I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 sampai 4,5 ton ha-1, padahal produksi mentimun hibrida bisa mencapai 20 ton ha-1. Budidaya mentimun dalam skala produksi yang tinggi dan intensif belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman mentimun ditanam hanya sebagai tanaman selingan (Warintek, 2006). Berdasarkan data Kementerian Pertanian (2012) rata-rata produksi mentimun nasional adalah 9,61 ton ha-1, sedangkan potensi produksi tanaman mentimun dapat mencapai 49 ton ha-1. Untuk Sulawesi Selatan luas panen 3.674 ha dengan produktivitas 1,29 ton ha-1 dengan produksi 4.746 ton. Kabupaten Gowa luas areal panen 264 ha dengan produktivitas rata-rata 4,33 ton ha-1 dengan produksi 1.142 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortiultura Sulawesi Selatan, 2009). Produksi yang rendah ini disebabkan karena kesuburan tanah yang telah menurun akibat penggunaan lahan yang telah dilakukan secara terus menerus. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang dapat menambah tersedianya bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserapnya dari dalam tanah. Kandungan hara pada pupuk kandang kambing dengan komposisi unsur hara 0,95% N, 0,35% P2O5 dan 1,00% K2O. Keadaan demikian merangsang jasad renik melakukan perubahan-perubahan aktif, sehingga
1
berlangsung dengan cepat. Pemakaian pupuk ini sebaiknya dilakukan 1 atau 2 minggu sebelum masa tanam (Kartasapoetra et al, 1987), karena unsur- unsur yang terkandung didalamnya membutuhkan waktu untuk melarut dan terurai. Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair hewan ternak. Jumlah kotoran padat dan cair yang dihasilkan ternak dalam sehari sangat banyak dan berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan jenis hewan serta jumlah dan jenis pakan hewan tersebut.
Produksi kotoran ternak kambing untuk sehari yaitu kotoran
padat 1,13 kg dan cair 0,68 kg. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Di samping mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang pun mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S).
Unsur fosfor dalam pupuk kandang
sebagian besar berasal dari kotoran padat, sedangkan nitrogen dan kalium berasal dari kotoran cair ( Musnamar, 2009). B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun dengan pemberian pupuk organik cair feces kambing (biokultur). 2. Rendahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani tentang pemamfaatan feces ternak kambing menjadi pupuk organik cair.
2
C. Tujuan 1. Memanfaatkan kotoran kambing menjadi Pupuk Organik Cair untuk pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun. 2. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair dari Kotoran kambing terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun. . D. Kegunaan Manfaat yang diperoleh
diharapkan
sebagai sumber informasi
yang berguna sebagai bahan utama terhadap penggunaan pupuk cair pada tanaman mentimun.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya Tanaman Mentimun Sistimatika (taksonomi) tanaman mentimun adalah sebagai berikut (Sharma, 2002). Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dycotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Famili
: Cucurbitales
Genus
: Cucumis
Spesies
: Cucumis sativus L.
Tanaman mentimun berakar tunggang. Akar tunggangnya tumbuh lurus kedaam tanah sampai kedalaman sekitar 20 cm, perakaran tanaman mentimun dapat tumbuh dan berkembang pada tanah yang berstruktur remah (Cahyono, 2006). Mentimun termasuk tanaman semusim annual yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin spiral. Batangnya basah serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50 cm – 250 cm, bercabang dan tumbuh di sisi tangkai daun (Rukmana, 1994).
4
Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda dan bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip
dan bercabang-cabang,
kedudukan daun
tetap.mentimun
berdaun tunggal, bentuk, ukuran dan kedalaman lekuk daun mentimun bervariasi. Bunga mentimun merupakan bunga sempurna. Berbentuk terompet dan berukuran 2 cm – 3 cm, terdiri dari tangkai bunga dan benang sari. Kelopak bunga berjumlah 5 buah, berwarna hijau dan berbentuk ramping terletak dibagian bawah pangkal bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 – 6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat, bunga mentimun merupakan bunga sempurna (Cahyono, 2003). Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda dan hijau keputihan sampai putih, tergantung kultivar sementara buah mentimun tua berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning tua. Diameter buah mentimun antara 12 cm – 25 cm (Sumpena, 2001). Biji mentimun berwarna putih, krem, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan atau pembiakan (Cahyono, 2003). 1. Persiapan lahan Lahan untuk penanaman mentimun harus dipersiapkan dengan baik sedemikian rupa sehingga tercipta media tanam yang cocok untuk pertumbuhan tanaman yang optimal. Dengan media tanam yang baik, maka bagian tanaman yang ada didalam tanah (akar) dapat tumbuh lebih
5
sempurnah sehingga dapat meningkatkan seluruh pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil panen (Cahyono, 2006). a. Persemaian Penyemaian benih dilakukan melaui bedengan, tanah dicangkul dan digemburkan, lalu dibentuk bedengan yang memanjang kearah utara selatan. Tinggi 25 cm, lebar 100 cm dan panjang 10 m dan juga bisa dilakukan pada kantong polybag, maka pembuatan bedengan tidak perlu disertai dengan pengolahan tanah (Cahyono, 2006). b. Penanaman Waktu tanam mentimun paling baik adalah pada akhir musim hujan atau pada musim kemarau. Bertanam mentimun dapat dilakukan dengan system tanam langsung atau memindahkan benih dari persemaian atau polybag (Rukmana, 1994). 2. Pemeliharaan a. Penyulaman dan seleksi Penyulaman dilakukan seawal mungkin, yakni sejak tanam hingga umur 15 hari.
Disamping menyulam juga dilakukan seleksi tanaman,
caranya tanaman yang tumbuhnya lemah dicabut dan disisahkan satu tanaman terbaik perlubang tanaman, atau dengan cara mengganti tanaman baru dari persemaian atau polybag . (Rukmana, 1994). b. Pengairan Air merupakan factor penting yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi.
Pemberian air yang tepat akan
6
meningkatkan pertumbuhan vegetative seperti tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, jumlah cabang dan pertumbuhan generative seperti jumlah bunga, jumlah buah bobot buah dan panjang buah (Cahyono, 2006). c. Pemupukan Tanaman mentimun memerlukan zat makanan (hara) yang terdiri atas hara makro seperti N, P, K, S, Mg, Ca dan zat hara mikro seperti Mo, Cu, B, Zn, Fe, Mn. Unsur hara makro, terutama NPK merupakan zat hara penting yang banyak diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya, sedangkan zat hara mikro hanya diperlukan dalam jumlah sedikit oleh tanaman (Cahyono, 2006). d. Pemasangan ajir Pemasangan ajir (turus) sebaiknya dilakukan seawall mungkin 5hari setelah tanam, agar tidak mengganggu atau merusak perakaran tanaman mentimun..
Fungsi ajir adalah merambatkan tanaman
memudahkan pemeliharaan dan tempat menopang buah yang letaknya bergelantungan. Ajir (turus) dapat berupa bilah bamboo, cabang-cabang kayu maupun bahan lain, dapt pula diganti dengan bentangan tali raffia. (Rukmana, 1994). e. Penyiangan Penyiangan rumput-rumput liar sebaiknya dilakukan bersamaan dengan waktu pemupukan dan disesuaikan dengan keadaan gulma (Rukmana, 1994).
7
3. Panen Pemanenan buah timun sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (tidak hujan ) pada pagi atau sore hari. Pemetikan buah mentimun yang dilakukan pada cuaca yang buruk dapat menurunkan kualitas buah dan mempercepat kerusakan buah. (Cahyono, 2006).
4. Pupuk organik cair feces kambing Pupuk cair merupakan pupuk kandang yang berbentuk cair yang berasal dari feces hewan yang masih segar yang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Pupuk kandang dibuat dari feces ternak seperti feces kambing ( Sophian.2006) sumbangan unsur pada pupuk kandang feces kambing adalah 2,77% N; 1,78% P; dan 2,88% K.. Manfaat Pupuk Organik Cair Pupuk cair dapat bermanfaat bagi tanaman tergantung pada kandungan gizi/hara pada pupuk, aplikasi metode dan waktu penggunaan, dan angka waktu ketersediaan gizi/hara pupuk kandang. Pemakaian pupuk atau perlakuan-perlakuan yang harus dilakukan sebelum pupuk dipakai agar bermanfaat sebagai cara untuk mengembalikan unsur hara yang telah terangkut atau meningkatnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah guna keperluan pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat-sifat kimiawi pada tanah (Setiawan, 2008)
8
B. Kerangka Pikir Rendahnya produksi mentimun
Kesuburan tanah menurun
Pupuk kandang
Pemanfaatan feses kambing jadi POC
Produksi meningkat
Gambar 1. Kerangka Pikir
C. Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan kajian teori maka hipotesis yang diajukan adalah : 1. Dengan pemanfaatan kotoran kambing sebagai pupuk cair diduga dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun..
9
III. METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan Penelitian dilaksanakan Maret sampai Mei 2012
di lahan praktik STPP Gowa. Kecamatan Bontomarannu,
Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk kajian adalah: drum/tong, karung goni, alat semprot, saringan, pengaduk, timbangan, Feces kambing 15 kg, air 75 liter, molasses, EM4. Alat dan bahan yang digunakan penyuluhan adalah: kuesioner, Lembar Persiapan Menyuluh (LPM), folder dan kamera dan bahan sesungguhnya. C. Pelaksanaan 1. Metode Pelaksanaan Metode kajiwidya ini dilaksanakan dengan menggunakan metode RAK dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, tiap ulangan berisi 12 tanaman sehingga diperoleh jumlah populasi tanaman 144 tanaman. Benih ditanam dalam lubang dengan jarak tanam 40 x 40 cm. Lahan penanaman berupa bedengan yang lebarnya 130 cm dengan panjang 140 cm. Tinggi bedengan 20-30 cm. Jarak antar bedengan 30 cm pada setiap lubang tugal sedalam 5 cm. Semua bedengan perlakuan diberikan pupuk dasar feces sapi 1 minggu sebelum tanam. Perlakuan yang diberikan adalah 10
sebagai berikut : P0 : tanpa perlakuan/kontrol P1 : 100 cc tanaman-1 P2 : 200 cc tanaman-1 P3 : 300 cc tanaman-1 Aplikasi perlakuan pupuk organik cair sebagaimana tersebut diatas diberikan sebanyak 4 kali yaitu pada saat tanaman berumur 15, 25, 35 dan 45 hari setelah tanam. Parameter yang diukur dalam kegiatan ini meliputi: pertumbuhan vegetative yaitu: jumlah daun, jumlah cabang, dan jumlah cabang produksi. sedangkan untuk produksi yang diamati yaitu, berat produksi, jumlah sampel yang diamati sebanyak 6 tanaman per plot dari 12 plot tanaman, sehingga jumlah tanaman sampel sebanyak 72 pohon.
2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pelaksanaan kajian dan wawancara langsung dengan petani, sedangkan data sekunder diperoleh dari desa dan dinas yang terkait. a. Teknik penentuan sampel responden Penentuan sampel terhadap petani responden dalam pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan tabel krecjie. Dimana jika terdapat populasi sebanyak 25 orang maka yang menjadi sampel adalah 24 orang. Tabel krecjie dapat dilihat pada Lampiran 6.
11
b. Metode Analisi Ekonomi Metode analisi yang digunakan adalah menghitung Revenue Cost ratio ( R/C) yaitu selisih antara penerimaan dengan total biaya (Soekartawi 2002). Untuk mengetahui pendapatan petani dari usahanya digunakan rumus:
R/C =
……………………………………(1)
3. Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan uji statistik analisa keragaman menurut pola Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dengan rumus sebagai berikut: Yij=U+Pi+Eij ……………………………………………………..(2) Keterangan Yij
= Nilai pengamatan ke i ulangan j ( P0, P1.P2, P3)
U
= Nilai tengah umum
Pi
= Pengaruh perlakun ke i
Eij
= Pengaruh perlakuan ke i ulangan ke j
I
= Banyaknya perlakuan (4)
J
= Banyaknya ulangan (3)
12
IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Hasil Kajian Hasil pengamatan dari pertumbuhan dan produksi tanaman
mentimun (cucumis sativus L) dengan pemberian pupuk organik cair dari kotoran kambing dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, cabang produktif dan berat produks. 1. Tinggi tanaman Hasil penghitungan analisis sidik ragam tinggi tanaman mentimun dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1.
Perkembangan Tinggi Tanaman Mentimun Umur 2 – 4 mst
Perlakuan P0 P1 P2 P3 BNT 0,05
2 22,500 17,389 29,556 30,167 tn
Umur tanaman (mst) 3 69.722 48,389 84,667 74,722 tn
4 127,722 75,778 144,333 136,889 tn
Hasil pengukuran tinggi tanaman mentimun pada umur 2 sampai 4 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak beda nyata, namun perlakuan P2 (200 cc tanaman-1) menghasilkan pola pertumbuhan
tinggi
tanaman
yang
lebih
baik
sejalan
dengan
bertambahnya umur tanaman seperti pada Gambar 1.
13
Tinggi tanaman (cm)
160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0
P0 P1 P2 P3 2mst
3mst
4mst
Umur tanaman (mst)
Gambar 1. Pola Pertumbuhan Tinggi Tanaman Mentimun Umur 2– 4 mst. 2. Jumlah daun Hasil perhitungan analisis sidik ragam jumlah daun mentimun umur dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2.
Perkembangan Jumlah Daun Mentimun Umur 2-4 mst
Perlakuan P0 P1 P2 P3 BNT 0,05
2 5 5 6 6 tn
Umur tanaman (mst) 3 4 11 24 9 14 14 28 14 27 tn tn
Data hasil pengukuran jumlah daun mentimun pada umur 2 sampai 4 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa antara Po, P1, P2 dan P3 tidak berbeda nyata. Jumlah daun Perlakuan P2 ( 200 cc tanaman-1 ) jumlahnya lebih banyak, dan jika digambarkan dalam grafik sebagaimana disajikan pada Gambar 2.
14
30,000
Jumlah daun (helai)
25,000 20,000 P0
15,000
P1
10,000
P2 P3
5,000 0 2mst
3mst
4mst
Umur tanaman (mst)
Gambar 2. Pola Pertumbuhan Jumlah Daun Mentimun Umur 2 - 4 mst. 3. Jumlah cabang Hasil penghitungan analisis sidik ragam jumlah cabang mentimun dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3.
Perkembangan Jumlah Cabang Mentimun Umur 2-4 mst
Perlakuan P0 P1 P2 P3 BNT 0,05
2 0 0 0 0 tn
Umur tanaman (mst) 3 0 0 1 1 tn
4 2 1 2 2 tn
Data hasil pengukuran jumlah cabang mentimun pada umur 2 sampai 4 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak beda nyata. Jika digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 3.
15
Jumlah cabang
2,500 2,000 1,500
P0
1,000
P1 P2
500
P3
0 2mst
3mst
4mst
Umur tanaman (mst)
Gambar 3. Pola Pertumbuhan Jumlah Cabang Mentimun Umur 2-4 mst. 4. Jumlah cabang produktif Data hasil penghitungan analisis sidik ragam jumlah cabang produktif mentimun dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Perkembangan Cabang Produktif Mentimun Umur 2-4 mst
Perlakuan P0 P1 P2 P3 BNT 0,05 KK (%)
2 2,056 2,222 3,444 3,222 tn
Umur tanaman (mst) 3 8,111 5,611 9,222 7,778 tn
4 14,056 7,056 16,778 15,833 tn
Data hasil pengukuran cabang produktif mentimun pada umur 2 sampai 4 minggu semua perlakuan tidak beda nyata. Perlakuan P2 (200 cc tanaman-1 ) menghasilkan cabang produktif yang lebih dominan, jika dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 4.
16
Jumlah cabang produktif
18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0
P0 P1 P2 P3 2mst
3mst
4mst
Umur tanaman
Gambar 4. Pola Pertumbuhan Cabang Produktif Umur 2-4 mst. 5. Produksi Hasil penghitungan analisis sidik ragam produksi tanaman mentimun dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perlakuan
Produksi Tanaman Mentimun (gram) Umur tanaman (hst) 30
Jumlah
37
44
51
Rata-rata
P0
229,44
113,33 a
147,78
193,92
684,47
171,12
P1
183,89
83,33 a
164,44
197,11
628,77
157,19
P2
256,67
203,33 b
157,50
211,39
828,89
207,22
P3
240,00
200,00 b
203,33
300,28
943,61
235,90
BNT 0,05
tn
50,2811
tn
tn
KK (%)
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama, diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,05.
17
Data hasil pengukuran produksi tanaman mentimun pada saat panen menunjukkan bahwa panen umur 37 hst berbeda nyata. Jika dilihat produksi tertinggi yaitu P3 (300 cc tanaman-1), dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5. 350,000
Berat produksi (gram)
300,000 250,000 200,000
P0
150,000
P1 P2
100,000
P3
50,000 0 30hst
37hst
44hst
51hst
Umur tanaman (hst)
Gambar 5. Pola produksi 6. Analisis usahatani mentimun Analisis usahatani yang digunakan adalah R/C ratio yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan teknologi usaha
pada tanaman
mentimun untuk luasan 1 ha dapat dilihat pada Tabel 6
18
Tabel 6 Analisis Usahatani Tanaman Mentimun dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Dari Feces (Biokultur) Kambing ha-1 No 1 2 3
4
5 6 7. 8
Uraian Produksi (kg) Penerimaan (Prodx 2.000)
P0 34.223 68.446.000
Biaya Tetap - Penyusutan alat 50.000 - Pajak 20.000 -Sewa tanah 1.500.000 Total biaya tetap 1.570.000 Biaya Variabel - Pengolahan tanah 1.500.000 - Benih 2kg 500.000 - Harga kapur dolomit 4.200.000 - Pupuk kandang 5 ton 2.500.000 -Pupuk Feces( biokultur) 0 kambing - Pembibitan 2.000.000 - Tenaga kerja 3.500.000 - Penanaman 2.000.000 - Pengadaan lanjaran 4.000.000 - Pemeliharaan 3.000.000 - Panen 2.000.000 - Lain-lain 2.500.000 Total biaya variabel 27.700.000 Total Pengeluaran (Input) 29.270.000 Pendapatan 39.176.000 RC Ratio 2.3
Nilai (Rp) pada perlakuan P1 P2 31.438 41.444 62.876.000 82.888.000
P3 47.180 94.360.000
50.000 20.000 1.500.000 1.570.000
50.000 20.000 1.500.000 1.570.000
50.000 20.000 1.500.000 1.570.000
1.500.000 500.000 4.200.000 2.500.000 1.500.000
1.500.000 500.000 4.200.000 2.500.000 2.000.000
1.500.000 500.000 4.200.000 2.500.000 2.500.000
2.000.000 5.000.000 2.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 2.500.000 30.700.000 32.270.000 30.606.000 1,9
2.000.000 5.500.000 2.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 2.500.000 31.700.000 33.270.000 49.618.000 2.5
2.000.000 6.500.000 2.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 2.500.000 33.200.000 34.770.000 59.590.000 2,7
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2014.
Usahatani budidaya mentimun dengan perlakuan pupuk organik cair
feces (Biokultur) Kambing output tertinggi adalah Perlakuan 300 cc
tanaman-1 (P3) dengan R/C = 2,9
19
B. Pembahasan Hasil analisis sidik ragam yang dilakukan selama kegiatan kaji widya dengan mengukur berbagai parameter yang telah ditetapkan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Respons pertumbuhan tinggi tanaman mentimun pada perlakuan Pupuk Organik Cair dari kotoran Kambing Respons pertumbuhan tinggi tanaman sebagaimana tertera pada Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan adanya peningkatan tinggi tanaman pada setiap perlakuan. Hasil analisis sidik ragam dengan uji F memperlihatkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, namun sesuai hasil pengukuran Perlakuan 200 cc tanaman-1 (P2) pada umur 4 mst menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman terpanjang dari perlakuan lainnya yaitu 144,3 cm, hal ini menunjukkan pemberian 200 cc tanaman-1 telah optimal untuki unsur hara yang dibutuhkan
pertumbuhan
vegetativ
tanaman
mentimun.
Karena
kandungan hara yang ada pada Feses sapi yaitu N. P dan K yang berfungsi sebagai pupuk yang dapat mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanah dan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik V(Setiawan, 2002). 2. Respons pertumbuhan jumlah daun tanaman mentimun pada perlakuan Pupuk Organik Cair dari kotoran Kambing Pertumbuhan jumlah daun selalu diikuti oleh pertumbuhan tinggi tanaman, dari hasil analisa sidik ragam jumlah daun perlakuan 200 cc tanaman-1 (P2) memperlihatkan jumlah daun terbanyak pada umur 4 mst 20
yaitu 28 helai dari perlakuan lainnya, hal ini sangat berpengaruh dengan laju pertumbuhan vegetatif, karena pemberian pupuk kandang cair dapat memperbaiki sifat fisik dan kimiawi pada tanah (Setiawan, 2008), sehingga menyebabkan daya ikat tanah meningkat.
Pemberian pupuk
organik pada tanah berlempung akan menjadi ringan, daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat tanah terhadap unsur
hara meningkat, serta
drainase dan tata udara tanah dapat diperbaiki ( Musnamar, 2009). 3. Respons pertumbuhan jumlah cabang tanaman mentimun pada perlakuan Pupuk Organik Cair Dari Feces (Biokultur) Kambing Analisis sidik ragam dengan uji F perlakuan tanaman mentimun dengan perlakuan 100 cc tanaman-1 (P1), 200 cc tanaman-1 (P2) dan 3000 cc tanaman-1 (P3) memperlihatkan jumlah cabang terbanyak pada umur 4 mst dari Po (control), yaitu hal ini sangat berpengaruh dengan laju pertumbuhan
vegetatif,
karena
pemberian
pupuk
kandang
cair
dapat memperbaiki sifat-sifat kimiawi pada tanah (Setiawan, 2008), sehingga proses pertumbuhan akan lebih baik. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan akibat adanya interaksi antara berbagai faktor internal perangsang pertumbuhan (yaitu dalam kendali genetik) dan unsur-unsur iklim, tanah, dan biologis dari lingkungan (Gardner, et all, 1991), sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan tanaman semakin optimal
21
4. Respons pertumbuhan cabang produktif tanaman mentimun pada perlakuan Pupuk Organik Cair Dari kotoran Kambing Hasil analisis sidik ragam dengan uji F memperlihatkan perlakuan 200 cc tanaman-1 (P2) memperlihatkan cabang produktif terbanyak yaitu 16,778. Kemampuan pertumbuhan cabang produktif sangat dipengaruhi oleh tingkat laju pertumbuhan tanaman yang secara langsung dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah tanah (edafik), iklim dan biologis. Sedangkan faktor internal adalah (1) ketahanan tanaman terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, (2) laju fotosintetik, (3) respirasi, (4) pembagian hasil asimilasi dan N, (5) klorofil, karoten, dan kandungan pigmen lainnya, (6) tipe dan letak meristem, (7) kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, (8) aktivitas enzim, (9) pengaruh langsung gen, dan (10) diferensiasi (Gardner, et all, 1991).
5. Respons berat produksi tanaman mentimun pada perlakuan Pupuk Organik Cair dari kotoran Kambing
Hasil analisis sidik ragam dengan uji F menunjukan bahwa pengaruh pemberian Pupuk Organik Cair dari Feces (Biokultur) Kambing perlakuan 300 cc tanaman-1 (P3) mampu menghasilkan 47.180 kg ha-1. dan berbeda nyata pada panen umur 37 hst.
Hal ini memperlihatkan
bahwa pupuk kandang yang terbuat dari feces ternak seperti feces kambing bisa menaikan produktivitas sesuai dengan kandungan hara yang ada mampu menambah ketersidian unsur hara dalam tanah.
22
(Sophian.2006) termasuk pengaruh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi produktifitas adalah tanah (edafik), iklim dan biologis. Sedangkan faktor internal adalah (1) ketahanan tanaman terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, (2) laju fotosintetik, (3) respirasi, (4) pembagian hasil asimilasi dan N, (5) klorofil, karoten, dan kandungan pigmen lainnya, (6) tipe dan letak meristem, (7) kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, (8) aktivitas enzim, (9) pengaruh langsung gen, dan (10) diferensiasi (Gardner, et all, 1991).
23
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pemanfaatan
Pupuk
Organik
Cair
dari
kotoran
kambing
memberikan Pengaruh yang nyata terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun.. 2. Pemberian pupuk organik cair dari kotoran kambing P2 ( 200 cc tanaman-1 setara dengan 10.000 cc tanaman-1) memperlihatkan hasil terbaik pada pertumbuhan vegetatif, sementara P3 (300 cc tanaman-1 setara dengan 15.000 cc-1) memberikan pengaruh berbeda nyata dengan produksi 943,61 gram tanaman-1 setara dengan 47,18 ton ha-1 B. Saran Apabila penelitian ini akan dilanjutkan, maka disarankan untuk menggunakan POC Feces Kambing 300 cc tanaman-1.
24
DAFTAR PUSTAKA Cahyono, B. 2006. Timun. Aneka Ilmu. Semarang. Hlm 3,4,8,10 dan 27 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009. Dalam Taufik, M 2012. Strategi pengembangan agribisnis sayuran di Sulawesi Selatan, BPTP Sulawesi Selatan. Gardner. F.P., Pearce. R. B., Mitchell. R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Kartasapoetra. A.G, Sutejo.M 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit PT RINEKA CIPTA. Jakarta. Kementerian Pertanian, 2012. Buku Informasi Sayur dan Tanaman Obat, Direktorat Jendral Hortikultura Direktoral Budidaya dan Pasca Panen Sayuran dan Tanaman Obat. Musnamar, E.I. 2009. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta. . Jakarta. Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius. Yokyakarta. Hlm 11,12,17. Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta. Sharma, O. P. 2002. Plant Taxonomy, Tata McGraw, Hill Publising Company Limited. New Delhi. Hlm 297-301. Setiawan, A.I. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Cetakan ketiga Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan, I. 2008. Memamfaatkan feces ternak. Jakarta Penebar Swadaya
25
LAMPIRAN
26
Lampiran. Denah Petak Percobaan
P1
P2
P3
140 cm
P2
P3
P0
P1
140 cm
P1
P0
P2
P3
140 cm
130 cm
130 cm
130 cm
130 cm
P0 30 cm
U Keterangan : -
Panjang
140 cm
-
Lebar
130 cm
-
Parit
30 cm
S
27