Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI KOMODITAS JAGUNG DI SIDOHARJO WONOGIRI Oleh : Ir. Sutarto, M.Si* ABSTRACT The research is aimed at finding out: the correlation between the farmers’ social and economic factors and the adoption level of technological innovation for the corn commodity in Sidoharjo sub-district, Wonogiri regency; the correlation between the farmers’ assessment on the agricultural extension agents’ performance and the adoption level of technological innovation for the corn commodity in Sidoharjo sub-district, Wonogiri regency. The research is a survey one. Population of the research was the farmers who planted corn commodity in Sidoharjo sub-district, Wonogiri regency. Samples of the research were taken by using a random sampling technique. The samples consisted of 63 farmers. Data of the research were gathered by means of questionnaire. The data were then analyzed by using r product moment formula with the computer program of SPSS 12.0 for windows. The results of the analysis on the variables of the farmers’ social and economic factors are as follows: (1) there is a significant correlation between the farmers’ age and the adoption level of technological innovation; (2) there is a significant correlation between the farmers’ education level and the adoption level of technological innovation; (3) there is a significant correlation between the farmers’ dimension of land and the adoption level of technological innovation; (4) there is a significant correlation between the farmers’ income and the adoption level of technological innovation; (5) there is not any correlation between the farmers’ experience and the adoption level of technological innovation; (6) and there is a significant correlation between the farmers’ social and economic conditions and the adoption level of technological innovation. Based on the results of the analysis, the proposed hypothesis is verified that “there is a significant correlation between the farmers’ social and economic factors and the adoption level of technological innovation of the corn commodity in Sidoharjo sub-district, Wonogiri regency” Key Word: Social and economic adaoption technological corn commodity
*Dosen Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian UNS
Agritexts No 24 Desember, 2008
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
PENDAHULUAN Perumusan Masalah Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan utama pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi dan pendapatan. Dengan meningkatnya produksi diharapkan pendapatan petani dapat meningkat pula sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti modal kerja dan investasi. Menurut A.T. Mosher (1996) ada lima faktor utama (lima syarat mutlak) dan lima faktor pelancar dalam pembangunan pertanian. Salah satu faktor pelancar tersebut adalah pendidikan, yang tidak lain pendidikan untuk petani dikenal dengan penyuluhan pertanian. Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu komponen yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan pertanian. Ada tiga tujuan utama dari kegiatan penyuluhan, yaitu bertani yang lebih baik, berusaha tani yang lebih menguntungkan dalam berkehidupan yang lebih layak Agar petani mau menerima inovasi yang ditawarkan penyuluh ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi petani. Keadaan sosial ekonomi petani menurut Roger (1985) terdiri atas umur, pendidikan, perkawinan, pemilik lahan dan pendapatan. Akan tetapi, sepenting apapun peran penyuluh dan seberapa jauh penyuluh telah memberikan peranan secara maksimal akan tetapi sangat tergantung pula terhadap persepsi petani bagaimana menilai terhadap peranan yang telah dilaksanakan oleh penyuluh pertanian.
Agritexts No 24 Desember, 2008
Keadaan sosial ekonomi petani yang meliputi umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan dan pengalaman akan mempengaruhi seberapa jauh petani mau dan mampu mengadopsi teknologi inovasi yang ditawarkan penyuluh. Menurut Hartanto (1984) karakteristik petani meliputi umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan petani dan pengalaman. Keadaan sosial ekonomi petani, dan penilaian petani terhadap kinerja penyuluh pertanian akan mem-pengaruhi sikap petani terhadap inovasi teknologi adalah saling kait-mengkait dan saling berhubungan. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah; Adakah hubungan yang signifikan antara faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi inovasi teknologi komoditas jagung di Sidoharjo Wonogiri. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi inovasi teknologi komoditas jagung di Sidoharjo Wonogiri .
LANDASAN TEORI Keadaan Sosial Ekonomi Petani Keadaan sosial petani adalah ciriciri khusus atau sifat khas yang dimiliki petani berkaitan dengan sosial ekonominya. Menurut Hartanto (1984), karakteristik sosial ekonomi petani meliputi : umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan petani dan pengalaman.
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
Berdasarkan dari teori diatas, maka dapat dijelaskan faktor-faktor sosial ekonomi petani sebagai berikut : Umur Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Menurut Kartasapoetra (1991), petani yang berusia lanjut akan sulit untuk diberikan pengertianpengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidup. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Tingkat pendidikan Mardikanto (1993) menerangkan pendidikan merupakan proses imbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman dan alam semesta. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Tingkat pendidikan petani baik formal maupun non formal akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu dalam rasionalisasi usaha dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Pendapatan Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian keluarga. Tingkat pendapatan merupakan salah satu indikasi sosial ekonomi seseorang di masyarakat di samping pekerjaan, kekayaan dan pendidikan. Luas Penguasaan Lahan Menurut Rahardjo (1999) pemilikan lahan yang sempit cenderung pada sistem pertanian intensif, seperti
Agritexts No 24 Desember, 2008
pada lahan di Jawa pada umumnya. Sedang pada lahan yang luas cenderung kepada ekstensif. Selain lahan memiliki fungsi produksi, lahan (tanah) juga dapat digunakan untuk meminjam uang di bank. Selain itu, lahan yang luas dan usaha tani komersil, berpotensi membutuhkan modal yang lebih besar sehingga kebutuhan akan kredit semakin besar pula. Sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat desa khususnya petani, luas lahan dan kondisi sawah sebagai lahan pertanian sangat menentukan produksi dan pendapatan rumah tangga petani (Mardikantoo, 1994). Pengalaman masa lalu Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan dengan situasi baru. Selain itu, pengalaman juga dapat membentuk sikap sebagai proses semakin meningkatnya pengetahuan yang dimiliki petani termasuk didalamnya pengalaman penggunaan teknologi baru (Purwanto, 2005). Rakhmad (2001) berpendapat bahwa ada pengalaman yang menyenangkan atau menyakitkan terhadap suatu obyek. Orang akan mengembangkan sikap positif terhadap obyek bila itu menyenangkan dan sebaliknya bila itu menyakitkan dia mengembangkan sikap negatif.
Adopsi Inovasi Teknologi Adopsi, dalam proses penyuluhan, pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Adopsi teknologi (kasus komiditas jagung) Dalam upaya meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani jagung dalam negeri dikembangkan intensifikasi yang dikenal dengan nama bimbingan masal (BIMAS) dan intensifikasi masal (INMAS). Namun demikian program Bimas/Inmas sejak bergulirnya reformasi yang mengakibatkan tumbangnya rezim orde
baru telah berhenti. Namun dengan kesadaran sendiri dan atas bimbingan penyuluh pertanian petani tetap melestarikan teknologi yang dahulu pernah diterapkan. Kerangka Berfikir Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan kerangka berfikir peneliti untuk melihat bagaimana hubungan antara keadaan sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi inovasi teknologi komoditas jagung sebagai berikut :
Kerangka Berpikir
Keadaan sosial ekonomi Petani: 1. 2. 3. 4. 5.
Umur Pendidikan formal Luas Lahan Pendapatan Pengalaman
Tingkat Adopsi Inovasi Komoditas Jagung 1. Penggunaan benih 2. Pemupukan 3. Pengolahan tanah/ pemeliharan 4. Pengendalian Hama penyakit 5. Panen dan Pasca
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Hipotesis Diduga ada hubungan yang signifikan antara faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi inovasi teknologi komiditas jagung di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel 1. Populasi penelitian adalah kepala keluarga petani yang mengusahakan komoditas jagung.
Agritexts No 24 Desember, 2008
2. Umur adalah usia responden pada saat dilakukan wawancara untuk penelitian. Umur diukur dalam tahun dari kelahiran sampai wawancara dilakukan diukur dengan skala interval. 3. Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun menduduki pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh responden. Tingkat pendidikan diukur dengan menghitung jumlah pendidikan formal yang pernah ditempuh responden dalam tahun diukur dengan skala interval.
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
4. Pengalaman adalah kegiatan berusaha tani jagung yang pernah dilakukan oleh responden berdasarkan kesenangan dalam menekuni usaha tani tersebut diukur dengan skala interval 5. Luas lahan adalah pemilikan lahan berdasarkan satuan luas yang dimiliki oleh responden dalam satuan luas hektar. Pemilikan lahan diukur dengan menghitung luas lahan yang dimiliki oleh responden secara keseluruhan meliputi lahan sawah dan lahan tegal diukur dengan skala interval. 6. Pendapatan adalah kemampuan petani untuk menabung selama satu tahun yang diukur dengan skala interval. 7. Penggunaan benih adalah mutu dan jumlah benih yang digunakan diukur dengan skala interval. 8. Penggunaan pupuk adalah dosis dan cara memupuk diukur dengan skala interval. 9. Pemeliharaan adalah penyiangan dan pembumbunan yang diukur dedngan skala interval. 10. Pengendalian hama penyakit adalah penggunaan pestisida apabila populasi hama diatas ambang ekonomi dan pengutamaan nonpestisida diukur dengan skala interval. 11. Pascapanen adalah umur jagung saat panen dan waktu pengeringan setelah dipipil diukur dengan skala interval. Pembatasan Masalah a. Populasi penelitian adalah petani yang menjadi anggota kelompok tani dan berusaha tani tanaman jagung di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri.
Agritexts No 24 Desember, 2008
b. Faktor sosial ekonomi petani dibatasi umur, pendidikan formal, luas lahan, pendapatan, dan pengalaman. c. Tingkat adopsi inovasi komoditas jagung dibatasi penggunaan benih, pemupukan, pengolahan tanah/pemeliharaan, pengendalian hama penyakit, pascapanen . d. Penelitian ini dibatasi pada musim tanaman tahun 2006/2007.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survei Singarimbun (1989:3) menyatakan bahwa penelitian survei dilakukan dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok. Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Lokasi yang dipilih adalah kecamatan Sidoharjo kabupaten Wonogiri dengan pertimbangan : a. Merupakan sektor produksi jagung yang sangat potensial di Kabupaten Wonogiri. b. Kehidupan kelompok tani yang merupakan salah satu media penyuluhan sangat baik terbukti klas kelompok di Kecamatan Sidoharjo sudah tidak ada lagi yang pemula. Pemilihan komoditas jagung dengan pertimbangan jagung merupakan komoditas yang paling luas yang diusahakan oleh petani di
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
Kecamatan Wonogiri
Sidoharjo
Kabupaten
Metode penentuan sampel desa Dari 12 desa yang ada di Kecamatan Sidoharjo dipilih 2 desa dengan kriteria, mempunyai produktivitas urutan tertinggi peringkat 1 dan 2 untuk itu terpilih Desa Sempukerep dan Desa Ngabeyan. Populasi dan sampel petani
Populasi penelitian adalah semua petani yang ada di desa Sempukerep dan desa Ngabeyan yang mengusahakan komoditas jagung dan menjadi anggota kelompok. Populasi dipilih dari data sekunder/informasi dari kantor desa setempat. Dari populasi yang ada sejumlah 314 petani diambil 20% sebagai sampel, dimana penentuan setiap desa berdasarkan proposional yang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah populasi dan responden di desa penelitian No Desa Populasi Sampel 1. Sempukerep 195 40 2. Ngabeyan 119 23 Jumlah 314 63 Dari 63 petani sampel, penentuan petani sampel dipilih secara random sampling. Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. 1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan responden. Data ini mencakup berbagai variabel yang terdiri atas keadaan sosial ekonomi, meliputi (umur petani, pendidikan formal, luas lahan, pendapatan dan pengalaman) Tingkat adopsi inovasi meliputi (penggunaan benih, pemupukan, pengolahan tanah/ pemeliharaan hama dan pascapanen. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait serta hasil-hasil penelitian. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data, dengan cara : 1. Wawancara, yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan kepada responden, tokoh masyarakat, dan petugas yang terkait
Agritexts No 24 Desember, 2008
berdasarkan daftar pertanyaan, yang telah disiapkan (wawancara terstruktur). 2. Pencatatan, yaitu dengan melakukan pencatatan untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan dari berbagai sumber, seperti : kantor Perhutanan, kantor desa, kantor kecamatan, kantor statistik dan perpustakaan. 3. Pengamatan, yaitu dengan melihat secara langsung kondisi dan kegiatan responden di lapangan, yang berguna untuk melengkapi data yang diperoleh. Metode Analisis Data Untuk mengetahui hubungan antara keadaan sosial ekonomi dengan tingkat adopsi teknologi komoditas jagung menggunakan teknik korelasi product moment dengan program SPSS 12.0 for windows. Pengujian hipotesis : H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keadaan sosial
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
ekonomi petani dengan tingkat adopsi inovasi teknologi komoditas jagung di Kabupaten Wonogiri. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara keadaan sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi inovasi teknologi komoditas jagung di Kabupaten Wonogiri.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi data sosial ekonomi Hasil penelitian tentang kondisi sosial ekonomi petani di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri memiliki nilai terendah 6, nilai tertinggi 21. Data hasil penelitian tentang kondisi sosial ekonomi petani dapat dilihat pada tabel distribusi di bawah ini:
Tabel 2. Distribusi Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri tahun 2007 Kondisi Sosial Ekonomi Frekuensi Persentase 6 1 1,6 7 1 1,6 8 2 3,2 9 3 4,8 10 3 4,8 11 1 1,6 12 5 7,9 13 6 9,5 14 10 15,9 15 5 7,9 16 7 11,1 17 5 7,9 18 5 7,9 19 4 6,3 20 4 6,3 21 1 1,6 Total 63 100,0 Sumber: Data Hasil Penelitian
Agritexts No 24 Desember, 2008
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah petani yang memiliki skor sosial ekonomi 14, yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar 15,9%. Skor terkecil 6 dan skor terbesar 21masing-masing sebanyak 1 orang (1,6%).
Hasil penelitian tentang adopsi inovasi di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri memiliki nilai terendah 28, nilai tertinggi 46. Data hasil penelitian tentang adopsi inovasi kondisi jagung oleh petani dapat dilihat dalam tabel berikut.
Deskripsi data adopsi inovasi Tabel 3.
Distribusi Adopsi Teknologi di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri tahun 2007 Adopsi Teknologi Frekuensi Persentase Kumulatif 28 1 1,6 1,6 30 1 1,6 3,2 31 2 3,2 6,3 34 3 4,8 11,1 35 11 17,5 28,6 36 8 12,7 41,3 37 2 3,2 44,4 38 6 9,5 54,0 39 6 9,5 63,5 40 7 11,1 74,6 41 6 9,5 84,1 42 3 4,8 88,9 43 4 6,3 95,2 44 1 1,6 96,8 45 1 1,6 98,4 46 1 1,6 100,0 Total 63 100,0 Sumber: Data Hasil Penelitian Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 11 responden dan pada posisi nilai sebesar 35 yang terkecil 28 yang tertinggi 46 Hasil analisis antara kondisi sosial ekonomi dengan adopsi inovasi Kondisi sosial ekonomi terdiri dari 5 sub variabel yaitu umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan, dan pengalaman. Korelasi dari setiap
Agritexts No 24 Desember, 2008
sub variabel dengan adopsi inovasi tersebut adalah sebagai berikut: Korelasi umur dengan adopsi inovasi Hasil uji koefisien korelasi antara variabel umur dengan variabel adopsi inovasi dapat dilihat di bawah ini:
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
Correlations Adopsi Inovasi Adopsi Inovasi
Umur
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 63 ,286* ,023 63
Umur ,286* ,023 63 1 , 63
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa harga rhitung untuk variabel umur sebesar 0,286 dengan harga signifikansi sebesar 0,023. sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan adopsi inovasi (Y).
Korelasi pendidikan dengan adopsi inovasi Hasil uji koefisien korelasi antara variabel pendidikan dengan variabel adopsi inovasi dapat dilihat di bawah ini:
Correlations Adopsi Inovasi Adopsi Inovasi
Pendidikan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 63 ,276* ,029 63
Pendidikan ,276* ,029 63 1 , 63
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa harga rhitung untuk variabel pendidikan sebesar 0,276 dengan harga signifikansi sebesar 0,029. Karena harga signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,029<0,05), maka kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Agritexts No 24 Desember, 2008
pendidikan dengan adopsi inovasi (Y). Korelasi luas lahan dengan adopsi inovasi Hasil uji koefisien korelasi antara variabel luas lahan dengan variabel adopsi inovasi dapat dilihat di bawah ini:
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
Correlations Adopsi Inovasi Luas lahan Adopsi Inovasi Pearson Correlation 1 ,297* Sig. (2-tailed) , ,018 N 63 63 Luas lahan Pearson Correlation ,297* 1 Sig. (2-tailed) ,018 , N 63 63 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa harga rhitung untuk variabel luas lahan sebesar 0,297 dengan harga signifikansi sebesar 0,018, maka kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara luas lahan dengan adopsi inovasi (Y).
Korelasi pendapatan dengan adopsi inovasi Hasil uji koefisien korelasi antara variabel pendapatan dengan variabel adopsi inovasi dapat dilihat di bawah ini:
Correlations Adopsi Inovasi Adopsi Inovasi
Pendapatan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pendapatan 1 ,439** , ,000 63 63 ,439** 1 ,000 , 63 63
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa harga rhitung untuk variabel pendapatan sebesar 0,439 dengan harga signifikansi sebesar 0,000, maka kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan adopsi inovasi (Y).
Agritexts No 24 Desember, 2008
Korelasi pengalaman dengan adopsi inovasi Hasil uji koefisien korelasi antara variabel pengalaman dengan variabel adopsi inovasi dapat dilihat di bawah ini:
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
Correlations Adopsi Inovasi Adopsi Inovasi
Pengalaman
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa harga rhitung untuk variabel pengalaman sebesar 0,181 dengan harga signifikansi sebesar 0,155, maka kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman dengan adopsi inovasi (Y).
1 , 63 ,181 ,155 63
Pengalaman ,181 ,155 63 1 , 63
Korelasi kondisi sosial ekonomi dengan adopsi inovasi Hasil uji koefisien korelasi antara variabel kondisi sosial ekonomi dengan variabel adopsi inovasi dapat dilihat di bawah ini:
Correlations Adopsi Inovasi Adopsi Inovasi
Sosial Ekonomi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Sosial Ekonomi 1 ,451** , ,000 63 63 ,451** 1 ,000 , 63 63
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Agritexts No 24 Desember, 2008
Sutarto : Hubungan Sosial Ekonomi….
Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa harga rhitung untuk variabel kondisi sosial ekonomi sebesar 0,451 dengan harga signifikansi sebesar 0,000, maka kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara kondisi sosial ekonomi dengan adopsi inovasi (Y).
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan maka pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi sosial ekonomi dengan tingkat adopsi inovasi. Implikasi Kondisi sosial ekonomi menunjukkan tingkat sosial ekonomi yang dipengaruhi oleh umur, pendapatan, pendidikan, penguasaan lahan, maupun pengalaman, tentu akan mempengaruhi pola pikir seseorang. Pola pikir seseorang akan mempengaruhi terhadap persepsi seseorang terhadap segala sesuatu yang ia lihat atau ia dengar. Bagi seseorang yang memiliki kondisi sosial ekonomi tinggi, maka pola pikirnya akan lebih baik, sehingga akan lebih memiliki persepsi positif terhadap sesuatu. Demikian pula terhadap hasil inovasi, seseorang yang memiliki pola pikir positif akan memiliki persepsi yang positif terhadap hasil inovasi. Karena itulah maka petani yang memiliki kondisi sosial ekonomi yang baik akan dapat menerima hasil inovasi
Agritexts No 24 Desember, 2008
dan tentunya ia akan menggunakan hasil inovasi tersebut dalam bertani. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Effendy, 1990. Komunikasi dalam Teori. Rodasa Press. Bandung. Hakim, A. 2001. Statsitik Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta. Hartanto, 1984. Petani Kecil dan Karakteristiknya. CV. Yasaguna. Jakarta. Hawkins, H. S. Dan A. W. Van Den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Hernanto, F., 1984. Petani Kecil, Potensi dan Tantangan Pembangunan. Ganesia. Jakarta. Juniati,
M., 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta.
Kayam, U., 1995. Pembahasan Masalah Kebudayaan, Utopia dan Realita. Dalam Alfian (ed). Persepsi masyarakat Tentang Kebudayaan. Gramedia. Jakarta. Karto
Saputra, 1991. Petani dan Kemiskinan. PT. Remaja. Jakarta.
Leabit, 1996. Persepsi dalam Teori. Ganesha. Jakarta. Matra, .
1991. Penduduk Jawa dan Masalahnya. PT. Remaja. Jakarta.