HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENGKOL. RELATIONS BETWEEN THE PHYSICAL CONDITION WITH HOUSE EVENTS IN CHILDREN CHILDREN ARI WORK IN THE HEALTH BENGKOL. Rolan G. Salombe*, Prof Dolfie Mokoagouw*, dr. Nancy S. H. Malonda* * Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi
ABSTRACT Background: Acute Respiratory Infection(ARI) is a diseasethat is often encounteredwithmildto severemanifestations. Sanitaryhousingconditionsthat do notmeetthe health requirementscanbe acause ofacuterespiratorytractinfectionsandpulmonarytuberculosis. The highestprevalence ofrespiratory infectionin infants(>35%), while the lowestin the age group15-24years.This studyaims to determinethe physicalcondition ofhousingrefugeesrelationshipswithincidenceof AcuteRespiratory Infections (ISPA) in balita 12-59 months in the Village Scout Puskesmas Kecamatan Bengkol Mapanget. Methods: This study used a survey method with cross sectional analytic study (cross sectional study). Place this study in refugee Housing Urban Pandu, Environment (V, VI, VII, VIII) Working Area Health Center Subdistrict Bengkol Mapanget, Manado City and was conducted in FebruaryApril 2013. Study population were mothers with infants aged 12 to 59 Months in housing refugees (neighborhood V, VI, VII, VIII) Urban Scout, District Mapanget, Manado. The sample in this study was the total number of population that is 66 toddlers in Refugee Housing Urban Pandu. This research uses. Results were analyzed using Chi-Square test with a significance level of 5% (α = 0.05). Result: The results showed 98.1% of infants in Puskesmas Bengkol Urban Pandu had suffered from respiratory infections, the physical condition of a residential neighborhood in the Village Scout refugee 89.4% did not qualify and there is a relationship between the physical condition of a residential neighborhood displaced by ARI incidence in children under five in the region Pandu Village Health Center Bengkol work.
Key words: Physical Condition ofHousing,ISPA, UrbanPandu
RINGKASAN Latar Belakang: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. Kondisi sanitasi perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi penyebab penyakit infeksi saluran pernapasan akut dan TBC Paru.Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur15 - 24 tahun.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi fisik perumahan pengungsi dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita12-59 bulan di Kelurahan Pandu wilayah kerja Puskesmas Bengkol Kecamatan Mapanget. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional study (studi potong lintang).Tempat penelitian ini di Perumahan pengungsi Kelurahan Pandu, Lingkungan (V,VI,VII,VIII) Wilayah Kerja Puskesmas Bengkol Kecamatan Mapanget, Kota Manado dan dilaksanakan pada bulan Februari – April 2013.Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai balita berusia 12 sampai 59 Bulan di perumahan pengungsi( lingkungan V, VI, VII, VIII) Kelurahan Pandu, Kecamatan Mapanget, Kota Manado.Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah Populasi yaitu 66 balita yang ada di Perumahan Pengungsi Kelurahan Pandu.Penelitian ini
menggunakan.Hasil di analisa dengan menggunakan uji Chi-Squaredengan taraf signifikan 5% (α= 0,05). Hasil Penelitian:Hasil penelitian menunjukan 98,1% balita di wilayah kerja Puskesmas Bengkol Kelurahan Pandu pernah menderita ISPA, kondisi fisik lingkungan perumahan pengungsi di Kelurahan Pandu 89,4% tidak memenuhi syarat dan terdapat hubungan antara kondisi fisik lingkungan perumahan pengungsi dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bengkol Kelurahan Pandu. Kata kunci: Kondisi Fisik Perumahan, ISPA, Kelurahan Pandu
PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atauISPA berat, dapat menjadi pneumonia.Pneumonia merupakan penyakit infeksipenyebab kematian utama, terutama pada balita (Depkes RI, 2007).Infeksi pada sistem pernapasan dideskripsikan sesuai dengan areanya.Pernapasan atas atau saluran pernapasan atas (upper airway), yang meliputi hidung dan faring. Infeksi pernapasan menyebar dari satu struktur ke struktur lain karena terhimpitnya membran mukus yang membentuk garis lurus pada seluruh sistem. Akibatnya infeksi sistem pernapasan meliputi beberapa area dari pada struktur tunggal, walaupun efeknya berpengaruh pada banyak penyakit (Hartono, & Rahmawati. 2012). Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan (Notoatmodjo,2003). Menurut Kep. Menkimpraswil tahun 2002, masalah kesehatan lingkungan perumahan (housing) menyangkut kenyamanan penghuninya.Rumah sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal (Adnani, 2011). Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit.Kondisi sanitasi perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi penyebab penyakit infeksi saluran
pernapasan akut dan TBC Paru (Adnani, H., 2011). Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur15 - 24 tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur.Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi di perdesaan. Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per kapita lebih rendah. Di Indonesia prevalensi ISPA yaitu 25,50% dan di Sulawesi Utara yaitu 20,52% (Depkes RI, 2008). Banyak hal yang telah dilakukan untuk mengurangi jumlah penderita ISPA, baik dari penyuluhan ISPA, ASI ekslusif dan Pemberian Imunisasi, namun hal tersebut belum juga membuahkan hasil terbukti masih tinginya kasus penderita ISPA pada balita 1 – 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bengkol Kecamatan mapanget Kota Manado, pada tiga (6) bulan terakhir yakni : Desember – Juni 2013. Balita yang berkunjung 238 orang dan yang menderita ISPA 143 kasus.Pada Kelurahan Pandu perumahan pengungsi (lingkungan V, VI, VII, VIII).Terdapat 52 Balita dan 14 yang tidak menderita ISPA. Sedangkan untuk kondisi fisik Perumahan pengungsi masih terdapat 80% rumah belum memenuhi syarat dan 20% memenuhi syarat, adapun luas rumah yang ada semua type 21 dengan kondisi batako tanpa plesteran dari sejumlah 798 rumah. (Profil Puskesmas Bengkol,2011) Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan kondisi fisik perumahan pengungsi dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita12-59 bulan di Kelurahan Pandu wilayah kerja Puskesmas Bengkol Kecamatan Mapanget.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei Riwayat Penyakit ISPA Tidak
n
(%)
14
21.2
Ya
52
78.8
66 100 Total analitik dengan pendekatan cross sectional study (studi potong lintang).Tempat penelitian ini di Perumahan pengungsi Kelurahan Pandu, Lingkungan (V,VI,VII,VIII) Wilayah Kerja Puskesmas Bengkol Kecamatan Mapanget, Kota Manado dan dilaksanakan pada bulan Februari – April 2013.Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai balita berusia 12 sampai 59 Bulan di perumahan pengungsi( lingkungan V, VI, VII, VIII) Kelurahan Pandu, Kecamatan Mapanget, Kota Manado.Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah Populasi yaitu 66 balita yang ada di Perumahan Pengungsi Kelurahan Pandu. Data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.Data primer adalah data kondisi fisik lingkungan perumahan dan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Bengkol yaitu prevalensi ISPA, status gizi, status imunisasi dan berat badan balita. HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di perumahan pengungsi Kelurahan Pandu Kecamatan Mapanget wilayah kerja Puskesmas Bengkol Kota Manado. Letak geografis Kelurahan Pandu yaitu sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bengkol, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kima, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Molas, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kima Bajo Karakteristik Responden Distribusi responden berdasarkan umur balita yaitu 25 responden (37,9%) responden berumur 12-24 bulan dan 25 responden (37,9%) berumur 25-36 bulan, berdasarkan tingkat pendidikan Ibu, sebagian besar Ibu berpendidikan SMA yaitu 35 responden (53%), berdasarkan pekerjaan dari ayah ada 41 responden (62,1%) memiliki pekerjaan tani, nelayan, tukang ojek, tukang dan hanya 3
responden (4,5%) yang memiliki pekerjaan PNS. Jumlah anggota keluarga dari tiap responden dalam penelitian ini yaitu 30 responden (45,5%) ≤ 4 orang dan 36 responden (54,5%) > 4 orang. Riwayat Penyakit ISPA Riwayat penyaki ISPA pad balita di wilayah kerja Puskesmas Bengol Berdasarkan tabel, dapat diketahui riwayat penyakit ISPA yaitu sebagian besar responden 52 responden (78,8%) pernah menderita ISPA. Kondisi Fsik Lingkungan Perumahan Kondisi fisik lingkungan perumahan di Kelurahan Pandu. Berdasarkan tabel, dapat diketahui kondisi fisik lingkungan perumahan yaitu 35 responden (53%) kondisi fisik lingkungan perumahannya tidak memenuhi syarat. Hubungan Kondisi Fisik Perumahan dengan Kejadian ISPA Hubungan Kondisi Fisik Perumahan dengan Kejadian ISPA
Riwayat Kejadian ISPA Kondisi Total Fisik ρ* Perumahan Tidak Ya Kondisi Fisik n % % n % Lingkungan n (%) Tidak Perumahan Memenuhi 4 11,4 31 88,6 35 100 Tidak Syarat 0,038 Memenuhi 35 53 Memenuhi 10 32,2 21 67,7 31 100 Syarat Syarat Memenuhi Total 14 21,2 31 52 78,8 4766 100 Syarat Total 66 100 Berdasarkan hasil uji Chi squareterlihat nilai dan taraf signifikan atau nilai ρsebesar 0,038. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi fisik lingkungan perumahan dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Pandu. PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini yaitu 66 responden, dan yang menjadi responden tersebut adalah balita berumur 12-59 Bulanyang pernah berkunjung di puskesmas dan telah di diagnos ISPA dan yang tinggal di
perumahan pengungsi kelurahan pandu lingkungan V,VI,VII,VIII Kecamatan Mapanget Kota Manado. Distribusi balita dalam penelitian ini yaitu 25 balita (37,9%) berumur12-24 bulan dan 25 balita (37,9%) berumur 25-37 bulan. Dilihat dari Tingkat pendidikan responden atau ibu balita , sebagian besar Ibu dari balita berpendidikan SMA yaitu 35 responden (53%).Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Menurut Warman (2008), pendidikan orang tua, terutama ibu merupakan salah satu kunci perubahan sosial budaya. Pendidikan yang relatif tinggi akan memiliki praktik yang lebih baik terhadap pemeliharaan kesehatan keluarga terutama balita. Berdasarkan pekerjaan dari ayah ada 41 responden (62,1%) memiliki pekerjaan tani, nelayan, tukang ojek, tukang dan hanya 3 resonden (4,5%) yang memiliki pekerjaan PNS. Dalam penelitian ini Jumlah anggota keluarga dari tiap responden yaitu 30 responden (45,5%) ≤ 4 orang dan 36 responden (54,5%) > 4 orang. Hasil ini menunjukan bahwa hampir sebagian besar rumah yang menjadi tempat penelitian memiliki jumlah anggota keluarga yang di atas empat orang atau tidak sebanding dengan besar rumah tersebut atau padat. Riwayat penyakit ISPA yaitu sebagian besar 78,8% pernah menderita ISPA atau dari 66 balita yang menjadi responden, 55 balita pernah menderita ISPA. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) FKM UNDIP tentang hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Kota Semarang menunjukan balita yang menderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kota Semarang sebesar 68,2% dan sebesar 31,8% tidak menderita ISPA.ISPA sangat sering terjadi pada anak-anak dengan usia kuirang dari 3 tahun. Pada umumnya demam, terutama pada anak kecil.Pada anak-anak 3 bulan sampai 3 tahun, demam tiba-tiba terjdi dan berkaitan dengan mudah marah, gelisah, nafsu makan menurun, dan penurunan aktivitas.Peradangan hidung dapat menyebabkan sumbatan saluran, sehingga harus membuka mulut saat bernafas (Hartono & Rahmawati, 2012).Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi
ringan sampai berat.ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat, dapat menjadi pneumonia.Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian utama, terutama pada balita (Riskesdas, 2008). ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (KeMenKes RI, 2002 Kondisi fisik lingkungan perumahan pengungsi di wilayah kerja Puskesmas Bengkol Kecamatan Mapanget di dapatkan 53% kondisi fisik lingkungan perumahannya tidak memenuhi syarat.Kondisi fisik lingkungan perumahan dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya kepadatan hunian dan luas ventilasi kamar tidur terutama kamar tidur balita dalam penelitian ini.Hasil observasi awal lingkungan perumahan di wilayah kerja Puskesmas Bengkol Kecamatan Mapanget Kota Manado menunjukkan jarak antar rumah cukup berdempetan sehingga cahaya yang masuk ke dalam rumah dari sisi kanan dan kiri rumah kurang maksimal.Selain itu debu yang beterbangan di jalan cukup banyak, dan jalan di sekitar perumahan warga masih ada yang berlubang. Pada beberapa rumah pun ditemukan 2 kepala keluarga (KK) tinggal dalam satu rumah yang sama dan sebagian besar rumah sudah memiliki dinding yang bertembok walaupun lantai rumah masih dalam bentuk semen belum dalam bentuk keramik. Berdasarkan hasil uji Chi-squareterlihat nilai dan taraf signifikan atau nilai ρsebesar 0,038. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi fisik lingkungan perumahan dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Pandu wilayah kerja Puskesmas Bengkol. Lingkungan perumahan khususnya sangat berpengaruh pada daya tahan tubuh.Menurunnya kemampuan menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada balita. Perumahan yang kotor, sempit, padat, dan tidak memiliki sarana air bersih yang memadai akan menyebabkan anak sering terinfeksi oleh kuman yang berasal dari tempat kotor dan akhirnya terkena berbagai penyakit menular.
Rumah yang tidak cukup aliran udara bersih dan penghuninya sering menghisap asap dapur yang terkumpul dalam rumah akan mudah terkena ISPA (KeMenKes RI, 2002). Kondisi sanitasi perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi penyebab penyakit ISPA (Adnani, 2011).Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang ibu-ibu yang memilikianak balita yang berada di Kelurahan Cicadas Kota Bandung diketahui bahwa 71% dari anak balitanya pernah menderita ISPA.Memburuknya kualitas udara di Kelurahan Cicadas Kota Bandung tidakterlepas dari meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Kota Bandung. Sekitar80 persen polusi udara disebabkan gas buang sekitar 600.000 kendaraanbermotor. Sementara itu, gas buang industri menyumbang sekitar 15 persen dan sekitar 5 persen sisanya berasal dari kegiatan rumah tangga danpembakaran sampah (Wardhani dkk, 2010). KESIMPULAN 1. Balita di wilayah kerja Puskesmas Bengkol Kelurahan Pandu 98,1% pernah menderita ISPA. 2. Kondisi fisik lingkungan perumahan pengungsi di Kelurahan Pandu 89,4% kondisi fisik lingkungan perumahannya tidak memenuhi syarat. 3. Terdapat hubungan antara kondisi fisik lingkungan perumahan pengungsi dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bengkol Kelurahan Pandu. SARAN 1. Bagi Puskesmas Bengkol dapat digunakan sebagai bahan informasi untukdapat meningkatkan kondisi fisik lingkungan perumahannya karena dapat mempengaruhi kesehatan masyarakatnya. 2. Penting dilakukan penelitian lanjutan bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Adnani, H. 2011. Buku Ajar: Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika Departemen Kesehatan RI. 2006. Rencana Strategis Tahun 2005-2009. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2008. Riset Keseahtan Dasar 2007. Jakarta
Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta Dewi Candra Angelina. 2012. Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Kota Semarang.Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 852-860 (online) (http://ejournals1.undip.ac.id/index.p hp/jkm) diakses pada tanggal 5 September 2013 Erlien. 2008. Penyakit saluran Pernapasan. Jakarta: SundaKelapa Pustaka Ernawati dan Farich Achmad.2012. Hubungan Faktor Lingkungan Rumah dan Faktor Anak denganKejadian ISPA pada Anak Balita di Desa Way HuwiPuskesmas Karang Anyar Kecamatan Jati AgungKabupaten Lampung Selatan Tahun 2012.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Hartono, R, H. Rahmawati, D. 2012. ISPA Gangguan Pernafasan Pada Anak.Yogyakarta: Nuha Medika Kelurahan Pandu. 2011. Profil Kelurahan Pandu Tahun 2011. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1537.A/Menkes/SK/XII/2002.Pedom an Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita Mairusnita. 2007. Karakteristik Penderita Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita yang Berobat ke Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa (online)(http://respository.usu. ac.id/bitstream/123456789/14737/1/0 8E01512.pdf) Noor. 2008. Pengantar Epidemologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta
Puskesmas Bengkol. 2010. ProfilPuskesmasTahun 2010. Bengkol Puskesmas Bengkol. 2011. ProfilPuskesmasTahun 2011. Bengkol Wardani E, Pharmawati K, Sururi Rangga M, dan Kurniati. 2010. Hubungan Faktor Lingkungan,Sosial-Ekonomi, Dan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Insfeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa)Pada Balita Di Kelurahan Cicadas Kota Bandung. Seminar Nasional Sains & Teknologi. Lembaga Penelitian Universitas Lampung Warman Yance. 2008. Hubungan Faktor Lingkungan Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare Akut pada Balita di Kelurahan Pekan arba Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri (online)(http://belibisa17.com/2008/06/26/hubungansosial-dan-pengetahuan).