I. PENDAHULUAN
Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan secara terperinci ditunjukkan pada bagian-bagian berikut ini.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan yang dilakukan pemerintah. Melalui pembangunan, pemerintah mengharapkan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas
diharapkan
akan
menjadi
tumpuan
bangsa
agar
dapat
berkompetisi di era globalisasi seperti sekarang ini.
Pendidikan berfungsi meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik fisik, mental maupun spiritual. Mutu pendidikan haruslah ditingkatkan dengan cara memperbaiki pembelajaran menjadi lebih demokratis agar siswa lebih aktif dan mencapai hasil belajar yang baik, yang kemudian bekal ilmu tersebut dapat dipergunakan untuk mengembangkan potensinya.
2 Salah satu disiplin ilmu yang perlu dikembangkan adalah Ilmu Ekonomi. Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan tindakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan kegiatan secara umum terdiri dari kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Mata pelajaran ekonomi termasuk ke dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah pertama, mata pelajaran ekonomi diberikan sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan pada tingkat pendidikan menengah atas, ekonomi diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.
SMA Negeri 15 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah menengah atas di kota Bandar Lampung. Sekolah ini menempatkan mata pelajaran ekonomi sebagai mata pelajaran umum yang wajib diberikan kepada siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi favorit atau menghadapi dunia kerja. Mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan manusia.
Fungsi mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan atau Madrasah Aliyah (MA) adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori, serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi dilingkungan masyarakat. Sedangkan tujuan mata pelajaran ekonomi di SMA/MA adalah.
3 1. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu/rumah tangga, masyarakat, dan negara, 2. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya, 3. Membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa wirausaha, 4. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. (Depdiknas, 2003)
Mata pelajaran ekonomi mempelajari kehidupan manusia dalam berekonomi. Siswa dalam pembelajaran ekonomi biasanya hanya menghafal konsep, teori, prinsip, dan hukum ekonomi yang dicatatkan oleh gurunya, sehingga siswa kurang mampu memberdayakan dirinya untuk menggunakan ilmu ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran hakekatnya merupakan suatu proses penyampaian ilmu atau materi dari guru kepada siswa yang diharapkan menjadi bekal untuk siswa di era globalisasi seperti sekarang ini, dimana diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai, dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan inovatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan seharihari. Untuk menghasilkan output siswa yang diharapkan yang ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang baik tentunya proses pembelajaran harus dilaksanakan se-efektif mungkin dengan lebih banyak melibatkan siswa dalam belajar.
Suatu realita sehari-hari, di dalam suatu ruang kelas ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, nampak beberapa atau sebagian siswa belum belajar
4 sewaktu guru mengajar. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan dan belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan atau hanya bisa menghafal. Mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah kehidupannya sehari-hari. Hal ini bisa jadi karena kurangnya kualitas pembelajaran, sumber belajar, kompetensi guru yang masih terbatas, dan kurang bervariasinya metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Tidak bisa dipungkiri metode pembelajaran memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Metode langsung (ceramah disertai tanya jawab) masih merupakan metode yang dipilih oleh pengajar untuk menyampaikan ilmu kepada siswa termasuk dalam pembelajaran ekonomi. Metode ini berpusat pada guru (teacher centered). Pada pembelajaran teacher centered, guru seolah-olah menjadi satu-satunya sumber belajar.
Metode langsung banyak diterapkan oleh guru/pengajar karena dianggap mudah untuk dilaksanakan walaupun memiliki banyak kekurangan. Pembelajaran langsung menjadikan siswa menjadi pasif karena saat pembelajarannya siswa lebih banyak mendengar dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Jika metode langsung ini dilakukan secara terus menerus, dikhawatirkan dapat menghambat atau bahkan mematikan kreatifiktas siswa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar. Untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran sehingga nantinya hasil
5 belajarnya lebih baik maka upayanya adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan penelitian pendahuluan dan wawancara dengan guru ekonomi di SMA Negeri 15 Bandar Lampung, metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu variasi yang sering dilakukan oleh guru walaupun penerapannya masih kurang baik. Siswa mengalami kesulitan bekerja dalam kelompok karena siswa hanya dibagi dalam kelompok yang ditentukan sembarangan. Misalnya hanya dengan berdasarkan urutan absen, urutan tempat duduk, atau bahkan siswa itu sendiri yang menentukan kelompoknya. Pembagian kelompok dengan cara-cara tersebut tidaklah tepat, karena bisa saja dalam satu kelompok seluruh anggotanya adalah siswa yang pandai saja atau sebaliknya, atau dalam satu kelompok seluruh anggotanya adalah lakilaki atau perempuan saja. Pengelompokan siswa homogen tidak dapat memacu proses berfikir siswa.
Selain mengenai pembagian kelompok, siswa juga mengalami kebingungan karena setelah berkumpul dalam kelompoknya, mereka diberi materi dan soal oleh guru untuk didiskusikan dan dikerjakan sedangkan siswa masih terbiasa dengan model pembelajaran teacher centered. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran ekonomi selama ini masih belum mengoptimalkan aktifitas belajar siswa. Demikian pula, pencapaian hasil belajar siswa juga masih tergolong rendah.
6 Hasil belajar ekonomi siswa dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil Uji Blok 3 Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X semester I SMA Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 Interval Nilai Jumlah Siswa < 65 ≥ 65 1 X-1 15 14 29 2 X-2 17 19 36 3 X-3 21 17 38 4 X-4 19 19 38 5 X-5 19 17 36 91 86 177 Siswa Jumlah 51% 49% 100% Persentase Sumber: Guru mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 15 Bandar Lampung No
Kelas
Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa hasil belajar ekonomi siswa pada uji blok yang ketiga yaitu pada Standar Kompetensi tentang memahami konsep ekonomi dalam kaitannya dengan permintaan, penawaran, harga keseimbangan, dan pasar, pada Kompetensi Dasar mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran; menjelaskan hukum permintaan dan hukum penawaran serta asumsi yang mendasarinya; dan mendeskripsikan pengertian harga dan jumlah keseimbangan masih kurang maksimal. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di SMA Negeri 15 Bandar Lampung yaitu 65 sebanyak 86 siswa dari 177 siswa atau 49%. Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 91 siswa atau mencapai 51%. Hasil belajar dikatakan baik jika siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 60% 76%. Tabel 1. juga dapat memperlihatkan bahwa siswa kelas X SMA N 15 Bandar lampung mempunyai kemampuan akademis yang relatif sama.
7 Kurang maksimalnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 15 Bandar Lampung dimungkinkan karena masih kurangnya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai upaya mengaktifkan proses
pembelajaran
guru
hendaknya
bisa
memilah-milah
model
pembelajaran mana yang tepat diterapkan dalam pembelajaran, tentunya penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa tidak merasa jenuh dan tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius (Lie, 2010: 28). Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Masyarakat Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Ironisnya, model pembelajaran kooperatif (gotong royong) belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun masyarakat Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong. Kebanyakan guru enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dengan kelompok. Banyak siswa juga tidak senang disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang pintar merasa harus bekerja melebihi siswa lain dalam kelompok mereka, sedangkan siswa yang kurang pintar merasa minder ditempatkan satu kelompok dengan siswa yang lebih pintar. Siswa yang
8 pintar juga merasa siswa yang kurang pintar hanya menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.
Ada
unsur-unsur
dasar
pembelajaran
kooperatif
yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan
prosedur
pembelajaran
kooperatif
dengan
benar
tentu
memungkinkan siswa untuk lebih mengerti baiknya bekerja sama dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran. Siswa dapat berperan dominan dalam pembelajaran sehingga akan tercipta kondisi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif ada beberapa macam, diantaranya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), Jigsaw, Group Investigation (GI), Think Pair Share (TPS), Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), dan Two Stay Two Stray (TS-TS). Tiap-tiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan masing-masing. Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi tergantung pada materi dan tujuan pembelajaran. Penelitian ini menerapkan tiga model pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, Numbered Heads Together (NHT), dan Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pemilihan ketiga model pembelajaran kooperatif tersebut karena dianggap mampu meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa.
9 Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Jigsaw melibatkan partisipasi siswa sebagai tutor sebaya. Siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditempatkan dalam kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang, untuk mempelajari materi yang telah dipecah menjadi bagian-bagian untuk tiap anggota. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah atau materi tertentu yang diberikan guru dan menyampaikan materi tersebut kepada seluruh anggota kelompoknya. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan partisipasi siswa melalui kegiatan diskusi kelompok dan presentasi individu. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan empat sampai lima orang, tiap siswa diberi number card. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing untuk mengerjakan soal yang diberikan guru dan mempersiapkan diri presentasi di depan kelas. Setelah diskusi, guru memanggil satu per satu nomor siswa untuk presentasi.
Demikian pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa melalui kegiatan diskusi kelompok dan presentasi. Pembelajaran STAD diawali dengan penyampaian materi secara garis besar oleh guru, kemudian siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang untuk berdiskusi mengerjakan
10 soal. Setelah diskusi guru mempersilahkan perwakilan tiap kelompok untuk presentasi.
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa ketiga model pembelajaran tersebut menitikberatkan kepada aktivitas siswa. Namun, ada beberapa perbedaan diantara ketiga model pembelajaran tersebut. Jigsaw menekankan siswa menjadi tutor sebaya yang memberikan rasa tanggung jawab besar pada setiap anggota kelompok karena mereka memiliki beban tugas materi yang berbeda dan harus menyampaikan ke semua anggota kelompoknya. Kegiatan tutor sebaya selain meningkatkan rasa tanggung jawab siswa juga meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terdapat tahap penomoran yang memacu siswa untuk memahami materi dan mengerjakan soal dengan sungguhsungguh. Jika nomornya dipanggil, maka ia telah memiliki kesiapan untuk tampil di depan kelas. Tahap penomoran dan tanggung jawab penyampaian materi tidak terdapat dalam model pembelajaran STAD. Dalam pembelajaran STAD, presentasi dilakukan secara sukarela sehingga yang siswa yang presentasi adalah siswa yang memahami materi. Hal ini kurang memacu semangat siswa untuk memahami materi dan berdiskusi secara optimal.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Numbered Heads Together (NHT), dan Student Teams Achievement Divisions (STAD)”
11 (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran ekonomi masih kurang baik, hal ini tampak kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran. 2. Hasil pembelajaran mata pelajaran ekonomi masih tergolong rendah, hal ini tampak tidak tercapainya ketuntasan belajar. 3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga peran guru dalam pembelajaran sangat dominan. 4. Belum digunakannya model pembelajaran kooperatif dengan berbagai tipe.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kajian perbandingan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), pada Standar Kompetensi tentang memahami uang dan perbankan dalam Kompetensi Dasar menjelaskan konsep permintaan dan penawaran uang dan membedakan peran bank umum dan bank sentral.
12 D. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)? 2. Apakah terdapat perbedaan efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. mengetahui perbedaan hasil belajar ekonomi antara yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). 2. mengetahui perbedaan efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe tipe Jigsaw, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
13 F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini meliputi. 1. Secara teoritis a. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori yang telah diperoleh sebelumnya. b. Menyajikan
suatu
wawasan
khusus
tentang
penelitian
yang
menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran ekonomi.
2. Secara Praktis Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran tentang alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi. Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara lebih optimal.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah hasil belajar ekonomi, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, Numbered Heads Together (NHT), dan Student Teams Achievement Divisions (STAD).
14 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandar Lampung, semester genap tahun pelajaran 2011/2012. 3. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 15 Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012.-