HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO May Liani S. Sinaga*, Joy A. M. Rattu*, Woodford B.S. Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Tuberkulosis paru merupakan penyakit kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan permukiman yang buruk. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan melalui udara yaitu lewat percikan ludah, bersin dan batuk. Penyakit TB paru biasanya menyerang paru dan dapat pula menyerang organ tubuh lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol (case control). Teknik pengambilan sampel menggunakan populasi sampel ditentukan dengan pencocokan (matching) sebanyak 35 responden untuk kasus dan 35 responden untuk kontrol yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Variabel bebas yang diteliti adalah suhu ruangan, pencahayaan alami, kelembaban dan kepadatan hunian kamar tidur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian penyakit Tuberkulosis paru (p=0,002, OR=5,063, 95% CI: 1,79-14,3), terdapat hubungan antara kelembaban dengan kejadian penyakit Tuberkulosis paru (p=0,008, OR=3,852, 95% CI: 1,4010,5), tidak terdapat hubungan antara pencahayaan alami dengan kejadian penyakit Tuberkulosis paru (p=0,150), dan tidak terdapat hubungan antara kepadatan hunian tidur dengan kejadian penyakit Tuberkulosis paru (p=0,150). Disarankan agar memperhatikan aspek sanitasi rumah sehat pada segi suhu ruangan, pencahayaan, kebiasaan membuka jendela pada pagi hari dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk menghindari penularan penyakit Tuberkulosis paru dan melakukan tindakan promosi kesehatan bagi masyarakat. Kata kunci: Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru ABSTRACT Pulmonary tuberculosis is a chronic and infectious diseases are closely related with poor habitation environtment condition. This disease is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. The disease is transmitted through airborne specifically by droplet, sneezing and coughing. Pulmonary TB disease usually affects the lungs and can also attack other organs. This study is an observational analytic with case-control design. The sampling technique used is determined samples by matching the sample population of 35 respondents to the case and the 35 respondents to the control in accordance with the inclusion and exclusion criteria. Quetionnaire data collection techniques. The independent variables studied were room temperature, natural lightning, humidity and bedroom density. The results showed that there is a significant relation between room temperature with incident of pulmonary tuberculosis disease (p = 0.002, OR = 5.063, 95% CI: 1.79 to 14.3), there is a significant relation between humidity with incident of pulmonary tuberculosis disease (p = 0.008, OR = 3.852, 95% CI: 1.40 to 10.5), there is no significant relation between natural lighting with incident of pulmonary tuberculosis disease (p = 0.150), and there is no significant relationship between bedroom density with incident of pulmonary tuberculosis disease (p = 0.150). Recommended to pay attention to healthly house sanitary aspects in terms of room temperature, lighting, habit of opening the windows in the morning and increase hygiene and healthly behaviors to prevent transmission of pulmonary tuberculosis and doing health promotion for the community. Keywords : House Physical Condition with Pulmonary Tuberculosis.
1
PENDAHULUAN
orang setiap tahun. Insiden kasus BTA
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.
meningkatkan kesadaran,
dan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
2010 menunjukkan bahwa jumlah penderita
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
TB paru di Sulawesi Utara sekitar 0,3 % dari
yang
jumlah TB paru nasional
optimal.
termasuk
di
kemauan
Pembangunan
kesehatan
(Kemenkes,
dalamnya
upaya
untuk
lingkungan
yang
sehat.
Berdasarkan survei awal di peroleh data
Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud
bahwa jumlah penderita TB paru di wilayah
mencakup lingkungan permukiman, tempat
kerja Puskesmas Tuminting pada tahun 2014
kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan
sebanyak 69 orang (Puskesmas Tuminting,
fasilitas umum. (Anonim, 2009).
2014). Observasi langsung di lapangan
menciptakan
2010).
Tuberkulosis (TB) paru merupakan
menunjukkan bahwa di beberapa tempat
penyakit kronik dan menular yang erat
dalam wilayah kerja Puskesmas Tuminting,
kaitannya
masih terdapat
dengan
keadaan
lingkungan
rumah penduduk yang
permukiman yang buruk. Penyakit ini
kondisi fisiknya tidak memenuhi syarat
merupakan
penyakit
yang
kesehatan. Contohnya terdapat tiga keluarga
disebabkan
oleh
Mycobacterium
yang tinggal dalam satu rumah yang relatif
infeksi
tuberculosis. Penyakit ini ditularkan melalui
sempit,
yang
kurang,
udara yaitu lewat percikan ludah, bersin dan
pencahayaan alami yang kurang
karena
batuk.
jendela kurang luas sehingga kurangnya
Penyakit
TB
paru
biasanya
ventilasi
rumah
menyerang paru dan dapat pula menyerang
cahaya
organ tubuh yang lain. Sampai saat ini, TB
mengakibatkan keadaan di dalam rumah
paru masih menjadi masalah kesehatan di
cenderung lembab dan gelap.
dunia (Kepmenkes, 2010).
Tujuan
Berdasarkan data yang dilansir oleh
matahari
penelitian
yang
ini
masuk
adalah
dan
untuk
Menganalisis hubungan antara kondisi fisik
badan kesehatan dunia (WHO), jumlah
rumah
dengan
kejadian
TB
paru
penderita TBC di Indonesia merupakan yang
Puskesmas Tuminting Kota Manado.
di
terbanyak ke-3 di dunia setelah India dan Cina, dengan jumlah penderita sekitar 10%
METODE PENELITIAN
dari total jumlah penderita TBC di seluruh
Jenis Penelitian
dunia. Pada tahun 2004, penderita TBC
Penelitian ini merupakan penelitian survei
diperkirakan sekitar 539.000 kasus baru,
analitik dengan rancangan studi kasus
dengan angka kematian mencapai 101.000
kontrol (case control).
2
Tempat dan Waktu Tempat
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini
dilaksanakan di
a. Suhu Ruangan
wilayah kerja Puskesmas Tuminting kota
Hubungan antara suhu ruangan dengan
Manado. Waktu penelitian dilaksanakan
kejadian penyakit TB paru dapat dilihat pada
pada bulan Januari- November 2014.
tabel 1.
Populasi dan Sampel
Tabel 1. Hubungan antara Suhu Ruangan
Teknik
pengambilan
sampel
menggunakan
dengan Kejadian Penyakit TB paru
populasi sampel ditentukan dengan pencocokan (matching) sebanyak 35 responden untuk kasus dan 35 responden untuk kontrol yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel Penelitian
Suhu Ruangan
Kasus
Kontrol
Total
n (%)
n (%)
n (%)
p value
27(77,1)
14(40)
41(58,6)
Memenuhi syarat
8 (22,9)
21(60)
29(41,4)
35 (100)
35(100)
70(100)
0,002 5,063 1,79-14,4
variabel penelitian ini terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat dalam
Berdasarkan analisis hubungan antara
penelitian ini adalah kejadian TB paru.
suhu ruangan dengan kejadian penyakit TB
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
paru diperoleh nilai p=0,002. Hal ini
suhu
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
ruangan,
pencahayaan
alami,
kelembaban, kepadatan hunian.
yang bermakna antara suhu ruangan dengan
Teknik Pengumpulan Data
kejadian penyakit TB paru (p>0,5). Dari
Teknik pengumpulan data dengan kuesioner
hasil analisis diperoleh juga nilai OR=5,063
dan observasi pada rumah responden. Alat/
dengan (95% CI: 1,79-14,3). Hal ini berarti
instrumen
bahwa responden yang
yang
digunakan
untuk
memiliki
rumah
pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan suhu ruangan <18⁰C dan >30⁰C
adalah
(tidak
kuesioner,
termometer
ruangan,
lembar lux
observasi, meter
memenuhi
syarat)
95% CI
Tidak memenuhi Syarat
Total
OR
kemungkinan
dan
menderita TB paru sebesar 5,06 kali
hygrometer. Data yang terkumpul kemudian
dibandingkan dengan yang memiliki suhu
dilakukan analisis data dalam tabel frekuensi
ruangan 18⁰C-30⁰C (memenuhi syarat).
untuk mengetahui hubungan variabel terikat
Hasil penelitian ini sejalan dengan
dan variabel bebas secara bivariat digunakan
penelitian yang dilakukan oleh Ayomi
uji chi-square dengan nilai p< 0,05 dan CI:
(2012) yang melakukan penelitian tentang
95%. Untuk OR lebih dari 1, maka adanya
Faktor kesehatan lingkungan rumah yang
faktor risiko.
berhubungan dengan kejadian TB paru, menyatakan bahwa ada hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian TB paru dengan nilai OR= 8,913 dengan nilai
3
p=0,001. Hal ini menunjukkan bahwa
Tabel 11.
Hubungan antara Pencahayaan
individu yang memiliki rumah dengan suhu
Alami dengan Kejadian TB paru
<18⁰C dan >30⁰C memiliki risiko terkena TB paru sebesar 8,9 kali dibandingkan
Kasus
Kontrol
Total
n (%)
n (%)
n (%)
Tidak memenuhi Syarat
19(54,3)
13(37,1)
32(45,7)
Memenuhi syarat
16(45,7)
22(62,9)
38(54,3)
35(100)
35(100)
70(100)
Pencahayaan Alami
dengan suhu ruangan 18⁰C-30⁰C. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirawan (2014), yang
Total
p value
0,15
menyatakan terdapat hubungan antara suhu ruagan dengan kejadian TB paru dengan
Berdasarkan
analisis
hubungan
nilai OR=5,41 dengan nilai p=0,002 dan
antara pencahayaan alami dengan kejadian
95%
dalam
penyakit TB paru diperoleh nilai p=0,150.
penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
suhu
hubungan
CI:
1,90-15,39,
ruangan
yang
<18⁰C
dan
>30⁰C
yang
kemungkinan menderita TB paru sebesar 5,4
pencahayaan
kali dibandingkan yang suhu ruangannya
penyakit
18⁰C-30⁰C.
dimungkinkan
alami
TB
paru ada
bermakna dengan
antara kejadian
(p>0,05). faktor
lain
Karena yang
Berdasarkan indikator penghawaan
mempengaruhi kejadian penyakit TB paru
perumahan, suhu rumah yang memenuhi
yaitu responden memiliki akses masuknya
syarat kesehatan adalah antara 18⁰C-30⁰C,
cahaya matahari yang baik (responden
dan suhu rumah yang tidak memenuhi syarat
memiliki ventilasi yang cukup dan sering di
kesehatan <18⁰C atau >30⁰C. Suhu dalam
buka sehingga memudahkan cahaya masuk
rumah akan membawa
kedalam rumah).
pengaruh bagi
penghuninya. kondisi suhu ruagan yang
Penelitian ini tidak sejalan dengan
penyebab
Rosiana (2013) yang menyatakan bahwa
tingginya prevalensi TB paru (Permenkes,
terdapat hubungan antara pencahayaan alami
2011).
dengan kejadian penyakit TB paru dengan
b. Pencahayaan Alami
nilai p= 0,023 dengan OR= 3,889 dengan
tinggi
dapat
menjadi
faktor
Alami
95% CI:1,178-12,841, dan sejalan juga
dengan Kejadian Penyakit TB paru dapat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sidiq
dilihat pada tabel 2.
(2013) yang menyatakan adanya faktor
Hubungan
antara
Pencahayaan
risiko terhadap kejadian penyakit TB paru, sebesar 1,07 kali dibandingkan dengan rumah yang memiliki pencahayaan yang baik. Dengan demikian seseorang yang
4
tinggal di rumah dengan pencahayaan <60
diperhatikan agar sinar matahari dapat
lux (tidak memenuhi syarat) dibandingkan
langsung masuk kedalam ruangan, tidak
dengan orang yang tinggal di rumah dengan
terhalang
oleh
pencahyaan alami >60 lux (memenuhi
masuknya
cahaya
syarat).
kondisi fungsi jendela. Disamping sebagai Responden
dengan
pencahayaan
ventilasi,
bangunan
lain.
berhubungan
jendela
juga
Jalan dengan
sebagai
jalan
alami yang memenuhi syarat memiliki akses
masuknya cahaya. Jalan masuknya cahaya
masuknya cahaya matahari lebih baik.
alamiah juga dapat diusahakan dengan
Pencahayaan
genteng kaca.
tersebut
dapat
masuknya
cahaya matahari lebih baik. Pencahayaan tersebut
dapat
masuk
melalui
lubang
ventilasi, jendela maupun pintu yang sering dibuka, atau dapat melalui genteng kaca. Responden dengan pencahayaan alami tidak
c. Kelembaban Hubungan
antara
Kelembaban
dengan
Kejadian Penyakit TB paru dapat dilihat pada tabel 3.
memenuhi syarat karena kurangnya akses
Tabel 3.
untuk masuknya cahaya ke dalam ruangan
dengan Kejadian Penyakit TB paru
Hubungan antara Kelembaban
rumah akibat lubang ventilasi dan jendela yang jarang dibuka. Selain itu beberapa Kelembaban
rumah responden jalan masuk cahaya terhalang
oleh
rumah
warga
disampingnya karena kondisi rumah yang berdempetan antara satu rumah
p value OR
Kasus
Kontrol
Total
n (%)
n (%)
n (%)
Tidak memenuhi Syarat
26(74,3)
15(42,9)
41(58,6)
Memenuhi syarat
9(25,7)
20(57,1)
29(41,4)
35(100)
35(100)
70(100)
dengan rumah yang lain. Rumah sehat memerlukan cahaya yang cukup khususnya cahaya alami berupa cahaya matahari (UV). Pencahayaan alami ruangan rumah adalah penerangan yang bersumber dari sinar matahari yaitu semua
Total
CI P=0,008 3,852 1,40-10,5
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,008 yang menyatakan bahwa
terdapat
kelembaban
rumah
hubungan dengan
antara kejadian
jalan yang memungkinkan untuk masuknya
penyakit TB paru (<0,05). Hasil analisis
cahaya matahari alamiah, misalnya melalui
pada tabel tabulasi silang terlihat bahwa
jendela atau genting kaca. Cahaya ini sangat
pada kelompok kontrol sebagian besar
penting, karena dapat membunuh bakteri-
kelembaban
bakteri patogen di dalam rumah, misalnya
(memenuhi syarat) sebanyak 20 responden
bakteri TB
(57,1%) sedangkan pada kelompok kasus
(Notoatmodjo, 2011). Perlu
berada
pada
95%
40%-70%
5
sebanyak 26 responden (74,3%) memiliki
kelembaban
kelembaban
Mycobakterium tuberkulosis.
<40%
atau
>70%
(tidak
merupakan
media
tumbuh
memenuhi syarat), dari hasil yang diperoleh
d. Kepadatan Hunian
nilai OR= 3,852 dengan (95% CI: 1,40-10,5)
Hubungan antara Kepadatan Hunian Tidur
hal ini berarti bahwa responden yang
dengan Kejadian TB paru dapat dilihat pada
memiliki kelembaban <40% atau >70%
tabel 4.
kemungkinan menderita penyakit TB paru sebesar 3,8 kali dibandingkan yang memiliki
Tabel
4.
Hubungan antara
Kepadatan
Hunian dengan Kejadian TB paru
kelembaban 40%-70% (memenuhi syarat). Penelitian Prasetyowati adanya
ini
(2009)
hubungan
penyakit
sejalan
TB
yang
dengan
menyatakan
kelembaban
paru
sebesar
dengan 1,2
Kasus
Kontrol
Total
n (%)
n (%)
n (%)
Tidak memenuhi Syarat
19(54,3)
13(37,1)
32(45,7)
Memenuhi syarat
16(45,7)
22(62,9)
38(54,3)
35(100)
35(100)
70(100)
Kepadatan Hunian
p value
0,15
kali Total
dibandingkan dengan rumah yang memiliki kelembaban yang baik, sejalan juga dengan penelitian Rosiana (2013) yang menyatakan
Data hasil tabulasi silang terlihat bahwa
terdapat
pada
hubungan
kelembaban
dengan
kelompok
kasus
sebagian
besar
kejadian penyakit TB paru, nilai OR= 4,033
memiliki kepadatan hunian tidur <0,5 yaitu
dengan p=0,032 dan 95% CI: 1,078-15,086,
sebanyak 19 responden (54,3%) sedangkan
yang dalam penelitiannya menunjukkan
pada kelompok kontrol sebagian besar
bahwa kondisi kelembaban <40% atau
memiliki
>70% berisiko terkena penyakit TB paru
sebanyak 13 (37,1%). Berdasarkan hasil
4,03 kali dibandingkan dengan kondisi
pengolahan data yang telah dilakukan,
kelembaban 40%-70%.
didapatkan nilai probabilitas (p value)
Bila didalam
kondisi
ruangan
kelembaban udara
0,150 yang
menyatakan tidak
akan
terdapat hubungan antara kepadatan hunian
berkembangbiaknya
kamar tidur dengan kejadian penyakit TB
>70%
mempermudah
sebesar
kepadatan hunian tidur <0,5
maka
satunya
paru (p>0,05), karena dimungkinkan ada
Mycobakterium tuberkulosis. Notoadmojo
faktor lain yang mempengaruhi kejadian TB
(2007) mengemukakan kuman TB hidup
paru yaitu kepadatan hunian tidur yang
pada lingkungan dengan kelembaban yang
dipengaruhi oleh sebagian besar responden
tinggi dari hasil beberapa penelitian tersebut
memiliki hunian tidur yang memenuhi
maka
syarat.
mikroorganisme
yang
kelembaban
kaitannya
dengan
salah
rumah TB
sangat paru
erat
karena
Kepadatan
hunian
akan
memudahkan terjadinya penularan penyakit
6
TB paru di dalam rumah tangga. Bila dalam
SARAN
satu rumah terdapat satu orang penderita TB
1. Disarankan kepada seluruh petugas
paru aktif dan tidak diobati secara benar
kesehatan yang ada di puskesmas
akan menginfeksi anggota keluarga lain
Tuminting khususnya dibagian promosi
terutama kelompok yang rentan seperti
kesehatan
balita. Semakin padat huni suatu rumah
dalam
maka semakin besar risiko penularan.
masyarakat yang kurang mendukung
perlu
adanya
rangka
intervensi
merubah
sikap
dapat dilakukan sejalan dengan upaya KESIMPULAN
peningkatan pengetahuan masyarakat
Berdasarkan tujuan penelitian dapat diambil
tentang
kesimpulan sebagai berikut:
melalui media penyuluhan (promosi
1. Terdapat hubungan antara suhu ruangan
persyaratan
sehat
kesehatan) yang melibatkan peran serta
dengan kejadian TB paru di Wilayah
aktif
Kerja Puskesmas Tuminting
masyarakat,
dimana
rumah
masyarakat
termasuk
tokoh
tokoh
agama
dan
suhu ruangan yang tidak memenuhi
organisasi swadaya masyarakat (LSM)
syarat
serta kepemudaan yang ada di wilayah
akan
meningkatkan
risiko
sebesar 5,06 kali dari pada yang
kerja
memenuhi syarat.
melakukan
2. Tidak
terdapat
hubungan
antara
Puskesmas
Tuminting,
pemeriksaan
dan
pengecekan pemberian obat secara
pencahayaan alami dengan kejadian
berkala
penyakit TB paru di Wilayah Kerja
penyakit kepada orang lain.
Puskesmas Tuminting.
dan
supaya
tidak
menularkan
2. Sebagai penghuni atau pemilik rumah
3. Terdapat hubungan antara kelembaban
yang sedang dan akan merenovasi
dengan kejadian TB paru di Wilayah
rumah disarankan agar memperhatikan
Kerja Puskesmas Tuminting dimana
aspek sanitasi rumah sehat pada segi
kelembaban tidak memenuhi syarat
suhu ruangan, pencahayaan, kebiasaan
akan meningkatkan risiko sebesar 3,8
membuka jendela pada pagi hari dan
kali dari pada yang memenuhi syarat.
meningkatkan perilaku hidup bersih
4. Tidak
terdapat
hubungan
antara
dan sehat untuk menghindari penularan
kepadatan hunian tidur dengan kejadian
penyakit tuberkulosis paru terutama
penyakit TB paru di Wilayah Kerja
bagi masyarakat yang bertempat tinggal
Puskesmas Tuminting.
di
Kelurahan
Sindulang
I
yang
memiliki jumlah kasus TB terbanyak, dan bagi masyarakat yang sudah di
7
diagnosis
positif
TB
paru,
harus
melakukan pengobatan secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. (https:// UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan. pdf Anonim, 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta. https://www.google.com.www.litbang .depkes.go.id.buku_laporan_riskesdas 2010._aporan_riskesdas_2010.pdf Anonim, 2011. Permenkes No 1077 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah. https://permenkes_ttg_Pedoman_Peny ehatan_Udara_Dalam_Ruang_Ruma h.pdf Ayomi, Setiani, & Joko. 2012. Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah dengan Karakteritik Wilayah Sebagai Determinan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 1, No.1.Hal. 1-8 Chandra, B. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC
Notoatmodjo. S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo. S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Prasetyowati, W. 2009. Hubungan Antara Pencahayaan Rumah, Kepadatan Penghuni dan Kelembaban, dan Risiko Terjadinya Infeksi Tuberkulosis Anak SD di Kabupaten Jember. Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol.1, No.1. Hal. 88-93 Rosiana, A. 2013. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Semarang. Artikel Jurnal, Vol.2, No.1 Hal. 1-9 Sidiq, Wahiduddin & Dian. 2013. Faktor Lingkungan Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2011.Jurnal MKMI, Vol.9, No.1. Hal. 29-34 Wirawan, S. 2014. Sanitasi Rumah dan Status Gizi sebagai Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Karang Taliwang, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Public Health and Preventive Medicine Archive, Vol.2, No.1. Hal. 68-76
Fahreza, Waluyo & Novitasari. 2012. Hubungan antara Kualitas Fisik Rumah dan Kejadian Tuberkulosis Paru dengan Basil Tahan Asam Positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, Vol.1, No.1. Hal. 99-113 Notoatmodjo. S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
8