I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Dalam rangka pembangunan yang benvawasan lingkungan, semua kegiatan
dalam pelaksanaan pembangunan harus didasarkan pada daya dukung dan kualitas lingkungan, demikian pula pembangunan di bidang peternakan. Kegiatan peternakan akan mengandung resiko pencemaran, sehingga akan mempengaruhi ekosistem yang menjadi penunjang dan kualitas lingkungan hidup seperti kualitas air, baik secara fisik maupun kimia (Soerjani dkk., 1987; Suratmo, 1998). Usaha peternakan sapi perah, dengan populasi lebih dari 20 ekor dan relatif terlokalisasi akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan (SK. Mentan No. 237IKptslRC4 1011991 tentang batasan usaha peternakan yang hams melakukan evaluasi lingkungan). Data populasi sapi perah di Indonesia sejak tahun 1997-2001 menunjukkan kenaikan seperti terl i hat pada Tabel 1 Tabel 1. Jumlah Sapi Perah di Indonesia Tahun 1997 - 2001 Tahun
Populasi Sapi Perah (Ekor) .
Limbah (Padat dan Cair) Yang Dihasilkan (Qhari)
Tabel 1 memperlihatkan tingkat pengeluaran limbah ternak sapi perah. Menurut penelitian Juheini (1999), sebanyak 56,67% peternak sapi perah membuang limbah ke badan sungai tanpa pengolahan.
Hal ini berakibat pada pencemaran
lingkungan, baik pencemaran air, tanah, dan udara.
Pencemaran lingkungan yang
ditimbulkan oleh aktivitas peternakan, terutarna berasal dari limbah yang dikeluarkan oleh ternak yaitu feses, urine, sisa pakan, dan air buangan yang berasal dari pembersihan ternak dan kandang (Charles, 1991 ;Prasetyo dkk., 1993). Pencemaran air disebabkan oleh bahan-bahan organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan selulosa (ligno selulosa) yang terkadung pada kotoran sapi. Sedangkan pencemaran udara diakibatkan oleh gas-gas yang dihasilkan melalui proses dekomposisi bahan organik, seperti NH7, H2S. dan CH4. Disamping itu kotoran sapi juga dapat merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan berbagai bakteri, baik yang bersifat patogen maupun non-patogen, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat. Adanya pencemaran oleh limbah peternakan sapi sering menimbulkan berbagai protcs dari kalangan masyarakat sekitamya, terutarna karena adanya rasa gatal yang ditimbulkan apabila menggunakan air sungai yang tercemar limbah peternakan sapi, disamping bau yang sangat menyengat. Salah satu usaha alternatif dari sistem pengolahan limbah adalah dengan penerapan produksi bersih pada usaha peternakan sapi perah, yaitu dengan proses daur ulang limbah dan penggunaan suplemen pada pakan untuk mengurangi kandungan bahan pencemar.
Melalui proses daur ulang diharapkan dapat mengurangi limbah yang mencemari lingkungan, baik limbah padat maupun cair, untuk dimanfaatkan kembali. Bahan yang didaur ulang dapat digunakan bagi usaha peternakan itu sendiri. Tambahan suplemen pada pakan berupa probiotik starbio akan meningkatkan penguraian dan penyerapan zat-zat nutrisi, sehingga sisa kotoran sangat minim (hanya berupa ampas). Melalui penerapan produksi diharapkan pemanfaatan limbah dapat dilakukan secara optimal.
1.2.
Permasalahan Usaha peternakan sapi perah di Indonesia masih membuka peluang dan
mempunyai prospek yang cukup besar, mengingat perrnintaan akan susu oleh industri pengolahan susu (IPS) per tahun sebesar 400.000 ton, sedangkan produksi dalam negeri baru bisa memenuhi 75 persen dari kebutuhan tersebut.
Untuk memenuhi
kekurangan itu, bagi pemilik modal terbatas, dapat mengusahakan peternakan sapi perah yang bersifat tradisional sampai semi intens~f,sedangkan bagi pemilik modal besar dapat mengupayakan usaha sapi perah secara intensif Usaha peternakan sapi perah merupakan bagian dari sektor pertanian yang potensial menghasilkan limbah.
Limbah yang dihasilkan berupa feces dan urine
serta sisa pakan dalam jurniah yang cukup besar. Satu ekor sapi dengan bobot badan 400-500 kg dapat menghasilkan limbah padat dan cair sebesar 27,5-30 kdhari (Tubel
Masalah pencemaran ini menjadi serius pada usaha peternakan sapi perah dengan pengelolaan limbah yang kurang baik. Sebaliknya bila limbah ini dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tambah. Pengelolaan limbah yang kurang baik, umumnya terjadi pada usaha peternakan yang masih bersifat tradisional sampai semi intensif.
Pada usaha peternakan sapi yang bersifat intensif sudah dilakukan
pengelolaan limbah, sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan. Apabila diamati secara cermat, ternyata pengelolaan limbah yang dilakukan nampaknya masih menyebabkan terjadinya pencemaran. Pencemaran tersebut dapat merugikan masyarakat dan merusak lingkungan disekitar usaha peternakan tersebut. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan ataupun mengurangi limbah suatu usaha peternakan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa usaha lainnya, seperti penggunaan suplemen pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya ikan, dan budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem usahatani terpadu (ln/c.grured I.hrrnmg Sy.slern urau 11.S";. Sistem usahatani terpadu ini tentunya harus diarahkan
pada penerapan produksi bersih (('leuner l'roduc/roiz uluu ('I>). Sebagai contoh adalah usaha peternakan sapi perah pada CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo. Jaisa Tengah yang menerapkan sistem usahatani terpadu dengan pendekatan pada produksi bersih, seperti ditunjukkan pada gambar 1
TERNAK PERAH
+
,
PAKAN TERNAK
PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN CAIR
4
JERAMI PAD!
PROBIOTIK STARBIO
-
SAWAH (PADI)
Gambar 1 .
+
1
4
CAIR
PADAT
4-c 4
v KOLAM IKAN
PUPUK ORGANIK (FINE COMPOST)
t
Siklus Daur Hidup Sistem Usahatani Terpadu (Integrufed Farming ,Sy.vtenz utuu 11:S) di CV. LHM, Solo - Jawa Tengah.
Berdasarkan pennasalahan tersebut, maka ada beberapa ha1 yang hams dijawab melalui penelitian ini : a) Efektifitas penerapan produksi bersih pada usaha peternakan sapi perah di CV. Lemhah Hijau Multifarm Solo Jawa Tengah. b) Usaha alternatif yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan efektifitas produksi bersih pada CV. Lembah llijau Multifann Solo, Jawa Tengah.
c) Keuntungan ekonomis yang diperoleh dari sistem usahatani terpadu (Inlegrated f i r m i n g System) yang melakukan daur ulang.
1.3. Kerangka Pemikiran Limbah peternakan sapi perah tergolong sebagai limbah organik karena mengandung protein, lemak dan karbohidrat yang cukup tinggi, yang berpotensi sebagai sumber pencemar lingkungan. Disamping pencemaran, ada kemungkinan zat-zat tertentu yang memiliki nilai positif bagi pengembangan sektor pertanian, karena limbah peternakan juga mengandung berbagai unsur yang dibutuhkan oleh tanaman.
Koshino, (1990) mengatakan bahwa sapi dengan bobot badan 400-500 kg
akan menghasilkan limbah sebanyak 27,530 kg per ekor per hari. Selanjutnya juga dikatakannya bahwa feses maupun air kencing sapi mengandung N, P20s, K20, CaO, dan M@. Adanya kandungan unsur tersebut memberi peluang untuk memanfaatkan limbah padat melalui proses daur ulang, sehingga menjadi produk lain seperti pupuk organik (fine composf). Pupuk organik ini digunakan sebagai pupuk alternatif bagi tanaman padi.
Penggunaan pupuk organik sebagai pupuk alternatif dalam usaha
budidays padi sawah ataupun palawija, aihsrapkan dapat menekan penggunaan ljupuk kimia (u3-organik). berlebihan.
Penggunaan pupuk an-organik oleh petani cenderung
Demikian pula limbah cairnya bisa didaur ulang, sehingga dapat
digunakan kembali
sebagai sumber air untuk pembersihan
kandang sapi.
Penggunaan kembali air limbah ini diharapkan dapat menekan penggunaan air tanah atau sumur bagi pencucian kandang, sedangkan penambahan probiotik starbio pada pakan akan meningkatkan penguraian dan penyerapan zat-zat nutrisi, sehingga
limbahnya dapat diminimalisasi. Dengan demikian kotoran menjadi tidak berbau, sehingga lingkungan kandang menjadi lebih sehat. Untuk mewujudkan sistem usahatani terpadu yang menerapkan produksi bersih, maka usaha peternakan tersebut harus diintegrasikan dengan penambahan starbio pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya padi dan budidaya ikan dalam kolam.
Sebagai ilustrasi dari kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada
gambar 2. USAHA PETERNAKAN SAP1 PERAH , A
w -
+
LIMBAH
DAUR ULANG LIMBAH (CAIR & PADAT)
v
v
PROBlOTIK STARBIO
-
JERAMI
PUPUK ORGANIK
SAWA1-I
(PAD])
KOLAM
I
I I
I
+
I I
I I-----------------)
SISTEM USAHATANI TERPADU (/NT/:'(;lU TI;,') /<'ARMIN(;SYS7734)
Gambar 2. Ilustrasi Kerangka Pemikiran
+
1.4.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus pada usaha peternakan sapi perah skala
besar dengan ruang lingkup sebagai berikut : 1. Limbah padat, yaitu mengukur kandungan NH3 dan H2S dalam feses sapi
perah. Selanjutnya dibandingkan dengan kandungan NH3 dan H2S dalam feses sapi yang dipelihara oleh petani secara konvensional.
2. Daur ulang limbah cair dari bak akhir, yaitu menghitung efisiensi penggunaan air limbah untuk digunakan sebagai air pencuci kandang, dibandingkan dengan penggunaan air tanah.
3. Manfaat ekonomis, yaitu dengan menghitung efisiensi penggunaan pupuk organik pada usahatani padi (sawah) yang dilakukan oleh perusahaaan, dibandingkan dengan penggl-maan pupuk kimiawi (buatan).
1.5.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1.
Mengatahui efektifitas dan penerapan produksi bersih yang telah dilakukan CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.
2.
Untuk mengetahui kandungan NH3 dan H2S dalarn l~mbahpadat (feses) sapi perah pada sistem usahatani terpadu (Integrated Furin~ngSys~rern).
3.
Untuk mengetahui efisiensi penggunaan limbah cair sebagai air pencuci dalam sistem usahatani terpadu (Inregruled Furming System).
4.
Untuk mengkaji manfaat ekonomis penggunaan pupuk organik dalam sistem usahatani terpadu (Integruted I;urmmg System).
Kegunaan penelitian ini adalah :
1.
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan penjelasan tentang penerapan produksi bersih pada usaha peternakan sapi perah skala besar.
2.
Sebagai informasi dan masukan bagi dinas atau pemda dan para pengusaha swasta dalam pengembangan sistem pertanian berbasis sapi perah yang ramah lingkungan.
1.6.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1.
Perbaikan terhadap sistem pertanian terpadu akan dapat meningkatkan efisiensi usaha peternakan sapi perah milik CV. Lembah Hijau Mutifarm, Solo
2.
Produksi bersih terutama proses daur ulang limbah dapzit mengurangi kandungan NH3 dan H2Sdalam limbah usaha peternakan sapi perah.
3.
Sistem pertanian terpadu yang menerapkan produksi bersih lebih efisien dan menguntungkan.