BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan tanaman penghasil rempah. Sementara itu, dinegaranegara maju budidaya tanaman hortikultura sudah merupakan suatu usahatani berpola komersial, yakni di usahakan secara monokultur di ladang produksi yang luas ; misalnya perkebunan apel, anggur, tomat dan pear (pyrus communis) di Amerika, perkebunan mangga dan kelengkeng di Queensland Australia, serta perkebunan tomat hidroponik di New Zealand (Zulkarnain, 2010). Seiring dengan semakin pentingnya kedudukan hortikultura dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber berbagai vitamin dan mineral, di samping sebagai bahan baku berbagai produk olahan, pengusahaan hortikultura, khususnya buahbuahan, di Indonesia kini mulai dilakukan secara monokultur dan dikelola dengan pola agribisnis. Sebagai contoh, hal ini dapat dilihat pada usaha perkebunan apel di Batu, Malang ; perkebunan jeruk di Sungai Abang, Kabupaten Tebo, Jambi ; usaha agribisnis stoberi di Ciwidey, Jawa Barat. Dewasa ini pengembangan usahatani jambu biji telah menyebar luas ke berbagai negara di dunia. Oleh karena itu, jambu biji begitu dikenal oleh hampir masyarakat dunia. Bermacam-macam varietas jambu biji telah ditanam oleh masyarakat dan di pasaran banyak jenis jambu biji yang ditawarkan. Di kawasan
Universitas Sumatera Utara
ASEAN, Thailand merupakan salah satu negara pengembang jambu biji yang memprioritaskan menjadi komoditas komersial, menyusul kemudian Taiwan dan Malaysia. Sementara itu, di Indonesia pembudidayaan jambu biji umumnya masih terbatas dalam bentuk usaha pekarangan dan tidak bersifat komersial. Umumnya tanaman ini hanya difungsikan sebagai tanaman peneduh dan pemeliharaannya juga kurang diperhatikan. Sebagian besar pohon jambu biji yang ditanam oleh masyarakat Indonesia varietasnya didatangkan dari Thailand. Padahal sebenarnya jambu biji bila dibudidayakan secara komersial dapat memberi keuntungan yang besar karena harga jambu biji cukup tinggi dan stabil. Di pasaran misalnya, jambu biji varietas getas merah harganya dapat mencapai Rp. 6.000,00/kg–Rp. 10.000,00/kg, tergantung kualitasnya. Jambu biji kualitas utama (bobot buah 500– 1.000 gram/buah) di pasaran harganya mencapai Rp. 10.000,00/kg. Walaupun pengembangan budidaya jambu biji di Indonesia masih terbatas pada usaha pekarangan, namun penanaman jambu biji telah menyebar luas di 26 provinsi di indonesia. Daerah penyebaran tanaman jambu biji adalah Pulau jawa, Nusa Tenggara barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Bali. Di Jawa Barat sentra produksi terpenting jambu biji terutama di daerah Cirebon dan Karawang. Di jawa tengah sentra produksi terpenting jambu biji terdapat di Wonogiri dan Cilacap. Di Jawa Timur sentra produksi terpenting jambu biji terdapat di Sidoarjo dan Banyuwangi. Di Yogyakarta sentra produksi terpenting jambu biji terdapat di Sleman dan Bantul. Sedangkan di Bali sentra produksi terpenting jambu biji terdapat di daerah Badung dan Buleleng (Cahyono, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Berikut data produksi buah-buahan (tabel 1.1) menurut jenis tanaman tahun 20082012 di Provinsi Sumatera Utara. Tabel 1. Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman 2008-2012 (Ton) Jenis Tanaman Type of Plant
2008
2009
2010
2011
2012
1. Alpukat/ Avocado
9 093
7 481
7 644
8 083
7 954
2. Mangga/ Mangoes
27 402
21 971
28 131
31 742
35 470
3. Jambu Biji/ Guava
22 782
24 682
35 261
20 716
19 861
4. Sawo/ Saoodilas
10 721
13 833
6 711
7 543
9 397
5. Pepaya/ Papayas
23 287
27 659
29 040
36 057
31 658
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 2013 Dalam data pada tabel 1.1 terlihat bahwa setiap tahunnya Sumatera Utara mengalami fluktuasi produksi jambu biji. Pada tahun 2010, Sumatera Utara mencapai produksi jambu biji tertinggi yaitu sebesar 35261 ton. Tetapi untuk tahun selanjutnya terus mengalami penurunan produksi yang cenderung tajam. Menurut data luas lahan, produktivitas, dan produksi per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara (2013) pada tabel 1.2, Kabupaten Deli Serdang merupakan sentra produksi komoditi jambu biji tertinggi di Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Luas Lahan, Produktivitas, dan Produksi Jambu Biji Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara 2013 No
Kabupaten/Kota
Luas Lahan (Ha)
Produktivitas (Kw/Ha)
Produksi (Ton)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Tanah Karo
0.6 19.2 8.7 16.3 26.8 2.9 1.7 26.2 27.9 4.2 0.9
74.56 99.64 444.89 89.21 160.52 267.09 73.98 144.37 356.07 287.19 404.58
4.2 191.3 387.5 145.8 430.4 77.1 12.7 378.2 995.1 121.1 38.3
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Deli Serdang Langkat H. Hasundutan Samosir Serdang Bedagai Paluta Padang Lawas Labusel Labura Nias Utara Nias Barat Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padang Sidimpuan
520.3 50.9 6 3.4 1.1 13.5 6.7 0.2 0.1 1.1 0.1 0.9 1.9 0.4 75 7.5 9.4
260.38 519.86 162.56 173.35 294.59 141.58 155.94 312.01 171.43 81.82 142.86 163.54 132.21 466.96 101.63 101.63 82.77
13.547.7 2.646.8 97.1 59.4 32.7 190.9 105 5.2 1.6 7.8 1.1 15.1 24.9 17.9 977.4 76.7 77.8
29
Gunung Sitoli
1.6
142.56
23.1
78.5
263.74
20.716
Jumlah
Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2014 Dari tabel 1.2 diatas diketahui bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang banyak menghasilkan jambu biji dengan jumlah produksi sebesar 13.547.7 ton dan produktivitas sebesar 260.38 Kw/Ha. Sehingga berdasarkan latar belakang
Universitas Sumatera Utara
tersebut, maka menjadi suatu hal yang menarik untuk menganalisis usahatani jambu biji di Kabupaten Deli Serdang. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan usahatani jambu biji 5 tahun terakhir di daerah penelitian ? 2. Bagaimana karakteristik petani usahatani jambu biji di daerah penelitian ? 3. Bagaimana perbandingan pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ? 4. Bagaimana perbandingan pendapatan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian? 5. Bagaimana perbandingan kelayakan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian? 6. Apa saja yang menjadi kesulitan bagi petani jambu biji di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perkembangan usahatani jambu biji 5 tahun terakhir di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui karakteristik petani usahatani jambu biji di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk menganalisis perbandingan pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi antara jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani jambu yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan biji di daerah penelitian. 5. Untuk menganalisis perbandingan kelayakan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 6. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kesulitan petani jambu biji di daerah penelitian. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi petani jambu biji dalam melakukan usahatani jambu biji. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk petani jambu biji. 3. Sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan jambu biji.
Universitas Sumatera Utara