, inhibitor kompetitif, inhibitor non-kompetitif, dan inhibitor un-kompetitif. Biasanya inhibitor terikat secara non-kovalen, misalnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, dan ikatan ionik. Inhibitor dan enzim mempertahankan suatu kesetimbangan reversibel, sehingga mempunyai nilai konstanta kesetimbangan disosiasi dari komplek enzim inhibitor yang disebut Ki (www.themedicalbiochemistrypage.org, 8 Juni 2009, 15.35).
E + I ↔ EI
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
16
Tabel 1. Tipe inhibitor reversibel
Tipe Binding Site pada Enzim Inhibitor
Berada pada sisi aktif secara spesifik, dimana Inhibitor terjadi persaingan dengan substrat. Inhibisi dapat Kompetitif dikembalikan dengan substrat.
Berikatan dengan E atau ES pada tempat lain selain sisi aktif. Substrat tidak terganggu Inhibitor Nonikatannya, tapi komplek ESI tidak menghasilkan kompetitif produk. Inhibisi tidak dapat dikembalikan dengan substrat.
Hanya bisa berikatan dengan komplek ES pada Inhibitor UnKompetitif
tempat lain selain sisi aktif. Pelekatan substrat menyebabkan perubahan struktur enzim, sehingga inhibitor dapat terikat.
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
17
2.6.
Peptida
Peptida adalah molekul organik / asam amino yang terikat secara kimia dengan ikatan peptida. Ikatan peptida selalu terdiri dari ikatan kovalen tunggal antara α-karboksil dari asam amino satu dengan gugus amino nitrogen dari asam amino kedua. Pada proses pembentukan ikatan peptida pada dua asam amino, akan melepaskan satu molekul air. Peptida kecil yang terdiri kurang dari 10 residu asam amino dinamakan oligopeptida, sedang yang terdiri lebih dari 10 residu asam amino dinamakan polipeptida (Columbia Encyclopedia). Didasarkan pada spesifisitas dan aktivitasnya dalam tubuh, peptida banyak dikembangkan sebagai molekul obat. Lebih dari 140 peptida telah digunakan pada saat ini sebagai obat, dan kurang lebih 400 lagi saat ini masuk dalam tahap pra-klinik, dengan pertumbuhan rata-rata tahunan mencapai 15%. Oleh karena itu peptida dapat dikembangkan sebagai obat, salah satunya dapat dijadikan sebagai inhibitor pada virus, contohnya VIRIP, yang merupakan peptida inhibitor pada HIV dengan mekanisme menghambat protein enveloped dari virus (Huther, 2007). Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan peptida jika digunakan sebagai molekul obat :
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
18
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan peptida sebagai obat Kelebihan
Kekurangan
Ukurannya kecil
Stabilitas rendah dalam tubuh
Aktivitas tinggi
Bioavailibilitas oral rendah
Spesifisitas tinggi
Administrasi injeksi
Tidak menimbulkan efek imunologi
Penghantaran ke sel yang kurang
Toksisitas rendah Diversitas tinggi Minim interaksi dengan obat lain
Sumber: [Huther dan Dietrich, 2007]
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kestabilan dari senyawa peptida adalah dengan melakukan siklisasi. Salah satu cara siklisasi peptida adalah dengan menambahkan residu sistein pada ujungujung peptida, yang nantinya gugus tiol dari sistein akan membentuk jembatan disulfida. Adanya jembatan disulfida pada peptida dapat memberikan kestabilan tambahan, karena ikatan disulfida dapat mendestabilisasi bentuk unfolded (terbuka) dari peptida dengan menurunkan entropinya dan dapat membentuk interaksi hidrofobik (Futami, et al, 2000).
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
19
2.7.
Bioinformatika Bionformatika adalah suatu cabang ilmu yang menggabungkan ilmu
komputer dan biologi. Bioinformatika meliputi pengelolaan informasi biologis yang diperoleh dari berbagai penelitian yang menghasilkan data dalam jumlah banyak dan komplek, seperti pemetaan genom manusia. Bioinformatika memberikan prediksi maupun simulasi dengan mempertimbangkan hubungan serta pola data biologis. Bioinformatika adalah suatu bidang ilmu baru yang menggunakan pendekatan komputasional untuk menyelesaikan persoalan biologis (Baxevanis dan Oullette, 2001).
2.7.1 Bioinformatika dalam Proses Pencarian Obat (Drug Discovery) Komputer yang dilengkapi dengan aplikasi kimia komputasi yang memadai dapat menayangkan senyawa A secara tiga dimensi (3D) dan melakukan komparasi dengan senyawa lain yang sudah diketahui memiliki aktivitas tinggi, misal senyawa B. Berdasarkan komparasi 3D dilengkapi dengan perhitungan similaritas dan energi, memberikan gambaran bagianbagian dan gugus-gugus potensial yang dapat dikembangkan dari senyawa A (pharmacophore query). Kemudian berbagai senyawa turunan dan analog disintesis secara in silico atau digambar sesuai persyaratan aplikasi komputer yang digunakan (untuk selanjutnya disebut senyawa hipotetik). Keberadaan data struktur 3D enzim X akan sangat membantu. Aplikasi komputer dapat melakukan studi interaksi antara senyawa-senyawa hipotetik dengan enzim X
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
20
secara in silico pula. Berdasar dari studi ini dapat diprediksi aktivitas senyawa-senyawa hipotetik dan dapat dilakukan eliminasi senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas rendah. Kemudian dari beberapa langkah in silico tersebut, dapat diusulkan beberapa senyawa analog dan turunan senyawa A yang memang potensial untuk disintesis dan dikembangkan, atau mengusulkan untuk mengembangkan seri baru. Jumlah senyawa yang diusulkan biasanya jauh lebih sedikit dibandingkan penemuan obat secara konvensional. Dalam hal ini komputer membantu untuk mereduksi jumlah senyawa yang diusulkan secara rasional dan diharapkan lebih efektif serta, membantu mempelajari interaksi obat dengan targetnya (Galdenhuys, 2006).
2.8.
Molecular Modelling Molecular modelling adalah suatu teknik untuk memperoleh,
menampilkan, dan memanipulasi struktur, reaksi dari suatu molekul, serta sifat-sifat yang tergantung dari struktur tiga dimensi dari molekul tersebut. Teknik ini menggabungkan kimia komputasi, biologi komputasi, dan ilmu material dalam mempelajari sistem molekular dari sistem kimia yang kecil sampai molekul biologi yang besar dan material. Dewasa ini terdapat tiga jenis penggunaan yang paling sering digunakan dalam molecular modelling, yaitu analisis struktur, homology modelling,dan docking (www.ch.ic.ac.uk, diambil tanggal 4 Juni 2009, jam 12.08) .
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
21
2.9.
Minimisasi
Merupakan proses pencarian konformasi yang ideal dari suatu molekul berdasarkan mekanika molekular, yang merupakan metode kalkulasi dari struktur molekul, energi konformasi, dan sifat-sifat molekular lainnya dengan menggunakan konsep mekanika klasik (Naz, et al, 2009). Sebuah molekul diibaratkan sebagai kumpulan atom yang disatukan oleh gaya energi klasik. Gaya-gaya ini dideskripsikan sebagai fungsi energi potensial dari segi struktural seperti panjang ikatan, sudut ikatan, dan sudut torsi. Energi dari suatu molekul dihitung sebagai penjumlahan dari suatu persamaan sebagai berikut : E = E stretching + E bending + E torsion + E Vander Waals + E electrostatic
+ E hydrogen bond
+ cross term Kumpulan dari fungsi serta parameter yang sesuai disebut sebagai force field (Naz, et al, 2009).
2.10. Docking
Docking merupakan suatu metode yang dapat memprediksikan orientasi dari suatu molekul ke molekul yang lain ketika berikatan dalam membentuk komplek yang stabil (Rarey, 1996). Pengetahuan tentang orientasi tersebut dapat dijadikan sebagai prediksi tentang kekuatan atau
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
22
afinitas ikatan di antara dua molekul menggunakan fungsi scoring (Rarey, 1996). Docking banyak digunakan untuk memprediksi orientasi ikatan antara kandidat molekul kecil obat dengan protein target dalam rangka memprediksi afinitas dan aktifitas dari miolekul kecil tersebut. Oleh karena itu, docking mempunyai peran yang penting dalam desain obat baru (Bajorath, 2004) Docking dapat diartikan sebagai solusi pemecahan tentang teori “lock and key” , dimana dicari orientasi yang tepat dari kunci (key) yang dapat membuka gembok (lock). Protein dapat dijadikan sebagai lock dan ligan / molekul obat dapat diartikan sebagai key. Docking mencerminkan proses optimasi dari orientasi yang sesuai antara ligan yang berikatan dengan protein target (Jorgensen, 1991). Untuk menjalankan docking, hal pertama yang perlu dibutuhkan adalah struktur dari protein target, yang biasanya ditentukan menggunakan teknik biofisika seperti kristalografi sinar-X atau spektroskopi NMR. Struktur protein ini dan database dari ligan yang potensial dijadikan input dalam program docking. Keberhasilan dari proses docking tergantung dari 2 komponen yaitu algoritma dan fungsi scoring (Bajorath, 2004).
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Pencarian Data Enzim RdRp Virus dengue Protein Data Bank (PDB)
Pencarian struktur enzim RdRp dari Protein Data Bank (PDB) melalui situs Research Collaboratory for Structural Bioinformatics (RCSB) dengan alamat http://www.rcsb.org/pdb/ dengan menggunakan perangkat komputer yang terhubung dengan internet. Sistem operasi yang digunakan adalah Microsoft Windows XP dengan browser Internet Explorer. Format data yang digunakan adalah format PDB. Setelah struktur tersier protein RdRp virus dengue didapat, kemudian dilakukan analisis untuk menentukan binding site dari protein tersebut. Penentuan binding site dilakukan dengan menggunakan software online molecular modelling. Input data dalam program ini menggunakan format PDB dengan memasukkan PDB code atau PDB file
3.2
Preparasi Ligan Peptida
Ligan peptida yang akan diuji pada penelitian ini digambar secara 3 dimensi dengan menggunakan program ACDLabs. Peptida dimodelkan
23
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
24
sebagai peptida siklik, dengan masing-masing ujungnya ditambahkan residu sistein yang nantinya dapat membentuk jembatan disulfida. Asam amino yang akan dimodelkan adalah asama amino bermuatan negatif, yaitu asam glutamat dan asam aspartat. Peptida dimodelkan dengan deprotonasi pada gugus karboksilat, dan protonasi pada gugus amino. Gambar disimpan dalam format MDL Mol file.
NH3+- Cys- AAA –Cys- COOS-S Proses optimasi dilakukan dengan menggunakan program VegaZZ. Force field yang digunakan untuk ligan peptida adalah TRIPOS dan charges Gasteigger. Pencarian konformasi dilakukan dengan metode steepest descent dan conjugate gradient.
3.3.
Preparasi Enzim RdRp
Molekul air, ion klorin, dan tryethylene glycol sebelumnya dihilangkan dengan menggunakan program PyMol. Kemudian dilakukan optimasi dengan force field CHARMM22_PROT, dengan metode steepest descent dan conjugate gradient melalui program VegaZZ. Hasil optimasi disimpan dalam format PDB file.
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
25
3.4.
Docking antara ligan peptida dengan enzim
Berkas (file) parameter docking disiapkan dengan menggunakan AutoDock Tools. Untuk molekul enzim, atom hidrogen polar ditambahkan dan atom hidrogen non-polar disatukan, dan ditambahkan muatan Kollman. Untuk ligan, ditambahkan muatan Gasteiger, atom hidrogen non-polar disatukan, semua ikatan dibuat dapat berotasi. Penghitungan docking dilakukan dengan menggunakan program AutoDock4.0 menggunakan Lamarckian Genetic Algorithm (LGA). Parameter yang digunakan antara lain; population sizes 150, energy evaluations 2500000, dan dilakukan run sebanyak 50. Grid box disiapkan dengan grid spacing sebesar 0,375Å. Nilai RMSD dari tiap cluster diatur tidak melebihi 1,0 Å.
3.5
Analisis Hasil Docking terhadap Kompleks Kandidat PeptidaEnzim RdRp
Analisis Docking dilakukan dengan menganalisis konformasi dengan nilai energi terendah dari cluster yang paling banyak mempunyai populasi. Kemudian dianalisis nilai ΔGbinding dan nilai Ki (konstanta inhibitor) antara peptida-enzim. Mencari interaksi yang terjadi, dengan menganalisis ikatan hidrogen antara peptida dan enzim, serta analisis residu-residu enzim yang mangalami kontak dengan ligan peptida.
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pencarian Data Enzim RdRp Virus dengue Protein Data Bank (PDB)
Data struktur 3D protein dari enzim RdRp pada virus dengue dicari melalui Protein Data Bank melalui situs http://www.rcsb.org/pdb/, yang dikelola oleh Research Collaboratory for Structural Biology. Proses pencarian dapat dilakukan baik dengan mengetikkan kata kunci atau PDB ID pada kolom search. PDB ID terdiri dari empat karakter, gabungan baik dari bilangan numerikal maupun alfabetikal. Pada file PDB berisi tentang nama protein, nama peneliti yang melakukan penelitian terhadap struktur kristal dari protein, jurnal dimana hasil penelitian ini dipublikasikan, metode yang digunakan saat kristalisasi, geometri dari struktur, rincian sekuens, serta ligan yang terdapat pada struktur. Proses pencarian dilakukan dengan melakukan pengetikkan kata kunci, sehingga didapatkan hasil 2 struktur enzim RdRp dari virus dengue, yang mempunyai kode PDB-ID 2J7U dan 2J7W. Perbedaan secara fisik antara 2 struktur tersebut terdapat pada ada tidaknya ligan pada masing-masing protein tersebut. Pada protein 2J7U tidak terdapat ligan, sedang pada 2J7W terdapat ligan yaitu 3'DGTP (3’-Deoxy Guanosine Triphospate), yang diketahui dari jurnal merupakan suatu inhibitor dari enzim RdRp pada proses
27
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
28
elongasi. Perbedaan lainnya terletak pada resolusi kristalisasi, kristal 2J7U mempunyai nilai resolusi yang lebih kecil daripada krisatal 2J7W. Nilai resolusi sendiri mengacu pada kepadatan elektron. Pada kristalografi suatu makromolekul seringkali melibatkan ribuan atom dalam sel unit. Kristal makromolekul biasanya sulit untuk dibedakan antar atomnya, dengan kata lain biasanya atom-atom dan ikatan kimia biasanya terlihat masih bergabung, dan bukan terlihat sebagai atom-atom yang berdiri sendiri. Berdasarkan hal tersebut, dipilihlah kristal yang mempunyai resolusi yang terkecil dengan alasan bahwa makin kecil resolusi suatu kristal, maka tingkat kejelasan pemisahan dari atom-atom dalam suatu molekul makin terlihat jelas. Hal lainnya yang membedakan adalah adanya logam Mg pada kristal 2J7U yang berperan dalam proses katalisis, sedang pada kristal 2J7W tidak terdapat logam Mg. Protein dengan PDB-ID 2J7U, strukturnya ditentukan dengan menggunakan difraksi sinar-X dengan resolusi 1,85 Å oleh Yap, T.L., dkk dan dipublikasikan pada tanggal 13 Maret 2007. Dilihat dari susunan asam aminonya, diketahui bahwa tidak terdapat asam amino yang hilang pada tengah rantai susunan asam aminonya, atau rantai proteinnya tidak ada yang terputus di tengah. Selain itu dilakukan pula superimpose/tumpang tindih struktur enzim yang dipilih (2J7U) dengan struktur enzim lain pada Protein Data Bank yaitu 2J7W dengan menggunakan program PyMol, dan didapatkan hasil RMSD = 0,365. RMSD merupakan parameter kemiripan antara 2 struktur, makin kecil
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
29
nilainya, maka makin besar kemiripan strukturnya. Menurut Baxevanis dan Oullette yang menerangkan hubungan antara nilai RMSD dan hubungan antar struktur, jika nilai RMSD antar 2 struktur kurang dari 0.4, maka antara 2 struktur tersebut dapat dikatakan “essentially indistinguishable” atau dengan kata lain tidak dapat dibedakan satu sama lainnya.
4.2
Preparasi Ligan Peptida
Peptida yang akan dirancang susunan asam amino- asam aminonya bermuatan negatif /bersifat asam, yaitu asam aspartat (D) dan asam glutamat (E). Hal tersebut dikarenakan dengan merancang peptida yang terdiri dari asam amino-asam amino bermuatan negatif diharapkan nantinya dapat membentuk interaksi yang kuat antara ligan peptida dengan residu-residu penting pada enzim RdRp, antara lain Ser-710, Arg-729, dan Arg-737, yang diketahui lebih bersifat positif. Pemilihan hanya 3 asam amino yang terdapat pada ligan peptida didasarkan bahwa jika asam amino yang terdapat dalam ligan terlalu banyak akan dapat membuat strukturnya menjadi lebih besar sehingga dapat mempersulit melewati jalur paraselular. Kombinasi dari asam aspartat dan asam glutamat yang digunakan dalam rancangan peptida menghasilkan ligan peptida siklik sebanyak 8 buah yang berbeda letak serta komposisi dari amino amino-asam amino penyusunnya. Ligan-ligan peptida siklik yang dihasilkan dari kombinasi
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
30
tersebut antara lain: CDDDC, CDDEC, CDEDC, CEDDC, CDEEC, CEDEC, CEEDC, dan CEEEC. Pemodelan ligan peptida dilakukan dengan memprotonasi gugus amino dan mendeprotonasi gugus karboksil pada ligan peptida. Hal ini dilakukan karena pada pH fisiologis gugus karboksil hampir seluruhnya berada dalam bentuk R-COO-, sedang gugus amino berada pada bentuk RNH3+ . Rantai samping gugus karboksil pada residu asam aspartat dan asam glutamat juga dideprotonasi, dikarenakan asam aspartat dan asam glutamat adalah asam amino bersifat asam yang diketahui bahwa titik isoelektrik-nya berada pada suasana asam sekitar pH 3, sedang pada pH 6-8 bentuk rantai samping gugus karboksilnya berada pada bentuk terdeprotonasi.
4.3
Analisis hasil docking
Proses docking/penambatan dilakukan sebanyak 50 kali untuk tiap-tiap ligan peptida, sehingga nantinya akan ada 50 bentuk konformasi berbeda ketika ligan peptida berikatan dengan enzim. Kenyataannya, tidak selalu terbentuk 50 konformasi ligan peptida yang berbeda-beda dan ada kalanya terdapat bentuk konformasi yang sama. Program AutoDock nantinya akan mengelompokkan konformasi-konformasi yang sama dalam sutu kelompok yang disebut sebagai cluster.
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
31
Tabel 3. Tabel data energi terendah, jumlah populasi dalam cluster dengan populasi terbanyak dan cluster rank dari masing-masing ligan uji Peptida
ΔGbinding terendah dalam
Jumlah populasi
cluster dengan populasi
dalam satu cluster*
Cluster Rank
terbanyak (kkal/mol) CEEEC
- 9,03
5
3
CEEDC
- 8,77
4
1
CEDEC
-8,96
4
1
CDEEC
-10,04
5
1
CDDEC
-7,45
5
7
CDEDC
-8,93
5
1
CEDDC
-7,77
6
10
16
1
CDDDC -8,35 *) dengan jumlah populasi terbanyak dalam satu cluster
Pemilihan konformasi ligan peptida didasarkan banyaknya populasi dalam suatu cluster, jika dalam suatu cluster memiliki populasi (konformasi ligan yang sama) dengan jumlah yang paling banyak, maka bisa diartikan konformasi dalam cluster tersebut merupakan konformasi yang lebih ‘disenangi’ oleh ligan ketika berikatan dengan binding site. Hal tersebut dikarenakan dalam beberapa kali proses docking, konformasi itulah yang
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
32
berulangkali terjadi ketika berikatan dengan binding site, atau penyebaran bentuk konformasi ligan tertuju pada konformasi tersebut. Cluster dengan jumlah populasi terbanyak seharusnya berada pada cluster rank pertama. Cluster rank menunjukkan cluster/kelompok konformasi ligan yang memiliki nilai ΔGbinding terendah selama beberapa kali proses docking. Nilai ΔGbinding yang rendah mengindikasikan bahwa ligan peptida berada pada konformasi yang paling stabil ketika berikatan dengan enzim (peluang terjadinya sekitar 80 – 90 %). Sehingga, jika cluster dengan jumlah populasi terbanyak berada pada cluster rank pertama, dapat diartikan bahwa konformasi ligan ketika berikatan dengan enzim merupakan konformasi yang paling stabil, dan hal ini diperkuat dengan beberapa kali proses docking, konformasi tersebut selalu dituju oleh ligan tersebut. Berdasarkan data di atas, lebih dari sebagian ligan memenuhi hipotesis tentang konformasi terstabil ligan ketika berikatan dengan enzim (memiliki cluster dengan populasi terbanyak pada cluster rank pertama). Ada beberapa ligan yang tidak memenuhi hipotesis tersebut, sehingga konformasi dari ligan-ligan tersebut meragukan apakah benar-benar konformasi tersebut merupakan konformasi terstabil dari ligan tersebut ketika berikatan dengan binding site. Dari data di atas, ligan-ligan yang memenuhi kriteria antara lain CEEDC,CEDEC, CDEEC, CDEDC, dan CDDDC. Setelah dilakukan pemilihan ligan-ligan mana saja yang akan dipilih berdasarkan konformasi terstabilnya, lalu dilakukan analisis nilai energi
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
33
berdasarkan hasil docking. Berikut merupakan data nilai energi hasil docking dari ligan-ligan yang dipilih:
Tabel 4. Tabel data hasil docking Peptida
Jumlah
ΔGbinding
ΔGintermolecular
ΔGintramolecular ΔGtorsional
ikatan
(kkal/mol)
(kkal/mol)
(kkal/mol)
(kkal/mol)
(nM)
Ki
yang dapat berotasi CEEDC
10
-8,77
-9,2
-3,51
2,74
370,73
CEDEC
10
-8,96
-9,53
-2,63
2,74
269,07
CDEEC
10
-10,04
-10,61
-2,72
2,74
43,44
CDEDC
9
-8,93
-10,19
-1,8
2,47
283,43
CDDDC
8
-8,35
-9,31
-1,49
2,2
756,87
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa makin kecil jumlah ikatan yang dapat berotasi maka nilai ΔGtorsional juga makin berkurang. Pada ligan yang mempunyai jumlah ikatan yang dapat berotasi sama maka nilai ΔGtorsional juga sama besar. Dari data di atas jika jumlah ikatan yang dapat berotasi berkurang sebanyak 1 ikatan, maka nilai ΔGtorsional akan berkurang dengan nilai konstan yaitu ~ 0,27 kkal/mol seiring dengan pengurangan
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
34
gugus metilen. Hal tersebut dapat diketahui dikarenakan perbedaan jumlah ikatan yang dapat berotasi berasal dari perbedaan jumlah antara residu asam amino aspartat dan asam glutamat pada satu peptida, seperti telah diketahui bahwa perbedaan mendasar antara asam glutamat dan asam aspartat terletak pada rantai sampingnya, yaitu asam glutamat memiliki rantai C yang lebih panjang (beda satu gugus metilen). Nilai ΔGintramolecular dipengaruhi oleh panjang ikatan, sudut ikatan, dan sudut dihedral pada molekul ligan. Berdasarkan data di atas, terdapat kecenderungan bahwa nilai ΔGintramolecular makin besar (mendekati positif) jika jumlah ikatan yang dapat berotasi makin kecil, walaupun tidak naik secara linier. Hal tersebut kemungkinan disebabkan berkurangnya perputaran ikatan pada ligan yang dapat menyebabkan peluang terjadinya perubahan jarak ikatan, sudut ikatan, atau sudut dihedral semakin berkurang, sehingga menyebabkan nilai ΔGintramolecular menjadi lebih besar (mendekati positif) walaupun tidak secara signifikan. Nilai konstanta inhibisi dari kelima ligan masuk dalam kisaran nM, mengindikasikan terbentuknya komplek ligan-enzim yang stabil, dikarenakan nilai Ki diperoleh dari persamaan : [E][I] / [EI], pada rekasi kesetimbangan pembentukan komplek enzim. E + I ↔ EI Sehingga makin kecil nilai Ki, maka reaksi lebih cenderung menuju pembentukan komplek EI daripada penguraian komplek EI. Berdasarkan data
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
35
hasil docking juga diketahui bahwa makin rendah nilai ΔGbinding, makin kecil nilai Ki. Selanjutnya dicari residu pada enzim yang mengalami kontak dengan ligan dengan menggunakan program Chimera, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Residu kontak dengan ligan uji Peptida
Residu kontak (residu dengan huruf tebal membentuk ikatan hidrogen dengan ligan)
CEEDC Tyr-606, Ser-710, Arg-729, Arg-737, Thr-794, Trp-795, Ser796, Ile-797 CEDEC Tyr-606, Cys-709, ser-710, His-711, Arg-729, Arg-737, Thr794, Trp-795, Ser-796, Ile-797, His-798 CDEEC Leu-511, Ser-661, Asp-663, Asp-664, Cys-709, Ser-710, His711, Arg-729, Arg-737, Thr-794, Ser-796, Ile-797, His-798 CDEDC Ser-710, His-711, Arg-729, Arg-737, Thr-794, Trp-795, Ser796, Ile-797, His-798 CDDDC Ser-661, Asp-663, Asp-664, Cys-709, Ser-710, His-711, Arg729, Arg-737, Ser-796, Ile-797, His-798
Berdasarkan hasil pencarian residu yang mengalami kontak dengan masing-masing ligan, diketahui bahwa kelima ligan mempunyai kontak
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
36
dengan 3 residu yang penting pada binding site, yaitu Ser-710, Arg-729, dan Arg-737. Hal ini menandakan bahwa hasil docking ligan peptida sesuai dengan yang diharapkan. Diketahui berdasarkan hasil docking bahwa ligan CDEEC mempunyai nilai ΔGbinding terendah di antara ligan-ligan lainnya, selain itu pula diketahui mempunyai kontak dengan jumlah residu yang banyak yaitu dengan 13 residu, di antaranya dengan Asp-663 dan Asp-664 yang merupakan residu yang terdapat pada catalytic site, sehingga diharapkan dapat mengganggu proses katalisis. Peptida CDEEC juga mempunyai interaksi ikatan hidrogen dengan lima residu seperti yang tersebut di atas, di antaranya berikatan hidrogen dengan dua residu yang dianggap penting, yaitu Arg-729 dan Arg-737. Selain mempunyai interaksi ikatan hidrogen dengan residu-residu yang tersebut di atas, ligan peptida CDEEC diketahui juga memiliki interaksi jembatan garam dengan residu Asp-663, dimana ujung terminal N (-NH3+) membentuk jembatan garam dengan rantai samping gugus COO- dari residu Asp-663. Interaksi jembatan garam dianggap penting bagi sumbangsihnya pada nilai ΔGintermolecular, dikarenakan nilai stabilisasi dari interaksi jembatan garam nilainya sama besarnya dengan ikatan hidrogen.
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
37
Gambar 7. Interaksi jembatan garam antara ligan peptida dengan residu Asp663.
Berdasarkan hasil visualisasi hasil docking, diketahui bahwa ligan peptida CDEEC berikatan dengan enzim RdRp pada suatu lubang yang terdapat pada enzim RdRp. Lubang tersebut diketahui merupakan jalur masuknya RNA virus ketika ingin melakukan proses inisiasi dan elongasi atau biasa disebut NTP tunnel.
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
38
Gambar 8. Letak ikatan ligan peptida CDEEC pada binding site
Berdasarkan hasil docking dapat disimpulkan bahwa ligan peptida siklik dengan kombinasi CDEEC (Cys-Asp-Glu-Glu-Cys) dapat dijadikan suatu inhibitor yang potensial guna menghambat aktivitas enzim RdRp, dikarenakan beberapa hal, antara lain: 1. Memiliki nilai energi ikat yang rendah (paling rendah di antara ligan peptida uji lainnya) ketika berikatan dengan enzim RdRp, yaitu sekitar -10,04 kkal/mol. 2. Mempunyai nilai Ki pada kisaran nM (43,44 nM), mengindikasikan terbentuknya komplek ligan peptida-enzim yang stabil 3. Memiliki kontak dengan residu yang terbanyak dibandingkan dengan peptida uji lainnya, diantaranya kontak dengan Asp-663 dan Asp-664 yang terdapat pada catalytic site, serta dengan Ser-710, Arg-729, dan
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
39
Arg-737, yang ketiganya diketahui berpengaruh terhadap proses inisiasi RNA virus 4. Memiliki ikatan hidrogen beberapa residu, diantarnya dengan residu penting yaitu Arg-729 dan Arg-737, serta membentuk interaksi jembatan garam dengan Asp-663.
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil docking dapat disimpulkan bahwa ligan peptida
siklik CDEEC dapat dijadikan suatu inhibitor yang potensial guna menghambat aktivitas enzim RdRp, dikarenakan beberapa hal, antara lain memiliki nilai ΔGbinding yang rendah (paling rendah di antara ligan peptida uji lainnya), yaitu sekitar -10,04 kkal/mol dan nilai Ki pada kisaran 43,44 nM, dan dari nilai-nilai tersebut mengindikasikan terbentuknya komplek ligan peptidaenzim yang stabil. Selain itu, ligan peptida siklik CDEEC memiliki kontak dengan residu yang terbanyak dibandingkan dengan peptida uji lainnya, diantaranya kontak dengan Asp-663 dan Asp-664 yang terdapat pada catalytic site, serta dengan Ser-710, Arg-729, dan Arg-737, yang ketiganya diketahui berpengaruh terhadap proses inisiasi RNA virus. Ligan peptida siklik CDEEC sendiri mempunyai ikatan hidrogen dengan beberapa residu penting seperti Arg-729 dan Arg-737, serta membentuk interaksi jembatan garam dengan residu Asp-663. Lain dari itu, berdasarkan visualisasi hasil docking, diketahui bahwa letak terikatnya ligan peptida siklik CDEEC pada enzim RdRp berada dalam NTP tunnel.
41
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
42
5.2.
Saran Diperlukan studi lanjutan dengan menggunakan metode simulasi
dinamika molekular, dengan menyertakan keberadaan pelarut yang berfungsi untuk mengetahui apakah ikatan-ikatan antara enzim dengan ligan masih bertahan, jika ditambahkan adanya efek pelarut.
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B., A Jonson, J.Lewis, M. Raff, K.Roberts, P.Walter.2002. Molecular Biology of the Cell.ed. ke-4,Garlang Science, New York. Baxevanis, A.D, B.F.F. Oullete.2001. Bioinformatics, A Practical Guide to the Analysis Genes and Protein. ed. ke-2, John Wiley & Sons, Inc, USA Burke, D.S, T.P Monath. 2001. Fields Virology .ed ke-4, Lipincott Williams &Wilkins, Philadelphia Christopher Smith .1998. Molecular Modelling - Seeing the Whole Picture with Modeling Software Packages.Scientist 12[17]:0, Aug. 31, 1998 Ferrer-Orta, C., A. Arias, C. Escarmis, N. Verdaguer. 2006. A Comparison of Viral RNA-dependent RNA polymerases, Current Opinion of Structural Biology. 16:27-34. Futami J, Tada H, Seno M, Ishikami S, Yamada H. 2000. Stabilization of Human RNase 1 by Introduction of a Disulfide Bond Between Residues 4 and 118. Journal of Biochemistry .128 (2): 245–50 Geldenhuys, W,J., et al. 2006. Optimizing the Use of Open-Source Software Applications in Drug Discovery. Drug Discovery Today (3/4): 127-132 Henchal, Erik A., J. Robert Putnak. 1990. The Dengue Virus. Clinical Microbiology Reviews. Vol.3 No.4. p.376-396.. Hendra.2006. Karya Sarjana Utama Kimia: Analisis Rancangan vaksin Tetravalen Dengue Virus secara In Silico Menggunakan Protein E
43
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
44
DENV-3 Sebagai Backbone Melalui Homology Modelling. Departemen Kimia FMIPA –UI Hidayah, Zulfa.2005. Karya sarjana Uatama Kimia : Studi Awal Bioinformatika dalam Perancangan Vaksin Dengue Tetravalen. Departemen Kimia FMIPA-UI Hiswani. 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue. USU Digital Library Huther, Alexandra & Ursula Dietrich. 2007. The Emergence of Peptides as Therapeutics Drug for Inhibition of HIV-1. AIDS Review. 9:208-17 Jorgensen WL .1991. Rusting of the Lock and Key Model for Protein-Ligand Binding. Science 254 (5034): 954–5 Kitchen DB, Decornez H, Furr JR, Bajorath J. 2004. Docking and Scoring in Virtual Screening for Drug Discovery: Methods and Applications. Nature Reviews :Drug discovery 3 (11): 935–49 Larson, Richard.S.2006. Bioinformatics and Drug Discovery.Humana Press, New Jersey Lengauer T, Rarey M .1996. Computational Methods for Biomolecular Docking. Current Opinion of Structural Biology. 6 (3): 402–6 Naz, Afshan, Khalida Bano, Farhat Bano, Najaf Abbas, Naheed Akhtar.2009. Conformational Analysis (Geometry Optimization) of Nucleosidic AntiTumor Antibiotic Showdomycin by Arguslab 4 Software. Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences., Vol.22, pp.78-82
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
45
Patrick, Graham.L.2001. Introduction to Medicinal Chemistry. Oxford University Press Qi,Rui-Feng, Ling Zhang, Cheng Wu Chi. 2007. Biological Characteristics of Dengue Virus and Potential Targets for Drug Design. Acta Biochimica et Biophysica Sinica.2008; 40: 91-101 Raekiansyah,Muhareva, T.Mirawati Sudiro. 2004. Genetic Variation Among Dengue Virus that Correlate with Pathogenesis. Medical Journal of Indonesia;13:190-4 Rao, Gitta Subba, Manoj .V Ramachandran, J.S. Bajaj.2006.In Silico Structure-Based Design of Potent and Selective Small Peptide Inhibitor of Protein Tyrosine Phosphatase 1B. Journal of Biomolecular Structure and Dynamic:23(4) Selisko, Barbara, Jean-Claude Guillemot, Karine Alvarez, Bruno Canard. 2006. Opportunities in Development of Anti-Dengue Drug. Working Paper for the Scientific Working Group on Dengue Research, convened by the Special Programme for Research and Training in Tropical Diseases Steitz, T.A & Steitz, J.A.1993. A General Two Metal Ion Mechanism for Catalytic RNA. Proceeding of National Academy of Science ; 90,6498-6052 Taufik,Rizky Ichsan. 2006. Karya Sarjana Utama Kimia: Analisis Rancangan Vaksin Tetravalen Dengue Virus secara In Silico Menggunakan
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
46
Protein E DENV-2 Sebagai Backbone Melalui Homology Modelling. Departemen Kimia FMIPA –UI Van Dijk, Alberdina, Eugene .V Makeyev, Dennis H Bamford.2004. Initiation of Viral RNA-dependent RNA Polymerase Polimerization. Journal of General Virology; 85:1077-1093 Yap,Thai Leong, Ting Xu, Yen-Liang Chen, Helene Malet, Marie-Pierre Egloff, Bruna Cannard, Subash G Vasudevan, Julian Lescar. 2007. Crystal Structure of Dengue Virus RNA-dependent RNA Polymerase Catalytic Domain at 1.85 A Resolition.Journal of Virology; 81(9):47534765 http://athena.bioc.uvic.ca/. http://carnot.utmb.edu http://encyclopedia.freedictionary.com www.cdc.gov www.ch.ic.ac.uk www.dsimb.inserm.fr www.themedicalbiochemistrypage.or
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
47 Lampiran 1. Bagan kerja
Pencarian Data Enzim RdRp Virus dengue Protein Data Bank (PDB)
Preparasi Ligan Peptida
Preparasi enzim RdRp
Docking antara ligan peptida dengan enzim RdRp
Analisis hasil docking
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
48 Lampiran 2. Daftar asam amino dan kodenya
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
49 Lampiran 3. Hasil RMSD protein 2J7U dengan 2J7W
RMSD = 0,365
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
50 Lampiran 4. Hasil Docking
EEE CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _______________________________________________________________________ _________ | | | | | Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Binding | | Binding | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____ |____:___ 1 | -9.52 | 33 | -9.50 | 2 |## 2 | -9.14 | 10 | -9.14 | 1 |# 3 | -9.03 | 6 | -8.68 | 5 |##### 4 | -8.57 | 21 | -8.35 | 2 |## 5 | -8.55 | 39 | -8.37 | 2 |## 6 | -8.46 | 46 | -8.46 | 1 |# 7 | -8.38 | 40 | -8.38 | 1 |# 8 | -8.10 | 35 | -8.10 | 1 |# 9 | -8.04 | 7 | -7.32 | 2 |## 10 | -8.04 | 31 | -7.96 | 2 |## 11 | -7.89 | 11 | -7.89 | 1 |# 12 | -7.88 | 8 | -7.88 | 1 |# 13 | -7.74 | 36 | -7.74 | 1 |# 14 | -7.73 | 14 | -7.65 | 2 |## 15 | -7.71 | 45 | -7.71 | 1 |# 16 | -7.71 | 12 | -7.71 | 1 |# 17 | -7.65 | 44 | -7.65 | 1 |# 18 | -7.60 | 50 | -7.60 | 1 |# 19 | -7.58 | 24 | -7.58 | 1 |# 20 | -7.47 | 4 | -7.47 | 1 |# 21 | -7.43 | 47 | -7.43 | 1 |# 22 | -7.37 | 15 | -7.37 | 1 |# 23 | -7.11 | 16 | -7.11 | 1 |# 24 | -7.09 | 48 | -7.09 | 1 |# 25 | -6.95 | 41 | -6.95 | 1 |# 26 | -6.95 | 17 | -6.95 | 1 |# 27 | -6.91 | 20 | -6.91 | 1 |# 28 | -6.86 | 38 | -6.86 | 1 |# 29 | -6.85 | 34 | -6.85 | 1 |# 30 | -6.79 | 2 | -6.79 | 1 |# 31 | -6.74 | 13 | -6.74 | 1 |# 32 | -6.64 | 19 | -6.64 | 1 |# 33 | -6.63 | 42 | -6.63 | 1 |# 34 | -6.57 | 3 | -6.57 | 1 |# 35 | -6.46 | 28 | -6.46 | 1 |# 36 | -6.41 | 43 | -6.41 | 1 |# 37 | -6.37 | 1 | -6.37 | 1 |# 38 | -6.27 | 9 | -6.27 | 1 |#
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
51 39 | -6.20 | 26 | -6.20 | 1 |# 40 | -6.08 | 18 | -6.08 | 1 |# _____|___________|_____|___________|_____|_____________________________ _________
Number of multi-member conformational clusters found = 7, out of 50 runs. Run = 6 Cluster Rank = 3 Number of conformations in this cluster = 5 RMSD from reference structure
= 65.479 A
Estimated Free Energy of Binding (4)] Estimated Inhibition Constant, Ki [Temperature = 298.15 K]
=
USER USER USER USER USER USER
=
-9.03 kcal/mol
[=(1)+(2)+(3)-
241.59 nM (nanomolar)
(1) Final Intermolecular Energy vdW + Hbond + desolv Energy Electrostatic Energy (2) Final Total Internal Energy (3) Torsional Free Energy (4) Unbound System's Energy
= = = = = =
-9.33 -6.23 -3.10 -4.57 +3.02 -1.86
kcal/mol kcal/mol kcal/mol kcal/mol kcal/mol kcal/mol
DEE CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _______________________________________________________________________ _________ | | | | | Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Binding | | Binding | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____ |____:___ 1 | -10.04 | 21 | -9.61 | 5 |##### 2 | -9.15 | 47 | -8.75 | 4 |#### 3 | -9.13 | 40 | -9.13 | 1 |# 4 | -8.95 | 24 | -8.95 | 1 |# 5 | -8.83 | 15 | -8.83 | 1 |# 6 | -8.57 | 45 | -8.57 | 1 |# 7 | -8.57 | 23 | -8.39 | 2 |## 8 | -8.42 | 8 | -8.42 | 1 |# 9 | -8.28 | 18 | -8.28 | 1 |# 10 | -8.26 | 41 | -8.02 | 4 |#### 11 | -8.00 | 1 | -8.00 | 1 |# 12 | -7.89 | 36 | -7.89 | 1 |# 13 | -7.78 | 9 | -7.78 | 1 |# 14 | -7.72 | 34 | -7.72 | 1 |#
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
52 15 | -7.70 | 10 | -7.70 | 1 |# 16 | -7.64 | 49 | -7.64 | 1 |# 17 | -7.62 | 33 | -7.62 | 1 |# 18 | -7.60 | 35 | -7.60 | 1 |# 19 | -7.57 | 27 | -7.57 | 1 |# 20 | -7.56 | 11 | -7.56 | 1 |# 21 | -7.56 | 46 | -7.56 | 1 |# 22 | -7.54 | 19 | -7.54 | 1 |# 23 | -7.47 | 16 | -7.47 | 1 |# 24 | -7.46 | 50 | -7.46 | 1 |# 25 | -7.46 | 5 | -7.46 | 1 |# 26 | -7.46 | 44 | -7.46 | 1 |# 27 | -7.45 | 25 | -7.45 | 1 |# 28 | -7.27 | 14 | -7.27 | 1 |# 29 | -7.26 | 39 | -7.26 | 1 |# 30 | -7.04 | 3 | -7.04 | 1 |# 31 | -7.03 | 37 | -7.03 | 1 |# 32 | -6.77 | 31 | -6.77 | 1 |# 33 | -6.76 | 7 | -6.76 | 1 |# 34 | -6.74 | 2 | -6.74 | 1 |# 35 | -6.71 | 42 | -6.71 | 1 |# 36 | -6.68 | 6 | -6.68 | 1 |# 37 | -6.55 | 17 | -6.55 | 1 |# 38 | -6.48 | 43 | -6.48 | 1 |# 39 | -6.43 | 29 | -6.43 | 1 |# _____|___________|_____|___________|_____|_____________________________ _________
Number of multi-member conformational clusters found = 4, out of 50 runs. Run = 21 USER Cluster Rank = 1 USER Number of conformations in this cluster = 5 USER USER RMSD from reference structure = 63.792 A USER USER Estimated Free Energy of Binding = -10.04 kcal/mol [=(1)+(2)+(3)-(4)] USER Estimated Inhibition Constant, Ki = 43.44 nM (nanomolar) [Temperature = 298.15 K] USER USER (1) Final Intermolecular Energy = -10.61 kcal/mol USER vdW + Hbond + desolv Energy = -6.54 kcal/mol USER Electrostatic Energy = -4.07 kcal/mol USER (2) Final Total Internal Energy = -2.72 kcal/mol USER (3) Torsional Free Energy = +2.74 kcal/mol USER (4) Unbound System's Energy = -0.55 kcal/mol
EDE CLUSTERING HISTOGRAM ____________________
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
53 _______________________________________________________________________ _________ | | | | | Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Binding | | Binding | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____ |____:___ 1 | -8.96 | 17 | -8.76 | 4 |#### 2 | -8.76 | 44 | -8.58 | 2 |## 3 | -8.61 | 35 | -8.44 | 3 |### 4 | -8.59 | 42 | -8.37 | 2 |## 5 | -8.57 | 3 | -8.57 | 1 |# 6 | -8.55 | 43 | -8.26 | 4 |#### 7 | -8.50 | 10 | -8.50 | 1 |# 8 | -8.45 | 49 | -8.07 | 3 |### 9 | -8.42 | 26 | -8.42 | 1 |# 10 | -8.19 | 12 | -8.19 | 1 |# 11 | -8.19 | 32 | -8.19 | 1 |# 12 | -8.17 | 6 | -8.17 | 1 |# 13 | -8.16 | 18 | -8.07 | 2 |## 14 | -8.14 | 8 | -8.14 | 1 |# 15 | -8.06 | 45 | -8.06 | 1 |# 16 | -8.04 | 16 | -8.04 | 1 |# 17 | -7.87 | 7 | -7.87 | 1 |# 18 | -7.82 | 20 | -7.53 | 2 |## 19 | -7.46 | 38 | -7.46 | 1 |# 20 | -7.41 | 23 | -7.41 | 1 |# 21 | -7.40 | 22 | -7.40 | 1 |# 22 | -7.28 | 36 | -7.28 | 1 |# 23 | -7.24 | 27 | -7.24 | 1 |# 24 | -7.09 | 15 | -7.09 | 1 |# 25 | -7.08 | 29 | -7.08 | 1 |# 26 | -7.03 | 2 | -7.03 | 1 |# 27 | -6.86 | 48 | -6.86 | 1 |# 28 | -6.82 | 21 | -6.82 | 1 |# 29 | -6.78 | 4 | -6.78 | 1 |# 30 | -6.77 | 47 | -6.77 | 1 |# 31 | -6.72 | 34 | -6.72 | 1 |# 32 | -6.66 | 50 | -6.66 | 1 |# 33 | -6.62 | 39 | -6.62 | 1 |# 34 | -6.61 | 40 | -6.61 | 1 |# 35 | -6.17 | 41 | -6.17 | 1 |# 36 | -5.96 | 33 | -5.96 | 1 |# _____|___________|_____|___________|_____|_____________________________ _________
Number of multi-member conformational clusters found = 8, out of 50 runs. Run = 17 USER Cluster Rank = 1 USER Number of conformations in this cluster = 4 USER USER RMSD from reference structure = 66.091 A
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
54 USER USER Estimated Free Energy of Binding [=(1)+(2)+(3)-(4)] USER Estimated Inhibition Constant, Ki [Temperature = 298.15 K] USER USER (1) Final Intermolecular Energy USER vdW + Hbond + desolv Energy USER Electrostatic Energy USER (2) Final Total Internal Energy USER (3) Torsional Free Energy USER (4) Unbound System's Energy
= =
= = = = = =
-8.96 kcal/mol 269.07 nM (nanomolar)
-9.53 -5.99 -3.54 -2.63 +2.74 -0.46
kcal/mol kcal/mol kcal/mol kcal/mol kcal/mol kcal/mol
EED CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _______________________________________________________________________ _________ | | | | | Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Binding | | Binding | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____ |____:___ 1 | -8.77 | 11 | -8.27 | 4 |#### 2 | -8.45 | 20 | -8.06 | 2 |## 3 | -8.42 | 13 | -8.23 | 2 |## 4 | -8.37 | 33 | -8.02 | 2 |## 5 | -8.30 | 44 | -8.22 | 2 |## 6 | -8.21 | 38 | -8.21 | 1 |# 7 | -7.95 | 27 | -7.95 | 1 |# 8 | -7.93 | 4 | -7.93 | 2 |## 9 | -7.92 | 49 | -7.92 | 1 |# 10 | -7.89 | 39 | -7.89 | 1 |# 11 | -7.87 | 28 | -7.87 | 1 |# 12 | -7.86 | 31 | -7.81 | 2 |## 13 | -7.86 | 12 | -7.86 | 1 |# 14 | -7.78 | 36 | -7.78 | 1 |# 15 | -7.75 | 32 | -7.75 | 1 |# 16 | -7.72 | 26 | -7.67 | 2 |## 17 | -7.71 | 43 | -7.71 | 1 |# 18 | -7.70 | 41 | -7.70 | 1 |# 19 | -7.55 | 17 | -7.55 | 1 |# 20 | -7.55 | 42 | -7.55 | 1 |# 21 | -7.52 | 29 | -7.13 | 2 |## 22 | -7.34 | 1 | -7.34 | 1 |# 23 | -7.34 | 16 | -7.34 | 1 |# 24 | -7.33 | 3 | -7.33 | 1 |# 25 | -7.21 | 40 | -7.21 | 1 |# 26 | -7.14 | 24 | -7.14 | 1 |# 27 | -7.07 | 47 | -7.07 | 1 |# 28 | -7.05 | 10 | -7.05 | 1 |#
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
55 29 | -7.02 | 5 | -7.02 | 1 |# 30 | -7.01 | 22 | -7.01 | 1 |# 31 | -6.93 | 25 | -6.93 | 1 |# 32 | -6.92 | 19 | -6.92 | 1 |# 33 | -6.83 | 37 | -6.83 | 1 |# 34 | -6.81 | 45 | -6.81 | 1 |# 35 | -6.80 | 15 | -6.80 | 1 |# 36 | -6.75 | 23 | -6.75 | 1 |# 37 | -6.66 | 46 | -6.66 | 1 |# 38 | -6.61 | 6 | -6.61 | 1 |# 39 | -6.45 | 30 | -6.45 | 1 |# _____|___________|_____|___________|_____|_____________________________ _________
Number of multi-member conformational clusters found = 9, out of 50 runs. USER Run = 11 USER Cluster Rank = 1 USER Number of conformations in this cluster = 4 USER USER RMSD from reference structure = 67.341 A USER USER Estimated Free Energy of Binding = -8.77 kcal/mol [=(1)+(2)+(3)-(4)] USER Estimated Inhibition Constant, Ki = 370.73 nM (nanomolar) [Temperature = 298.15 K] USER USER (1) Final Intermolecular Energy = -9.20 kcal/mol USER vdW + Hbond + desolv Energy = -5.70 kcal/mol USER Electrostatic Energy = -3.51 kcal/mol USER (2) Final Total Internal Energy = -3.48 kcal/mol USER (3) Torsional Free Energy = +2.74 kcal/mol USER (4) Unbound System's Energy = -1.17 kcal/mol
DDE CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _______________________________________________________________________ _________ | | | | | Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Binding | | Binding | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____ |____:___ 1 | -8.16 | 5 | -8.06 | 2 |## 2 | -8.08 | 7 | -8.04 | 4 |#### 3 | -7.82 | 14 | -7.82 | 1 |# 4 | -7.67 | 32 | -7.67 | 1 |# 5 | -7.57 | 11 | -7.57 | 1 |#
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
56 6 | -7.56 | 12 | -7.56 | 1 |# 7 | -7.45 | 2 | -7.17 | 5 |##### 8 | -7.36 | 23 | -7.27 | 3 |### 9 | -7.34 | 1 | -7.34 | 1 |# 10 | -7.29 | 3 | -7.28 | 2 |## 11 | -7.28 | 15 | -7.20 | 2 |## 12 | -7.25 | 50 | -7.25 | 1 |# 13 | -7.23 | 19 | -7.22 | 2 |## 14 | -7.12 | 42 | -7.12 | 1 |# 15 | -7.04 | 10 | -7.04 | 1 |# 16 | -7.03 | 24 | -6.99 | 3 |### 17 | -7.03 | 17 | -7.03 | 1 |# 18 | -7.02 | 13 | -6.94 | 2 |## 19 | -6.98 | 35 | -6.94 | 2 |## 20 | -6.97 | 34 | -6.97 | 1 |# 21 | -6.97 | 45 | -6.97 | 1 |# 22 | -6.94 | 33 | -6.94 | 1 |# 23 | -6.88 | 43 | -6.88 | 1 |# 24 | -6.77 | 44 | -6.77 | 1 |# 25 | -6.71 | 31 | -6.71 | 1 |# 26 | -6.69 | 30 | -6.69 | 1 |# 27 | -6.66 | 8 | -6.66 | 1 |# 28 | -6.65 | 18 | -6.65 | 1 |# 29 | -6.65 | 6 | -6.65 | 1 |# 30 | -6.53 | 27 | -6.53 | 1 |# 31 | -6.51 | 47 | -6.51 | 1 |# 32 | -6.35 | 46 | -6.35 | 1 |# 33 | -5.99 | 38 | -5.99 | 1 |# _____|___________|_____|___________|_____|_____________________________ _________
Number of multi-member conformational clusters found = 10, out of 50 runs. USER Run = 2 USER Cluster Rank = 7 USER Number of conformations in this cluster = 5 USER USER RMSD from reference structure = 72.177 A USER USER Estimated Free Energy of Binding = -7.45 kcal/mol [=(1)+(2)+(3)-(4)] USER Estimated Inhibition Constant, Ki = 3.48 uM (micromolar) [Temperature = 298.15 K] USER USER (1) Final Intermolecular Energy = -7.55 kcal/mol USER vdW + Hbond + desolv Energy = -4.33 kcal/mol USER Electrostatic Energy = -3.22 kcal/mol USER (2) Final Total Internal Energy = -2.95 kcal/mol USER (3) Torsional Free Energy = +2.47 kcal/mol USER (4) Unbound System's Energy = -0.59 kcal/mol
DED
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
57 CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _______________________________________________________________________ _________ | | | | | Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Binding | | Binding | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____ |____:___ 1 | -8.93 | 12 | -8.60 | 5 |##### 2 | -8.21 | 43 | -8.12 | 2 |## 3 | -8.15 | 35 | -7.86 | 3 |### 4 | -8.02 | 11 | -7.74 | 2 |## 5 | -7.94 | 30 | -7.94 | 1 |# 6 | -7.81 | 19 | -7.81 | 1 |# 7 | -7.71 | 31 | -7.46 | 3 |### 8 | -7.63 | 49 | -7.19 | 5 |##### 9 | -7.39 | 36 | -7.39 | 1 |# 10 | -7.39 | 20 | -7.39 | 1 |# 11 | -7.31 | 23 | -7.20 | 2 |## 12 | -7.31 | 39 | -7.31 | 1 |# 13 | -7.28 | 7 | -7.28 | 1 |# 14 | -7.23 | 32 | -7.23 | 1 |# 15 | -7.20 | 8 | -7.20 | 1 |# 16 | -7.18 | 27 | -7.18 | 1 |# 17 | -7.13 | 26 | -7.03 | 2 |## 18 | -7.04 | 40 | -7.04 | 1 |# 19 | -7.03 | 22 | -6.94 | 3 |### 20 | -7.02 | 42 | -7.02 | 1 |# 21 | -6.96 | 47 | -6.96 | 1 |# 22 | -6.75 | 2 | -6.75 | 1 |# 23 | -6.74 | 38 | -6.74 | 1 |# 24 | -6.69 | 50 | -6.69 | 1 |# 25 | -6.62 | 14 | -6.62 | 1 |# 26 | -6.58 | 48 | -6.58 | 1 |# 27 | -6.49 | 24 | -6.49 | 1 |# 28 | -6.43 | 33 | -6.43 | 1 |# 29 | -6.33 | 41 | -6.33 | 1 |# 30 | -6.21 | 4 | -6.21 | 1 |# 31 | -6.14 | 13 | -6.14 | 1 |# 32 | -5.87 | 29 | -5.87 | 1 |# _____|___________|_____|___________|_____|_____________________________ _________
Number of multi-member conformational clusters found = 9, out of 50 runs. USER Run = 12 USER Cluster Rank = 1 USER Number of conformations in this cluster = 5 USER USER RMSD from reference structure = 64.882 A USER
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
58 USER Estimated Free Energy of Binding [=(1)+(2)+(3)-(4)] USER Estimated Inhibition Constant, Ki [Temperature = 298.15 K] USER USER (1) Final Intermolecular Energy USER vdW + Hbond + desolv Energy USER Electrostatic Energy USER (2) Final Total Internal Energy USER (3) Torsional Free Energy USER (4) Unbound System's Energy
=
-8.93 kcal/mol
=
283.43 nM (nanomolar)
= = = = = =
-10.19 -6.43 -3.76 -1.80 +2.47 -0.59
kcal/mol kcal/mol kcal/mol kcal/mol kcal/mol kcal/mol
EDD CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _______________________________________________________________________ _________ | | | | | Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Binding | | Binding | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____ |____:___ 1 | -9.47 | 17 | -8.94 | 3 |### 2 | -8.34 | 15 | -8.08 | 2 |## 3 | -8.31 | 8 | -8.31 | 1 |# 4 | -8.27 | 3 | -8.27 | 1 |# 5 | -8.21 | 32 | -7.83 | 2 |## 6 | -8.09 | 43 | -8.09 | 1 |# 7 | -8.01 | 5 | -7.86 | 2 |## 8 | -7.93 | 20 | -7.93 | 1 |# 9 | -7.77 | 40 | -7.77 | 1 |# 10 | -7.77 | 13 | -7.43 | 6 |###### 11 | -7.76 | 41 | -7.76 | 1 |# 12 | -7.72 | 30 | -7.72 | 1 |# 13 | -7.71 | 4 | -7.71 | 1 |# 14 | -7.71 | 6 | -7.26 | 2 |## 15 | -7.67 | 16 | -7.67 | 1 |# 16 | -7.63 | 9 | -7.54 | 2 |## 17 | -7.56 | 34 | -7.54 | 2 |## 18 | -7.55 | 19 | -7.35 | 2 |## 19 | -7.50 | 37 | -7.24 | 2 |## 20 | -7.49 | 50 | -7.49 | 1 |# 21 | -7.32 | 26 | -7.32 | 1 |# 22 | -7.30 | 39 | -7.30 | 1 |# 23 | -7.13 | 49 | -7.13 | 1 |# 24 | -7.06 | 24 | -7.06 | 1 |# 25 | -7.02 | 27 | -7.02 | 1 |# 26 | -7.01 | 23 | -7.01 | 1 |# 27 | -6.78 | 25 | -6.78 | 1 |# 28 | -6.78 | 31 | -6.78 | 1 |# 29 | -6.68 | 1 | -6.68 | 1 |#
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
59 30 | -6.53 | 2 | -6.53 | 1 |# 31 | -6.49 | 12 | -6.49 | 1 |# 32 | -6.41 | 48 | -6.41 | 1 |# 33 | -6.28 | 38 | -6.28 | 1 |# 34 | -6.27 | 10 | -6.27 | 1 |# 35 | -6.12 | 35 | -6.12 | 1 |# _____|___________|_____|___________|_____|_____________________________ _________
Number of multi-member conformational clusters found = 10, out of 50 runs. USER Run = 13 USER Cluster Rank = 10 USER Number of conformations in this cluster = 6 USER USER RMSD from reference structure = 67.804 A USER USER Estimated Free Energy of Binding = -7.77 kcal/mol [=(1)+(2)+(3)-(4)] USER Estimated Inhibition Constant, Ki = 2.03 uM (micromolar) [Temperature = 298.15 K] USER USER (1) Final Intermolecular Energy = -8.99 kcal/mol USER vdW + Hbond + desolv Energy = -4.37 kcal/mol USER Electrostatic Energy = -4.61 kcal/mol USER (2) Final Total Internal Energy = -1.54 kcal/mol USER (3) Torsional Free Energy = +2.47 kcal/mol USER (4) Unbound System's Energy = -0.29 kcal/mol
DDD CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _______________________________________________________________________ _________ | | | | | Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Binding | | Binding | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____ |____:___ 1 | -8.35 | 21 | -7.87 | 16 |################ 2 | -7.65 | 38 | -7.25 | 3 |### 3 | -7.59 | 49 | -7.52 | 2 |## 4 | -7.35 | 20 | -7.30 | 2 |## 5 | -7.34 | 44 | -7.34 | 1 |# 6 | -7.34 | 36 | -7.34 | 1 |# 7 | -7.21 | 29 | -7.21 | 1 |# 8 | -7.16 | 17 | -7.16 | 1 |# 9 | -7.14 | 6 | -7.14 | 1 |# 10 | -7.13 | 35 | -7.07 | 3 |### 11 | -7.07 | 46 | -7.07 | 1 |# 12 | -7.03 | 7 | -7.03 | 1 |#
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
60 13 | -7.00 | 2 | -7.00 | 1 |# 14 | -6.98 | 47 | -6.98 | 1 |# 15 | -6.98 | 50 | -6.98 | 1 |# 16 | -6.92 | 26 | -6.92 | 1 |# 17 | -6.91 | 10 | -6.91 | 1 |# 18 | -6.90 | 16 | -6.90 | 1 |# 19 | -6.82 | 8 | -6.82 | 1 |# 20 | -6.82 | 28 | -6.82 | 1 |# 21 | -6.81 | 12 | -6.81 | 1 |# 22 | -6.75 | 22 | -6.75 | 1 |# 23 | -6.74 | 24 | -6.74 | 1 |# 24 | -6.73 | 9 | -6.73 | 1 |# 25 | -6.50 | 3 | -6.50 | 1 |# 26 | -6.40 | 31 | -6.40 | 1 |# 27 | -6.33 | 5 | -6.33 | 1 |# 28 | -6.22 | 48 | -6.22 | 1 |# 29 | -6.18 | 40 | -6.18 | 1 |# _____|___________|_____|___________|_____|_____________________________ _________
Number of multi-member conformational clusters found = 5, out of 50 runs. USER Run = 21 USER Cluster Rank = 1 USER Number of conformations in this cluster = 16 USER USER RMSD from reference structure = 64.661 A USER USER Estimated Free Energy of Binding = -8.35 kcal/mol [=(1)+(2)+(3)-(4)] USER Estimated Inhibition Constant, Ki = 756.87 nM (nanomolar) [Temperature = 298.15 K] USER USER (1) Final Intermolecular Energy = -9.31 kcal/mol USER vdW + Hbond + desolv Energy = -4.44 kcal/mol USER Electrostatic Energy = -4.87 kcal/mol USER (2) Final Total Internal Energy = -1.49 kcal/mol USER (3) Torsional Free Energy = +2.20 kcal/mol USER (4) Unbound System's Energy = -0.25 kcal/mol
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
61 Lampiran 5. Residu kontak
DEE atom1 atom2 overlap distance UNK 1 O ILE 797.A HN 0.723 1.757 UNK 1 H1 ASP 663.A OD1 0.640 1.840 UNK 1 C SER 796.A CB 0.612 3.148 UNK 1 O ARG 729.A 1HH2 0.586 1.894 UNK 1 C SER 710.A HG 0.544 2.336 UNK 1 C ASP 664.A CB 0.543 3.217 UNK 1 O ARG 737.A 2HH2 0.442 2.038 UNK 1 O SER 796.A HG 0.405 2.075 UNK 1 N SER 710.A HG 0.378 2.247 UNK 1 O ILE 797.A CG1 0.354 3.006 UNK 1 C ILE 797.A CG1 0.347 3.233 UNK 1 O ILE 797.A N 0.341 2.764 UNK 1 O ARG 729.A NH2 0.315 2.790 UNK 1 N ASP 663.A OD1 0.298 2.807 UNK 1 C SER 796.A CB 0.287 3.473 UNK 1 C HIS 798.A CD2 0.227 3.413 UNK 1 H SER 710.A HG 0.218 1.782 UNK 1 C SER 710.A HG 0.206 2.494 UNK 1 S SER 661.A O 0.202 3.060 UNK 1 C SER 710.A OG 0.166 3.214 UNK 1 O ILE 797.A CG1 0.162 3.198 UNK 1 H1 ASP 663.A CG 0.156 2.544 UNK 1 H SER 710.A CB 0.155 2.725 UNK 1 C ASP 663.A OD1 0.151 3.209 UNK 1 N SER 710.A OG 0.125 3.000 UNK 1 O SER 796.A CA 0.119 3.241 UNK 1 C SER 796.A OG 0.116 3.084 UNK 1 O ARG 737.A NH2 0.099 3.006 UNK 1 C SER 796.A CB 0.095 3.485 UNK 1 N SER 710.A CB 0.029 3.476 UNK 1 C ASP 664.A OD1 0.018 3.342 UNK 1 C SER 796.A HG 0.017 2.683 UNK 1 S ASP 664.A CB 0.015 3.647 UNK 1 N SER 710.A HG 0.009 2.616 UNK 1 S ASP 663.A OD1 0.009 3.253 UNK 1 C SER 796.A CB 0.009 3.751 UNK 1 C SER 796.A CB 0.008 3.572 UNK 1 C HIS 711.A CE1 0.004 3.456 UNK 1 C HIS 711.A CE1 0.003 3.637 UNK 1 H SER 710.A OG -0.004 2.504 UNK 1 C ILE 797.A HN -0.006 2.706 UNK 1 O SER 796.A OG -0.018 2.998 UNK 1 O LEU 511.A CD2 -0.024 3.384 UNK 1 O HIS 798.A CD2 -0.025 3.265 UNK 1 C HIS 798.A NE2 -0.037 3.557 UNK 1 C ASP 664.A CG -0.046 3.626 UNK 1 O SER 796.A OG -0.055 3.035 UNK 1 S SER 661.A OG.A -0.075 3.357 UNK 1 N SER 710.A OG -0.077 3.202 UNK 1 C SER 710.A OG -0.084 3.284 UNK 1 C THR 794.A OG1 -0.085 3.465 UNK 1 S HIS 798.A NE2 -0.089 3.511 UNK 1 C SER 796.A HG -0.090 2.970 UNK 1 C SER 796.A OG -0.098 3.478 UNK 1 O ILE 797.A CD1 -0.134 3.494 UNK 1 O ARG 729.A 1HH1 -0.135 2.615 UNK 1 C ARG 729.A 1HH2 -0.138 2.838 UNK 1 C SER 796.A OG -0.141 3.521 UNK 1 O CYS 709.A O -0.151 3.111 UNK 1 C SER 710.A OG -0.157 3.357 UNK 1 N ASP 663.A CG -0.163 3.488 UNK 1 H1 ASP 663.A OD2 -0.164 2.644 UNK 1 O SER 796.A CB -0.172 3.532 UNK 1 C ASP 663.A OD1 -0.202 3.562 UNK 1 S SER 661.A CB.A -0.203 3.865 UNK 1 O ARG 729.A NH1 -0.210 3.315
UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 S UNK 1 N UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 S UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 O
SER 796.A HG -0.242 2.722 HIS 711.A CE1 -0.245 3.485 SER 796.A OG -0.247 3.447 CYS 709.A SG -0.258 3.822 ASP 663.A OD2 -0.266 3.371 ARG 729.A CZ -0.274 3.454 CYS 709.A CB -0.293 3.653 HIS 711.A CE1 -0.299 3.939 ARG 729.A NH1 -0.304 3.809 SER 796.A C -0.305 3.485 SER 710.A HG -0.310 3.010 HIS 711.A CE1 -0.313 3.553 SER 710.A CB -0.320 4.080 SER 661.A HG.A -0.321 3.103 SER 796.A HG -0.336 3.036 SER 796.A HG -0.343 3.223 LEU 511.A CD2 -0.347 3.707 SER 796.A OG -0.349 3.729 ARG 737.A HE -0.356 2.836 ARG 729.A 1HH1 -0.378 3.258 ARG 729.A NH2 -0.382 3.707 ILE 797.A N -0.383 3.708 LEU 511.A CD2 -0.390 3.970 ILE 797.A CG2 -0.394 3.754 ILE 797.A CB -0.399 3.759
EDE atom1 atom2 overlap distance UNK 1 S TRP 795.A CB 0.791 2.871 UNK 1 O ARG 737.A HE 0.632 1.848 UNK 1 C SER 796.A CB 0.610 3.150 UNK 1 C ILE 797.A CG1 0.554 3.206 UNK 1 C THR 794.A HG1 0.532 2.348 UNK 1 O SER 796.A OG 0.495 2.485 UNK 1 C TRP 795.A CB 0.421 3.339 UNK 1 O HIS 798.A CD2 0.353 2.887 UNK 1 O TYR 606.A CD2 0.299 2.941 UNK 1 O ARG 729.A 1HH2 0.276 2.204 UNK 1 C THR 794.A OG1 0.263 3.117 UNK 1 O ARG 737.A NE 0.253 2.852 UNK 1 O TRP 795.A HN 0.222 2.258 UNK 1 C ARG 729.A NH1 0.211 3.294 UNK 1 C ARG 729.A 1HH1 0.199 2.681 UNK 1 C TRP 795.A CB 0.183 3.577 UNK 1 C THR 794.A HG1 0.159 2.721 UNK 1 C ILE 797.A CD1 0.158 3.602 UNK 1 O ARG 729.A NH2 0.156 2.949 UNK 1 S TRP 795.A CG 0.147 3.335 UNK 1 O HIS 711.A CE1 0.134 3.106 UNK 1 O SER 796.A CB 0.098 3.262 UNK 1 C THR 794.A CB 0.086 3.674 UNK 1 C SER 796.A OG 0.072 3.308 UNK 1 C SER 796.A CA 0.067 3.693 UNK 1 O SER 796.A HG 0.064 2.416 UNK 1 C TYR 606.A CE2 0.043 3.597 UNK 1 O ARG 729.A NH1 0.012 3.093 UNK 1 C TYR 606.A CD2 0.006 3.454 UNK 1 O SER 796.A CA -0.000 3.360 UNK 1 O ARG 729.A 1HH1 -0.022 2.502 UNK 1 C SER 710.A CB -0.024 3.784 UNK 1 O ILE 797.A HN -0.028 2.508 UNK 1 O ILE 797.A HN -0.035 2.515 UNK 1 O ARG 729.A 1HH1 -0.037 2.517 UNK 1 O ARG 729.A NH1 -0.067 3.172
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
62 UNK 1 C UNK 1 N UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 N UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 H UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 S UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O
SER 796.A CB -0.081 3.841 THR 794.A HG1 -0.086 2.711 SER 796.A CB -0.093 3.673 HIS 711.A CE1 -0.095 3.555 TYR 606.A CD2 -0.127 3.767 ARG 729.A NH1 -0.149 3.474 HIS 798.A NE2 -0.150 3.670 TRP 795.A N -0.154 3.259 ILE 797.A CG2 -0.155 3.515 ILE 797.A N -0.158 3.263 ARG 729.A 1HH1 -0.183 2.883 THR 794.A OG1 -0.196 3.321 TRP 795.A HN -0.198 2.898 THR 794.A OG1 -0.210 3.590 SER 796.A OG -0.220 3.200 SER 796.A CB -0.220 3.580 TRP 795.A CD1 -0.228 3.868 ILE 797.A CD1 -0.232 3.992 SER 796.A OG -0.235 3.435 ARG 729.A CZ -0.239 3.419 THR 794.A HG1 -0.251 2.951 ILE 797.A N -0.256 3.361 CYS 709.A O -0.266 3.626 SER 796.A CB -0.267 3.847 ARG 737.A HE -0.267 2.967 ARG 737.A CG -0.271 3.631 SER 796.A OG -0.287 3.667 SER 710.A OG -0.307 3.687 THR 794.A HG1 -0.322 2.802 HIS 798.A CD2 -0.327 3.787 SER 796.A CA -0.335 3.915 ILE 797.A CG1 -0.341 4.101 SER 796.A CA -0.341 3.701 SER 796.A CB -0.343 3.923 THR 794.A OG1 -0.353 2.853 TYR 606.A CE2 -0.357 3.597 ILE 797.A CG1 -0.358 3.718 ARG 737.A 2HH2 -0.358 2.838 SER 796.A HG -0.365 3.065 TRP 795.A CD1 -0.379 3.921 SER 710.A HG -0.384 3.264 TYR 606.A CE2 -0.392 3.852 ARG 737.A CD -0.398 3.758
EED atom1 atom2 overlap distance UNK 1 C ARG 729.A 1HH2 0.733 2.147 UNK 1 O THR 794.A HG1 0.633 1.847 UNK 1 O THR 794.A CA 0.534 2.826 UNK 1 O ARG 737.A HE 0.502 1.978 UNK 1 O THR 794.A CB 0.439 2.921 UNK 1 O ARG 729.A 2HH1 0.361 2.119 UNK 1 C ARG 729.A NH2 0.361 3.144 UNK 1 O ARG 737.A 2HH2 0.313 2.167 UNK 1 O ARG 737.A NH1 0.311 2.794 UNK 1 O THR 794.A OG1 0.309 2.671 UNK 1 O ARG 729.A NH1 0.285 2.820 UNK 1 C ARG 729.A NH1 0.279 3.046 UNK 1 H ARG 737.A NH2 0.210 2.415 UNK 1 C ARG 737.A CG 0.184 3.576 UNK 1 O SER 710.A HG 0.179 2.301 UNK 1 O ARG 737.A NE 0.178 2.927 UNK 1 O ARG 737.A CD 0.162 3.198 UNK 1 C ARG 737.A 2HH2 0.155 2.545 UNK 1 H ARG 737.A NE 0.128 2.497 UNK 1 O LEU 734.A CD2 0.125 3.235 UNK 1 C ARG 737.A HE 0.118 2.762 UNK 1 C ARG 737.A NE 0.098 3.407 UNK 1 H ARG 737.A 1HH2 0.096 1.904 UNK 1 N ARG 737.A NH2 0.065 3.185 UNK 1 O ARG 737.A NH2 0.060 3.045 UNK 1 C ARG 737.A CG 0.052 3.708 UNK 1 O ARG 737.A CZ 0.049 3.131
UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 H UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 S UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 N UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 N UNK 1 C UNK 1 O UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 H UNK 1 N UNK 1 N UNK 1 S UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 N UNK 1 O UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 C UNK 1 N UNK 1 C UNK 1 N UNK 1 O
TRP 795.A CD1 0.035 3.605 MET 340.A CE 0.022 3.338 LEU 734.A CD2 0.007 3.573 ARG 729.A NH1 0.006 3.099 ARG 737.A HE 0.005 2.695 TRP 795.A CD1 0.002 3.638 ARG 729.A 2HH1 -0.007 2.707 ARG 737.A CZ -0.010 2.710 TRP 795.A HN -0.013 2.493 ARG 737.A 2HH2 -0.022 2.722 MET 340.A CE -0.067 3.427 ARG 737.A CD -0.074 3.834 SER 710.A HG -0.078 2.778 TRP 795.A CB -0.082 3.744 LEU 734.A CD2 -0.096 3.456 ARG 737.A 2HH1 -0.097 2.577 ARG 737.A NH2 -0.114 3.439 ARG 737.A NE -0.123 3.373 ARG 737.A NH2 -0.124 3.449 ARG 737.A 2HH2 -0.124 3.004 SER 710.A OG -0.129 3.109 ARG 729.A CD -0.135 3.495 TRP 795.A CD1 -0.138 3.378 ARG 737.A NE -0.180 3.285 ARG 729.A CZ -0.188 3.368 ARG 729.A CD -0.194 3.554 ARG 729.A 1HH2 -0.199 3.079 THR 794.A CB -0.207 3.967 ARG 737.A 1HH2 -0.211 2.836 THR 794.A HG1 -0.212 2.912 TRP 795.A N -0.237 3.342 ARG 737.A CZ -0.244 3.424 ARG 737.A NE -0.251 3.576 ARG 737.A CB -0.257 4.017 ARG 737.A CD -0.268 3.148 ARG 737.A CD -0.279 3.784 ARG 737.A 2HH2 -0.290 2.915 TRP 795.A CD1 -0.295 3.837 ARG 729.A NH1 -0.302 3.807 ARG 737.A NH2 -0.305 3.810 ARG 737.A 2HH2 -0.313 2.938 TRP 795.A NE1 -0.357 3.462 ARG 729.A CZ -0.366 3.766 THR 794.A HG1 -0.367 3.247 THR 794.A OG1 -0.369 3.749 THR 794.A CA -0.374 3.954 ARG 737.A CZ -0.375 3.700 ARG 729.A CD -0.379 3.959 ARG 737.A HE -0.379 3.004 ARG 737.A NH2 -0.394 3.499
DED atom1 atom2 overlap distance UNK 1 H2 SER 796.A CA 0.778 2.102 UNK 1 C TRP 795.A CD1 0.620 3.020 UNK 1 O SER 710.A HG 0.591 1.889 UNK 1 H3 ILE 797.A CG2 0.539 2.341 UNK 1 N TRP 795.A O 0.493 2.612 UNK 1 H3 ILE 797.A N 0.441 2.184 UNK 1 O ARG 737.A HE 0.434 2.046 UNK 1 H3 ILE 797.A HN 0.432 1.568 UNK 1 C TRP 795.A CB 0.431 3.329 UNK 1 N SER 796.A CA 0.412 3.093 UNK 1 H2 TRP 795.A O 0.407 2.073 UNK 1 N ILE 797.A N 0.400 2.850 UNK 1 O ARG 737.A 2HH2 0.362 2.118 UNK 1 C ARG 737.A HE 0.344 2.356 UNK 1 N ILE 797.A HN 0.343 2.282 UNK 1 O SER 796.A OG 0.312 2.668 UNK 1 O ARG 737.A CD 0.302 3.058 UNK 1 N ILE 797.A CG2 0.274 3.231 UNK 1 H2 TRP 795.A C 0.230 2.470
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009
63 UNK 1 O THR 794.A HG1 0.229 2.251 UNK 1 C SER 796.A CB 0.224 3.356 UNK 1 O SER 796.A HG 0.220 2.260 UNK 1 H1 TRP 795.A O 0.205 2.275 UNK 1 O ARG 737.A CB 0.180 3.180 UNK 1 O SER 710.A OG 0.173 2.807 UNK 1 C TRP 795.A CB 0.161 3.599 UNK 1 S ILE 797.A HN 0.152 2.630 UNK 1 O ARG 737.A CZ 0.149 3.031 UNK 1 H2 SER 796.A C 0.138 2.562 UNK 1 H2 SER 796.A N 0.130 2.495 UNK 1 C ARG 729.A 1HH1 0.120 2.760 UNK 1 C TRP 795.A HN 0.118 2.762 UNK 1 O SER 796.A CA 0.112 3.248 UNK 1 O ARG 737.A NE 0.075 3.030 UNK 1 N SER 796.A C 0.067 3.258 UNK 1 O ARG 737.A CG 0.064 3.296 UNK 1 H2 ILE 797.A N 0.049 2.576 UNK 1 C SER 796.A OG 0.028 3.172 UNK 1 H TRP 795.A CB 0.022 2.858 UNK 1 C ARG 729.A NH1 0.017 3.488 UNK 1 S SER 796.A CA 0.013 3.649 UNK 1 N TRP 795.A C 0.004 3.321 UNK 1 O ARG 737.A NH2 0.002 3.103 UNK 1 O SER 796.A CB 0.001 3.359 UNK 1 H3 ILE 797.A CB -0.001 2.881 UNK 1 C SER 710.A HG -0.010 2.890 UNK 1 O ARG 737.A NH1 -0.018 3.123 UNK 1 C ARG 737.A NE -0.032 3.357 UNK 1 C ARG 729.A 1HH1 -0.041 2.741 UNK 1 N TRP 795.A CB -0.051 3.556 UNK 1 O SER 796.A CB -0.055 3.415 UNK 1 C ARG 737.A CD -0.059 3.639 UNK 1 O SER 796.A N -0.070 3.175 UNK 1 S SER 796.A OG -0.082 3.364 UNK 1 C SER 710.A CB -0.083 3.843 UNK 1 C SER 796.A HG -0.089 2.789 UNK 1 C TRP 795.A CG -0.090 3.670 UNK 1 C SER 796.A CB -0.091 3.851 UNK 1 O ARG 737.A HE -0.097 2.577 UNK 1 H3 ILE 797.A CA -0.105 2.985 UNK 1 O SER 710.A CB -0.109 3.469 UNK 1 C TRP 795.A N -0.116 3.621 UNK 1 O THR 794.A OG1 -0.128 3.108 UNK 1 S ILE 797.A CG1 -0.138 3.800 UNK 1 C SER 710.A OG -0.141 3.521 UNK 1 S HIS 798.A CD2 -0.142 3.684 UNK 1 C ARG 737.A CZ -0.153 3.553 UNK 1 C SER 710.A HG -0.157 2.857 UNK 1 S ILE 797.A N -0.157 3.564 UNK 1 C TRP 795.A CD1 -0.167 3.807 UNK 1 C TRP 795.A HN -0.171 3.051 UNK 1 O TRP 795.A C -0.190 3.370 UNK 1 C ARG 737.A NE -0.192 3.517 UNK 1 H2 ILE 797.A HN -0.195 2.195 UNK 1 S SER 796.A CB -0.197 3.859 UNK 1 H3 ILE 797.A CG1 -0.209 3.089 UNK 1 C SER 796.A CA -0.211 3.971 UNK 1 N ARG 729.A 1HH1 -0.222 2.847 UNK 1 C ARG 737.A 2HH2 -0.241 2.941 UNK 1 O ARG 729.A 1HH2 -0.247 2.727 UNK 1 C THR 794.A CA -0.259 4.019 UNK 1 O ARG 737.A NH2 -0.278 3.383 UNK 1 C ILE 797.A HN -0.289 3.169 UNK 1 H3 SER 796.A C -0.289 2.989 UNK 1 N SER 796.A N -0.295 3.545 UNK 1 O ARG 737.A NE -0.296 3.401 UNK 1 C ARG 729.A 1HH1 -0.297 3.177 UNK 1 C ILE 797.A HN -0.315 3.195 UNK 1 O ARG 737.A NE -0.317 3.422 UNK 1 C ILE 797.A CG1 -0.325 4.085 UNK 1 O HIS 711.A CE1 -0.327 3.567 UNK 1 O ARG 737.A NH1 -0.327 3.432
UNK 1 C SER 796.A CB -0.333 4.093 UNK 1 C ARG 737.A NH1 -0.334 3.659 UNK 1 O ARG 737.A NE -0.348 3.453 UNK 1 N ILE 797.A CA -0.361 3.866 UNK 1 C ARG 729.A 1HH2 -0.364 3.064 UNK 1 H3 SER 796.A CA -0.368 3.248 UNK 1 O ARG 737.A CD -0.370 3.730 UNK 1 O MET 340.A CE -0.379 3.739 UNK 1 C ARG 729.A 1HH2 -0.385 3.265 UNK 1 O SER 796.A HG -0.387 2.867 UNK 1 H1 ILE 797.A CG2 -0.400 3.280
DDD atom1 atom2 overlap distance UNK 1 O ARG 729.A 1HH2 0.686 1.794 UNK 1 H3 ASP 663.A OD1 0.682 1.798 UNK 1 O ILE 797.A HN 0.646 1.834 UNK 1 C SER 710.A HG 0.516 2.184 UNK 1 H3 ASP 663.A CG 0.492 2.208 UNK 1 S ASP 663.A OD1 0.472 2.790 UNK 1 C SER 796.A CB 0.463 3.297 UNK 1 O ARG 729.A 1HH1 0.451 2.029 UNK 1 O ARG 729.A NH1 0.420 2.685 UNK 1 N ASP 663.A OD1 0.408 2.697 UNK 1 N ASP 663.A OD2 0.393 2.712 UNK 1 O SER 710.A OG 0.379 2.601 UNK 1 O HIS 798.A CD2 0.357 2.883 UNK 1 O ILE 797.A CG1 0.357 3.003 UNK 1 C SER 710.A OG 0.318 2.882 UNK 1 O ARG 729.A NH2 0.315 2.790 UNK 1 N ASP 663.A CG 0.309 3.016 UNK 1 O ILE 797.A N 0.302 2.803 UNK 1 S ASP 664.A CB 0.231 3.431 UNK 1 C ARG 729.A 1HH1 0.229 2.471 UNK 1 H1 ASP 663.A OD2 0.209 2.271 UNK 1 C SER 710.A HG 0.207 2.673 UNK 1 C ILE 797.A CG1 0.199 3.381 UNK 1 O ILE 797.A CG2 0.195 3.165 UNK 1 O HIS 711.A CE1 0.189 3.051 UNK 1 O SER 710.A HG 0.186 2.294 UNK 1 O ARG 729.A 1HH1 0.181 2.299 UNK 1 H3 ASP 663.A OD2 0.175 2.305 UNK 1 C ASP 663.A OD1 0.168 3.192 UNK 1 C ARG 729.A NH1 0.114 3.211 UNK 1 O ARG 729.A NH1 0.104 3.001 UNK 1 C SER 796.A OG 0.090 3.290 UNK 1 O ILE 797.A CB -0.063 3.423 UNK 1 C SER 710.A OG -0.069 3.449 UNK 1 O ARG 729.A 2HH1 -0.075 2.555 UNK 1 C ASP 663.A OD1 -0.093 3.453 UNK 1 C SER 710.A OG -0.094 3.474 UNK 1 C SER 710.A HG -0.125 3.005 UNK 1 N SER 710.A HG -0.134 2.759 UNK 1 H1 ASP 663.A CG -0.183 2.883 UNK 1 C SER 796.A HG -0.196 3.076 UNK 1 S SER 661.A O -0.201 3.463 UNK 1 C ILE 797.A CG1 -0.201 3.961 UNK 1 C SER 710.A CB -0.203 3.963 UNK 1 C SER 710.A CB -0.207 3.787 UNK 1 C ILE 797.A HN -0.224 2.924 UNK 1 O SER 796.A CA -0.229 3.589 UNK 1 C ARG 729.A 1HH2 -0.239 2.939 UNK 1 O CYS 709.A CB -0.276 3.636 UNK 1 H1 ASP 663.A OD1 -0.311 2.791 UNK 1 O ILE 797.A CA -0.328 3.688 UNK 1 O ARG 737.A 2HH2 -0.329 2.809 UNK 1 O HIS 798.A NE2 -0.336 3.456 UNK 1 C ILE 797.A CG2 -0.340 3.920 UNK 1 N SER 710.A OG -0.360 3.485
Studi pendahuluan..., Wahyu Ronggo Wimag Bian, FMIPA UI, 2009