HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah1), Yeti Nurhayati2), Rufaida Nur Fitriana3) 1)
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK
Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien yang mengancam kehidupan. Perawat gawat darurat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan untuk menangani pasien pada kegawatan yang mengancam jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) di RSUD Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Karanganyar. Jenis penelitian ini bersifat descriptif corelational. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 30 responden. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Spearman Rank. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan perawat dalam kategori cukup yaitu 23 (76,6%), dan hasil keterampilan perawat dalam kategori cukup terampil yaitu 22 (73,4%). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam melakukan tindakan bantuan hidup dasar (BHD) di RSUD kabupaten Karanganyar dengan nilai p value 0,000 dan diperoleh nilai r = 0,677. Hal ini berarti hubungan yang ada berkekuatan kuat dan dengan arah nilai r positif. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam melakukan tindakan bantuan hidup dasar di RSUD Kabupaten Karanganyar. Pemberi pelayanan kesehatan perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang BHD dengan cara mengadakan seminar atau pelatihan.
Kata kunci : tingkat pengetahuan, keterampilan bantuan hidup dasar ABSTRACT Emergency nursing is a comprehensive nursing care provided to patients with life-threatening medical conditions. Emergency Nursing connects the knowledge and skill to deal with patients with life-threatening medical conditions. The objective of this research is to investigate the correlation between nurses’ knowledge and their skill in the administration of the BLS at Local General Hospital of Karanganyar Regency. This research used the descriptive correlational method. It was conducted at Local General Hospital of Karanganyar Regency. The samples of research were 30 respondents and were taken by using the purposive sampling technique. The data were analyzed by using the Spearman’s Rank analysis. The result of this research shows that 23 respondents (76.6%) had fair knowledge, and 22 respondents (73.4%) had fair skill as indicated by the p-value = 0.000 and the r-value = 0.677. Thus, there was a strong correlation with the positive r-value between the nurses’ knowledge and their skill in the administration of the BLS at Local General Hospital of Karanganyar Regency. Thus, the health service providers need to improve their knowledge and skill about the BLS by holding seminar or training. Keywords: Knowledge level, skill of Basic Live Support
PENDAHULUAN Keperawatan gawat darurat (Emergency
observasi dan wawancara peneliti pada saat
Nursing) merupakan pelayanan keperawatan
studi pendahuluan di Instalasi Gawat Darurat
yang komprehensif diberikan kepada pasien
(IGD) dan Intensif Care Unit (ICU) bahwa
dengan injuri atau sakit yang mengancam
perawat diruang tersebut hanya sekedar tahu
kehidupan. Sebagai seorang spesialis, perawat
bahwa BHD adalah bantuan hidup dasar dan
gawat darurat menghubungkan pengetahuan
pada saat perawat melakukan tindakan BHD
dan keterampilan untuk menangani respon
kurang maksimal dan belum sesuai Standar
pasien
trauma,
Operasional Prosedur (SOP) seperti: pada saat
ketidakstabilan multisystem, keracunan, dan
perawat melakukan kompresi posisi lengan
kegawatan yang mengancam jiwa lainnya
perawat tidak dipertahankan lurus. Hal ini
(Krisanty, 2009). Pengetahuan Bantuan Hidup
membuktikan
Dasar (BHD) dianggap dasar keterampilan
pengetahuan
untuk perawat (Parajulee & Selvaraj, 2011).
penatalaksanaan bantuan hidup dasar.
pada
resusitasi,
syok,
Keterampilan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Dari
bahwa dan
skill
uraian
masih
kurangnya
perawat
diatas
terhadap
peneliti
ingin
menjadi penting karena didalamnya diajarkan
menganalisa hubungan tingkat pengetahuan
tentang bagaimana teknik dasar penyelamatan
dengan keterampilan perawat dalam melakukan
korban dari berbagai kecelakaan atau musibah
tindakan BHD.
sehari-hari yang biasa dijumpai (Fajarwati, 2012).
BAHAN DAN METODE
Alhidayat (2013) pernah meneliti tentang hubungan
tingkat
tindakan life support bermakna
pengetahuan
terhadap
ada hubungan
antara pengetahuan
yang
pengkajian
primer terhadap pelaksanaan tindakan life support, perawat dengan tingkat pengetahuan tentang pengkajian
primer
sangat berpengaruh
terhadap
yang
tinggi
pelaksanaan
tindakan life support yang baik pula.
Desain Penelitian, Lokasi dan Waktu Jenis penelitian ini bersifat descriptif corelational dengan pendekatan
cross
sectional. Adapun analisanya menggunakan uji spearmen
rank.
Penelitian
ini
dilakukan
diruang IGD dan ICU RSUD Kabupaten Karanganyar, yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2015 sampai dengan 27 April 2015.
Berdasarkan data yang di dapat pada Rekam Medik pasien yang datang ke RSUD Kabupaten Karanganyar pada tahun 2014 dari Januari-November baik itu rawat jalan maupun
Populasi dan Sampel Populasi yang diambil adalah seluruh perawat yang bekerja di RSUD Kabupaten
rawat inap sebanyak 4250 pasien. Dari hasil
1
Karanganyar sebanyak 220 perawat. Populasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah keseluruhan subjek penelitian.
1. Analisa Univariat
Sampel yang akan diteliti adalah semua perawat IGD dan ICU yang berjumlah 30
a. Karakteristik Responden Tabel 1: Distribusi Frekuensi Karakteristik
perawat. Sampel merupakan bagian dari jumlah
Usia
Responden
Di
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
Kabupaten Karanganyar
RSUD
tersebut (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan kriteria sampel :
No
Umur (tahun)
n
(%)
1 2
20-40 41-65 Total
21 9 30
70 30 100
Pada tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada
1. Kriteria Inklusi
a. Perawat yang bertugas di IGD dan ICU
pada usia 20-40 tahun, yaitu 70%.
b. Bersedia menjadi responden c. Telah mengikuti pelatihan BTCLS atau
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Responden di RSUD
PPGD
Kabupaten Karanganyar
d. Perawat yang pernah melakukan BHD ke pasien 2. Kriteria Ekslusi a. Perawat yang sedang menjalani cuti
No
Jenis Kelamin
n
(%)
1 2
Laki-Laki Perempuan Total
18 12 30
60 40 100
selama penelitian berlangsung b. Perawat yang sedang melakukan studi
Pada Tabel bahwa
lanjut c. Perawat yang ditugaskan pelatihan di
2 diatas dapat diketahui
jumlah
responden
penelitian
berdasarkan jenis kelamin yaitu 60% jenis kelamin laki-laki dan 40% jenis kelamin
luar kota
perempuan. Instrument Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian
Tabel 3: Distribusi Frekuensi Pelatihan Gawat Darurat Di RSUD Kabupaten
adalah kuesioner dan lembar SOP. Kuesioner dilakukan pengetahuan
untuk perawat
mengetahui dan
lembar
SOP
dilakukan untuk mengetahui keterampilan perawat tentang BHD.
Karanganyar
tingkat No
Pelatihan
Frekuensi
(%)
1 2
PPGD BTCLS Total
20 10 30
66,7 33,3 100
2
Pada tabel 3 diperoleh hasil bahwa dari 30
pernafasan di ruang ICU dan UGD RSUD
responden 20 (66,7%) perawat telah mengikuti
Kolonodale
Propinsi
pelatihan PPGD dan 10 (33,3%) perawat telah
didapatkan hasil bahwa rata-rata pengetahuan
melakukan pelatihan BTCLS.
responden
tentang
Sulawesi
kegawatan
Tengah
resusitasi
jantung paru masih tergolong cukup yaitu b. Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang
50,0% dari 30 responden. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
BHD
pengetahuan yaitu dapat diperoleh dari Tabel 4: Tingkat Pengetahuan Tentang BHD Di RSUD Kabupaten Karanganyar No
Kategori Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang
1 2 3 Total
n
(%)
5 23 2 30
16,7 76,6 6,7 100
Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa responden
memiliki
pengetahuan
baik
tentang bantuan hidup dasar yaitu 16,7%, pengetahuan cukup yaitu 76,6 % dan
berbagai
Dari 30 responden semua yang bertugas di ruang IGD dan ICU RSUD Kabupaten Karanganyar memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang BHD sebanyak 23
dapat
berbagai sumber, seperti : buku, media massa dan pendidikan yang telah diperolehnya. Adanya informasi baru mengenai suatu hal dapat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Pendidikan dan pelatihan yang dimiliki diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya, baik dalam pengetahuan,
2007). c. Keterampilan
tindakan BHD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cristian, dan
Ismail
Perawat
dalam
Melakukan Tindakan BHD Tabel 5 Keterampilan Perawat di RSUD Kabupaten Karanganyar
menjawab
pertanyaan mengenai pengertian, tujuan dan
Suarnianti
yang
didapatkan oleh responden berasal dari
responden (76,6%), dari hasil penelitian responden
Pengetahuan
keterampilan maupun sikap (Notoatmodjo,
pengetahuan kurang yaitu 6,7%.
rata-rata
sumber.
(2013)
tentang
pengetahuan perawat tentang kegawatan nafas dan tindakan resusitasi jantung paru pada pasien yang mengalami kegawatan
No 1 2 3
Kategori Keterampilan Terampil Cukup Terampil Kurang Terampil Total
N 4 22 4 30
(%) 13,3 73,4 13,3 100
Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa responden memiliki keterampilan kategori terampil yaitu 13,3%, kategori cukup terampil yaitu 73,4%, dan kategori kurang terampil yaitu 13,3%.
3
Dari 30 responden semua perawat yang
mempertahankan kemampuan skill BHD, hal ini
bertugas di ruang IGD dan ICU memiliki
disebabkan karena keterampilan perawat tentang
keterampilan cukup sebanyak 22 (73,4%). Hasil
BHD khususnya RJP dapat menurun setelah 2
penelitian tersebut menunjukkan bahwa perawat
minggu dilakukan pelatihan, dan hasil penelitian
di RSUD Kabupaten Karanganyar sudah dapat
lain yang dilakukan oleh Kuhnighk (2005)
melakukan tindakan bantuan hidup dasar. Hal
tentang keterampilan dan penilaian diri dalam
tersebut tidak terlepas dari adanya kegiatan
resusitasi jantung paru dari pegawai rumah sakit,
pelatihan gawat darurat yang sudah diikuti oleh
didapatkan hasil penelitian menunjukkan 36%
semua responden, dalam penelitian keterampilan
pegawai rumah sakit berketerampilan cukup dari
ini rata-rata responden mampu melakukan
425 responden.
tindakan yang sudah ada di SOP mengenai penatalaksanaan circulation, pembebasan airway
2. Analisa Bivariat Tabel 6 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank
dan penatalaksanaan breathing.
antara Tingkat pengetahuan dengan
Perawat Intensive Care Unit (ICU) dan
Keterampilan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) harus memiliki
Dasar
(kompetensi) khusus tersebut bisa didapatkan pendidikan
dan
pelatihan
tentang
Keterampilan
kegawatdaruratan. Keterampilan tersebut harus selalu ditingkatkan/dikembangkan dan dipelihara
trampil
dan
fungsinya
secara
professional
(Musliha, 2010). Hasil
Total
Baik
4
Cukup Terampil 0
Cukup Kuran g
0 0
22 0
1 2
23 2
4
22
4
30
Pengetahuan
sehingga menjamin perawat dapat melaksanakan peran
dalam
Melakukan Tindakan Bantuan Hidup
keterampilan yang profesional, keterampilan
melalui
Perawat
Total
Kurang Terampil 1
5
(r)
p
0,677
0,000
Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan
penelitian
yang
oleh
hasil pengolahan data yang menggunakan
Chaundary, Parikh, dan Dave (2011) yang
perhitungan korelasi Spearman Rank dengan
menjelaskan
peningkatan
bantuan program komputer menghasilkan nilai
keterampilan RJP dapat dilakukan dengan cara
probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai p
mengikuti
yang
< 0,05 maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan
untuk
Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
dan
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
keterampilan. Keenan, Lamacraft, dan Joubert
keterampilan perawat dalam melakukan bantuan
(2009) menjelaskan bahwa penyegaran pelatihan
hidup dasar, dan diperoleh nilai r = 0,677 hal ini
harus
berarti
bahwa
pelatihan
terjadi
BHD.
berkesinambungan menyegarkan
Pelatihan
diperlukan
kembali
dilakukan
dilakukan
setiap
pengetahuan
6-12
bulan
untuk
hubungan
yang
ada
4
berkekuatan kuat dan dengan arah nilai r positif.
2. Dari
30
responden
sebagian
besar
Hal ini menunjukkan semakin baik tingkat
responden memiliki tingkat pengetahuan
pengetahuan
cukup
perawat tentang bantuan hidup
dasar maka akan semakin baik pula keterampilan perawat dalam melakukan tindakan bantuan hidup dasar. Hal
sebanyak
23
(76,6%)
responden. 3. Dari
30
responden
sebagian
besar
responden memiliki keterampilan cukup
ini
dikemukakan
yaitu
sesuai oleh
dengan Cristian
teori (2008)
yang bahwa
yaitu sebanyak 22 (73,4 %) responden. 4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan
pengetahuan yang baik sangat berpengaruh pada
dengan
keterampilan yang baik pula, keterampilan atau
melakukan tindakan BHD dengan nilai p
kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan
value 0,000 dan nilai r=0,677 yang berarti
yang dimiliki kedalam bentuk tindakan dimana
hubungan berkekuatan kuat dengan arah
perawat harus memiliki keterampilan baik dalam
nilai r + (positif).
keterampilan
perawat
dalam
komunikasi efektif, objektifitas dan kemampuan dalam membuat keputusan klinis secara tepat dan tepat agar perawatan setiap pasien menjadi
1. Bagi
Rumah
Sakit
Perlu
adanya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan
maksimal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paryanti, Haryati dan Hartati (2007) bahwa secara yang bermakna antara perawat
SARAN
dengan
statistik, ada hubungan tingkat pengetahuan
keterampilan
melaksanakan
prosedur tetap isap lendir/suction di Ruang ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto (p = 0,004).
perawat
tentang
BHD
dengan
cara
mengadakan seminar atau pelatihan yang berkaitan
dengan
BHD
secara
berkesinambungan. 2. Bagi Institusi pendidikan diharapkan dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan yang
berada
di
wilayahnya
untuk
mewujudkan pengetahuan dan keterampilan khususnya penatalaksanaan BHD.
KESIMPULAN
3. Bagi
peneliti
lain
dapat
melakukan
1. Karakteristik responden meliputi: umur, jenis
penelitian terkait BHD dengan mengubah
kelamin dan pelatihan gawat darurat. Rata-
metode maupu jenis penelitian. Peneliti lain
rata umur responden adalah 20-40 tahun
dapat melakukan penelitian dengan topik
(70%), jenis kelamin responden mayoritas
yang sama dengan responden yang berbeda,
laki-laki (60%), dan pelatihan gawat darurat
sehingga
mayoritas yang diikuti yaitu PPGD (66,7%).
dibandingkan.
hasil
penelitian
dapat
5
DAFTAR PUSTAKA Alhidayat, N,A., Rahmat, A., Simunati.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan
(2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:
Perawat Instalasi Gawat Darurat tentang
Rineka Cipta
Pengkajian
terhadap
Pelaksanaan
Tindakan Life Support di Rumah Sakit
Parajulee, S., & Selvaraj, V. (2011).
Pelamonia Makassar. Vol.2.No.4
Knowledge
Of
Nurse
towards
cardiopulmonary resuscitation in a Fajarwati, H. (2012). Basic Life Support
tertiary care teaching hospital in Nepal.
tim bantuan medis FK UII. Di unduh dari
Journal of clinical and Diasnogtic
http://
Research, 5(8). 1585-1588
medicine.uii.ac.id/index.php/berita/BasicLife-Support-Tim-Bantuan-Medis-FK-
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
UII.html.
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Krisanty, P. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Trans Info Medika