I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dan tuntutan pasien akan bahan restorasi yang sewarna gigi dan dapat mengganti struktur gigi semakin tinggi. Resin komposit adalah salah satu bahan restorasi yang bisa digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang, juga untuk koreksi warna serta bentuk gigi (Powers dan Sakaguchi, 2006). Kegunaan resin komposit antara lain sebagai tumpatan gigi anterior maupun posterior karena proses karies atau karena trauma, sementasi restorasi indirek, bahan bonding braket ortodontik dan transformasi estetik gigi (Schneider, 2010). Resin komposit menjadi bahan tumpatan direk yang paling sering digunakan untuk gigi anterior karena sewarna dengan gigi. Anusavice (1996) mengelompokkan resin komposit berdasarkan ukuran partikel bahan pengisi menjadi resin komposit konvensional atau makrofil (8-12 µm), resin komposit dengan partikel kecil (1-5 µm), resin komposit mikrofil (0,04 µm), dan resin komposit hibrida (0,6-1,0 µm). Resin komposit biasanya mempunyai 3 komponen utama : Bahan pengisi anorganik, matriks resin organik dan coupling agent. Pengisi anorganik terbuat dari derivat silikon dan mengandung partikel seperti kaca, kuartz, pirogenik silikon dioksida (Lien and Vandewalle, 2010). Kelebihan dari resin komposit berbasis metakrilat adalah kekuatan mekanis yang baik, estetis yang serupa gigi sehingga cocok untuk gigi anterior, konduksi termal yang rendah dan tidak membutuhkan pengurangan gigi yang terlalu banyak. Kekurangannya adalah pengerutan polimerisasi yang besar, lesi karies sekunder, sensitif pasca perawatan, berkurangnya kekuatan, derajat konversi, kebocoran tepi, dan teknik yang rumit (Garcia dkk.,2006). Selain itu, resin
komposit berbasis metakrilat juga dapat menyerap air dan larutan asam dalam jumlah yang besar sehingga dapat menyebabkan degradasi. Dengan adanya degradasi, pada penggunaan di klinis permukaan tumpatan akan terlihat kasar dan lebih mudah ditempeli bahan pewarna dan mikroorganisme (Tham, 2010). Resin komposit packable adalah resin komposit yang dikhususkan untuk area yang terkena tekanan oklusal secara langsung. Resin komposit packable memiliki kandungan bahan pengisi yang berkisar antara 59 – 80% dengan ukuran bahan pengisi rata- rata 0,04 µm dan 0,2 – 20 µm. Bahan restorasi ini diperkenalkan sebagai komposit yang dapat dipadatkan, tidak terlalu melekat pada instrumen, mudah diaplikasikan, dimanipulasi dan dikerjakan seperti amalgam (Wakefield dan Kofford, 2001). Resin komposit nanofil adalah salah satu jenis resin komposit metakrilat dengan kandungan bahan pengisi aggregated zirconia/silica cluster berukuran 5–20 nm dan nonaggregated silica fillers berukuran 20 nm (Kang dkk, 2012). Resin jenis ini memiliki kandungan bahan pengisi sekitar 70 – 80%. Kelebihannya adalah kekuatan mekanis yang baik, cocok untuk gigi anterior karena estetik yang baik dan pengerutan polimerisasi yang rendah (Lee dkk, 2007). Permasalahan yang dihadapi oleh resin komposit adalah stabilitas warna. Santos dkk. (2003) dan Omata dkk. (2006) mengemukakan bahwa stabilitas warna pada tumpatan adalah sifat yang bergantung pada faktor seperti polimerisasi dari material dan kebiasaan pasien dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pewarna, oral hygiene yang buruk dan penggunaan obat kumur. Stabilitas warna kemungkinan berhubungan langsung dengan perbedaan komposisi dari resin tergantung dari variasi ukuran partikel. Perubahan warna resin komposit dapat disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik dan / atau ekstrinsik. Faktor ekstrinsik untuk warna termasuk pewarnaan oleh absorpsi atau penyerapan
pewarna karena kontaminasi dari sumber eksogen seperti kopi, teh dan minuman ringan lainnya.Pada studi tentang stabilitas warna melaporkan bahwa minuman dan obat kumur memiliki berbagai efek pewarnaan pada bahan restoratif resin komposit (Kang dkk, 2012). Faktor penting lain yang mempengaruhi pewarnaan termasuk kekasaran permukaan, integritas permukaan, dan teknik pemolesan (Kang dkk., 2012). Teh pada jaman sekarang banyak diminati oleh masyarakat luas.Menurut Bushman (1998), konsumsi teh merupakan nomor dua terbanyak setelah air putih. Teh hitam adalah jenis teh yang diimpor oleh Amerikat Serikat paling besar, yaitu senilai 187,765,660 pounds. Komponen polyphenol yang ada dalam teh hitam dan teh hijau merupakan pencegah kanker dan komponen lain yang dapat mencegah atherosclerosis (Dufresne and Farnworth, 2001). Daun teh hitam mengandung polifenol, seperti catechin EGC, EC, EGCG, EKG (Bronner dan Beecher, 1998); alkaloid xanthine (kafein 2,6-3,5%, theobromine 0,16-0,2%, teofilin 0,020,04%); flavanols 1-3%, flavonol 2-3% dan flavoneglycosides ; asam fenolik 2-4%, theaflavine sekitar 2%; thearubigins 6-30%, asam amino bebas 0,66-2,82%, dan mineral, termasuk jumlah yang signifikan dari aluminium, mangan, fluoride, dan kalium (Meyer-Buchtela, 1999, Scholz dan Bertram, 1995). Setelah proses fermentasi dari teh hijau menjadi teh hitam, sekitar 15% dari catechin tetap tidak berubah dan sisanya dikonversi menjadi theaflavines dan thearubigins (Graham, 1992). Meskipun banyak manfaatnya, kenyataannya teh hitam mengandung staining agent seperti polifenol yang dapat menyebabkan diskolorasi pada gigi dan tumpatan. Teh juga mengandung asam fenolik dan tannin yang dapat terserap oleh tumpatan (Guler dkk., 2005). Dengan terserapnya asam pada resin komposit, akan terjadi degradasi pada permukaan tumpatan. Dengan adanya degradasi, maka permukaan resin komposit akan menjadi kasar. Bila permukaan yang kasar tersebut mengalami kontak dengan cairan yang berwarna seperti teh dan kopi,
kemungkinan tumpatan mengalami perubahan warna lebih tinggi (Tham, 2010). Selain itu, polimerisasi yang tidak sempurna dapat meningkatkan besarnya derajat penyerapan air pada resin. Dijelaskan menurut Ferracane dan Greener (1992) resin komposit hanya memiliki derajat konversi sebesar 50-70%. Besarnya residual monomer ini, nantinya akan memicu pembentukan oxygen inhibited layer, yaitu lapisan tipis di permukaan resin yang terbentuk akibat terperangkapnya oksigen dan berikatan dengan matriks monomer yang tidak terikat oleh bahan pengisi yang dapat berpengaruh terhadap kekasaran tumpatan tersebut (Park dkk., 2004).
B. Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan perubahan warna antara resin komposit packable dan nanofil setelah direndam dalam air teh hitam.
C. Keaslian Penelitian Menurut sepengetahuan penulis, penelitian sudah pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang meneliti tentang pewarnaan seperti Al-Hyali (2010) yang meneliti tentang stabilitas warna antara resin komposit packable dan nanofil setelah direndam dalam chlorhexidine. Tonetto dkk.(2011) meneliti tentang perubahan warna antara 2 resin komposit mikrohibrid setelah direndam pada anggur merah dan larutan acai berry.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan warna antara resin komposit packable dan nanofil yang direndam dalam teh hitam.
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai resin komposit yang warnanya paling tidak terpengaruh setelah direndam dalam air teh hitam.