I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin meningkat, seperti di Indonesia maupun negara-negara lain. Hal ini dikarenakan munculnya kesadaran pada setiap orang mengenai kebutuhan mereka baik kebutuhan untuk kesehatan, estetik maupun gaya hidup (Warongan dkk., 2015). Alat ortodonti terdiri dari dua jenis yaitu lepasan dan cekat. Alat lepasan menghasilkan pergerakan gigi yang terbatas, sedangkan alat cekat mempunyai komponen dasar yaitu braket, archwire, dan assesori. Interaksi dari ketiga komponen ini menentukan cara berfungsinya suatu alat (Williams, 2000). Alat ortodonti cekat memiliki desain yang lebih rumit sehingga sulit untuk dibersihkan dibandingkan dengan alat ortodonti lepasan (Singh, 2007). Pemakaian alat ortodonti cekat menimbulkan peningkatan masalah khususnya dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut di sekitar braket yang ditempelkan pada gigi dan sepertiga mahkota gigi pada tepi gingiva cenderung terjadi penumpukan plak yang sulit dibersihkan (Narmada, 2003). Akumulasi plak pada alat ortodonti cekat dapat ditemui pada bagian braket, kawat serta permukaan antara bahan bonding dan braket. Braket ortodonti dapat membuat kesulitan dalam menjaga kebersihan rongga mulut, sehingga mengakibatkan akumulasi plak dan meningkatkan demineralisasi email. Kawat ortodonti yang digunakan pada bagian permukaannya dapat digunakan untuk pembentukan biofilm dan predisposisi peningkatan level mikroorganisme di
1
2
rongga mulut, sedangkan kekerasan permukaan komposit sebagai bahan bonding braket
ortodonti
merupakan
predisposisi
perlekatan
dan
pertumbuhan
mikroorganisme rongga mulut (Putranti dkk., 2013; Sukontapatipark dkk., 2001). Akumulasi plak pada pasien yang menjalani perawatan ortodonti cekat yang tidak dibersihkan akan menyebabkan oral hygiene buruk, menimbulkan berbagai resiko penyakit mulut dan mengurangi keberhasilan perawatan ortodonti (Warongan dkk., 2015). Kelalaian dalam menjaga oral hygiene akan mengakibatkan dampak yang negatif, yaitu kerusakan jaringan periodonsium seperti gingivitis, karies, halitosis, dan dapat mempengaruhi lamanya durasi perawatan ortodonti (Thikriat dkk., 2011; Prayitno, 2008). Hampir 50% pasien ortodonti cekat secara klinis dijumpai white spot selama perawatan. White spot ini disebabkan karena larutnya permukaan enamel sehingga terjadi proses demineralisasi karena bakteri yang menghasilkan asam. Demineralisasi tersebut merupakan proses awal karies pada enamel (Chin dkk., 2006; Narmada, 2003). Diperkirakan diantara 5-10% pasien pengguna alat ortodonti cekat perawatannya terganggu karena oral hygiene yang buruk sehingga menjadi penting menjaga dan meningkatkan kebersihan mulut (Warongan dkk., 2015). Salah satu indikator untuk melihat kebersihan gigi dan mulut adalah plak gigi (Carranza, 2006). Plak gigi adalah deposit lunak berupa lapisan tipis yang lengket dan tidak berwarna, melekat pada permukaan gigi atau permukaan struktur keras lain di rongga mulut atau yang biasa disebut dengan biofilm. Plak terdiri dari kumpulan bakteri yang terdapat pada permukaan gigi dan gusi (Carranza dkk, 2012; Nareswari, 2010). Menurut Ticha dan Bohmova (2005) metode pengukuran
3
akumulasi plak yang digunakan khusus untuk pemakai alat ortodonti cekat yaitu Orthodontic Plaque Index (OPI). Indeks OPI digunakan untuk menilai langsung pada area gigi di sekitar braket dan menggunakan disclosing solution untuk melihat area yang dilekati plak. Kontrol plak adalah upaya mencegah pembentukan plak pada permukaan gigi (Enda, 2012). Upaya kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Pengendalian plak secara mekanis dapat meliputi penyikatan gigi dan penggunaan benang gigi, sedangkan pengendalian plak secara kimiawi dengan menggunakan obat kumur (Najib dkk., 2013; Dewi dkk., 2011). Penggunaan obat kumur terbukti dapat menghambat pembentukan plak gigi secara cepat dan mudah (Inna dkk., 2010). Obat kumur merupakan suatu sediaan cair yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri dan mampu mengurangi inflamasi gingiva (Combe, 1992). Mekanisme kerja obat kumur adalah membersihkan rongga mulut dengan mencapai lebih banyak permukaanpermukaan dari rongga mulut. Penggunaan obat kumur dalam kontrol plak seharihari ditujukan sebagai tambahan untuk menyingkirkan plak pada bagian interproksimal yang tidak terjangkau oleh pembersihan secara mekanis (Sari, 2014; Nareswari, 2010). Salah satu contoh obat kumur di Indonesia yang sangat mudah kita peroleh di pasaran yaitu klorheksidin. Klorheksidin terbukti dapat menurunkan akumulasi plak karena merupakan agen antimikroba berspektrum luas serta memiliki efek bakterisidal dan bakteriostatik terhadap semua jenis mikroba, termasuk bakteri, jamur, dan virus (Fajriani dan Andriani, 2014). Klorheksidin merupakan obat
4
kumur gold standar, tetapi memiliki kekurangan yaitu rasa yang pahit, dapat menyebabkan perubahan sensasi sementara, rasa terbakar, deskuamasi mukosa dan penggunaan klorheksidin dalam jangka panjang dapat meninggalkan noda kecoklatan pada gigi, restorasi, membran mukosa dan lidah (Eley dan Manson, 2004). Berdasarkan hal tersebut, bahan alami mulai dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai bahan antiplak yang lebih aman dan lebih murah dibandingkan produk berbahan kimia (Utami, 2008). World Health Organization (WHO) telah memberikan kebijakan kepada negara berkembang untuk menggunakan obat tradisional herbal sebagai pengobatan atau perawatan pertama ketika sakit (Hoque dkk., 2011). Salah satu tanaman tradisional herbal yang mudah dijumpai di masyarakat adalah daun salam. Daun salam (Syzygium polyanthum Weight) dikenal sebagai bumbu dapur yang sering digunakan (Winarto, 2003). Daun salam mengandung senyawa kimia antara lain minyak atsiri (0,17%) yang terdiri dari eugenol dan sitral, tanin dan flavonoid (Sumono dan Wulan, 2009; Nurcahyati, 2014). Tanin dan flavonoid merupakan bahan aktif yang mempunyai efek antiinflamasi dan antimikroba, sedangkan minyak atsiri mempunyai efek analgesik, anastetik dan antiseptik (Sumono dan Wulan, 2009; Dalimartha, 2005). Senyawa bioaktif dalam daun salam dapat bersifat bakterisidal, bakteriostatik, fungisidal, dan germinal atau menghambat germinal spora bakteri (Suharti dkk, 2008). Kandungan dalam daun salam berupa senyawa kimia minyak atsiri, tanin dan flavonoid dapat berperan sebagai antibakteri dengan cara merusak membran sel dan struktur protein sel bakteri sehingga pertumbuhan bakteri terhambat yang mengakibatkan
5
pembentukan plak menurun (Ajizah, 2004; Hasanah, 2011; Sukadana, 2011; Sabir, 2003). Pengolahan tanaman sebagai obat pada umumnya dengan metode ekstrak. Metode ekstrak merupakan metode yang rumit dan menggunakan alat-alat yang tidak dimiliki oleh masyarakat umum. Metode perebusan jauh lebih mudah untuk dilakukan masyarakat umum karena dapat menggunakan peralatan rumah tangga yang terdapat di rumah, sehingga masyarakat lebih mudah menjangkau dan memanfaatkan tanaman tradisional, khususnya daun salam (Hastapustaka, 2015; Mahendra, 2008). Penelitian oleh Adrianto (2012) menguji pasta gigi ekstrak daun salam pada media lempeng agar yang sudah terdapat biakan Streptococcus mutans, kemudian dilakukan perhitungan zona hambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Komposisi pasta gigi ekstrak daun salam yang digunakan adalah pasta gigi placebo (anis oil, menthol crystal, magnesium carbonate, calsium carbonate, gliserin, air, polietil glikol, trietanol amin, olium citri) dan ekstrak daun salam sebagai bahan antibakterinya. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun salam dalam
pasta
gigi
mempunyai
daya
antibakteri
terhadap
pertumbuhan
Streptococcus mutans. Pada konsentrasi 60% menunjukkan zona hambat yang terbentuk lebih besar dibandingkan konstrasi 50%, 40%, 30%, dan 20%. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Hastapustaka (2015) menunjukkan bahwa rebusan daun salam konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50% dapat menurunkan kemampuan adhesi Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri pionir pembentukan plak gigi.
6
Berdasarkan hal-hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh berkumur air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) konsentrasi 60% terhadap akumulasi plak gigi pada pemakai alat ortodonti cekat.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh berkumur air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) konsentrasi 60% terhadap akumulasi plak gigi pada pemakai alat ortodonti cekat?
C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kemampuan antibakteri daun salam pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sumono dan Wulan (2009) telah menguji kemampuan air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) terhadap jumlah koloni Streptococcus sp. secara in vivo. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah koloni Streptococcus sp. oleh pemberian air rebusan daun salam konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. Penelitian oleh Adrianto (2012) menunjukkan bahwa ekstrak daun salam dalam pasta gigi mempunyai daya antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans pada konsentrasi 60% secara in vivo. Penelitian Ramadhania (2014) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
salam
(Eugenia
polyantha
W)
dapat
menghambat
pertumbuhan
Streptococcus mutans secara in vitro pada konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, 80%,
7
dan 100%. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Hastapustaka (2015) menunjukkan bahwa rebusan daun salam konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50% secara in vitro dapat menurunkan kemampuan adhesi Streptococcus sanguinis. Sejauh yang peneliti ketahui, penelitian mengenai pengaruh berkumur air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) konsentrasi 60% terhadap akumulasi plak gigi pada pemakai alat ortodonti cekat belum pernah dilaporkan.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berkumur air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) konsentrasi 60% terhadap akumulasi plak gigi pada pemakai alat ortodonti cekat.
E. Manfaat Penelitian 1. Untuk Ilmu Pengetahuan Memberikan informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi umumnya dan khususnya bagian ortodonti mengenai pengaruh berkumur air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) konsentrasi 60% terhadap akumulasi plak pada pemakai alat ortodonti cekat. 2. Untuk Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai salah satu upaya alternatif untuk menurunkan akumulasi plak gigi khususnya pada pemakai alat ortodonti cekat yang mudah dan murah dengan menggunakan tanaman herbal daun salam.