KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN KEJADIAN MALNUTRISI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN SELAYANG II KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2015
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Diploma – III Ahli Madya Kebidanan
OLEH : MUHARNI WA’U NIM : 13/AB/053
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN KEJADIAN MALNUTRISI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN SELAYANG II KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2015
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Diploma – III Ahli Madya Kebidanan
OLEH : MUHARNI WA’U NIM : 13/AB/053
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2015
ABSTRAK
Pada Tahun 2013, organisasi pangan dunia melaporkan angka kelaparan mencapai 826.6 juta jiwa di negara berkembang, Selain itu data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa malnutrisi dan kelaparan merupakan penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia, yaitu paling tidak 17.289 juta jiwa. Malnutrisi adalah kekurangan gizi yang di perlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan energi tubuh. Didasarkan pada data hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menyatakan gizi kurang pada balita di Indonesia mencapai 17,9 persen. Namun di lain sisi, sebanyak 14,2 persen balita justru mengalami kelebihan gizi dan obesitas. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan status ekonomi dengan kejadian malnutrisi pada balita di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan Tahun 2015. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk yang berada diwilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II sebanyak 30 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling dengan besar sampel sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian Analisa Univariat dengan mendistribusikan variabel status ekonomi dan kejadian malnutrisi bahwa mayoritas responden memiliki Status ekonomi rendah sebanyak 29 orang (96,67%), dan minoritas responden memiliki status ekonomi tinggi sebanyak 1 orang (3,33%). Analisa bivariat dilakukan untuk melihat bahwa ada hubungan status ekonomi dengan kejadian malnutrisi pada balita dimana p=0,001 dengan jumlah responden yang memiliki sosial ekonomi rendah sebanyak 29 orang diantaranya 2 orang (6,6%) mengalami gizi buruk dan 27 orang (90%) mengalami gizi kurang. Sementara responden yang memiiki sosial ekonomi yang tinggi 1 orang (3,3%) mengalami gizi buruk. Diharapkan kepada orangtua balita agar lebih meningkatkan status ekonominya melalui keterampilan yang dimiliki sehingga dapat juga meningkatkan status gizi balita. Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan juga meningkatkan pelayanan kesehatan serta saling berkoordinasi dengan lintas sektoral dalam memberikan penyuluhan kepada orang tua balita tentang pola asuh yang baik dalam memberikan gizi pada balita.
Kata Kunci
: Status Ekonomi, Kejadian Malnutrisi
Sumber
:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini “Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Drs. Asman Karo-karo, MM selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 2. DR. H. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 3. Ibu Evawani Martalena Silitonga, SKM, Msi, selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 4. Bapak Donal Nababan, SKM, Mkes selaku Pembantu Ketua II Bidang Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
i
5. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep Ners selaku pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 6. Ibu Vera Christina Hulu,S.Psi. M.Kes. Psikolog selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara dan sekaligus Penguji II yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dalam memberikan bimbingan, saran,dukungan dan motivasi bagi penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. 7. Ibu Nova Prihartini, SST selaku Pembimbing yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan membimbing hingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. 8. Ibu Serly M.Sembiring,SST,M.Kes
selaku Penguji I yang telah banyak
meluangkan waktu, pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, dukungan dan motivasi bagi penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. 9. Seluruh Staff Dosen Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara D-III Kebidanan yang telah banyak memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis selama masa perkuliahan sehingga penulis dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat. 10.Dr. Hj.Zainab Mahyuni selaku Kepala Puskesmas Padang Bulan Selayang II 11.Segala bentuk ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Suamiku tercinta Ayub Efendy dan Anak-Anakku Yolanda Arjuni Efendi,Arya Muchlisin Efendy dan Rizky Fauzi Efendy juga Ayah ( B.Rasudin Wa’u ) dan Ibu ( Alm. Hapsa ) Tercinta dan saudara-saudara tersayang yang selalu memberikan motivasi,
ii
Cinta
kasih
sayang,materi
maupun
moril,sehingga
penulis
dapat
Menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 12. Terima kasih juga untuk rekan-rekan Angkatan ke 1 Jalur Khusus Jurusan Kebidanan STIKes-SU atas kebersamaan yang indah selama masa kita bersama. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa selalu melimpahkan kasih dan rahmatnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada peneliti dalam penulisan Proposal ini. Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Proposal ini dan semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Medan,
Mei 2015
Muharni Wa’u
iii
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ABSTRAK KATA PENGANTAR ..............................................................................................i DAFTAR ISI .............................................................................................................iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................vii DAFTAR TABEL ....................................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................6 1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................7 1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................7 1.3.2 Tujuan Khusus ...............................................................................7 1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................7 1.4.1 Bagi Prodi D-III Kebidanan Stikes SU ..........................................7 1.4.2 Bagi Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II ..........7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9 2.1. Malnutrisi ...............................................................................................9 2.1.1. Pengertian Malnutrisi.....................................................................9 2.1.2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Malnutrisi ..............................11 2.1.3. Masalah Gizi ..................................................................................13 2.1.4. Penilaian Status Gizi ......................................................................16 2.1.5. Metode Penilaian Status Gizi.........................................................18 2.1.6. Menu Seimbang Anak Balita .........................................................24 2.2. Status Ekonomi .......................................................................................25 iv
2.2.1. Pengertian ......................................................................................25 2.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sosial Ekonomi ....................28 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................29 3.1. Kerangka Konsep ....................................................................................29 3.2. Definisi Operasional ................................................................................30 3.3. Desain Penelitian .....................................................................................30 3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................31 3.4.1. Lokasi Penelitian ...........................................................................31 3.4.2. Waktu Penelitian ............................................................................31 3.5. Populasi dan Sampel ...............................................................................31 3.5.1. Populasi..........................................................................................31 3.5.2. Sampel ...........................................................................................33 3.6. Jenis dan Cara pengumpulan Data ..........................................................33 3.6.1. Jenis Data .......................................................................................33 3.6.2. Cara Pengumpulan Data ................................................................33 3.7. Aspek Pengukuran...................................................................................34 3.7.1. Status Ekonomi ..............................................................................34 3.7.2. Kejadian Malnutrisi .......................................................................35 3.8. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... ...........35 3.8.1. Pengolahan Data ............................................................................35 3.8.2. Analisis Data ..................................................................................36 3.9 Jadwal Penelitian .....................................................................................37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................38 4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................38 4.1.1 Data Geografi ..............................................................................38 4.1.2 Data Demografi ...........................................................................38 4.1.3 Analisa Univariat .........................................................................39 4.1.4 Analisa Bivariat ...........................................................................41 4.2 Pembahasan .............................................................................................43 v
4.2.1 Status Ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ................................................................................. 43 4.2.2 Kejadian Malnutrisi Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan
Medan
Selayang Tahun 2015 ..................................................................45 4.2.3 Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ................47 BAB V KESIMPULAN ...........................................................................................50 5.1 Kesimpulan..............................................................................................50 5.2 Saran ........................................................................................................51 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 29 Gambar 3.9 Jadwal Penelitian ............................................................................... 37
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 2.1 Status gizi berdasarkan indeks antropometri......................19 Tabel 2.3
Berat Badan (BB) / Tinggi Badan (TB) Untuk Menilai Status Gizi........................................................................................................21
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Ekonomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ...............................................................39
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Malnutrisi Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ...............................................................40
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi karakteristik Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015.............................................40
Tabel 4.4
Tabulasi Silang Hubungan Status Ekonomi Dengan
Kejadian
Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 .........................41 Tabel
4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang 2015 ......................................42
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran II
Kuesioner Penelitian
Lampiran III
Master Tabel
Lampiran IV
Hasil SPSS
ix
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Status ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Untuk melihat kedudukan status ekonomi seseorang yaitu dapat dilihat dari faktor pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan faktor tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan status ekonomi rendah, sedang dan tinggi (Supardan, 2008). Kedudukan status ekonomi dapat dipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor ekonomi. Dimana faktor ekonomi terdiri dari keadaan keluarga, pendidikan, dan penyimpanan makanan. Sedangkan faktor ekonomi terdiri dari pekerjaan, pendapatan keluarga, dan pengeluaran. Selain faktor diatas, faktor ekonomi pada seseorang atau manusia juga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dari seseorang tersebut. Salah satu nya yaitu konsumsi bahan pangan (Supariasa, 2008). Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia. Namun demikian, jumlah penduduk rawan pangan di Indonesia masih tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, asupan kalori kurang dari 2150 Kkal per orang per hari mencapai 29,4%. Hal ini menyebabkan masalah kekurangan gizi pada masyarakat, terutama kelompok rentan yaitu ibu, bayi
2
dan anak. Ibu hamil yang kurang gizi akan melahirkan bayi yang kurang gizi juga. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat dan penyebabnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terkait satu dengan yang lainnya. Pada krisis moneter saat ini, masalah gizi, khususnya gizi kurang muncul karena pokok yaitu kemiskinan, kurang pendidikan dan kurang keterampilan dari masyarakat. Akar permasalahannya adalah krisis moneter yang berkepanjangan sehingga menyebabkan terhambatnya tumbuh kembang anak. Berdasarkan laporan Organisasi Pangan Dunia (FAO) pada Tahun 2013, angka kelaparan tahun ini mencapai 826.6 juta jiwa di negara berkembang, Selain itu data dari WHO disebutkan bahwa malnutrisi dan kelaparan merupakan penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia, yaitu paling tidak 17.289 juta jiwa. Anak-anak meninggal setiap harinya karena kelaparan dan malnutrisi, sehingga kelaparan dan malnutrisi menjadi ancaman nomor satu bagi kelangsungan hidup anak-anak diseluruh dunia, melebihi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS ), Malaria dan Tuberculosis ( TBC ). Faktanya, di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih di dominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), Masalah Anemia Besi, Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas di kota-kota besar. Didasarkan pada data hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 yang menyatakan gizi kurang pada balita di Indonesia mencapai 17,9 persen. Namun di lain sisi, sebanyak 14,2 persen balita justru mengalami kelebihan gizi dan obesitas.
3
Untuk melihat tumbuh kembang anak, baik menyangkut kesehatan maupun kecerdasan anak dipengaruhi oleh faktor hereditas atau keturunan dan lingkungan. Jadi, faktor lingkungan merupakan faktor yang lebih banyak dipengaruhi oleh upaya orang tua terutama di dalam perawatan dan pengembangan anak. Dengan adanya lingkungan yang tidak bersih membuat anak tidak sadar akan makanan yang dikonsumsinya. Dimana dengan kejadian tersebut sangat berpengaruh terhadap gizi anak terutama pada balita dan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada anak dapat menyebabkan berat badan kurang, mudah terserang penyakit, badan letih, penyakit defisiensi gizi, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikomotor mental. Kejadian kurang gizi tersebut dapat kita tentukan melalui penilaian status gizi ( Widodo, 2010). Penilaian status gizi adalah upaya menginterpretasikan semua informasi yang diperoleh melalui penilaian antropometri, konsumsi makanan, biokimia, dan klinik (Almatsier,2011). Berdasarkan penyebab terjadinya penyakit gizi kurang pada balita yaitu salah satu diantaranya faktor kemiskinan, maka diperoleh angka kemiskinan dalam Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012, jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 28.591 per 100.000 penduduk, tingkat kemiskinan rata-rata penduduk sumatera utara 13 % . Berdasarkan World Health Organization (WHO) dari data World Health Statistic 2013, jika diamati dari angka kemiskinan, maka salah satu dampak dari kemiskinan tersebut yaitu dapat menyebabkan kematian pada balita. Dimana angka
4
kematian diantara anak-anak dibawah lima tahun adalah sebesar 7614 per 100.000 angka kelahiran balita. Angka Kematian Balita (AKABA) terendah adalah di Negara Eropa sebesar 155 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian tertinggi adalah di Negara Afrika sebesar 3508 per 100.000 kelahiran hidup (Press World,2013). Dalam data tahunan statistik ASEAN World Health Statistic 2013, di dunia angka kematian balita sangat bervariatif, di setiap negara berkembang masih tergolong tinggi. Diantaranya
Bhutan, Srilangka, dan Timor Leste tergolong
AKABA yang rendah yaitu dibawah 15 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih di bawah negara Thailand dan DPR korea, yang masing-masing AKABA nya adalah 11 dan 12 per 1.000 kelahiran hidup. India, Indonesia, Myanmar, Nepal merupakan negara yang angka kematian balitanya tinggi yaitu diatas 220 per 1.000 kelahiran hidup (Press World,2013). Dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Angkaangka kematian bayi dan anak tahun 2012 lebih rendah dari hasil SDKI 2007. Untuk periode lima tahun sebelum survei, angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sama dengan pola SDKI 2007, lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh bahwa angka kematian balita (AKABA) di Sumatera Utara sebesar 67 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka
5
rata-rata nasional pada tahun 2007 sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKABA pada tahun 2002-2003 yang sebesar 46 per 1.000 kelahiran hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia,2012). Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara, kejadian gizi lebih sebesar 3,42%, gizi kurang sebesar 2,74% dan gizi buruk sebesar 0,14%, serta menjadi peringkat ke-15 dari 33 provinsi (Profil Dinas Kesehatan Sumatra Utara,2012). Dalam profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-2012, tahun 2010 adalah 22,7% yang terdiri dari gizi kurang 14,3% dan gizi buruk 8,4%. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi tahun 2011 (21,3%) sudah terlihat ada penurunan. Penurunan terjadi pada gizi kurang yaitu dari 14,3% menjadi 13,4% dan gizi buruk yaitu dari 8,4% menjadi 7,9%. Pada tahun 2012 terjadi penurunan pada gizi kurang sebesar 0,5% dan gizi buruk sebesar 0,3%. Dengan angka sebesar 20,5% pada tahun 2012 maka prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Sumatera Utara masih termasuk kategori tinggi ( Profil Dinas Kesehatan Sumatra Utara,2012). Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Prestauli, dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Kurang Pada Balita Di Dusun III Kenari Desa Laut Dendang Kec. Percut Sei Tuan Tahun 2007”,bahwa kurangnya protein dan salahnya konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai desetiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah gizi, selain itu penyebab lainnya dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi atau
6
kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Manurung,2007). Dari hasil survei awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan dari bulan Januari sampai Maret 2015, menunjukkan bahwa dari 30 balita, 27 balita menderita gizi kurang yang disertai dengan penyakit penyerta yaitu infeksi paru-paru,diare dan demam kemudian 3 balita menderita gizi buruk juga disertai juga dengan penyakit penyerta. Dari hasil survei awal jika dilihat dari hubungan status ekonomi dengan kejadian malnutrisi pada Balita di Puskesmas Padang Bulan.Selayang II dapat diketahui bahwa dari 30 orangtua balita di antaranya yang penghasilan dan pendidikan tinggi sebanyak 1 responden (3,33%), dan penghasilan serta pendidikan rendah sebanyak 29 responden (9,6,67%). Berdasarkan latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk mengetahui Hubungan Status Ekonomi dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah untuk mengetahui "Bagaimanakah Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ?".
7
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui rumusan masalah hubungan status ekonomi dengan kejadian malnutrisi pada balita di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan Tahun 2015. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat status ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui kejadian malnutrisi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan Tahun 2015. 3. Untuk mengetahui hubungan Status Ekonomi dengan kejadian Malnutrisi pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan.Selayang II Tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Prodi D-III Kebidanan STIKESSU Menambah referensi untuk penelitian selanjutnya di Prodi D-3 Kebidanan Stikessu yang dapat dijadikan sebagai panduan untuk mahasiswi yang akan melanjutkan penelitian khususnya tentang status ekonomi dan malnutrisi pada balita. 2. Bagi Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi untuk tenaga kesehatan (Puskesmas) mengenai status ekonomi dengan kejadian
8
malnutrisi pada balita di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan dalam melaksanakan upaya peningkatan kesehatan serta untuk menambah wawasan ibu bahwa melakukan penimbangan berat badan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sangat penting pada balita untuk dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan pada balita .
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malnutrisi 2.1.1 Pengertian Malnutrisi Malnutrisi merupakan keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa,2008). Malnutrisi adalah kekurangan gizi yang di perlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan energi tubuh. Malnutrisi juga merupakan suatu istilah umu yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tidak cukup. Seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi (Adiningsih, 2010). Bentuk-bentuk malnutrisi yaitu sebagai berikut : 1. Gizi Kurang Gizi adalah ilmu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan tubuh manusia. Keadaan penyimpangan dari gizi normal akan menyebabkan menurunnya derajat kesehatan sekaligus meningkatkan resiko terkena penyakit 2.2. Malnutrisi 2.1.2 Pengertian Malnutrisi
10
Malnutrisi merupakan keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa,2008). Malnutrisi adalah kekurangan gizi yang di perlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan energi tubuh. Malnutrisi juga merupakan suatu istilah umu yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tidak cukup. Seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi (Adiningsih, 2010). Bentuk-bentuk malnutrisi yaitu sebagai berikut : 2. Gizi Kurang Gizi adalah ilmu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan tubuh manusia. Keadaan penyimpangan dari gizi normal akan menyebabkan menurunnya derajat kesehatan sekaligus meningkatkan resiko terkena penyakit Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada Balita. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah (Supariasa,2008).
11
Zat gizi merupakan komponen yang terdapat dalam bahan pangan yang terurai selama proses pencernaan dalam tubuh. Zat gizi dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang memadai untuk pertumbuhan, perkembangan dan kebugaran tubuh. Zat gizi yang dimaksud termasuk didalamnya air, karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin(Cakrawati,2012). 3. Gizi Sedang Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa,2008). 4. Gizi Buruk Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan ahli gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan zat nutrizi yang terjadi menahun (Zainuddin,2010). Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi, merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh redahnya konsumsi energi dan protein dan makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Adisasmito,2012).
12
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Malnutrisi Patogenesis penyakit gizi kurang melalui 5 tahapan yaitu : pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila kecukupan zat gizi ini berlangsung lama maka persediaan atau cadangan jaringan akan di gunakan untuk memenuhi kecukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari munculnya tanda yang klasik (Supariasa,2008). Masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh : a.
Penyebab langsung Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
b.
Penyebab tidak langsung 1. Ketahanan pangan keluarga kurang memadai. 2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Menurut Widodo, (2010), penyebab yang menjadikan seorang anak dapat mengalami kekurangan gizi yaitu :
13
1. Konsumsi makanan yang tidak mencukupi. 2. Peningkatan pengeluaran gizi dari dalam tubuh.
3. Kebutuhan gizi yang meningkatkan pada kondisi tertentu. 4. Penyerapan makanan dalam sistem pencernaan yang mengalami gangguan 5. Gangguan penggunaan gizi setelah diserap.
2.1.3. Masalah Gizi Masalah gizi semula dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya dapat ditanggulangi dengan pengobatan medis atau kedokteran. Namun, kemudian diketahui bahwa gejala klinis gizi kurang adalah akibat ketidakseimbangan yang lama antara manusia dan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup ini mencakup lingkungan alam, biologis, sosial budaya maupun ekonomi. Masing-masing faktor tersebut mempunyai peran yang kompleks dan berperan penting dalam etiologi penyakit gizi kurang. Menurut Santoso (2009), secara nasional ada empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu : 1. Kekurangan Energi dan Protein (KEP) Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Supariasa,2008).
14
Tanda-tanda Klinis yaitu : a. Marasmus 1) Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit. 2) Wajah seperti orang tua. 3) Cengeng, rewel 4) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada 5) Sering disertai diare kronik atau konstipasi atau susah buang air, serta Penyakit kronik 6) Tekanan darah, detak jantung, dan pernafasan berkurang b. Kwashiorkor 1) Oedem umumnya di seluruh tubuh dan terutama pada kaki 2) Wajah membulat dan sembab 3) Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk,anak berbaring terus menerus 4) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis 5) Anak sering menolak segala jenis makanan 6) Sering disertai infeksi, anemia dan diare c. Marasmus-Kwashiorkor Tanda-tanda marasmic-kwashiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus dan kwashiorkor yang ada.
15
2. Kekurangan itamin A (KVA) Kekurangan vitamin A adalah penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh, dan menyebabkan metaplasi keratinisasi pada epitel saluran pernafasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relatif lebih awal terjadi ketimbang kerusakan yang terdeteksi pada mata. Penyakit KVA (Kekurangan
Vitamin
A)
dinamakan
dengan
Xeroftalmia
(rabun
senja)
(Arisman,2010). Pengobatan KVA diarahkan pada upaya memperbaiki status vitamin A. Langkah ini harus segera diselenggarakan karena KVA bukan hanya mencederai mata, tetapi juga mengganggu kesehatan dan mengancam jiwa penderitanya. Oleh karena itu, xeroftalmia beserta masalah yang terkait didalamnya, misalnya campak dan KKP berat, selayaknya diperlakukan sebagai kasus gawat darurat.
3. Kekurangan Garam Besi dan Anemia Gizi Kekurangan besi merupakan penyebab utama dari pada anemia, terutama di negara yang sedang berkembang. Masukan zat besi melalui makanan sehari-hari jika jumlah nya tidak dapat mencukupi kebutuhan fisiologis, atau terjadi kehilangan besi yang meninggi akan mengakibatkan keadaan kekurangan zat besi dalam tubuh. Pada permulaan kekurangan masukan besi tidak memperlihatkan menurunnya kadar hemoglobin berhubung dengan adanya persediaan dalam bentuk hemosiderin. Anemia gizi merupakan salah satu dari empat penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun bagi berbagai negara di Asia, Afrika, dan Amerika
16
Serikat. Sebagian besar anemia tersebut merupakan akibat kekurangan besi. Menurut Manik pada tahun 1982 menemukan pada kebanyakan anak balita kadar besi serum yang rendah dan makanan sehari-harinya tidak mengandung cukup zat besi (Pudjiadi,2009).
4. Gondok Endemik Yodium merupakan komponen struktural dari hormon Thyroxin yang dihasilkan oleh kelenjar gondok. Pada defisiensi yodium pembentukan hormon thyroxin terhambat, sehingga tidak mencukupi kebutuhan. Maka kelenjar thyroid berusaha mengadakan kompensasi dengan menambah jaringan kelenjar, sehingga terjadi hipertrophi kelenjar gondok yang disebut struma simplex (pembesaran kelenjar gondok), dan karena terjadi di daerah tertentu secara endemik, disebut juga gondok endemik (Santoso,2009).
2.1.4. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi adalah upaya menginterpretasikan semua informasi yang diperoleh melalui penilaian antropometri, konsumsi makanan, biokimia, dan klinik. Status gizi anak balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut gizi kurang (Cakrawati,2012).
17
1. Survei gizi Adalah bentuk survei cross sectional terhadap masyarakat yang tinggal di daerah yang diduga merupakan daerah risiko terjadinya masalah gizi. 2. Surveilen gizi Adalah suatu proses yang dilakukan secara terus menerus untuk memonitor status gizi penduduk di suatu daerah. Dalam bentuk surveilen ini, kemungkinan penyebab dari keadaan gizi salah (gizi kurang atau lebih) dapat diketahui. 3. Skrining gizi Adalah proses yang mengidentifikasi karakteristik yang diketahui berhubungan dengan masalah gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan penggunaannya (Cakrawati,2012) Status gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Produk pengan (jumlah dan jenis makanan), 2. Pembagian makanan atau pangan. 3. Akseptabilitas (daya terima), menyangkut penerimaan atau penolakan makanan yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan makanan. 4. Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, seperti anggapan yang keliru bahwa terong dapat berdampak buruk karena menyebabkan tubuh lemas, pantangan pada makanan tertentu. 5. Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu. 6. Keterbatasan ekonomi. 7. Kebiasaan makan.
18
8. Selera makan. 9. Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan). Pengetahuan gizi. Untuk menilai status gizi anak usia di bawah lima tahun (Balita) digunakan beberapa indeks, yaitu : Berat Badan atau Panjang Badan (BB/TB atau BB/PB), Tinggi Badan atau Panjang Badan menurut Umur (TB/U atau PB/U), dan indeks yang baru diperkenalkan oleh WHO (2005), yaitu Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Dalam menggunakan perhitungan dengan Z-score yaitu menggunakan nilai median sebagai nilai normalnya (Cakrawati,2012). Perhitungan berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan berat badan menurut tinggi badan seorang anak di dasarkan pada nilai Z-nya (relatif devisiasi terhadap nilai rata-ratanya), dari nilai Z ini dapat ditentukan standar devisiasinya (SD). Point untuk tiap indikator status gizi adalah +/- 2 SD dan status gizi < -3 SD dikategorikan sebagai kurang gizi berat (Adisasmito,2012).
2.1.5. Metode Penilaian Status Gizi Metode pengukuran status gizi merupakan suatu pengukuran terhadap aspek yang dapat menjadi indikator penilaian status gizi, kemudian dibandingkan dengan standar baku yang ada (Sartika,2012). Sistem penilaian status gizi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung (Supariasa,2008). 1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
19
1) Antropometri a)
Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. b) Penggunaan Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia (Supariasa,2008) antara lain : a) Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status gizi menjadi salah. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month). b) Berat Badan Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti
20
dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Berikut ini adalah tabel berat badan anak menurut usia (Prabowo,2012). Tabel 2.1 Status gizi berdasarkan indeks antropometri Indeks Status Gizi BB/U
TB/U
BB/TB
Gizi Kurang
61%-70%
71%-80%
71%-80%
Gizi Buruk
≤ 60%
≤ 70%
≤ 70%
Sumber : Antropometri WHO 2005
c) Tinggi badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan. d) Lingkar kepala Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar dan kepala kecil.
21
Tabel 2.2 Berat Badan (BB) / Tinggi Badan (TB) Untuk Menilai Status Gizi
22
Lanjutan
23
e) Lingkar dada Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkaran kepala dan lingkaran dada sama pada umur 6 bulan. 2) Klinis 1. Pengertian Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. 2. Penggunaan Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tandatanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. 3) Biokimia a) Pengertian Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. b) Penggunaan Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
24
4) Biofisik a) Pengertian Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. b) Penggunaan Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. 2.
Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung 1) Survei Konsumsi Makanan a) Pengertian Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. b) Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. 2) Statistik Vital a) Pengertian Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
25
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. b) Penggunaan Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. 3)
Faktor ekologi a) Pengertian Benua mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. b) Penggunaan Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
2.2
Menu Seimbang Anak Balita Komposisi yang baik untuk penyediaan energi bagi anak balita yang berusia
1-2 tahun terdiri atas karbohidrat (60-70%), protein (10-15%) dan lemak (20-25%). Anak berusia 3-5 tahun memerlukan energi sekitar 1400-1600 kkal (Widodo,2010). Menurut (Proverawati,2009) menu seimbang yaitu gizi yang harus terpenuhi untuk menjaga keseimbangan gizi tubuh , yaitu :
26
1. Karbohidrat seperti nasi, roti, sereal, kentang atau mie. Selain sebagai menu utama, karbohidrat bisa diolah sebagai makanan selingan seperti puding, roti atau donat kentang yang lezat. 2. Buah dan sayur seperti pisang, pepaya, jeruk, tomat dan wortel. Jenis sayuran beragam mengandung zat gizi berbeda. 3. Susu dan produk olahan susu. Pastikan balita mendapatkan kalsium yang cukup dari konsumsi susunya. 4. Protein seperti ikan, susu, daging, telur atau kacang-kacangan. Tunda pemberian apabila timbul alergi atau ganti dengan sumber protein yang lain. Untuk vegetarian, gabungkan konsumsi susu dengan minuman berkadar vitamin C tinggi untuk membantu penyerapan zat besi. Lemak dan gula seperti terdapat dalam minyak, santan dan mentega yang mengandung omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak. Pastikan balita mendapatkan kadar lemak esensial dan gula yang cukup bagi pertumbuhannya. Namun diperhatikan bahwa lemak dan gula tidak digunakan sebagai pengganti jenis makanan lainnya seperti karbohidrat.
2.3
Status Ekonomi
2.3.1 Pengertian Status Ekonomi Pengertian status ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) yaitu kedudukan atau sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial Dari kamus Wikipedia menjelaskan bahwa sosial dalam bahasa latin berasal
27
dari “socius” yang berarti kawan atau berteman dan “societies” yang berarti masyarakat. Uraian tersebut menjelaskan bahwa manusia tidak lepas dari kehidupannya, berteman atau bermasyarakat. Sosial adalah situasi dimana saling berhubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain di dalam lingkungannya, sehingga tercapai kehidupan sosial yang diinginkan. Dengan koneksitas antar individu menjadikan status sosial dalam masyarakat semakin saling berinteraksi dalam menjalin sebuah kehidupan manusia (Wahyuni,2012). Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat (Supardan,2008). Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok-kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahanperubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial (Soekanto,2012) .
28
Selanjutnya, bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat, yang di dalamnya ada proses interaksi sosial, semua orang perlu mengkonsumsi pangan, sandang dan papan untuk bisa bertahan hidup. Oleh sebab itu dia perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Konsep sosial adalah konsep keseharian yang digunakan untuk menunjuk sesuatu dan yang dipahami secara umum dalam suatu masyarakat. Sedangkan konsep sosiologis merupakan konsep yang digunakan sosiologi untuk menunjuk sesuatu dalam konteks akademik (Damsar,2013). Ekonomi merupakan salah satu bentuk dari stratifikasi sosial dalam masyarakat. Stratifikasi sosial dalam masyarakat mencakup berbagai dimensi antara lain berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, kelompok etnis, kelompok ras, pendidikan formal, pekerjaan dan ekonomi (Wahyuni,2012). Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikosnamos” yang berarti manajemen urusan rumah tangga khususnya penyediaan dan administrasi pendapatan. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Ilmu ekonomi merupakan studi tentang prilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki beberapa alternatif penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, kemudian menyalurkannya baik saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Ilmu ekonomi merupakan ilmu pilihan. Ilmu yang mempelajari bagaimana orang memilih penggunaan sumber-sumber daya produksi yang langka
29
atau terbatas untuk memproduksi berbagai komoditi dan menyalurkannya ke berbagai anggota masyarakat untuk segera dikonsumsi (Supardan,2008). Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy. Sementara kata economy itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang berarti pengelolaan rumah tangga. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengaloksian sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing. Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya masyarakat (rumah tangga dan pebisnis atau perusahaan) yang terbatas diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan
kemampuan,
usaha,
dan
keinginan
masing-masing
(Damsar,2013).
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Ekonomi Salah satunya adalah Penghasilan dan pendapatan.Penghasilan dan pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari hasil sendiri yang dinilai dengan uang. Pendapatan atau penghasilan yang diterima oleh seseorang dapat di peroleh dari bermacam-macam sumber. Tiap-tiap keluarga dalam memenuhi kebutuhannya memerlukan pendapatan yang sumber nya berbeda-beda dengan yang lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan disegala bidang menyebabkan tidak
30
terhitungnya jumlah pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Dimana masing-masing pekerjaan memerlukan bakat, keahlian atau kemampuan yang berbeda untuk mendudukinya. Pendapatan menurut UMR (Upah Minimum Regional) Tahun 2015 untuk Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp.1.625.000.Penghasilan dikategorikan atas : 1. Rendah : Penghasilan < Rp. 1.625.000 2. Tinggi : Penghasilan > Rp. 1.625.000
31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan Tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 3.1. sebagai berikut : Variabel Independen (X)
Variabel Dependen (Y)
Status Ekonomi Kejadian Malnutrisi
Karakteristik : a. Pendidikan b. Pekerjaan
Ket :
= Diteliti = Tidak diteliti
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang Ii Kecamatan Medan SelayangTahun 2015
32
3.2. Definisi Operasional Defenisi operasional bermanfaat untuk membatasi ruang lingkup yang diteliti, variable tersebut diberi batasan dan juga manfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variable-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat ukur (Notoatmodjo,2010). 1. Kejadian Malnutrisi adalah Suatu keadaan kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolute satu atau lebih zat gizi. 2. Status Ekonomi adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari hasil sendiri yang dinilai dengan uang. 3. Pendidikan adalah pembentukan watak seseorang dimana watak seseorang akan berpengaruh terhadap tingkah lakunya. 4. Pekerjaan merupakan suatu unit kegiatan yang dilakukan seseorag atau sekelompok orang di suatu tempat untuk menghasilkan barang atau jasa.
3.3. Jenis Dan Desain Penelitian 3.3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan tujuan untuk mengetahui Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan Tahun 2015 . 2 Desain Penelitian
33
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional
yaitu penelitian yang
dilakukan pada satu waktu dan satu kali ,tidak ada follow up,untuk mencari hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent.
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.4.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Selayang II diJalan Bunga Wijaya Kusuma Pasar VI Gg. Puskesmas Kecamatan Medan Selayang, dengan alasan : Populasi yang mencukupi serta belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan status ekonomi dengan kejadian malnutrisi. 3.4.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2015
3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi Populasi penelitian ini adalah jumlah balita yang mengalami atau menderita gizi kurang dan gizi buruk yang berada diwilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II dari bulan Januari-Juni 2015 sebanyak 30 orang. 3.5.2. Sampel Menurut Notoatmodjo 2012, sampel adalah bagian dari populasi atau merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Besar sampel
34
dalam penelitian ini sebanyak 30 orang Balita dengan teknik pengambilan sampel yaitu : total sampling, dimana peneliti mempertimbangkan ciri atau sifat populasi sebelumnya sehingga dapat mengidentifikasi semua karakteristik. Adapun kriteria sampel yaitu : a. Kriteria Inklusi 1. Ibu Balita yang berada diwilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II selama 1 Tahun. 2. Balita dalam kondisi gizi kurang dan gizi buruk. 3. Ibu Balita mau dan bersedia dijadikan objek penelitian. b. Kriteia Eksklusi 1. Ibu Balita yang berada diwilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II kurang 1 Tahun. 2. Balita dalam kondisi sehat. 3. Ibu Balita tidak bersedia menjadi objek penelitian.
3.6. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.6.1. Jenis Data a. Data Primer Data diperoleh sendiri oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner pertanyaan terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud penelitian ini, serta penjelasan singkat tentang pengisian kuesioner dengan jumlah kuesioner sebanyak 4 pertanyaan. Data Sekunder
35
Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan data sekunder meliputi daftar penimbangan balita menurut umur dan tinggi badan pada periode diperoleh dari Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan Tahun 2015.
3.6.2. Pengolahan Data Pengumpulan data akan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : sebelum mengisi kuesioner, terlebih dahulu diberi penjelasan tentang pengisian serta maksud dan tujuan penelitian, kemudian menandatangani lembar persetujuan sabagai responden. Responden kemudian menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kemudian mengingatkan responden untuk memberikan jawaban masing-masing tanpa dipengaruhi oleh oranglain, lalu memeriksa kelengkapannya pada akhir pengumpulan data penelitian.
3.7. Aspek Pengukuran 3.7.1. Status Ekonomi 1. Status ekonomi adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari hasil sendiri yang dinilai dengan uang. Status ekonomi dibagi menjadi 2 kategori yaitu : 0 = Rendah ( apabila status ekonomi keluarga kurang dari Rp. 1.625.000 ) 1 = Tinggi (apabila status ekonomi keluarga lebih dari Rp. 1.625.000 )
36
2.
Karakteristik : a.
Pekerjaan merupakan suatu unit kegiatan yang dilakukan seseorag atau sekelompok orang di suatu tempat untuk menghasilkan barang atau jasa. Pekerjaan dibagi menjadi 2 kategori yaitu : 0 = Tidak bekerja ( IRT ). 1 = Bekerja
b.
( Honor,Pegawai swasta ).
Pendidikan adalah pembentukan watak seseorang dimana watak seseorang akan berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Pendidikan dibagi menjadi 2 kategori yaitu : 0 = Rendah
( Tidak sekolah,SD,SMP )
1 = Tinggi
( SMA sederajat,Akademi,Perguruan Tinggi )
3.7.2 Kejadian Malnutrisi Untuk mengetahui kejadian malnutrisi pada balita dapat dilihat berdasarkan hasil data dari Puskesmas Padang Bulan Selayang II yang dikategorikan sebagai berikut : 0= Gizi Kurang ( apabila hasilnya persen BB/TB antara 70% - 80% ) 1= Gizi Buruk ( apabila hasilnya persen BB/TB kurang dari 70% )
37
3.8 Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1 Pengolahan Data Menurut Zaluchu (2012) pengolahan data adalah proses yang dilakukan setelah data diperoleh, pengolahan data dilakukan secara manual. Data-data yang diperoleh dari penelitian,kemudian diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing Memeriksa data,memeriksa jawaban,memperjelas dan melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpulkan dan memeriksa kelengkapan dan kesalahan. 2. Coding Memberi kode jawaban responden sesuai dengan indicator pada kuesioner. 3. Tabuling Dari
data
mentah
pengorganisasian
data
dilakukan
penyesuaian
sedemikian
rupa
agar
data
yang
dengan
merupakan
mudah
dapat
dijumlah,disusun,dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
3.8.2. Analisis Data a. Analisa Univariat Analisa data dengan mendistribusikan variabel status ekonomi dan kejadian malnutrisi yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. b. Analisa Bivariat
38
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan status ekonomi dengan kejadian malnutrisi dengan menggunakan analisis Chi-square, pada batas kemaknaan perhitungan statistic α (0,05). Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p < α (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara statistic mempunyai hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.
39
3.9 Jadwal Penelitian
Tabel 3.10 Jadwal Penelitian Bulan Jan 2015 No 1
2 3 4
5
6
7 8
9 10
Kegiata n 1 Pengaju an Judul ACC Judul Survei awal Bimbin gan Proposa l Sidang Proposa l Perbaik an Proposa l Peneliti an Bimbin gan KTI Sidang Hasil Pengu mpulan KTI
Feb 2015 Mar Apr 2015 Mei Jun 2015 2015 2015 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1. Data Geografi Lokasi tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Selayang II yang terletak di Jalan Bunga Wijaya Kusuma Pasar VI Gg. Puskesmas Kecamatan Medan Selayang. Terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah 2379 Ha. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan sebagai berikut : 1. Sebelah Utara
:Berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal
2. Sebelah Selatan
:Berbatasan dengan Medan Johor
3. Sebelah Timur
:Berbatasan dengan Medan Tuntungan
4. Sebelah Barat
:Berbatasan dengan Medan Baru
4.1.2 Demografi Penduduk Puskesmas Padang Bulan Selayang II memiliki 6 (enam ) Kelurahan, Kelurahan Tanjung Sari,Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Padang Bulan Selayang II, Kelurahan Asam Kumbang, Kelurahan Beringin dan Kelurahan Sempakata. Dengan jumlah penduduk 125.552 jiwa, dimana Kelurahan Tanjung Sari 39.927 jiwa, Padang Bulan Selayang I 13.269 jiwa, Padang Bulan Selayang II 29.903 jiwa, Asam Kumbang 21.577 jiwa, Beringin 9.967 jiwa dan Sempakata 11.577
41
4.1.3 Analisa Univariat Analisa univariat adalah uji statistik yang di pergunakan untuk menganalisis secara deskriptif karakteristik responden dalam bentuk tabel frekuensi seperti status ekonomi dengan kejadian malnutrisi pada balita.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang 2015 No.
Pendidikan
Frekuensi
%
1
Rendah
21
70
2
Tinggi
9
30
Total
30
100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan rendah sebanyak 21 orang (70%), dan minoritas responden memiliki pendidikan tinggi sebanyak 9 orang (30%).
42
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang 2015
No.
Pekerjaan
Frekuensi
%
1
Tidak Bekerja
29
96,67
2
Bekerja
1
3,33
Total
30
100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki Pekerjaan (tidak bekerja) sebanyak 29 orang (96,67%), dan minoritas responden memiliki Pekerjaan (bekerja) sebanyak 1 orang (3,33%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Ekonomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang 2015 No.
Status Ekonomi
Frekuensi
%
1
Rendah
29
96,67
2
Tinggi
1
3,33
Total
30
100
43
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki Status ekonomi rendah sebanyak 29 orang (96,67%), dan minoritas responden memiliki status ekonomi tinggi sebanyak 1 orang (3,33%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 % No.
Kejadian Malnutrisi
Frekuensi
1
Gizi Buruk
3
10
2
Gizi Kurang
27
90
Total
30
100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengalami gizi kurang sebanyak 27 orang (90%) dan minoritas responden mengalami gizi kurang sebanyak 3 orang (10%).
44
4.1.4 Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah uji statistik yang diperjuangkan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel independent (status ekonomi) dengan variabel dependent (kejadian malnutrisi).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 Kejadian Malnutrisi P Value
Status No
Gizi Buruk
Gizi Kurang Total
F
%
F
%
F
2
6,6
27
90
29
Ekonomi
1
Rendah
0,001 2
Tinggi
1
3.3
0
0
1
Total
3
10
27
90
30
Berdasarkan tabel 4.5 dari 30 responden dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang memiliki status ekonomi rendah sebanyak 29 orang diantaranya 2 orang (6,6%) mengalami gizi buruk dan 27 orang (90%) mengalami gizi kurang Sedangkan minoritas responden memiliki status ekonomi yang tinggi 1 orang (3,3%) mengalami gizi buruk.
45
Hasil analisa didapatkan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan kejadian malnutrisi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015. Analisa data analitik dengan menggunakan Chi-Square dengan hasil p=0,001 dan α=0,05 dimana p < α artinya Ho ditolak dan Ha diterima atau di identifikasi bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan kejadian malnutrisi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015.
4.2
Pembahasan
4.2.1 Status Ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden memiliki Status ekonomi rendah sebanyak 29 orang (96,67%), dan minoritas responden memiliki status ekonomi tinggi sebanyak 1 orang (3,33%). Status ekonomi merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk dikarenakan rendahnya status ekonomi akan berdampak pada daya beli makanan. Rendahnya kualitas dan kuantitas makanan merupakan penyebab langsung dari gizi buruk pada balita. Status ekonomi yang kurang sebenarnya dapat diatasi jika keluarga tersebut mampu menggunakan sumber daya yang terbatas, seperti kemampuan untuk memilih bahan yang murah tetapi bergizi dan distribusi makanan yang merata dalam keluarga (Novitasari, 2012).
46
Status ekonomi keluarga memegang peranan
yang sangat penting dan
menjadi akar masalah terjadinya kurang gizi (Unicef, 1988). Status ekonomi suatu keluarga akan mempengaruhi antara lain daya beli keluarga, tingkat ketersediaan pangan, pola asuh dan konsumsi pangan dalam keluarga. Status ekonomi suatu keluarga akan mempengaruhi daya beli dan konsumsi seseorang konsumen atau sebuah keluarga serta mempengaruhi jenis produk dan jasa yang dikonsumsi (Suwarman, 2000). Berdasarkan Hasil penelitian Novitasari (2012), diperoleh bahwa kelompok gizi buruk proporsi terbanyak berstatus ekonomi rendah sebanyak 35 balita (87,5%) sedangkan pada kelompok gizi baik proporsi terbanyak berstatus ekonomi tinggi sebanyak 30 balita (75%). Setelah dilakukan uji statistik didapatkan p = 0,000 yang mempunyai arti bahwa status ekonomi memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian gizi buruk pada balita. Menurut asumsi peneliti, hasil penelitian yang di lakukan,masih kurang baik, karena disebabkan kurangnya status ekonomi serta rendahnya pendidikan dan pekerjaan sehingga masih ditemukan balita gizi kurang dan gizi buruk. Kesehatan seorang anak dapat diketahui dengan cara membawa anaknya segera ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mengetahui status gizi anaknya. Karena salah satu faktor anak mudah terserang penyakit yaitu keadaan lingkungan tempat tinggal. mayoritas responden berpenghasilan rendah sehingga mempengaruhi konsumsi makanan dan kebutuhan yang dibutuhkan anak. Dengan rendahnya penghasilan yang dihasilkan oleh ibu atau orang tua anak maka sebagian besar kebutuhan nutrisi yang harus
47
dikonsumsi oleh anak tentunya tidak terpenuhi. Dengan demikian dapat terlihat jelas bahwa kesehatan seorang anak sangat berpengaruh dengan penghasilan orang tua. Dan dapat terlihat jelas dari orang tua yang berpenghasilan tinggi, status gizi anaknya seharusnya jauh lebih baik dari berpenghasilan rendah tetapi dikarenakan anaknya mempunyai penyakit penyerta sehingga anak tidak mengkonsumsi makanan dengan baik.
4.2.2 Kejadian Malnutrisi Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden menderita gizi kurang sebanyak 27 orang (90%) dan minoritas responden menderita gizi kurang sebanyak 3 orang (10%). Menurut Novitasari (2012) dalam Pricilia (2015), malnutrisi merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Malnutrisi adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di bawah rata-rata. Malnutrisi atau gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran yaitu pengukuran klinis dan pengukuran antropometrik. Pengukuran klinis digunakan untuk mengetahui status gizi balita tersebut gizi buruk atau tidak. Berdasarkan penelitian Prestauli (2007), dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Kurang Pada Balita Di Dusun III Kenari Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2007”,bahwa kurangnya protein dan salahnya konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai di setiap negara di dunia. Kemiskinan dan
48
kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah gizi, selain itu penyebab lainnya dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang, didapatkan hasil pengukuran terhadap anak balita dengan menggunakan indeks BB/TB (Berat Badan Menurut Tinggi Badan) yang disesuaikan dengan WHO-2005 ditemukan sebagian besar anak mempunyai status gizi kurang 90%, anak yang memiliki status gizi buruk 10%. Dan dari hasil tersebut status gizi anak adalah keadaan dimana kesehatan anak akibat interaksi antara makanan dalam tubuh dengan lingkungan sekitarnya. Menurut asumsi peneliti bahwa anak balita yang menderita gizi buruk dan kurang pokok permasalahannya terdapat pada orang tua anak itu sendiri yaitu kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan anaknya dan tidak ada kepedulian terhadap anaknya untuk membawa balita keposyan yang di anjurkan oleh pihak puskesmas untuk menimbang balita sampai berumur 5 tahun agar bisa dan mempermudah untuk mengetahui bagaimana status gizi yang ada pada balita tersebut. Selain
orang
tua
balita
berpendidikan
rendah
(
SD,SMP
sederajat
),
jugaberpenghasilan rendah ( < Rp.1.625.000). Jadi, jika tidak ada kesadaran dari orang tua masing-masing balita, keadaan status gizi balita tidak akan membaik. Menurut asumsi peneliti faktor lingkungan juga dapat menyebabkan buruk dan kurang status gizi pada balita karena keadaan lingkungan tempat tinggal yang
49
tidak sesuai dengan balita seperti lingkungan yang kotor. Lingkungan yang tidak sehat itu dapat menimbulkan penyakit pada anak, dengan sering balita mengalami sakit bisa menyebabkan balita kurang gizi bahkan gizi buruk. Selain dengan orang tua yang rajin memperhatikan balitanya bermain, juga harus memperhatikan lokasi tempat permainan tersebut. Salah satu contohnya juga makanan yang berhari-hari di berikan pada balita itu sangat mudah menimbulkan penyakit dari makanan yang dikonsumsi tersebut dikarenakan makanan yang tidak sehat dan tidak sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan balita.
4.2.3
Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
memiliki status ekonomi rendah sebanyak 29 orang diantaranya 2 orang (6,6%) mengalami gizi buruk dan 27 orang (90%) mengalami gizi kurang. Sedangkan minoritas responden memiiki status ekonomi yang tinggi 1 orang (3,3%) mengalami gizi buruk. Hal ini dapat dilihat dari tingkat penghasilan yang rendah dapat menyebabkan status gizi anak yang tidak baik juga bahkan menyebabkan anak sangat mudah terserang penyakit. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dengan α = 0,05 bahwa signifikan probabilitas sosial ekonomi dengan kejadian manutrisi pada balita adalah sig p (0,001) < nilai sig α
50
(0,05). Dengan demikian di dapatkan hasil bahwa Ho ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Yang berarti bahwa terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kejadian manutrisi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015. Menurut Soeharjo dalam Suranadi (2008), bahwa apabila penghasilan keluarga meningkat, penyediaan lauk pauk akan meningkat mutunya.Sebaliknya, penghasilan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Hasil penelitian dari Harniwita (2008) di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi keluarga. Hasil penelitian oleh Lutviana dan Budiono (2010) juga menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi.Selain itu, hasil penelitian dari Pahlevi dan Indarjo (2011) juga menunjukkan hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizipada anak kelas 4, 5, dan 6 di SD Negeri Ngesrep 02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Menurut asumsi peneliti bahwa status ekonomi yang rendah sangat berpengaruh terhadap status gizi anak dimana dengan rendahnya penghasilan yang dihasilkan orang tua maka konsumsi dan kebutuhan nutrisi yang seharusnya dibutuhkan oleh anak tidak terpenuhi dengan baik. Selain penghasilan yang rendah, pendidikan yang rendah juga dapat mempengaruhi status gizi anak dikarenakan pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya perhatian kepada anak dan tidak ada kepedulian
51
yang diberikan untuk anaknya dikarenakan orang tua sibuk dengan kegiatan masingmasing. Beberapa faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap status gizi terutama pada balita. Status ekonomi tinggi tenntunya status gizi pada anak namun adanya penyakit penyerta maka hal ini dapat berpengaruh terhadap status gizi yang dapat menurunkan kekebalan tubuh terhadap infeksi penyakit misalnya: Atresia ani,infeksi paru-paru,demam dan diare,maka hal ini dapat berpengaruh pada status gizi balita.
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analis data yang telah dilakukan tentang Hubungan Status Ekonomi dengan Kejadian Malnutrisi pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas
Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki Status ekonomi rendah sebanyak 29 orang (96,67%), dan minoritas responden memiliki status ekonomi tinggi sebanyak 1 orang (3,33%). 2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden mengalami gizi kurang sebanyak 27 orang (90%) dan minoritas responden mengalami gizi kurang sebanyak 3 orang (10%). 3. Berdasarkan tabel 4.4 dari 30 responden dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang memiliki status ekonomi rendah sebanyak 29 orang diantaranya 2 orang (6,6%) mengalami gizi buruk dan 27 orang (90%) mengalami gizi kurang. Sedangkan minoritas responden memiiki status ekonomi yang tinggi 1 orang (3,3%) mengalami gizi buruk. Hasil analisa dengan menggunakan ChiSquare dengan hasil p=0,001 dan α=0,05 dimana p < α artinya Ho ditolak dan Ha diterima atau di identifikasi bahwa ada hubungan antara status ekonomi
53
dengan kejadian malnutrisi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015.
4.2. Saran 1. Bagi Peneliti dan Institusi Pendidikan Diharapkan dapat digunakan sebagai aplikasi dari ilmu-ilmu yang telah didapat selama perkuliahan di Prodi D-III Kebidanan STIKESSu serta menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam hal melakukan suatu penelitian selanjutnya, dengan skala penelitian yang lebih dalam untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat serta menambah variable penelitian tentang status ekonomi dan malnutrisi. Dan menyarankan untuk dapat digunakan sebagai bahan referensi perpustakaan di Prodi D-III Kebidanan STIKESSu sebagai bahan perbandingan peneliti selanjutnya referensi tentang status ekonomi dan malnutrisi. 2. Bagi Tempat Penelitian di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kepada Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan agar meningkatkan kualitas pelayanan terutama pada gizi balita dan memberikan penyuluhan tentang pola asuh yang baik dalam memberikan gizi pada balita. Dan kepada pelayanan kesehatan untuk selalu memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang pentingnya kesehatan anak terutama pada usia balita sehingga dengan terpenuhinya gizi yang dikonsumsi anak dan adanya masukan dari petugas pelayanan kesehatan dapat meningkatkan status kesehatan pada anak balita.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman,2010 Gizi Dalam Daur Kehidupan.Buku Kedokteran EGC; Jakarta. Adiningsih Sri,2010 Waspadai Gizi Balita Anda. Gramedia;Jakarta. Adisasmito Wiku, 2012 Sistem Kesehatan. Rajawali Pers; Jakarta. Almatsier Sunita, Soetardjo S, Soekatri M, 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Gramedia; Jakarta. Badan Pusat Statistik ( BPS ),2012 Jumlah Penduduk Miskin Turun, KOMPAS.com Jakarta. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/07/01/1339226/BPS.Jumlah.Penduduk. Miskin.Turun,diakses tgl 5 Februari 2015,Medan. Cakrawati Dewi, Mustika,2012.Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan. Alfabeta;Bandung. Damsar, Indrayani,2013. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Prenadamedia; Jakarta. Kamus Besar Bahasa Indonesia,2012. Status Ekonomi. Jakarta. https://dinikomalasari.wordpress.com/2014/04/07/definisi-status-ekonomi/ diakses tgl 5 Februari 2015,Medan. Muhammad Iman. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan. Bandung: Citapustaka Media Perintis; 2013. Manurung PM. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Kurang Pada Balita Di Dusun III Kenari Desa Laut Dendang [Karya Tulis Ilmiah]: Akademi Kebidanan Helvetia; 2007. Notoatmodjo,2010.Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta; Rineka Cipta. Organisasi Pangan Dunia (FAO).2013. PBB: satu dari delapan orang di dunia kelaparan.Jakarta http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/10/131001_pbb_kelaparan_gizi diakses tgl 5 Februari 2015,Medan. Proverawati Atika, Asfuah Siti,2009 Gizi Untuk Kebidanan. Nuha Medika; Yogyakarta. Pudjiadi Solihin,2009.Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Gaya Baru; Jakarta. Prabowo Sony,2012 Tabel Berat Badan Anak Menurut Usia majalah kesehatancom; Jogjakarta [cited 2014 15 januari]. Available from: http://majalahkesehatan.com/tabel-berat-badan-anak-menurut-usia. Profil Dinas Kesehatan Sumuatera Utara. 2012.Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Medan..
Press World Health Organization Italy: 2013 SEAROCOM; [cited 2014 22 jan]. Available from: (http://www.who.int/about/licensing/copyright_form/en/index.html). diakses tgl 5 Februari 2015,Medan. Rahardja prathama, Manurung Mandala. 2008.Pengantar Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia;Jakarta. Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Pusat Statistik, Jakarta. http://docplayer.info/18549-Riset-kesehatan-dasar-riskesdas-2010.html diakses tgl 5 Februari 2015,Medan. Supardan Dadang. 2008 Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. PT Bumi Aksara; Jakarta Supariasa I Dewa Nyoman, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu . 2008. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC; Jakarta. Santoso Soegeng, Ranti Anne Lies. 2009. Kesehatan dan Gizi. Bina Adiaksara; Jakarta. Survei
Demografi
Kesehatan
Indonesia.
2007.
BKKBN,
Jakarta.
2012.
BKKBN,
Jakarta.
http://eprints.undip.ac.id/33069/1/tirza_1.pdf diakses tgl 5 Februari 2015,Medan. Survei
Demografi
Kesehatan
Indonesia.
http://www.academia.edu/4879881/Survei_Demografi_dan_Kesehatan_Indonesia_201 2_Laporan_Pendahuluan Soekanto Soerjono. 2012.Sosiologi Suatu Pengantar. RajaGrafindo Persada; Jakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Administrasi. Alfabeta; Bandung. Widodo R. Pemberian Makanan, Suplemen, dan Obat pada Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2010. Wahyuni Sri. Hubungan status sosial ekonomi orang tua dan pemanfaatan media belajar dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI s,a batik 2 surakarta tahun ajaran 2010/2011 [skripsi]: universitas sebelas maret;2012. World Health Organization (WHO) dari data World Health Statistic tahun 2013 http://www.litbang.depkes.go.id/aggregator/categories/2 diakses tgl 5 Februari 2015,Medan. Zainuddin. Ilmu Kesehatan Umum. Medan: USU Press; 2010
LAMPIRAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN KEJADIAN MALNUTRISI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN SELAYANG II KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2015 OLEH: MUHARNI WA’U Saya adalah mahasiswi Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Penelitian ini diberikan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengindentifikasikan “Hubungan
Status
Ekonomi Dengan Kejadian
Malnutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015”. Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan oleh saudara tanpa dipengaruhi orang lain. Informasi yang diberikan ibu balita hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi saudara untuk penelitian ini bersifat sukarela, saudara bebas menjawab semua pertanyaan dan pernyataan tanpa paksaan apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini silahkan saudara menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang disediakan dibawah ini sebagai bukti sukarela saudara.
Medan, April 2015 Responden
(............................)
Muharni Wa’u
LAMPIRAN II KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN KEJADIAN MALNUTRISI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN SELAYANG II KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2015
I. Petunjuk Pengisian Kuesioner 1. Isilah pertanyaan dengan benar 2. Bacalah pertanyaan dengan baik untuk menentukan jawaban yang akan dipilih. 3. Berilah tanda check list (√) yang dianggap jawaban benar. 4. Setelah selesai kemudian kuesioner kepada petugas yang memberikan. II. Biodata Responden No. Responden : 1. Apa pekerjaan ibu sekarang ini : 0)
IRT
1)
Honorer, Pegawai swasta.
2. Apa pendidikan terakhir ibu : 0)
Tidak sekolah, SD, SMP
1)
SMA, Akademi, Perguruan Tinggi.
3. Berapa penghasilan ibu saat ini : 0)
Kurang dari Rp. 1.750.000
1)
Lebih dari Rp. 1.750.000
4. Kejadian Malnutrisi Pertanyaan untuk menentukan kejadian malnutrisi Apakah anak menderita malnutrisi ? 1. Gizi Buruk 2. Gizi Kurang Dengan kategori penilaian status gizi a. 70% - 80% = Gizi Kurang (Moder) 𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝐵𝐵 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝑥 100% , Dikatakan Gizi Kurang apabila hasil
persennya antara 70% - 80%. b. Kurang dari 70% 𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝐵𝐵 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
= Gizi Buruk (Severe)
𝑥 100% , Dikatakan Gizi Buruk apabila hasil
persennya kurang dari 70%.
Medan, Mei 2015
Ttd Responden Nama
MASTER TABEL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Ibu Ny. J Ny. N Ny. S Ny. N Ny. T Ny. F Ny. A Ny. S Ny. D Ny. N Ny. H Ny. R Ny. D Ny. N Ny. D Ny. S Ny. I Ny. Y Ny. M Ny. M Ny. M Ny. Y Ny. Y Ny. R Ny. W Ny. S Ny. A Ny. H Ny. S Ny. B
Umur 21 22 35 29 23 29 26 33 35 23 23 28 28 24 23 26 25 30 28 27 25 24 29 27 25 22 23 22 27 25
Nama Anak
Umur (bulan)
TB
BB
ALIA ZAHRA M.ZIDAN ALRAFFI IKHSAN ANANDA ANDARI SYAKILA INDRI LESTARI SRI AYU M.ANDRE MUTHIA M.LUTHFI AFANDI SUCI URAHMA AUDY NABILA FIQRI AWAL RAMADINO DAFA PRATAMA ADITIA SYIFA KRISTIAN STEFANI KIKI MAWARDANI KHARISA ZAHRA EMIYA ELEPAN FANI SAKILA ADELIA UMAISAH ARIYA DEWANTARA RAIHAN RAISYAH PUTRI CHANTIKA SRI WAHYUNI
50 40 55 22 30 55 58 23 25 35 14 17 16 31 21 21 25 55 20 12 12 17 14 13 24 31 17 16 31 26
92 84 94 77 84 100 93 74 67 95 69 75 75 88 79 76 77 97.5 73 68 63 71 69 76 83 76 78 81 83 70
7 9.5 11.2 7.5 9 12.2 11 7.4 5,7 7.5 6.7 8 7.8 10.5 8 7.2 8.2 11.5 7.4 5.4 5 6.8 6.7 7 8 8 8 8 8.8 6.5
Keterangan Status Ekonomi : 0 = Status ekonomi rendah (< Rp. 1.625.000 ) 1 = Status ekonomi tinggi ( > Rp. 1. 625.000
)
Status Ekonomi Kejadian Malnutrisi 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
Keterangan Kejadian Malnutrisi 0 = Gizi Buruk Apabila persen BB <70% 1 = Gizi Kurang Apabila persen BB antara 70% - 80%
Frequencies
Statistics
N
Valid
Status
kejadian
ekonomi
malnutrisi 30
30
0
0
Mean
1.33
1.43
Median
1.00
1.00
Mode
1
1
Sum
40
43
Missing
Frequencies
Satus ekonomi
Frequency Valid
rendah
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
29
96,67
96,67
96,67
tinggi
1
3.33
3.33
100.0
Total
30
100.0
100.0
kejadian malnutrisi
Frequency Valid
gizi buruk
Percent 3
10.0
Valid Percent 10.0
Cumulative Percent 10.0
gizi kurang
27
90.0
90.0
Total
30
100.0
100.0
100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N satus
ekonomi
*
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
kejadian 30
100.0%
0
.0%
30
malnutrisi
status ekonomi * kejadian malnutrisi Crosstabulation Count
kejadian malnutrisi
gizi buruk status ekonomi
Total
gizi kurang
Total
rendah
2
27
29
tinggi
1
0
1
3
27
30
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
sided)
a
4
.001
11.219
4
.024
6.411
1
.011
19.695
30
a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,07.