PENGARUH KERUGIAN KREDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN KREDIT, TOTAL KREDIT, DAN RASIO PERMODALAN TERHADAP KERUGIAN KREDIT TAHUN BERJALAN (Pada 60 Bank Umum Konvensional di Indonesia Tahun 2006-2011) I Gusti Agung Ayu Chandradyani N., Nissa Ghulma Ratnasari Ekstensi Manajemen, PEFE Universitas Indonesia, Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat
[email protected] Abstrak Pertumbuhan kredit bank merupakan indikator keberhasilan bank dalam fungsinya sebagai perantara yang menyalurkan dana penghimpunan pada masyarakat. Namun, pertumbuhan tersebut biasanya diiringi juga oleh peningkatan resiko kredit yang dicerminkan dari kerugian kredit Penelitian ini menggunakan beberapa variabel bebas (independent) yaitu Kerugian Kredit pada Setahun Sebelumnya (Previous Loan Loss), Pertumbuhan Kredit dengan jeda 1-4 tahun sebelumnya (Loan Growth), Total Kredit (Total Customer Loan), Rasio Permodalan (Equity-to-Total Assets), Perbedaan Kelompok Bank (Specialization dummies), dan Kondisi Makroekonomi Tahun Terkait (Country-year dummies). Selain itu, penelitian juga menggunakan satu variabel terikat (dependent) yakni Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 bank umum konvensional yang ada di Indonesia dengan periode penelitian tahun 2006 – 2011. Pengujian dilakukan dengan metodologi panel data analisis dengan pendekatan random effect. Penelitian ini memberikan hasil temuan bahwa Kerugian Kredit pada Setahun Sebelumnya (Previous Loan Loss), Pertumbuhan Kredit dengan jeda 1-4 tahun sebelumnya (Loan Growth) dan Kondisi Makroekonomi Tahun Terkait (Country-year dummies) memiliki pengaruh terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia. Kata Kunci: kerugian kredit pada tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit, kondisi makroekonomi, kerugian kredit pada tahun berjalan Abstract Loan Growth is often regarded as an indicator of the success of the bank as financial intermediaries. A higher Loan Growth usually associate with higher credit risks, which can be projected by Loan Loss. This Study uses independent variables such as Loan Loss in the previous year, Loan Growth with lag 1-4 years earlier, Total Customer Loan, Equity-to-Total Assets, Specialization dummies and Country-year dummies that represent macroeconomic condition and the dependent variable used is Present Loan Loss. Total sample used in this study is 60 conventional banks data in Indonesia period of 2006-2011. The methodology used in this study is data panel analysis with random effect approach. Result of this study was found that Loan Losses in the previous year, Loan Growth with lag of 1-4 years, and Country-year dummies has an influence on Present Loan Loss conventional banks in Indonesia. Key words: previous loan loss, loan growth, macroeconomic condition, present loan loss
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
1
PENDAHULUAN Pertumbuhan kredit bank merupakan indikator keberhasilan bank dalam fungsinya sebagai intermediary yang menyalurkan dana penghimpunan pada masyarakat. Namun, pertumbuhan tersebut biasanya diiringi juga oleh peningkatan resiko kredit yang dicerminkan dari kerugian kredit. Menurut Berger dan Udell (2004) penyaluran kredit yang berlebihan dapat menimbulkan sejumlah masalah potensial seperti memperburuk siklus bisnis, meningkatkan resiko sistematik, dan kesalahan pengalokasian penyaluran kredit. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 telah memberikan contoh bahwa pertumbuhan kredit yang tinggi membawa resiko yang besar khususnya pada pertumbuhan kredit perumahan yang didorong dengan suku bunga kedit yang rendah, booming pasar perumahan, kelonggaran dalam penetapan standar kredit telah menjerumuskan perbankan pada kerugian kredit yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya dan hal itu berdampak pada ekonomi global. (Gorton 2009; Demyanyk 2011; Dell ‘Ariccia 2012). .Hubungan positif antara pertumbuhan kredit dengan resiko ditemukan pertama kali pada penelitian penelitian pada Sinkey dan Greenawalt (1991) yang menganalisa perbankan di Amerika pada tahun 1984–1987, kemudian pada penelitian Salas dan Saurina (2002) yang menganalisa perbankan di Spanyol pada periode 1985–1997, penelitian Hess et al. (2009) yang menganalisa 32 Australasian banks pada tahun 1980–2005 dan penelitian Foos et al. (2010) yang menganalisa 16.000 bank pada tahun 2001-2007. Penelitian – penelitian yang telah disebutkan menyimpulkan bahwa pertumbuhan kredit yang tinggi berubah menjadi kerugian bagi bank dalam jeda 2-4 tahun berikutnya. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara berkembang juga menunjukan pendapat sejalan yaitu Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) yang pesat juga diiringi dengan penurunan kualitas kredit sehingga disarankan agar perbankan yang tumbuh pesat untuk meningkatkan modalnya (Cottarelli et al., 2005; Kraft and Jankov, 2005). Namun, penelitian– penelitian lain menyimpulkan hasil berbeda yaitu terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan kredit dengan resiko yang ditemukan pada penelitian Clair (1992) yang menganalisa individual bank di Texas pada tahun 1976–1990 dan Laeven (2003) yang menganalisa data bank – bank yang berasal dari 45 negara yang terdaftar di Bankscope pada periode 1988–1999. Perbankan di Indonesia, tidak berbeda dengan negara- negara lainnya, merupakan pusat sektor finansial dimana bank bertugas menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali antara lain dalam bentuk menyediakan pendanaan eksternal untuk korporasi dan perusahaan kecil. Statistik perbankan Indonesia menunjukan penyaluran kredit oleh Bank Umum pada tahun 2011 sebesar Rp2,200 Triliun atau mencapai 64% dari penyaluran dana bank umum yang tercatat sebesar Rp3,412 Triliun. Perkembangan penyaluran kredit di Indonesia oleh bank – bank umum sejak tahun 2006 – 2011 yang terus meningkat dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.1 Grafik Penyaluran Dana dan Kredit Bank Umum Indonesia
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
Soedarmono, W., et al. (2011) menyatakan bahwa setelah krisis 1997, bank – bank di Asia pada dasarnya masih belum dapat membatasi diri dari pengambilan resiko kredit yang tinggi dan masalah tersebut sering terjadi pada kondisi ekonomi yang ekpansif. Menurut Bank Indonesia (2012) selama periode ekspansi, institusi perbankan di Indonesia cenderung memiliki ekspektasi yang terlalu optimis pada kemampuan membayar nasabah dan akibatnya kurang hati-hati dalam memberikan kredit kepada golongan beresiko tinggi. Sebagai akibatnya terjadi penumpukan pinjaman yang berpotensi menjadi bad loans pada periode ekonomi kontraksi. Dalam penelitian–penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara pertumbuhan kredit dengan kerugian kredit pada individual bank, untuk membandingkan kerugian kredit pada individual bank (Loan Loss) pada umummnya digunakan logaritma dari rasio loan loss provision (LLP) pada tahun berjalan terhadap total kredit yang disalurkan pada tahun sebelumnya sebagaimana yang dicatatkan oleh Laeven (2003) dan Foos et al. (2010). Sementara untuk membandingkan pertumbuhan kredit individual bank (Loan Growth) digunakan selisih laju pertumbuhan kredit individual bank terhadap laju pertumbuhan total kredit di negara tersebut. Pendekatan ini dilakukan untuk mengukur kondisi makroekonomi dan kondisi kompetisi antar bank di negara tersebut setiap tahunnya (Hess et al., 2009; Foos et al., 2010). Beberapa penelitian secara khusus menambahkan beberapa proksi untuk mengukur kemampuan individual bank dan variabel dummy untuk mengetahui perbedaan kelompok bank dan kondisi makroekonomi. Dalam penelitian Jokipii (2008) dan Foos et al. (2010), terdapat dua proksi ditambahkan untuk mengukur kemampuan penyaluran kredit individual bank. Pertama adalah Total Kredit (Total Customer Loans) yang merupakan logaritma dari total kredit yang disalurkan oleh masing – masing bank dan yang kedua, Rasio Permodalan Terhadap Total Aktiva yang merupakan pendekatan untuk mengetahui kesanggupan bank dalam mengatasi kerugian apapun yang mungkin timbul (Jokipii 2008). Pada penelitian Iannotta (2007), Illueca (2008), dan Foos et al. (2010) ditambahkan proksi untuk mengetahui perbedaan kelompok bank dan kondisi makroekonomi apakah mempengaruhi perilaku penyaluran kredit, pengambilan resiko dan performa bank tersebut menggunakan proksi pengelompokan bank (specialization dummies) yang merupakan dummy variabel yang akan membedakan seluruh bank berdasarkan kekhususan mereka. Dummy variabel ini akan bernilai 1 jika sesuai dengan spesialisasi bank tersebut. Terakhir proksi untuk menggambarkan heterogenitas makroekonomi di berbagai negara ditambahkan oleh Foos et al.( 2010) adalah kondisi makroekonomi tahun terkait (country-year-dummies). Dummy variabel ini akan bernilai 1 jika kondisi makroekonomi sedang mengalami perlambatan dan akan bernilai 0 jika tidak mengalami perlambatan ekonomi. Penelitian–penelitian sebelumnya mengenai pertumbuhan kredit dengan kerugian kredit pada individual bank yang telah disebutkan di atas menunjukan bahwa pertumbuhan kredit yang tinggi berubah menjadi kerugian bagi bank dalam jeda 2-4 tahun berikutnya terutama di saat kondisi perekonomian sedang kondusif seperti kondisi yang saat ini terjadi di Indonesia. Lalu, bagaimanakah dengan perbankan di Indonesia? Apakah peningkatan penyaluran kredit di Indonesia akan meningkatkan kerugian kredit yang dimiliki. 1.2.Rumusan Masalah Dalam mengkaji berbagai faktor penentu yang mempengaruhi resiko bank seperti yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, penelitian ini mencoba menganalisis sejauh mana Kerugian Kredit pada Setahun Sebelumnya (Previous Loan Loss), Pertumbuhan Kredit dengan jeda 1-4 tahun sebelumnya (Loan Growth), Total Kredit (Total Customer Loan), Rasio Permodalan (Equity-to-Total Assets), Pengelompokan Bank (Specialization dummies), dan Kondisi Makroekonomi Tahun Terkait (Country-year dummies) memiliki pengaruh
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia. 1. Apakah Kerugian Kredit pada Setahun Sebelumnya (Previous Loan Loss) sebelumnya memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia? 2. Apakah Pertumbuhan Kredit dengan jeda 1-4 tahun sebelumnya (Loan Growth) memiliki pengaruh signifikan positif Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia? 3. Apakah Total Kredit (Total Customer Loan) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia? 4. Apakah Rasio Permodalan (Equity-to-Total Assets) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia? 5. Apakah Pengelompokan Bank (Specialization dummies) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia? 6. Apakah Kondisi Makroekonomi Tahun Terkait (Country-year dummies) memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia? 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui apakah Kerugian Kredit pada Setahun Sebelumnya (Previous Loan Loss) sebelumnya memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 2. Mengetahui apakah Pertumbuhan Kredit dengan jeda 1-4 tahun sebelumnya (Loan Growth) meningkat memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 3. Mengetahui apakah Total Kredit (Total Customer Loan) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 4. Mengetahui apakah Rasio Permodalan (Equity-to-Total Assets) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 5. Mengetahui apakah Pengelompokan Bank (Specialization dummies) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 6. Mengetahui apakah Kondisi Makroekonomi Tahun Terkait (Country-year dummies) memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 2. TINJAUAN TEORITIS Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan kredit dan resiko perbankan maka berikut adalah landasan teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan penelitian terdahulu.
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
2.1 Hubungan Pertumbuhan Kredit, Resiko Perbankan dan Permodalan Krisis ekonomi global 2008 menurut penelitian Dell ‘Ariccia (2012), dipicu salah satunya oleh karena sistem pebankan di negara- negara maju banyak melakukan leverage baik secara on maupun off balancesheet. Perbankan menaruh investasi dengan nilai sedemikan besar tanpa memperhitungkan kemampuan modal. Wadah investasi tersebut disebut collateralized debt obligation (CDO) yang menjadikan kredit properti sebagai jaminan. Ketika kredit properti di Amerika memburuk, maka nilai berbagai instrumen investasi kompleks yang menjadikannya jaminan pun jatuh. Instrumen- intsrumen investasi yang jatuh itu sudah beralih rupa menjadi beragam jenis dan tingkatan yang di pasarkan di seluruh dunia. Tak hanya penurunan nilai dari produk investasi turunan tersebut, semakin terhubungnya sistem finansial global membuat krisis menular keseluruh dunia mengakibatkan sistem perbankan tidak memiliki cukup likuiditas dan memberikan dampak buruk sektor riil karena sulit mendapat kredit. Basel Committe on Banking Supervision (BCBS) pada tahun 2004 telah merumuskan dalam kerangka Basel II bahwa sebaiknya bank yang terpapar investasi beresiko tinggi menyisihkan modal yang besar sebagai cadangan. Saran BCBS juga sejalan dengan Bank Indonesia (2012), mengungkapkan dengan mengintegrasikan kebijakan kehati- hatian makro dan mikro yang mencakup pengaturan kualitas dan tingkat permodalan yang lebih tinggi dapat meredam siklus ekspansi dan kontraksi kredit berlebihan dan juga meredam resiko sistemik. 2.2 Kondisi Perekonomian Indonesia Pada tahun 2006-2011, kondisi perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang fluktuatif . Perekonomian Indonesia mulai menurun pada tahun 2008 dan mencapai puncaknya pada tahun 2009 lalu mengalami pemulihan pada tahun 2010. Laporan Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 mencapai 6,1% atau sedikit lebih rendah dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 6,3% namun pertumbuhan tersebut meningkat jika dibandingkan pada tahun 2006 yang hanya mencapai 5,5%. Penurunan tersebut disebabkan semakin terintegrasinya perekonomian global sehingga perekonomian seluruh di negara ikut mengalami perlambatan. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia dilaporkan hanya mencapai 4,5%. Perlambatan tersebut terjadi akibat dampak krisis ekonomi global yang mencapai puncaknya pada tahun akhir tahun 2008. Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia di tahun 2010, pertumbuhan perekonomian mulai mengalami peningkatan sebesar 6.1% dan pada tahun 2011 mencatat pertumbuhan sebesar 6.5% yang merupakan pertumbuhan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Tabel 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2006-2011 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertumbuhan Ekonomi 5.5% 6.3% 6.1% 4.5% 6.1% 6.5% Indonesia
2.3 Kondisi dan Konsentrasi Industri Perbankan Indonesia Beberapa penelitian meneunjukan kesepakatan dunia pada bulan Juli 2007 hingga Desember 2008 merupakan periode krisis bagi seluaruh bank di dunia yang buruk akan tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Andrea Beltratti dan Rene M. Stulz (2012) menunjukan bahwa pada periode krisis tersebut terdapat bank –bank yang menunjukan performa yang lebih baik. Bank – bank tersebut menunjukan perfoma yang lebih baik karena
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
bank – bank tersebut memilki rasio kecukupan modal memenuhi Tier I dan pengawasan dari regulator yang efektif. Sepanjang tahun 2006 hingga tahun 2011 kondisi industri perbankan Indonesia selalu mengalami peningkatan dalam penyaluran kredit perbankan. Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan pada tahun 2006 mencapai 14% dan pada tahun 2007 dan tahun 2008 meningkat menjadi 26% dan 31%. Namun pada tahun 2009, penyaluran kredit menurun tajam menjadi sekitar 10%. Peningkatan penyaluran tersebut sempat mengalami perlambatan pada tahun 2009 karena terkena imbas krisis global yang berawal dari Amerika Serikat pada tahun 2007 dan mencapai puncaknya pada akhir tahun 2008. Berdasarkan Laporan Pengawasan Perbankan 2011, bank –bank umum mengalami peningkatan dalam fungsi intermediasi. Penyaluran kredit perbankan pada tahun 2011 tumbuh 24,59% atau sebesar Rp. 2.200,09 Triliun lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit perbankan 2010 yang hanya mencapai 22,80%. Membaiknya kondisi ekonomi pada tahun 2011 mendorong terjadinya peningkatan permintaan kredit dari masyarakat dan penawaran dari perbankan. Memasuki tahun 2012, perbankan mengalami tantangan yang harus dihadapi yaitu resiko lambatnya pemulihan ekonomi global dan minimnya kontribusi perbankan dalam pembangunan ekonomi nasional mengingat bank –bank lebih tertarik menempatkan asetnya dalam bentuk instrument moneter atau Surat Berharga Negara (SBN). Penempatan aset perbankan tersebut dan rendahnya tingkat efisiensi perbankan berkontribusi terhadap penetapan suku bunga kredit perbankan yang relative tinggi yang berdampat pada fungsi intermediasi perbankan ke depannya. Pengamatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (2012) menunjukan pertumbuhan kredit kembali meningkat setelah mengalami penurunan yang cukup signifikan selama periode 2009 hingga kuartal pertama 2010 akibat krisis keuangan global. Pada akhir 2011 pertumbuhan kredit secara nominal dan riil masing-masing tercatat sebesar 24,7% dan 20,1%, melampaui pertumbuhan di 2010 yang sebesar 23,3% dan 15,3%. Hingga Maret 2012, pertumbuhan kredit nominal adalah 25% sementara pertumbuhan kredit riil adalah 20%. Pangsa kredit terhadap PDB pada akhir 2011 juga tercatat sebesar 30%, meningkat cukup signifikan dibandingkan posisi 2010 yang sebesar 27%. Kredit perbankan diperkirakan akan terus tumbuh di tengah penurunan suku bunga BI rate. Perkiraan Peningkatan Kredit perbankan tersebut sejalan dengan perkiraan Organization for Economic Co-operation dan Development (OECD) mengingat pertumbuhan ekonomi di Indonesia diharapkan mencapai tingkat pertumbuhan rata- rata sebesar 6,6% pertahun antara tahun 2012 hingga 2016. Target penyaluran kredit industri perbankan sebesar 23,6% pada tahun 2012 akan didukung permintaan dari industri domestik. Kontribusi kredit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang masih berkisar di level 27%, lebih rendah dibanding Filipina 30%, India 51%, Thailand 79%, Malaysia 109%, dan Singapura 139%. Hal ini menunjukkan perbankan Indonesia masih memiliki ruang yang cukup besar untuk menyalurkan kredit. Berdasarkan laporan pengawasan Bank tahun 2006, bank –bank di Indonesia cenderung menyalurkan dana pada jenis kredit beresiko rendah. Perbankan melakukan penyesuaian strategi pemberian kredit dengan lebih memfokuskan kepada sektor usaha yang memiliki resiko terkendali, antara lain yang bersifat jangka pendek dengan plafon yang tidak terlalu besar. 2.4 Persaingan Industri Perbankan Dalam Peningkatan Kredit Beberapa peneliti telah banyak melakukan studi tentang perilaku procyclical industri perbankan dalam menyalurkan kredit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti salah satunya oleh Berger dan Udell (2004) adalah bank-bank cenderung menurunkan
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
standar kredit untuk memperoleh debitur baru. Penelitian tersebut dilakukan terhadap lebih dari 2000 Bank di Amerika Serikat pada tahun 1980 – 2000. Dell’ Aricia dan Marquez (2006) mengungkapkan industri perbankan berusaha meningkatkan kreditnya dengan menurunkan suku bunga pinjaman, melonggarkan permintaan jaminan dan menurunkan standar kredit. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ogura (2006), industri perbankan juga melakukan strategi pertumbuhan eksternal dengan melakukan merger dan akusisi untuk meningkatkan pangsa pasar peyaluran kredit. Daniel Foos, Lars Norden, dan Martin Weber (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan adanya kemungkinan bank- bank menyalurkan kreditnya kepada debiturdebitur berkualitas rendah untuk memperoleh peningkatan penyaluran kredit. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyaningsih dan Daly (2011) mengungkapkan hal sependapat dengan penelitian Ogura (2006) bahwa merger dan akusisi bank di Indonesia juga meningkatkan distribusi pangsa pasar dan mengurangi konsentrasi pasar 2.5 Penelitian Terdahulu 2.5.1 Luc Laeven dan Giovanni Majnoni (2003) “Loan Loss Provisioning And Economic Slowdown: Too Much, Too Late” Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris bahwa banyak bank di dunia menunda loan loss provision untuk kredit macet hingga terlambat dan ketika siklus sedang menurun hal tersebut berpengaruh terhadap pendapatan dan modal dari bank tersebut. Penelitian yang dilakukan dengan data panel mencakup 1.419 bank dari 45 negara yang terdapat di Bankscope dengan periode penelitian tahun 1988 – 1999. Periode tersebut mencakup penurunan ekonomi di Amerika Serikat pada awal tahun 1990 dan krisis ekonomi di Asia Timur pada tahun 1997 – 1998. Variabel spesifik bank yang digunakan antara lain rasio loan loss provision per total assets, profit before tax and loan loss provision,dan pertumbuhan kredit Variabel makroekonomi yang digunakan yaitu pertumbuhan GDP per kapita dan year dummies serta analisis yang dilakukan dengan menggunakan random effect. Hasil penelitian menunjukan bahwa loan loss provisoning memiliki asosiasi negatif dengan pendapatan bank dan pertumbuhan GPD. Loan loss provisoning juga berhubungan negatif dengan pertumbuhan kredit. 2.5.2 Daniel Foos, Lars Norden, dan Martin Weber (2010) “Loan Growth And Riskiness of Banks” Penelitian yang dilakukan oleh Foos, Norden dan Weber (2010) bertujuan untuk melihat pengaruh pertumbuhan kredit terhadap resiko kerugian kredit individual bank dari 16 negara. Penelitian ini dilakukan dengan metode data panel dengan regresi ordinary least square (OLS) dan dynamic two-step system GMM panel estimator. Data yang digunakan adalah data panel level individu sebanyak lebih dari 16.000 bank dan data makroekonomi dengan periode penelitian tahun 1997 – 2007. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah relative loan losses, pertumbuhan kredit, relative interest income, equity-to-total assets, total customer loans, dan country- year dummies. Menurut mereka apabila bank – bank melakukan ekspansi total kredit mereka dengan memberikan kredit ada debitur yang berkualitas rendah maka diharapkan ada hubungan positif antara pertumbuhan kredit terhadap resiko kerugian kredit dengan jeda beberapa tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pertumbuhan kredit dalam jeda tiga - empat tahun sebelumnya dapat meningkatkan kerugian kredit, menurunkan relative interest income, dan menurunkan rasio permodalan bank.
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Desain Penelitian Awal dari penelitian ini adalah dengan dilakukannya riset explorasi terhadap semua informasi yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Ini bertujuan agar peneliti memahami dan mampu mengidentifikasi definisi masalah secara lebih tepat serta menemukan pendekatan maupun formula desain terbaik guna menemukan solusi masalah. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Conclusive research dimana peneliti akan menguji hipotesis dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Jenis conclusive research yang diteliti menurut sifat eksplanasi ilmunya adalah penelitian kausalitas (causal research). 3.2
Populasi dan Penentuan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah judgement/ purposive sampling dimana pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dan kriteria yang ditetapkan oleh penulis. Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Merupakan bank umum konvensional yang memiliki izin usaha dari Bank Indonesia. 2. Memiliki laporan keuangan bank umum konvensional yang lengkap dari tahun 20062011. 3. Memiliki rasio loan loss provision terhadap total kredit yang disalurkan diatas 0%, hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan muncul masalah saat perhitungan variabel loan losses yang merupakan hasil dari logaritma dari rasio loan loan loss provision terhadap total kredit yang disalurkan. Dari hasil pemilihan sampel diatas didapatkan 60 bank umum konvensional dari 109 bank umum konvensional yang beroperasi di Indonesia. Data sekunder tersebut merupakan sampel yang diambil dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 merupakan data langsung dari Laporan Bank Umum.. 3.3
Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel dimana cross section-nya terdiri dari 60 bank dan time series-nya terdiri dari 5 tahun periode penelitian sehingga didapatkan 300 titik observasi. 3.4
Variabel Penelitian
3.4.1
Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang akan menjadi fokus utama dari sebuah penelitian. Tujuan dilakukannya sebuah penelitian adalah untuk melihat variasi dari nilai variabel dependen sehingga dapat mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhinya. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss). Penggunaan variabel dependen ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Foos et al. (2010) dimana perhitungannya adalah sebagai berikut:
Present Loan Loss (LogLL) Merupakan logaritma dari rasio loan loss provision (LLP) pada tahun berjalan terhadap total kredit yang disalurkan pada tahun sebelumnya. Provisi pinjaman bermasalah atau rasio loan loss provision telah sering digunakan dalam penelitian sebelumnya yang bergantung pada individual data (Laeven, 2003)
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
LL = Loan Loss Provision (i,t) Total Customer Loans (i,t-1)
(3.1)
Penggunaan Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) diatas 0 mengacu pada penelitian Foos, et al. (2010) yang ingin mengontrol distribusi log normal dari Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan dengan menggunakan logaritma natural dari Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Log LL) untuk mendapatkan rentang nilai yang memungkinkan. 3.4.2 Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara postif maupun negatif varians dari variabel indepeden menentukan pergerakan nilai dari variabel dependennya. Penggunaan variabel dependen ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Foos, et al. (2010) dimana perhitungannya adalah sebagai berikut:
Previous Loan Loss (LogLLt-1) Merupakan logaritma dari rasio loan loss provision (LLP) pada tahun sebelumnya terhadap total kredit yang disalurkan pada dua tahun sebelumnya dan seterusnya. Provisi pinjaman bermasalah atau rasio loan loss provision telah sering digunakan dalam penelitian sebelumnya yang bergantung pada individual data (Laeven, 2003) LL = Loan Loss Provision (i,t-1) Total Customer Loans (i,t-2)
(3.2)
Penggunaan Kerugian Kredit pada Tahun Sebelumnya (Previous Loan Loss) diatas 0 mengacu pada penelitian Foos, et al. (2010) yang ingin mengontrol distribusi log normal dari Kerugian Kredit pada Tahun Sebelumnya dengan menggunakan logaritma natural dari Kerugian Kredit pada Tahun Sebelumnya (Log LL) untuk mendapatkan rentang nilai yang memungkinkan.
Loan Growth (LG) Merupakan selisih laju pertumbuhan kredit individual bank terhadap laju pertumbuhan total kredit di negara tersebut. Pendekatan ini dilakukan untuk mengukur kondisi makroekonomi dan kondisi kompetisi antar bank di negara tersebut setiap tahunnya (Hess et al., 2009; Foos et al., 2010).
LG = Total Loans (i,t)- Total Loans (i,t-1) - Total Loans Agregat (i,t)- Total Loans Agregat (i,t-1) Total Loans (i,t-1)
Total Loans Agregat (i,t-1)
(3.3)
Total Customer Loans (LOAN) Merupakan logaritma dari total kredit yang disalurkan oleh masing – masing bank Total Loans mendefinisikan penyaluran dana bank dalam bentuk kredit termasuk kredit kepada pemerintah, kredit perumahan, kredit korporasi dan kategori kredit lainya (Bankscope).
Equity–to-Total- Assets (EQUASSETS) Merupakan rasio dari modal terhadap total aset untuk mengukur tingkat permodalan bank. Rasio ekuitas ini merupakan pendekatan untuk mengetahui kesanggupan bank dalam mengatasi kerugian apapun yang mungkin timbul (Jokipii 2008).
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
EQUASSETS= Equity (i,t) (3.3)
Total Assets (i,t-1)
Specialization Dummies (specialization dummies) Merupakan dummy variabel yang akan membedakan seluruh bank berdasarkan kekhususan mereka misalnya Bank Persero (Persero), Bank Umum Swasta Nasional (BUSN), Bank Pembangunan Daerah (BPD). Dan Bank Asing Campuran ( AC). Dummy variabel ini akan bernilai 1 jika sesuai dengan spesialisasi bank tersebut. Kekhususan bank, dan kepemilikan bank merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku penyaluran kredit, pengambilan resiko dan performa bank tersebut (Iannotta. 2007; Illueca 2008)
Country-Year- Dummies (country-year- dummies) Merupakan dummy variabel yang menangkap heterogenitas makroekonomi pada tahun terkait di negara tersebut (Foos et al., 2010). Dummy variabel ini akan bernilai 1 jika kondisi makroeknomi di Indonesia sedang mengalami perlambatan danakan bernilai 0 jika tidak mengalami perlambatan .Kondisi makroekonomi Indonesia mengalami perlambatan pada tahun 2007 – 2009 akibat krisis globa maka pada tahun 2007 – 2009 memiliki nilai 1 pada dummy variable country-year .
3.5
Model Penelitian Model penelitian yang akan digunakan dalam penelitin ini mengacu pada model penelitian yang dilakukan Daniel Foos, Lars Norden, dan Martin Weber seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terkait dengan keterbatasan data dan kemungkinan adanya faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi resiko perbankan maka model tersebut disesuaikan penggunaannya. Sesuai dengan penelitian Foos, et al. (2010), maka penelitian ini akan menggunakan model penelitian regresi berganda (multiple regression) dengan metode General Least Squared (GLS) pada data panel untuk mengetahui pengaruh variable bebas terhadap variable terikat. Penelitian ini hanya menggunakan satu buah model untuk menjelaskan pengaruh Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) terhadap peningkatan Kerugian Kredit (Loan Losses ) dengan jeda waktu beberapa tahun pada individual bank umum konvensional di Indonesia model tersebut adalah sebagai berikut : 4
LogLL i,t =α+β1LogLLi,t-1 +
Ʃ (β
k+1 LG i,t-k)
+ β6LOANi,t+ β7EQUASSETSi,t
k=1
+ γspecialization dummies + δcountry-year- dummies+Ɛ i,t (3.7) dimana: LogLL i,t = Rasio loan loss provision bank i terhadap total customer loan pada tahun t LogLLi,t-1 = Rasio loan loss provision bank i terhadap total customer loan pada tahun t-1 LG i,t-k = Merupakan selisih laju pertumbuhan kredit individual bank terhadap laju pertumbuhan total kredit di negara tersebut dengan jeda 4 tahun LOANi,t = Merupakan logaritma dari total kredit yang disalurkan bank i pada tahun t EQUASSETSi,t = Merupakan rasio dari modal terhadap total aset
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
Ɛ i,t
untuk mengukur tingkat permodalan bank i pada tahun t = kesalahan/ error
3.6
Hipotesis Penelitian Melalui model penelitian diatas, peneliti membuat hipotesis (kesimpulan sementara) sebagai berikut : 1. Hipotesis 1 : Kerugian Kredit (Loan Loss) H0: Tidak ada pengaruh signifikan positif Kerugian Kredit pada Setahun Sebelumnya (Previous Loan Loss) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia H1: Ada pengaruh signifikan positif Kerugian Kredit pada Setahun Sebelumnya (Previous Loan Loss) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 2. Hipotesis 2 : Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) H0: Tidak ada pengaruh signifikan positif Pertumbuhan Kredit dengan jeda 14 tahun sebelumnya (Loan Growth) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia H1: Ada pengaruh signifikan positif Pertumbuhan Kredit dengan jeda 1-4 tahun sebelumnya (Loan Growth) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 3. Hipotesis 3 : Total Kredit (Total Customer Loan) H0: Tidak ada pengaruh signifikan negatif Total Kredit (Total Customer Loan) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia H1: Ada pengaruh signifikan negatif Total Kredit (Total Customer Loan) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 4. Hipotesis 4 : Rasio Permodalan (Equity-to-Total Assets) H0: Tidak ada pengaruh signifikan negatif Rasio Permodalan (Equity-to-Total Assets) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia H1: Ada pengaruh signifikan negatif Rasio Permodalan (Equity-to-Total Assets) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 5. Hipotesis 5 : Perbedaan Kelompok Bank (Specialization dummies) H0: Tidak ada pengaruh signifikan negatif Perbedaan Kelompok Bank (Specialization dummies) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia H1: Ada pengaruh signifikan negatif Perbedaan Kelompok Bank (Specialization dummies) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 6. Hipotesis 6 : Kondisi Makroekonomi (Country-Years dummy) H0: Tidak ada pengaruh signifikan positif Kondisi Makroekonomi Tahun Terkait (Country-Years dummy) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
H1: Ada pengaruh signifikan positif Kondisi Makroekonomi Tahun Terkait (Country-Years dummy) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Bank Umum Konvensional di Indonesia 3.7
Evaluasi Koefisien Evaluasi koefisien dilakukan dengan menganalisa tanda dan nilai koefisien untuk masing – masing variabel independen yang akan dibandingkan dengan jurnal yang menjadi acuan penelitian ini, serta dianalisis teori yang mendasari hasil tersebut. Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut: Pengumpulan dan Pengolahan data sampel
Pemilihan Teknik untuk Data Panel
Pengujian Pelanggaran Asumsi Klasik
Pengujian Hipotesis
Uji Chow
Uji Multikolinearitas
Uji F
Uji BreushPagan LM
Uji Heterokedastisitas
Uji T
Uji Autokorelasi
Uji Adjusted R2
Uji Hausman
Pengambilan Keputusan
Gambar 3.1 Alur Penelitian 3.8
Tahapan Penelitian Tahapan penelitian akan digambarkan dalam bentuk diagram seperti yang terlihat pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Tahapan Penelitian Mulai
Penentuan Topik Pencarian Jurnal Acuan dan studi literatur Penentuan latar belakang, batasan masalah, manfaat dan tujuan penelitian Penentuan Variabel penelitian, model penelitian, desain dan metode penelitian
Penentuan Metode pengumpulan data-data Pengumpulan data
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
Pengolahan dan Analisis data Pengujian Hipotesis dan Analisis Hasil Kesimpulan dan Saran Sumber : Cooper, Donald R and Pamela S. Schindler (2003)
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Uji Regresi Random Effects Variabel Koefisien Std. error L1.logLL 0.6681038 0.0696149 L1.LG -0.1726362 0.0911512 L2.LG -0.0671602 0.07526 L3.LG 0.0172279 0.107804 L4.LG -0.2489734 0.0869698 LOAN -0.0856281 0.0478562 EQUASSETS 0.1846947 0.8704958 Persero 0.3412306 0.2505245 BUSN 0.0394231 0.1319878 BPD -0.139854 0.1426574 AC (omitted) CYD 0.39794390 .0771335 C 0.0175632 0.8158816 2 R 0.6489 Wald chi2(11) 142.73 Prob > chi2 0.0000 Jumlah 118 Observasi Sumber: diolah peneliti dengan STATA
Z
P-Value
9.60 -1.89 -0.89 0.16 -2.86 -1.79 0.21 1.36 0.30 -0.98
0.000 0.058 0.372 0.873 0.004 0.074 0.832 0.173 0.765 0.327
5.16 0.02
0.000 0.983
Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan metode efek random, diatas didapatkan bentuk model sebagai berikut: LogLL i,t =0.6681038LogLLi,t-1 - 0.2489734LG i,t-4 + δcountry-year- dummies+Ɛ i,t Nilai nilai R-Kuadrat (R-Squared) yang diperoleh dari output uji hipotesis diatas adalah sebesar 0.6489 atau sama dengan 64,9%. Keadaan ini menunjukkan Loan Losses tahun sebelumnya, Loan Growth dengan jeda 4 tahun sebelumnya, Equity-to-total assets, Total customer loans, specialization dummies dan country-year dummies memberikan kontribusi pengaruh sebesar 64,9%. Terhadap Loan Losses. Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel – varibel independen tersebut terhadap Loan Losses. Sedangkan sisanya 35,1% (yang didapat dari 100% - 64,9%) dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain di luar variabel independen yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
Output regresi juga menunjukan bahwa nilai probabilitas F-stat signifikan, yakni sebesar 0.0000, menandakan bahwa variabel –variabel independen yang terdapat dalam persamaan diatas secara bersama- sama mempengaruhi variabel dependen dengan tingat keyakinan 99 persen. Penjelasan dan analisis lebh lanjut tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam model tersebut berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan akan di jelaskan sebagai berikut: 4.1.1 Kerugian Kredit Tahun Sebelumnya (LogLL) Variable Kerugian Kredit Tahun Sebelumnya (Previous Loan Loss) secara statistic signifikan mempengaruhi Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Selain signifikan, arah koefisien yang positif sesuai dengan hipotesis yang mengindikasikan semakin besar Kerugian Kredit Tahun Sebelumnya maka akan semakin besar Kerugian Kredit Tahun Berjalan. Nilai koefisien sebesar 0.6681038 mempunyai arti bahwa setiap kenaikan 1 satuan rasio loan loss provision bank i terhadap total customer loan yang disalurkan pada tahun sebelumnya akan meningkatkan Kerugian Kredit Tahun Berjalan n sebesar 0.6681038 dengan asumsi variable lainnya konstan. Hasil uji hipotesis tersebut sejalan dengan penemuan Foos, et Al. (2010) bahwa Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) dipengaruhi Kerugian Kredit Tahun Sebelumnya (Previous Loan Loss). Kerugian Kredit Tahun Sebelumnya (Previous Loan Loss) mempengaruhi Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) disebabkan karena bank – bank di Indonesia menggunakan sistem Forward-Looking Provision seperti yang tertuang pada peraturan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/148/KEP/DIR tentang Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dan PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia) Revisi 2008. Penggunaan sistem Forward-Looking Provision tersebut disarankan komite Basel dan terbukti dapat membatasi procyclicality (Lepetit 2012). 4.1.2 Loan Growth (LG) Variable Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) pada satu tahun sebelumnya (LG i,t-1) secara statistic tidak signifikan mempengaruhi Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) Selain tidak signifikan, arah koefisien yang negative sesuai dengan hipotesis yang mengindikasikan semakin besar Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) pada satu tahun sebelumnya maka akan semakin kecil Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss). Nilai koefisien sebesar -0.1726362 mempunyai arti bahwa setiap kenaikan 1 satuan selisih laju pertumbuhan kredit individual bank terhadap laju pertumbuhan total kredit di negara tersebut dengan jeda 1 tahun akan menurunkan Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) sebesar 0.1726362 dengan asumsi variable lainnya konstan. Hasil yang sama didapatkan pada variable Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) pada dua tahun sebelumnya sebelumnya (LGi,t-2) secara statistik tidak signifikan mempengaruhi Loan Loss dan arah koefisien yang negatif tidak sesuai dengan hipotesis awal yang mengindikasikan semakin besar Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) pada dua tahun sebelumnya maka akan semakin besar Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss). Nilai koefisien sebesar -0.0671602mempunyai arti bahwa setiap kenaikan 1 satuan selisih laju pertumbuhan kredit individual bank terhadap laju pertumbuhan total kredit di negara tersebut dengan jeda 2 tahun akan menurunkan Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) sebesar 0.0671602 dengan asumsi variable lainnya konstan. Sejalan dengan Variable Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) pada tiga tahun sebelumnya sebelumnya (LG i,t-3) secara statistic tidak signifikan mempengaruhi Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) namun arah koefisien yang positif sesuai dengan hipotesis awal yang mengindikasikan semakin besar Pertumbuhan Kredit (Loan Growth)
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
pada tiga tahun sebelumnya maka akan semakin besar Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) pada tahun berjalan. Nilai koefisien sebesar 0.0172279 mempunyai arti bahwa setiap kenaikan 1 satuan selisih laju pertumbuhan kredit individual bank terhadap laju pertumbuhan total kredit di negara tersebut dengan jeda 3 tahun akan meningkatkan Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) sebesar 0.0172279 dengan asumsi variable lainnya konstan. Pada variable Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) pada empat tahun sebelumnya(LG i,t-4) secara statistik signifikan mempengaruhi Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) namun arah koefisien yang negatif tidak sesuai dengan hipotesis awal yang mengindikasikan semakin besar Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) pada tiga tahun sebelumnya maka akan semakin besar Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss). Nilai koefisien sebesar -0.2489734 mempunyai arti bahwa setiap kenaikan 1 satuan selisih laju pertumbuhan kredit individual bank terhadap laju pertumbuhan total kredit di negara tersebut dengan jeda 4 tahun akan menurunkan Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) sebesar 0.2489734 dengan asumsi variable lainnya konstan. Hasil output diatas tersebut tidak sejalan dengan penemuan Foos, et al (2010) dan Hesset al (2009) bahwa terdapat hubungan positif antara Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) dengan jeda 2-4 tahun dengan Loan Loss meskipun secara signifikan Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) dalam jeda 4 tahun mempengaruhi Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss) namun sejalan dengan temuan Clair (1992) dan Laeven (2003) yang menemukan bahwa hubungan Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) dengan resiko kerugian kredit perbankan adalah negatif. Hal itu disebabkan karena bank – bank umum di Indonesia tidak melakukan ekspansi total kredit mereka dengan memberikan kredit ada debitur yang berkualitas rendah. Hubungan yang negatif tersebut terjadi karena kepatuhan bank – bank terhadap peraturanperaturan yang diterbitkan Bank Indonesia untuk menghindari resiko kredit. Dengan mematuhi peraturan Bank Indonesia tersebut bank – bank umum di Indonesia terbukti telah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kreditnya pada debitur dengan kualitas tinggi sehingga berdampak pada korelasi yang timbul antara loan loss dan loan growth dalam jeda beberapa tahun adalah negatif. Temuan tersebut sejelan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedarmono, W., et al. (2012) bahwa selama periode krisis finansial, bank- bank di Asia menurunkan kegiatan kredit mereka sehingga menurunkan resiko sistemik yang dihadapi. Selain itu penyaluran kredit di Indonesia juga mempertimbangkan rasio kecukupan modal minimum yang ditentukan dalam Peraturan Bank Indonesia No.7/15/PBI/2005 tentang Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum yang telah diubah dengan PBI No.9/16/PBI/2007, sehingga pertumbuhan kredit didukung pula oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang memadai. Temuan itu juga sejalan dengan penelitian Andrea Beltratti dan Rene M. Stulz pada tahun 2012 mengungkapkan bank –bank yang memenuhi rasio kecukupan modal Tier I dan regulator di negara tersebut melakukan pengawasan bank dengan baik maka bank – bank tersebut akan menunjukan performa yang lebih baik selama periode krisis dan penelitian Berger, A. N., & Bouwman, C. H. (2013) bahwa krisis finansial berdampak pada penurunan ekonomi sehingga bank – bank mengurangi kredit dan meningkatkan rasio permodalan nya mengingat permodalan diharapkan menjadi cadangan untuk mengatasi kejutan krisis. 4.1.3
Country-Year- Dummies (country-year- dummies) Variable Kondisi Makroekonomi Tahun Terkait atau Country-Year-Dummies (CYD) secara statistik signifikan mempengaruhi Kerugian Kredit Tahun Berjalan (Present Loan Loss).. Dummy Country- Year merepresentasikan angka 1 untuk periode
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
perekonomian Indonesia mengalami krisis yaitu pada tahun 2008, 2009, dan 2010. Arah koefisien yang positif sesuai dengan hipotesis yang mengindikasikan bahwa kondisi makroekonomi tahun terkait mempengaruhi permintaan dan penawaran penyaluran kredit. Hasil uji hipotesis diatas tersebut sejalan dengan penemuan Foos, et. al. (2010) yang mengemukan bahwa permintaan dan penawaran penyaluran kredit berinteraksi dengan kondisi makroekonomi di negaranya tersebut. 5. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pengaruh kerugian kredit tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit, total kredit, dan rasio permodalan terhadap peningkatan kerugian kredit tahun berjalan pada .Bank Umum Konvensional di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian pada bab 4, maka peneliti bisa memberikan kesimpulan sebagai berikut : a. Kerugian Kredit pada Setahun Sebelumnya (Previous Loan Loss), ternyata berpengaruh positif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss). Hal ini terbukti dari signifikannya pengaruh Kerugian Kredit pada Setahun Sebelumnya (Previous Loan Loss) terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) .Hasil uji hipotesis tersebut sejalan dengan penemuan Foos, et al. (2010) dan Lepetit (2012) bahwa perbankan harus memperhitungkan Kerugian kredit pada setahun sebelumnya dalam menerapkan loan loss provision tahun berikutnya agar dapat mengantisipasi Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss). b.
Faktor yang paling mempengaruhi Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) adalah Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) pada jeda empat tahun sebelumnya. Terbukti dari signifikansi besaran Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) tersebut terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) namun pada Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) pada jeda satu tahun sampai tiga tahun sebelumnya tidak memiliki perngaruh yang signifikan Hal ini berarti perbankan harus memperhatikan manajemen resiko terutama pada kredit yang diberikan pada empat tahun yang lalu karena akan berdampak pada Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss). Arah negatif yang ditunjukan oleh Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) menandakan bahwa perbankan cenderung menyalurkan kreditnya dengan resiko yang yang rendah. Temuan tersebut sejalan Clair (1992) dan Laeven (2003) bahwa penyaluran kredit dengan menetapkan credit standard yang tinggi akan mengurangi resiko perbankan.
c.
Country-Year-Dummies memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss). Hal tersebut sejalan dengan penemuan Foos, et al. (2010) bahwa apabila terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat krisis global, sedangkan variabel-variabel lain dianggap sama, maka hal tersebut akan mempengaruhi Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss).
6. SARAN Seperti dibahas pada bagian sebelumnya bahwa Kerugian Kredit pada Tahun Sebelumnya (Previous Loan Loss), Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) pada jeda beberapa tahun sebelumnya dan country–year dummies mempunyai pengaruh terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) sehingga dapat disarankan hal –hal berikut:
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
6.1 Saran kepada Perbankan Kepada perbankan yang menyalurkan kredit dapat disarankan sebagai berikut. a. Perbankan sebaiknya tetap mempertahankan perhitungan Loan Loss Provision menggunakan sistem a forward –Looking seperti anjuran komite Basel terbukti bahwa Kerugian Kredit pada Tahun Sebelumnya (Previous Loan Loss) ternyata berpengaruh positif terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss)agar dapat mengantisipasi Loan Loss yang terjadi pada tahun berjalan. b. Perbankan diharapkan tetap mengaplikasikan prinsip kehatian–hatian (macroprudential) dan menerapkan manajemen resiko terutama tidak melonggarkan standar pemberian kredit untuk mengejar ekspansi kredit mengingat kredit yang diberikan pada empat tahun yang lalu karena akan berpengaruh signifikan pada Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss). c. Perbankan sebaiknya mempertimbangkan pengaruh kondisi makroekonomi pada tahun terkait dalam melakukan ekspansi menyalurkan kredit hal itu terlihat dari Country-Year-Dummies memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss). Hal ini berarti bahwa, apabila terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat krisis global, sedangkan variabel-variabel lain dianggap sama, maka hal tersebut akan mempengaruhi kerugian yang akan ditanggung perbankan. 6.2 Kepada peneliti selanjutnya Saran peneliti kepada semua pihak yang mempunyai rencana untuk melakukan penelitian yang sama atau penelitian yang berhubungan dengan Pertumbuhan Kredit (Loan Growth) dan Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) perbankan yakni : a. Penelitian kedepannya diharapkan menggunakan lebih dari satu proksi untuk variable terikat Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss) untuk mendukung hasil regresi. Penggunaan proksi lebih dari satu ini mungkin akan membuat kesimpulan penelitian lebih kuat dan konsisten. b. Penelitian kedepannya diharapkan menambahkan jumlah sampel bank dan memperpanjang periode pengamatan agar membuat kesimpulan penelitian tentang pertumbuhan kredit pada empat tahun yang lalu karena akan berpengaruh signifikan pada kerugian tahun berjalan lebih kuat dan konsisten. c. Penelitian kedepannya diharapkan menggunakan lebih dari satu proksi untuk variable yang menggambakarkan kondisi makroekonomi untuk mendukung hasil regresi. Penggunaan proksi lebih dari satu ini mungkin akan membuat kesimpulan penelitian lebih kuat dan konsisten. 6.3 Keterbatasan Penelitian Dalam pembuatan penelitian ini, peneliti juga tidak terlepas dari beberapa keterbatasan, diantaranya : a. Periode pengamatan penelitian masih singkat, yakni 2006- 2011. Mungkin akan lebih baik jika periode observasi diperluas guna lebih menggambarkan perkembangan yang sesungguhnya.
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
b. Individu bank yang digunakan dalam penelitian hanya berupa sampel yang diambil dari 60 bank mungkin masih kurang cukup menggambarkan keseluruhan industri perbankan di Indonesia. c. Proksi yang digunakan masih terbatas untuk variable terikat Kerugian Kredit pada Tahun Berjalan (Present Loan Loss). Model akan lebih baik dalam mengestimasi masalah apabila variable terikat dapat dijelaskan oleh lebih dari satu proksi. d. Dalam pembuatan penelitian ini pula, peneliti hanya meneliti faktor-faktor makroekonomi, diharapkan peneliti selanjutnya dapat juga mempertimbangkan faktor-faktor dari debitur kredit. 7. KEPUSTAKAAN Ariefianto, Moch. Doddy.2012.Ekonometrika: Essensi Dan Aplikasi Dengan Menggunakan Eviews. Jakarta: Penerbit Erlangga Baltagi, Hadi H. 2003.Econometric Analysis of Panel Data (2nd Ed). West Sussex. England: John Wiley & Son, LTD Bank Indonesia.2007. Laporan Perekonomian Indonesia 2006. Jakarta: Bank Indonesia Bank Indonesia.2012. Laporan Pengawasan Perbankan Indonesia 2011. Jakarta: Bank Indonesia Beltratti, A., & Stulz, R. M. 2012. The Credit Crisis Around The Globe: Why Did Some Banks Perform Better?. Journal of Financial Economics, 105(1), 1-17. Berger, A. N., & Bouwman, C. H. 2013. How Does Capital Affect Bank Performance During Financial Crises?. Journal of Financial Economics. Berger, A., Udell, G., 2004. The Institutional Memory Hypothesis And The Procyclicality Of Bank Lending Behavior. Journal of Financial Intermediation13, 458–495. Bikker, J., Metzemakers, P., 2005. Bank Provisioning Behaviour And Procyclicality.Journal of International Financial Markets, Institutions and Money 15, 141– 157. Bouvatier, V., & Lepetit, L. 2008. Banks’ Procyclical Behavior: Does Provisioning Matter?. Journal of international financial markets, institutions and money, 18(5), 513-526. Bushman, R. M., & Williams, C. D. 2012. Accounting Discretion, Loan Loss Provisioning, And Discipline Of Banks’ Risk-Taking. Journal of Accounting and Economics. Clair, R., 1992. Loan Growth And Loan Quality: Some Preliminary Evidence From Texas Banks. Federal Reserve Bank of Dallas Economic Review (3rd quarter), 9–22. Cottarelli, C., Dell’Ariccia, G., Vladkova-Hollar, I., 2005. Early Birds, Late Risers, And Sleeping Beauties: Bank Credit Growth To The Private Sector In Central And Eastern Europe And In The Balkans. Journal of Banking and Finance 29, 83–104. Dell’Ariccia, G., Marquez, R., 2006. Lending Booms And Lending Standards. Journal of Finance 61, 2511–2546. Dell’Ariccia, G., Igan, D., & Laeven, L.2012. Credit Booms And Lending Standards: Evidence From The Subprime Mortgage Market. Journal of Money, Credit and Banking, 44(2‐3), 367-384. Demyanyk, Y., & Van Hemert, O. 2011. Understanding The Subprime Mortgage Crisis. Review of Financial Studies, 24(6), 1848-1880. Ditchkus, L. V., Sierra, G. E., & Reed, B. J. 2011. The Role of Managerial Prudence in Bank Loan Loss Provisioning. Journal of Managerial Issues, 23(4), 447. Foos,D. , L Norden, M Weber.2010. Loan Growth And Riskiness Of Banks. Journal of Banking & Finance Volume 34, Issue 12, December 2010, Pages 2929–2940.
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. Mcgraw-Hill Gorton, G., 2009. Information, Liquidity, And The (Ongoing) Panic Of 2007. American Economic Review 99, 567–572. Hess, K., Grimes, A., Holmes, M., 2009. Credit Losses In Australasian Banking. Economic Record 85, 331–343. International Labour Organization.2012.Labour And Social Trends In Indonesia 2011: Promoting Job-Rich Growth In Provinces. Jakarta: ILO Country Office for Indonesia Jokipii, T., Milne, A., 2008. The Cyclical Behaviour Of European Bank Capital Buffers. Journal Of Banking And Finance 32, 1440–1451. Keeton, W., 1999. Does Faster Loan Growth Lead To Higher Loan Losses. Federal Reserve Bank of Kansas City Economic Review 1999 (2nd quarter), 57–75. Kraft, E., Jankov, L., 2005. Does Speed Kill? Lending Booms And Their Consequences In Croatia. Journal of Banking and Finance 29, 105–121. Laeven, L., Majnoni, G., 2003. Loan Loss Provisioning And Economic Slowdowns: Too Much, Too Late. Journal of Financial Intermediation 12, 178–197. Lepetit, L.,&Bouvatier,V.2008. Banks procyclical behavior: Does provisioning matter?.Journal of international financial markets, institutions and money Volume 18, Issue 5, December 2008, Pages 513–526. LV Ditchkus, GE Sierra, BJ Reed .2011. The Role of Managerial Prudence in Bank Loan Loss Provisioning. Journal of Managerial Issues 23(4), 447-464. Mulyaningsih, T., Daly, A., 2011.Competitive Conditions in Banking Industry: An empirical Analysis of the Consolidation, Competition and Concentration in the Indonesia Banking Industry between 2001 and 2009. Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan October 2011.151-186 Nachrowi, D. Nachrowi. 2006. Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: FE-UI. Ogura, Y., 2006. Learning From A Rival Bank And Lending Boom. Journal of Financial Intermediation 15, 535–555. RM Bushman, CD Williams.2012. Accounting Discretion, Loan Loss Provisioning, And Discipline Of Banks’ Risk-Taking. Journal of Accounting and Economics Volume 54, Issue 1, August 2012, Pages 1–18 Salas, V., & Saurina, J. 2002. Credit Risk In Two Institutional Regimes: Spanish Commercial And Savings Banks. Journal of Financial Services Research, 22(3), 203-224. Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Kelima.Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI Sinkey, J., Greenawalt, M., 1991. Loan-Loss Experience And Risk-Taking Behavior At Large Commercial Banks. Journal of Financial Services Research 5, 43–59. Soedarmono, W., Machrouh, F., & Tarazi, A. 2011. Bank Market Power, Economic Growth And Financial Stability: Evidence From Asian Banks. Journal Of Asian Economics, 22(6), 460-470. Soedarmono, W., Machrouh, F., & Tarazi, A. 2012. Bank Competition, Crisis And Risk Taking: Evidence From Emerging Markets In Asia. Journal of International Financial Markets, Institutions and Money. Utari, G.A.D., Arimurti T., Kurniati, I.N., 2012. Pertumbuhan Kredit Optimal. Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan October 2012.3-36
Pengaruh kerugian..., I Gusti Agung Ayu Chandradyani Nusantari, FE UI, 2013