Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJRAN IPS DI KELAS III SD NEGERI 12 PADANG SAMBIAN KOTA DENPASAR TAHUN 2013/2014 I Nyoman Lasia, I Gusti Agung Oka Negara, I Made Suara Program Studi S1 Alih Kredit, Jurusan Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email:
[email protected],
[email protected].
[email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas III SD negeri 12 Padang Sambian dan 2) meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran IPS di kelas III SD Negeri 12 Padang Sambian tahun 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang pelaksanaanya menggunakan pendekatan siklus dengan terdiri atas dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas III B SD Negeri 12 Padang Sambian yang berjumlah 40 orang terdiri dari 25 laki-laki dan 15 perempuan. Data tentang keaktifan dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan data tentang hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mata pelajran IPS di kelas III B SD N 12 Padang Sambian dari sebelum siklus ke siklus I dan ke siklus II setelah penerapan kooperatif tipe STAD. Pada sebelum siklus persentase keaktifan belajar sebesar 60,8%, dikategorikan rendah. Pada pelaksanaan siklus I diperoleh persentase keaktifan belajar sebesar 70,3% dikategorikan sedang. Pada pelaksanaan siklus II persentase keaktifan belajar siswa diperoleh sebesar 80,1% dikategorikan tinggi. Berkaitan dengan hasil belajar, pada sebelum siklus persentase hasil belajar sebesar siswa 62,2% dikategorikan rendah dan ketuntasan klasikalnya 55,0%. Pada siklus I persentase hasil belajar siswa sebesar 75,8% dikategorikan sedang dan ketuntasan klasikalnya 74,4%. Selanjutnya pada siklus II persentase hasil belajar sebesar 79,91% dikategorikan tinggi dan ketuntasan klasikalnya 92,5%. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di kelas III SD Negeri 12 Padang Sambian. Kata-kata kunci: pendekatan kooperatif tipe STAD, keaktifan, dan hasil belajar siswa. Abstract The aims of this study are 1) to improve the students learning activenes for the third grade students of SD N 12 Padang Sambian in academic year 2013/2014a and 2) to improve the learning outcomes of social sciences through the cooperatif of Students Team Achivement Division (STAD) approach of third grade students of SD N 12 Padang Sambian in the academic year 2013/2014. This research is Clasroom Action Research (CAR) that”s use cycles approach that consisted of 2 cycles. The subject were the third grade students of SD N 12 Padang Sambian for about 40 students consisted 25 male students and 15 famale students. The data of activenes were collected by using observastion sheet and the learning outcomes were collected by using a test. The data were analyzed using
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
quantitative descriptive analysis method. The result of this research showed that there were improvement of the learning activenes and the students learning outcomes of social science of the third grade students of SD N 12 Padang Sambian from the pre-cycle to the first cycle and to the second cycle after implementing the cooperatif of Studends Team Achivevement Divisison (STAD) approach. In the pre-cycle the percentage of students learning activities is of 60,8% and it was classified at low. In the first cycle the percentage of students learning activities is of 70,3% it was classified at moderate. Then, in the second cycle the percentage of student learning activities is of 80,1% and it was classified at high. Related to the student learning outcomes of social science, in the pre-cycle the percentage is of 62,2% and it was classified at low with the classical exhaustveness of 55,0%. In the fisrt cycle the percentage is of 75,8% and it was classified at moderate with the classical exhaustveness of 74,4%. Next, in the second cycle the percentage is of 79,91% and it was classified at high with the exhaustveness of 92,5%. Based on the result of this research, it could be concluded that the implementing of the cooperative of Student Team Achievement Division (STAD) approach can improve the activities and the students learning outcomes of social science at the third grade students SD N 12 Padang Sambian in academic year 2013/2014. Keyswords: cooperative of students team achivement division approach, activenes, and students learning outcomes of social science
PENDAHULUAN Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, handal dan terampil sangat tergantung pada mutu pendidikan. Tujuan tersebut bisa tercapai bila diupayakan secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Pendidikan yang bermutu dipengaruhi berbagai faktor, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan dan kurikulum. Dari berbagai faktor tersebut, guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah menempati kedudukan sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subyek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Oleh karenanya guru diharapkan mampu mengelola pembelajaran yang mengandung multi interaksi yaitu interaksi antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan media, dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 menyatakan bahwa kegiatan inti dari proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar (KD) yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Depdiknas (2005:31) belajar aktif adalah “suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor”. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Bahkan seorang pakar pendidikan, Trinandita (dalam Yasa, 2008:1) menyatakan bahwa “hal paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa, ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, di mana
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) masing-masing dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Dalam pembelajaran IPS SD, keaktifan belajar siswa sangat diperlukan karena dengan keaktifan dapat mengembangkan, merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Seorang siswa dikatakan belajar apabila ia mengaktifkan semua inderanya baik jasmani maupun rohani, yaitu mengaktifkan akal dan fisiknya. Keaktifan siswa pada pembelajaran dapat melatih siswa untuk berfikir kritis dan dapat memecahkan permasalahanpermasalahan dalam kehidupan seharihari. Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tujuan pembelajaran IPS di SD memfokuskan pada pengembangan kemampuan dasar berfikir logis, dan kritis, pengembangan komitmen dan kesadaran nilai-nilai sosial serta pengembangan berkomunikasi, bekerja sama. Penilaian kompetensi sebagai hasil belajar siswa diperoleh melalui serangkaian penilaian selama dan setelah proses belajar mengajar dilakukan dengan menggunakan bentuk alat penilaian yang dapat mengukur ketiga aspek penilaian tersebut. Proses belajar mengajar IPS di SD harus memperhatikan kebutuhan siswa yang berusia antara 6-12 tahun. Menurut Piaget (dalam Trianto, 2007:109), siswa SD berada dalam perkembangan kemampuan intelektual atau kognitifnya pada tingkatan operasional konkrit. Yang siswa pedulikan adalah sekarang (konkrit) dan bukan masa depan yang belum siswa pahami (abstrak). Sebaliknya IPS penuh dengan pesan-pesan bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, arah mata angin, lingkungan, demokrasi dan lain-lain adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD. Karakteristik siswa, jenis materi maupun tujuan pembelajaran IPS tersebut di atas mesti mendapat perhatian oleh para guru di lapangan. Harapan-harapan terhadap proses dan hasil belajar IPS tersebut di atas dalam mencapai tujuan pendidikan berbeda dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Dari hasil pengamatan dan informasi dari guru banyak siswa menganggap bahwa IPS adalah pelajaran
yang sulit dan tidak penting, hal ini akan mengurangi minat, keaktifan dan hasil belajar siswa. Kurangnya minat dan keaktifan siswa dalam belajar dapat dilihat dari kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam belajar baik fisik maupun mental. Indikator yang paling nyata dapat dilihat adalah kurangnya siswa yang aktif bertanya kepada guru atau dengan siswa lain, kurangnya minat membaca buku, mengerjakan tugas dengan tidak sungguhsungguh sehinnga banyak siswa yang tidak menyelesaikan tugas, dan sering mengeluh ketika diberikan tugas. Hasil belajar siswa menunjukkan kurang dari 60% siswa yang bisa memenuhi nilai ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan di SD 12 Padang Sambian untuk kelas tiga yaitu 70. Dari hasil pengamatan, masalahmasalah di atas disebabkan oleh berbagai hal, yaitu: adanya kesenjangan antara kesiapan siswa dengan bobot materi yang disajikan, kesenjangan antara tuntutan materi dengan fasilitas pembelajaran, materi pembelajaran yang lebih mengutamakan matematika dan IPA karena materi diujikan dan sering dilombakan, kesulitan manajemen waktu serta keterbatasan kemampuan guru melakukan pembaharuan metode pembelajaran. Metode ceramah dan monoton sudah menjadi kebiasaan guru setiap hari dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran berpusat pada guru, siswa bersifat pasif, sangat individual, dan kaku sehingga IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Proses belajar seperti juga tidak dapat mengembangkan kemampuan siswa berfikir kritis, bersikap positif dan kecakapan-kecakapan dasar lain dalam kehidupan sosial di masyarakat seperti yang diharapkan dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan uraian masalah di atas, jelas tergambar adanya kesenjangan antara harapan dalam pembelajaran IPS dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Permasalahan tentang kurangnya keaktifan siswa dalam belajar adalah masalah utama yang sangat berpengaruh untuk menigkatkan hasil belajar disamping masalah-masalah lainnya. Oleh karena itu perlu adanya
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) upaya guru yang tepat dalam mengatasinya dengan memperbaiki proses belajar mengajar di sekolah. Berkaitan dengan itu maka pembelajaran yang diupayakan adalah harus pembelajaran partsipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Salah satu upaya yang tepat dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran adalah dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang inovatif yang berorientasi konstruktivistis. Dari beberapa model pembelajaran inovatif yang ada salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD (Students Team Achievement Division). Penggunaan kooperatif tipe STAD ini karena karakteristik pendekatan ini sangat relevan dengan jenis masalah yang terjadi, tingkat atau jenjang siswa, guru sebagai peneliti pemula, karakteristik materi dan tujuan pembelajaran IPS di SD serta berdasarkan kajian teori yang mendasarinya. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen (4-5 siswa) yang didahului dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi (presentasi), kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Dengan pembelajaran yang sederhana dan konstruktif tersebut sangat mungkin STAD bisa diterapkan pada siswa kelas tiga. Kooperatif tipe STAD disamping sederhana, paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru, menggunakan pedekatan kooperatif, Robert E. Slavin (dalam Trianto, 2007). Disamping itu pendekatan ini bukan hanya unggul dalam membantu memahami konsep-konsep yang sulit atau abstrak tetapi juga sangat berguna meningkatkan keaktifan dan interaksi antara siswa dengan lingkungan belajarnya melalui tugas-tugas kelompok dan kuis individu setiap pembelajarannya. Interakasi yang semakin tinggi akan menentukan derajat keaktifan siswa. Sementara Robert E. Slavin (dalam Trianto, 2007) mengatakan bahwa dari 29 penelitian, kooperatif STAD paling konsisten memiliki dampak positif terhadap pembelajaran.
Pengelolaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD memiliki tiga tujuan yang ingin dicapai yaitu, meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik, agar siswa mau mengakui adanya keberagaman dan mengembangkan keterampilan siswa. Secara umum koopertif STAD memberikan dampak positif terhadap hubungan antar ras, sikap di sekolah atau di kelas, dukungan teman sebaya, pengawasan, waktu pengerjaan tugas dan kerjasama. Dengan beberapa alasan di atas maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Koopertif Tipe STAD untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPS di Kelas III SD Negeri 12 Padangsambian Kota Denpasar Tahun 2013/2014”. Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: (1) Apakah menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Team Achievement Division) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di kelas III SDN 12 Padangsambian Kota Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014? dan (2) Apakah penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di kelas III SDN 12 Padangsambian Kota Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014? Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah (1) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Team Achievement Division) di kelas III SDN 12 Padangsambian Kota Denpasar Tahun 2013/2014, dan (2) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dengan menerapakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) STAD di kelas III SDN 12 Padangsambian Kota Denpasar Tahun 2013/2014. METODE Metode pengambilan data dan instrumen penelitian sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah mengenai peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas III setelah menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD. Data keaktifan dikumpulkan dengan metode observasi melalui pengamatan langsung mengenai keaktifan belajar siswa pada saat pembelajaran. Untuk mengumpulkan data tersebut, peneliti menggunakan
lembar observasi terstruktur yang memuat 20 aspek-aspek keaktifan belajar siswa. Sedangkan data tentang hasil belajar siswa adalah data kuantitatif yaitu berupa skor tes atau angka-angka yang menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi yang dibelajarkan. Untuk dapat mengukur pengetahuan dan ketrampilan materi yang dibelajarkan tersebut metode pengumpulan datanya menggunakan lembar tes yang berbentuk pilihan ganda biasa yang berjumlah 40 butir soal. Siklus penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
Pelaksanaan
Perencanaan
siklus
Pengamatan
Refleksi
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Sumber : Kurt Lewin (dalam Suyanto, 1996/1997) HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum akan dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengamatan dan mencatat keaktifan dan hasil belajar siswa kelas III B dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. Hal ini bertujuan agar diperoleh keadaan awal siswa sebagai perbandingan dengan keaadaan setelah penerapan pendekatan koopertif tipe STAD. Adapun keaadan awal keaktifan dan hasil belajar siswa diperoleh sebagai berikut. 1. Data keaktifan belajar siswa Pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa pada awal penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD
menggunakan lembar observasi yang terdiri dari 5 indikator dikembangkan menjadi 20 pernyataan dengan 5 kategori sehingga skor maksimal ideal (SMI) yang diperoleh setiap individu adalah 100. Dari hasil pengumpulan dan analisis data awal siklus I diperoleh data sebagai berikut. a. Rata-rata keaktifan belajar siswa (Me) Rata-rata keaktifan belajar siswa dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut. M=
Xi N
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
2433 60,8 40 b. Persentase rata-rata keaktifan belajar siswa Persentase rata-rata (M%) keaktifan belajar siswa dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
M X 100% SMI
M(%) = =
60,8 X 100% 100
60,8%
Persentase rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar 60,8% jika dilihat dalam tabel persentase kreteria keaktifan belajar siswa berada pada rentang 55-64, maka termasuk dalam kreteria kurang aktif. 2. Data hasil belajar siswa Data hasil belajar siswa dalam pembelajarn IPS sebelum penelitian dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda biasa yang berjumlah 30 butir soal. Skor maksimal (SMI) adalah 100. Hasil perhitungan sebelum siklus I disajikan sebagai berikut. a. Rata-rata hasil belajar siswa Data rata-rata hasil belajar siswa sebelum siklus I diperoleh sebagai berikut. M = =
Xn N
2488 40
62,2
b. Persentase rata-rata hasil belajar siswa Data persentase rata-rata hasil belajar siswa diperoleh sebagai berikut.
M × 100% SMI 62,2 = × 100% 100
M (%) =
= 62,2% Persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 62,2% jika dikonversikan ke dalam persentase kreteria hasil belajar, berada pada rentang nilai 55-64. Jadi kreteria hasil belajarnya adalah rendah. c. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal
Data ketuntasan belajar siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus sebagai berikut. P
=
n1( sesuai KKM ) × 100% n 22 = × 100% = 55,0% 40
Pencapaian ketuntasan belajar siswa sebesar 55,0% sebelum siklus jika dikonversikan ke dalam tabel kreteria ketuntasan maka ada pada kreteria rendah. Hasil penelitian siklus I 1. Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan, maka dibuat rencana tindakan agar pembelajaran dengan penerapan kooperatif tipe STAD berjalan lancar dan hasilnya sesuai harapan. Perencanaan dibuat bekerjasama dengan guru sejawat dan Kepala Sekolah supaya perencanaannya lebih matang. Adapun perencanaan yang dibuat yaitu: (1) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kajian materi dan pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) membuat instrument observasi keaktifan dan tes hasil hasil belajar, (3) membuat LKS dan kuis beserta kuncinya, (4) menyiapkan media dan sumber belajar, dan (5) menyiapkan tabel kerja penskoran kuis dan dan lembar penghargaan kelompok. Disamping itu juga mempersiapkan kondisi fisik kelas agar pembelajaran kondusif dan menghindari masalah yang mungkin muncul. Materi pembelajaran pada siklus I terdiri dari 5 (lima) indikator yang dibagi menjadi 3 pertemuan dan jumlah indikator pada masing-masing pertemuan disesuaikan dengan kedalaman materi. 2.
Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan kooperatif tipe STAD. Pada kegiatan awal dimulai dengan salam, absensi kelas, bernyanyi dan bertanya jawab untuk mengeksplorasi pengetahuan siswa serta membangkitkan rasa ingin
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) tahu siswa tentang materi yang dibelajarkan. Pada tahap kegiatan inti dilakukan sesuai dengan fase-fase pembelajaran kooperatip tipe STAD yaitu penyajian informasi dengan gambar, mengorganisasi kelompok bekerja sama dengan siswa dan membimbing kelompok dengan cara memotivasi, bertanya, dan membantu kesulitan-kesulitan siswa. Pada kegiatan akhir yang terdiri atas dua tahap yaitu melakukan evaluasi dengan mempresentasikan tugas kelompok, menyimpulkan, dan memberikan kuis serta memberi penghargaan terhadap kelompok/tim. 3. a.
Pengamatan Keaktifan belajar siswa Analisis data keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut. 1) Anlisis rata-rata keaktifan belajar Rata-rata keaktifan belajar siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut.
Xi N 2530 = 36
Me =
= 70,3 2) Analisis persentase rata-rata keaktifan belajar Persentase rata-rata keaktifan belajar siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut. M(%) =
M 100% SMI 70,3 = 100% 100
=70, 3% Persentase rata-rata keaktifan belajar siswa 70,3% jika dikonversikan pada tabel Pedoman Acuan Patokan (PAP) maka berada pada kreteria sedang. b. Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar secara individu pada pertemuan ke dengan menggunakan tes pilihan ganda biasa. Menghitung rata-rata hasil belajar siswa (M) Rata-rata hasil belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus empat sebagai berikut.
Xn N 2958 = 40 Me =
= 75,84 1) Menghitung persentase rata-rata hasil belajar siswa Untuk menghitung persentase ratarata hasil belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut.
M × 100% SMI 75,84 = 100% 100
M (%) =
= 75,84% Berdasarkan analisis persentase rata-rata hasil belajar siswa 75,8% jika dilihat pada tabel Pedoman Acuan Patokan (PAP) maka berada pada kreteria sedang. 2)
Menghitung ketuntasan belajar secara klasikal Untuk menghitung ketuntasan klasikal dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut. P =
n1( sesuai KKM ) 100% n 29 = x100% 40
= 74,4% Hasil analisis ketuntasan belajar siswa 74,4% tersebut jika dikonversikan pada tabel Pedoman Acuan Patokan (PAP) berada pada kreteria sedang. 4. Refleksi Pembelajaran pada siklus I masih belum menunjukkan hasil sesuai dengan harapan baik keaktifan maupun hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa mengenai aspek-aspek keaktifan yang diamati, ada beberapa aspek yang masih kurang dilakukan siswa yaitu: (1) hanya sebagian kecil yang mau bertanya, menjawab, dan memberikan masukan atau pendapat karena masih malu dan kurang percaya diri, (2) kurang aktif dalam merangkum materi, (3) kurang tenang dan percaya diri, (4) kurang dalam bekerja sama saling
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) membantu kesulitan anggotanya terhadap LKS yang dikerjakan dan cendrung mencari teman yang sejenis sehingga terkadang kekurangan waktu, (5) kurang memanfaatkan media atau sumbersumber belajar kerena malas membaca, (6) kurang memperhatikan presentasi dan pendapat anggota kelompok lainnya, (7) pada pertemuan I dan II siswa masih belum terbiasa cara kerja kelompok dengan menggunakan kooperatif STAD, (8) dalam kelompok yang pintar masih suka menyalahkan anggotanya yang nilainya kecil. Kemudian temuan dari teman sejawat ada beberapa masalah tentang kegiatan guru yaitu: presentasi materi terlalu cepat, pengelolaan presentasi kelompok kurang efektif, dan persiapan lembar kerja masih kurang lengkap sehingga kekurangan waktu pada saat analisis skor kuis siswa. Namun disamping masalah yang terjadi selama siklus I siswa sudah tampak ada beberapa peningkatan aspek keaktifan yaitu: siswa sangat antusias mengerjakan tugas LKS, menunjukkan sikap bersaing positif, termotivasi untuk berprestasi, dan siswa lebih siap serta percaya diri mengerjakan kuis/tes.. Hasil penelitian siklus II 1. Perencanaan Sebelum pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dibuat perencanaan pembelajaran yang menggunakan kooperatif tipe STAD. Jumlah pertemuan dan hal-hal yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sama dengan siklus I. Namun Perencanaan pembelajaran yang dibuat berdasarkan hasil refleksi pembelajaran siklus I. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat ada beberapa perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi masalahmasalah terjadi sebelumnya khususnya pada saat kegiatan inti. Adapun perbaikan pembelajaran tersebut adalah (1) membuat daftar pertanyaan dan memberi tambahan nilai langsung bagi siswa yang mengangkat tangan mau bertanya atau menjawab agar siswa lebih aktif dalam menjawab atau bertanya, (2) membuat LKS lebih sederhana yang dikerjakan
secara berpasangan dan memisahkan tempat duduk teman yang sejenis agar antar anggota kelompok saling membantu, (3) nomor tugas yang dipresentasikan dibagi oleh setiap kelompok dan dilakukan oleh orang yang berbeda agar tidak kekurangan waktu, (4) membuat model daftar analisis hasil skor kuis sesuai dengan kemungkinan nilai perbaikan yang diperoleh siswa sehingga dapat menghemat waktu, (5) memperbanyak ringkasan materi yang dibagikan setiap kelompok agar setiap pasangan lebih aktif membaca sumber belajar, (6) membuat peta konsep agar lebih efektif dalam presentasi materi, (7) membuat kesepakatan tambahan yaitu memberikan sanksi pengurangan skor tim bagi kelompok yang tidak memperhatikan presentasi kelompok lain, dan (8) presentasi tugas dilakukan secara bergantian oleh setiap anggotanya sehingga setiap anggota kelompok lebih percaya diri dan mendapat kesempatan yang sama. 2.
Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus I. Langkah-langkah pembelajaran adalah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terdiri atas 6 fase yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan atau mempresentasikan informasi secara singkat, (3) mengorganisasikan kelompok, (4) membimbing kelompok, (5) evaluasi, dan (6) penghargaan. Selama pelaksanaan tahapan pembelajaran tersebut dilakukan pengeloaan pembelajaran sesuai rencana perbaikan yang telah dibuat berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa sesuai harapan yang sudah tertuang dalam lembar observasi. 3.
Pengamatan Data hasil pengamatan yang dikumpulkan terdiri atas data keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Pengamatan terhadap
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) keaktifan dilakukan bekerjasama dengan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengumpulan data hasil belajar siswa dilakukan pada akhir pembelajaran dengan menggunakan tes pilihan ganda biasa pada pertemuan ke empat. a. Keaktifan Belajar Siswa Dari hasil observasi tentang keaktifan belajar siswa secara individu dengan lembar observasi yang berjumlah 20 butir pernyataan diperoleh data seperti pada tabel berikut. 1) Analisis rata-rata keaktifan belajar Rata-rata keaktifan belajar siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut.
Xi N 3204 = 40
Me =
=
M SMI
100%
80,1 100% 100
= 80,1% Persentase rata-rata keaktifan belajar siswa 80,1% jika dikonversikan dalam tabel kreteria persentase rata-rata ada pada rentang 80-89 sehingga berada pada kreteria tinggi. b. Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan tes hasil belajar dengan tes pilihan ganda biasa. Data hasil belajar disajikan sebagai berikut. 1) Analisis rata-rata hasil belajar siswa Rata-rata hasil belajar siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut. Me = =
M 100% SMI 79,91 = 100% 100
M (%) =
= 79,91% Persentase rata-rata hasil belajar siswa 79,91 % jika dikonversikan pada tabel Pedoman Acuan Patokan (PAP), maka berada pada kreteria tinggi. 3) Anlisis ketuntasan secara klasikal Ketuntasan belajar siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut. P
= 80,1% 2) Analisis persentase rata-rata keaktifan belajar siswa Persentase rata-rata (M%) keaktifan belajar siswa dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut. M(%) =
Persentase rata-rata hasil belajar siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut.
3196,5 40
= 79,91 2) Analisis persentase rata-rata hasil belajar siswa
=
n1( sesuai KKM ) 100% n 37 = x100% 40
= 92,5% Hasil ketuntasan belajar siswa 92,5% jika dikonversikan pada tabel Pedoman Acuan Patokan (PAP) maka ketuntasan belajar siswa tersebut berada pada kreteria sangat tinggi. 4.
Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan bersama teman sejawat pada siklus II, pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tipe STAD telah berlangsung dengan baik. Beberapa refleksi pada pembelajaran siklus II mengenai keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS adalah sebagai berikut. a. Keaktifan belajar siswa Adapun hasil refleksi keaktifan belajar siklus II yaitu: a) Siswa sudah mampu mengikuti penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik sehingga pembelajaran berjalan efektif dan lancar, b) Siswa sudah banyak yang aktif bertanya maupun menjawab tetapi siswa yang memberi masukan masih didominasi oleh yang pintar, c) Siswa sangat antusias dan tekun mengerjakan LKS maupun kuis karena termotivasi oleh keinginan menjadi tim yang terbaik diantara tim yang lain d) Sebagian besar siswa sudah aktif menulis rangkuman materi yang disampaikan oleh
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) beberapa siswa yang lebih pintar secara bergantian dan e) Siswa lebih disiplin dan mau memperhatikan presentasi dan masukan yang diberikan kelompok lain. b. Hasil belajar siswa Adapun hasil refleksi hasil belajar siswa, yaitu: a) Sebagian besar siswa sudah mampu mengerjakan tugas pada LKS maupun kuis dengan baik dan benar sesuai batas waktu yang ditentukan, b) Soal-soal kuis sudah dapat dijawab dengan baik dan benar sehingga pada pertemuan II dan III tidak ada tim yang
mendapat penghargaan baik akan tetapi semakin banyak tim yang mendapat pengahargaan sebagai tim hebat atau super, dan c) Sebagian besar siswa lebih siap dan dapat mengerjakan tes hasil belajar dengan benar sehingga hasil yang diperoleh sesuai harapan. Ringkasan peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dari keaadaan awal sampai siklus II dapat disajikan seperti tabel berikut.
Tabel 1 Ringkasan Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dari Keadaan Awal Sampai Siklus II SD Negeri 12 Padang Sambian Keadaan Awal Variabel
Persentas e rata-rata
Ketuntasan Klasikal
60,8% Keaktifan Belajar Hasil Belajar
Rendah 62,2% Rendah
55,0%
Siklus I Persenta Ketuntasse an rataKlasikal rata 70,3% Sedang 75,8% Sedang
Data keaktifan dan hasil belajar siswa dari keaadan awal, siklus I sampai
74,4%
Persenta se ratarata 80,1% Tinggi 79,91% Tinggi
Ketuntasan Klasikal 92,5%
siklus II dapat pula disajikan ke dalam diagram berikut. 92.5
100 80.1
90
80.0 75.8
74.4
70.3
80 70
Siklus II
60.8
62.2
60 55.0 50
Pra Siklus Siklus I Siklus II
40 30 20 10 0 Keaktifan Belajar
Gambar 1
Hasil Belajar
Ketuntasan Klasikal
Grafik Peningkatan Keaktifan dan Hasil dari sampai Siklus II
Keadaan Awal
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keaaktifan dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS kelas III B SD Negeri 12 Padang Sambian. Data mengenai peningkatan keaktifan belajar siswa dilihat dari analisis persentase rata-rata keaktifannya dan data hasil belajar siswa dilihat dari analisis persentase rata-rata dan ketuntasan hasil belajarnya. Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan sebelumnya ditemukan bahwa pada siklus I diperoleh persentase rata-rata keaktifan belajar siswa 70,3% yang berada pada kreteria sedang. Pada pelaksanaan siklus II, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa 80,1% yang berada pada kreteria tinggi. Jadi persentase ratarata keaktifan belajar siswa dari siklus I sampai ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,8%. Berkaitan dengan data persentase rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 75,8%. yang berada pada kreteria sedang. Sedangkan pada siklus II persentase rata-rata hasil belajar 80,0% yang berada pada kreteria tinggi. Jadi persentase rata-rata hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 4,2%. Selanjutnya persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I 74,4% dengan kreteria sedang. Sedangkan pada pelaksanaan siklus II persentase ketuntasan belajar siswa adalah 92,5%. Hasil ini berada pada kreteria sangat tinggi. Jadi persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,1%. Perolehan hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Ni Luh Gede Marheni (2012), yang menyebutkan penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS pada siswa kelas V. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan beberapa pendapat para ahli pendidikan. Muslimin Ibrahim (2000), menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD ada tiga tujuan yang ingin dicapai yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap individu dan pengembangan keterampilan sosial. Pendapat ini sesuai dengan tujuan penelitian dalam pembelajaran materi IPS
yaitu menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari pelaksanaan tindakan pembelajaran kooperatip tipe STAD ternyata siswa benar-benar dilatih dalam bersikap menghargai perbedaan dalam anggota kelompoknya, bekerjasama, dan bertanggung jawab terhadap tugasnya agar kelompoknya mampu menjadi yang terbaik. Berkaitan dengan keaktifan belajar siswa yang diperoleh dalam penelitian ini membuktikan semakin tinggi keaktifan belajar siswa maka semakin tinngi pula hasil belajar yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan kajian teori yang telah diuraikan dalam kerangka berfikir bahwa keaktifan yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar. Hal ini ditunjukkan ketika siswa diberikan tes hasil belajar, siswa nampak lebih siap, antusias, percaya diri, dan tepat waktu dalam mengerjakan tes dan akhirnnya hasil tes yang diproleh pun tinggi. Hasil pengamatan peneliti dengan lembar pengamatan menunjukkan bahwa penerapan kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS mampu meninmbulkan suasana belajar dengan tingkat keaktifan yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar siswa yang sebelummnya bersifat pasif berubah menunjukkan sikap aktif dalam melakukan kegiatan belajar seperti: (1) aktif membaca dan memperhatikan materi maupun media atau sumber belajar, (2) menjawab, bertanya serta memberi masukan, (3) mencatat, merangkum dan mengerjakan tugas atau kuis, (4) mendengarkan dan menyimak pesan dari media maupun presentasi guru atau siswa, dan (5) bersaing positif, antusias dan percaya diri dalam mengerjakan tugasnya. Hasil yang diperoleh ini membuktikan bahwa pendekatan kooperatif tipe STAD relevan dalam menimbulkan keaktifan belajar seperti yang disampaikan oleh Cony Semiawan. Menurut Conny Semiawan (1999), ciri-ciri keaktifan belajar siswa adalah (1) dorongan ingin tahu yang besar, (2) sering mengajukan pertanyaan, (3) memberikan banyak gagasan dan usul suatu masalah, (4) bebas menyatakan pendapat, (5) mempunyai pendapat sendiri
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dan mengungkapkannya, dan (6) dapat bekerja sendiri dan mencoba hal-hal yang baru. Mencermati hasil yang dicapai dalam penelitian ini baik keaktifan dan hasil belajar siswa memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan kooperatif tipe STAD memberi manfaat dalam mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu, dan berlatih memecahkan masalah dalam kelompok yang heterogen secara kolaboratif dengan masalah yang berkaitan dengan dunia nyata siswa sehari-hari. Kegiatan ini sangat berguna untuk proses pendidikan jangka panjang dan untuk hidup bermasyarakat yang lebih luas. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini maka dapat dibuat simpulan sebagai berikut. (1) Penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di kelas III B SD Negeri 12 Padang Sambian. Hasil ini dilihat pada sebelum siklus diperoleh persentase keaktifan belajar sebesar 60,8% dengan kreteria rendah, siklus I diperoleh persentase keaktifan belajar siswa sebesar 70,3% dengan kategori sedang, dan pada siklus II diperoleh persentase keaktifan belajar siswa sebesar 80,1% dengan kreteria tinggi. (2) Penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di kelas III B SD Negeri 12 Padang Sambian. Hasil ini dapat dilihat pada sebelum siklus diperoleh persentase hasil belajar siswa sebesar 62,2% dengan kreteria rendah, pada siklus I diperoleh persentase hasil belajar siswa sebesar 75,8% dengan kreteria sedang, dan pada siklus II diperoleh persentase hasil belajar siswa sebesar 80,0% dengan kreteria tinggi. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di kelas III
B SD Negeri 12 Padang Sambian Kota Denpasar tahun 2013/2014. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005. Ibrahim,
Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Press
Marheni, Ni Luh Gede. 2012. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN 8 Padangsambian Denpasar Tahun 2011/2012”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP UNDIKSHA. Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia. Suyanto. 1996/1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas Trianto.
2007. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.
Yasa. 2008. Belajar. Jakarta: Ganesha .