HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG
Defi Ratnasari Ari Murdiati*) Frida Cahyaningrum*) *)Akademi kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan dapat menyerang semua kelompok usia, terutama banyak dialami oleh bayi dan anak balita. World Health Organization (WHO) memberikan data tahun 2011 bahwa jumlah penderita ISPA sebanyak 48.325 anak. Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian pneumonia pada bayi dan anak balita, antara lain faktor intrinsik yaitu umur, status gizi, status imunisasi, riwayat pemberian ASI dan faktor ekstrinsik yang meliputi keadaan lingkungan, faktor ibu, dan faktor sosial ekonomi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita usia 1 – 5 tahun di Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang. Penelitian ini termasuk penelitian bidang ilmu kebidanan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan pada balita dengan pendekatan retrospective. Populasi dalam penelitian ini adalah balita usia 1-5 tahun yang diperiksa di Puskesmas Candi Lama pada bulan Agustus – Oktober 2013 sebanyak 300 balita dan sampel yang diambil menggunakan perbandingan 1:1 dimana case yaitu 13 balita dengan kejadian pneumonia dan control yaitu 13 balita yang tidak mengalami pneumonia. Pada kelompok kasus sebanyak 7 responden (53,9%) ibu mempunyai balita dengan status gizi kurang. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 11 responden (84,6%) ibu mempunyai balita dengan status gizi baik. Hasil analisis bivariat sebesar 10,471 dengan p value sebesar 0,005 (p = 0,005 < 0,05), maka ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang. Diharapkan masyarakat mengetahui tanda dan gejala dari pneumonia sehingga dapat memberikan nutrisi yang lebih baik pada anak balitanya, memperbaiki faktor lingkungan seperti pencemaran udara, ventilasi rumah, dan kepadatan hunian yang tidak kalah penting berperan dalam pencegahan terjadinya penyakit pneumonia. Kata Kunci
: status gizi, kejadian pneumonia, balita
PENDAHULUAN Angka Kematian Balita (AKBa) merupakan salah satu indikator kesehatan yang paling sensitif untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan anak, biasanya digunakan untuk mengukur, memantau, serta mengevaluasi pelaksanaan program
pembangunan kesehatan suatu bangsa. Dalam meningkatkan program pembangunan perlu menurunkan angka morbiditas dan mortalitas terutama pada balita dengan menekan kejadian infeksi menular seperti ISPA atau Infeksi Saluran Penafasan Akut (Depkes RI, 2002). Data SDKI 2012 menunjukkan AKBa adalah 40/1000 KH. Berdasarkan estimasi terhadap nilai AKBa pada tingkat provinsi, diketahui sebagian besar provinsi di Indonesia masuk dalam kategori AKBa sedang yaitu sebanyak 27 provinsi (81,8%). Sebanyak 6 provinsi selebihnya masuk dalam kategori AKBa tinggi, berturut-turut dari yang tertinggi yaiu Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Barat (Kemenkes, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, AKBa di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85 / 1.000 KH, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 11,50 per 1.000 KH. Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke - 4 tahun 2015 yaitu 32 per 1.000 KH, AKBa Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah melampaui target (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Berdasarkan data semua kasus kematian anak balita di Kota Semarang tahun 2011 sebesar 3,5 per 1.000 KH mengalami penurunan 0,16% pada tahun 2012 yaitu sebesar 44 anak dari 27.448 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKBa) Kota Semarang sebesar 1,6 per 1.000 KH (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012). Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Data cakupan penemuan pneumonia balita pada kurun waktu enam tahun, sejak 2007-2012 tidak mengalami perkembangan
berarti yaitu berkisar antara 23%-27,71%. Selama kurun waktu tersebut cakupan penemuan pneumonia tidak pernah mencapai target nasional, termasuk target tahun 2012 sebesar 80% (Kemenkes, 2012). Di Provinsi Jawa Tengah, presentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2012 sebesar 24,74% lebih sedikit dibanding tahun 2011 (25,5%). Jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 64.242 kasus, angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 (100%). Cakupan presentase penemuan kasus pneumonia balita dari tahun 2008-2012 di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki presentase cakupan tertinggi yaitu Kabupaten Kebumen (93,03%) dan cakupan terendah yaitu Kabupaten Cilacap (3,06%) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian pneumonia pada anak bayi dan balita, antara lain faktor intrinsik yaitu umur, status gizi, status imunisasi, riwayat pemberian ASI dan faktor ekstrinsik yang meliputi keadaan lingkungan, faktor ibu, dan faktor sosial ekonomi. Risiko akan berlipat ganda pada anak usia dibawah dua tahun yang daya tahan tubuhnya masih belum sempurna. Pneumonia pada anak di bawah dua tahun harus diwaspadai oleh orang tua, karena dapat menyebabkan kematian. Pada tahun 2012 kasus pneumonia balita banyak terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun sejumlah 3.394 kasus (73%), pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah 1.255 kasus (27%). Menurut jenis kelamin, kasus Pneumonia Balita di kota Semarang tahun 2012 tampak bahwa kasus pneumonia balita pada perempuan sebanding dengan kasus pneumonia balita pada laki-laki (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012).
Angka kesakitan / Incidence Rate (IR) pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2012 sebesar 248 per 10.000 balita menurun dibanding 2011. Penurunan IR Pneumonia berarti jumlah penderita Pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin menurun, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran aktif petugas Puskesmas serta kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia balita di masyarakat (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012, menyebutkan bahwa jumlah balita yang ditimbang di Puskesmas Candi Lama sebanyak 2.297 balita dengan 31 balita (1,35%) gizi lebih, 2.228 balita (97,01%) gizi baik, 27 balita (1,17%) gizi kurang, dan 2 balita (0,09%) gizi buruk. Sedangkan angka kesakitan pada balita yang disebabkan oleh kejadian pneumonia masih tinggi dengan jumlah perkiraan penderita sebanyak 415 balita (66,93%) serta penderita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 620 balita, angka ini jauh dari jumlah perkiraan penderita pneumonia pada balita. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan case control atau kasus kontrol yang merupakan suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasikan pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasikan dan atau terjadinya pada waktu yang lalu. Sedangkan jenis penelitian dalam penelitian ini adalah survey analitik, dimana penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan dapat terjadi. Metode penelitian survey analitik digunakan untuk
menganalisis korelasi yang dapat diketahui seberapa jauh kontribusi faktor risiko tertentu terhadap suatu kejadian tertentu (Notoatmodjo, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat a. Status Gizi Balita Tabel 1 Status gizi balita di Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang f 7 17 2 26
Status Gizi Status Gizi Kurang Status Gizi Baik Status Gizi Lebih Total
% 26,9 65,4 7,7 100
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa proporsi status gizi balita terbesar pada kategori baik sebanyak 17 responden (65,4%), dan status gizi balita paling sedikit pada kategori lebih yaitu sebanyak 2 responden (7,7%). b. Kejadian Pneumonia Pada Balita Tabel 2 Kejadian Pneumonia pada balita di Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang KejadianPneumonia Pneumonia Tidak Pneumonia Total
f
%
13 13 26
50 50 100
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebagaimana tersaji dalam tabel 2 di atas, proporsi kejadian pneumonia pada balita yaitu balita dengan pneumonia
sebanyak 13 responden (50%) dan balita yang tidak pneumonia sebanyak 13 responden (50%). Analisis Bivariat Tabel 3 Hasil tabulasi silang pengujian Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Status Gizi
Kejadian Pneumonia
Total
a
D Status Gizi Kurang Status Gizi Baik D Status Gizi Lebih Total
Kasus f % 7 53,9 6 46,1 0 0 13 100,0
Kontrol f % 0 0 11 84,6 2 15,4 13 100,0
f 7 17 2 26
% 26,9 65,4 7,7 100,0
ri tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus sebanyak 7 responden (53,9%) ibu mempunyai balita dengan status gizi kurang. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 11 responden (84,6%) ibu mempunyai balita dengan status gizi baik. Berdasarkan Uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p value untuk Exact Sig. (2-sided) adalah 0,005 (p value < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Angka ini memberikan makna bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita usia 1-5 tahun didapatkan hasil bahwa sebagian besar balita di wilayah kerja Puskesmas Candi Lama sebanyak 17 responden (65,4%) termasuk dalam kategori status gizi baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa status gizi balita di Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang dalam kategori baik. Menurut Maryunani (2010), status gizi adalah keadaan yang ditunjukkan sebagai konsekuensi dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke tubuh dan yang diperlukan. Teori Sediaoetama (2008) menyatakan, bahwa status gizi baik akan meningkatkan daya tahan tubuh cukup kuat, sehingga tubuh tidak akan mudah terserang berbagai jenis penyakit terutama penyakit infeksi. Anak yang berstatus gizi baik akan baik pula dalam melawan bahaya infeksi.
Berdasarkan hasil penelitian pada balita dengan status gizi kurang sebanyak 7 responden (26,9%), hal ini memberikan gambaran bahwa masih ada sebagian balita dengan status gizi kurang. Status gizi kurang ini dapat disebabkan oleh asupan makanan dan minuman yang diberikan kepada balita kurang memenuhi persyaratan gizi seimbang. Teori Sediaoetama (2008) menyatakan, bahwa status gizi yang kurang dengan keadaan imunitas rendah akan mudah terserang penyakit infeksi terutama pneumonia. Status gizi yang kurang juga dapat menyebabkan kondisi daya tahan tubuh menurun, sehingga berbagai penyakit dapat timbul dengan mudah. Daya tahan tubuh akan menurun bila kondisi kesehatan gizinya menurun. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang, menunjukkan bahwa sebanyak 13 responden mengalami Pneumonia dalam kurun waktu Agustus – Oktober 2013. Hal ini memberikan gambaran bahwa balita di Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang sebagian besar dalam keadaan sehat atau tidak sakit pneumonia. Menurut Sudoyo (2010), Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Penyakit pneumonia dapat mengenai semua golongan usia dan terjadi sepanjang tahunnya, namun bila dilihat dari usia golongan anak-anak terutama balita lebih rentan untuk menderita penyakit pneumonia. Hal ini disebabkan karena saluran pernafasan balita masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Menurut Soediatomo (2008), bahwa kondisi daya tahan tubuh yang menurun menyebabkan berbagai penyakit dapat timbul dengan mudah termasuk penyakit infeksi seperti pneumonia.
Hasil penelitian mengenai status gizi terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi kurang pada kelompok kasus. Dari data tersebut ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian pneumonia. Balita dengan status gizi kurang memiliki risiko terjadinya pneumonia lebih besar dibandingkan dengan balita dengan status gizi baik dan lebih. Hasil penelitian diperoleh bahwa dengan status gizi balita yang kurang sebagian besar balita mengalami kejadian pneumonia. Sedangkan balita dengan status gizi baik dan lebih sebagian besar tidak mengalami kejadian pneumonia. Hal ini sesuai dengan teori Supariasa (2002) menyatakan, bahwa kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab – akibat. Status gizi kurang dengan keadaan imunitas rendah akan mudah terserang penyakit infeksi tetapi apabila status gizinya semakin memburuk, penyakit yang dianggap biasa dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian. Sedangkan balita dengan status gizi baik akan meningkatkan daya tahan tubuh cukup kuat, sehingga tubuh tidak akan mudah terserang berbagai jenis penyakit terutama penyakit pneumonia. Anak yang berstatus gizi baik akan baik pula dalam melawan bahaya infeksi (Sediaoetama, 2008). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa balita dengan status gizi kurang tentunya akan lebih rentan terkena pneumonia dibandingkan dengan balita dengan status gizi baik dan lebih. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan terhadap 180 sampel yang merupakan pasien yang berkunjung ke Klinik Masjid Agung Jawa Tengah dari bulan April 2008 sampai bulan April 2009. Setelah dilakukan analisis terhadap 180 sampel, disimpulkan bahwa status gizi mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap kejadian ISPA pada balita. Hal ini terbukti dengan nilai p < 0,0001 jauh lebih kecil dari derajat kemaknaan yang ditetapkan peneliti yaitu 0,05.
Dengan demikian perbaikan status gizi dapat mencegah anak terserang pneumonia (Elyana, 2009). KESIMPULAN Status gizi balita sebagian besar baik yaitu sebanyak 17 responden (65,4%). Kejadian Pneumonia sebanyak 13 responden (4,3%) dari 300 balita yang diperiksa di Puskesmas. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita usia 1 – 5 tahun di Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan hasil Fisher’s Exact Test dan didapat nilai p value sebesar 0,005 (p < 0,05). KEPUSTAKAAN Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Amini, 2009. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Klasifikasi Pneumonia Pada Balita di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta (http://jurnalskripsi.net). 11 Oktober 2013 Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. Azwar, S. 2009. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Budiarto, E. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC, Jakarta. Depkes. 2002. Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI, Jakarta. Dinkes. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinkes, Semarang. . 2012. Profil Kesehatan Kota Semarang. Dinkes, Semarang. Elyana, Mei dan Aryu Candra. Hubungan Frekuensi ISPA dengan Status Gizi Balita (http://download.portalgaruda.org). 11 Oktober 2013
Hassan, R. dkk. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hidayat, A.A. Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika, Jakarta.
Kemenkes. 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI, Jakarta. . 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI, Jakarta. Kepmenkes RI No. 829 / Menkes / SK / VII / 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah. Depkes, Jakarta. Malonda, G. 2011. Uji Fisher Exact. (http://statistik-kesehatan.blogspot.com). 21 Mei 2014 Mansjoer, A. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Media Aesculapius, Jakarta. Markum, A.H. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. TIM, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta. . 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta. Proverawati, A. dan Siti Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Nuha Medika, Yogyakarta. Sediaoetama, A.D. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Dian Rakyat, Jakarta. . 2009. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Dian Rakyat, Jakarta. Soekirman. 2002. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta. WHO. 2002. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang : Pedoman