I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma dan Taylor, 2005). Jaringan yang luka tersebut akan mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi (McCulloch dan Kloth., 2010). Sesaat setelah terjadi luka platelet dan protein plasma akan membentuk jendalan fibrin. Selanjutnya, leukosit polimorfonuklear akan bermigrasi ke area luka yang menandakan mulai terjadi peradangan. Setelah 48 jam terjadinya luka, leukosit polimorfonuklear akan digantikan oleh makrofag yang akan memfagosit kotoran di sekitar area luka (Beanes dkk., 2003). Makrofag akan melepaskan sitokin yang akan merangsang migrasi dan proliferasi sel fibroblas serta merangsang pembentukan pembuluh darah baru (Junquiera, 2007). Fase proliferasi meliputi pembentukan pembuluh darah baru dan proliferasi sel fibroblas (Morison, 2003). Fase proliferasi dimulai sekitar 72 jam setelah terjadi luka yang ditandai dengan migrasi dan proliferasi sel fibroblas. Kemudian fibroblas akan mensintesis kolagen dan matriks ekstraseluler lainnya sehingga memperkuat jaringan ikat (Beanes dkk., 2003). Kemudian fase keempat yaitu maturasi yang mencakup reepitelisasi, kontraksi luka, dan reorganisasi jaringan ikat (Morison, 2003).
1
2
Mukosa mulut dan gingiva merupakan jaringan lunak pelapis rongga mulut yang dapat mengalami perlukaan baik secara tidak sengaja maupun disengaja. Beberapa tindakan seperti perawatan gigi sering menimbulkan perlukaan gingiva (Ismardianita dkk., 2003). Luka di rongga mulut dapat disebabkan karena pencabutan gigi atau terkena instrumen ketika perawatan gigi (Howe, 1999). Selain itu dalam bidang kedokteran gigi luka juga dapat diakibatkan karena pembedahan, misalnya eksisi gingiva atau gingivektomi dan luka insisi instrumen bedah (Fedi dkk., 2004). Sel fibroblas pada jaringan ikat normal jarang terlihat, tetapi dalam responnya terhadap luka, fibroblas berproliferasi menjadi lebih aktif dalam mensintesis komponen ekstraseluler (Junquiera, 2007). Saat terjadi luka, fibroblas akan berproliferasi dan melakukan fibrogenesis yang menghasilkan sejumlah besar matriks kolagen yang membantu memperbaiki kerusakan jaringan (Fawcett, 2002). Proliferasi fibroblas secara alami distimulasi oleh interleukin-Ib (IL-Ib), platelet-derivated growth factor (PDGF), fibroblast growth factor (FGF), dan transforming growth factor-β (TGF-β) (Norton dkk., 2008). Pengamatan terhadap kepadatan fibroblas dapat menjadi salah satu parameter penyembuhan luka (Enoch dan Harding, 2003). Proses penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh beberapa senyawa yang terdapat pada ekstrak obat-obatan alami antara lain saponin, flavonoid, minyak atsiri, protein, dan vitamin C (Sudarsono dkk., 2002). Sirih merah merupakan tanaman obat potensial yang sejak dahulu dipercaya memiliki berbagai khasiat obat untuk berbagai jenis penyakit. Kandungan senyawa aktif yang terkandung
3
dalam sirih merah dipercaya memberikan manfaat kesehatan (Utami dan Puspaningtyas, 2013).
Secara tradisional daun sirih digunakan sebagai obat
sariawan, sakit gigi dan gusi bengkak, menghilangkan bau mulut, keputihan pada wanita, perdarahan pada hidung atau mimisan, radang tenggorokan, dan mengobati luka bakar (Andareto, 2015). Daun tanaman sirih merah diketahui memiliki aktivitas antimikroba karena kandungan flavonoidnya (Reveny, 2011). Kandungan utama dalam sirih merah yaitu flavonoid, alkaloid, tanin, dan minyak atsiri. Senyawa lainnya yaitu karvakol dan eugenol. Karvakol bersifat desinfektan dan antijamur sehingga dapat digunakan sebagai antiseptik. Sementara itu, kandungan eugenol dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit (Utami dan Puspaningtyas, 2013). Flavonoid merupakan kandungan utama dalam sirih merah yang berperan sebagai antibakteri maupun antiinflamasi sehingga mempercepat proses penyembuhan luka (Latuheru dkk., 2012). Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan meneliti pengaruh ekstrak daun sirih merah terhadap jumlah sel fibroblas pada luka gingiva tikus Sprague dawley. Penelitian ini digunakan konsentrasi ekstrak daun sirih merah sebesar 40%. Menurut Poeloengan dkk. (2006) daya antibakteri daun sirih merah sudah cukup baik pada konsentrasi 25% dan 50%. Untuk itu, penulis ingin mengulas mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah konsentrasi 40% yang akan diaplikasikan pada luka gingiva tikus Sprague dawley untuk mengamati jumlah sel fibroblas. Ekstrak daun sirih merah pada penelitian ini dibuat menjadi sediaan gel. Gel hidrofil sangat baik digunakan pada membran mukosa dan luka ulserasi karena kandungan kadar airnya yang tinggi dapat mengurangi iritasi
4
(Agoes, 2012). Gel memiliki karakteristik jernih, stabil pada pH 2-10 dan memiliki konsistensi kental atau semipadat. Sediaan gel memiliki keuntungan mudah diaplikasikan (Sulaiman dan Kuswahyuning, 2008). Menurut Agoes (2012) sediaan gel mempunyai keuntungan tidak berbau, melekat erat pada permukaan mukosa, dan tidak mengiritasi sehingga mengurangi pengikisan secara mekanik pada permukaan yang luka.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, timbul suatu permasalah apakah terdapat pengaruh gel ekstrak daun sirih merah konsentrasi 40% terhadap jumlah sel fibroblas luka gingiva tikus Sprague dawley.
C. Keaslian Penelitian Menurut pencarian dan sepengetahuan penulis, Penelitian mengenai jumlah sel fibroblas pada penyembuhan luka gingiva tikus Sprague dawley sesudah aplikasi topikal gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) konsentrasi 40% belum pernah dilakukan. Beberapa Penelitian mengenai khasiat ekstrak daun sirih merah untuk penyembuahan luka yang ada ditulis oleh: 1. Mun’im dkk. (2011) dengan judul “Pengaruh infusa Daun Sirih Merah Secara Topikal Terhadap Penyembuhan Luka pada Tikus Putih Diabet”. Mun’im dkk. (2011), meneliti pengaruh infusa daun sirih merah pada penyembuhan luka punggung tikus yang dibuat diabet.
5
2. Lastry Ruth Maya Padang dengan judul “Pengaruh Gel Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Konsentrasi 40% Terhadap Jumlah Leukosit Polimorfonuklear Pada Luka Gingiva Tikus Sprague Dawley”. 3. Irvanu Dzikri Hasbian dengan judul “Pengaruh Gel Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Konsentrasi 40% Terhadap Angiogenesis Pada Luka Gingiva Tikus Sprague Dawley”.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) konsentrasi 40% terhadap jumlah sel fibroblas pada luka gingiva tikus Sprague Dawley.
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh pemberian gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) konsentrasi 40% terhadap jumlah sel fibroblas pada luka gingiva tikus Sprague dawley, yang diharapkan bisa dikembangkan dalam produk herbal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. 2. Menambah informasi ilmiah tentang pemanfaatan ekstrak daun sirih merah yang dapat digunakan sebagai pendukung penelitian-penelitian selanjutnya untuk mengembangkan manfaat ekstrak daun sirih merah.