HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA Puspitaningrum1), S. Dwi Sulisetyawati2), Rufaida Nur Fitriana3) Progam Studi S1-Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
123)
ABSTRAK
Imunisasi pentavalen telah dilakukan serentak di Indonesia pada bulan Februari 2014, termasuk di wilayah Surakarta. Dari cakupan imunisasi di Kota Surakarta adalah 65,3% sehingga belum memenuhi UCI (Universal Coverage Imunization) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% sehingga peran ibu penting dalam mempengaruhi praktik imunisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan insidental sampling pada 56 ibu yang mempunyai balita usia 2 – 6 bulan yang melakukan imunisasi pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta. Penelitian dilakukan di UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan tentang imunisasi pentavalen pada kategori cukup yaitu sebanyak 47 orang (54,7%). Sebagian besar ibu patuh dalam memberikan imunisasi pentavalen yaitu sebanyak 50 orang (58,1%). Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan ibu memberikan imunisasi pentavalen dengan p value (0,020 < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan ibu memberikan imunisasi pentavalen. Kata Kunci : pengetahuan, kepatuhan, imunisasi pentavalen Daftar Pusatka : 28 (2006-2014)
CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL AND MOTHERS’ OBEDIENCE TO PENTAVALENT IMMUNIZATION ADMINISTRATION AT THE WORKING REGION OF THE LOCAL TECHNICAL IMPLEMENTATION UNIT OF COMMUNITY HEALTH CENTER OF GILINGAN, SURAKARTA Puspitaningrum1), S. Dwi Sulisetyawati2), Rufaida Nur Fitriana3) 123) Bachelor Nursing Study STIKES Kusuma Husada Surakarta ABSTRACT Pentavalent immunization was done simultaneously all over Indonesia including in Surakarta in February 2014. The coverage of immunization in Surakarta is 65.3% but it has not fulfilled the universal coverage immunization (UCI). The UCI is at least 80%. Therefore, the mothers’ role is very important to influence the immunization practice. The objective of this research is to investigate the correlation between the mothers’ knowledge level and their obedience to the pentavalent immunization administration at the working region of the Local Technical Implementation Unit of Community Health Center of Gilingan, Surakarta. This research used the observational analytical descriptive method with the crosssectional approach. It was done at the working region of the Local Technical Implementation Unit of Community Health Center of Gilingan, Surakarta. The samples of research were taken by using the incidental sampling technique and consisted of 86 mothers with infants aged 2-6 months who administered the pentavalent immunization at Community Health Center of Gilingan, Surakarta. The data of research were collected through questionnaire, and they were analyzed by using the Chi-square Test. The result of research shows that 47 mothers (54.7%) had the fair knowledge of the pentavalent immunization, and 50 mothers (58.1%) obey the pentavalent immunization at the working region of the Local Technical Implementation Unit of Community Health Center of Gilingan, Surakarta. The result of research shows that 47 respondents (54.7%) had fair knowledge of the pentavalent immunization administration. In addition, 50 respondents (58/1%) had obedience to the pentavalent immunization administration. Thus, there was a significant correlation between the mothers’ knowledge level and their obedience to the pentavalent immunization administration as indicated by the p-value = 0.020 which was less than 005. . Keywords: Knowledge, obedience, pentavalent immunization References: 28 (2006-2014) sehingga menyebabkan lebih dari dua juta kematian tiap tahun. Angka ini mencakup
PENDAHULUAN Laporan
UNICEF
menyebutkan
1,4 juta anak balita yang terenggut jiwanya
bahwa 27 juta anak balita dan 40 juta ibu
(Kadir, dkk, 2014). Berdasarkan data yang
hamil di seluruh dunia masih belum
diperoleh, Indonesia merupakan salah satu
mendapatkan
dari 10 negara yang termasuk angka tinggi
layanan
imunisasi
rutin,
pada kasus anak tidak diimunisasi, yakni
Advisory Group on Imunization (ITAGI)
sekitar 1,3 juta anak (Ismet, 2013).
pada tahun 2010, merekomendasikan agar
Pemerintah berupaya menurunkan
vaksin
Hib
angka kesakitan, kematian, dan kecacatan
program
akibat
Penyakit
imunisasi
ke
nasional
dalam untuk
Dapat
Dicegah
menurunkan angka kesakitan, kematian dan
(PD3I),
sangat
kecacatan bayi dan balita akibat pneumonia
ditentukan oleh cakupan imunisasi yang
dan meningitis. Hal ini selaras dengan
tinggi dan merata di semua desa/kelurahan.
rencana
Imunisasi merupakan usaha memberikan
terdapat dalam Comprehensive Multi Years
kekebalan pada bayi dan anak dengan
Plan (CMYP) 2010-2014 dalam rangka
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar
mempercepat
membuat
Development Goals (MDGs) (Dinkes Prov
Dengan
yang
diintegrasikan
Imunisasi
antibodi
untuk
mencegah
penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang
dipakai
vaksin
pencapaian
baru
yang
Millenium
Jateng, 2013).
merangsang
Pneumonia menyebabkan kematian
pembentukan zat anti yang dimasukkan
terbesar pada anak, dimana kurang lebih
kedalam tubuh melalui suntikan seperti
23% pneumonia yang serius pada anak
vaksin BCG, DPT, Hepatitis B, Campak
disebabkan oleh Haemophilus Influenzae
dan
tipe b (Hib). Penyebab lain dari pneuoonia
melalui
untuk
introduksi
mulut
seperti
polio
(Momomuat, dkk, 2013). Imunisasi
pada
diperkirakan
anak
adalah
Pneumococcus,
dapat
Staphilococcus, Strepthococcus, virus dan
mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per
jamur. Hib dan Strepthococcus Pneumonia
tahun di seluruh dunia dapat dicegah
juga menyebabkan meningitis yang dapat
dengan imunisasi. Penyakit yang dapat
menimbulkan kematian dan kecacatan pada
dicegah dengan Imunisasi (PD3I), seperti
anak.
Tuberkulosis
pertusis
selaput otak dan korda spinalis (bagian dari
(penyakit pernapasan), campak, tetanus,
sistem saraf pusat) dengan gejala : Demam,
polio dan hepatitis B. Program imunisasi
kaku kuduk, penurunan kesadaran dan
sangat penting agar tercapai kekebalan
kejang. Meningitis dapat disebabkan oleh
masyarakat
virus, bakteri dan jamur. Meningitis akibat
(TB),
dipteri,
(population
immunity)
(Probandari, dkk, 2013). Kajian
dari
Meningitis
adalah
radang
pada
bakteri umumnya sangat parah dan dapat Regional
Review
menyebapkan kerusakan otak dan kematian.
Meeting on Imunization (WHO/SEARO) di
Laporan CDC tahun 2000 menyatakan
New Delhi dan Komite Ahli Penasehat
bahwa Hib dapat menyebabkan antara lain
Imunisasi Nasional Indonesia Technical
meningitis
(50%),
epiglotitis
(17%),
pneumonia (15%), arthritis (8%), selulitis
sebanyak 7.003 (72,5%) dan Pentavalen3
(6%), osteomyelitis (2%), bakteriemia (2%)
sebanyak 9.656 (99,9%) sedangkan angka
(Dinkes Prov Jateng, 2013).
kejadian difteri 0, Pertusis 0, Tetanus 0,
Pemerintah
melalui
Kesehatan
telah
imunisasi
dengan
Kementrian
memperkuat
program
penggunaan
Meningitis 0 dan Pneumonia 21, Hepatitis B 0. Hasil
vaksin
studi
pendahuluan
yang
ini
dilakukan di Puskesmas Gilingan pada
dari
tanggal 2 Desember 2014 diketahui bahwa
tetravalen yang dulu hanya 4 antigen yaitu
data kepatuhan ibu terhadap imunisasi
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus ) dan
pentavalen diketahui dari capaian imunisasi
Hepatitis B, sekarang ditambah dengan
pentavalen di UPTD Puskesmas bulan
antigen HiB (Haemophilus Influenzae Type
Februari–Desember 2014 antara lain adalah
B),
vaksin
DPT-Hb-Hib1 : 72,3%, DPT-HB-Hib2 :
pentavalen (DPT-HB-Hib) bersama vaksin
65,6% dan DPT-HB-Hib3 : 58,1%. Angka
campak, polio dan BCG (Kementrian
kejadian pada tahun 2014 Difteri 0, Pertusis
Kesehatan RI, 2013).
0, Tetanus 0, Meningitis 0, Hepatitis 0 dan
pentavalen adalah
(DPT-HB-Hib).
pengembangan
dan
dengan
Vaksin vaksin
digunakan
telah
Pneumonia 0. Hasil tersebut menunjukkan
dilakukan serentak di Indonesia pada bulan
bahwa kepatuhan ibu untuk melakukan
Februari
wilayah
imunisasi pentavalen belum memenuhi UCI
Surakarta. Jumlah penduduk kota Surakarta
(Universal Coverage Imunization) yaitu
yang berjumlah 507.815 jiwa dengan
cakupan imunisasi lengkap minimal 80%
sasaran bayi usia 0-12 bulan
secara
Imunisasi
2014,
pentavalen
termasuk
di
sejumlah
merata
pada
di
desa/kelurahan
mempunyai wilayah kerja yang membawahi
(Proverawati & Andhini, 2010), sehingga
jumlah penduduk 23.894 orang dengan
perlu upaya usaha yang harus dilakukan
jumlah sasaran bayi yang memperoleh
Dinas
imunisasi 613 orang.
meningkatkan kepatuhan orang tua untuk
di Kota Surakarta tahun 2014 adalah DPT
Kesehatan
tahun
100%
9.731 orang. UPTD Puskesmas Gilingan
Data capaian imunisasi Pentavalen
pada
bayi
dalam
2010
rangka
mengimunisasikan bayinya (Azizah, dkk, 2011).
Hb1 sebanyak 2.425 (25,1%), DPT Hb2
Penyebab masih rendahnya cakupan
2.674 (27,7%), DPT Hb3 2.881 (29,8%)
imunisasi antara lain adalah lain orang tua
dan untuk cakupan imunisasi pentavalen1
yang sibuk bekerja, kurang memiliki waktu,
tahun 2014 dari bulan Februari – Desember
bahkan
2014 sebanyak 7.329 (75,8%), Pentavalen2
imunisasi dan perhatian terhadap kesehatan
kurang
pengetahuan
tentang
anakpun berkurang, kurang informasi yang
dan balita belum tahu tentang imunisasi
diperoleh oleh masyarakat baik melalui
pentavalen,
berdasarkan
media massa, media elektronik maupun
peneliti
berupaya
penyuluhan-penyuluhan serta budaya yang
permasalahan tersebut tentang hubungan
masih
sebagai
tingkat pengetahuan ibu tentang kepatuhan
penolong persalinan, sehingga tidak ada
imunisasi pentavalen pada bayi umur 6
anjuran
bulan
mengandalkan
kepada
dukun
ibu
mengimunisasikan
bersalin
bayinya.
untuk
Hal
ini
di
Wilayah
hal
tersebut
mengangkat
Kerja
Puskesmas
Gilingan Surakarta.
menjadikan masyarakat tidak mengenal tentang
imunisasi
Pengetahuan
ibu
(Arifin, tentang
2011). imunisasi
mempengaruhi praktik imunisasi (Lestari
studi
Jenis penelitian adalah observasional analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
dan Masruroh, 2012). Hasil
METODE PENELITIAN
Populasi penelitian adalah ibu
yang melakukan imunisasi pentavalen yang pendahuluan
di
Puskesmas Gilingan Surakarta pada tanggal
menjadi sasaran di Puskesmas Gilingan Surakarta
yaitu
sebanyak
613
orang.
5 Januari 2015 diketahui bahwa dari 10
Sampel sebanyak 56 orang dengan teknik
orang responden yang melakukan imunisasi
pengambilan sampel purposive sampling
data bahwa 7 bayi (70,0%) diimunisasi
dengan
tidak tepat
digunakan dalam penelitian ini sebagai
sesuai jadwal sedangkan
sebanyak 3 bayi (30,0%)
sesuai jadwal
kriteria
inklusi
yang
akan
berikut:
imunisasi. Hasil wawancara dengan 10 ibu
1. Ibu yang melakukan imunisasi pada
yang mempunyai balita tersebut mayoritas
bayinya yang berumur 4 – 6 bulan di
menyatakan bahwa sebanyak 8 Ibu (80,0%)
Puskesmas Gilingan Surakarta.
kurang
mengerti
tentang
pentavalen
karena
menjawab
dengan
pengertian
dan
ibu
imunisasi
mampu
tidak
benar
mengenai
manfaat
imunisasi
pentavalen sedangkan 2 ibu (20,0%) sudah mengetahui tentang pengertian dan manfaat imunisasi pentavalen. Program
imunisasi
2. Ibu yang telah melakukan 3 kali imunisasi pentavalen pada bayinya yang berumur 4 – 6 bulan. 3. Ibu yang bersedia menjadi responden Kriteria eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Ibu
yang
tidak
bersedia
menjadi
responden pentavalen
2. Ibu yang mempunyai bayi usia 4 – 6
merupakan program yang baru dilakukan
bulan yang
pada bulan Februari 2014 (Dinkes Prov
pentavalen kurang dari 3 kali.
Jateng, 2014), sehingga banyak ibu bayi
melakukan imunisasi
Data primer menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan dan cheklist untuk
mengetahui tingkat kepatuhan ibu dalam
Hasil penelitian menunjukkan minimal
pemberian imuniasi pentavalen.
umur responden adalah (21,00), maksimal
Analisa data menggunakan analisis univariat berupa parameter
di mana data numerik yang umur
dideskripsikan
mean
dan
standar
(41,00), rata-rata (29,76) dengan standar deviasi (4,78). Hal tersebut menunjukkan
dalam
bahwa rata-rata umur responden adalah
deviasi,
29,8 tahun, sehingga masih berada pada
sedangkan data kategorikal yang berupa
rentang usia produktif bagi wanita.
pendidikan pekerjaan, pengetahuan dan
Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu yang Melakukan Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta Jumlah Responden Tingkat Pendidikan N % SD 3 5.4 SMP 18 32.1 SMA 25 44.6 PT 10 17.9 Total 56 100.0
kepatuhan dideskripsikan bentuk distribusi frekuensi dalam persen. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji
Chi Square. Uji ini
digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dengan skala data kategorik (Dahlan, 2011). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 95 % dengan nilai α 0,05. Apabila X2 hitung < X2 tabel (5,991) atau p value > 0,05, maka tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen.
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 25 orang (44,6%). Tabel 3. Distibusi Pekerjaan Ibu yang Melakukan Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta
Apabila X2 hitung > X2 tabel (5,991) atau p value < 0,05, maka ada hubungan antara
Pekerjaan
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu
IRT Swasta Wiraswasta PNS Total
dalam pemberian imunisasi pentavalen. HASIL PENELITIAN Karakteristik
responden
menurut
Jumlah Responden N % 31 55.4 14 25.0 8 14.3 3 5.4 56 100.0
Tabel 3. menunjukkan bahwa mayoritas
umur dapat dilihat pada tabel 1.
responden adalah Ibu Rumah Tangga (IRT)
Tabel 1. Distribusi Umur Ibu yang Melakukan Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta
yaitu sebanyak 31 orang (55,4%).
Variabe l Umur
N 5 6
Min 21,0 0
Max 41,0 0
Mea n 29,7 6
Tabel 4. Pengetahuan Imunisasi Pentavalen
SD 4,7 8
Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total
Ibu
Tentang
Jumlah Responden N % 12 21.4 33 58.9 11 19.7 56 100.0
bahwa
batas tertentu maka dapat meningkatkan
mayoritas responden memiliki pengetahuan
pengalaman ibu dalam mengasuh anak,
tentang imunisasi pentavalen pada kategori
sehingga akan berpengaruh dalam upaya
cukup yaitu sebanyak 33 orang (58,9%).
pencegahan dan penanggulangan timbulnya
Tabel 5. Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Pentavalen pada Balita Usia 2 – 6 bulan di Puskesmas Gilingan Surakarta
penyakit.
Tabel
5.
menunjukkan
Wawan
Jumlah Responden N 22 34 56
tidak patuh patuh Total
% 39.3 60.7 100.0
Dewi
(2010)
menyatakan bahwa usia adalah umur individu
Kepatuhan
dan
yang
terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Pendidikan Responden
Tabel
5.
menunjukkan
bahwa
Hasil
penelitian
menunjukkan
mayoritas ibu patuh dalam memberikan
mayoritas
imunisasi pentavalen yaitu sebanyak 34
pendidikan SMA yaitu sebanyak 25 orang
orang (60,7%).
(44,6%). Pendidikan seseorang merupakan
Hasil uji Chi-Square menunjukkan 2
2
responden
memiliki
tingkat
salah satu proses perubahan tingkah laku,
(5,991) atau p
semakin tinggi pendidikan seseorang maka
value (0,017 < 0,05), berarti ada hubungan
dalam memilih tempat-tempat pelayanan
yang bermakna tingkat pengetahuan ibu
kesehatan semakin diperhitungkan. Peran
dengan
seorang
nilai c
hitung
(8,199) > c
kepatuhan
tabel
ibu
memberikan
ibu
pada
program
imunisasi
imunisasi pentavalen di wilayah kerja
sangatlah
UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta.
pemahaman tentang program ini amat
PEMBAHASAN
diperlukan
Umur Responden
Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terhadap
penting,
untuk
imunisasi
karenanya
kalangan
sangat
suatu
tersebut.
dipengaruhi
rata-rata umur responden adalah 29,8 tahun,
oeleh tingkat pendidikan ibu (Astinah, dkk,
sehingga masih berada pada rentang usia
2013).
produktif bagi wanita. Usia merupakan
Albertina (2009) yang menyimpulkan
salah satu sifat karakteristik orang yang
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
sangat utama, umur juga mempunyai
seorang ibu maka makin besar peluang
hubungan erat dengan berbagai sifat orang
untuk mengimunisasikan bayinya yaitu
lainnya, dan juga dengan tempat dan waktu.
2,215 kali untuk pendidikan tamat SLTA/ke
Rizqiawan (2008) menyatakan bahwa usia
atas dan 0,961 kali untuk pendidikan tamat
ibu yang mengalami peningkatan dalam
SLTP/sederajat. Ibu yang berpendidikan
Tingkat
mempunyai pengertian lebih baik tentang
Imunisasi Pentavalen
Pengetahuan
Ibu
tentang
pencegahan penyakit dan kesadaran lebih
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan
mayoritas responden memiliki pengetahuan
yang sedikit banyak telah diajarkan di
tentang imunisasi pentavalen pada kategori
sekolah.
cukup yaitu sebanyak 33 orang (58,9%).
Pekerjaan Responden
Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cukup
tersebut
berarti
responden mampu menjawab 11 – 14
mayoritas responden adalah Ibu Rumah
pertanyaan dengan benar.
Tangga (IRT) yaitu sebanyak 31 orang
Notoatmodjo
(2011)
menyatakan
(55,4%). Ismet (2013) menyatakan bahwa
bahwa pengetahuan (knowledge) adalah
ibu yang bekerja maupun ibu yang tidak
hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
bekerja mempunyai kesempatan yang sama
melakukan pengindraan terhadap suatu
untuk
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
memperoleh
informasi
tentang
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
panca
indra
kesehatan imunisasi dasar pada anak. Hasil
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
penelitian ini didukung penelitian dari
dan
Kurniati (2008) bahwa ibu rumah tangga
merupakan domain yang sangat penting
lebih banyak mempunyai waktu dirumah
untuk terbentuknya tindakan seseorang.
raba.
manusia,
Pengetahuan
yakni:
atau
indra
kognitif
memperhatikan
Astinah, dkk (2013) menyatakan
pemberian imunisasi pada balitanya. Status
bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi
perkerjaan seorang ibu dapat berpengaruh
oleh tingkat pendidikan semakin baik
terhadap kesempatan dan waktu yang
tingkat pendidikan maka semakin baik pula
digunakan
untuk
tingkat pengetahuan, selain pendidikan
pengetahuan
dengancara
sehingga
lebih
pengetahuan
dapat
tentang
meningkatkan menambah
imunisasi
dan
faktor-faktor yang
mempengaruhi pada
peningkatan pengetahuan seseorang adalah
perhatian terhadap kesehatan anak-anaknya.
keikutsertaan
Ibu yang mempunyai pekerjaan sebagai ibu
penyuluhan, pengetahuan seseorang dapat
rumah tangga mempunyai banyak waktu
bertambah pula dengan cara memperkaya
yang luang, ini berarti ibu-ibu tersebut bisa
khasanah pengetahuan melalui membaca
mendapatkan
dari
baik melalui media massa dan media
berbagai media, antara lain: televisi, radio,
elektrik (internet), sehingga walaupun tanpa
surat kabar.
melalui pendidikan formal. Pengetahuan
banyak
informasi
seseorang
dalam
dapat
pelatihan
meningkat
atau
dengan
demikian harapan tentang keberhasilan
dan perhatian. Pengetahuan merupakan
program imunisasi dapat dicapai melalui
domain
kesadaran
dampak
terbentuknya tindakan seseorang karena
bagi
dari pengalaman dan penelitian ternyata
kesejahteraan masyarakat secara umum dan
prilaku yang didasari oleh pengetahuan
kesejahteraan anak secara khususnya.
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
masyarakat
imunisasi
dapat
akan imunisasi
yang
sangat
penting
untuk
Kadir, dkk (2014) menyatakan bahwa
tidak didasari oleh pengetahuan. Semakin
pengetahuan yang tinggi akan berpengaruh
baik pengetahuan individu tentang masalah
pada penerimaan hal-hal baru dan dapat
kesehatan akan sangat membantu dalam
menyesuaikan diri dengan hal yang baru.
pencegahan terjadinya masalah kesehatan
Pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor
tersebut. Pengetahuan akan membentuk
pengalaman yang berkaitan dengan usia
sikap ibu, dan akhirnya akan patuh dalam
individu, Semakin matang usia seseorang
memberikan imunisasi pada bayi.
akan semakin banyak pengalaman hidup
Kepatuhan
yang dimiliki, dan mudah untuk menerima
imunisasi pentavalen
perubahan
perilaku,
karena
usia
ini
ibu
dalam
pemberian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
merupakan usia paling produktif dan umur
mayoritas
paling ideal dalam berperan khususnya
memberikan imunisasi pentavalen yaitu
dalam pembentukan kegiatan kesehatan.
sebanyak 34 orang (60,7%). Febriastuti,
Semakin cukup umur seseorang, tingkat
dkk (2013) menyatakan bahwa kepatuhan
kematangan dan kekuatan seseorang akan
mempunyai arti suatu perilaku seseorang
lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
untuk mengikuti saran medis ataupun
Pengalaman pribadi umumnya digunakan
kesehatan sesuai dengan ketentuan yang
sebagai
memperoleh
diberikan. Pemahaman yang baik dan
mengulang
mendalam tentang faktor tersebut sangat
kembali pengalaman yang diperoleh dalam
bermanfaat bagi para orang tua dan tenaga
memecahkan permasalahan yang dihadapi
kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan
pada masa lalu, selain itu bertambahnya
dalam melakukan imunisasi dasar sehingga
usia seseorang dapat berpengaruh pada
efektifitas terapi dapat terpantau.
upaya
pengetahuan
untuk
dengan
cara
pertambahan pengetahuan yang diperoleh. Notoatmodjo
(2007),
menyatakan
responden
patuh
dalam
Kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi
pentavalen
dipengaruhi
oleh
bahwa pengetahuan dapat dikatakan sebagai
tingkat pendidikan responden,
pengalaman
dengan adanya pendidikan baik formal
yang
mengarah
pada
kecerdasan serta akan meningkatkan minat
dapat
mempengaruhi
seseorang
hal ini
dalam
mengambil keputusan dan berperilaku,
kurang akan mempengaruhi ibu dalam
dengan
memperoleh informasi mengenai pemberian
pendidikan
meningkatkan
seseorang
kematangan
dapat
intelektual
imunisasi.
Setelah
menyadari
tentang
sehingga dapat membuat keputusan dalam
pentingnya manfaat imunisasi, ibu dapat
bertindak.
membawa
Semakin
tinggi
pendidikan
bayinya
untuk
diberikan
seseorang akan semakin mudah baginya
imunisasi dasar sesuai dengan jadwal.
untuk menerima serta mengembangkan
Hubungan tingkat pengetahuan dengan
pengetahuan
kepatuhan
dan
teknologi
(Mulyana,
2006).
ibu
dalam
pemberian
imunisasi pentavalen
Kadir, dkk (2014) menyatakan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan responden merupakan
ada hubungan yang bermakna antara tingkat
salah satu aspek yang mempengaruhi pola
pengetahuan ibu dengan kepatuhan ibu
pikir
kepatuhan
memberikan imunisasi pentavalen dengan p
pemberian imunisasi, karena semakin tinggi
value (0,017 < 0,05). Hasil penelitian ini
tingkat pendidikan seseorang diharapkan
mendukung
dapat berpikir lebih baik yang berkaitan
Hindriyawati,
dengan kesehatan balitanya.
hubungan tingkat pengetahuan ibu dalam
dalam
menentukan
Responden
penelitian dkk
terdahulu
dari
(2012) bahwa
ada
yang berpendidikan tinggi relatif lebih
pemberian
cepat dalam melaksanakan anjuran tentang
semakin baik tingkat pengetahuan ibu maka
pemberian
dapat meningkatkan kesadaran ibu dalam
Begitu
imunisasi
pula
pada
sebaliknya
berpendidikan rendah,
balitanya.
mereka
yang
imunisasi
dasar,
sehingga
pemberian imunisasi dasar. Mulyani (2009)
agak sulit dan
dalam
penelitiannya
memakan waktu yang relatif lama untuk
bahwa
ada
mengadakan perubahan.
pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan
Notoatmodjo bahwa kepatuhan kesadaran
(2007)
juga
hubungan
menyatakan
antara
tingkat
menyatakan
kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi
berpengaruh terhadap
campak. Mardiansyah (2009) bahwa ada
responden
untuk
membawa
hubungan antara pengetahuan ibu tentang
bayinya imunisasi. ibu yang tidak bersedia
imunisasi
mengimunisasikan
bayinya
pemberian imunisasi pada bayi.
disebabkan karena
belum memahami
Kepatuhan ibu dalam pemberian
secara benar dan mendalam mengenai
imunisasi pentavalen ini berarti bahwa
imunisasi
kurang
responden sudah mengetahui manfaat dari
memperhatikan dalam membawa bayinya
imunisasi pentavalen. Menurut Hayana, dkk
imunisasi sesuai jadwal. Kesadaran yang
(2013) bahwa pemberian imunisasi pada
dasar.
Selain
itu
dapat
dasar
terhadap
kepatuhan
anak mempunyai tujuan agar tubuh kebal
kesadaran akan tidak berlangsung lama.
pada penyakit tertentu. Kekebalan tubuh
Arifin
juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
menyatakan
diantaranya terdapat kadar antibodi yang
berpengetahuan baik akan lebih mudah
tinggi pada saat dilakukan imunisasi,
untuk mengerti tentang apa saja yang
potensi antigen yang disuntikan, dan waktu
berkaitan dengan imunisasi jadi ibu akan
antara pemberian imnunisasi. Keefektifan
patuh dalam membawa anak untuk di
imunisasi tergantung dari faktor yang
imunisasi.
mempengaruhinya
sehingga
tersebut
sesuai
adalah tingkat pengetahuan, semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang imunisasi,
mengaplikasikan
tersebut
untuk
pengetahuannya
yakni
dalam hal ini mengimunisasikan balitanya secara lengkap. Informasi adalah salah satu organ pembentuk pengetahuan. Semakin
maka semakin baik pula pengetahuannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang maka
semakin
kurang
pengetahuannya, semakin baik pengetahuan seseorang,
makin
mudah
sebanyak 25 orang (44,6%) dan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 31 orang (55,4%). Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan tentang imunisasi pentavalen pada kategori cukup yaitu sebanyak 33 orang (58,9%). Sebagian besar ibu patuh dalam memberikan imunisasi pentavalen yaitu sebanyak 34 orang (60,7%). Ada hubungan tingkat pengetahuan
menerima
dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPTD
bahwa apabila penerimaan perilaku baru perilaku
didasari
oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut bersifat langgeng. Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak
didasari
oleh
pengetahuan
dan
Gilingan
Surakarta
SARAN Ibu
Hal ini sesuai Notoatmodjo (2007),
adopsi
Puskesmas
dengan p value (0,020 < 0,05).
informasi.
atau
yang
29,7 tahun dengan tingkat pendidikan SMA
banyak seseorang memperoleh informasi,
diperoleh,
ibu
Rata-rata umur responden adalah
dengan
satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan
orang
bahwa
penelitiannya
KESIMPULAN
pernyataan dari Ismet (2013) bahwa salah
memungkinkan
dalam
kekebalan
tubuh dapat diharapkan pada diri anak. Hal
(2011)
hendaknya
meningkatkan
berupaya
pengetahuannya
tentang
imunisasi pentavalen, melalui konseling pada tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkan pemahaman pentingnya
imunisasi
ibu tentang
pentavalen
pada
bayinya sehingga ibu dapat lebih patuh dalam melakukan imunisasi sesuai umur bayi.
Perawat konseling
hendaknya
kepada
ibu
memberikan
dalam
rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya
asuhan
keperawatan
dalam
pemberian imunisasi pentavalen. Puskesmas hendaknya meningkatkan mutu
pelayanan
kesehatan
dalam
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu dengan bekerjasama dengan posyandu balita untuk meningkatkan kepatuhan ibu dalam memberi imunisasi pentavalen.
DAFTAR PUSTAKA Albertina, dkk. (2009), ‘Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di Jakarta dan Sekitarnya Bulan Maret 2008’, Sari Pediatri, Vol. 11, No.1, pp. 1-7. Arifin. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pentingnya Imunisasi Dasar dengan Kepatuhan Melaksanakan Imunisasi di BPS Hj. Umi Salamah di desa Kauman, Peterongan, Jombang, tahun 2011. Prosiding Sminas Competitive Advantage, Vol 1, No. 2 Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakik. Jakarta : Rineka Cipta. Astinah; Hasbullah, S; Muzakir. H. (2013). Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Pada Pemberian Imunisasi Dasar di Posyandu Teratai 11b di Wilayah Kerja Puskesmas Tamamaung Makassar. E-library STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Vol 2 No. 6.
Azizah, N; Suyati, Rahmawati, VE. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pentingnya Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan Melaksanakan Imunisasi di BPS Hj. Umi Salamah di Desa Kauman, Peterongan, Jombang. Jombang : Prodi D-III Kebidanan FIK UNIPDU Dahlan S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Jakarta : Salemba Empat. Dimatteo, MR., Haskard, KB., Williams, SL. (2007). Health Beliefs, Disease Severity and Patient Adherence. A Meta Analysis. Journal of Medical Care. 45 (6) : pp 521-528 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2013). Petunjuk Teknis Introduksi Imunisasi DTP-HB-Hib (Pentavalen) Pada Bayi dan Pelaksanaan Imunisasi Lanjutan Pada Anak Balita. Semarang : Dinkes Jateng. Febriastuti, N; Arif, YS; Kusumaningrum, T. (2013). Kepatuhan Orang Tua Dalam Pemberian Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi 4—11 Bulan. Surabaya : Program Studi S1 Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Fida dan Maya. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta : DMedika. Hayana, Wahyuni, S, Kadir, S. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Ibu Sebelum Pemberian Imunisasi DPT Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Samataring Kabupaten Sinjai. Jurnal STIKES Hasanudin Makasar. Vol 2 No. 6. Hidayat. AA. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
Hindriyawati, W; Rosalina; Wahyuni. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Puskesmas Cawas. Jurnal Kebidanan Arimbi, Vol V No. 4. Kadir, L; Fatimah dan Hadia. 2014. (2014). Pengetahuan Dan Kepatuhan Ibu Pada Pemberian Imunisasi Dasar Bagi Bayi. Journal of Pediatric Nursing Vol. 1(1), pp. 009-013 Kementrian Kesehatan RI. (2013). Menkes Luncurkan Vaksin Pentavalen dan Program Imunisasi Lanjutan Bagi Batita, diakses melalui depkes.go.id tanggal 20 Januari 2015. Kinanti, AN. (2013). Imunisasi Pentavalen, Vaksin 'Kombinasi' Terbaru untuk Anak Indonesia. Diakses melalui http://health.detik.com, tanggal 20 Januari 2015. __________. (2013). 3 Keunggulan Pentavalen dibandingkan Program Imunisasi Lama. Diakses melalui http://health.detik.com, tanggal 20 Januari 2015. Ismet, F. (2013). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Keperawatan UNG. Fakultas IlmuIlmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Isnaini E; Yosafianti, V; Shobirun. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Mororejo Kaliwungu Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Vol 1 No. 2.
Lestari, RI dan Masruroh. (2012). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Dengan Praktik Imunisasi Dasar Lengkap Bayinya Di Wilayah Kerja Puskesmas Pegandon Kec. Pegandon kab. Kendal. Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal. Edisi Ke-2 Tahun 2012. Mardiansyah, DA. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Pada Bayi di Posyandu Desa Tonjong Brebes Jawa Tengah. Gombong : STIKES PKU Muhammadiyah Gombong. Marfiah, S. (2014). Imunisasi Dasar dengan Vaksin Pentavalen, diakses dari http://sitimarsifah.com, tanggal 20 Januari 2015. Momomuat, S; Ismanto, AY; Kundre, R. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pentingnya Imunisasi Campak Dengan Kepatuhan Melaksanakan Imunisasi Di Puskesmas Kawangkoan. Manado : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Mulyana, A; Nugraha, P; Adi, MS. (2006). Faktor-Faktor Ibu Balita Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Follow Up Penderita Pnemonia Balita Di Puskesmas Cisaga, Ciamis, Jawa Barat. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 2. Mulyani, S. (2009). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi dengan Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Campak Bagi Anaknya di Desa Gumelar Kidul Kecamatan Tambak. e-journal stikesmuh.ac.id. STIKES Muhammadiyah Gombong.
Niven. (2012). Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional Kesehatan Lain. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ikmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Probandari, AN; Handayani, S; Laksono, NJD. (2013). Ketrampilan Komunikasi. Modul Field Lab. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Risqiawan, A. 2008. Faktor Yang Mempengaruri Ibu Dalam Ketidak Ikut Sertaan Balitanya Ke Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio Di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan. Yokyakarta : Mitra Cendekia Press. Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Widowati, R. (2014). Begini Efek Samping Imunisasi Pentavalen DPT-HB-Hib, diakses melalui http://www.kabar6.com, tanggal 20 Januari 2015.