BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman perawatan ortodonti semakin diminati di kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat seiring dengan bertambahnya kasus maloklusi gigi dan daya minat masyarakat untuk memperbaiki penampilan dan meningkatkan kesehatan psikososial (Rumampuk dkk., 2014). Perawatan ortodonti dibedakan menjadi dua macam, yaitu dengan penggunaan alat cekat dan alat lepasan (Singh dkk., 2007). Alat ortodonti cekat adalah alat yang melekat tetap pada permukaan gigi dan terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu braket, archwire, dan asesori (Williams dkk., 2012). Pasien yang menjalani perawatan ortodonti cekat sulit membersihkan rongga mulut, sehingga memiliki kesehatan mulut yang kurang baik, hal ini dikarenakan komponen ortodonti yang digunakan menambah pelekatan plak dan debris pada permukaan gigi (Singh dkk., 2007; Tufekci dkk., 2011). Akumulasi plak pada alat ortodonti cekat dapat ditemui pada bagian kawat, braket, dan permukaan antara bahan bonding dan braket (Putranti dkk., 2013; Sukontapatipark dkk., 2001). Kawat ortodonti yang digunakan selama perawatan ortodonti, bagian permukaannya dapat di gunakan untuk pembentukan biofilm dan predisposisi peningkatan level mikroorganisme di rongga mulut (Putranti dkk., 2013). Braket ortodonti dengan desain saat ini membuat kebersihan rongga mulut menjadi sulit, mengakibatkan akumulasi
1
2
plak, dan meningkatkan demineralisasi email (Garcez dkk., 2011). Sementara itu, kekasaran permukaan komposit sebagai bahan bonding braket ortodonti merupakan predisposisi pelekatan dan pertumbuhan mikroorganisme mulut (Sukontapatipark dkk., 2001). Pelekatan bakteri dapat membuat permukaan bahan adhesif ortodonti menjadi kasar. Peningkatan bakteri tersebut akan meningkatkan produk asam yang dapat
melarutkan bahan adhesif ortodonti (Moolya dkk., 2014).
Akumulasi plak pada pasien yang menjalani perawatan ortodonti mempunyai resiko tinggi terhadap tumbuhnya kalkulus. Kalkulus yang melekat pada kawat dan braket akan meningkatkan friksi sehingga menghambat gerakan meluncur kawat pada slotnya, hal ini akan menghambat mekanisme perawatan ortodonti cekat (Pacheco dkk., 2012). Plak gigi merupakan massa lengket berisi bakteri beserta produkproduknya yang terbentuk pada permukaan gigi (Kidd dan Sally, 1991). Plak gigi terdiri dari beragam mikroorganisme yang melekat pada pelikel gigi. Secara klinis, plak gigi merupakan lapisan bakteri lunak, tidak terkalsifikasi, menumpuk, dan melekat pada gigi serta objek lain di dalam mulut, misalnya restorasi, alat ortodonti, dan gigi tiruan (Eley dan Manson, 2010). Pencegahan akumulasi plak dapat dilakukan dengan kontrol plak secara mekanis, yaitu menyikat gigi dengan baik dan benar, serta kontrol plak kimiawi, salah satunya dengan menggunakan obat kumur (Attin dkk., 2005). Kontrol plak secara mekanis saja tidak cukup bagi pasien ortodonti cekat, karena desain alat ortodonti yang sulit dijangkau oleh bulu sikat gigi, sehingga
3
diperlukan tambahan kontrol secara kimiawi. Obat kumur secara klinis bertindak sebagai agen antimikroba untuk mengurangi akumulasi plak selama perawatan ortodonti, hal ini karena obat kumur dapat membersihkan plak di area yang sulit dijangkau oleh bulu sikat gigi (Nik dkk., 2013). Obat kumur gold standar saat ini adalah klorheksidin, klorheksidin terbukti dapat menurunkan akumulasi plak karena bersifat bakteriostatik ataupun bakteriosid. Kekurangan klorheksidin yaitu memiliki rasa yang pahit, dapat menyebabkan perubahan sensasi rasa, rasa terbakar, deskuamasi mukosa, dan penggunaan klorheksidin dalam jangka panjang dapat mengakibatkan perubahan warna pada gigi dan jaringan lunak rongga mulut (Gehlen dkk., 2000; Rassameemasmaung dkk., 2007). Berdasarkan hal tersebut, bahan alam mulai dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai bahan antiplak. Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati. Manggis (Garcinia mangostana L.)
merupakan tanaman yang mudah
dijumpai di Indonesia dan memiliki potensi sebagai tanaman herbal. Salah satu bagian buah manggis yang dapat dimanfaatkan adalah kulit manggis. Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) berpotensi menghambat akumulasi plak berdasarkan senyawa antibakteri yang dikandungnya. Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa alkaloid, tannin, xanthone, saponin, polifenol, dan flavonoid sebagai agen antibakteri (Kasim, 1995). Xanthone dilaporkan bersifat antibakteri dengan merusak membran sel mikroorganisme sasaran (Ruchadaporn dkk., 2013). Derivat xanthone yaitu αmangosteen memiliki sifat antibakteri paling kuat (Tadtong dkk., 2009).
4
Mekanisme antibakteri α-mangosteen yaitu dengan merusak lipid bilayer bakteri (Ruchadaporn dkk., 2013). Alkaloid memiliki kemampuan sebagai agen antibakteri dengan cara menghambat aktivitas enzim bakteri. Tannin bertindak sebagai antibakteri dengan cara mengkoagulasi plasma bakteri. Saponin dalam ekstrak kulit manggis dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga terjadi lisis. Polifenol berkemampuan mengganggu permeabilitas sel mikroba (Akiyama dkk., 2001). Ekstrak kulit manggis
(Garcinia
mangostana
L.)
diketahui
mampu
menghambat
pertumbuhan bakteri plak supragingiva pada konsentrasi 3,13% (Sitaresmi dkk., 2014). Ekstrak kulit manggis dikenal memiliki sifat antibakteri spektrum luas, diantaranya terhadap bakteri rongga mulut, seperti Staphylococcus aureus,Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus spesies dan Streptococcus mutans (Putranti dkk., 2013; Tadtong dkk., 2009). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimanakah perbandingan efektivitas antara obat kumur ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dan klorheksidin 0,2% terhadap akumulasi plak pada pasien ortodonti cekat? C. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rassameemasmaung (2007) menunjukan bahwa penggunaan obat kumur herbal yang mengandung ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) terbukti berpengaruh
5
mengurangi akumulasi plak pada pasien gingivitis. Hasil penelitian Sitaresmi dan Kristiara (2014) menunjukkan bahwa larutan ekstrak kulit manggis pada konsentrasi
3,13%
mampu
menghambat
pertumbuhan
bakteri
plak
supragingiva. Uji toksisitas yang dilakukan Towatana dkk. (2010) terhadap hewan coba didapatkan hasil bahwa ekstrak kulit manggis memiliki toksisitas minimal yang ditunjukkan dengan tidak adanya kelainan fungsi organ hati dan ginjal pada hewan coba. Penelitian mengenai efektivitas obat kumur klorheksidin 0,2% terhadap akumulasi plak telah dilakukan oleh Gehlen dkk. (2000), hasil penelitian tersebut menunjukkan obat kumur klorheksidin 0,2% mampu menghambat pembentukan plak gigi pada pasien ortodonti cekat. Perbandingan efektivitas obat kumur ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dan klorheksidin 0,2% terhadap akumulasi plak pada pasien ortodonti cekat, sejauh pengetahuan penulis belum pernah dilaporkan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah perbandingan efektivitas antara obat kumur ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dan klorheksidin 0,2% terhadap akumulasi plak pada pasien ortodonti cekat.
6
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat yang cukup potensial, diantaranya: 1. Mengembangkan potensi kulit manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai alternatif obat kumur herbal untuk mengurangi akumulasi plak, khususnya bagi pasien ortodonti cekat. 2. Memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa berkumur setelah menyikat gigi dapat mengurangi akumulasi plak, sehingga perawatan ortodonti berjalan maksimal.