1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (PP No. 28 Tahun 1990). Berdasarkan tujuan pendidikan dasar, diharapkan peserta didik dapat memiliki bekal kemampuan dasar dalam mengembangkan potensinya baik dari aspek pribadi, sosial, karir dan akademik.
Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki potensi dalam dirinya oleh karena itu guru sebagai ujung tombak pendidikan perlu mencari cara untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pengembangan potensi peserta didik di sekolah merupakan tanggung jawab seluruh warga sekolah salah satunya adalah guru. Menurut Desmita (2010: 35) anak usia sekolah dasar berada dalam dua masa perkembangan yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Siswa kelas V Sekolah Dasar berada pada masa kanak-kanak akhir yaitu antara umur 10-12 tahun dan merupakan “usia berkelompok” yang ditandai dengan adanya keinginan yang kuat untuk dapat diterima sebagai anggota
2
suatu kelompok dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya (Hurlock, 1980: 155).
Tentunya keinginan untuk dapat diterima oleh suatu kelompok tertentu seorang peserta didik harus mengembangkan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Potensi yang dimaksud salah satunya adalah keterampilan sosial yang merupakan kemampuan individu untuk berinteraksi dengan individu lainya. Interaksi dengan
teman memiliki banyak keuntungan bagi perkembangan
keterampilan sosial anak, di antaranya mengatasi konflik, menentukan perilaku yang dapat diterima, dan menampilkan berbagai variasi perilaku yang dapat diterima oleh teman.
Sekolah dasar sebagai institusi formal tidak hanya berperan dalam mengembangkan kemampuan akademik saja namun juga kemampuan lainnya salah satunya adalah keterampilan sosial. Hal ini sejalan dengan yang diutarakan oleh Yustiana (1999:54) bahwa kemampuan dasar yang harus dimiliki anak tidak terbatas pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung tetapi juga kemampuan intelektual, pribadi dan sosial. Pentingnya siswa menguasai keterampilan sosial tidak diikuti dengan penyusunan program pendidikan yang dapat mengembangkan tujuan tersebut. Program pendidikan hendaknya tidak hanya berbasis pada penguasaan akademik, tetapi program pendidikan juga mempunyai berbagai tujuan salah satunya adalah penguasaan keterampilan yang diperlukan oleh siswa dalam kehidupannya. Dewasa ini, pelaksanaan pendidikan bagi anak sekolah dasar masih banyak terjebak dalam formalitas. Pengajaran pengetahuan tidak mantap, bersifat
3
hafalan dan tidak memberi kesempatan bagi anak untuk mendapat ajaran sambil bermain, padahal bermain bagi anak merupakan kebutuhan mutlak sesuai
dengan
karakteristik
perkembangannya.
Anak
menjadi
tidak
memperoleh keterampilan mental yang diperlukan pada taraf pengetahuan yang lebih tingggi (Semiawan, 1984: 36). Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan dengan mengamati pembelajaran guru kelas V SD Negeri 1 Gedung Gumanti dengan metode ceramah di dapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 1.1 Pengamatan Awal Guru dalam Merencanakan Pembelajaran No
Indikator Yang Diamati
Keterangan Baik Tidak
I 1
Menentukan Bahan Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran Menggunakan bahan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum (GBPP).
√
2
Memetakan kompetensi dasar, indikator dan pengalaman belajar
√
II 3
Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar Mengembangkan dan mengorganisasikan materi pembelajaran dengan pendekatan tematik
4
Pengembangan jaringan tema dan menentukan tema
√
5
Menentukan dan mengembangkan media/alat bantu pembelajaran yang relevan
√
6
Memilih sumber belajar
√
III 7
Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran Menentukan jenis kegiatan pembelajaran serta kesesuaiannya dengan tema
8
Menyusun langkah-langkah pembelajaran dan kesesuaiannya dengan tema
9
Menentukan alokasi waktu pembelajaran
10
Menentukan cara-cara memotivasi siswa
11
Menyiapkan pertanyaan
IV 12
Merancang pengelolaan kelas Menentukan penataan ruang dan fasilitas belajar
13
Menentukan cara-cara pengorganisasian siswa agar siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran
V
Merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian
√
√
√
√
…… √
√ √ √
4 Lanjutan Tabel 1.1 14
Menentukan prosedur dan jenis penilaian
√
15
(berkala, berkesinambungan, menyeluruh)
√
VI 16
Tampilan dokumen Rencana Pembelajaran Kebersihan dan kerapian
17
Penggunaan bahasa tulis
Jumlah Persentase
√ √
7 41,2%
10 58,8%
Sumber: Olah Data Peneliti/ Borang Asli Terlampir
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukan bahwa kemampuan guru pada tahap pengamatan awal di kelas V SD Negeri 1 Gedung Gumanti dalam merencanakan pembelajaran masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 41,2%. Hal ini juga kemudian berpengaruh terhadap kemampuna guru atau kesuksesan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Berikut data awal keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Tabel 1.2 Pengamatan Awal Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran No
Indikator Yang Diamati
Keterangan Baik Tidak
I 1
Prapembelajaran Kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media
√
2
Memeriksa kesiapan siswa
√
II 4
Membuka pembelajaran Melakukan kegiatan apersepsi
√
5
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan
√
III 6
Kegiatan Inti Pembelajaran Penguasaan materi pelajaran
√
7
Pendekatan/strategi pembelajaran
√
8
Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran
√
9
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
√
10
Penilaian proses dan hasil belajar
√
11
Penggunaan bahasa
IV 12
Penutup Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
√
√
5 Lanjutan Tabel 1.2 13
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan Jumlah Persentase (%)
√
3 23,1%
10 76,9%
Sumber: Olah Data Peneliti/ Borang Asli Terlampir
Berdasarkan data pada tabel di atas kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas masih belum maksimal, salah satu penyebabnya ialah perencanaan pembelajaran yang kurang baik. Sehingga rangkaian pembelajaran ini berpengaruh juga terhadap hasil yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Melalui observasi di SDN 1 Gedung Gumanti terdapat beberapa identifikasi mengenai perilaku siswa yang mencerminkan masih rendahnya keterampilan sosial siswa. Bentuk keterampilan sosial yang masih rendah tersebut mengakibatkan siswa berperilaku seperti mencorat-coret fasilitas sekolah, berkelahi, saling mengejek, meminjam alat tulis tanpa izin, berbicara kasar, berperilaku jahil di kelas, mengobrol ketika belajar, terlambat masuk kelas, membolos pada saat mata ajaran tertentu, bermusuhan, dan mencontek. Peneliti menyajikan data mengenai keterampilan sosial yang dikuasai oleh siswa kelas V SDN 1 Gedung Gumanti melalui lembar observasi sebagai berikut.
Tabel 1.3 Keterampilan Sosial Siswa Kelas V SDN 1 Gedung Gumanti No
Keterampilan Sosial
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Keterampilan dalam menyesuaikan diri Keterampilan dalam berinteraksi Keterampilan dalam mengontrol diri Keterampilan dalam berempati Keterampilan dalam menaati aturan Keterampilan dalam menghargai orang lain Keterampilan membantu teman Keterampilan antri di tempat umum Keterampilan membuang sampah pada tempatnya Keterampilan berkomunikasi baik dengan orang lain Keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang
Jumlah Siswa Baik Tidak 0 20 8 12 6 14 7 13 8 12 8 12 9 11 0 20 0 20 7 13 7 13
Porsentase (%) Baik Tidak 0 100 40 60 30 70 35 65 40 60 40 60 45 55 0 100 0 100 35 65 35 65
6 Lanjutan Tabel 1.3 majemuk Keterampilan menjadi konsumen yang selektif Keterampilan membuat keputusan Keterampilan berpartisipasi sebagai warga Negara Keterampilan mengakui kemajemukan, menggali, mengolah dan memanfaatkan informasi Jumlah siswa Kelas V SDN 1 Gedung Gumanti 12 13 14 15
0 0 0 0
20 20 20 20
0 0 0 0
100 100 100 100
20%
80%
∑ 20
Rata-rata keterampilan sosial yang dimiliki siswa SDN 1 Gedung Gumanti
Sumber: Observasi awal di SDN 1 Gedung Gumanti
Hasil observasi awal menunjukan bahwa dari lima belas indikator yang peneliti munculkan, hanya delapan indikator yang muncul/ yang terlihat pada siswa SDN 1 Gedung Gumanti hal ini disebabkan salah satunya yaitu metode yang tidak tepat serta materi yang tidak memunculkan keterampilan yang ingin diukur. Sedangkan kedelapan indikator yang muncul merupakan cerminan dari tema atau materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru. Kedelapan indikator yang muncul tersebut peneliti tuangkan pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 1.4 Keterampilan Sosial Siswa Yang Terlihat Pada Tahap Observasi Awal No 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterampilan Sosial
Keterampilan dalam berinteraksi Keterampilan dalam mengontrol diri Keterampilan dalam berempati Keterampilan dalam menaati aturan Keterampilan dalam menghargai orang lain Keterampilan membantu teman Keterampilan berkomunikasi baik dengan orang lain Keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk Jumlah siswa Kelas V SDN 1 Gedung Gumanti
Jumlah Siswa Baik Tidak 8 12 6 14 7 13 8 12 8 12 9 11 7 13 7 13
Porsentase (%) Baik Tidak 40 60 30 70 35 65 40 60 40 60 45 55 35 65 35 65
∑ 20
Rata-rata keterampilan sosial yang dimiliki siswa SDN 1 Gedung Gumanti
37,5%
62,5%
Sumber: Olah data observasi awal di SDN 1 Gedung Gumanti
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukan bahwa keterampilan sosial siswa di SDN 1 Gedung Gumanti masih sangat rendah. Terlihat bahwa rata-
7
rata keterampilan sosial dari 20 siswa hanya 37,5 % menunjukan siswa baik dalam penguasaan keterampilan sosial sedangkan 62,5 % menunjukan siswa tidak menguasai keterampilan sosial yang seharusnya dimiliki sebagai bekal dasar berinteraksi dalam kehidupan. Kategori keterampilan sosial tersebut peneliti klasifikasikan berdasarkan pendapat Suryabrata (2012: 10) yang menyatakan bahwa kriteria interpretasi keterampilan sosial tergolong dalam tiga skor persentase, yaitu (1) 0%-40% kurang baik, (2) 41%-70% cukup baik, dan (3) 71%-100% kriteria baik. Fenomena mengenai rendahnya keterampilan sosial siswa sekolah dasar dapat menimbulkan perilaku anti sosial, di antaranya anak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kelas yang baru di masukinya khususnya untuk anak kelas V seperti yang terjadi di SDN 1 Gedung Gumanti Kecamatan Tegineneg Kabupaten Pesawaran. Keterampilan sosial yang tidak dikuasai anak akan mempengaruhi proses belajar, mengajar serta iklim yang ada di suatu kelas (psychological athmosphere). Banyak anak yang tidak pernah belajar tentang sikap apa yang dapat diterima di lingkungannya. Anak-anak yang kurang memiliki keterampilan sosial sangat memungkinkan untuk ditolak oleh rekan yang lain. Anak yang tidak mampu bekerjasama, tidak mampu menyesuaikan diri, tidak mampu berinteraksi dengan baik, tidak dapat mengontrol diri, tidak mampu berempati, tidak mampu menaati aturan serta tidak mampu menghargai orang lain akan sangat mempengaruhi perkembangan anak lainnya.
Melihat dampak yang ditimbulkan dari kurangnya keterampilan sosial pada anak, maka penting bagi anak usia sekolah dasar untuk menguasai
8
keterampilan sosial. Keterampilan sosial pada anak usia sekolah dasar merupakan cara anak dalam melakukan interaksi, baik dalam hal bertingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi dengan orang lain, sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Sebagaimana dikemukakan Nurlaela (2011: 6) pentingnya keterampilan sosial dimiliki oleh anak akan menjadikannya sebagai individu yang dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya, sehingga anak dapat diterima dalam lingkungan atau kelompoknya. Selain itu, siswa dengan perilaku sosial yang positif pada umumnya menerima lebih banyak perhatian dari guru dan memiliki rata-rata yang tinggi dalam kesuksesan akademik (Cartledge & Millburn,1986: 4).
Terbinanya keterampilan sosial pada diri anak akan memunculkan penerimaan teman sebaya, penerimaan dari guru, dan sukses dalam belajarnya. Rangsangan yang diberikan kepada anak usia dini tentunya harus sesuai dengan perkembangan mereka. Tahap perkembangan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek seperti kognitif, bahasa, emosi, sosial, fisik. Proses penyampaiannya pun harus sesuai dengan dunia anak, yaitu dengan bermain sebab bermain merupakan salah satu sarana belajar bagi mereka. Bermain merupakan proses mempersiapkan diri untuk memasuki dunia selanjutnya. Bermain juga merupakan cara bagi anak untuk memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu. Bermain akan menumbuhkan anak untuk melakukan eksplorasi, melatih pertumbuhan fisik serta imajinasi, memberikan peluang yang luas untuk berinteraksi dengan orang dewasa dan teman lainnya,
9
mengembangkan kemampuan berbahasa dan menambah kata-kata, serta membuat belajar yang dilakukan sebagai belajar yang sangat menyenangkan.
Bermain juga merupakan salah satu cara belajar yang dapat membuat siswa belajar mengalami perubahan baik dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Peningkatan kualitas mutu pendidikan dan pengembangan proses pembelajaran merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian. Perbedaan tingkat kemampuan siswa yang satu dengan yang lainnya terhadap materi pembelajaran menuntut seorang guru melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran sehingga tidak sekedar menyajikan materi, tetapi juga perlu menggunakan metode yang sesuai, disukai, dan mempermudah pemahaman siswa.
Salah satu metode yang diduga dapat mempermudah siswa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan adalah dengan metode bermaian peran. Ahman (1998: 65) melakukan penelitian mengenai efektifitas bermain peran sebagai model bimbingan dalam mengembangkan keterampilan sosial anak berkemampuan unggul. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa metode bermain
peran
efektif
untuk
dijadikan
metode
bimbingan
dalam
mengembangkan keterampilan sosial anak berkemampuan unggul. Bermain peran dalam dimensi proses telah membantu siswa memperoleh pengalaman berharga melalui aktivitas interaksional dengan teman-temannya. Anak belajar memberi masukan atas peran orang lain, dan menerima masukan dari orang lain dan dapat menimba pengalaman mengenai cara-cara menghadapi masalah, melalui bermain peran, para siswa dapat melatih diri menerapkan
10
prinsip-prinsip demokrasi. Sedangkan dimensi produk, bermain peran diharapkan dapat mereduksi bahkan menyembuhkan kebiasaan buruk anak seperti berkelahi, bermalas-malasan, berbicara kasar, mencontek, dan lainlain.
Berdasarkan survey di SDN 1 Gedung Gumanti metode belajar yang dipergunakan oleh guru-guru di didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab dan diskusi saja. Metode belajar yang digunakan oleh guru cendrung monoton dan kurang bervariatif sehingga tujuan yang ingin dicapai kurang dapat terealisasi dengan baik. Gejala ini sekaligus menggambarkan bahwa penggunaan metode belajar masih terbatas pada satu atau dua metode mengajar saja, belum meluas dan mencakup penggunaan metode secara luas dan banyak variasinya. Implikasi keadaan ini mengakibatkan apa yang diharapkan dari proses belajar belum mencapai taraf optimal. Peneliti menyajikan data dalam bentuk tabel seperti di bawah ini yaitu metode yang dipergunakan oleh guru di SDN 1 Gedung Gumanti.
Tabel 1.5 Metode Belajar Yang Dipergunakan Oleh Guru-Guru SDN 1 Gedung Gumanti No
Nama Guru
NIP
1
Endarwati, S.Pd.
196911121995032001
2
Sri Warnah, S.Ag.
195703221982032004
Guru Kelas/ Mata Pelajaran Kepsek/Guru Kelas Agama Islam
3 4 5
Limtono Marpuni Kasmirah, S.Pd.
195912071984031010 196104211984032004 196808152008012013
Olah Raga Kelas III Kelas VI
6 7
Nurbaiti, A.Ma. Ritawati, S.Pd.
196701061986021004 197106262006042009
Kelas II Kelas I
8
Herdi S. Adi, S.Pd.
198606222009051001
Kelas IV
9
Desi Ariyani, S.Pd.
198512212009022008
Kelas V
Metode Ceramah, tanya jawab dan diskusi Ceramah, diskusi, Tanya jawab Ceramah, tanya jawab Ceramah, Tanya jawab Ceramah,Tanya jawab dan diskusi Ceramah, diskusi Ceramah, diskusi, Tanya jawab Ceramah,Tanya jawab dan diskusi Ceramah,Tanya jawab dan diskusi
11 Lanjutan Tabel 1.5 10 11
Dina Patmawati Ira Desma Yeni, S.Pd.
Honorer Guru Tidak Tetap
Muatan Lokal Bahasa Inggris
Ceramah, Tanya jawab Ceramah,Tanya jawab dan diskusi
Sumber: Observasi awal di SDN 1 Gedung Gumanti
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukan bahwa semua guru di SDN 1 Gedung Gumanti masih menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode diskusi saja kesemua metode tersebut tergolong metode yang masih tradisional/ konvensional. Metode memang mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan yang diharapkan dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan metode dengan tujuan. Pembelajaran IPS di SDN 1 Gedung Gumanti belum optimal disebabkan oleh kurang maksimalnya guru IPS dalam memanfaatkan maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran IPS cenderung masih berpusat pada guru, berpusat pada buku, dan monomedia.
Proses pelaksanaan pembelajaran yang terjadi masih kurang maksimal dan kurang memadai, antara lain karena pelaksanaannya kurang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dimana proses pembelajaran masih cenderung menggunakan metode yang kurang bervariasi. Penerapan metode pembelajaran yang kurang bervariasi yakni antara lain masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi saja sehingga siswa memiliki kecenderungan bersifat pasif. Pembelajaran yang diterapkan kurang dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dan langsung mendapatkan pengalaman belajar. Kondisi tersebut selain berpengaruh terhadap keterampilan sosial siswa juga berpengaruh terhadap perolehan hasil belajar siswa. Kurang maksimalnya perolehan hasil belajar IPS siswa SDN 1
12
Gedung Gumanti peneliti dapatkan dari tes awal yang peneliti lakukan pada saat studi pendahuluan dan hasil tes tersebut peneliti olah dan tuangkan pada tabel di bawah ini. Tabel 1.6 Nilai Tes Awal Hasil Belajar Siswa Pada Saat Pra Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama L/P Andreas Febrianto L Angelia Febrianti P Annisa Ain Nurahma P Aulia Maharani Putri P Dela Destiana P Deva Raditiya F L Dimas Yogi Ariyanto L Esti Melinda P Kelpin L Mei Sinta Wati P Miki Saputra L Mira Julianti P Nanda Aulia P Petra Gilang P L Rio Saputra L Sendi Kiyawan L Septi Adelia P Sherli Indah Rahayu P Silvy Oktavia P Sopian Kandau L Nilai Rata-Rata Kelas
NISN 0038320768 0046106918 0045034761 0052407439 0042184481 0046492106 0044566560 0044271613 0007348674 0031681386 0053539367 0039440352 0055101241 0031684949 0031903599 0022420281 0044992794 0039192579 0042623821 0006457218
Nilai 50 60 50 60 40 40 30 60 30 40 30 40 40 30 50 30 50 60 50 30 43,5
Ket Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Sumber: Data Olahan Peneliti/ Borang Terlampir
Tes tersebut menunjukan nilai rata-rata 20 siswa diperoleh skor 43,5 hanya 4 siswa yang tuntas dalam pembelajaran atau hanya 20% siswa tuntas, sedangkan sisanya atau 80% tidak tuntas.. Hal ini belum mencapai kriteria keberhasilan minimal (KKM) dalam proses pembelajaran yang ditetapkan di SDN 1 Gedung Gumanti adalah 80% siswa tuntas dalam pembelajaran. Metode yang mungkin dapat menjadi salah satu alternatif untuk memecahkan berbagai persoalan di atas adalah metode bermain peran (role playing) yang merupakan bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial. Bermain peran lebih menekankan pada kenyataan dimana para murid diikutsertakan dalam memainkan peranan
13
di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan sosial (Zuhairini, dkk. 1983: 101-102). Metode bermain peran (role playing) dalam beberapa penelitian yang dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa menunjukkan bahwa bermain peran sangat baik dalam mengatasi kesulitran-kesulitan anak dalam mengembangkan
berbagai
keterampilan
yang
diperlukan
khususnya
keterampilan sosial. Menurut Fleet dalam Hurlock (2000: 43) bermain peran merupakan intervensi yang dikembangkan yang berkaitan dengan penggunaan sistematis dari metode bermain oleh seorang konselor untuk membawa peningkatan dalam kemampuan siswa sampai penampilan yang optimal di sekolah. Bermain peran juga meliputi penggunaan bermain secara sistematis untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
anak,
mengembangkan
pola
perilaku
adaptif,
mengendalikan diri siswa yang agresifnya tinggi, meningkatkan kemampuan berempati, dapat mengelola emosi, dapat menjadi individu yang bertanggung jawab, memiliki interpersonal skill yang baik dan dapat memecahkan masalah secara efektif dan bijaksana. Penjelasan Fleet tersebut menunjukan bahwa metode bermain peran (role playing) sangat membantu siswa mengembangkan kemampuannya baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Keterampilan sosial merupakan bekal utama dalam berinteraksi, keterampilan ini dapat kita kembangkan di sekolah dengan menggunakan berbagai cara atau metode pembelajaran salah satunya dalam penelitian ini adalah metode bermain peran (role playing). Penerapan metode bermain peran (role playing) merupakan salah satu alternatif yang dapat di upayakan dalam pembelajaran IPS di SDN 1 Gedung
14
Gumanti. Pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa. Keunggulan pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa, meningkatkan rasa tanggung jawab dan bekerja sama antara sesama siswa, guru ataupun komponen-komponen lainnya yang terkait. Hal ini didasarkan pada karakteristik model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS, dimana mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membutuhkan suatu pemahaman mendalam sehingga dibutuhkan keaktifan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1.2.1 Metode yang digunakan oleh guru-guru di SDN 1 Gedung Gumanti masih cendrung kurang bervariatif sehingga input yang didapatkan oleh siswa masih sangat sedikit. 1.2.2 Keterampilan sosial yang dikuasai oleh siswa kelas V SDN 1 Gedung Gumanti tergolong masih rendah hal ini mengakibatkan terganggunya perkembangan sosial anak. 1.2.3 Hasil belajar ilmu pengetahuan sosial (IPS) siswa kelas V SDN 1 Gedung Gumanti tergolong masih rendah hal ini tidak terlepas dari penggunaan metode konvensional seperti ceramah, tanya jawab dan diskusi saja. Fakta ini didapat melalui tes awal dan dokumen sekolah.
15
1.2.4 Skenario pembelajaran belum dirancang secara baik hal ini dikarenakan tidak ada persiapan yang matang dari guru mata pelajaran untuk mengajar di dalam kelas. 1.2.5 Tujuan pembelajaran masih berorientasi pada peningkatan kognitif saja padahal pondasi utama dalam pendidikan adalah pada pembentukan sikap mental yang baik bagi peseta didik.
1.3 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka tidak semua masalah tersebut akan diteliti dalam penelitian ini. Agar penelitian tidak meluas maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan dikaji, yaitu pada peningkatan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode bermain peran (role playing) pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) siswa kelas V SDN 1 Gedung Gumanti Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.
1.4 Rumusan Masalah Agar tidak terjadi salah penafsiran maka diperlukan rumusan masalah guna menyusun langkah-langkah berikutnya. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.4.1 Bagaimanakah keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dengan menggunakan metode bermain peran (role playing) ?
16
1.4.2 Bagaimanakah
hasil
belajar
siswa
dalam
pembelajaran
ilmu
pengetahuan sosial (IPS) dengan menggunakan metode bermain peran (role playing) ?
1.5 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1.5.1 Meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dengan menggunakan metode bermain peran (role playing). 1.5.2 Meningkatkan
hasil
belajar
siswa
dalam
pembelajaran
ilmu
pengetahuan sosial (IPS) dengan menggunakan metode bermain peran (role playing).
1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat berguna baik secara akademis, maupun secara praktis.
1.6.1 Secara Akademis a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pengelola pendidikan pada umumnya dan pendidikan ilmu pengetahuan sosial pada khususnya di tingkat sekolah dasar maupun tingkat sekolah lanjutan.
17
b. Memberikan manfaat bagi guru ilmu pengetahuan sosial yaitu dengan memberi wawasan baru tentang metode-metode dalam pembelajaran.
1.6.2 Secara Praktis A. Bagi siswa a. Mengembangkan kecerdasan keterampiloan sosial siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. b. Peningkatan atau perbaikan kinerja guru dan siswa di sekolah. c. Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah. d. Peningkatan
dan
perbaikan
kualitas
dalam
penerapan
kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
B. Bagi Guru a. Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran. b. Meningkatkan profesionalitas guru. c. Meningkatkan rasa percaya diri guru. d. Memungkinkan
guru
secara
aktif
mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya.
C. Bagi Sekolah a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
18
b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas. c. Meningkatkan
sikap
profesional
pendidik
dan
tenaga
kependidikan. d. Menumbuh-kembangkan budaya ilmiah di lingkungan sekolah, untuk
proaktif
dalam
melakukan
perbaikan
mutu
pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan. e. Memberikan nilai tambah (value added) yang positif bagi sekolah. f. Menjadi alat evaluator dari program dan kebijakan pengelolaan sekolah yang sudah berjalan.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Lingkup Kawasan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Woolover dan Scoot merumuskan lima kawasan (perspektif) dalam mengajarkan ilmu pengetahuan sosial (IPS) sebagai berikut. a.
IPS
diajarkan
sebagai
pewarisan
nilai
kewarganegaraan
(citizenship transmission). b.
IPS diajarkan sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial.
c.
IPS diajarkan sebagai cara berpikir reflektif (reflective inquiry).
d.
IPS diajarkan sebagai pengembangan pribadi siswa.
e.
IPS diajarkan sebagai proses pengambilan keputusan dan tindakan yang rasional (Efendi, 2012: 24).
19
Kelima kawasan ilmu pengetahuan sosial (IPS) tersebut tidak berdiri masing-masing, bisa saja ada yang merupakan gabungan perspektif yang lain. Kawasan IPS dalam penelitian ini yaitu IPS sebagai pengembangan pribadi siswa yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa baik yang berkaitan dengan keterampilan personal maupun interpersonal. Alasannya adalah bahwa metode bermain peran (role playing) merupakan cara yang menurut peneliti dianggap tepat karena metode ini memiliki tujuan untuk melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan melatih anak-anak
agar mereka dapat
bergaul
dan memberi
kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. Siswa yang potensinya tersalurkan secara baik akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Oleh karena itu, IPS juga dituntut untuk mengembangkan supaya siswa mudah bekerja sama dengan yang lain, mampu merancang sebuah tujuan dan merealisasikannya, serta memiliki kemampuan memecahkan persoalan secara baik. Tujuan IPS ini sangat relevansi dengan input yang diharapkan dari penggunaan metode bermain peran terhadap keterampilan sosial dan bhasil belajar siswa yaitu pembentukan mental, jiwa, dan fisik anak supaya menjadi anggota masyarakat produktif untuk mengembangkan potensi siswa tersebut maka pendekatan guru harus lebih bersifat a child centered (berpusat kepada anak) ketimbang a subject centered (berpusat pada materi pelajaran) dalam mengajar ilmu pengetahuan sosial (IPS).
20
1.7.2 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah metode bermain peran (role playing) dalam peningkatan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa.
1.7.3 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SD Negeri 1 Gedung Gumanti, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran tahun ajaran 2014-2015.
1.7.4 Wilayah Penelitian Wilayah yang dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian adalah Desa Margodadi Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran.
1.7.5 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 20142015.