1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat cocok sebagai media tanam untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan di Indonesia yang menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung (Ginting 2002). Menurut Hafsah (2003) sebagian besar produksi ubi kayu di Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (85–90 persen), sedangkan sisanya diekspor dalam bentuk gaplek, chips, dan tepung tapioka. Ubi kayu dikonsumsi sebanyak 71,69 persen sebagai bahan pangan (langsung atau melalui proses pengolahan), 13,63 persen untuk keperluan industri non pangan, 2,00 persen untuk pakan, dan 12,66 persen terbuang (sisa di lahan pertanian).
Sebagai bahan makanan, ubi kayu merupakan komoditas pangan tradisional yang dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat, dan melalui diversifikasi konsumsi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi atau pengganti asal beras. Ubi kayu mempunyai peran yang cukup berpengaruh dalam pemenuhan bahan pangan langsung, tetapi tidak memberikan rpengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia. Ubi kayu mempunyai peranan yang lebih besar sebagai bahan baku industri dan ekspor non migas. Adapun produk
2
olahan ubi kayu yang dihasilkan di Indonesia seperti tapioka, industri makanan ringan berupa kripik, industri olahan makanan tradisional berupa getuk, bahan baku bio ethanol, pellet, onggok, dan gaplek (Saleh dan Widodo, 2007).
Menurut Saleh dan Widodo (2007), produk olahan ubi kayu memiliki potensi permintaan yang cukup tinggi karena selain dapat dikonsumsi secara langsung oleh rumah tangga, dapat dijadikan juga sebagai bahan baku industri dan sebagai bahan dasar industri lanjutan, seperti industri kertas dan tekstil. Pengembangan ubi kayu dapat dilakukan dengan cara meningkatan areal tanam, dan peningkatan produktivitas. Data perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu di Indonesia pada tahun 2005–2012 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Indonesia Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/ Ha)
2005
1.213.460
19.321.183
15,90
2006
1.227.459
19.986.640
16,30
2007
1.201.481
19.988.058
16,64
2008
1.204.933
21.756.991
18,06
2009
1.175.666
22.039.145
18,75
2010
1.183.047
23.918.118
20,22
2011
1.184.696
24.044.025
20,30
2012
1.129.688
24.177.372
21,40
- 0,13
0,40
0,53
Rata-rata Pertumbuhan per tahun (%) Sumber : BPS, 2013.
3
Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen ubi kayu Indonesia pada tahun 2005 sampai tahun 2012 berkurang setiap tahunnya dan cenderung semakin menurun, sedangkan produksi dan produktivitas ubi kayu selalu menunjukkan peningkatan. Luas panen ubikayu pada tahun 2005 sampai tahun 2012 mengalami penurunan, hal ini dimungkinkan semakin majunya tekhnologi sehingga dapat digunakan untuk alih fungsi lahan ataupun beralih ke usahatani lainnya.
Berdasarkan potensi fisik seperti kesesuaian lahan, iklim, sumber daya manusia, dan tingkat adaptasi teknologi, maka tanaman ubi kayu dapat dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan BPS (2013), menunjukkan bahwa terdapat lima provinsi teratas yang merupakan sentra produksi ubi kayu terbesar di Indonesia, yaitu Provinsi Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera Utara. Provinsi Lampung merupakan sentra produksi utama ubi kayu di Indonesia. Dapat dilihat perkembangan produksi usahatani ubi kayu di Indonesia tahun 2013 pada Tabel 2.
4
Tabel 2. Luas panen, Produksi dan produktivitas Ubi Kayu di Indonesia. No
Provinsi
Luas Panen(Ha)
Produktivitas (Ton/Ha)
Produksi(Ton)
Indonesia
1.137.210
25.494.507
22,418
1
Lampung
367.966
9.633.560
26,181
2
Jawa Timur
176.102
4.030.474
22,887
3
Jawa Tengah
163.330
3.771.334
23,09
4
Jawa Barat
99.635
2.194.525
22,026
5
Sumatera Utara
46.765
1.491.108
31,885
6
DI Yogyakarta
58.330
1.004.607
17,223
7
Nusa Tenggara Timur
85.280
862.879
10,118
8
Sulawesi Selatan
24.457
474.542
19,403
9
Sulawesi Tenggara
12.371
245.171
19,818
10
Sumatera barat
5.580
232.335
41,637
11
Kalimantan Barat
10.642
170.495
16,021
12
Bali
8.609
148.263
17,222
13
Sumatera Selatan
9.406
147.913
15,725
14
Maluku Utara
9.666
122.061
12,628
15
Riau
4.137
106.195
25,67
16
Maluku
4.672
94.224
20,168
17
Kalimantan Selatan
5.254
92.343
17,576
18
Kalimantan Timur
5.155
91.480
17,746
19
Banten
6.078
90.377
14,87
20
Sulawesi Tengah
3.923
79.522
20,271
21
Sulawesi Utara
4.716
61.413
13,022
22
Nusa Tenggara Barat
4.116
59.115
14,362
23
Bengkulu
3.929
50.656
12,893
24
Sulawesi Barat
2.286
49.687
21,735
25
Kalimantan Tengah
3.716
44.482
11,97
26
Papua
3.029
37.481
12,374
27
Aceh
2.762
35.202
12,745
28
Jambi
2.336
33.556
14,365
29
Bangka Belitung
860
15.243
17,724
30
Papua Barat
1.046
11.625
11,114
31
Kepulauan Riau
708
8.296
11,718
32
Gorontalo
348
4.343
12,48
33
DKI Jakarta
0
0
0
Sumber: BPS, 2013.
5
Pada sepuluh tahun terakhir, produksi ubi kayu di Provinsi lampung mengalami peningkatan yang dominan. Peningkatan produksi diasumsikan bahwa banyaknya industri-industri besar yang masuk khususnya industri pengolahan ubi kayu atau singkong untuk di olah menjadi tapioka. Selain industri besar, diasumsikan meningkatnya indusri rumah tangga untuk mengolah bahan baku ubi kayu menjadi makanan seperti kripik singkong, getuk, combro, dan masih banyak lainnya. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu di provinsi lampung selama sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Provinsi Lampung Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/ Ha)
2004
266.586
4.673.091
17,52
2005
252.984
4.806.254
19,00
2006
283.430
5.499.403
19,40
2007
316.806
6.394.906
20,19
2008
318.969
7.721.882
24,20
2009
309.047
7.569.178
24,50
2010
346.217
8.637.594
24,95
2011
368.096
9.193.676
24,98
2012
324.749
8.387.351
25,83
2013
367.966
9.633.560
26,18
0,41
0,88
0,53
Rata-rata Pertumbuhan/ tahun (%) Sumber : BPS, 2013.
Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung (2013), Kabupaten Tulang Bawang menempati posisi ke 5 penghasil ubi kayu terbanyak setelah Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Utara, Lampung Timur, dan Tulang Bawang
6
Barat. Meskipun produksi yang dihasilkan menempati urutan kelima, produktivitas ubi kayu Kabupaten Tulang Bawang mampu menempati urutan tiga teratas yaitu sebesar 26,93 ton/ha. Berdasarkan data luas panen, produksi dan produksi ubi kayu di Provinsi Lampung menurut kabupaten dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Kayu berdasarkan Kabupaten/Kota. No
Kabupaten/Kota
Luas Panen (Ha) 130.781
Produksi (Ton) 3.371.618
Produktivitas (Ton/Ha) 25,78
1
Lampung Tengah
2
Lampung Utara
51.782
1.357.275
26,21
3
Lampung Timur
54.073
1.235.925
22,85
4
Tulang Bawang Barat
38.926
1.058.194
27,18
5
Tulang Bawang
19.767
532.395
26,93
6
Way Kanan
15.725
373.832
23,77
7
Lampung selatan
10.100
214.730
21,26
8
Mesuji
4.629
126.661
27,36
9
Pesawaran
3.323
71.001
21,36
10
Lampung Barat
674
13.680
20,29
11
Pringsewu
621
12.850
20,69
12
Tanggamus
585
12.270
20,97
13
Bandar Lampung
159
3.390
21,32
14
Metro
122
2.530
20,73
324.749
8.387.351
Total
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2013.
Penurunan hasil produksi ini disebabkan karena Kabupaten Tulang Bawang mengalami pemekaran 2 kabupaten yaitu Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Mesuji. Kabupaten Tulang Bawang memiliki 15 kecamatan dan Kecamatan Menggala merupakan kecamatan penghasil ubi kayu terbesar
7
ketiga setelah Kecamatan Dente Teladas dan Gedung Meneng. Produksi yang dihasilkan Kecamatan Menggala pada 4 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Kecamatan Menggala Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/ Ha)
2009
3.707
66.934
18,06
2010
3.971
71.700
18,06
2011
4.678
34.130
7,30
2012
2.613
77.612
29,70
Rata-rata Pertumbuhan per tahun (%)
-3,65
34,1
0,04
Sumber: BPS Kabupaten Tulang Bawang, 2013.
B. Permumusan Masalah
Ubi kayu atau singkong dibagi menjadi dua jenis yaitu ubi kayu racun dan ubi kayu makan. Ubi kayu makan dapat dijadikan berbagai macam bahan makan olahan diantaranya keripik singkong, singkong rebus, kerupuk singkong, combro, dan getuk. Ubi kayu racun dapat dijadikan sebagai bahan baku industri seperti industri pengolahan tepung tapioka dan bahan baku bio ethanol. Produksi ubi kayu di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang menurun dari tahun ke tahun, luas panen dan produktivitanya juga mengalami penurunan. Penyebabnya yaitu berkurangnya luas panen akibat alih fungsi lahan menjadi perumahan, berkurangnya minat petani untuk menanam ubi kayu, dan juga penggunaan sarana produksi usahatani ubi kayu yang tidak optimal.
8
Petani ubi kayu di Kecamatan Menggala mengalami kendala dalam usahatani ubi kayu. Kendala terbesar yang dihadapi petani yaitu penggunaan sarana produksi. Penggunaan sarana produksi yang tidak optimal menyebabkan usahatani ubi kayu yang dilakukan tidak menuai hasil produksi yang maksimal.
Petani umumnya belum melakukan pemupukan sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh Dinas Pertanian, sehingga produktivitas ubi kayu tidak optimal. Anjuran penggunaan pupuk untuk budidaya ubi kayu yaitu pupuk organik sebanyak 5-10 ton/ha/musim tanam, pupuk urea 150 kg/ha, pupuk SP 36 100 kg/ha, dan pupuk KCl sebanyak 150 kg/ha. Minimnya pengetahuan membuat para petani menggunakan pupuk dalam jumlah yang besar pada pupuk KCl yang penggunaannya lebih dari 150 kg/ha, dan juga penggunaan pupuk kandang tidak diterapkan petani. Hal tersebut dilakukan karena para petani beranggapan bahwa penggunaan pupuk kimia yang banyak akan meningkatkan produksi, sedangkan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan tidak baik untuk tanaman dibandingkan pupuk kandang.
Selain itu tidak efisiennya penggunaan sarana produksi usahatani di Kecamatan Menggala dapat disebabkan karena meningkatnya harga-harga saprodi seperti meningkatnya harga pupuk, mahalnya herbisida, dan mahalnya harga bibit unggul ubi kayu yang mempunyai kapasitas produksi besar. Harga-harga tersebut akan terus meningkat, sehingga petani harus mampu membuat strategi-strategi tertentu untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dengan memperhatikan kondisi dan situasi baik yang ada didalam
9
lingkup usahatani maupun yang berada diluar usahatani itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Apakah usahatani ubi kayu di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang sudah efisien? 2. Bagaimana strategi pengembangan usahatani ubi kayu di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis efisiensi usahatani ubi kayu di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang. 2. Menyusun strategi pengembangan usahatani ubi kayu di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat, antara lain : 1. Sebagai bahan untuk informasi dan acuan bagi petani dalam upaya peningkatan pendapatan dan pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani ubi kayu. 2. Sebagai informasi, acuan dan masukan bagi para petani dalam meningkatkan strategi dalam berusahatani ubi kayu.
10
3. Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi penelitian berikutnya. 4. Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan dalam menganalisis masalah berdasarkan fakta dan data yang telah diperoleh.