I. MATERIAL KAYU Kegiatan penyediaan perumahan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Penyediaan perumahan dengan memanfaatkan material lokal sebagai bahan utama struktur dapat mengurangi biaya konstruksi dan membuka lapangan pekerjaan. Upayaupaya untuk pemanfaatan material-material lokal sebagai bahan struktur di negara kita perlu terus dikembangkan mengingat bangsa kita memiliki potensi sumber daya alam yang beranekaragam. Kayu merupakan salah satu bahan material struktur sudah lama dikenal oleh masyarakat kita. Kayu sebagai hasil utama hutan akan tetap terjaga keberadaannya selama hutan dikelola secara lestari dan berkesinambungan. Bila dibandingkan dengan material struktur lain, material
kayu
memiliki
berat
jenis
yang
ringan
dan
proses
pengerjaannya dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan ringan. Sebagai bahan dari alam, kayu dapat terurai secara sempurna sehingga tidak ada istilah limbah pada konstruksi kayu (environmental
friendly). Pada
masa
lalu,
perancangan
konstruksi
kayu
dilakukan
berdasarkan intuisi dan coba-coba sehingga pemanfaatan kayu menjadi kurang optimal. Akan tetapi pada saat ini dimana teknik-teknik analisis dan perencanaan sudah semakin berkembang, maka perencanaan konstruksi kayu dapat dilakukan secara rasional dan mengikuti kaidahkaidah atau ketentuan-ketentuan yang berlaku.
2
Konstruksi Kayu Sebelum menguraikan detail perencanaan konstruksi kayu,
pengetahuan
tentang
sifat-sifat
fisik
dan
perilaku
kayu
dalam
mendukung beban perlu dipahami terlebih dahulu. Secara singkat, topik ini dibahas pada uraian berikut ini. Sedangkan bahasan lengkap dapat ditemukan pada banyak buku maupun hand book kayu (...).
I.
Klasifikasi dan penamaan kayu Berdasarkan klasifikasi taksonomi, tumbuhan terbagi ke dalam
empat
divisi,
yaitu:
thallophyta,
pteridophyta,
bryophyta,
dan
spermatophyta. Pohon kayu termasuk pada divisi spermathophyta. Divisi
spermathophyta
dibagi
lagi
atas
dua
sub-divisi,
yaitu:
gymnospermae dan angiospermae yang artinya berturut-turut Adalah “tumbuhan
berbiji
telanjang”
dan
“tumbuhan
berbiji
tertutup”.
Kelompok kayu berdaun jarum berasal dari pohon yang tergolong subdivisi
gymnospermae.
Ciri-ciri
pohon
sub-divisi
gymnospermae
mempunyai tajuk berbentuk kerucut serta daunnya berbentuk seperti jarum atau setidak-tidaknya meruncing. Sub-divisi angiospermae dibagi lagi atas dua kelas monocotyledoneae dan dicotyledoneae. Kelompok kayu berdaun lebar berasal dari pohon-pohon yang tergolong kelas
dicotyledoneae. Hampir semua kayu di Indonesia termasuk kelas dicotyledoneae, kecuali kayu glugu dan nyiur yang termasuk kelas monocotyledoneae. Satu jenis kayu memiliki dua buah nama yaitu nama perdagangan dan nama ilmiah. Nama perdagangan merupakan nama kayu yang biasa dikenal oleh masyarakat umum seperti: jati, bangkirai, mahoni, giam, tusam, dll. Sedangkan nama ilmiah suatu jenis kayu terdiri atas dua kata.
Kata
yang
pertama
menunjukkan
nama
marga
(genus),
BAB 1 Material kayu
3
sedangkan kata yang kedua menunjukkan spesies kayu tersebut. Umumnya nama ilmiah yang lengkap disertai nama orang yang pertama kali memberikan nama yang tepat untuk jenis kayu yang bersangkutan. Contoh: Pinus merkusii Jungh et de Vr. Pinus = nama marga, merkusii = nama spesies, Jungh et de Vr adalah nama orang yang memberi nama merkusii. (Nama perdagangan: tusam) Kadangkala nama orang yang memberikan nama ilmiah tidak ditulis secara lengkap, melainkan dengan cara disingkat, misalnya:
Santalum album L. (nama kayu perdagangan: cendana). Untuk beberapa pohon kayu yang mempunyai ciri dan sifat yang hampir sama, seringkali nama ilmiah yang dipakai hanyalah kata pertamanya (nama marga) saja ditambah spp atau spec.div. Misalnya: Alstonia spp atau Alstonia spec.div. (Nama perdagangan: pulai.)
II. Anatomi kayu Senyawa utama penyusun sel kayu adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin dengan komposisi kira-kira 50% selulosa, 25% hemiselulosa, dan 25% lignin (Desch dkk, 1981). Sel-sel kayu ini kemudian secara berkelompok membentuk pembuluh, parenkim, dan serat. Pembuluh memiliki bentuk seperti pipa yang berfungsi untuk saluran air dan zat hara. Parenkim memiliki bentuk kotak, berdinding tipis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara hasil fotosintesis. Serat memiliki bentuk panjang langsing dan berdinding tebal serta berfungsi sebagai penguat pohon.
4
Konstruksi Kayu Kelompok sel kayu bergabung membentuk bagian/anatomi pohon
seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1. Bagian luar kayu yang disebut kulit (bark), merupakan lapisan yang padat dan cukup kasar. Pada bagian sebelah dalam kulit terdapat lapisan tipis yang disebut lapisan kambium, lapisan ini merupakan tempat pertumbuhan sel-sel kayu. Di sebelah dalam lapisan kambium terdapat bagian kayu lunak yang berwarna keputih-putihan disebut kayu gubal (sapwood), bagian ini berfungsi sebagai penghantar zat-zat makanan dari akar menuju daun dan dapat pula berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan makanan. Karena itu jika dipakai sebagai bahan konstruksi, kayu ini akan cepat lapuk. Tebalnya lapisan kayu gubal ini lebih kurang 2 cm sampai 10 cm dan relatif tetap demikian sepanjang hidup pohon (Mandang dkk, 1997).
Cincin tahunan
Lapisan Kambium kayu Gubal
Inti kayu
kayu Teras Kulit
Gambar 1.1 Potongan melintang pohon kayu (sumber: Somayaji, 1995)
BAB 1 Material kayu
5
Ketika pohon mulai dewasa (tua), sebagian kayu di dalam batang mati berangsur-angsur sehingga tidak dapat berfungsi sebagai saluran air atau zat hara dan tidak dapat berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan hasil fotosintesis. Warna kayu berubah menjadi lebih tua karena pengendapan zat-zat ekstraktif. Lapisan kayu ini dikenal dengan nama teras (heartwood) dengan fungsi sebagai penguat pohon. Karena pada kayu teras tidak terdapat zat-zat makanan, maka konstruksi yang menggunakan kayu teras akan menjadi lebih awet. Pertumbuhan sel-sel kayu ini disertai dengan munculnya struktur seperti cincin yang disebut dengan cincin tahunan (annual ring). Cincin ini
terbentuk
sebagai
akibat
terjadinya
perbedaan
kecepatan
pertumbuhan pohon di masing-masing musim. Pohon yang tumbuh di daerah empat musim, bentuk cincin tahunan dapat terlihat dengan jelas. Pohon yang tumbuh di hutan basah (rainforest) dapat dipastikan tidak memiliki cincin tahunan karena sepanjang tahun kecepatan pertumbuhan pohon adalah hampir sama. Pada bagian tengah batang disebut inti (pith) yang dikelilingi oleh sejumlah cincin tahunan yang memperkirakan umur dari pohon kayu. Kayu adalah bahan alam yang tidak homogen. Sifat tidak homogen ini disebabkan oleh pola pertumbuhan batang dan kondisi lingkungan pertumbuhan yang sering tidak sama. Sifat-sifat fisis dan sifat-sifat mekanis kayu berbeda pada arah longitudinal, radial, dan tangensial. Perbedaan sifat-sifat fisis dan mekanis pada ketiga arah ini menyebabkan kayu tergolong sebagai bahan ortho-tropik. Pada Gambar 1.2 dapat dilihat potongan tampang kayu pada arah longitudinal, radial, dan tangensial. Kekuatan kayu pada arah longitudinal lebih besar bila dibanding dengan arah radial ataupun tangensial, dan angka kembang
6
Konstruksi Kayu
susut pada arah longitudinal lebih kecil dari pada arah radial maupun arah tangensial.
Arah longitudinal
Arah radial
Arah tagensial
Gambar 1.2 Arah longitudinal, radial, dan tangensial pada pohon kayu (American Forest Product Laboratory, 1991)
III. Sifat-sifat fisis kayu 1.
Kandungan air Kayu merupakan material higroskopis, artinya kayu memiliki kaitan yang sangat erat dengan air baik berupa cairan ataupun uap.
Kemampuan
menyerap
dan
melepaskan
air
sangat
tergantung dari kondisi lingkungan seperti temperatur dan kelembaban udara. Kandungan air yang terdapat pada sebuah pohon kayu sangat bervariasi tergantung pada spesiesnya. Dalam satu spesies yang sama terjadi pula perbedaan kandungan air yang
disebabkan
penanamannya.
oleh
Pada
umur,
bagian
ukuran batang
pohon
sebuah
dan
lokasi
kayu,
terjadi
BAB 1 Material kayu
7
perbedaan kandungan air, kandungan air pada kayu gubal lebih banyak dari pada kandungan air kayu teras. Air yang terdapat pada batang kayu tersimpan dalam dua bentuk yaitu: air bebas (free water) yang terletak diantara sel-sel kayu, air ikat (bound water) yang terletak pada dinding sel. Selama air bebas masih ada, maka dinding-dinding sel kayu akan tetap jenuh. Air bebas merupakan air yang pertama yang akan berkurang seiring dengan proses pengeringan, pengeringan selanjutnya akan dapat mengurangi air ikat pada dinding sel. Ketika batang kayu mulai diolah (ditebang dan dibentuk), kandungan air pada batang berkisar antara 40% hingga 300%. Kandungan air ini dinamakan kandungan air segar. Setelah ditebang dan mulai dibentuk atau diolah, kandungan air mulai bergerak keluar. Suatu kondisi dimana air bebas yang terletak diantara sel-sel sudah habis sedangkan air ikat pada dinding sel masih jenuh dinamakan titik jenuh serat (fibre saturation point). Kandungan air pada saat titik jenuh serat berkisar antara 25% sampai 30%. Pengeringan selanjutnya (di bawah titik jenuh serat) akan mengurangi kandungan air ikat pada dinding sel, menyebabkan terjadinya perubahan dimensi tampang melintang batang kayu, perubahan sifat-sifat mekanis, dan ketahanan lapuk. Kandungan air pada kayu akan sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan. Bila kelembaban udara lingkungan meningkat, maka kandungan air pada kayu akan meningkat pula, dan begitu pun sebaliknya. Pada lingkungan yang memiliki kelembaban udara yang stabil, maka kandungan air pada kayu juga akan cenderung
8
Konstruksi Kayu tetap, kondisi kandungan air pada kayu yang tetap ini disebut kadar air imbang (equilibrium moisture content).
2.
Kepadatan dan Berat Jenis Kepadatan (density) kayu dinyatakan sebagai berat per unit volume. Pengukuran kepadatan ditujukan untuk mengetahui porositas atau persentase rongga (void) pada kayu. Kepadatan dan volume sangat bergantung pada kandungan air. Cara menghitung kepadatan suatu jenis kayu adalah dengan cara membandingkan antara berat dengan volume pada kadar air tertentu, umumnya dibawah 30%. Berat jenis adalah perbandingan antara kepadatan kayu pada kondisi kering oven dengan kepadatan air pada volume yang sama. Berat kering oven dapat diperoleh dengan cara menimbang spesimen kayu yang telah disimpan dalam oven pada suhu 105C selama 24 hingga 48 jam atau hingga berat spesimen kayu tetap. Kayu terdiri dari bagian padat (sel kayu), air dan udara. Ketika kayu dimasukkan ke dalam oven atau dikeringkan maka volume yang tetap tinggal adalah volume bagian padat dan volume udara saja sedangkan airnya sudah menguap/hilang. Berat jenis kayu memiliki korelasi positif dengan kekuatan kayu. Secara kasar hubungan ini dapat dilihat pada Persamaan 1.1, dimana F adalah parameter kekuatan kayu (seperti: modulus elastisitas lentur, kuat tekan, dan lain-lain), G adalah berat jenis kayu, K dan n adalah konstanta yang bergantung pada parameter kekuatan kayu yang ditinjau. F = KGn
(1.1)
BAB 1 Material kayu 3.
9
Cacat kayu Cacat atau kerusakan kayu dapat mengurangi kekuatan dan bahkan kayu yang cacat tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai bahan konstruksi. Cacat kayu yang sering terjadi adalah retak (cracks), mata kayu (knots), dan kemiringan serat (slope of
grain). Retak pada kayu terjadi karena proses penyusutan akibat penurunan kandungan air (pengeringan). Pada batang kayu yang tipis, retak dapat terjadi lebih besar dan disebut dengan belah (split). Mata kayu sering terdapat pada batang kayu yang merupakan bekas cabang kayu yang patah. Pada mata kayu ini terjadi pembelokan arah serat, sehingga kekuatan kayu menjadi berkurang. Untuk keperluan konstruksi, dihindari penggunaan batang
kayu
yang
memiliki
mata
kayu.
Kemiringan
serat
menunjukkan sudut miring serat kayu. Kemiringan serat pada batang kayu terjadi disebabkan tidak sesuainya sumbu batang kayu dengan sumbu pohon pada saat pemotongan/pengergajian.
IV. Jenis-jenis penggunaan kayu Dalam
kehidupan
sehari-hari,
jenis
kayu
tertentu
sering
digunakan untuk tujuan yang tertentu pula. Dengan kata lain, untuk tujuan atau keperluan tertentu hanya beberapa jenis kayu yang dapat dipergunakan sedangkan jenis kayu lainnya tidak dapat dipergunakan. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu dan persyaratan teknis yang diperlukan. Pengetahuan ini tidak saja dapat memilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaannya, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis
10
Konstruksi Kayu
kayu yang bersangkutan terlalu mahal atau sulit diperoleh. Jenis kayu dan macam penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jenis kayu dan macam penggunaannya (Sumber: Departemen Kehutanan, http://www.dephut.go.id) Macam penggunaan
Persyaratan teknis
Jenis kayu
Bangunan (konstruksi)
kuat, keras, mempunyai keawetan alam yang tinggi
balau, lara, bangkirai, belangeran, giam, jati, cengal, kapur, kempas, keruing, rasamala
Veneer biasa
kayu bulat berdiameter besar, bebas cacat dan beratnya sedang
meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang
Veneer mewah
disamping persyaratan veneer biasa, kayu harus bernilai dekoratif
jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru, sonokembang
Perkakas (mebel)
berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, dibubut, dilem, disekrup, dan dikerat
jati, rengas, eboni, kuku, mahoni, ramin, meranti, sonokeling, sonokembang
Lantai
keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat
balau, bangkirai, kuku, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati
Bantalan kereta api
kuat, keras, kaku, awet
balau, bangkirai, kempas, belangeran, bedaru, ulin, bintangur
Alat olah raga
kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet
bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling
Alat musik
tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik
cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni
Tiang listrik dan telpon
kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus
balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin
BAB 1 Material kayu
11
Selain digunakan untuk material konstruksi, kayu juga dapat digunakan sebagai bahan baku elemen non-struktur seperti kayu lapis,
particle board, blockboard, dan lain-lain. Dewasa ini beberapa elemen non-struktur berbahan dasar kayu telah banyak dikembangkan dan juga diminati oleh banyak orang karena memiliki nilai keindahan yang cukup tinggi (Tabloid Rumah edisi 63, 2005). Beberapa jenis elemen nonstruktur tersebut antara lain: a. Particle Board (Chipboard) Kayu dihancurkan menjadi serbuk kasar dan serbuk tersebut dipadatkan dengan mesin menjadi papan. Kualitas Particle Board diukur berdasarkan kepadatan. b. MFC (Melamine Face Chipboard) MFC adalah Particle Board yang permukaannya dilapisi oleh bahan melamin supaya tahan air. c.
MDF (Medium Density Fiberboard) Terbuat dari kayu yang dihancurkan sampai menjadi bubur yang halus, kemudian dicampurkan dengan bahan kimia yang berfungsi sebagai perekat lalu dikompres dan dikeringkan dengan suhu tinggi. MDF lebih halus dibandingkan Particle Board.
d. HDF (High Density Fiberboard) Mirip dengan MDF tapi dikompres dan dikeringkan dengan suhu yang lebih tinggi sehingga menghasilkan panel yang lebih kuat dalam menahan beban. Panel HDF biasanya digunakan untuk bahan pelapis lantai. e. Blockboard
12
Konstruksi Kayu Terdiri dari potongan kecil kayu yang berukuran 4-5 cm, kayu tersebut
kemudian dipadatkan menjadi lembaran papan.
Potongan kayu yang digunakan biasanya dari kayu lunak. f.
Teakblock Kayu blockboard yang diberi lapisan terluar dari irisan kayu jati (Teak).
g. Kayu lapis (Plywood) Sejumlah lapisan tipis kayu yang dilem dengan mesin menjadi satu membentuk papan. Jenis kayu yang dipakai bervariasi antara kayu keras dan kayu lunak. Tiap lapisan kayu dipasang berselang-seling serat kayunya supaya papan lebih kuat.
V.
Kayu laminasi (Glue laminated timber) Salah satu produk kayu yang saat ini berkembang pesat di
banyak tempat di dunia adalah kayu laminasi (Glulam). Kayu laminasi diperoleh dengan cara merekatkan papan-papan kayu yang memiliki ketebalan 20 sampai dengan 45 mm dengan bahan perekat tertentu dan pada tekanan tertentu. Sebelum proses perekatan, terlebih dahulu papan-papan kayu dikeringkan hingga nilai kandungan air di bawah 16%. Karena rendahnya kandungan air pada papan kayu, maka struktur kayu laminasi memiliki kestabilan ukuran (dimension stability) yang lebih baik bila dibandingkan dengan kayu masif non-laminasi. Tinggi dan panjang kayu laminasi dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan (umumnya lebih besar dari pada ukuran kayu masif) sehingga dapat digunakan sebagai balok pada jembatan atau konstruksi berbentang panjang. Papan-papan kayu umumnya dihubungkan dengan
BAB 1 Material kayu
13
dua macam bentuk sambungan yaitu: finger joint dan scarf joint seperti dapat dilihat pada Gambar 1.3. Letak sambungan dibuat tidak pada satu
cross-section, melainkan divariasikan sehingga kekuatan penampang pada seluruh bentang dapat seragam. Papan kayu pada struktur balok laminasi umumnya memiliki kekuatan yang berbeda sesuai dengan distribusi tegangan pada cross-section; linier pada elastik analisis. Papan kayu pada bagian dekat garis netral (bagian tengah dari crosssection) memiliki kekuatan yang lebih rendah dari pada papan yang terletak jauh dari garis netral.
Gambar 1.3 Sambungan finger dan scarf pada kayu laminasi Papan kayu yang memiliki kekuatan tinggi umumnya memiliki nilai kepadatan (density) yang tinggi pula. Dan juga sebaliknya; kayu yang memiliki kekuatan kecil adalah kayu dengan nilai kepadatan yang
14
Konstruksi Kayu
rendah. Kayu yang memiliki nilai kepadatan rendah identik dengan kayu yang memiliki serat kayu tipis dan memiliki volume rongga yang besar. Perekatan pada kayu yang memiliki kepadatan rendah dapat lebih mudah dilakukan dari pada perekatan pada kayu yang memiliki kepadatan tinggi. Pada papan kayu dengan kepadatan rendah, bahan perekat dapat dengan mudah masuk pada rongga-rongga serat dan mengunci serat-serat kayu. Sedangkan pada papan kayu berkepadatan tinggi, perlu tekanan yang lebih besar agar serat-serat kayu dapat merekat. Tetapi, tekanan yang dilakukan pada saat perekatan tidak boleh merusak serat-serat kayu. Menurut AFPL (1991), besarnya tekanan pada saat pembuatan kayu laminasi berkisar antara 0,7 Mpa hingga 1,7 Mpa. Beberapa jenis bahan perekat yang dipergunakan pada struktur kayu
laminasi
antara
lain:
casein,
urea
formaldehyde,
phenol
formaldehyde, phenol-resorcinol formaldehyde, dan melamine-urea formaldehyde. Pemilihan jenis bahan perekat sangat ditentukan oleh banyak hal seperti: kekuatan rekatan (bond strength), Penggunaan struktur (indoor-use atau outdoor-use), dan kemudahan proses perekatannya. Casein merupakan bahan perekat yang pertama kali dipakai pada struktur kayu laminasi. Bahan perekat ini tidak tahan terhadap air dan serangan jamur. Urea formaldehyde adalah bahan perekat kayu laminasi untuk keperluan dalam ruangan (indoor-use) dengan sedikit resiko terkena air. Phenol formaldehyde adalah bahan perekat yang tahan cuaca (outdoor-use) dan dapat berfungsi dalam jangka waktu yang lama. Perekatan dengan menggunakan Phenol formaldehyde harus dilakukan dalam suhu yang tinggi yaitu 110C hingga 140C. Kayu
BAB 1 Material kayu
15
laminasi dengan alat perekat phenol-resorcinol formaldehyde memiliki ikatan yang kuat dan proses perekatan dapat dilakukan pada suhu rendah yaitu 15C sampai 20C. Bahan perekat melamine-urea formaldehyde hampir sama dengan urea formaldehyde, hanya saja sebagian urea diganti dengan melamine untuk meningkatkan ketahanan terhadap air. Penurunan kekuatan bahan perekat maupun material kayu dalam waktu yang lama dapat disebabkan oleh peningkatan temperatur, peningkatan kandungan air, dan serangan micro-organisma. Contoh penurunan kekuatan beberapa jenis bahan perekat dan material kayu akibat pengaruh cuaca dapat dilihat pada Gambar 1.4. Bahan perekat urea menunjukkan penurunan kekuatan yang paling besar, sedangkan bahan perekat resorcinol, phenol, phenol-resorcinol, dan material kayu mengalami penurunan kekuatan yang sangat kecil.
Gambar 1.4 Penurunan kekuatan beberapa jenis bahan perekat dan material kayu akibat cuaca (AFPL, 1991)
16
Konstruksi Kayu
VI. Pengawetan kayu Pada masa sekarang ini, tindakan pengawetan kayu dirasakan sangat penting oleh setiap pemakainya. Tindakan pengawetan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memperpanjang umur pakai kayu baik secara kimia mapun fisika dengan cara meningkatkan ketahanannya terhadap
serangga
perusak,
kembang-susut
akibat
perubahan
kandungan air, dan sebagainya. Salah satu serangga perusak kayu dengan daya rusak yang luas adalah rayap. Rayap adalah serangga yang hidup secara berkoloni. Rayap terbagi atas tiga yaitu: rayap tanah, rayap kayu kering, dan rayap kayu basah. Rayap tanah biasanya menjadi ancaman yang serius bagi konstruksi bangunan dan peralatan yang terbuat dari kayu. Perlindungan bangunan terhadap rayap dapat dilakukan dengan cara penyemprotan bahan termitisida pada tanah ketika bangunan akan didirikan dan pengawetan komponen kayu. Pada saat ini bahan-bahan termitisida telah banyak diproduksi dalam beberapa merk dagang. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis termitisida adalah kepastian tidak mencemari lingkungan dan tidak berbahaya terhadap makhluk hidup selain rayap. Pengawetan kayu dapat dilakukan menggunakan bahan pengawet yang larut dalam air seperti garam Tanalith dan Diffusol CB telah banyak diproduksi. Bahan pengawet ini umumnya berbahan dasar copper, chrom, dan boron. Kayu yang diawetkan dengan bahan Diffusol CB akan berubah warna menjadi hijau setelah dikeringkan. Beberapa macam metode pengawetan kayu yang sudah dikenal luas oleh masyarakat kita adalah: perendaman, laburan, rendaman panas dan dingin, dan vacum tekan. Pada daerah yang tidak terdapat
BAB 1 Material kayu
17
alat vacum tekan, metode rendaman panas dingin merupakan metode yang paling efektif. Proses pengawetan rendaman panas dan dingin diawali dengan merendam kayu pada larutan pengawet panas (88oC – 113oC) sehingga udara pada pori-pori kayu mengembang. Kayu yang sudah direndam panas, kemudian dimasukkan pada larutan pengawet dingin. Udara yang tadinya mengembang, kemudian akan mengkerut dan menarik larutan pengawet masuk ke dalam kayu. Proses rendaman panas dan dingin dapat juga dilakukan dalam satu bak/tempat. Metode vacum tekan sangat disenangi untuk keperluan komersial, karena sangat efisien dan efektif (masuknya bahan pengawet ke kayu bisa lebih dalam dan merata). Kayu dan larutan pengawet dimasukkan ke dalam silinder besi horisontal, dengan tekanan tertentu (sampai 10 atm) larutan pengawet dipaksa masuk ke dalam kayu. Besarnya tekanan yang diberikan dan lamanya penekanan sangat dipengaruhi oleh jenis kayu dan bahan pengawetnya. Pada metode ini dikenal istilah
full-cell process dan empty-cell process. Metode full-cell process memiliki penetrasi yang lebih besar karena bahan pengawet akan mengisi rongga-rongga sel kayu secara penuh. Sedangkan pada metode
empty-cell process, bahan pengawet tidak masuk hingga rongga-rongga sel tetapi hanya menempel di dinding sel saja.