HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN PROTEIN, KALSIUM DAN ZINK DENGAN PERTUMBUHAN LINIER ANAK TK
WINDA ARMELIA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Tingkat Kecukupan Protein, Kalsium dan Zink dengan Pertumbuhan Linier Anak TK adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Winda Armelia NIM I14124009
ABSTRAK WINDA ARMELIA. Hubungan Tingkat Kecukupan Protein, Kalsium dan Zink dengan Pertumbuhan Linier Anak TK. Dibimbing oleh HARDINSYAH. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink dengan pertumbuhan linier anak sekolah Taman Kanak-Kanak (TK). Penelitian dilakukan menggunakan desain crosssectional study terhadap 86 siswa dari dua TK favorit di kota dan kabupaten Bogor yaitu TK Negeri Mexindo dan TK Aliya. Asupan protein, kalsium dan zink diperoleh dari data konsumsi pangan yang dikumpulkan dengan metode FFQ semi kuantitatif (Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire) selama sebulan terakhir yang diisi oleh ibu anak. Data tinggi badan, berat badan, riwayat kelahiran dan riwayat penyakit anak juga dikumpulkan. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan signifikan antara tingkat kecukupan energi, kalsium dan zink, tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu serta pendapatan keluarga dengan pertumbuhan linier anak (p<0.01 dan p< 0.05). Kata kunci: anak prasekolah, kalsium, pertumbuhan linier, tingkat kecukupan, zink.
ABSTRACT WINDA ARMELIA. Correlation between Protein, Calcium and Zink Sufficiency Level with Linear Growth of Pre-School Children. Supervised by HARDINSYAH. The purpose of this study was to analyze the correlation between protein, calcium and zinc sufficiency level with linear growth in pre-school children (PSC). This study was conducted by applying a cross sectional study design implemented among 86 pre-school children from two favourite kindergartens in the city and regency of Bogor, the Mexindo and Aliya kindergarten. Intake of protein, calcium and zinc derived from the food consumption data collected by applying a 30 days semi-quantitative FFQ method filled by the child's mother. Data of height, weight, birth and medical history of child were also collected. The statistical analysis showed significant correlation between energy, calcium and zinc sufficiency level, father's height, maternal height, father’s education, mother’s education and family income with linear growth of pre-school children (p<0.01 and p<0.05). Keywords: preschoolers, calcium, linear growth, sufficiency level, zink.
HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN PROTEIN, KALSIUM DAN ZINK DENGAN PERTUMBUHAN LINIER ANAK TK
WINDA ARMELIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Kecukupan Protein, Kalsium dan Zink dengan Pertumbuhan Linier Anak TK Nama : Winda Armelia NIM : I14124009
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Hardinsyah MS Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Drs Rimbawan Ph D Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul ―Hubungan Tingkat Kecukupan Protein, Kalsium dan Zink dengan Pertumbuhan Linier Anak TK‖ ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas waktu, bimbingan dan masukannya dalam penyusunan karya ilmiah ini. 2. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan karya ilmiah ini. 3. Kepala sekolah TK Negeri Mexindo dan Aliya, ibu Siti Sofiah dan Ir. Ani Anggraeni M.Pd serta guru-guru TK yang telah turut membantu dalam pengambilan data penelitian. 4. Keluarga tercinta: ayahanda (H. Bakhtiar), ibunda (Hj.Arlina), Febi Rosadi (abang) dan Ferni Deswita (kakak) serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. 5. Teman-teman pembahas seminar: Isra Maretfa, Riski Stefiani, Ida Halida dan Annisa Putri Gazali yang telah memberikan saran selama seminar. 6. Para sahabat : Syarifah Hayatun Nufus, Faradina Mutari, Renni Noor beserta edward, Fadhillah Safriani, Pina Yasinta, Rita Halim, Gunawan Wibisono, Lia Maratus Sholihah, Tita Nia Fanina, Titis Susiloyanti, Irma Febrianti, Agung Kurnia, Liris Istiya, Anisah Citra, Fajar Safitri, Nida Rifsinia, Pak Satibi, Pak Agung, Nur Azizah, Putri Aksova, tim intervensi Eva, Wayan, Nazif, Fanni dan Icha serta teman-teman Alih Jenis lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tidak lupa kepada teh Nining beserta keluarga besar yang telah menyediakan tempat tinggal selama di Bogor. Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Aamiin. Bogor, November 2014 Winda Armelia
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Manfaat
2
KERANGKA PEMIKIRAN
2
METODE PENELITIAN
4
Desain, Waktu dan Tempat Penelitian
4
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
5
Pengolahan dan Analisis Data
6
Definisi Operasional
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Gambaran umum Taman Kanak-kanak
11
Karakteristik anak dan keluarga
12
Riwayat penyakit
15
Konsumsi pangan sumber protein, kalsium dan zink
18
Tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink
21
Hubungan karakteristik keluarga serta tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink dengan pertumbuhan linier anak
23
Faktor risiko mengalami keterlambatan pertumbuhan linier
25
SIMPULAN DAN SARAN
26
Simpulan
26
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
34
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jenis dan cara pengumpulan data Klaim kandungan protein dalam bahan pangan Model persamaan estimasi kecukupan energi anak Perhitungan kecukupan protein berdasarkan kelompok umur Jenis peubah dan pengkategorian data penelitian Karakteristik serta riwayat kelahiran anak menurut jenis kelamin Karakteristik keluarga menurut jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan jenis, lama, frekuensi dan skor morbiditas menjelang umur 1 tahun Sebaran contoh berdasarkan jenis, lama, frekuensi dan skor morbiditas 1 tahun terakhir Rata-rata(median) frekuensi konsumsi pangan sumber protein, kalsium dan zink (kali/minggu) Rata-rata(median) jumlah konsumsi pangan sumber protein, kalsium dan zink (g/kap/hari) Perbedaan jumlah konsumsi pangan berdasarkan kategori z-score TB/U (g/kap/hari) Tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink contoh Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink Nilai koefisien korelasi hubungan antar peubah Analisis bivariat berbagai peubah dengan nilai z-score TB/U
5 6 7 8 9 12 14 16 17 18 19 20 21 22 23 25
DAFTAR GAMBAR 1 Bagan kerangka pemikiran hubungan tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink dengan pertumbuhan linier anak TK
3
DAFTAR LAMPIRAN 1 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan (kali/minggu) 2 Rata-rata jumlah konsumsi pangan (g/kap/hari) 3 Tabel acuan label gizi BPOM 2007
31 32 33
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pada prinsipnya pertumbuhan anak terdiri dari pertumbuhan linier dan pertumbuhan non linier. Bentuk dari pertumbuhan linier adalah ukuran yang berhubungan dengan penambahan panjang. Tinggi badan merupakan ukuran linier yang paling sering digunakan. Pada keadaan normal, tinggi badan seorang anak bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Tubuh yang pendek (stunting) menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita dalam waktu yang relatif lama (Supariasa 2002). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan prevalensi stunting pada balita sebesar 37.2% dan pada anak umur 5 tahun sebesar 28.3%, hal ini bermakna bahwa setelah umur 4 tahun pun masalah stunting masih besar ditemukan. Menurut Bappenas (2011) berdasarkan hasil Riskedas yang telah dilakukan pada tahun 2007 dan 2010, secara konsisten menunjukkan bahwa ratarata asupan energi dan protein anak balita Indonesia masih di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan, akibat dari keadaan tersebut, anak balita perempuan dan laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata tinggi badan masingmasing 6.7 cm dan 7.3 cm lebih pendek daripada standar rujukan WHO 2005. Hayati (2013) menyatakan bahwa stunting terjadi karena kegagalan mencapai potensi pertumbuhan linier tulang. Stunting berisiko terhadap tumbuh kembang anak seperti terhambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan motorik dan mental, meningkatnya risiko morbiditas serta menurunnya nilai inteligensi (Remans et al. 2011). Pertumbuhan linier yang baik memerlukan konsumsi zat gizi dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik seperti protein dan zat gizi mikro. Protein merupakan zat gizi yang penting dalam membantu pertumbuhan linier. Menurut Gibson (2005), pertumbuhan tinggi badan bisa terhambat bila anak mengalami defisiensi protein meskipun intake energinya cukup. Kekurangan zat gizi mikro juga dapat menyebabkan stunting (ACC/SCS 2000). Kalsium dan zink merupakan mineral pembentuk tulang utama. Pada bayi, penambahan mineral tubuh diperlukan untuk pertumbuhan tulang dengan rata-rata penambahan mineral kalsium sebesar 140 mg/hari dan mineral zink sebesar 0.4 mg/hari (Astari 2006). Berdasarkan hasil meta analisis yang dilakukan oleh Prentice dan Bates (1993), defisiensi kalsium akan mempengaruhi pertumbuhan linier jika kandungan kalsium dalam tulang kurang dari 50% kandungan normal, sementara berbagai studi lain telah menunjukkan defisiensi zink terhadap pertumbuhan linier. Martorell (2002) menyebutkan bahwa suplementasi zink terbukti berpengaruh signifikan terhadap peningkatan tinggi badan anak. Sejauh ini penelitian yang dilakukan umumnya berupa intervensi dan fokus pada fungsi satu jenis zat gizi terhadap perbaikan tinggi badan anak-anak. Penelitian ini bermaksud menganalisis secara keseluruhan hubungan tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink dengan pertumbuhan linier pada anak TK.
2 Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink dengan pertumbuhan linier pada anak TK. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi karakteristik anak dan keluarga, riwayat kelahiran serta riwayat penyakit anak. 2. Menganalisis konsumsi pangan dan tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink pada anak. 3. Menganalisis hubungan karakteristik anak dan keluarga serta tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink dengan pertumbuhan linier anak. 4. Menganalisis faktor risiko anak mempunyai pertumbuhan linier rendah (zscore TB/U <-1 SD).
Manfaat Data hasil penelitian ini secara khusus diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat umum mengenai pentingnya konsumsi pangan sumber protein, kalsium dan zink untuk mendukung pertumbuhan linier. Informasi ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua dalam memberikan gizi yang baik untuk menunjang pertumbuhan linier anak sehingga diharapkan dapat mencegah terjadinya balita pendek. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan keilmuan dan institusi terkait, seperti institusi pendidikan dan kesehatan serta kepada pembuat kebijakan terutama dalam bidang pangan dan gizi.
KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan adalah kuantitas pangan yang dikonsumsi seseorang dengan tujuan tertentu dengan jenis tunggal atau beragam. Semakin beragam bahan pangan yang dikonsumsi semakin beragam pula zat gizi yang diperoleh sehingga dapat meningkatkan mutu gizinya. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh karakteristik individu dan keluarga. Karakteristik individu berupa jenis kelamin, umur dan berat badan anak. Karakteristik keluarga yaitu besar keluarga, pendidikan, pekerjaan serta pendapatan orang tua. Banyaknya jumlah anggota keluarga mempengaruhi konsumsi pangan. Pendidikan orang tua berhubungan dengan tingkat pengasuhan yang diberikan kepada anak. Pekerjaan dan pendapatan orang tua memiliki peranan yang penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup keluarga yang berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan. Asupan zat gizi dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan. Protein, kalsium dan zink merupakan zat gizi yang penting dalam pembentukan dan mineralisasi tulang serta menambah tinggi badan anak, disamping faktor konsumsi pangan, faktor lain yang turut menentukan tinggi badan anak adalah genetik yaitu tinggi badan orang tua. Konsumsi pangan selanjutnya dibandingkan
3 dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan sehingga diperoleh tingkat kecukupan gizi anak. Skema kerangka pemikiran hubungan konsumsi pangan sumber protein, kalsium dan zink dengan pertumbuhan linier pada anak disajikan pada gambar 1. Karakteristik anak : - Jenis kelamin - Umur - Berat badan
Karakteristik keluarga : - Pendidikan orangtua - Pekerjaan orangtua - Pendapatan orangtua - Besar keluarga
- Riwayat kelahiran (berat lahir dan panjang lahir) - Riwayat penyakit - Tinggi badan anak
Genetik : - Tinggi badan ibu - Tinggi badan ayah Konsumsi pangan sumber (protein, kalsium dan zink)
Tingkat kecukupan protein
Tingkat kecukupan kalsium
Tingkat kecukupan zink
Pertumbuhan linier (z-score TB/U)
Keterangan : : Peubah yang diteliti : Peubah yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti Gambar 1
Bagan kerangka pemikiran hubungan tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink dengan pertumbuhan linier anak
4
METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain crosssectional study yaitu mengumpulkan berbagai informasi pada suatu waktu dan tidak melakukan atau memberikan intervensi apapun kepada contoh. Waktu penelitian adalah bulan Mei-Juni 2014 bertempat di taman kanak–kanak. TK yang terpilih adalah TK Negeri Mexindo Bogor dan TK Aliya. Kedua TK ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa TK tersebut merupakan TK favorit di kota dan kabupaten Bogor serta berada pada kondisi sosial ekonomi menengah ke atas sehingga diharapkan kualitas makanan yang dikonsumsi anak-anak baik.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi penelitian adalah seluruh siswa TK Negeri Mexindo dan TK Aliya Bogor. Penarikan contoh dilakukan secara purposive sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah siswa laki–laki maupun perempuan yang berstatus aktif sebagai siswa kelas A di TK Negeri Mexindo dan Aliya tahun ajaran 2013/2014, bersedia menjadi contoh penelitian dan diukur tinggi serta berat badannya, orang tua bersedia bekerjasama dan memberikan informasi yang diperluan terkait penelitian. Jumlah contoh minimal dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus studi proporsi one grup (Swarjana 2012) yaitu :
Keterangan: n = Jumlah contoh Z = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 sebesar 95% (1.96) p = Proporsi balita stunted Provinsi Jawa Barat tahun 2010 sebesar 33.6% e = Presisi (10%) Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus diatas, diperoleh jumlah contoh minimal adalah sebanyak 86 orang.
5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung terhadap anak dan pengisian kuesioner yang meliputi data karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan tinggi badan orang tua), karakteristik anak (jenis kelamin, umur, tinggi badan, berat badan, riwayat kelahiran serta riwayat penyakit). Data pola konsumsi pangan sumber protein, kalsium dan zink dikumpulkan menggunakan instrumen FFQ semi kuantitatif (Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire) selama satu bulan terakhir diisi ibu. Data tinggi badan anak diperoleh melalui pengukuran langsung pada anak menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm (Tabel 1). Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No Peubah Data primer 1 Karakteristik anak : Jenis kelamin Umur Tinggi badan Berat badan
Alat
Cara pengumpulan data
Kuesioner
Pengukuran tinggi badan anak dilakukan oleh enumerator menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm
2 3
Kuesioner Kuesioner
diisi oleh ibu anak diisi oleh ibu anak
Kuesioner
diisi oleh ibu anak
4
Riwayat sakit/morbiditas anak Riwayat kelahiran anak : Berat lahir Panjang lahir Karakteristik keluarga : Besar keluarga Pekerjaan orang tua Pendidikan orang tua Pendapatan orang tua Tinggi badan ibu Tinggi badan ayah
5
Frekuensi, jenis dan jumlah Kuesioner FFQ diisi oleh ibu anak konsumsi pangan sumber semi kuantitatif protein, kalsium dan zink (Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire) Data sekunder 6 Data kandungan (protein, e-file berbagai Menggunakan acuan kalsium dan zink) pangan kandungan gizi daftar komposisi pangan pangan. 7
Keadaan umum taman kanak- Kuesioner kanak
Diambil dari sekolah TK
arsip
Data sekunder meliputi data kandungan protein, kalsium dan zink pangan yang diperoleh dari e-file berbagai kandungan gizi pangan, angka kecukupan gizi (AKG) 2014 umur 4-6 tahun, tabel acuan label gizi (ALG) menurut BPOM
6 (2007), serta data keadaan umum lokasi penelitian yang diperoleh dari profil taman kanak-kanak yang bersangkutan berupa fasilitas taman kanak–kanak serta jumlah siswa pada tahun ajaran tersebut. Pengklasifikasian bahan pangan yang merupakan ―sumber‖ protein, kalsium dan zink berdasarkan aturan BPOM (2011) yang mengatur tentang klaim kandungan gizi pangan. Pangan dikatakan sebagai ―sumber‖ protein jika setidaknya memenuhi 20% ALG per 100 g pangan dalam bentuk padat dan 10% ALG per 100 mL dalam bentuk cair. Nilai ALG untuk protein adalah 60 g, sehingga ditetapkan bahan pangan merupakan ―sumber‖ protein jika kandungan proteinnya tidak kurang dari 6 g/100 mL (bentuk cair) dan 12 g/100 g (bentuk padat). Bahan pangan yang kandungan proteinnya dibawah nilai tersebut tidak diklasifikasikan sebagai ―sumber‖ protein. Perhitungan bahan pangan sebagai ―sumber‖ kalsium dan zink juga dilakukan dengan cara yang sama. Nilai ALG untuk kalsium adalah 800 mg, sedangkan zink sebesar 12 mg (Lampiran 3). Persyaratan kandungan gizi pangan menurut BPOM terdapat pada Tabel 2. Tabel 2 Klaim kandungan protein, kalsium dan zink dalam bahan pangan Komponen Protein
Klaim sumber Tinggi
Kalsium dan Zink
sumber Tinggi
Persyaratan tidak kurang dari 20% ALG per 100 g (dalam bentuk padat) 10% ALG per 100 mL (dalam bentuk cair) 35% ALG per 100 g (dalam bentuk padat) 17.5% ALG per 100 mL (dalam bentuk cair) 15% ALG per 100 g (dalam bentuk padat) 7.5% ALG per 100 mL (dalam bentuk cair) 2 kali jumlah untuk ―sumber‖
Sumber : BPOM (2011).
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan program Microsoft Office Excel 2010, SPSS for windows versi 16.0, WHO Anthro 3.2.2 dan WHO AnthroPlus 1.0.4. Proses pengolahan data melalui tahapan editing, coding, entry, cleaning dan analisis data. Pada tahap cleaning diperoleh total keseluruhan contoh yang layak dianalisis sebanyak 69 anak. Analisis data dilakukan secara deskiptif dan inferensia. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi, rata-rata dan standar deviasi. Analisis inferensia dilakukan untuk melihat hubungan antar peubah. Data yang dianalisis secara deskriptif meliputi data karakteristik anak berupa (jenis kelamin, umur, dan status gizi yang dihitung berdasarkan indeks antropometri TB/U dan BB/U); riwayat kelahiran (berat lahir dan panjang lahir), riwayat penyakit (jenis penyakit, frekuensi sakit, lama sakit serta skor morbiditas), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan serta tinggi badan orang tua); pola konsumsi, asupan dan tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink. Riwayat penyakit dilihat berdasarkan pernah tidaknya anak mengalami sakit pada 1 tahun pertama kelahiran dan pada 1 tahun terakhir. Jenis panyakit yang diteliti mencakup penyakit infeksi dan non infeksi. Lama sakit
7 dikategorikan berdasarkan BPS (2000) yaitu 1-3 hari, 4-7 hari, 8-14 hari dan >14 hari. Frekuensi sakit dikelompokan menjadi 1 kali, 2 kali dan ≥3 kali dalam setahun. Skor morbiditas dihitung dengan cara mengalikan lama sakit dan frekuensi sakit untuk setiap jenis penyakit. Skor morbiditas dikategorikan menurut interval kelas Sugiyono (2009) menjadi baik (0-19), sedang (20-39) dan kurang (40-60). Data konsumsi pangan sumber protein, kalsium dan zink diperoleh dari kuesioner FFQ semi kuantitatif. Kandungan gizi dari masing–masing pangan yang dikonsumsi anak dihitung menggunakan e-file rekapitulasi berbagai kandungan zat gizi. Data konsumsi pangan kemudian dikonversi menjadi data asupan protein (g), kalsium (mg) dan zink (mg). Data asupan protein kemudian dibandingkan dengan kebutuhan protein masing-masing anak, sedangkan asupan kalsium dan zink dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG 2014) untuk mendapatkan data tingkat kecukupan gizi (TKG) tiap anak. Kebutuhan energi untuk anak umur 4-6 tahun dihitung berdasarkan model persamaan IOM (2005) dalam Kemenkes (2014). Kebutuhan energi sejak umur empat tahun dikoreksi dengan faktor kategori aktivitas fisik (PA). Aktivitas fisik anak umur 4-6 tahun diasumsikan ringan. Hal ini sejalan dengan temuan Riskesdas 2007 yang menyimpulkan bahwa lebih dari 90% penduduk Indonesia berada pada kategori aktivitas fisik ringan (Kemenkes 2014). Kecukupan energi (kkal) = TEE + 0.1 TEE Tabel 3 Model persamaan estimasi kecukupan energi anak Model persamaan Anak laki-laki 4-6 tahun TEE = [88.5-(61.9xU) + PA x (26.7xBB+903xTB)]+ 20 kkal Keterangan : PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.26 (aktif) PA = 1.13 (ringan) PA = 1.42 (sangat aktif) Anak perempuan 3-9 tahun TEE = [135.3-(30.8xU) + PA x (10xBB+934xTB)]+ 20 kkal Keterangan : PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.31 (aktif) PA = 1.16 (ringan) PA = 1.56 (sangat aktif)
Kecukupan energi (kkal) TEE+0.1 TEE
TEE+0.1 TEE
Sumber : IOM (2005) dalam Kemenkes 2014. Keterangan : U = umur (tahun), BB = berat badan (kg), TB= tinggi badan (m) TEE = Total Energy Expenditure – total pengeluaran energi (kkal) PA = koefisien aktivitas fisik
Berbagai faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi anak adalah berat badan, tinggi badan, pertumbuhan dan perkembangan (umur), jenis kelamin, energi cadangan bagi anak serta thermic effect of food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi karena asupan pangan yang nilainya 5-10% dari Total Energy Expenditure (TEE). Nilai TEF untuk anak umur 4-6 tahun adalah 10% (Mahan & Escoot 2008 dalam Kemenkes 2014).
8 Perhitungan data kebutuhan protein didasarkan pada formula Angka Kebutuhan Protein dalam WNPG (2012) sesuai dengan kelompok umur. Perhitungan kebutuhan protein disesuaikan dengan berat badan aktual anak serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein sebesar 1.5. Faktor koreksi mutu protein tersebut didasarkan pada rendahnya mutu protein makanan penduduk Indonesia. Kebutuhan protein dihitung berdasarkan kelompok umur (Tabel 4). Kebutuhan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein
Keterangan : AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari), BB = berat badan aktual (kg), faktor koreksi mutu protein bagi anak = 1.5
Tabel 4 Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan kelompok umur Umur
Formula kebutuhan protein
1-3 tahun 4-6 tahun
1.3 g/kg BB x 1.5 1.2 g/kg BB x 1.5
Sumber : WNPG (2012)
Perhitungan kecukupan kalsium dan zink berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sesuai umur (WNPG 2012). Nilai AKG yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung Tingkat Kecukupan Gizi (TKG). TKG dihitung menggunakan rumus berikut : Tingkat Kecukupan Zat Gizi = asupan zat gizi X 100% AKG Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan menjadi 5 kategori menurut Depkes (1996) yaitu defisit berat (<70% AKG), defisit sedang (70-79% AKG), defisit ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG) dan lebih (≥120% AKG). Tingkat kecukupan kalsium dan zink menurut Gibson (2005) dikategorikan menjadi ―kurang’ jika TKG <77% dan ―cukup‖ jika ≥77%. (Tabel 5). Analisis statistik inferensia dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman, uji independent sample t-test serta uji chi-square. Uji korelasi Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan karakteristik anak dan keluarga serta tingkat kecukupan protein, kalsium dan zink dengan pertumbuhan linier anak. Uji independent sample t-test digunakan untuk melihat perbedaan jumlah konsumsi kelompok pangan berdasarkan nilai z-score TB/U anak, serta uji chi-square untuk mengetahui nilai odds ratio (OR) peubah yang berhubungan dengan pertumbuhan linier anak. Syarat penggunaan uji chi-square adalah tidak ada sel yang nilai observed bernilai nol serta nilai expected count yang kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel yang ada (Dahlan 2009). Tingkat kemaknaan yang digunakan adalah (α=0.05) sehingga akan terdapat hubungan bermakna jika p-value <0.05.
9 Tabel 5 Jenis peubah dan pengkategorian data penelitian No Peubah 1 Jenis kelamin 2
Status gizi berdasarkan TB/U
3
Berat lahir
4
Panjang lahir
5
Frekuensi sakit (dalam 1 tahun terakhir) Lama sakit (dalam 1 tahun terakhir)
6
1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Laki-laki Perempuan Sangat pendek : Z-score <-3SD Pendek : Z-score < -2SD Normal: Z-score ≥ -2SD BBLR (<2500 g) Normal (≥2500 g) <48 cm ≥48 cm ≥ 3 kali 2 kali 1 kali > 14 hari 8-14 hari 4-7 hari 1-3 hari Baik (40-60) Sedang (20-39) Kurang (0-19) Keluarga kecil (≤ 4 orang) Keluarga sedang (5-6 orang) Keluarga besar (≥ 7 orang) PNS Wiraswasta TNI/Polri Pegawai swasta Lainnya…… PNS Wiraswasta Ibu rumah tangga Pegawai swasta Lainnya……
7
Skor morbiditas
8
Besar keluarga
9
Pekerjaan ayah
10
Pekerjaan ibu
11
Pendidikan Ayah Ibu
1. 2. 3. 4. 5.
Tidak sekolah SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi
12
Pendapatan keluarga (Rp/bln)
13
Tingkat kecukupan energi dan protein
15
Tingkat kecukupan kalsium dan zink
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2.