I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan yang tumbuh subur dan dikembangkan di Indonesia banyak jenisnya, salah satunya yaitu tanaman teh yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan dapat dikembangkan lebih luas. Nilai ekonomi teh yang tinggi terbukti dengan meningkatnya jumlah devisa negara karena telah diekspor ke luar negeri (Kusumo, 2010). Menurut Supit (2010), sumbangan devisa dari ekspor teh nasional saat ini telah mencapai USD 110 juta (Rp 1 triliun) per tahun, dengan negara tujuan ekspor seperti Afganistan, Cina, Jepang, Amerika Serikat, Australia dan lainnya. Adanya nilai jual yang tinggi tersebut maka tanaman teh banyak dibudidayakan di Indonesia. Teh juga merupakan minuman penyegar yang disukai hampir seluruh penduduk di dunia. Bahkan minuman teh banyak sekali dijadikan minuman sehari-hari (Santoso, 2009). Produksi teh dalam bentuk daun basah dipengaruhi oleh metode pemetikan yang digunakan, misalnya pemetikan manual menggunakan tangan dan pemetikan mekanis menggunakan petik mesin dan petik gunting. Pemetikan menggunakan tangan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan pemetikan menggunakan gunting dan mesin. Abas dkk (2002) dalam Herawati dan Nurawan (2009) mengatakan bahwa dari kebutuhan tenaga kerja di perkebunan yang ada, 70% merupakan tenaga pemetik. Kelangkaan tenaga pemetik pada saat panen masih menjadi suatu kendala di tingkat perkebunan teh rakyat. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu alternatifnya yaitu dengan meningkatkan produktivitas melalui pemetikan 1
mekanis. Pemetikan mekanis menggunakan petik mesin disamping dapat mengatasi kelangkaan tenaga kerja, juga dapat meningkatkan produksi pucuk jika dibandingkan secara manual. Pemetikan pucuk teh merupakan ujung tombak produksi karena pemetikan sangat menentukan aroma dan cita rasa teh. Hal ini didukung analisis Quality Functional Deployment (QFD) oleh Karmila (2004) dalam Yusuf (2009), menunjukkan bahwa pengaruh paling kuat terhadap peningkatan kualitas teh hitam berdasarkan analisis harapan konsumen adalah pada peningkatan mutu pucuk teh. Oleh karena itu keberhasilan pemetikan merupakan kunci keberhasilan dalam bisnis teh secara keseluruhan. Hal ini berdasarkan bahwa pemetikan teh paling banyak menyerap tenaga kerja dan biaya. PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang tanaman perkebunan teh. Ada beberapa metode yang dilakukan dalam pemetikan tanaman teh yaitu; menggunakan petik mesin dan petik gunting untuk pemetikan produksi, menggunakan petik tangan untuk pemetikan jendangan. Sistem pemetikan produksi yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar menggunakan petik mesin dan petik gunting. Hal ini seiring dengan berkurangnya jumlah tenaga kerja yang ada di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar. Adanya pemetikan mesin dan gunting dapat meningkatkan produksi. Kedua
metode
tersebut
hingga
sekarang
masih
digunakan
di
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar, namun perusahaan belum mengetahui efektivitas dan efesiensi penggunaan petik mesin
2
dan petik gunting. Oleh karena itu Penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode Pemetikan Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar Kabupaten Solok. 1.2 Perumusan masalah PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar merupakan salah satu badan usaha milik negara yang bergerak dibidang perkebunan. Pemetikan merupakan ujung tombak produksi karena keberhasilan pemetikan merupakan kunci keberhasilan dalam bisnis teh secara keseluruhan. Ada 2 metode pemetikan produksi yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar yaitu menggunakan petik mesin dan petik gunting, namun PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar belum mengetahui efektivitas dan efisiensi penggunaan petik mesin dan petik gunting. Oleh sebab itu permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah efektivitas pemetikan produksi teh yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar ? 2. Bagaimanakah efisiensi pemetikan produksi teh menggunakan petik mesin dan petik gunting ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah : 1.
Menganalisis efektivitas pemetikan produksi teh yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar.
2.
Menganalisis efisiensi pemetikan produksi teh menggunakan petik mesin dan petik gunting.
3
1.4 Manfaat Bagi peneliti/mahasiswa, Merupakan sarana pelatihan bagi mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi antara teori yang ada di lapangan dan menambah wawasan serta pemahaman mengenai bidang analisis metode pemetikan produksi teh di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar Kabupaten Solok. Bagi pihak PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar, diharapkan dapat memberikan informasi dan saran yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan usaha dimasa yang akan datang. 1.5 Hipotesis Hipotesis untuk jumlah produksi pemetikan teh menggunakan petik mesin dan petik gunting di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar. H0 : Jumlah produksi pemetikan produksi menggunakan petik mesin tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan pemetikan menggunakan petik gunting. H1 : Jumlah produksi pemetikan produksi menggunakan petik mesin terdapat perbedaan yang signifikan dengan pemetikan menggunakan petik gunting. Level signifikan (α) yang digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis penelitian ini pada taraf
5%. dengan pengujian satu arah
(H0 : µ1 ≤ µ2, H1 : µ1 > µ2). Hipotesis Ho dan H1 akan di terima jika :
4
1. H0 akan di tolak jika t hitung < t tabel 5% ( α 5 %, Db). 2. H1 akan di terima jika t hitung > t tabel 5% ( α 5 %, Db).
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspek Komoditas Menurut Syakir (2010), bahan tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang diberi nama seperti : Camellia theifera, Thea sinensis, Camellia thea dan Camellia sinensis. Tanaman teh terdiri dari banyak spesies yang tersebar di Asia Tenggara, India, Cina Selatan, Laos Barat Laut, Muangthai Utara, dan Burma. Sistematika tanaman teh terdiri dari : Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Guttiferales
Famili
: Theaceae
Genus
: Camellia
Spesies
: Camellia sinensis L.
A. Syarat tumbuh tanaman teh Tanaman teh adalah salah satu tanaman perdu yang selalu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh sampai 15–30 kaki tingginya, akan tetapi dalam pengelolaannya tanaman teh secara teratur dilakukan pemangkasan sehingga tingginya 3-5
kaki saja, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pengambilan pucuk teh, selain itu juga untuk kesehatan tanaman teh itu sendiri (Murti, 2009)
6
1. Kesesuaian Iklim Berdasarkan daerah asalnya, tanaman teh berasal dari daerah tropis, daerah yang cocok di Indonesia adalah di daerah pegunungan. Iklim dan tanah adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh. Faktor iklim yang sangat penting diperhatikan bila berusaha tanaman teh adalah suhu udara (temperatur), curah hujan, sinar matahari, dan angin. Faktor lain yang sangat erat kaitannya dengan faktor iklim adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut) (Suryadi dan Abdulah, 2009) a. Suhu Udara (Temperatur) Suhu udara yang dikehendaki tanaman adalah 130C sampai 250C, cahaya matahari cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%. Faktor suhu yang berperan dalam pertumbuhan tanaman teh adalah temperatur permukaan daun dan temperatur tanah. Pertumbuhan daun muda dimulai pada pagi hari yaitu bila temperatur mencapai 210C. Temperatur yang mencapai 350C pada siang hari menyebabkan pertumbuhan terhenti. Temperatur tanah berpengaruh pada pertumbuhan akar dan tunas–tunas daun. Temperatur permukaan akar yang optimum adalah 300C, bila temperatur mencapai 100C pertumbuhan tanaman akan lambat dan terhenti (Suryadi dan Abdulah, 2009) b. Curah Hujan Tanaman teh merupakan tanaman yang tidak tahan kekeringan, tanaman ini hanya cocok ditanaman pada daerah yang curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun. Curah hujan yang dikehendaki tanaman teh adalah jumlah hujan tahunan tidak kurang dari 2.000 mm.
Pada bulan kemarau, curah hujan tidak
7
kurang dari 60 mm. Musim kemarau jangan sampai lebih dari 2 bulan yang tidak ada hujan sama sekali. Curah hujan minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman teh yang baik adalah 1.150 mm sampai 1.400 mm per tahun (Suryadi dan Abdulah, 2009) c. Cahaya Matahari Pertumbuhan tanaman teh sangat dipengaruhi oleh sinar matahari. Cahaya matahari yang semakin banyak diikuti oleh curah hujan yang banyak, akan mempercepat pertumbuhan.
Sinar matahari juga mempengaruhi suhu udara,
makin banyak sinar matahari, makin tinggi suhu udara.
Suhu udara yang
mencapai 300C, akan menghambat pertumbuhan tanaman teh. Kebun teh yang berada pada ketinggian 400m–800m dpl, memerlukan pohon pelindung. Fungsi pohon pelindung pada perkebunan teh sangat penting. Salah satu tujuannya yaitu untuk mengurangi suhu. Pengelolaan pohon pelindung harus diperhatikan sebaik–baiknya, kapan saat harus dipangkas dan kapan harus dibiarkan tumbuh subur (Suryadi dan Abdulah, 2009) d. Angin Angin yang berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah angin yang berasal dari dataran rendah, karena membawa udara panas dan kering. Pencegahan angin kencang adalah dengan menanam pohon penahan angin (win breaker) sepanjang batas atau sisi kebun. Angin kencang selama 3 hari berturut– turut akan merontokkan daun.
Angin dapat pula mempengaruhi kelembaban
udara serta penyebaran hama dan penyakit (Suryadi dan Abdulah, 2009)
8
2. Kesesuian Tanah Agar mendapatkan pertumbuhan tanaman teh yang maksimal, maka diperlukan tempat tumbuh yang cocok.
Tanah yang memenuhi syarat untuk
tanaman teh ialah tanah yang subur, banyak mengandung humus atau bahan organik, tidak bercadas, serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4,5 – 5,6. Umumnya tanah yang sesuai untuk tanaman teh terdapat pada lereng – lereng gunung berapi yang disebut dengan tanah andosol (vulkanis muda), tanah lain yang cocok untuk tanaman teh adalah tanah latosol dan tanah podzolik. Kedua jenis tanah tersebut umumnya terletak pada daerah lebih rendah yaitu di bawah 800 m dpl (Suryadi dan Abdulah, 2009) 3. Ketinggian Tempat (altitude) Tanaman teh dapat tumbuh optimal pada ketinggian antara 800–2000 m dpl. Tanaman ini juga dapat tumbuh di daerah yang rendah, tetapi mutu pucuk yang dihasilkan sangat rendah. Pada umumnya makin tinggi tempat tumbuh, makin meningkat kualitas teh yang dihasilkan. Batas terbawah produksi teh yang dianggap masih menguntungkan tidak dapat ditentukan dengan tegas, karena variabilitas cuaca juga ditentukan faktor lain selain tinggi tempat.
Sebaliknya tinggi tempat yang terlalu tinggi
memberikan kesulitan–kesulitan berupa kurangnya sinar matahari dan bahaya pembekuan yang lazim disebut “embun upas bajra” atau nachtvorst. Untuk itu tanaman teh sebaiknya diusahakan pada daerah yang mempunyai ketinggian yang optimal bagi pertumbuhan tanaman teh. Sehingga hasil yang diharapkan juga dapat seoptimal mungkin, terutama kualitas pucuk yang dihasilkan (Murti, 2009)
9
2.2 Pemetikan Teh Pemetikan adalah memetik daun–daun yang cocok untuk pengolahan. Pemetikan akan memacu pertunasan baru,
namun
pertunasan
tersebut
pertumbuhannya didukung oleh daun–daun yang tertinggal pada perdu tanaman. Dengan
demikian
faktor
pucuk
yang
ditinggalkan
perlu
diperhatikan
(Murti, 2009). Ada 2 jenis pemetikan menurut Suswono (2014) yaitu : 1. Pemetikan Jendangan Pemetikan jendangan yaitu pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun. Tinggi bidang petik jendangan dari bidang pangkasan tergantung pada tinggi rendahnya pangkasan yaitu: 1). Pangkasan 4045 cm, tinggi jendangan 20-25 cm. 2). Pangkasan 45-50 cm, tinggi jendangan 15 -20 cm. 3). Pangkasan 50-55 cm, tinggi jendangan 15-20 cm. 4). Pangkasan 55 60 cm, tinggi jendangan 10-15 cm. 5). Pangkasan 60-65 cm, tinggi jendangan 10 -15 cm. 6). Pemetikan jendangan dilakukan apabila 60% areal telah memenuhi syarat untuk dijendang. Pemetikan jendangan dianggap cukup atau dihentikan apabila tunas sekunder telah dipetik dan bidang petik telah melebar dengan ketebalan daun pemeliharaan yang cukup. Pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan, kemudian diteruskan dengan pemetikan produksi. Cara pelaksanaan pemetikan jendangan yaitu sebagai berikut : a) Dua sampai tiga bulan setelah pangkasan, pemetikan dapat dimulai apabila 60% areal tersebut telah memenuhi syarat untuk dijendang.
10
b) Tinggi petikan jendangan berkisar 10-20 cm tergantung tinggi-rendahnya pangkasan. c) Jenis petikan yang dilakukan ialah petikan medium, yaitu pucuk peko dengan dua daun (p+2) atau pucuk burung dengan satu/dua daun muda (b+1m/b+2m). d) Daur petik berkisar 5-6 hari. e) Bidang petik harus rata pada ketinggian yang sama selama masa pemetikan jendangan. f) Pemetikan jendangan dilakukan sebanyak 6-10 kali. 2. Pemetikan Produksi Pemetikan produksi merupakan pengambilan pucuk pada tanaman teh. Berdasarkan
daun
yang
ditinggalkan,
pemetikan
produksi
dibedakan:
(a). Pemetikan ringan, apabila daun yang tertinggal pada perdu satu atau dua daun di atas kepel, biasanya ditulis dengan rumus k+1 atau k+2, artinya kepel + satu daun atau kepel+dua daun.
(b).
Pemetikan sedang, apabila daun yang
tertinggal pada bagian tengah perdu tidak ada tetapi pada bagian pinggir perdu ditinggalkan satu daun di atas kepel (bagian tengah k+0), pada bagian pinggir (k+1). (c). Pemetikan berat, apabila pemetikan tidak meninggalkan daun sama sekali pada perdu di atas kepel (k+0).
Jenis petikan produksi dapat dibedakan
menjadi 3 kategori, yaitu: 1) Petikan halus, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun yang muda (m), biasa ditulis dengan rumus p+1 atau b+1 m.
11
2) Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1 m, b+2m, b+3m). 3) Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua p+4 atau lebih, b+(1-4t). Umumnya jenis petikan yang dikehendaki yaitu jenis petikan medium, dengan komposisi minimal 70% pucuk medium, maksimal 10% pucuk halus dan 20% pucuk kasar. Untuk cara pelaksanaan pemetikan produksi adalah sebagai berikut : a. Pemetikan produksi dilakukan setelah pemetikan jendangan dianggap cukup pada umumnya untuk petikan medium dengan cara pemetikan sedang, daur petik berkisar antara 8-10 hari untuk daerah rendah, 10-12 hari untuk daerah sedang dan daerah tinggi. b. Pelaksanaan pemetikan dilakukan mengikuti barisan perdu dalam barisan berbanjar. c. Pemetikan pucuk dilakukan dengan ibu jari dan telunjuk satu per satu (ditaruk) atau dengan menggunakan alat seperti gunting dan mesin sesuai dengan jenis petikan yang dikehendaki. d. Bidang petik harus rata antara satu perdu dengan perdu yang lain. e. Wadah pucuk hasil petikan, harus menggunakan keranjang yang digendong di atas punggung. f. Waring atau fishnet digunakan untuk menampung hasil petikan, dengan ukuran waring minimal 150 x 160 cm dengan daya muat ± 20-25 kg.
12
Kecepatan pertumbuhan pucuk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Umur pangkas; makin tua umur pangkas makin lambat pertumbuhan, sehingga makin panjang daur petik. 2. Elevasi atau ketinggian tempat; makin tinggi letak kebun dari permukaan laut, makin lambat pertumbuhan, sehingga makin panjang daur petik. 3. Iklim; musim kemarau pertumbuhan tunas makin lambat sehingga daur petik lebih panjang dari pada musim penghujan. 4. Kesehatan tanaman; makin sehat tanaman, makin cepat pertumbuhan pucuk, makin pendek daur petik bila dibandingkan dengan tanaman yang kurang sehat. 5. Pengaturan areal/hanca petik mempertimbangkan keseragaman pucuk yang dihasilkan setiap hari dengan komposisi pucuk dari umur pangkas yang seimbang; baik umur pangkas tahun pertama, kedua, ketiga maupun keempat. 2.3 Metode Pemetikan Teh Hasil tanaman teh adalah pucuk dan daun muda yang pemungutannya dengan cara dipetik. Kegiatan pemetikan disamping bertujuan untuk pengolahan, juga merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi yang berkesinambungan. Agar tujuan tersebut dapat dicapai secara maksimal, maka perlu dicari atau dipilih suatu sistem pemetikan yang tepat yang berdasarkan kepada kondisi kebun. Mengingat kondisi kebun satu dengan yang lain pada umumnya tidak
13
sama, di samping itu tujuan atau hasil pengolahan juga berbeda, maka sistem pemetikan antara satu kebun dengan kebun lain tidak sama (Murti, 2009). Menurut Suswono (2014) mengatakan bahwa ada beberapa metode pemetikan yang dapat dilakukan yaitu pemetikan dengan alat. Pemetikan dengan alat bisa dilaksanakan mulai tahun pangkas kedua (tanaman berumur pangkas >12 bulan). Sebelum dilakukan pemetikan dengan alat terlebih dahulu dibuat bidang petik yang sesuai untuk penggunaan gunting/mesin. Pemetikan dengan alat dihentikan jika : 1. Kapasitas pemetik <50 kg/hari. 2. Persentase pucuk burung >80%. 3. Terjadi penurunan bobot pucuk (bobot p+3 <2 gram). 4. Tinggi bidang petik >120 cm. 5. Daun pemeliharaan <10 cm. 2.3.1 Pemetikan secara semi mekanis dengan gunting Upaya menggali potensi dan menanggulangi kekurangan pemetik pada musim plus, perlu menggunakan pemetikan dengan alat (gunting atau mesin petik). Mekanisasi pemetikan disarankan pada tanaman yang sehat, dan telah memasuki tahun pangkas II (TP II). Tebal lapisan daun pemeliharaan (maintenance leaves) 15–20 cm atau 4–5 lapis daun pemeliharaan. Pertumbuhan pucuk peko di atas 70%, kadar pati di atas 12% (test kuantitatif di laboratorium, atau test kualitatif menggunakan larutan Yudium Kl3 pada akar sebesar pensil akan terjadi reaksi berwarna coklat kehitam-hitaman) (Suswono, 2014) Tinggi bidang petik ideal yaitu 80–110 cm. Waktu pemetikan yang baik yaitu musim plus yaitu menjelang atau akhir musim hujan. Mekanisasi petikan
14
disarankan dilakukan pada musim kemarau kecuali pada kebun-kebun yang mempunyai curah hujan merata sepanjang bulan (>100 mm/bulan). 1. Bahan Tanaman Dapat dilakukan terhadap tanaman teh yang berasal dari klon maupun seedling yang sehat. Pemetikan gunting dan mesin tergolong petikan berat sehingga tanaman teh perlu yang betul-betul sehat agar potensi hasil tergali secara optimal. Ciri-ciri tanaman teh sehat: (a) tebal lapisan daun pemeliharaan (maintenance leaves) 15-20 cm kira-kira 4 atau 5 lapis daun pemeliharaan, (b) pertumbuhan pucuk peko >70%, dan (c) kadar pati dalam akar tinggi. Tes secara kualitatif menggunakan larutan yodium KI2 pada akar sebesar pensil yang akan timbul reaksi berwarna coklat kehitam-hitaman. 2. Tanaman Tahun Pangkas Kedua (TP II) Tanaman TP II, kondisinya masih terlalu lemah, sebab daun pemeliharaan belum terbentuk dengan baik atau diharapkan tanaman sudah kembali normal kesehatannya setelah mengalami stress akibat dipangkas. Tinggi bidang petik yang ideal 80-110 cm. Cara pelaksanaan pemetikan secara mekanis dengan gunting yaitu : a) Gunting Petik Spesifikasi; tipe gunting bantalan, dimensi; panjang 48 cm; tinggi bantalan 2 cm; penampung/wadah pucuk berbentuk setengah lingkaran, tinggi 10 cm, lebar 20 cm; pemukul pucuk berbentuk sudut 60º, berat 0,8 kg; kapasitas kerja : 3 – 4 patok (80 kg/HOK).
15
b) Membuat atau menyiapkan bidang petik (papakan) Gunting berikut wadah diletakan di atas perdu, kemudian perdu digunting hingga rata. Dalam pengguntingan pertama, selain pucuk juga banyak tergunting daun tua dan ranting, sehingga harus dilakukan pemilihan/pembuangan atau sortasi pucuk secara baik. Pembuatan bidang petik (papakan) pada tahun pangkas II dan III harus dilakukan berulang-ulang sampai 2–3 kali dengan siklus 15–20 hari. c) Teknik Pemetikan Gunting dan wadah tidak boleh dimiringkan, tetapi harus rata dengan bidang papakan, juga tidak boleh menggunting pucuk dari sisi bawah perdu. Gunting tidak diperbolehkan untuk menggunting bagian tanaman teh yang keras atau ranting dan cabang tua. Kenaikan bidang petik akan terjadi setiap 2 bulan tergantung tebal bantalan dan tinggi tempat (elevasi) atau kecepatan pertumbuhan pucuk. d) Saat pengguntingan dihentikan Tanaman sudah tertalu tinggi sehingga melebihi tinggi operator. Tinggi bidang papakan yang optimal 80 cm dan paling tinggi 120 cm. Daun pemeliharaan sudah terlalu menipis (<10 cm). Jika pemetikan gunting terlalu lama dilakukan tanpa ada penambahan daun pemeliharaannya akan menjadi tua dan banyak yang gugur terutama pada lapisan paling bawah sehingga keadaan menjadi sangat jarang dan sebagaian sinar dapat menerobos perdu sampai ke tanah. Dalam kondisi demikian maka pengguntingan diberhentikan untuk menambah daun pemeliharaan dengan cara memetik ringan (k+1, 2) (Suswono, 2014)
16
2.3.2
Pemetikan dengan mesin Mesin petik yang bisa digunakan di Indonesia ada 2 tipe, yaitu tipe GT 120
dan tipe GT 60. Jarak antar baris tanaman teh pada umumnya 120 cm, sehingga dalam modifikasi kebun, mesin diarahkan untuk kebun teh yang berjarak tanam 120 cm. Dengan pertimbangan kelincahan gerakan operator, bidang petik tidak terlalu banyak berkurang dan menghindari kerusakan iwung karena gesekan kantong penampung pucuk yang terlalu berat (Abas, Astika dan Johan, 2003) Spesifikasi mesin petik GT 120: 1. Motor penggerak : motor bensin 2 langkah, 2,5 HP, 7.200 rpm. 2. Dimensi : panjang mesin 165 cm, lebar 45 cm, tinggi 27,5 cm, panjang pisau 120 cm, dan panjang handle 100– 140 cm. 3. Berat mesin 18 kg, lebar kerja efektif 110 cm, kapasitas petik 0,25 ha/jam (400–750 kg/jam). 4. Bahan bakar 1,1 –1,2 liter/jam. 5. Operator : 3–5 orang, dua orang sebagai operator mesin, seorang memegang kantong pucuk, dua orang sebagai penganalisa pucuk dan pengangkut pucuk ke los penampungan. 6. Kapasitas pemetik 250-300 kg pucuk basah/HK. 2.4
Analisa Mutu Pucuk (MS) Analisa Mutu Pucuk (MS) untuk mengetahui pelaksanaan pemetikan pada
suatu waktu tertentu baik cara maupun hasilnya, apakah sudah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, maka perlu melakukan pemeriksaan pucuk yang dihasilkan pada waktu tertentu. Pemeriksaan pucuk serupa ini biasanya disebut analisa mutu pucuk (MS) yang dilakukan setiap hari.
Analisa mutu pucuk
17
ditujukan untuk mengetahui besarnya MS (memenuhi syarat) pucuk yang dikirim setiap harinya. Analisis pucuk juga digunakan untuk menentukan premi yang akan diterima atau dibayarkan kepada pemetik apabila persentase pucuk memenuhi syarat olah atau memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan. Standar yang ditetapkan oleh PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar adalah 54%. Jika mutu pucuk yng dihasilkan dibawah standar (54%) maka premi pemetik tidak akan dibayarkan.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar, Jorong Koto Ateh, Nagari Aie Batumbuak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Kegiatan ini dilaksanakan selama 1,5 bulan yaitu 16 Maret - 29 April 2015. 3.2 Cara Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan mengikuti kegiatan magang mahasiswa selama 1,5 bulan di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar.
Selama kegiatan magang, mahasiswa mengumpulkan
data-data perusahaan, baik data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar di bagian unit kebunnya yaitu Afdeling A. Data–data yang dikumpulkan yaitu pengamatan langsung jumlah produksi pucuk (daun basah) menggunakan petik mesin dan petik gunting. Serta biaya–biaya yang dikeluarkan untuk petik mesin dan petik gunting yang didapatkan dari wawancara kepada mandor–mandor serta karyawan yang ada di Afdeling. Data sekunder didapatkan dari buku budidaya tanaman teh, hasil penelitian teh yang berhubungan dengan pemetikan dengan mesin dan gunting serta buku-buku dan penelitian lain yang terkait, catatan produksi (data produksi harian selama 25 hari kerja) dan biaya yang dimiliki oleh perusahaan.
19
3.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya adalah 1). Praktek secara langsung dengan mengikuti setiap kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan di Afdeling A PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar. 2). Pengumpulan data primer dan sekunder. 3). Mengolah data dengan program SPSS versi 20. 4). Membuat kesimpulan
yang dituangkan
langsung dalam bentuk laporan akhir. 3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa atau kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan pemetikan teh menggunakan petik mesin dan petik gunting yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada pihak perusahaan, baik pimpinan maupun karyawan perusahaan dan studi literatur. Data yang diambil adalah berupa data-data mengenai biaya pemetikan dengan
gunting
dan
mesin
serta
produksi
yang
dihasilkan
oleh
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar. Data–data diambil di kantor dan unit kebun Afdeling A PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar. 3.5 Teknik Analisis dan Metode Pengujian 3.5.1 Analisis Deskriptif Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek
20
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain – lain). Pada saat sekarang berdasarkan
fakta–fakta
yang
tampak
atau
sebagaimana
adanya.
(Nawawi, 2005) Mengidentifikasi dan menganalisis metode pemetikan di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau kembar maka digunakan analisis deskriptif, yaitu melalui Observasi dan wawancara. 1. Observasi Merupakan pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data – data yang diperlukan. Dalam hal ini, Peneliti mengamati secara langsung bagaimana pemetikan dengan gunting dan mesin di unit kebun Afdeling A PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau kembar. Peneliti juga ikut serta dalam pemetikan menggunakan petik mesin dan petik gunting serta melakukan dokementasi alat dan kegiatan yang dilakukan. 2. Wawancara Merupakan proses untuk memperoleh keterangan untuk mencapai tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab responden atau pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. Contohnya kepada Bapak Asisten Afdeling A, Bapak Besar, dan mandor–mandor yang ada di Afdeling A PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau kembar. Data–data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara disusun, dinterprestasikan dan dianalisis sehingga memberikan gambaran yang sebenarnya tentang analisis metode pemetikan produksi di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar.
21
3.5.2 Uji t SPSS 20 SPSS merupakan software yang dikhususkan untuk membuat analisis statistik. Dengan SPSS memungkinkan untuk melakukan berbagai uji statistik parametrik salah satunya uji-t. Uji-t berguna untuk menilai apakah mean dan keragaman dari dua kelompok berbeda secara statistik satu sama lain. Bagian ini meliputi: 1. One-Sample T Test 2. Independent-Sample T Test 3. Paired-Sample T Test Penelitian ini menggunakan Paired Sample Test. Paired-Sample T Test adalah analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh, maka perbedaan rata-rata adalah nol (Ledhyane, 2013) Uji t yang digunakan pada penelitian ini hanya untuk mengetahui apakah penggunaan petik mesin dan petik gunting terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak terhadap jumlah produksi pemetikan teh (daun basah).
Dengan
mengamati variabel bebasnya yaitu petik mesin dan petik gunting dan variabel terikatnya produksi. Uji t dilakukan dengan memasukkan data jumlah produksi pemetikan gunting dan mesin ke dalam IBM SPSS Statistics 20. Melihat t tabel dan t hitungnya lalu membandingkan antara t tabel dan t hitung. t tabel didapatkan dengan rumus =TINV (Probability, deg_freedom) atau =TINV(5%,24).
22
3.6 Parameter yang diamati 1. Produksi pucuk (daun basah) Produksi pucuk (daun basah) yang dihitung merupakan hasil pemetikan menggunakan petik mesin dan petik gunting setiap hari, selama 25 hari kerja. Juga menghitung produksi dalam 1 Ha yang menggunakan petik mesin dan petk gunting di Afdeling A PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar. 2.
Luas lahan Luas lahan yang dihitung merupakan luas lahan yang bisa dipetik menggunakan petik mesin dan petik gunting setiap harinya selama 25 hari kerja di Afdeling A PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar.
3.
Tenaga kerja Menghitung jumlah tenaga kerja untuk petik mesin dan petik gunting setiap hari, selama 25 hari kerja. Dan mencari penggunaan tenaga kerja untuk luasan 1 Ha menggunakan petik mesin dan petik gunting.
4. Biaya biaya Menghitung
biaya–biaya yang dikeluarkan untuk petik mesin dan petik
gunting untuk luasan 1 Ha, dengan melakukan wawancara langsung kepada Asisten, Mandor–Mandor dan Karyawan yang ada di Afdeling A PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar.
23
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Keadaan Umum PT. Perkebunan Nusantara VI 4.1.1 Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VI PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero), disingkat PTPN VI, dibentuk berdasarkan PP No. 11 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTP III, PTP IV, PTP VI dan sebagian PTP VIII. PTPN VI mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet dan teh dengan areal konsesi seluas 45.870,10 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 19.090 ha, karet 6.384 ha, teh 3.201 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN VI juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 63.047,64 ha terdiri dari tanaman kelapa sawit seluas 26.826 ha, karet 35.878 ha dan teh 343,63 ha. Kebun-kebun PTPN VI memiliki 13 unit usaha kebun, sebagai berikut : 1. Ophir 2. Bunut/Pinang Tinggi 3. Tanjung Lebar 4. Durian Luncuk 5. Rimbo Dua 6. Solok Selatan 7. Batanghari 8. Pangkalan Limapuluh Koto 9. Rimbo Satu
24
10. Kayu Aro 11. Danau Kembar 12. Mekanding 13. PKS Bunut/Pinang Tinggi Selain unit usaha kebun PTPN VI juga memiliki sejumlah 8 unit pabrik pengolahan : 1. Pabrik CPO 3 unit 2. Pabrik Karet 3 unit 3. Pabrik Teh 2 unit Kegiatan magang yang dilakukan untuk pembuatan tugas akhir adalah di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar. PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar adalah salah satu anak perusahaan dari PT. Perkebunan Nusantara VI yang berkantor pusat di Jambi. Unit dari PT. Perkebunan Nusantara VI (persero) yang berdiri berdasarkan peraturan pemerintah No. 11 tanggal 14 Februari 1996 dan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 165/KMK.016/1996 tanggal 11 Maret 1996 tentang penggabungan PT. Perkebunan Danau Kembar adalah Unit Usaha Ex PT. Perkebunan VIII yang bernama Gunung Talang sebelum diserahkan kepada kepada PT. Perkebunan VIII. Hak Guna Usaha Kebun Danau Kembar dimiliki oleh : 1.
NV. CULLT. MY Taluk Gunung.
2.
Tahun 1955 Expirasi Hak Erfvacht.
3.
Tahun 1965 diberikan kepada PT. KAMI SAIYO
4.
Tahun 1975 Hak Guna Usaha PT. KAMI SAIYO dicabut.
25
5.
Tahun 1976 diberikan kepada PT. PENTARIK UTAMA.
6.
Dan pada tahun 1979 diserahkan kepada PT.Perkebunan VIII.
7.
Pada tahun 1996 PT. Perkebunan berubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara dan dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara VI (persero).
4.1.2 Kedudukan Instansi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Perkebunan Nusantara VI, yang termasuk kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terletak di Jorong Batang Barus, Nagari Kayu Jao, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. 4.1.3 Lokasi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Kebun Danau Kembar Kebun Unit Usaha Danau Kembar terletak di Desa Kayu Jao Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat, dengan jarak : 1. Dari Ibu Kota Kabupaten ( Solok )
± 46 KM
2. Dari Ibu Kota Propinsi ( Padang )
± 57 KM
3. Dari Pelabuhan Teluk Bayur Padang
± 56 KM
a. Lokasi/Topografi Kebun Danau Kembar terletak di lereng Selatan Gunung Talang. Secara topografi pada umumnya bergelombang sampai agak curam dan ketinggian dari permukaan laut antara 1300 – 1600 m dpl. Elevasi/tingggi dari permukaan laut antara lain sebagai berikut : Elevasi / letak kebun
: 1001.40.26’’ S 1000 410590 G.24.60 dpl
Elevasi pabrik
: 1.350m dpl
Elevasi kebun terendah
: 1.290m dpl
26
Elevasi kebun tinggi a.
: 1.480m dpl
Keadaan Tanah dan Iklim Secara geologis terdiri atas jenis Andosol dan Latosol dengan iklim basah
yang bercurah hujan 2600 mm/tahun dan kelembaban udara 82% sampai dengan 90% dengan suhu rata – rata 18oC sampai dengan 25oC. b. Hak Guna Usaha (HGU) Luas HGU 669,29 Ha dengan perincian sebagai berikut : Berdasarkan sertifikat HGU No. 13 tanggal 27/4.2004 dengan luas 178,06 Ha. Berdasarkan sertifikat HGU No. 14 tanggal 27/4.2004 dengan luas 141,73 Ha. Berdasarkan sertifikat HGU No. 15 tanggal 27/4.2004 dengan luas 64,62 Ha. Berdasarkan sertifikat HGU No. 16 tanggal 27/5. 2005 dengan luas 285,25 Ha. d. Luas Lahan yang ditanami yaitu : - Tanaman menghasilkan ( RKAP 2014 )
: 569,18 Ha
- Tanaman Belum menghasilkan ( TBM.I-II-III )
: 35,40 Ha
- Tanaman Bibitan
:
Jumlah Areal Teh
0,60 Ha
: 605,18 Ha
Luas areal Afdeling. A
: 274,13 Ha
Luas areal Afdeling. B
: 295,05 Ha
Jumlah ( Afd. A dan B )
: 569,18 Ha
27
Luas Lahan Belum / tidak ditanam - Komplek Perumahan / Bangunan Pabrik / DLL
: 42,48 Ha
- Tanah / Areal Tidak Produktif
: 21,60 Ha
Jumlah
Luas HGU ( a + b )
: 64,08 Ha
: 669,26 Ha
4.1.4 Visi dan Misi Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara VI Visi Menuju perusahaan agribisnis yang tumbuh berkembang dengan spirit kemitraan. Misi 1. Mengelola bisnis kelapa sawit, teh dan HTI (Hutan Tanaman Industri) karet secara propesional untuk menghasilkan produk berkualitas yang dikehendaki oleh pasar. 2. Menumbuh kembangkan perusahaan dengan spirit kemitraan untuk mencapai kinerja unggul. 3. Mengelola usaha dengan mempraktekkan teknologi ramah lingkungan dalam mengwujudkan triple batton line principles, yaitu Planet, Peaple and Profit. 5. Memposisikan karyawan sebaga pilar utama organisasi dan mitra usaha serta stake holder lainnya sebagai pendukung dalam menciptakan nilai perusahaan.
28
Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar Visi “ Menjadi unit usaha agribisnis perkebunan yang dapat memberikan kontribusi keuntungan pada PTPN VI dan peduli terhadap lingkungan sekitar dengan didukung oleh sumber daya manusia yang professional” Misi 1. Meningkatkan protas tanaman menjadi 3000 kg teh kering/ha/tahun pada tahun 2013. 2. Mengupayakan agar harga pokok produksi lebih rendah dari pada harga jual. 3. Memelihara kemitraan yang harmonis antara unit usaha danau kembar dengan petani plasma 4.1.5 Sasaran Unit Usaha Danau Kembar 1. Mengupayakan peningkatan protas tanaman kebun inti dengan sasaran 300 TK/ha/tahun melalui pemeliharaan tanaman secara konsisten dan program penyisipan serta mengganti tanaman baru dengan klon baru 2. Mengoptimalkan perolehan grade 1 hingga mencapai sasaran 60% melalui perbaikan kualitas pucuk sebagai bahan baku 3. Mengendalikan HPP dibawah Rp 13.000, melalui efesiensi biaya pemeliharaan pabrik dan mengisi kekurangan tenaga kerja KHT dengan tenaga pemborong pada pekerjaan panen.
29
4.1.6 Budaya Perusahaan 1. Kompetensi Memiliki kemampuan untuk menerapkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian (hard & soft) yang dimiliki demi kepentingan dan kemajuan perusahaan. 2. Integritas Melaksanakan pekerjaan dengan jujur, bertanggung jawab, dan beretika, serta menyelaraskan setiap aksi korporat dengan kepentingan dan tata nilai perusahaan (corporate values). 3. Spirit Memiliki antusiasme dan semangat yang tinggi dalam bekerja. 4. Sadar Biaya Menjalankan setiap rencana dan aksi korporat berdasarkan pertimbangan efisiensi dan efektivitas 5. Team Work Melaksanakan setiap aktivitas organisasi dengan semangat tim, sinergi dan kekompakan untuk mencapai visi dan prestasi bersama. 4.1.7
Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar Suatu usaha perlu adanya pengorganisasian untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dan demi kelancaran usaha tersebut. PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar yang memiliki struktur organisasi dalam usahanya dan memilki tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang berguna untuk mempermudah dalam pengembangan usahanya.
30
Berdasarkan
struktur
organisasi
tersebut
dapat
dilihat
bahwa
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danan Kembar dipimpin oleh seorang Manajer, dengan urutan sebagai berikut: 1.
Manajer
2.
Kepala Pabrik Manajer membawahi jabatan : Asisten Pengolahan Teh, Asisten Teknik dan Pegawai/Karyawan Pengolahan
3.
Asisten Pengolahan Manajer membawahi jabatan : Pegawai /Karyawan Pengolahan
4.
Kepala Tata Usaha (KTU)
5.
Asisten Tanaman Afdeling A
6.
Asisten Tanaman Afdeling B
7.
Perwira Pengamanan Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha
Danau Kembar dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Tanggung Jawab dan Wewenang 1.
Manajer Manajer mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Memimpin, mengkoordinasi dan mengawasi semua kegiatan dalam bidang tanaman, proses produksi, administrasi, penguasaan materi atau personil dan penanganan wilayah perkebunan termasuk harta dan kebijakan direksi. b. Melaksanakan perencanaan dan kebijakan direksi. c. Mengumpulkan dan mengajukan usulan maupun pendapat untuk bahan perbaikan.
31
d. Memberikan laporan kepada direksi tentang kegiatan bulanan dan tahunan maupun data keseluruhan tentang perkebunan. e. Memperhatikan kesejahteraan karyawan. 2.
Kepala Pabrik Fungsi utama: Membantu
Manajer/Administratur
dalam
mengelola
proses
hasil
Pengolahan di Unit sesui dengan Kuantitas dan Kualitas yang ditentukan serta pengendalian biaya untuk pencapaian tujuan perusahaan. Tugas dan Tanggung jawab a. Mengkoordinir, memberi petunjuk dan mengawasi kegiatan operasional di pabrik berdasarkan SE. SI dalam bidang teknik pengolahan, mutu hasil jadi, penggunaan biaya, tenaga kerja sarana pengolahan, peralatan kerja dan administrasi. b. Mengkoordinir penelitian, memberi petunjuk kepada Asisten Pengolahan dan Pegawai/Karyawan Pengolahan dalam penyusunan rencana kerja/biaya operasional. c. Menyusun rencana proses pengolahan harian, mingguan dan kordinasi dengan bagian terkait, serta membantu masalah pengangkutan dari lapangan. d. Merencanakan dan mengawasi penempatan karyawan secara efektif dan efisien. e. Menerima dan mengevaluasi laporan kerja harian dari asisten pengolahan f. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan asisten pengolahan dan karyawan untuk meningkatkan prestasi kerja dan juga kesejahteraan hidupnya.
32
g. Meneliti dan mengajukan
permintaan barang dan alat-alat dengan
memperhatikan kualitas maupun kuantitas. h. Membina dan memberi petunjuk kepada seluruh bawahan dalam upaya peningkatan kesejahteraan keagamaan, olah raga, lingkungan hidup, gotong royong, koperasi dan keamanan lingkungan perusahaan. i. Membina hubungan keluar khususnya terutama dibidang pengolahan/tenaga kerja dan pengamanannya. j. Menerima dan melaksanakan tugas-tugas khusus atas pelimpahan wewenang dari Manajer/Administratur. k. Memberi saran/usul kepada Manajer/Administratur baik diminta maupun tidak diminta untuk efetivitas dan efisiensi pengelolaan organisasi. 3. Asisten Pengolahan Fungsi utama: Membantu Kepala Pabrik dalam mengelola proses hasil pengolahan di Unit sesuai dengan Kuantitas dan Kwalitas yang ditentukan serta pengendalian biaya untuk pencapaian tujuan perusahaan. Tugas dan Tanggung Jawab. a. Mengkoordinir, memberi petunjuk dan mengawasi kegiatan kepada mandormandor dari masing unit kerja mengenai rencana kerja dan biaya operasional proses pengolahan. b. Melaksanakan dan mengawasi kegiatan operasional di pabrik berdasarkan SE,SI dalam bidang proses pengolahan mutu hasil jadi penggunaan biaya, tenaga kerja, sarana pengolahan, peralatan kerja dan Administrasi.
33
c. Melaksanakan dan mengawasi proses pengolahan di masing-masing unit kerja dan koordinasi dengan bagian terkait terhadap alat dan mesin serta penerimaan produksi dari lapangan. d. Memeriksa dan mengevaluasi laporan harian kerja mandor serta absensi tenaga kerja, sesuai dengan Rencana Kerja Operasional (RKO). e. Membuat laporan kerja harian kepada atasan. f. Mengajukan permintaan kebutuhan alat dan bahan untuk proses pengolahan. g. Menggunakan, menempatkan karyawan yang ada secara efektif dan efisien h. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kerja pegawai/mandor
dan
karyawan untuk meningkatkan prestasi kerja dan kesejahteraan hidupnya. i. Membina dan memberi petunjuk kepada seluruh bawahan dalam upaya peningkatan kesejahteraan keagamaan, olah raga, lingkungan hidup, gotong royong, koperasi dan keamanan lingkungan perusahaan. j. Membina hubungan keluar khususnya terutama dibidang pengolahan/tenaga kerja dan pengamanannya. k. Menerima dan melaksanakan tugas-tugas khusus atas pelimpahan wewenang dari kepala dinas pengolahan. l. Menilai prestasi kerja karyawan bawahannya dan mengajukan penilaian tersebut keatasannya. m. Memberi saran/usul kepada Kepala Pabrik sesuai dengan fungsi tugas dan tanggung jawabnya untuk efetivitas dan efisien pengelolaan organisasi.
34
4. Kepala Tata Usaha (KTU) Kepala kantor merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan administrasi di perkebunan. Adapun tugas dan tanggung jawab kepala kantor adalah: a. Mengawasi seluruh kegiatan krani - krani Afdeling dalam pembuatan daftar gaji karyawan. b. Mengontrol setiap daftar gaji tiap Afdeling sebelum disetujui oleh pimpinan pada setiap akhir bulan. c. Bertanggung jawab langsung kepada pimpinan kebun 5. Asisten Tanaman Afdeling Kebun Asisten bertugas memimpin dan mengarahkan satu Afdeling di semua kegiatan dan merencanakan, mengawasi, dan mengevaluasi rencana kerja perusahaan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. 6. Mandor Besar. a. Pelaksana tanggung jawab Afdeling baik dalam pekerjaan setelah jam kerja dibawah pengendalian Asisten Afdeling. b. Mengkoordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan laporan kerja afdeling untuk disampaikan kepada Asisten. 7. Krani I. a. Membuat PB 10, buku asisten dan laporan lain dari afdeling. b. Melaksanakan dan mengkoordinasi administrasi afdeling. c. Membuat laporan data yang diperlukan kantor tanaman/asisten. d. Memonitor capaian RKAP afdeling dan melaporkan kepada asisten.
35
8. Mandor I. Mengkoordinasi
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
monitoring
kegiatan
pemetikan dalam lingkup sektornya dibawah pengawasan Mandor Besar dan Asisten Afdeling yang meliputi : a. Prognosa produksi, perencanaan tenaga, dan giliran/pusingan petik. b. Mengawasi pelaksanaan pemetikan sesuai sistem prosedur yang telah ditetapkan. c. Penanggung jawab pelaksanaan petik di sektor/afdelingnya. d. Mengontrol absensi, jadwal timbang, pengendalian mutu, bekas petik, prestasi dan jam kerja. 9. Mandor Panen. Sama dengan uraian kerja Mandor Satu, tetapi dalam ruang lingkup di mandorannya yaitu sebagai berikut : a. Membuat pragnosa produksi, perencanaan tenaga, dan giliran/pusingan petik. b. Mengawasi pelaksanaan pemetikan sesuai sistem dan prosedur. c. Penanggung jawab pelaksanaan petik di mandorannya. d. Mengontrol absensi pemetik, jadwal timbang, pengendalian mutu menilai bekas petik (KBP), prestasi dan jam kerja. 10. Mandor Boyan. a. Menginventirisasi jenis pekerjaan dan jadwal pergilirannya yang menjadi bidang tugas Mandor Boyan, seperti menyiang bekas pangkas, pulling out, pemupukan, pemeliharaan jalan, saluran air, dan pinggiran. b. Absensi anggota, membuat perencanaan, dan laporan kerja.
36
11. Mandor CWC. a. Menginventarisasi perkembangan gulma berdasarkan kondisi fisik dan penyemprotan sebelumnya. b. Membuat perencanaan tenaga dan pelaksanaan penyemprotan. c. Mengecek persiapan alat kelengkapan seperti alat semprot, ketersediaan air, dan herbisida. d. Melaksanakan kalibrasi rutin setiap sabtu setelah jam kerja untuk mengecek kinerja alat. e. Absensi anggota, membuat perencanaan, dan laporan kerja. 12. Mandor Hama dan penyakit. a. Menginventarisasi gejala serangan hama dan penyakit berdasarkan pengamatan Mandor Petik maupun petugas yang ditunjuk. b. Membuat perencanaan tenaga dan perencanaan penyemprotan. c. Mengecek persiapan alat kelengkapan seperti alat semprot, ketersediaan air, dan pestisida. d. Melaksanakan kalibrasi secara rutin setiap hari sabtu setelah jam kerja untuk mengecek kinerja alat. e. Memonitor perkembangan hama penyakit dan berkoordinasi dengan Mandor Panen. f. Absensi anggota, membuat perencanaan, dan laporan kerja. 13. Mandor Pangkas a. Menginventarisasi umur tanaman setelah pangkas dan tinggi pangkasan. b. Menyusun program pangkas untuk disampaikan kepada asisten. c. Mengawasi pelaksanaan pangkas meliputi prestasi dan kualitas kerja.
37
d. Absensi anggota, membuat perencanaan, dan laporan kerja. 14. Mandor Pupuk. a. Menginventarisasi tanaman yang dipupuk. b. Mengawasi pelaksanaan pemupukan meliputi prestasi dan kualitas kerja. c. Absensi anggota, membuat perencanaan, dan laporan kerja. 15. Mandor Pemeliharaan TBM. a. Merencanakan
dan
melaporkannya
kepada
Asisten
pekerjaan
pemeliharaan TBM seperti penyiangan, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan penyisipan. 16. Pembantu Krani I. Tugas pembantu Krani adalah membantu Krani dalam penyelenggaraan administrasi afdeling. 17. Krani Timbang. a. Melaksanakan penimbangan daun pemetik dan laporan adminitrasinya. b. Bersama Mandor Satu mengecek absensi karyawan yang tidak masuk kerja di bawah koordinasi Krani Satu. c. Melaporkan kepada Mandor Panen dan jajaran diatasnya mengenai prestasi/kapasitas kerja karyawan secara berkala. d. Menjaga selisih timbang sesuai ketentuan perusahaan.
38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Metode pemetikan pada tanaman teh Pemetikan ada 2 (dua) jenisnya yaitu pemetikan jendangan dan pemetikan produksi. Pemetikan jendangan yaitu pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, tujuannya untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun, serta untuk meletakkan dasar pertama bagi pemetikan produksi. Pemetikan jendangan ini dilakukan dengan tangan. Pemetikan produksi bertujuan untuk mengambil semua pucuk–pucuk yang matang petik, secara manual (handpicking), dengan penggunaan alat (gunting, mesin) untuk memperoleh produksi daun yang memenuhi syarat–syarat mutu pengolahan. Matang petik adalah peko (jarum) ditambah 2 atau 3 daun muda. PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar untuk pemetikan produksi sudah tidak ada lagi yang menggunakan petik tangan. Hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah tenaga kerja pemetik, sehingga akan berakibat
hanca
petik
tidak
dapat
diselesaikan
pada
gilirannya
yang
mengakibatkan pucuk menjadi gabar (kasar) untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan pemetikan menggunakan petik mesin dan petik gunting. Petik tangan di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar hanya dilakukan setelah kegiatan pemangkasan,
yang bertujuan untuk membentuk
bantalan petik atau bidang petik. Pemetikan produksi menggunakan alat seperti mesin dan gunting yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar dapat meningkatkan produksi dan mengurangi pemakaian tenaga kerja.
39
Wibowo (2013) mengatakan bahwa, di Indonesia tenaga pemetik mulai sulit (bersaing dengan industri, pariwisata peminat berkurang), 70% dari tenaga kerja di perkebunan teh adalah tenaga pemetik. Penggunaan gunting petik atau mesin petik diharapkan bisa menekan biaya produksi. Hasil penelitian tahun 1996 di Pasir Sarongge dalam Wibowo (2013): penggunaan gunting dan mesin petik berguna untuk, (a) meningkatkan kapasitas pemetik 2 x lipat cara manual, (b) memacu pertumbuhan pucuk.
Supaya
mutu hasil terjaga, keterampilan
penggunaan alat petik perlu ditingkatkan. Kesulitan mendapatkan tenaga pemetik mengharuskan tenaga petik yang ada ditingkatkan kemampuannya, baik dalam perolehan pucuk maupun luas hanca petikan. Namun kapasitas maksimum selama musim produksi tinggi hanya mencapai 50 kg pucuk/ha, dengan mutu pucuk memenuhi syarat (MS) antara 6065%. Perubahan pemikiran sistem pemetikan dan manajemen mutu telah mendorong untuk melakukan pemetikan secara mekanis menggunakan mesin (Johan dan Astikan 1999 dalam Abbas, Astikan dan Johan 2003) Pemetikan jendangan dan pemetikan produksi dilihat dari usia tanaman topografi, dan gilir petik terdapat beberapa perbedaan seperti yang ada pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Perbedaan pemetikan jendangan dan pemetikan produksi Parameter Usia Tanaman Topografi Gilir petik (Pusingan)
Jendangan Tangan 3 – 4 bulan setelah pemangkasan Bergelombang sampai agak curam
Produksi Gunting Tanaman tahun pangkas kedua (TP II) Bergelombang sampai agak curam
Mesin Tanaman tahun pangkas kedua (TP II
13 – 14 hari
28 hari
28 hari
Bergelombang
40
Berdasarkan tabel 1 diatas pemetikan jendangan dan produksi memiliki perbedaan dilihat dari usia tanaman, topografi, dan gilir petik. Usia tanaman untuk pemetikan jendangan adalah 3 bulan setelah dilakukan pemangkasan yang tujuan untuk membentuk bantalan petik. Hal ini sesuian dengan pernyataan PDIK PTPN VI (1989), bahwa pemetikan jendangan dilakukan 2-3 bulan setelah pemangkasan yang bertujuan untuk meletakkan dasar pertama bagi pemetikan produksi. Sedangkan untuk pemetikan produksi menggunakan gunting dan mesin dilakukan setelah pemangkasan kedua karena pemetikan menggunakan alat merupakan pemetikan berat dan tanaman harus betul-betul sehat untuk dilakukan pemetikan menggunakan mesin dan gunting. Menurut Suswono (2014), Pemetikan gunting dan mesin tergolong petikan berat sehingga tanaman teh perlu yang betul-betul sehat agar potensi hasil tergali secara optimal. Ciri-ciri tanaman teh sehat: (a) tebal lapisan daun pemeliharaan (maintenance leaves) 15-20 cm kira-kira 4 atau 5 lapis daun pemeliharaan, (b) pertumbuhan pucuk peko >70%, dan (c) kadar pati dalam akar tinggi. Tes secara kualitatif menggunakan larutan yodium KI2 pada akar sebesar pensil yang akan timbul reaksi berwarna coklat kehitam - hitaman. Topografi untuk pemetikan jendangan menggunakan tangan dan pemetikan produksi menggunakan gunting bisa dilakukan pada daerah yang memiliki topografi bergelombang sampai agak curam karena tidak membutuhkan jalur dalam pemetikan serta pemetikan ini bisa dilakukan pada daerah perkebunan yang ada bebatuannya, sedangkan untuk pemetikan menggunakan mesin hanya pada daerah yang bergelombang karena harus memiliki alur yang jelas untuk memudahkan operator mengendalikan mesin dalam kegiatan pemetikan.
41
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar menggunakan petik gunting untuk topografi yang bergelombang sampai agak curam dan menggunakan mesin pada daerah datar dan bergelombang yang mempunyai alur petik yang jelas. Pemetikan secara mekanis 100% memang sulit untuk dilakukan karena kontur/topografi kebun yang tidak direncanakan untuk dipetik dengan mesin petik. Berbeda dengan di Jepang dan Australia direncanakan sepenuhnya
untuk
dipetik
yang kebun tehnya telah
dengan mesin
petik (Nakano,
1976;Tom;,1996;Wagadipura dan Dalimoenthe, 1998 dalam Astika, Johan dan Abbas, 2003). Gilir petik antara pemetikan jendangan menggunakan tangan dan pemetikan produksi menggunakan mesin dan gunting terdapat perbedaan dimana petik tangan gilir petiknya 14 hari.
Hal ini disebabkan karena para pemetik bisa
mengambil pucuk yang telah benar-benar matang petik dan pertumbuhan pucuk cepat. Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah alat ukur berbentuk salib yang berguna untuk menentukan tinggi bidang petik yang akan dibuat. Menurut Pratiwi (2011) Tanaman mulai dapat dijendang ketika telah muncul tunas sekitar 15 cm dari bekas pangkasan. Pemetikan jendangan dilakukan oleh tenaga terampil dan menggunakan tangan. Siklus atau gilir petik untuk pemetikan jendangan adalah 10-14 hari dan dilakukan sebanyak empat kali pemetikan. Alat yang digunakan pada pemetikan jendangan yaitu alat ukur berbentuk salib yang berfungsi menentukan ketinggian bidang petik yang akan dibentuk. Sedangkan untuk petik gunting dan petik mesin gilir petiknya adalah 28 hari, hal ini disebabkan karena pengambilan pucuk secara
42
keseluruhan dan terkadang pengambilan pucuk terlalu kandas, sehingga pucuk yang belum matang petik ikut terpetik, sehingga pertumbuhan pucuk untuk dapat dipetik kembali lambat dan lama. Wibowo (2013) mengatakan bahwa pemetikan produksi menggunakan petik mesin dan petik gunting memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan penggunaan gunting dan mesin dalam pemetikan teh yaitu : Kelebihan menggunakan petik mesin 1. Tidak menyebabkan penurunan kualitas pucuk dan kesehatan tanaman. 2. Kapasitas kerja bisa mencapai 5 kali petikan tangan. 3. Mengefesiensikan biaya pemetikan. 4. Waktu pemetikan relatif cepat. Kelemahan menggunakan petik mesin 1. Membutuhkan biaya investasi awal yang besar. 2. Membutuhkan keterampilan saat pemetikan. 3. Giliran petik kaboler (terlambat) yaitu jarak antara pemetikan pertama dan pemetikan ke 2 berjarak 28 hari, sedangkan pemetikan menggunakan manual (tangan) bisa berjarak 14 hari. Kelebihan menggunakan petik gunting 1. Tidak menyebabkan penurunan kualitas pucuk dan kesehatan tanaman. 2. Kapasitas kerja bisa mencapai 2–3 kali petik tangan. 3. Bisa dilakukan didaerah yang memiliki topografi miring dan banyak bebatuannya.
43
Kelemahan menggunakan petik gunting 1. Masih membutuhkan tenaga kerja yang banyak dibandingkan dengan mesin petik, sehingga belum mengefesiensikan biaya. 2. Giliran petik kaboler (terlambat) yaitu jarak antara pemetikan pertama dan pemetikan ke 2 berjarak 28 hari, sedangkan pemetikan menggunakan manual (tangan) bisa berjarak 14 hari. 5.3 Analisis Data 5.3.1 Efektivitas penggunaan mesin dan gunting petik dalam pemetikan teh Melihat efektivitas penggunaan petik mesin dan petik gunting yaitu berdasarkan rata–rata (hari kerja, jumlah tenaga kerja, luas lahan, dan produksi) yang dapat dihasilkan. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini : Tabel 2. Perbandingan penggunaan petik mesin dan petik gunting dilihat dari rata – rata tenaga kerja, rata–rata luas lahan dan rata–rata produksi Parameter (25 hari kerja atau 175 jam kerja) Gunting Mesin
Jumlah tenaga kerja (Orang)
Luas lahan (m2)
Produksi (Kg)
25 10
16.604 35.320
2.225,44 3.598
Berdasarkan tabel 2 dapat kita lihat bahwa perbandingan penggunaan petik mesin dan petik gunting yang dilhat dari rata–rata tenaga kerja, rata-rata luas lahan dan rata–rata produksi, dimana yang menggunakan petik gunting menggunakan tenaga kerja sebanyak 25 orang/hari, luas lahan 16.604 m2/hari dengan produksi 2.225,44 kg/hari. Sedangkan yang menggunakan petik mesin menggunakan tenaga kerja sebanyak 10 orang, luas lahan 35.320 m2/hari dengan produksi 3.598 kg/hari.
44
Petik Mesin bisa menghemat tenaga kerja sebanyak 15 orang/hari atau 40% setiap kali pemetikan, memperluas areal pemetikan menjadi 18.716 m2/hari dan meningkatkan produksi sebanyak 1.372,56 kg/hari setiap pemetikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini :
Gambar 1. Diagram perbandingan penggunaan petik mesin dan petik gunting dilihat dari rata –rata tenaga kerja, rata – rata luas lahan dan rata – rata produksi. Selain dari produksi 25 hari kerja atau 175 jam kerja, untuk lebih jelasnya efektivitas juga dapat dilihat dari produksi satu Ha, antara penggunaan petik mesin dan petik gunting. Seperti terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Produksi untuk pemetikan teh menggunakan petik mesin dan petik gunting, dengan luas lahan 1 Ha. Jumlah Tenaga No Alat Kerja Produksi (Kg) / hari 1 Gunting 16 1.417,76* 2 Mesin 4 1.439,04** Ket : * Produksi 16 orang, jadi untuk 1 orang 88,61 kg. ** Produksi 4 orang, jadi untuk 1 orang 359,76 kg
Produksi (Kg) / bulan 42.533 43.171
45
Berdasarkan tabel 3, hasil pemetikan yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar dapat kita ketahui bahwa pemetikan menggunakan mesin lebih efektif dibandingkan dengan pemetikan menggunakan gunting, karena pada luas lahan yang sama petik mesin hanya menggunakan tenaga kerja sebanyak 4 orang sedangkan petik gunting menggunakan tenaga kerja sebanyak 16 orang, dengan perolehan produksi petik mesin lebih tinggi dibandingkan dengan petik gunting. Petik mesin menghasilkan produksi 1.439,04 kg dan petik gunting hanya 1.418,76 kg. Berdasarkan produksi perorangan petik mesin juga menghasilkan produksi lebih tinggi dari petik gunting. Petik mesin produksinya 359,76 kg/orang, sedangkan yang menggunakan petik gunting hanya 88,61 kg/orang, jadi ada peningkatan produksi sebanyak 271,06 Kg/orang dengan menggunakan petik mesin. Menurut Astika, Johan dan Abbas (2003), bahwa perolehan produksi pemetikan menggunakan gunting bisa mencapai 87,88 kg/orang, sedangkan kapasitas pemetikan dengan mesin 200 – 250 kg/hari (Suswono, 2014). Hasil yang sudah dicapai di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar, pemetikan menggunakan petik mesin dan petik gunting telah sesuai bahkan diatas kapasitas 2 penelitian sebelumnya. Pemetikan mesin pada tahun pangkas kedua diperoleh produktivitas 4.373 kg kering/Ha/tahun atau setara 14.577 kg pucuk basah, sehingga pemetikan menggunakan mesin petik modifikasi Pusat Teh dan Kina mempunyai peluang untuk diaplikasikan di perkebunan teh dalam skala yang luasn (Astika, Johan dan Abbas, 2003)
46
5.3.2 Efisiensi pemetikan teh menggunakan petik mesin dan petik gunting. Menurut Budi (2010), pengukuran efisiensi juga dapat dinilai dengan menggunakan informasi harga atau biaya input dan output. Sebagai contoh dalam penelitian ini yaitu membandingkan biaya–biaya antara penggunaan petik mesin dan petik gunting. Efisiensi penggunaan mesin dan gunting petik dilihat dari total biaya alat, biaya bahan dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam luasan satu ha selama 30 hari (1 bulan), seperti terlihat pada tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi biaya untuk pemetikan teh menggunakan petik mesin dan petik gunting, dengan luas lahan 1 ha. No 1 2 3
Jenis biaya Biaya alat Biaya bahan Biaya tenaga kerja Total biaya
Mesin (Rp) 2.958.782 2.091.000 5.099.985 10.149.767
Gunting (Rp) 72.553 19.789.002 19.861.555
Berdasarkan tabel 4, rekapitulasi biaya untuk pemetikan teh menggunakan mesin dan gunting petik dapat dilihat bahwa biaya yang digunakan untuk pembelian alat investasi awal pemetikan menggunakan mesin lebih besar yaitu Rp. 2.958.782 dibandingkan dengan pemetikan menggunakan gunting yaitu Rp. 72.553 Pada pemetikan yang menggunakan gunting tidak memiliki biaya bahan, sedangkan pemetikan yang menggunakan mesin petik mengeluarkan biaya bahan sebesar Rp. 2.091.000 untuk pembelian bensin dan oli. Penggunaan tenaga kerja untuk petik gunting lebih banyak dibandingkan dengan pemetikan menggunakan petik mesin, sehingga membuat biaya yang dikeluarkan menjadi lebih besar yaitu untuk pembayaran gaji. Pemetikan gunting mengeluarkan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 19.789.002 untuk 16 orang pemetik
47
luasan 1 Ha, dan untuk petik mesin mengeluarkan biaya sebesar Rp. 5.099.985 untuk 3 orang pemetik dan 1 orang mandor petik dengan luas lahan 1 Ha. Sehingga total biaya untuk petik mesin lebih sedikit yaitu Rp. 10.149.767 dibandingkan petik gunting yaitu Rp. 19.861.555. Sehingga pemetikan dengan petik mesin lebih efisien dibandingkan pemetikan dengan petik gunting karena bisa menghemat biaya sebesar Rp. 9.711.788 atau 51,10%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1 tentang rincian biaya pemetikan menggunakan petik mesin dan petik gunting. Metode pemetikan menggunakan mesin dan gunting juga berpengaruh terhadap mutu pucuk yang dihasilkan. Sunaryo (2015), mengatakan bahwa mutu pucuk untuk petik gunting adalah 54,00 – 54,99 dan mutu pucuk untuk petik mesin adalah 55,00 – 55,59, data mutu pucuk tersebut didapatkan dari Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Afdeling A PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar. Jadi berdasarkan RKAP dapat kita ketahui bahwa pemetikan menggunakan mesin lebih bagus mutunya dibandingkan pemetikan menggunakan gunting. 5.3.3 Uji t Uji t pada dasarnya adalah suatu pengujian untuk melihat apakah nilai tengah (nilai rata – rata) suatu distribusi nilai (kelompok) berbeda secara nyata (significant) dari nilai tengah dari distribusi nilai (kelompok) lainnya. Menurut Himmi (2015) kegunaan uji t adalah sebagai berikut : 1.
Untuk melihat beda nilai tengah dua buah distribusi nilai biasanya menggunakan uji t atau t-test.
2.
Uji t ini juga dapat untuk melihat dua beda nilai koefisien korelasi.
48
3.
Bermaksud menguji keadaan (sesuatu) yang terdapat dalam suatu kelompok dengan kelompok lain.
4.
Menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok – kelompok. Melihat penggunaan mesin dan gunting petik berbeda nyata terhadap
produksi pemetikan teh, maka dapat dilakukan dengan analisis uji t menggunakan SPSS versi 20. Adapun parameter yang diamati yaitu produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil analisis menggunakan uji t terhadap parameter yang diamati Rata – rata pengamatan t hitung t tabel Mesin Gunting 1 Produksi 1.439,04 1.417,76 5,503 2,064 Ket : * Sig. (2-tailed) < 0,01 = berbeda sangat nyata ** Sig. (2-tailed) antara 0,01 – 0,05 = berbeda nyata *** Sig. (2-tailed) > 0,05 = tidak berbeda nyata No
Parameter Pengamatan
Sig (2 tailed) 0,000*
Diuji secara statistik penggunaan petik mesin dan petik gunting berbeda sangat nyata terhadap jumlah produksi pemetikan teh, dimana menghasilkan nilai dari t hitung sebesar 5,503 > t-tabel 2,064 artinya diatas nilai range t-tabel 5%. Dengan nilai signifikan lebih kecil dari pada nilai kritik 0,05 (0,000< 0,05). Data perhitungan diatas dapat kita ketahui bahwa penggunaan petik mesin dan petik gunting berbeda sangat nyata terhadap produksi pemetikan teh. Menurut Astika, Johan dan Abbas (2003), pemetikan menggunakan alat berupa petik mesin dan petik gunting dapat menggali potensi hasil dilapangan secara optimal dibandingkan dengan pemetikan menggunakan tangan. Hasil uji statistik menggunakan uji t hanya untuk melihat berbeda nyata atau tidak penggunaan petik mesin dan petik gunting terhadap jumlah produksi
49
pemetikan teh di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar, sedangkan untuk melihat mana yang lebih efektif dan efisien penggunaan petik mesin dan petik gunting dilihat berdasarkan perbandingan biaya–biaya, luas lahan dan produksi pemetikan yang dapat dihasilkan.
50
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian mengenai analisis metode pemetikan produksi teh di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar Kabupaten Solok adalah sebagai berikut : 1. Pemetikan menggunakan petik mesin lebih efektif dibandingkan pemetikan menggunakan petik gunting karena pada luas lahan 1 Ha, petik mesin menggunakan tenaga kerja sebanyak 4 orang dan petik gunting 16 orang dengan jumlah produksi lebih tinggi petik mesin dibandingkan petik gunting, untuk petik mesin 1.439,04 kg sedangkan petik gunting hanya 1.417,76 kg 2. Metode petik mesin lebih efisien dibandingkan dengan petik gunting, terbukti petik mesin dapat menghemat biaya sebesar Rp 9.711.788 atau 51,10%, dan meningkatkan produksi sebesar 21,28 kg dibandingkan petik gunting. 6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai analisis metode pemetikan produksi teh di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar Kabupaten Solok disarankan kepada pihak perusahaan agar meningkatkan penggunaan petik mesin dalam pemetikan untuk menghasilkan jumlah produksi yang lebih banyak dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit.
51
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, T., W. Astika, dan E. Johan. 2003. Pola pemetikan melompat baris ganda dengan mesin petik teh GT 120. Pusat penelitian teh dan kina. Gambung. Prosiding Simposium Teh Nasional 2003: 35 - 46 (09 April 2015) Astika, W., E. Johan, T. Abbas. 2003. Pengaruh pemetikan secara mekanis dan pupuk terhadap potensi hasil dan pertumbuhan tanaman teh setelah dipangkas. Pusat penelitian teh dan kina. Gambung. Prosiding Simposium Teh Nasional 2003: 141 – 156 (09 April 2015) Budi, Daniel Setyo. 2010. Efisiensi Relatif Puskesmas - puskesmas di Kabupaten Pati Tahun 2009 Universitas Indonesia. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131493-T-27468Efeisiensi+relatifTinjauan+literatur.pdf ( 27 Juni 2015) Herawati, H dan Agus, N. 2009. Pengkajian penggunaan gunting petik pada komoditas the Di Kecamatan Cikalong Wetan-Kabupaten Bandung. Bandung. AGRITECH, Vol. 29, No. 1 Februari 2009 (26 Mei 2015) Himmi, N. 2015. Makalah uji t http://www.slideshare.net/NailulHimmiJNE/makalah-uji-t (26 Mei 2015) http://www.kpbptpn.co.id/profileptpn-19-0-.html#ixzz3c4FW5Z (26 Mei 2015) http://ptpn6.com/berita-danau-kembar.html#ixzz3c4NRRNL3 (26 Mei 2015) Kusumo, Y. P. J. 2010. Laporan magang industri pengolahan teh hitam PT. Pagilaran (Quality Control) Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta http://eprints.uns.ac.id/4469/1/155212208201012391.pdf (10 April 2015) Ledhyane. 2013. Modul SPSS statistik. http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2013/05/modul-spss-statistik2013.pdf (10 Agustus 2015) Murti, K. 2009. Buku ajar budidaya tanaman teh dan karet. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh Nawawi, H. 2005. Metode penelitian bidang sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
52
Pratiwi, I, N. 2011. Analisis pemetikan dan pengaruhnya terhadap mutu pucuk tanaman teh (Camellia sinensis (l.) O. Kuntze) di unit Perkebunan Tanjungsari, PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51794/A11inp.p df?sequence=1 ( 27 Juni 2015) PDIK Tanaman. 1998. Tanaman Teh. PTPN VI Santoso, E, B. 2009. Laporan Magang Di Pt. Perkebunan Nusantara Ix Kebun Semugih ( Evaluasi Produk Akhir Teh Hitam ). Universitas Sebelas Maret Surakarta. http://eprints.uns.ac.id/290/1/159002408201001591.pdf (10 April 2015) Supit, A,.T . 2010. Ekspor Teh Sumbang Devisa Rp 1Triliun http://www.pn8.co.id/pn8/index.php?option=com_content&task=view &id=161&Itemid=98 (20 juni 2015) Suswono. 2014. Pedoman teknis budidaya teh yang baik (Good Agriculture Practices/GAP on Tea). Peraturan Mentri Pertanian Republik Indonesia. Jakarta Sunaryo. 2015. Rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP)tahun 2015 Unit Usaha Danau Kembar. PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar. Solok Syakir.
2010. Budidaya dan pasca panen teh. Badan penelitian dan pengembangan pertanian Kementrian pertanian. http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wpcontent/uploads/2011/02/p erkebunan_budidaya_teh.pdf (18 Maret 2015)
Suryadi, I., dan A.S. Abdullah. 2009. Biudidaya dan pengolahan tanaman teh. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh Wibowo, S. 2013. Mekanisasi pada pemetikan teh. https://sigitsriwibowo.files.wordpress.com/2013/10/pp-bahasan-tpt4.ppt (08 Mei 2015) Yusuf, M. 2009. Perancangan model penjadwalan pemetikan dan pengangkutan pucuk teh di PT. Perkebunan NusantaraVII Kebun Gedeh Cianjur, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor Bogor. http://fateta.ipb.ac.id/~tin/images/stories/jurnal/tesis,%20poster%20pen elitian/muhammad%20yusuf%20f351060051/tesis%20pdf%20muha mad%20yusuf/bab%20i.%20pendahuluan.pdf (17 April 2015)
53
Lampiran 3. Perbandingan biaya – biaya dan produksi antara pemetikan dengan petik mesin dan petik gunting. a. Biaya pembelian alat Tabel 1. Biaya pembelian alat untuk pemetikan teh menggunakan petik mesin, dengan luas lahan 1 Ha. No
Jenis Alat
Satuan
Jumlah
Harga per unit (Rp)
Alat 1 2 3 4 5 6 7 8
Mesin Ochai Lopes Baju dan celana plastik Topi caping Fishnet Balon Sepatu bot Tikar (6x8 m)
Unit Buah Buah Unit Unit Unit Buah Unit Jumlah
1 4 4 4 20 1 4 1
35.000.000 45.000 40.000 12.000 17.000 50.000 85.000 35.0000
Biaya (Rp) 35.000.000 180.000 160.000 48.000 340.000 50.000 340.000 350.000 36.468.000
Tabel 2. Biaya pembelian alat untuk pemetikan teh menggunakan petik gunting , dengan luas lahan 1 Ha. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Alat Gunting Keranjang panen Lopes Baju dan celana plastik Topi caping Fishnet Sepatu bot Tikar (6x8 m)
Satuan Unit Unit Buah Buah Unit Unit Buah Unit Jumlah
Jumlah Alat 16 16 16 16 16 16 16 1
Harga per unit (Rp) 230.000 45.000 45.000 40.000 12.000 17.000 85.000 350.000
Biaya (Rp) 3.680.000 720.000 720.000 640.000 192.000 272.000 1.360.000 350.000 7.934.000
54 56
b. Biaya penyusutan alat Tabel 3. Biaya Penyusutan alat untuk pemetikan teh menggunakan petik mesin, dengan luas lahan 1 Ha. Umur Depresiasi Depresiasi N Nilai beli Nilai sisa Jenis Alat Ekonomis / tahun / Bulan o (Rp) (Rp) (tahun) (Rp) (Rp) 35.000.00 1.750.00 34.650.00 1 Mesin Ochai 5 0 0 0 2.887.500 2 Lopes 45.000 2.250 1 42.750 3.562,5 Baju dan celana 3 40.000 2.000 6 plastik 79.333,3 6.611,1 4 Topi caping 12.000 600 1 11.400 950 5 Fishnet 17.000 850 1 16.150 1.34,8 6 Balon 50.000 2.500 2 292.500 24.375 7 Sepatu bot 85.000 4.250 1 80.750 6.729,17 8 Terpal 350.000 17.500 1 332.500 27.708,3 35.505.38 Jumlah 3 2.958.782
Metode garis lurus
= Nilai Beli – Nilai sisa (5%) Umur Ekonomis
Tabel 4. Biaya Penyusutan alat alat untuk pemetikan teh menggunakan petik gunting, dengan luas lahan 1 Ha. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Alat Gunting petik Keranjang panen Lopes Baju dan celana plastik Topi caping Fishnet Sepatu bot Tikar Total
230.000
Nilai sisa (Rp) 11.500
Umur Ekonomis (tahun) 1
Depresiasi / tahun (Rp) 218.500
Depresiasi /bulan (Rp) 18.208,3
45.000
2.250
6 (Bln)
89.250
7.437,5
45.000
2.250
1
42.750
3.562,5
40.000
2.000
6 (Bln)
79.333,3
6.611,1
12.000 17.000 85.000 350.000
600 850 4.250 17.500
1 1 1 1
11.400 16.150 80.750 332.500 870.633,3
950 1.345.8 6.729.2 27.708,3 72.552,8
Nilai beli (Rp)
55 57
c. Biaya bahan Tabel 5. Kebutuhan bahan untuk pemetikan teh menggunakan petik mesin, dengan luas lahan 1 Ha. No
Nama Bahan
1 2
Bensin Oli
Satuan Liter Mili Liter
Jumlah 150 24,9
Jumlah
Harga (Rp) 7.300 40.000
Biaya (Rp) 1.095.000 996.000 2.091.000
d. Biaya tenaga kerja Tabel 6. Biaya tenaga kerja untuk pemetikan teh menggunakan petik mesin, dengan luas lahan 1 Ha. No
Nama Karyawan 1 2 3 4
Rakino Darmilus Delvi Jarukun Total
Golongan
Gaji pokok (Rp)
IC/6 IB/7 IB/3 IB/7
1.374.554 1.253.708 1.218.015 1.253.708 5.099.985
5856
Tabel 7. Biaya tenaga kerja untuk pemetikan teh menggunakan petik gunting, dengan luas lahan 1 Ha. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Karyawan Artawan Linda Lismarni Maitar Midrus Minarni Misnah Nurbayati Nurhayati II Nursiah Pariah Resdawati Riana Rostini A Santi Lubis Sardeni
Golongan
Gaji pokok (Rp)
IC/8 IB/5 IB/6 IB/1 IB/2 IB/5 IB/6 IB/2 IB/3 IB/3 IB/8 IB/6 IB/0 IB/3 IB/3 IB/6
1.394.016 1.235.861 1.244.785 1.200.000 1.209.093 1.235.861 1.244.785 1.209.093 1.218.015 1.218.015 1.262.632 1.244.785 1.191.246 1.218.015 1.218.015 1.244.785 19.789.002
Total e. Rekapitulasi biaya
Tabel 8. Rekapitulasi biaya untuk pemetikan teh menggunakan petik mesin, dengan luas lahan 1 Ha. No Jenis biaya 1 Biaya alat 2 Biaya bahan 3 Biaya tenaga kerja Jumlah
Jumlah (Rp) 2.958.782 2.091.000 5.099.985 10.149.767
Tabel 9. Rekapitulasi biaya untuk pemetikan teh menggunakan petik gunting, dengan luas lahan 1 Ha. No 1 2 3
Jenis biaya Biaya alat Biaya bahan Biaya tenaga kerja Jumlah
Jumlah (Rp) 72.552,8 19.789.002 19.861.554,8
59 57
Tabel 10. Produksi untuk pemetikan teh menggunakan petik mesin dan petik gunting, dengan luas lahan 1 Ha. Jumlah Tenaga No Alat Kerja Produksi (Kg) / hari 1 Gunting 16 1.417,76* 2 Mesin 4 1.439,04** Ket : * Produksi 16 orang, jadi untuk 1 orang 88,61 kg. ** Produksi 4 orang, jadi untuk 1 orang 359,76 kg
Produksi (Kg) / bulan 42.533 43.171
Tabel 11. Data produksi petik mesin dan petik gunting dalam 25 hari kerja dengan luas lahan 1 Ha Hari kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Produksi Mesin Kg/ Ha 1.163,609 776,3889 844,2136 1.076,271 1.154,07 1.015,278 993,0939 1.067,606 1.166,667 1.155,271 1.027,473 1.019,284 961,6477 804,1096 973,0878 1.241,124 870,0565 1.095,93 1.079,387 1.214,088 776,7123 925,9777 1.083,333 987,1795 1.032,303
Produksi Gunting Kg / Ha 2.011,728 1.360,976 1.175 1.192,857 1.287,805 1.668,098 1.409,302 1268,023 1350 1225,767 1588,506 900 1.473,418 1.188,095 1.474,691 1.611,656 1.547,093 1.347,826 819,7531 1.064,773 1.377,528 1.485,455 859,7561 1.613,253 1.629,697
60 58
Lampiran 4. Analisis data produksi pemetikan teh menggunakan petik mesin dan petik gunting dengan program SPSS versi 20
Gunting – Mesin
Paired Samples Test Produksi Paired Differences T Df Sig. (2Mean Std. Std. 95% Confidence taile Deviatio Error Interval of the d) n Mean Difference Lower Upper 306.267 61.2535 337.075 463.4969 210.6547 5.5 24 .000 74 5 84 5 3 03
Keterangan: H0
=
t-hitung < t-tabel (tidak signifikan)
H1
=
t-hitung > t-tabel (signifikan)
61 59
Lampiran 5. Dokumentasi
Gambar 1. Mesin Ochai
Gambar 2. Gunting petik
Gambar 3. Keranjang Panen
Gambar 4. fishnet
Gambar 5. Lopes
Gambar 6. Celana dan baju plastik
64 60
Gambar 7. Pelaksanaan pemetikan dengan mesin
Gambar 8. Pemetikan gunting
Gambar 9. Pengumpulan hasil petik
65 61
Tabel 12. Data harian yang diamati di Afdeling tentang hari kerja, jumlah tenaga kerja dan luas lahan untuk pemetikan menggunakanpetik gunting Hari kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total Rata – rata
Jam Kerja (Jam) 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 175 7
16.200 16.400 16.800 16.800 16.400 16.300 17.200 17.200 15.600 16.300 17.400 16.500 15.800 16.800 16.200 16.300 17.200 16.100 16.200 17.600 17.800 16.500 16.400 16.600 16.500 415.100
Produksi/ orang (Kg) 116 86 76 95 88 109 97 91 84 80 111 59 86 74 88 101 106 94 58 72 94 98 59 96 96 2.215
luas lahan/orang (M2) 578,57 630,77 646,15 800,00 683,33 652,00 688,00 716,67 624,00 652,00 696,00 660,00 585,19 622,22 600,00 626,92 688,00 700,00 704,35 676,92 684,62 660,00 683,33 592,86 589,29 16.441,19
16.604
88,61
657,65
Tenaga Kerja
Produksi (Kg)
luas lahan (M2)
28 26 26 21 24 25 25 24 25 25 25 25 27 27 27 26 25 23 23 26 26 25 24 28 28 634
3.259 2.232 1.974 2.004 2.112 2.719 2.424 2.181 2.106 1.998 2.764 1.485 2.328 1.996 2.389 2.627 2.661 2.170 1.328 1.874 2.452 2.451 1.410 2.678 2.689 56.311
25
2.252,44
62
Tabel 13. Data harian yang diamati di Afdeling tentang hari kerja, jumlah tenaga kerja dan luas lahan untuk pemetikan menggunakan petik mesin Hari kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total Rata –rata
Jam Kerja (Jam) 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 175 7
Tenaga kerja
Produksi (Kg)
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 250
3.805 2.795 2.845 3.810 3.970 3.655 3.595 3.790 3.920 4.055 3.740 3.700 3.385 2.935 3.435 4.195 3.080 3.770 3.875 4.395 2.835 3.315 3.900 3.465 3.675 89.940
Luas lahan (M2) 32.700 36.000 33.700 35.400 34.400 36.000 36.200 35.500 33.600 35.100 36.400 36.300 35.200 36.500 35.300 33.800 35.400 34.400 36.000 36.200 36.500 35.800 36.000 35.100 35.600 883.000
10
3.597,6
35.320
Produksi/orang (Kg)
Luas lahan /orang (M2)
380,5 279,5 284,5 381 397 365,5 359,5 379 392 405,5 374 370 338,5 293,5 343,5 419,5 308 377 387,5 439,5 283,5 331,5 390 346,5 367,5 8.994
3.270 3.600 3.370 3.540 3.440 3.600 3.620 3.550 3.360 3.510 3.640 3.630 3.520 3.650 3.530 3.380 3.540 3.440 3.590 3.620 3.650 3.580 3.600 3.510 3.560 88.300
359,76
3.532
63