I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pohon gelam (Melaleuca sp.) adalah salah satu jenis tumbuhan dari suku Myrtaceae yang diketahui tumbuh pada areal dataran rendah berawa (coastal swampy lowlands) di beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia bagian utara. Keluarga Melaleuca sendiri yang meliputi lebih dari 200 jenis, mempunyai sebaran tempat tumbuh yang cukup luas, sebagian besar merupakan jenis endemik di Australia, beberapa jenis tumbuh di Malaysia dan New Kaledonia (Quinn dkk., 1998). Di Indonesia, gelam mempunyai sebaran tempat tumbuh yang cukup luas meliputi pesisir timur Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan perhitungan dotgrid pada peta arahan dan fungsi kawasan yang dilakukan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Kahayan (2007), diperkirakan luas asosiasi gelam
di Kalimantan
Tengah lebih dari 75.000 ha. Pada tempat tumbuh alaminya, gelam dijumpai di dalam hutan terbuka, lahan-lahan berbelukar, khususnya sepanjang aliran sungai dan bagian tepi rawa. Jenis tanaman ini diketahui mempunyai plastisitas morfologi dalam bentuk aquatic heterophylly sehingga dapat tumbuh pada habitat-habitat basah dan daratan (Quinn dkk., 1998). Kemampuan tumbuh pada lahan-lahan terbuka, terendam air salin atau di tanah dengan keasaman yang tinggi, menyebabkan jenis ini seringkali dikatakan sebagai jenis pionir (Rachmanady dkk, 2004; Sayuto, 2004; Mulyanto dkk, 2000; Suyanto dan Khususiyah, 2004; Suyanto dkk, 2007; Chokkalingam, dkk, 2007). Sesuai dengan sifat dan kemampuan tumbuh tersebut,
1
2
sebagian besar asosiasi gelam di Kalimantan Tengah dijumpai pada hutan-hutan rawa gambut rusak di areal bekas Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PPLG). Jenis-jenis gelam mempunyai habitus yang beragam mulai dari perdu sampai pohon, sering dengan karakteristik bagian kulit batang yang lunak, tebal dan mengelupas. Bentuk pertumbuhan seperti ini juga ditampilkan oleh jenis gelam yang tumbuh di Kalimantan Tengah dan oleh karenanya penggunaan terbatas dalam bentuk sebagai pohon atau batang. Apabila bentuk batang bagus dengan tinggi dan diameter yang memadai, kayu gelam dapat dimanfaatkan untuk banyak penggunaan misalnya dalam bentuk tiang pancang (piling), parket, kayu laminasi dan lain-lain. Salah satu bentuk pemanfaatan pohon gelam, terutama yang berdiameter kecil di banyak daerah di Kalimantan adalah sebagai kayu tiang pancang. Penggunaan kayu sebagai tiang pancang/pondasi secara komersial banyak menggunakan kayu berdiameter sedang (8-15cm) dan dibuktikan oleh masyarakat lokal sebagai kayu yang kuat dengan umur pakai yang panjang (Dirjen Bina Marga, 1999). Masyarakat lokal di Kalimantan banyak menggunakannya untuk tiang pancang rumah di tanah rawa. Penggunaan kayu gelam secara umum adalah sebagai kayu pancang (Rimbawan dan Susanto, 2004) atau pondasi tiang pancang kayu pada tanah lunak (Noor, 1995); kasau perahu, tiang pancang yang menjadi dasar bangunan di rawa-rawa, tiang penopang konstruksi bangunan (Mulyanto dan Pratiwi, 2002). Kayu gelam dianggap oleh masyarakat lokal sebagai salah satu kayu yang kuat dan awet, relatif murah dan mudah diperoleh.
dž
3
B. Perumusan Masalah
Penggunaan kayu atau pohon gelam untuk tiang pancang tidak saja berkembang oleh karena praktek dan pengalaman tradisional, namun juga oleh karena persediaan sumber daya yang melimpah dibanding bahan yang lain. Berdasarkan data uji sifat kayu, kayu melaleuca sp (gelam) termasuk kelas kuat II dan kelas awet 3 (Kementerian Kehutanan, 2013). Kelas awet ini menunjukkan kemampuan kayu untuk bertahan dalam suatu kondisi pemakaian yaitu mampu bertahan selama 3 tahun dalam penggunaan yang berhubungan dengan tanah lembab (Departemen Pertanian, 1976). Bila hal ini dicocokkan dengan penggunaan kayu sebagai pancang tersebut maka ada informasi yang belum diketahui yaitu mengapa kayu gelam dapat bertahan sangat lama sebagai tiang pancang di tanah rawa gambut. Secara lebih luas penggunaan sebagai tiang pancang sudah dilakukan untuk konstruksi jalan di tanah rawa, bangunan bertingkat dan semi permanen. Gelam dimanfaatkan oleh masyarakat lokal di Kalimantan sebagai tiang pancang secara tradisional. Masyarakat lokal di daerah rawa gambut menyatakan bahwa kayu gelam beserta kulit mampu bertahan digunakan sebagai tiang pancang hingga lebih dari 40 tahun di tanah rawa. Menurut teori pengawetan kayu, kondisi tertimbun dalam tanah tanpa oksigen tidak memungkinkan organisme perusak kayu untuk hidup dan merusak kayu. Sementara itu kondisi lingkungan dalam pemakaian dapat mempengaruhi kualitas kayu (Eaton dan Hale, 1993).
dž
4
Terlepas dari pengembangan pemanfaatan pohon gelam yang semakin luas, belum diketahui faktor-faktor yang menentukan dan sekaligus menjelaskan panjangnya masa pakai tersebut. Oleh sebab itu informasi mengapa gelam mampu bertahan lama sebagai tiang pancang di tanah gambut sangat penting. Dalam kaitan dengan pemanfaatan pohon gelam beberapa faktor yang berpotensi menentukan keawetan atau masa pakai pohon gelam adalah umur pohon, adanya senyawa bioaktif dan lingkungan atau media pemanfaatan. Faktorfaktor itu dapat besinergis dalamn mempenegaruhi kayu. Seringkali
perbedaan
diameter
pohon
dapat
digunakan
untuk
mengindikasikan perbedaan umur dalam jenis dan kondisi yang relatif sama. Diameter pohon berhubungan dengan jenis dan umur pohon serta kesuburan tanah. Peningkatan permintaan kayu sebagai tiang pancang telah menyebabkan penggunaan kayu gelam berdiameter kecil. Kekuatan kayu salah satunya ditentukan oleh arah radial batang. Letak radial batang berhubungan dengan keberadaan kayu teras dan kayu gubal. Keberadaan itu berkaitan dengan jenis dan umur pohon. Pada produk-produk kayu utuh tertentu, keberadaan kayu teras adalah penting. Kayu teras umumnya kurang mudah terkena serangan perusak organisme kayu (Haygreen dan Bowyer, 1989). Penimbunan kayu gelam dalam tanah rawa gambut telah menunjukkan keunikannya yaitu keawetan kayunya. Media penimbunan ini bersifat asam (pH di bawah 5). Noor (2001) menyatakan jumlah mikroorganisme cenderung menurun dengan meningkatnya keasaman tanah. Hal tersebut perlu dikaji dengan menguji kayu gelam yang telah ditimbun dalam tanah rawa terhadap kandungan dž
5
senyawa bioaktif kayu / kulit kayu dan kualitas beberapa sifat dasar kayu yaitu pengamatan visual kayu, sifat fisika, mekanika dan kimia. Belum ada penjelasan ilmiah tentang mengapa penggunaan kayu gelam sebagai tiang pancang dalam tanah rawa gambut mempunyai masa pakai yang lama. Untuk mengetahui sebab-sebab apa yang membuat kayu gelam mampu bertahan lama secara lebih spesifik maka dilakukan penelitian tentang : 1. pengaruh diameter kayu gelam terhadap kualitas kayu gelam sebagai tiang pancang (warna, proporsi kayu teras, sifat fisika- mekanika, sifat kimia) dan letak kayu pada arah radial (dekat hati dan dekat kulit). 2. kemungkinan terdapat senyawa bioaktif pada kayu dan dalam kulit kayu yang mempengaruhi masa pakai kayu gelam sebagai tiang pancang di tanah rawa. 3. pengaruh media penimbunan dan keberadaan kulit dalam peningkatan kualitas kayu (pengamatan visual, sifat fisika- mekanika, sifat kimia) dan letak kayu pada arah radial (dekat hati dan dekat kulit).
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari hal-hal sebagai berikut yaitu 1. mengetahui pengaruh kelas diameter terhadap kualitas kayu gelam sebagai tiang pancang (warna, proporsi kayu teras, sifat fisika- mekanika, sifat kimia) dan letak kayu pada arah radial (dekat hati dan dekat kulit). 2. mengetahui kemungkinan terdapat senyawa bioaktif pada kayu dan dalam kulit kayu yang mempengaruhi masa pakai kayu gelam sebagai tiang pancang di tanah rawa. dž
6
3. mengetahui pengaruh media penimbunan dan keberadaan kulit dalam peningkatan kualitas kayu (pengamatan visual, sifat
fisika-mekanika, sifat
kimia) dan letak kayu pada arah radial (dekat hati dan dekat kulit).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitianan yaitu menghasilkan
informasi ilmiah
pemanfaatan kayu sehingga penggunaan kayu gelam sebagai tiang pancang menjadi jelas batas-batasnya. Pengaruh diameter terhadap kualitas kayu yang dihasilkan kiranya dapat dijadikan pedoman pemanfaatan kayu gelam pada masa yang akan datang. Penelitian sifat kayu gelam diharapkan berguna bagi masyarakat dan pemerintah Kalimantan Tengah dalam pemenuhan kayu sebagai tiang pancang. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengembangan pemanfaatan gelam secara ekologis dan ekonomis. Penelitian pengaruh diameter dapat dijadikan pedoman pemanfaatan kayu gelam ini pada masa yang akan datang. Masyarakat diharapkan dapat membudidayakan sehingga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat khususnya di propinsi Kalimantan Tengah.
E. Keaslian Penelitian
Penjelasan ilmiah tentang lamanya umur pakai kayu gelam sebagai tiang pancang belum pernah dilakukan sebelumnya selama ini. Materi penelitian yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya tentang gelam meliputi : 1) potensi biomasa dan karbon pohon gelam di hutan rawa Kalimantan Tengah (Alpian dkk, dž
7
2010); 2) pemanfaatan kayu galam (melaleuca cajuputi) sebagai bahan konstruksi untuk rumah transmigrasi (Lasino dan Witarso, 2011); 3) kajian potensi tumbuhan gelam untuk bahan baku industry pulp : aspek kandungan kimia kayu (Junaidi dan Yunus, 2009). Sementara itu penelitian yang dilakukan dalam disertasi ini, meliputi : 1) penelitian pengaruh diameter dan letak radial kayu gelam terhadap kualitas kayu gelam sebagai tiang pancang (pengamatan visual, sifat fisikamekanika, sifat kimia), 2) penelitian kandungan senyawa bioaktif kayu dan kulit gelam, 3) penelitian pengaruh lama tertimbun di tanah rawa terhadap kualitas kayu gelam sebagai tiang pancang (pengamatan visual, sifat fisika-mekanika, sifat kimia), 4) penelitian pengaruh kulit (batang berkulit/tanpa kulit), pengaruh media penimbunan (dalam air rawa/air bukan rawa, dalam tanah rawa/tanah pasir) dan lama penimbunan (6, 12 bulan dan kontrol) terhadap kualitas kayu (pengamatan visual, sifat fisika- mekanika, sifat kimia), 5) penelitian diameter, lama penimbunan dan letak radial kayu Gelam yang ditimbun dalam tanah rawa terhadap kualitas kayu (pengamatan visual, sifat fisika-mekanika, sifat kimia). Penelitian pada point 1-5 belum pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu.
dž