HUKUM JUAL BELI ANJING MENURUT PEMIKIRAN IMAM MALIK DAN IMAM ASY-SYAFI’I
SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM
DISUSUN OLEH: EKO YUNIANTO 11360041
PEMBIMBING: Dr.FATHURRAHMAN,S.Ag,M.Si
PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
ABSTRAK Jual beli anjing yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang bukan Islam saja, akan tetapi orang Islam pun tidak sedikit yang membeli anjing, karena anjing memang mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan, seperti; anjing memiliki kepatuhan yang sangat tinggi, setia, dapat untuk melacak pencuri, menjaga keluarga, dapat diajak bercanda dan mempunyai feeling yang kuat. Masalah jual beli anjing ini, dalam Islam masih diperdebatkan adanya oleh para ulama’, tanpa terkecuali oleh Imam Malik dan Imam Asy-Syafi’i. Ada ulama yang tidak membolehkan sama sekali, ada pula yang membolehkan tanpa syarat, ada juga yang membolehkan dengan beberapa syarat, yaitu sebatas kepada anjing pemburu atau anjing yang boleh dipelihara saja. Adapun selebihnya (jenis anjing lainnya) adalah tidak boleh. Dalam penelitian ini masalah yang ditemukan adalah bagaimana hukum jual beli anjing menurut pemikiran Malik dan Imam Asy-Syafi’i? Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitif-komparatif, yaitu penelitian yang berusaha menjabarkan menganalisa dan mengklarifikasi dalam pembahasan skripsi ini penyusun menggunakan pendekatan yuridis-normatif. Adapun penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research).Sesuai dengan objek penelitiannya maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah penelaahan terhadap literatur usul fiqh dan literatur lainnya yang terkait dengan masalah yang diteliti, kemudian data-data tersebut akan diolah, yang selanjutnya akan dijadikan bahan utama untuk memenuhi target penelitian yang hendak dicapai. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa jual beli anjing menurut Imam Malik menghukumi makruh karena beliau membedakan antara anjing yang bermanfaat seperti anjing yang digunakan untuk menjaga ternak, tanaman ataupun rumah boleh diperjual belikan, tetapi untuk anjing yang hanya untuk hiasan tidak diperbolehkan. Menurut Imam Asy-Syafi’i, jual beli anjing itu tidak diperbolehkan karena anjing itu najis, akan tetapi untuk kepemilikan anjing boleh kalau untuk keperluan mendesak seperti anjing pelacak karena anjing disini tidak boleh diambil manfaatnya kecuali dalam keadaan darurat.
ii
MOTTO
Berangkatdenganpenuhkeyakinan, Berjalandenganpenuhkeikhlasan, Istiqomahdalammenghadapicobaan. “Yakin, Ikhlas, Istiqomah”
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penyusun persembahkan kepada: Bapak-Ibuku, Istriku sertaAdikku tersayang, yang tidakpernah lelahdalam memberikan cinta, kasih-sayang, motivasidando’ado’a. Jurusanku Perbandingan Mazhab Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم الحمد هلل رب العالمين احمد هللا حمدا كثيرا واحمده حمدا مباركا اشهد كون هللا تعالى موجودا وجودا محققا ال شك فيه ومعبودا خالقا ثابتا بحق بالوجود واشهد كون محمد رسوال مرسال على كون العالم بحق فى الوجودوالصالة والسالم على نبينا وحبيبنا وشفيعنا وقرة أعيننا سيدنا امابعد. وموالنامحمد ابن عبد هللا وعلى اله وصحبه اجمعين Puja dan puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan banyak limpahan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw. Tak lupa pula kepada keluarga, sahabat, tabiin, dan tabiin tabiin serta seluruh umat Muslim yang selalu istiqamah untuk mengamalkan dan melestarikan ajaran-ajaran suci yang beliau bawa. Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Hukum Jual Beli Anjing Menurut Pemikiran Imam Malik dan Imam Asy-Syafi’i”, penyusun menyadari penuh bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Maka dari itu, penyusun sangat berterima kasih jika ada saran, kritik yang sifatnya membangun dan koreksi demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Dalam penyusunan ini, penyusun sadar bahwa banyak hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan dorongan banyak pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikannya. Untuk itu, perkenankanlah penyusun menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: viii
1.
Bapak Prof. Drs. H. Machasin, MA.,selaku PGS Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2.
Bapak Dr. H. Syafiq Mahmadah Hanafi, S.Ag., M.Ag.,selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3.
Bapak Dr. Fathorrahman, S.Ag., M.Si., selaku Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahannya kepada penyusun.
4.
Bapak Gusnam Haris, S.Ag., M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Perbandingan Mazhab.
5.
Staff Tata Usaha Jurusan Perbandingan Mazhab sekarang yang telah memudahkan administrasi dalam proses penyusunan skripsi ini.
6.
Para dosen-dosen Jurusan Perbandingan Mazhab dan dosen-dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan cahaya ilmu yang begitu luas kepada penyusun, semoga ilmu yang didapat menjadi ilmu yang bermanfaat.
7.
Orang tua tercinta, Bapak Supardi dan Ibu Junaeni yang telah memberikan doa dan jerih payahnya, serta dorongan moril dan materiil selama penyusun menuntut ilmu, karena beliaulah penyusun bisa merasakan indahnya hidup ini, serta
dengan
mengarahkan
kasih-sayangnya
yang
telah
membesarkan,
mendidik,
penyusun, untuk memahami arti sebuah kesederhanaan,
ketulusan, kehambaan, perjuangan, dan pengorbanan.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987, secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut: A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق
Alif Ba’ Ta’ Ṡa’ Jim Ḥa’ Kha’ Dal Zâ Ra’ zai sin syin sad dad tâ’ za’ ‘ain gain fa’ qaf
tidak dilambangkan b t ś j ḥ kh d ż r z s sy ṣ ḍ ṭ ẓ ‘ g f q
Tidak dilambangkan be te es (dengan titik di atas) je ha (dengan titik di bawah) ka dan ha de Zet (dengan titik di atas) er zet es es dan ye es (dengan titik di bawah) de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah) koma terbalik di atas ge ef qi
xi
ك ل م ن و هـ ء ي
kaf lam mim nun wawu ha’ hamzah ya’
k l m n w h ’ Y
ka `el `em `en w ha apostrof Ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap متعدد عدة
Ditulis
Muta‘addida
Ditulis
‘iddah
Ditulis
Ḥikmah
Ditulis
‘illah
C. Ta’ Marbūṭah di akhir kata 1. Bila dimatikan ditulis “h” حكمة علة
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). 2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h. كرامة الولياء
Ditulis
xii
Karâmah al-auliyâ’
3. Bila ta’ marbūṭah hidup atau dengan harakat, fatḥah, kasrah dan ḍammah ditulis t atau h. زكاة الفطر
Zakâh al-fiţri
Ditulis
D. Vokal Pendek __َ_ فعل __َ_ ذكر __َ_ يذهب
Fatḥah
kasrah ḍammah
Ditulis
A
Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis
fa’ala i żukira u yażhabu
E. Vokal Panjang 1 2 3 4
Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis
Ā jāhiliyyah ā tansā ī karīm ū furūḍ
fatḥah + ya’ mati
Ditulis
Ai
بينكم
Ditulis
bainakum
fatḥah + wawu mati
Ditulis
au
قول
Ditulis
qaul
Fatḥah + alif جاهلية fatḥah + ya’ mati تنسى kasrah + ya’ mati كـريم ḍammah + wawu mati فروض
F. Vokal Rangkap
1 2
xiii
G. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof أأنتم أعدت شكرتملئن
Ditulis
a’antum
Ditulis
u‘iddat
Ditulis
la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam 1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”. القرآن
Ditulis
Al-Qur’ân
القياس
Ditulis
Al-Qiyâs
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya. السمآء الشمس
Ditulis
as-Samâ’
Ditulis
asy-Syams
I. Penyusunan kata-kata dalamrangkaiankalimat Ditulis menurut penyusunannya. الفروضذوي
Ditulis
السنةأهل
Ditulis
xiv
Żawî al-furûḍ ahl as-sunnah
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
ABSTRAK ...........................................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
v
MOTTO ............................................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................
vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................
xiii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
B. Pokok Masalah ...................................................................................
5
C. Tujuandan Manfaat Penelitian ...........................................................
6
D. Telaah Pustaka....................................................................................
6
E. Kerangka Teoretik ..............................................................................
9
F. Metode Penelitian ...............................................................................
12
xv
G. Sistematika Pembahasan ....................................................................
14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ANJING A.Pengertian Jual Beli .............................................................................
17
B. Dasar-Dasar Hukum Jual Beli ............................................................
18
C. Rukun Dan Syarat Jual Beli ...............................................................
19
D.Bentuk Dan Sifat Jual Beli .................................................................
28
E. Obyek Jual-Beli ..................................................................................
30
F. Gambaran Umum Tentang Hewan Anjing..........................................
32
BAB III BIOGRAFI DAN METODE ISTINBAT IMAM MALIK DAN IMAM ASY-SYĀFI’I A.Riwayat Hidup Imam Malik ................................................................
43
1. Kelahiran Dan Nasab Imam Malik ..................................................
43
2. Guru Dan Murid Imam Malik ...........................................................
44
3. Metode Istinbat .................................................................................
46
4. Pemikiran Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing ............................
56
B. Biografi Imam Asy-Syafi’i .................................................................
60
1. Perjalanan Hidup Imam Asy-Syafi’i ................................................
60
2. Pendidikan Dan Karir Imam Asy-Syafi’i ........................................
61
3. Guru Dan Murid Imam Asy-Syafi’i..................................................
64
4. Karya-Karya Imam Asy-Syafi’i .......................................................
67
5. Metode Istinbat Imam Asy-Syafi’i ..................................................
71
xvi
6. Pemikiran Imam Asy-Syafi’i Tentang Jual Beli Anjing ..................
85
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM MALIK DAN IMAM ASY-SYAFI’I A. Sumber Perbedaan Pendapat Dalam Hukum Islam ........................
87
B. Analisis Persamaan Dan Perbedaan Pemikiran Imam Malik Dan Imam Asy-Syafi’i Tentang Hukum Jual Beli Anjing ..............................................................................
90
C. Analisis Istinbat Hukum Imam Malik Dan Imam Asy-Syafi’i Tentang Hukum Jual Beli Anjing ................................
104
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................
99
B. Saran-Saran .....................................................................................
100
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
101
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Lampiran I Curriculum Vitae .........................................................
I
2. Lampiran II Biografi Ulama dan Para Tokoh ..............................
II
3. Lampiran III Terjemah Teks Arab .............................................
IV
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sering disebut sebagai makhluk sosial, makhluk ekonomi, makhluk aktualisasi diri dan makhluk yang berbicara atau makhluk berpikir.1 Manusia sebagai makhluk yang mempunyai aneka ragam sebutan pada prinsipnya adalah makhluk yang saling bergantung pada sesamanya, baik yang menyangkut sandang, pangan , papan, keselamatan diri dan harta, harga diri, potensi untuk berkembang maupun kasih sayang, disamping kebergantungan di bidang politik, ekonomi, budaya dan hukum. Kebergantungan itu menunjukkan bahwa manusia salîing membutuhkan dalam banyak aspek2 dalam agama Islam disebut dengan istilah muamalah.3 Islam menganjurkan manusia untuk senantiasa bekerja dan berusaha mencari mata pencaharian yang senantiasa mencukupi kebutuhan individu, masyarakat dan dapat mengatasi segala urusannya. Islam juga memberikan dasar-dasar pokok yang diambil dari al-Qur’ān dan al-hadīṡ sebagai landasan hukum perbuatan manusia yang taat kepada perintah Allah tentang cara-cara mencari mata pencaharian, karena tidak semua cara itu dibenarkan oleh Syariat Islam, sebagaimana firman-Nya: 1
Atang Abd Hakim, dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 222. 2
Ibid., hlm. 223.
3
Azhar Basir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta : UII Press, 1993), hlm. 7.
1
2
4
ٌأٌها انذٌٍ ايُىا ال تأكهىا أيىانكى تٍُكى تانثاطم إال أٌ تكىٌ تجارج عٍ تزاض يُكى
Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak bisa lepas dengan jual beli untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun demikian, sebenarnya masalah jualbeli telah dijelaskan secara global, salah satunya berdasarkan firman Allah, yaitu : 5
وأحم اهلل انثٍع وحزو انزتا
Jual beli ini baik dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan maupun dari hasil ketiganya yang telah diolah sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk produk baru. Jika dicermati baik-baik apa yang terjadi ditengah-tengah masyarakat luas banyak terjadi jual beli anjing. Jual beli anjing itu tidak hanya dilakukan oleh orangorang yang bukan Islam saja, akan tetapi orang Islam pun tidak sedikit yang membeli anjing, karena anjing memang mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan, seperti; anjing memiliki kepatuhan yang sangat tinggi, setia, dapat untuk melacak pencuri, menjaga keluarga, dapat diajak bercanda dan mempunyai feeling yang kuat. Masalah Jual beli anjing ini ternyata dalam Islam masih diperdebatkan adanya oleh para ulama’, tanpa terkecuali oleh Imām Mālik dan Imām asy-Syāfi’ī. Ada ulama yang tidak membolehkan sama sekali, ada pula yang membolehkan tanpa syarat, ada juga yang membolehkan dengan beberapa syarat, yaitu sebatas kepada
4
An-Nisā (4) : 29.
5
Al-Baqarah (2) : 275.
3
anjing pemburu atau anjing yang boleh dipelihara saja. Adapun selebihnya (jenis anjing lainnya) adalah tidak boleh.6 Ulama Ḥanābilah berpendapat bahwa jual beli anjing adalah tidak sah secara mutlak, baik anjing yang terlatih maupun tidak,7 lain halnya dengan Abū Ḥanifah yang diutamakan dalam barang yang dijadikan objek jual beli adalah manfaatnya. Oleh karena itu, setiap barang yang ada manfaatnya menurut pandangan syara’ boleh diperjualbelikan sekalipun barang itu najis (tidak untuk dimakan dan diminum).8 Menurut Imām Mālik mengutamakan barang yang diperjual belikan adalah barang yang tidak dilarang oleh syara’, suci dan bermanfaat menurut pandangan syara’. Hal ini berdasarkan dari sumber hukum yang dipeganginya, yaitu; al-Qur‟ān, Sunnah, Ijma‟, Qiyās serta Maslaḥah Mursalah.9 Adapun mengenai anjing, Imām Mālik adalah termasuk ke dalam ulama yang tidak menajiskan keberadaannya pun begitu, dia menganggap makruh terhadap Jual beli anjing, sebagaimana dipahami dari hadīṡ berikut:
6
Ibnu Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid (Beirūt : Dār al-Fikr, 595), II : 95.
7
Abdullah bin Muḥammad at-Tayyar, Ensiklopedi Fiqh Muamalah Dalam Pqndangan Empat Mazhab (Yogyakarta : Maktabah al-Hanif, 2009), hlm. 62. 8
9
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuh, Juz IV (Beirūt : Dār al-Fikr, t, th), 3431.
Sayyid Sabiq, Fiqqih Sunnah, Alih bahasa Kamaluddin A. Marzuki cet. Ke-12 (Bandung : Al-Ma’arif, 1987), hlm. 59.
4
اخثزَا يانك عٍ اتٍ شهاب عٍ أتً تكز تٍ عثد انزحًٍ تٍ انحارث: حدثُا عثداهلل تٍ ٌىسف تٍ هشاو عٍ أتً يسعىد األَصاري أٌ رسىل اهلل صهى اهلل عهٍه وسهى َهى عٍ ثًٍ انكهة 10
ٍويهزانثغً وحهىاٌ انكاه
Hadīṡ ini secara eksplisit atau secara jelas memberikan ketentuan bahwa ada larangan dari harga anjing, akan tetapi beliau menghukumi makruh dikarenakan beliau membedakan antara anjing yang merugikan atau yang membahayakan dan yang tidak, selagi anjing itu bermanfaat seperti digunakan untuk melacak, menjaga ternak, menjaga rumah dan juga berburu boleh diambil dan selain dikonsumsi, yang membahayakan manusia dan anjing yang dipelihara secara suka-suka tanpa ada manfaatnya dilarang untuk dijual belikan.11 Adapun menurut Imām asy-Syāfi’ī yang sumber hukumnya adalah al-Qur‟ān, Sunnah, Ijma‟ Qiyās, Istiṣḥāb, dari hadīṡ tersebut Imām asy-Syāfi’ī berpendapat bahwa jual beli anjing tidak diperbolehkan baik yang buas maupun yang tidak buas dan pendapat yang mashur dari Mażhab Ḥambali mengutamakan kesucian atas barang yang diperjual belikan, meski benda itu bermanfaat tetapi kalau benda itu najis
10
Abū Abdullah Muḥammad bin Ismail al-Bukhāri, Ensiklopedia Hadis 1, Penerjemah Masyar. MA dkk, cet ke-1 (Jakarta: Almahira, 2011). hlm. 495. 11
Abū Walid Muḥammad Ibnu Ahmad Ibnu Muḥammad Ibnu Rusyd, Bidayāh al-mujtahid,
hlm. 126.
5
maka tidak boleh untuk diperjual-belikan. Akan tetapi jika untuk keperluan mendesak seperti berburu, dan anjing pelacak dibolehkan untuk memiliki anjing tersebut.12 Oleh karena itu, Imām Mālik dan Imām asy-Syāfi’ī sebagai kajian dalam penilitian adalah tidak lain dan tidak bukan adalah karena kedua ulama ini merupakan sosok pemikir yang lebih dikenal masyarakat dengan ilmu fikihnya. Selain itu, sering terjadi perbedaan pendapat dari kedua ulama ini dalam mengistinbāṭkan suatu perkara yang ada, termasuk dalam masalah jual beli anjing. Dari latar belakang di atas, penyusun tertarik untuk mengkaji dan mengkomparasikan pendapat ulama tentang hukum jual beli anjing. Yakni dalam hal ini adalah pendapat Imām Mālik dan Imām asy-Syāfi’ī. Dimana pemikiran kedua tokoh sangat kontradiksi sehingga penyusun sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul :“Hukum Jual beli Anjing Menurut Pemikiran Imām Mālik dan Imam asy-Syāfi‟ī”.
12
Al-Imām Abī Abdullāh Muḥammad bin Iddrīs asy-Syāfi’ī , Al-Umm, Juz III (Beirūt : Dār al-Kutub, 1996), 14.
6
B. Pokok Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah sebagaimana tersebut diatas, maka penyusun akan merumuskan apa yang menjadi masalah. Adapun pokok masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana hukum jual beli anjing menurut pemikiranImām Mālik dan Imam asySyāfi’ī? 2. Bagaimana metode istinbāṭ hukum Imām Mālik dan Imām asy-Syāfi’ī tentang ual beli anjing? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan a. Mendeskripsikan tentang status hukum Jual beli anjing menurut pendapat Imām Mālik dan Imam asy-Syāfi’ī. b. Menjelaskan metode istinbat hukum Imām Mālik dan Imam asy-Syāfi’ī . 2. Kegunaan a. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan keIslaman bagi siapa saja yang hendak belajar dan memahami ilmu-ilmu keIslaman. b. Memberikan kontribusi pemikiran, dalam rangka kontekstualisasi hukum Islam yang sesuai dengan zaman tanpa harus meninggalkan dimensi tekstualnya, terutama pengembangan khazanah ilmu pengetahuan hukum Islam di Indonesia.
7
D. Telaah Pustaka
Dalam penelusuran pustaka yang penyusun lakukan, sudah banyak penelitian atau tulisan yang membahas tentang jual beli. Oleh karena itu untuk mengetahui posisi penyusun dalam melakukan penelitian ini, maka dilakukan review terhadap beberapa literatur atau penelitian yang ada kaitannya atau relevan terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian ini. Skripsi yang berjudul “Hukum Jilatan Anjing Menurut Mażhab Māliki dan MażhabSyāfi‟ī” yang dikaji oleh Muḥammad Karbi dengan kesimpulan ulama mażhab Maliki menetapkan hukum jilatan anjing adalah suci. Alasannya, bahwa perintah Rasulullah saw untuk membasuh bejana yang terkena jilatan anjing hingga tujuh kali basuhan adalah sebagai ta‟abbudi (bentuk ibadah) sebagaimana seorang muslim dianjurkan untuk berwuḍu ketika akan shalat bukan berarti karena dia najis. Sedangkan hukum jilatan menurut mażhab Syāfi’ī adalah najis secara mutlak, dengan alasan adanya perintah Rasulullah saw untuk membasuh bekas jilatan anjing dan tidaklah pembasuhan itu dilakukan kecuali sebab najis atau adanya ḥadas. Dan mengingat lidah dan mulut adalah anggota utama hewan dan ia dikategorikan sebagai najis, maka sudah tentu seluruh badannya termasuk air yang keluar dari tubuh anjing baik air kencing, kotoran dan juga keringatnya adalah najis.13
13
Muḥammad Karbi, “Hukum Jilatan Anjing Menurut Mazhab Maliki dan Mazhab Syafi‟i” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, (2011), Yogyakarta.
8
Kemudian dalam skripsi yang berjudul “Pemikiran Imam As-Syāfi‟ī Tentang Jual Beli Dan Kepemilikan Anjing Dalam Kitab Al-Umm” yang dikaji oleh Zulfa Ma’rifah hanya menekankan dan membahas tentang bagaimana jual beli anjing menurut Imam as-Syāfi’ī dalam kitab al-Umm. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa imam as-Syāfi’ī berpendapat dalam kitabnya (al-Umm) tidak membolehkan jual beli anjing.14 Kemudian skripsi yang berjudul “Hukum Membasuh Tujuh Kali Dalam Tatacara Menghilangkan Najis Anjing (Studi Komparasi Antara Mażhab Ḥanafiyyah Dan Syāfi‟īyyah)” yang dikaji oleh Lukman Hakim Teguh Santoso yakni mendeskripsikan yang berkaitan erat dengan masalah hukum membasuh tujuh kali dalam tatacara mensucikan najis anjing dalam pandangan Mażhab Ḥanafiyyah Dan Syāfi’īyyah. Menurut Mażhab Ḥanafiyyah hukum membasuh tujuh kali tersebut tidaklah wajib, hanya sunnat saja, sedangkan menurut Syāfi’īyyah hukum membasuh tujuh kali tersebut adalah wajib, begitu juga dicampur debu dalam salah satu basuhannya.15 Kemudian skripsi yang berjudul “Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Penjualan Dan Kepemilikan Anjing Dalam Komunitas Muslim” yang dikaji oleh Anita Darmastuti yakni menyimpulkan bahwa para penjual dan pemilik anjing 14
Zulfa Ma’rifah, “Pemikiran Imam As-Syafi‟i Tentang Jual Beli Dan Kepemilikan Anjing Dalam Kitab Al-Umm” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, (2010), Yogyakarta. 15
Lukman Hakim teguh Santoso, “Hukum Membasuh Tujuh Kali Dalam Tatacara Menghilangkan Najis Anjing (Studi Komparasi Antara Mazhab Hanafiyyah Dan Syafi‟iyyah)” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, (2010), Yogyakarta.
9
sebenarnya mengetahui tentang syari’at dalam jual beli dan kepemilikan anjing namun mereka mengabaikan hal tersebut karena mereka memiliki alasan dan latar belakang yang berbeda sehingga penilaian subyektif tersebutlah yang menjadi dasar bagi mereka untuk menjual dan memiliki anjing.16 Berdasarkan telaah penyusun terhadap karya-karya ilmiah diatas dan sejauh pengetahuan penyusun, maka tampak belum ada yang meneliti topik yang diangkat dalam judul skripsi ini. Untuk itulah, penyusun mengangkat judul“Hukum Jual Beli Anjing Menurut Pemikiran Imām Mālik Dan Imām asy-Syāfi‟ī”. E. Kerangka Teoritik
Dalam upaya menjawab permasalahan yang ada dalam skripsi ini penyusun menyajikan sebuah teori dan dalil-dalil yang berfungsi sebagai acuan untuk memecahkan masalah yang diteliti oleh penyusun, baik dengan menggunakan dalildalil Naṣ al-Qur’ān atau kaidah-kaidah fiqhiyah yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Jual beli adalah suatu bentuk perhubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembeli hanya akan membeli barang-barang yang diinginkan dan penjual karena sifatnya hanya sebagai pelayan dan pembeli, maka dia juga hanya akan menjual barang-barang yang sekiranya banyak dibutuhkan manusia. Dalam ayat al-Qur’ān dan al-Hadīṡ, aturan 16
Anita Darmastuti, “Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Penjualan Dan Kepemilikan Anjing Dalam Komunitas Muslim” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, (2011), Yogyakarta.
10
jual beli telah dijelaskan baik berkaitan dengan aqid, sighah dan ma‟qūd „alaih. Dalam muamalat terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut :17 1. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah kecuali yang ditentukan lain oleh al-Qur’ān dan as-Sunnah. 2. Muamalah dilakukan atas dasar suka rela tanpa unsur paksaan. 3. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat dalam hidup masyarakat. 4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara keadilan menghindari unsurunsur penganiayaan, unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan. Orang yang terjun dalam dunia usaha, berkewajiban mengetahui hal-hal yang dapat mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak agar muamalah berjalan sah dan segala tindakan jauh dari kerusakan yang tidak dibenarkan oleh syari’at Islam. Mengenai jual beli anjing, tidak ada naṣ yang secara tegas mengharamkanya, akan tetapi banyak hadīṡ tentang larangan harga anjing. Karena hadirnya hadīṡ-hadīṡ itulah para mujtahidin kemudian beristinbāṭ mencari status hukum jual beli anjing. Hasil ijtihad para mujtahidin itu ternyata berbeda-beda ada yang mengatakan haram, boleh, makruh sampai ada yang membedakan antara anjing untuk berburu, anjing yang boleh dipelihara dan anjing yang tidak boleh dipelihara.
17
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam) (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 15.
11
Mengingat persoalan diatas terjadi karena perbedaan pendapat dikalangan para ulama yang tentu saja karena perbedaan sunnah yang menjadi pegangan Imām mażhab, berbeda dalam persepsi pemahaman hadīṡ dan berbeda latar belakangnya juga, maka dalam pembahasan skripsi ini penyusun akan berusaha mencari jawaban persoalannya dengan menjam‟u dan mentaufiq dengan cara taqyid dari yang mutlak. Apabila tidak bisa dilakukan demikian maka penyusun akan berusaha mentarjīh menurut jalan-jalan yang telah ditetapkan. Apabila dalam mencari jawaban dengan cara tersebut tidak didapatkan juga makan penyusun akan berusaha mencari yang lebih dahulu wurūdnya dan mana yang kemudian dinyatakan nāsikh dan yang dahulu dinyatakan mansūkh.18 Jika tidak mungkin dijam‟u dan ditaufiqkan antara kedua sunnah yang berbeda itu tidak mungkin ditarjīhkan yang satu kepada yang satu lagi serta tidak diketahui tanggal datangnya kedua sunnah itu. Maka terhentilah dalil-dalil yang dikemukakan. Diperhatikan dalam hal ini dalil hukum terhadap suatu peristiwa didalamnya ada pertentangan dengan dalil yang bukan dari keduanya. Seakan-akan peristiwa itu tidak ada naṣ. Inilah gambar yang diperlukan bukan wujud yang dipunyai.19
18
Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan tinggi Agama, Ushul Fiqh (Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departement Agama, 198). I : 174-175 Abdu al-Wahāb Khalaf, ‘Ilmu Uṣul Fiqh, (ttp. : Maktabah Ad-Dakwah Al-Islāmiyah Syabab al-Azhar, 1407H/1987M). hlm. 231. 19
12
Disamping pembahasan dari penyusunan mengenai jam‟u dan taufiq dari dalil-dalil yang ada, yang dipegangi para fuqaha juga akan diadakan pendekatan dengan kaidah fiqhiyah : 20
األصم فى األشٍاءاإلتاحح
“ Pada dasarnya segala sesuatu itu diperbolehkan” Serta kitab fiqih lainnya yang mendukung dalam memecahkan persoalan yang sedang penyusun bahas. Sehingga dengan demikian penyusun akan lebih mendalami sekaligus menemukan jawaban mengenai pendapat fuqaha tentang hukum dari pada jual beli anjing terutama pendapat dari Imām Mālik dan Imam Imām asy-Syāfi’īyang merupakan inti pembahasan dari skripsi ini. F. Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penyusunan menggunakan metode yang pada pokoknya dapat diringkaskan sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber datanya baik dari data primer maupun data skunder.21
20
As-Suyūti, Al-Aṣbah wa Nadā‟ir, (Singapur : Sulaiman Mara’iy, t.t.). hlm. 66.
21
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Offset, 1990), hlm. 9.
13
Yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah kitab-kitab dari Mażḥab Māliki dan kitab-kitab dari Mażḥab asy-Syāfi’ī.Yang termasuk kitab-kitab Mażḥab Māliki yaitu, al-Muwaṭa‟ karya Mālik bin Anas, al-Aṣalul Madarik fi fiqhi al-Imām Mālik karya Mālik bin Hasan, Muwafaqat fi Ushul al-Fiqh karya Ibrahim bin Musa al-laḥmi al-Garnaṭi al-Māliki,al-Muyassarkarya Wahbah Zuhaili, Bidāyah alMujtahid karya Ibnu Rusyd. Selanjutnya yang termasuk data primer dari Mażḥab Syāfi’ī adalah : al-Umm karya Muḥammad bin Idrīs, al-Aḥkam fi Uṣul al-Aḥkam karya saifudin al-Amidi, al-Ghāyah al-Wuṣul karya abi yahya Zakaria al-Ansari, alAsybāh wa an-Naẓair karya jalaludin as-Suyuti, faṭ al-bari bi syarḥ Ṣaḥīḥ bukhāri karya Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Mizān al-Kubrā karya Ahmad bin Ali al-Ansari, Fatḥ al-mu‟īn karya zainuddin al malibari. Adapun data skunder dari penelitian ini adalah kitab-kitab diluar dua Mażḥab yang dikaji dan literaturlainnya yang secara tidak langsung membantu serta melengkapi data informatif guna memberikan penjelasan permasalahan yang dikaji. Dalam penyusunan skripsi, penyusun akan melakukan apa yang disebut dengan library research guna memperoleh data, yaitu penelitian yang obyek penelitiannya yang utama adalah buku-buku yang ada kaitanya dengan masalah yang dibahas.
14
2. Sifat Penelitian Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitif-komparatif, yaitu penelitian yang berusaha menjabarkan menganalisa dan mengklarifikasi22 hukum jual beli anjing pemikiran Imām Mālik dan Imām as-Syāfi’ī, yang kemudian membandingkan pendapat kedua tokoh tersebut, baik dari segi konseptual maupun menyangkut mekanisme operasionalnya. 3. Pendekatan Penelitian Dalam pembahasan skripsi ini penyusun menggunakan pendekatan yuridisnormatif.Penyusun melakukan analisis terhadap hukum jual beli anjing berdasarkan teori uṣūl fiqh utamanya teori tentang turuqu dilātil lafẓi alā murādil mutakallim. Aspek analisis yang dilakukan penyusun menyangkut dua hal; 1) subtansi hukumnya, 2) metodologi atau dalil al-Qurān dan Sunnah yang digunakan ulama dalam merumuskan hukum jual beli anjing. 4. Teknik Pengumpulan data Sesuai dengan objek penelitiannya maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah penelaahan terhadap literatur uṣul fiqih dan literatur lainnya yang terkait dengan masalah yang diteliti, kemudian data-data tersebut diolah, yang selanjutnya dijadikan bahan utama untuk memenuhi target penelitian yang dicapai. 22
Winarto Surahmad, Pengantar Penelitian ilmiah, Dasar , Metode Dan Teknik, (Bandung : Tasito, 1995), hlm 74.
15
G. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan penyusunan skripsi ini disusun sistematikanya kedalam tiga bagian pokok, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal skripsi memuat pengantar yang didalamnya terdiri dari halaman judul, abstrak, halaman persetujuan, halaman pengesahan, surat pernyataan, halaman persembahan, motto, kata pengantar, pedoman transeliterasi, dan daftar isi. Bagian isi dari skripsi terdiri dari lima bab. Secara spesifik bagian isi, ini akan memaparkan mengenai inti dari penelitian, yaitu: Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menguraikan skripsi ini meliputi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan, yang secara kongkrit menggambarkan keseluruhan keseluruhan penyusunan skripsi. Bab kedua menguraikan pengertian jual beli secara umum mencangkup pengertian dan dasar hukumnya, macam-macam, serta tata cara melakukan jual beli itu sendiri serta gambaran umum tentang anjing. Bab ketiga menguraikan tentang biografi Imam Mālik dan Imam Imām asy-
Syāfi’ī
kelahiran dan pendidikan, guru dan muridnya, karya-karyanya serta
pendapat mereka tentang jual beli anjing, karena untuk mengetahui karakter
16
pemikiran Imām Mâlik dan Imam Imām asy-Syāfi’ī yang dipengaruhi beberapa keadaan dimana mereka hidup waktu itu. Bab keempat merupakan uraian analisis penyusun dari kedua tokoh tersebut mengenai jual beli anjing dengan melihat metode istidlāl yang telah dipakai oleh
Imām Mālik dan Imam asy-Syāfi’ī dalam menanggapi permasalahan jual beli anjing serta metode istinbāṭ hukum yang digunakan. Bab kelima adalah penutup dari penyusunan skripsi meliputi kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran. Kemudian pembahasan ini diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran penting lainnya.
98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah mengadakan analisa terhadap penelitian tersebut maka pemahaman yang dapat penyusun simpulkan dari rumusan masalah dan serta seluruh pembahasan dari bab pertama hingga bab terakhir, maka dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Tentang jual beli anjing menurut Imam Malik menghukumi makruh karena beliau membedakan antara anjing yang bermanfaat seperti anjing yang digunakan untuk menjaga ternak, tanaman ataupun rumah boleh diperjual belikan, tetapi untuk anjing yang hanya untuk hiasan tidak diperbolehkan. Menurut Imām asy-Syāfi’ī jual beli anjing itu tidak diperbolehkan karena anjing itu najis, akan tetapi untuk kepemilikan anjing boleh kalau untuk keperluan mendesak seperti anjing pelacak,untuk berburu atau menjaga ladang atau menjaga binatang ternak. 2. Kedua Imām menggunakan dalil yang sama untuk menentukan hukum jual beli anjing akan tetapi terdapat perbedaan dalam pemikiran atau penafsiran kedua Imām dalam memahami naṣ -naṣ yang ada. Mengenai istinbāṭ hukum Imām Mālik menggunakan maṣ laḥ ah mursalah dan Imām asy-Syāfi’īmmenggunakan istiṣ ḥ āb.
99
B. Saran-Saran Dalam hal ini penyusun sampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan jual beli anjing, sebagai berikut: 1. Meskipun jual beli anjing diperbolehkan apabila ada unsur manfaatnya, tetapi perlu pengawasan yang ketat karena bisa terjadi penyelewengan dari yang semestinya. 2. Perlu adanya sosialisasi yang jelas terkait hukum jual beli anjing agar masyarakat tidak salah persepsi terhadap pendapat tersebut. 3. Untuk penjual seharusnya memperhatikan apa-apa yang boleh diperjual belikan dan apa yang tidak boleh diperjual belikan dan begitupun halnya pembeli harus memperhatikan hal tersebut.
100
DAFTAR PUSTAKA A. Al-Qur’an Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Yayasan Penyelenggaraan Penterjemahan al-Qur’an, 1989.
B. Kelompok Hadis Asqalani, Ahmad bin ‘Ali bin Hajar, Al-, Bulugu al-Maram, Beirut : Dar al-Fikr, 1989. Bukhari, Muhammad bin Isma’il Abū ‘Abdullah Al-, shahih al-Bukhari., di tahqiq oleh Mustafa Daibu al-Baga Beirut : Dar Ibn Kasir, 1987. Malik bin Anas, Al-Muwaṭa, Beirut : Dar al-Kutub al-‘Araby, 2004. Mawardi, Abu al-Hasan al-, al-Hawi al-Kabir, Beirut : Dar al-Fikr, t.t. Khatib, Muhammad al-Syirbini al-, Mugni al-Muhtaj, Mesir : Mustafa al-babi alHalabi, 1958. As-Suyuti, Al-Asbah wa Naḍa’ir, Singapur : Sulaiman Mara’iy. tt. al-Majmu’, Imam Nawawy, “Syarah al-Nawawy ‘ala Muslim”, Semarang: Toha Putra, t.t. Daqiqil’i, Imam Ibnu, Ihkamul Ahkam Syahru ‘Umdatil Ahkam, ttp : Ar-Risalah, 2005. C. Fikih/Usul Fiqh Muhammad bin Idris, Al-Umm, Dar al-Wafa’. 2008 ......................., ar-Risalah, edisi Muhammad Syakir, Mesir:1938. Abdus Salam, Muhyiddin, Mauqif Imam asy-Syafi’i Min Dirasah al-Iraq al-Fiqhiyah Mesir: Majlis al-‘Alalli Syu’um al-islamiyah. tt.
101
Abu Zahrah, Muhammad, asy-Syāfi’i Hayatuh wa Asruh ‘Aruh wa Fiqh, Beirut:Dar al-Fikr, 1948. ......................, Malik Hayatuh Wa’asruh, Ara’uh Wa Fiqhuh, Beirut: Dar al-Fikr. Rusyd, Ibnu, Bidayah al-Mujtahid ,Beirut : Dar al-Fikr. tt. Syatibi, Abu Isyak As-, al-Muwaffaqat, ttp: Dar al-Arabi, Jilid II, 1975. Zuhaili, Wahbah az-, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuh, Juz IV. Beirut : Dar al-Fikr. Sabiq, Sayyid As-, Fiqih Sunnah, alih bahasa H. Kamaluddin A. Marzuki, Bandung: al-Ma’arif, 1987. Mardani, Fiqih Ekonomi Syari’ah : Fiqih Muamalah, Jakarta : Kencana, 2012. Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan tinggi Agama, Usul Fiqh .Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departement Agama. 1998. Sahrani, Sohari, Fikih Muamalah, Bogor : Ghalia Indonesia, 2011. Shidiq, Saipudin, Usul Fiqh, jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Shiddieqy, Teungku Muhammad, Hasbi Ash,Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab. Semarang: Pustaka Rizki, 1997. Khallaf, Abdul Wahab, Ilmu Usul al-Fiqh, alih bahasa Mas Dar Halim, Bandung: Gemma Insani Press, 1997. Sa’adi, Abdurrahman As-, dkk, Fiqh Jual Beli (Panduan Praktis Bisnis Syari’ah), Jakarta: Senayan Publishing, 2008. Mas’ud, Ibnu, Edisi Lengkap Fiqh Mazhab Syafi’i, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007. Atang, Abd Hakim,JM, Metodologi Studi Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2001. Azhar Basir, Asas-Asas Hukum Muamalat, Yogyakarta : UII Press.1993.
102
D. Skripsi Ma’rifah, Zulfa, “Pemikiran Imam As-Syafi’i Tentang Jual Beli Dan Kepemilikan Anjing Dalam Kitab Al-Umm” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2010. Karbi, Muhammad, “Hukum Jilatan Anjing Menurut Mazhab Maliki dan Mazhab Syafi’i” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2011. Hakim teguh Santoso, Lukman, “Hukum Membasuh Tujuh Kali Dalam Tatacara Menghilangkan Najis Anjing (Studi Komparasi Antara Mazhab Hanafiyyah Dan Syafi’iyyah)” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2010. Darmastuti, Anita, “Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Penjualan Dan Kepemilikan Anjing Dalam Komunitas Muslim” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2011.
E. Buku Islam Azhar Basyir, Ahmad,Asas-Asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam), Yogyakarta: UII Press. 2000. Jamal, Muhammad Hasan al-, Biografi 10 Imam Besar, alih bahasa M. Khalid muslih dkk, Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2005. Syurbasi, Ahmad Asy-,Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, alih bahasa Sabil Huda dan H.A. Ahmadi, Semarang; Amzah, 2004. Tahido Yanggo, Huzaemah,Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta: Logos, 1997. Arkoun, Muhammad, Nalar Islam dan nalar Modern Berbagai Tantangan Dan Jalan Baru, alih bahasa Rahayu Hidayat, Jakarta: INIS, 1994. Coulson, Noelje, Hukum Dalam Perspektif Sejarah, alih bahasa Hamid Ahmad, Jakarta: P3M, 1987
103
Basyir, Ahmad Azhar, Asas-Asas Hukum Muamalat(Hukum Perdata Islam), Yogyakarta: UII Press, 2000. F. Lain-lain Hadi, Sutrisno Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset. 1990. Surahmad, Winarto, Pengantar Penelitian ilmiah, Dasar , Metode Dan Teknik, Bandung : Tasito. 1995. http://niq-dogbet-nique.blogspot.co.id/2008/09/kelebihan-fungsi-indera-padaanjing.htmldi akses pada tgl 22 maret 2016. http://www.anjingras.com/content/view/25/1/ diakses pada tgl 22 maret 2016.
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap
: Eko Yunianto
Tempat Tanggal Lahir : Purworejo, 27 Juni 1993 Alamat Asal
: Grantung, Bayan, Purworejo
Tempat Tinggal
:Nitikan Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta
No Telepon dan E-mail : 085641937853
[email protected] Nama Orang Tua Ayah
: Supardi
Pekerjaan
: Wiraswasta
Ibu
: Junaeni
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Grantung, Bayan, Purworejo
1.
Riwayat Pendidikan (Formal dan Non Formal):
a. b. c. d.
SDN Grantung Purworejo, (Lulus Tahun 2005). MTs Al-Iman Bulus Purworejo, (Lulus Tahun 2008). MA Al-Iman Bulus Purworejo, (Lulus Tahun 2011). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Angakatan 2011.
2. Pengalaman Organisasi: NO. ORGANISASI OSIM MA al-Iman 1 PMII 2
JABATAN Sie Sosial Anggota
I
TAHUN 2009-2010 2011
BIOGRAFI ULAMA Lampiran II
1. WAHBAH AZ-ZUHAILI Nama lengkapnya adalah Wahbah Mustafa az-Zuhaili. Dilahirkan dikota Dayr „Atiyah, bagian dari Damaskus pada tahun 1932 M. setelah menamatkan Ibtidaiyyahnya dan belajar al-Kulliyah asy-Syar‟iyyah di Damaskus (1952), dia kemudian meneruskan pendidikannya di fakultas asy-Syari‟ah Universitas alAZhar, Mesir (1956). Disamping itu ia mendapatkan ijazah khusus pendidikan (tahassus at-Tadris) dari fakultas Bahasa Arab, dan ijazah at-Tadris dari Universitas yang sama. Mendapatkan gelar Lc. Dalam Ilmu Hukum di Universitas „Ain Syam, gelar Diploma dari Ma‟had asy-Syari‟ah Universitas al-Qahirah, dan memeperoleh gelar Doktor dalam bidang hukum pada tahun 1963, dimana semua pendidikannya lulus dengan predikat terbaik. Ia kemudian menjadi dosen di Universitas Damaskus, dan mengisi aktivitasnya sebagai pengajar, penulis dan pembimbing. Sebagai ahli bidang fiqih dan ushul fiqih, Wahbah telah banyak menulis buku, diantara karya monumentalnya adalah al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. 2. T.M. HASBI ASH-SHIDDIEQY Nama asli Hasbi Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Ia dilahirkan di Lhokseumawe, Aceh Utara. Tepatnya pada tanggal 10 Maret 1904 M, dan wafat pada tahun 1975 M. Nama Ash-Shiddieqy dinisbatkan kepada khalifah pertama Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia adalah keturunan ketigapuluh dari sahabat Nabi tersebut, yaitu dari ayahnya Teungku Muhammad Husen Ibn Muhammad Su‟ud. Sedangkan ibunya bernama Teungku Amrah binti Teungku Sri Maharaja Mangkubumi Abdul Aziz. Diantara karya-karyanya adalah: Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab, Fiqih Islam, Pengantar Ilmu Fiqih, Tafsir al-Bayan, al-Ahkam dan lain sebagainya. 3. ‘ABD AL-WAHAB KHALAF Ia adalah seorang ahli hukum Islam kontemporer. Ia dilahirkan pada tahun 1965 M, beliau pernah mengenyam pendidikan tinggi di al-Azhar. Kemudian ia bergabung dengan lembaga pendidikan Agama dan lulus dari lembaga tersebut dan langsung diangkat sebagai dosen, pada tahun 1920, ia diangkat sebagai Qadhi di Mahkamah Syar‟iyyah. Lalu tahun 1924 diangkat sebagai Dirjen Urusan Kemasjidan pada Kementrian „erwakafan. Selanjutnya diangkat sebagai dosen pada fakultas Hukum di Universitas Cairo dalam bidang studi KeIslaman tahun 1934-1956 ia berhenti menyampaikan kuliyah karena sakit. Belia sangat produktif dalam menulis, ia sering mengadakan kunjungan ke Negara-negara Islam. Diantara karyanya adalah ‘Ilmu Ushul al-Fiqh, al-Waqf al-Mawaris, Masadir atTasyri al-Islami, dan lain-lain. II
4. Ibn Rusyd Adalah Abū al-Walid Muḥ ammad bin Aḥ mad bin Muḥ ammad bin Aḥ mad bin Aḥ mad bin Ibn Rusyd (520-595H/ 1126-1198M). Salah seorang filosof Islam terbesar, ahli ilmu kalam dan pembesar ulama mażhab Māliki yang mendalami ilmu fikih perbandingan antara mażhab-mażhab fikih Islam. Dia juga merupakan seorang ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke-12 dan beberapa abad berikutnya. Ia adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran yunani. Seorang tokoh ilmu kedokteran baik dalam penulisan maupun dalam praktik kedokteran dalam sejarah peradaban Islam. Terakhir beliau adalah Qaḍ i yang mencapai derajad Qaḍ i alQuḍ at di Cordova yang menyamai kedudukan mentri kehakiman di zaman sekarang. Ibnu Rusyd dilahirkan di kota Cordova, Andalusia (Spanyol-sekarang), keluarga yang mempunyai kedudukan tinggi dalam ilmu fikih, peradilan, kedokteran dan filsafat pada tokoh masa itu, di antara adalah Abū ja‟far Harun, Abū Marwan bin Jarbul al-Balansi, Ibn Bajah dan Ibn Tufail. Dia menjabat sebagai Qaḍ i di Asbilia pada tahun 564 H/1169M, kemudian menjabat sebagai Qaḍ i al Quḍ at Cordova pada tahun 566H/1171M.
III
Lampiran III
TERJEMAH TEKS ARAB No. Bab Hlm 1 I 2
Footnote 4
2
I
2
5
3
I
4
01
4
I
11
20
5
II
18
4
6
II
18
6
7
II
18
7
8
II
21
10
9
II
32
21
10
II
34
24
Terjemahan Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dari Ibn Syihab, dari Abi Bakar bin Abd alRahmanbin Haris bin Hisyam, dari Abi Mas‟ud al-Anshari, sesungguhnya Rasulullah SAW melarang harga anjing, harga pezina dan ongkos peramal. (H.R. Bukhari dan Muslim). Pada dasarnya segala sesuatu itu diperbolehkan. Mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Bahwasannya Nabi SAW ditanya: apa pencaharian yang lebih baik? Jawabannya : bekerjannya seseorang dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggalkan (derajat)nya dengan (ayatayat) itu, tetapi dia cenderung pada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat kami. Maka keritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Sucinya wadah salah seorang diantara kamu jika anjing menjilatinya, maka hendaklah kamu IV
11
II
36
32
12
II
37
33
13
II
37
34
14
II
39
36
15
II
39
37
16
II
40
38
17
III
51
18
18
II
52
20
mencucinya tujuh kali, yang pertama dengan debu/pasir. Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “apakah yang dihalalkan bagi mereka?” katakanlah “yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang telah kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu melepasnya). Dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat cepat perhitungannya.” Nabi ditanya dari hayadh yaitu tanah diantara kota makkah dan madinah menolak srigala, anjing, dan keledai yang suci, maka Nabi SAW menjawab sesuatu yang dikandung dalam perut anjing, itu tidak suci. Barang siapa yang memelihara anjing, berkuranglah pahalanya setiap hari dua qirat, kecuali anjing itu untuk kepentingan ternak berburu dan semacamnya. Sucinya wadah salah seorang diantara kamu jika anjing menjilatinya, maka hendaklah kamu mencucinya tujuh kali, yang pertama dengan debu/pasir. Jika seekor anjing menjilat bejana salah satu dari kamu sekalian, maka hendaklah kamu membasuhnya tujuh kali dan salah satunya dengan kerikil (debu). bahwasannya Nabi SAW. Di undang ke rumah salah seorang kaum lalu beliau memenuhi undangan tersebut, kemudian diundang ke rumah satu kaum yang lain namun beliau tidak memenuhinya. Lalu beliau ditanya kenapa? Beliau menjawab : “sesungguhnya dirumah fulan itu ada anjing” lalu dikatakan: “ dalam rumah si fulan (undangan pertama) ada kucing beliau menjawab : sesungguhnya kucing tidak najis”. Istihsan ialah hukum suatu kemaslahatan yang tidak diterangkan dalam nas, baik dalam kemaslahatan tersebut terdapat peluang qiyas atau tidak. Istihsan yang banyak didengar oleh sebagian orang, sehingga terdengar lebih umum daripada V
19
III
53
22
20
II
53
23
21
II
55
28
22
II
55
29
23
III
56
30
24
III
56
31
25
III
57
33
26
III
57
34
27
III
58
36
qiyas, adalah mengesampingkan dalil qiyas yang menjurus ke arah pemakaian yang berlebihan sehingga perlu dihindarkan kepada kasus-kasus tertentu karena adanya kondisi khusus yang dapat mempengaruhi ketentuan hukumnya. Istishab adalah tetapnya suatu ketentuan hukum untuk masa sekarang atau yang akan datang, berdasarkan atas ketentuan hukum yang sudah ada dimasa lampau Istishab ialah menetapkan apa yang telah ada, atau menafikan apa yang tidak ada, baik secara nafyu maupun secara isbat sehingga ada dalil yang menunjuk kepada berubahnya keadaan. Urf adalah urusan yang disepakati oleh segolongan manusia dalam perkembangan hidupnya. Adat adalah kebiasaan yang berulang-ulang dilakukan oleh perorangan atau golongan Imam Malik berkata: saya memakruhkan harga anjing baik bermanfaat atau tidak karena Nabi SAW melarangnya. Dari Ibn Syihab, dari Abi Bakar bin Abd alRahmanbin Haris bin Hisyam, dari Abi Mas‟ud al-Anshari, sesungguhnya Rasulullah SAW melarang harga anjing, harga pezina dan ongkos peramal. (H.R. Bukhari dan Muslim). Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “apakah yang dihalalkan bagi mereka?” katakanlah “yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang telah kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu melepasnya). Dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat cepat perhitungannya.” Sucinya wadah salah seorang diantara kamu jika anjing menjilatinya, maka hendaklah kamu mencucinya tujuh kali, yang pertama dengan debu/pasir. Dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang memelihara anjing, berkuranglah pahalanya setiap hari dua qirat, kecuali anjing itu untuk kepentingan VI
28
III
71
54
29
III
76
60
30
III
79
66
31 32
III III
80 85
68 73
33
III
85
75
34
IV
101
4
35
IV
102
5
36
IV
102
6
37
IV
103
7
ternak berburu dan semacamnya. Tidak ada ketetapan yang pasti didalam hal halal atau haram kecuali sesuatu yang telah diketahui dan sesuatu yang diketahui baik dalam kitab, sunnah, ijma‟ atau qiyas. Apabila sahih suatu hadis maka itu adalah petunjukku. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur‟an) dan Rasul (sunnahnya). Dari Istihsan maka menjadi syari‟at. Dari Ibn Syihab, dari Abi Bakar bin Abd alRahmanbin Haris bin Hisyam, dari Abi Mas‟ud al-Anshari, sesungguhnya Rasulullah SAW melarang harga anjing, harga pezina dan ongkos peramal. Dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang memelihara anjing, berkuranglah pahalanya setiap hari dua qirat, kecuali anjing itu untuk kepentingan ternak berburu dan semacamnya. Rasulullah SAW melarang harga anjing, harga pezina dan ongkos peramal. Barang siapa yang memelihara anjing, berkuranglah pahalanya setiap hari dua qirat, kecuali anjing itu untuk kepentingan ternak berburu dan semacamnya. Sucinya wadah salah seorang diantara kamu jika anjing menjilatinya, maka hendaklah kamu mencucinya tujuh kali, yang pertama dengan debu/pasir. Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “apakah yang dihalalkan bagi mereka?” katakanlah “yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang telah kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu melepasnya). Dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat cepat perhitungannya.”
VII