HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN DUKUNGAN KELUARGA IBU HAMIL DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI DESA TLOGOHAJI KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO
INDRAYANTI NIP 19730722 199301 2 002
PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO
DINAS KESEHATAN
AKADEMI KEBIDANAN JL.Dr WAHIDIN NO 39 BOJONEGORO
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia masih tinggi. Tingginya AKI menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Millineum Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu di Indonesia menurun menjadi 102/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009: 2). Menurut hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT), angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 228/100.000 Kelahiran hidup (Nofitasari, 2012). Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang perlu ditingkatkan terus. (Prawirohardjo, S. 2009: 23). Pelayanan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) berkaitan dengan asuhan yang diberikan kepada ibu hamil, asuhan ini hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/ tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Selain itu, keluarga
3
juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya (Lowdermik, Perry, dan Bobak, 2000). Pemantauan pelayanan antenatal seorang ibu hamil dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal melalui pelayanan kunjungan pertama ibu hamil (K1) dan kunjungan K4, target nasional pencapaian kunjungan K1 dan K4 pada tahun 2012 adalah sebesar 91% dan 90% (Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013). Pencapaian kunjungan K1 dan K4 di Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 95,71% dan 87,37%. Pencapaian kunjungan K1 dan K4 di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar 96,63% dan 88,82% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, pencapaian Kunjungan K1 di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2012 adalah sebesar 20.802 Orang (103,60%) dari target 91%, sedangkan pencapaian Kunjungan K4 sebesar 18.563 Orang (92,45%) dari target 92%, dan pada kenyataannya pencapaian terendah kunjungan K1 dan K4 terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Sumberrejo. Kunjungan K1 di Puskesmas Sumberrejo pada tahun 2012 sebesar 528 Orang (84,20%) dan kunjungan K4 sebesar 446 Orang (71,12%) dari jumlah 627 Orang ibu hamil (Profil Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, 2012). Sedangkan berdasarkan pada data PWS KIA Puskesmas Sumberrejo pada tahun 2012 desa yang belum tercapai kunjungan K1 dan K4 adalah Desa Tlogohaji, pencapaian kunjungan K1 di Desa Tlogohaji pada tahun 2012 yaitu sebesar 64 Orang (100%) sedangkan kunjungan K4 sebesar 39 Orang (62%) dari jumlah 64 Orang ibu hamil (PWS KIA Puskesmas Sumberrejo tahun 2012).
4
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil kurang termotivasi dalam melakukan kunjungan antenatal secara teratur antara lain faktor internal yaitu paritas dan usia. (Depkes RI, 2008). Sedangkan faktor eksternal antara lain pengetahuan ibu, sikap, geografis, sosial budaya, informasi, sosial ekonomi, dan dukungan keluarga (Lowdermilk, Jensen, Bobak, 2004: 160). Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan. Selain itu, dukungan dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang juga sangat diharapkan oleh ibu hamil. Kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil melalui pemeriksaan kehamilan akan menimbulkan berbagai masalah seperti tidak terdeteksinya resiko tinggi pada ibu hamil, tidak tertanganinya komplikasi-komplikasi yang timbul selama kehamilan, yang mana hal ini dapat menyebabkan tingginya angka kesakitan pada ibu dan bayi serta tingginya angka kematian pada ibu dan bayi (Carlson Cindy, 2008 : 36). Dalam
meningkatkan
keteraturan
pemeriksaan
kehamilan
perlu
dilakukan komunikasi dan konseling yang baik terhadap ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, bila perlu dilakukan kunjungan rumah sehingga ibu segera memeriksakan kehamilannya. Komunikasi yang dilakukan dengan pemberian penyuluhan tentang program pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan kehamilan janin yang dikandung. Dengan adanya informasi ini diharapkan ibu hamil lebih tahu serta akan memeriksakan kehamilannya di pelayanan kesehatan
5
terdekat dan seorang ibu hamil akan berfikir untuk menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah, menghindari, atau mengatasi masalah resiko kehamilan tersebut dan ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga apabila terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Sedangkan konseling berfungsi untuk membantu ibu hamil mengenai kondisinya saat ini (Saifuddin AB, 2007: 39). Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin meneliti “Hubungan
Sosial Ekonomi dan Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan
Kunjungan Antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Sosial Ekonomi dan Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
6
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi
sosial
ekonomi
(pendapatan,
pendidikan,
dan
pekerjaan) ibu hamil di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. b. Mengidentifikasi dukungan keluarga ibu hamil di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. c. Mengidentifikasi kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. d. Menganalisis hubungan pendapatan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. e. Menganalisis hubungan pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. f. Menganalisis hubungan pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. g. Menganalisis hubungan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
7
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ibu Hamil dan Suami Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan dukungan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan sesuai dengan standar pelayanan antenatal. 2. Bagi Puskesmas Sumberrejo Diharapkan dapat menambah informasi tentang pelayanan antenatal dan memanfaatkannya sebagai bahan perencanaan dan penyuluhan kesehatan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan dukungan keluarga ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam bidang ilmu Kesehatan Ibu dan Anak serta dapat dijadikan tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang sejenis. 4. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian, serta menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam melaksanakan penelitian di lapangan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas tentang konsep sosial ekonomi, konsep dukungan keluarga, konsep ibu hamil, konsep kunjungan antenatal, konsep antenatal care, kerangka konseptual dan hipotesis. A. Konsep Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi yang rendah umumnya berkaitan dengan berbagai masalah
kesehatan
yang
disebabkan
karena
ketidakmampuan
dan
ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi (Effendy Nasrul, 1998: 39). 1. Pengertian Sosial Ekonomi Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat, peduli terhadap kepentingan umum (Tim Prima Pena, 2006: 444). Ekonomi
adalah
segala
usaha
manusia
dalam
memenuhi
kebutuhannya guna mencapai kemakmuran hidupnya, pengaturan rumah tangga (Tim Prima Pena, 2006: 102) Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendidikan, pekerjaan dan pendapatan karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk dalam pemeliharaan kesehatan (Notoatmojo S, 2005: 68). Sosial menurut kamus besar Bahasa Indonesia memiliki arti berkenaan dengan masyarakat, berkenaan dengan umur, sedangkan ekonomi sendiri
9
berarti ilmu mengenai azas-azas produksi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (Notoatmodjo S, 2003: 17). 2. Pembagian Sosial Ekonomi Sosial Ekonomi ditentukan dengan 3 variabel, yaitu: a. Pendapatan Keluarga Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimal yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula (Rustam, 2002). Pendapatan adalah gabungan dari seluruh upah atau gaji yang diterima seluruh anggota rumah tangga yang bekerja ditambah dengan seluruh keuntungan dari usaha dan penerimaan lainnya yang diterima seluruh rumah tangga yang bersangkutan. Pendapatan keluarga yaitu besarnya penghasilan yang dinilai dengan uang yang diperoleh keluarga dalam 1 bulan (Badan Pusat Statistik, 2011). Pendapatan ini sering dihubungkan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan.
Seseorang
yang
kurang
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan yang ada mungkin karena tidak mempunyai cukup uang (Notoatmodjo S, 2003: 17). Berdasarkan survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tahun 2011 oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro. Pendapatan keluarga di Kabupaten Bojonegoro, dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:
10
1)
Pendapatan rendah
: di bawah Rp. 870.000,-/ bulan
2)
Pendapatan sedang
: Rp. 870.000,- s/d Rp. 1.150.000,-/ bulan
3)
Pendapatan tinggi
: di atas Rp. 1. 150.000,-/ bulan
b. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula sebaliknya. (Nursalam dan Pariani S. 2001: 132). Menurut Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 Pasal 17 tentang pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UU RI No 20 tahun 2003 Pasal 17, jalur pendidikan terdiri atas: 1. Pendidikan formal Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan dasar
11
diadakan kelompok belajar yang disebut pendidikan pra sekolah (UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 17). a) Jenjang pendidikan Dasar Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 17). b) Jenjang pendidikan Menengah Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain sederajat (UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 18). c) Jenjang Pendidikan tinggi Pendidikan
tinggi
merupakan
jenjang
pendidikan
setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,
sarjana,
magister,
spesialis
dan
doktor
yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi (UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 19). 2. Pendidikan non formal Diselenggarakan bagi masyarakat sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal, misalnya kursus, kelompok belajar.
12
3. Pendidikan informal Dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri, misalnya: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pesantren. c. Pekerjaan Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga (Nursalam dan Pariani S. 2001: 133). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Nursalam dan Pariani S. 2001: 133). Bekerja diartikan sebagai melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang dan atau barang, dalam kurun waktu (time reference) tertentu (Mantra IB, 2009: 225). Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Nursalam dan Pariani S. 2001: 133). Pekerjaan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: a.
Bekerja seperti buruh/ pegawai tidak tetap, swasta, PNS/ ABRI
b.
Tidak bekerja atau ibu rumah tangga
(Nursalam dan Pariani S. 2001: 138).
13
B. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Dukungan Keluarga Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb (1983) dalam Zainudin (2002), yaitu informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan yang nyata, atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa
lega
diperhatikan,
mendapat
saran
atau
kesan
yang
menyenangkan pada dirinya. Menurut Cobb (2002) mendefinisikan dukungan
keluarga
sebagai
adanya
kenyamanan,
perhatian,
penghargaan, atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan keluarga tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok (Supriyanto, 2011). 2. Sumber Dukungan Keluarga Menurut Rook dan Dooley dalam Kuncoro (2002), ada dua sumber dukungan keluarga artifisial.
Dukungan keluarga
yaitu yang
sumber natural dan sumber natural
diterima
seseorang
melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non formal. Sementara itu dukungan keluarga
14
artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Sehingga sumber dukungan keluarga natural memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial perbedaan tersebut terletak pada: a. Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan. b. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan. c. Sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar lama. d. Sumber dukungan keluarga yang natural memiki keragaman dalam penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam. e. Sumber dukungan keluarga yang natural terbebas dari bebas dan label psikologis. 3. Fungsi Pokok Keluarga Fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga. Adapun fungsi keluarga tersebut adalah (Friedman, 2007: 24) :
15
a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian): untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. b. Fungsi
sosialisasi
dan
fungsi
penempatan
sosial:
proses
perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan. c. Fungsi reproduktif untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. d. Fungsi ekonomis: untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, papan. e. Fungsi perawatan kesehatan: untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. 4. Peranan Keluarga Peranan
keluarga
menggambarkan
seperangkat
perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut: a. Peranan Ayah Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
16
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. b. Peranan Ibu Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anakanaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. c. Peranan Anak Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Nasrul, Effendy. 1998: 34). 5. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Sesuai
dengan
fungsi
pemeliharaan
kesehatan,
keluarga
mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Menurut Friedman (1981) dalam Setiadi (2008: 13) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu: a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat
17
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
atau
bahkan
teratasi.
Jika
keluarga
mempunyai
keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga. c. Memberikan perawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
18
6. Bentuk Dukungan Keluarga Menurut Marlyn (2001), dukunga keluarga berupa: a. Dukungan Emosional (Emotional Support) Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi, meliputi ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap anggota keluarga
yang menderita
(misalnya: umpan balik,
penegasan). b. Dukungan Materi (Tangibile Assistance) Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stres. c. Dukungan Informasi (Informasi Support) Keluarga berfungsi sebagai sebuah koletor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia, mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik. Bentuk dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola makan sehari-hari dan pengobatan. Dukungan keluarga juga merupakan perasaan individu yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk bagian dari masyarakat.
19
d. Dukungan Penghargaan (Apprasial Assistance) Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menangani pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota. Terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk penderita persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif penderita satu dengan penderita lainnya seperti orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah harga diri). 7. Cara Menghitung Dukungan Keluarga Pernyataan responden diberi skor untuk dukungan keluarga yaitu berdasarkan skala Likert: Favorable
Unfavorable
Sangat Mendukung (SM)
: 4 Sangat Tidak Mendukung (STM): 4
Mendukung (M)
: 3 Tidak Mendukung (TM)
:3
Tidak Mendukung (TM)
: 2 Mendukung (M)
:2
Sangat Tidak Mendukung (STM) : 1
Sangat Mendukung (SM)
:1
Untuk mengetahui dukungan keluarga Favorable atau Unfavorable dilakukan dengan membandingkan skor T dengan mean T. Bila nilai mean T < T maka termasuk Mendukung Bila nilai mean T > T maka termasuk Tidak Mendukung (Azwar S, 2009: 156) 8. Dukungan keluarga terhadap ibu hamil Dukungan keluarga yang paling penting dalam kehamilan adalah dukungan suami. Dukungan suami terhadap kehamilan istri yang dapat
20
menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri (Dagun, 2002: 25). Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan, dukungan dan perhatian seorang suami terhadap istri yang sedang hamil yang akan membawa dampak bagi sikap bayi (Dagun, 2002: 26). Peran pasangan dalam kehamilan dapat sebagai orang yang memberi asuhan, sebagai orang yang menanggapi terhadap perasaan rentan wanita hamil, baik aspek biologis maupun dalam hubunganya dengan ibunya sendiri (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004: 160). Menurut Arief (2008), ada beberapa tugas suami saat istri Hamil antara lain: a.
Menyediakan semua kebutuhan gizi ibu demi pertumbuhan janin.
b.
Memberikan perhatian penuh kepada masalah kehamilan istrinya, misalnya saling berdiskusi mengenai perkembangan yang terjadi, bersama-sama mencari informasi mengenai kehamilan dan pendidikan anak, dan menemani istri memeriksakan kehamilan setiap bulan.
9. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Dukungan
Keluarga
dalam
kehamilan Menurut Cholil et all dalam Bobak (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga dalam kehamilan, antara lain:
21
1) Budaya Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih tradisioanal (Patrilineal), menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri. 2) Pendapatan Pada masyarakat kebanyakan, 75%-100% penghasilanya dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya. Sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak mempunyai kemampuan untuk membayar. Secara konkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan istrinya. 3) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif.
22
C. Konsep Ibu Hamil 1. Pengertian Ibu adalah sebutan untuk wanita yang sudah bersuami. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 416). Hamil atau kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba IBG, 1998: 8). Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai dari fertilisasi sampai lahirnya janin (Prawirohardjo S, 2008: 213). 2. Klasifikasi Kehamilan Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester : a. Kehamilan trimester pertama (antara 0 sampai 12 minggu). b. Kehamilan trimester kedua (antara 12 sampai 28 minggu) c. Kehamilan trimester terakhir (antara 28 sampai 40 minggu) (Prawirohardjo S, 2006 : 215)
D. Konsep Kunjungan Antenatal 1. Pengertian Kunjungan Antenatal Kunjungan antenatal adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga
23
sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya ataupun di posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil dan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu dipantau jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan diberikan penanganan yang tepat. Oleh karena itu, ibu hamil diharuskan memeriksakan diri secara berkala selama kehamilannya (Depkes RI, 2005). 2. Jadwal Kunjungan Antenatal Menurut Saifuddin (2002), jadwal kunjungan antenatal dilakukan sesuai dengan kriteria kunjungan: a. Kunjungan I (umur kehamilan 0-12 minggu) 1) Penapisan dan pengobatan anemia 2) Perencanan persalinan 3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya b. Kunjungan II (12-28 minggu) dan III (28-36 minggu) 1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan 2) Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan 3) Mengulang perencanaan persalinan c. Kunjungan IV (>36 minggu sampai lahir) 1) Sama seperti kunjungan II dan III 2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
24
3) Memantapkan rencana persalinan 4) Mengenali tanda-tanda persalinan Menurut Manuaba (2012) dalam Muhammad Rustam (2012), berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid. b. Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan. c. Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan. d. Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin. Menurut Jumiarni (2012), frekuensi ANC diharapkan paling kurang 8 kali, sehingga pengawasan ibu dan janin dapat dilaksanakan dengan optimal. Pemeriksaan kehamilan tersebut dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan sebagai berikut: a. Kunjungan I (usia kehamilan 0-12 minggu) dan kunjungan II (usia kehamilan 12-24 minggu) Pada kunjungan ini yang dilakukan: 1. Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstertri dan ginekologi. 2. Pemeriksaan fisik; tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh, bunyi jantung, bunyi pernafasan, reflek patella, edema dan lain-lain. 3. Pemeriksaan obstetri: usia kehamilan, tinggi fundus uteri, DJJ (kehamilan lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul luar.
25
4. Pemeriksaan laboratorium: urine lengkap, darah (Haemoglobin, leukosit, Golongan darah, Rhesus, dan gula darah). 5. Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). 6. Penilaian resiko kehamilan. 7. KIE pada ibu hamil tentang kebersihan diri dan gizi ibu hamil. 8. Pemberian imunisasi TT 1. b. Kunjungan III, usia kehamilan 28-32 Minggu Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, kelainan atau cacat bawaan. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1. Anamnese meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh ibu. 2. Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pengukuran panggul luar tak perlu dilakukan lagi). 3. Pemeriksaan dengan USG. Biometri janin (besar dan usia kehamilan), aktifitas janin, kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta, serta keadaan plasenta. 4. Penilaian resiko kehamilan. 5. KIE tentang perawatan payudara. 6. Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.
26
c. Kunjungan IV, usia kehamilan 34 minggu Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan laboratorium ulang. Kegiatannya adalah: 1. Anamnese keluhan dan gerakan janin. 2. Pengamatan gerak janin. 3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaan panggul dalam bagi kehamilan pertama). 4. Penilaian resiko kehamilan. 5. Pemeriksaan laboratorium ulang: Hb, Ht, dan gula darah. 6. Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi. d. Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 Minggu), dan Kunjungan VII (40 minggu, 2 minggu 1 kali). Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan pertumbuhan yang secara klinis: 1. Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan. 2. Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gulan darah). 3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik 4. Penilaian resiko kehamilan 5. USG ulang pada kunjungan ke 4 6. KIE tentang senam hamil, perawatan payudara, dan persiapan persalinan. 7. Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi trimester III. 8. Penyuluhan gizi seimbang ibu hamil.
27
e. Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu sekali) Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian, kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1. Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain. 2. Pengamatan gerak janin. 3. Pemeriksaan fisik dan obstetri. 4. Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan jantung janin sehubungan dengan timbulnya kontraksi. 5. Memberi
nasehat
tentang
tanda-tanda
persalinan,
persiapan
persalinan dan rencana untuk melahirkan. Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua umur kehamilan harus semakin sering memeriksakan kehamilannya, resiko kehamilan semakin tinggi, semakin tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan kehamilannya. Pengawasan antenatal memberi manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat diperhitungkan
dan
dipersiapkan
langkah-langkah
pertolongan
persalinannya. (Yulaikhah, 2009). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kunjungan Antenatal Menurut Depkes RI (2008), Kunjungan antenatal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
28
1) Faktor internal a. Paritas Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya. b. Usia Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan. 2) Faktor eksternal Menurut Bobak, Lowdermilk & Jensen (2004), kunjungan ibu hamil juga dipengaruhi oleh: a. Pengetahuan Ketidakmengertian pemeriksaan
ibu
kehamilan
dan
keluarga
berdampak
terhadap
pada
ibu
pentingnya hamil
tidak
memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan. b. Sikap Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturan ANC. Adanya sikap
29
lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin. c. Sosial Ekonomi Tingkat sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan. d. Sosial budaya Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
30
e. Geografis Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil. f. Informasi Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya melalui media massa (Saifudin, A, 2005). Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal. g. Dukungan Keluarga Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang. Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya, terutama suami. Kadang ibu dihadapkan pada suatu situasi yang ia sendiri mengalami
31
ketakutan
dan
kesendirian,
terutama
pada
trimester
akhir.
Kekhawatiran tidak disayang setelah bayi lahir kadang juga muncul, sehingga diharapkan bagi keluarga terdekat agar selalu memberikan dukungan dan kasih sayang (Sulistyawati, Ari. 2009: 128-129). Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan, 2007).
E. Konsep Antenatal Care 1. Pengertian Antenatal Care Antenatal Care (Pelayanan antenatal) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) (Depkes RI. 2009: 7). Mufdlilah (2009) mengatakan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis
32
kebidanan, dokter umum, bidan, perawat) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal. Antenatal care (pelayanan antenatal) adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan menetapkan resiko kehamilan (risiko tinggi, risiko meragukan, risiko rendah) (Manuaba, 2008: 25). 2. Tujuan Antenatal Care Tujuan antenatal care adalah sebagai berikut: 1) Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan perkembangan bayi yang normal. 2) Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang diperlukan. 3) Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, serta logis untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan adanya komplikasi (Sunarsih T, 2011: 14). 3. Pelaksanaan pada Antenatal Care Dalam pelaksanaannya antenatal care dapat dirinci sebagai berikut: 1) Anamnesa a. Biodata b. Keluhan utama
33
c. Riwayat kesehatan reproduksi meliputi : haid, riwayat kehamilan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang. d. Riwayat kesehatan meliputi : riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan keluarga. e. Data psikososial meliputi : riwayat perkawinan, respons suami dan keluarga terhadap kehamilan ini, respons ibu terhadap kehamilan, hubungan ibu dengan keluarga, adat setempat yang dianut dan berhubungan dengan kehamilan. f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi makan, minum, istirahat, personal hygiene, aktivitas, hubungan seksual. g. Pengetahuan pasien tentang kehamilan dan perawatannya. 2) Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan fisik umum, meliputi: keadaan umum, tinggi badan (TB), berat badan (BB), lingkar lengan atas (LILA), tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu). b. Pemeriksaan khusus obstetrik, meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, pemeriksaan dalam. c. Pemeriksaan penunjang, meliputi: pemeriksaan laborat, pemeriksaan ultrasonografi, Non-Stress Test (NST). (Sulistyawati A. 2009: 138-141) 4. Standar Pelayanan Antenatal Care Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus
34
(sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas (Depkes RI, 2009) : 1.
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2.
Ukur tekanan darah
3.
Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4.
Ukur tinggi fundus uteri
5.
Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6.
Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
7.
Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8.
Test laboratorium (rutin dan khusus)
9.
Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berrisiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, Malaria, Tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia. Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut.
35
5. Lokasi Pelayanan Antenatal Care Menurut Depkes RI (1997), tempat pemberian pelayanan antenatal care dapat bersifat statis dan aktif meliputi : 1.
Puskesmas/ puskesmas pembantu
2.
Pondok bersalin desa
3.
Posyandu
4.
Rumah Penduduk (pada kunjungan rumah
5.
Rumah sakit pemerintah/ swasta
6.
Rumah sakit bersalin
7.
Tempat praktek swasta (bidan dan dokter)
6. Pencatatan Antenatal Care Hasil pemeriksaan kehamilan perlu dicatat agar pelaksana pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dapat memantau setiap ibu hamil dengan baik. Dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dewasa ini diterapkan 3 jenis pencatatan yaitu: a. Register Kohort Ibu : disimpan oleh pelaksana pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA), untuk meregistrasi dan rekapitulasi hasil pemeriksaan tiap ibu hamil di wilayah kerja. b. Kartu Ibu : disimpan oleh pelaksana pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA), untuk pencatatan lengkap hasil pelayanan antenatal. c. Buku KIA: diberikan kepada setiap ibu hamil yang telah memeriksakan diri. Buku KIA diisi oleh pelaksana pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA), untuk dibawa setiap kali
36
memeriksakan kehamilan, berisi hasil pelayanan antenatal yang pernah diperoleh ibu (Pedoman Orientasi Buku KIA, 2009: 1). 7. Cakupan Pelayanan Antenatal Cakupan pelayanan antenatal dibagi menjadi sebagai berikut: a. Cakupan K1 (akses pelayanan antenatal) K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada Trimester pertama kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu kali (Novita, 2012). Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2009: 21). Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah: Jumlah ibu hamil yang pertama kali (K1) x 100% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
b. Cakupan K4 (cakupan pelayanan ibu hamil) K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Novita, 2012).
37
Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2, dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator cakupan pelayanan ibu hamil (K-4) dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping
menggambarkan
kemampuan
manajemen
kelangsungan program KIA (Depkes RI, 2009: 22). Rumusnya adalah sebagai berikut : Jumlah kunjungan ibu hamil keempat (K4) x 100% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
ataupun
38
F. Kerangka Konseptual Kerangka konsep pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, S, 2005: 69). Faktor –faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu hamil : a. Faktor Internal Paritas Usia b. Faktor Eksternal Pengetahuan
Kunjungan
Sikap
Antenatal
Sosial Ekonomi Geografis Sosial Budaya Informasi Dukungan Keluarga Keterangan : : diteliti : tidak diteliti : mempengaruhi Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Sosial Ekonomi dan Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
39
Penjelasan : Dari kerangka konseptual dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor dari dalam ibu meliputi paritas dan usia. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari pengetahuan, sikap, sosial ekonomi, geografis, sosial budaya, informasi dan dukungan keluarga. Faktor sosial ekonomi itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Sedangkan faktor dukungan keluarga dapat berupa mendukung dan tidak mendukung. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
G. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Hipotesis adalah suatu asumsi tentang hubungan antara 2 atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2008:56). 1. Hipotesis nol (H0) adalah menyatakan tidak adanya hubungan, pengaruh dan perbedaan antara 2 atau lebih variabel. 2. Hipotesis alternatif (Ha/H1) menyatakan adanya hubungan, pengaruh dan perbedaan antara 2 atau lebih variabel (Nursalam, 2008:59).
40
Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti hubungan sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. 1. H0 : a. Tidak ada hubungan pendapatan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. b. Tidak ada hubungan pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. c. Tidak ada hubungan pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. d. Tidak ada hubungan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. 2. H1 : a. Ada hubungan pendapatan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. b. Ada hubungan pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. c. Ada hubungan pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
41
d. Ada hubungan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Hipotesis dalam penelitian ini adalah H1 berarti: a. Ada hubungan pendapatan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. b. Ada hubungan pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. c. Ada hubungan pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. d. Ada hubungan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan dan pemecahan suatu masalah yang pada dasarnya menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo S, 2010 : 19). Pada bab ini akan diuraikan tentang desain penelitian, populasi, sampel, kriteria sampel, variabel penelitian, definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, prosedur pengumpulan data, instrumen penelitian, analisa data, etika penelitian dan jadwal penelitian.
A. Desain Penelitian Rancangan atau desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil. (Nursalam, 2008 : 78). Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional yaitu penelitian untuk mengkaji hubungan antara variabel yang dilakukan untuk mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang sudah ada. Penelitian analitik bertujuan mengungkapkan hubungan antar variabel. (Nursalam, 2008 : 80-82). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional merupakan jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/ observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali, pada satu saat (Nursalam, 2008 : 83).
43
Desain dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah setiap subyek (manusia, orang tua dan anak) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2009 : 89). Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu hamil dan suami ibu hamil di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro pada bulan Mei 2013 yang berjumlah 22 orang. 2. Sampel Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo S, 2010 :115). Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan ketersediaan subjek dari penelitian itu sendiri (Nursalam, 2011 : 91). Apabila populasi kurang dari 100, maka sampel diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto S, 2006 : 134). Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampel populasi yaitu semua ibu hamil dan suami ibu hamil di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro pada bulan Mei 2013 yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 21 Orang.
44
C. Kriteria Sampel Kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel (kontrol atau perancu) yang ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang diteliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2009 : 92). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : a) Ibu hamil dan suami ibu hamil yang berdomisili di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo pada tahun 2013. b) Ibu hamil dan suami ibu hamil yang berdomisili di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo pada tahun 2013 yang dapat membaca dan menulis. c) Ibu hamil dan suami ibu hamil yang berdomisili di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo pada tahun 2013 yang bersedia menjadi responden dan menanda tangani informed consent. 2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang
memenuhi
kriteria
(Nursalam, 2009 : 92).
inklusi
dari
studi
karena
berbagai
sebab
45
a) Ibu hamil dan suami ibu hamil yang selama dilakukan penelitian sedang bepergian keluar dari Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro selama 4 hari sebanyak 1 Orang.
D. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, misal jenis kelamin, pekerjaan dan sebagainya (Notoatmodjo S, 2002 : 70). Pada penelitian ini ada 2 variabel yaitu: 1. Variabel independent Variabel independent merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel ini dikenal dengan variabel bebas, artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat AA, 2007: 70). Variabel independent pada penelitian ini adalah sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. 2. Variabel dependent Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat AA, 2007 : 70). Variabel dependent pada penelitian ini adalah kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
46
E.
Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2009 : 101).
Tabel 3.1
Variabel Variabel independent Sosial Ekonomi Ibu Hamil
Definisi Operasional Hubungan Sosial Ekonomi dan Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan Kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro
Definisi Operasional
Parameter
Alat Ukur
Skala
Kuesioner
Ordinal
Kode
Suatu kondisi yang dimiliki oleh sebuah keluarga di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo, yang dapat dinilai dari : 1.Pendapatan yaitu besarnya pendapatan yang dinilai dengan uang yang diperoleh rumah tangga dalam 1 bulan.
a.Pendapatan rendah (<870.000 perbulan)
Pendapatan rendah = 1
b.Pendapatan Pendapatan 2.Pendidikan yaitu jenjang pendidikan
sedang (870.000 – 1.150.000
sedang = 2
47
Variabel
Definisi Operasional formal yang pernah ditempuh oleh ibu.
Parameter
Alat Ukur
Skala
Kode
perbulan) c.Pendapatan
Pendapatan
tinggi
tinggi = 3
(>1.150.000 perbulan)
a.Pendidikan Dasar (SD, MI & SMP, MTs)
Kuesioner
Ordinal
b.Pendidikan Menengah (SMA, MA, SMK)
3.Pekerjaan yaitu ibu yang melakukan aktivitas ekonomi mencari penghasilan baik di sektor formal maupun informal yang dilakukan secara reguler.
Pendidikan Dasar = 1
Pendidikan Menengah =2
c.Pendidikan tinggi (diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor)
Pendidikan tinggi =3
a. Bekerja seperti buruh/ pegawai tidak tetap, swasta, PNS. b. Tidak bekerja seperti ibu rumah tangga.
Bekerja = 1 Kuesioner
Nominal Tidak Bekerja =
48
Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Alat Ukur
Skala
Kode 2
Dukungan keluarga ibu hamil
Dukungan yang Bentuk dukungan Kuesioner diberikan oleh suami: suami kepada ibu hamil yang 1. Dukungan No. 1,2 Emosional: diperoleh dari ungkapan empati, jawaban 8 kepedulian, dan pernyataan perhatian . tentang 2. Dukungan Materi: sumber kunjungan pertolongan antenatal di praktis dan konkrit, Desa Tlogohaji mencakup Kecamatan Sumberrejo No. 3,4 uang, peralatan. Kabupaten Bojonegoro. 3. Dukungan Informasi: memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, dan saran. 4. Dukungan Penghargaan: bimbingan,
No. 5,6
bantuan pemecahan masalah, ungkapan hormat, dan penghargaan positif.
Nominal Pernyataan Favorable 1 = Sangat Tidak Mendukung 2 =Tidak Mendukung 3 = Mendukung 4 = Sangat Mendukung Pernyataan Unfavorable 1 = Sangat Mendukung 2 = Mendukung 3 = Tidak Mendukung
No. 7,8
4 = Sangat Tidak Mendukung
Kuesioner Favorable: Menggunakan
49
Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Alat Ukur No. 1-4
Skala
Kode skala likert, dengan kriteria:
Kuesioner Unfavorable: Mendukung: No. 5-8 Mean T < T Tidak Mendukung: Mean T >T
Variabel dependent Kunjungan antenatal
Kontak antara 1. Kunjungan ibu hamil antenatal dengan petugas sesuai standar : kesehatan yang Kunjungan bertujuan untuk kehamilan minimal mendapatkan pada Trimester I pelayanan 1x, Trimester II 1x, antenatal sesuai dan Trimester III dengan standar 2x. pelayanan kebidanan. 2. Kunjungan antenatal tidak sesuai standar : Kehamilan Trimester I dan II tidak melakukan kunjungan, dan Trimester III melakukan kunjungan 1x atau tidak melakukan kunjungan.
F. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Observasi a. Catatan Kesehatan Ibu Hamil dalam buku KIA b. Register Kohort Ibu tahun 2013
Nominal Sesuai Standar =1
Tidak Sesuai Standar = 2
50
Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan bulan April 2013 – Juli 2013.
G. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2009 : 111). Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini berdasarkan data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran (Budiarto E, 2001 : 5). Pada penelitian ini data primernya adalah data umum (nama ibu hamil, nama suami ibu hamil, umur, kehamilan ke, alamat) serta data khusus sosial ekonomi, dukungan keluarga ibu hamil dan data kunjungan antenatal. Adapun prosedur dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah Setelah mendapat rekomendasi dari Institusi dan Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Bojonegoro (BAKESBANGPOL dan LINMAS) yang ditujukan untuk Dinas Kesehatan dan Kecamatan Sumberrejo, peneliti meminta surat tembusan dari Dinas Kesehatan untuk Puskesmas dan dari Kecamatan
51
Sumberrejo untuk Desa Tlogohaji. Kemudian peneliti meminta ijin Kepala Puskesmas Sumberrejo, Kepala Desa Tlogohaji dan Bidan Desa Tlogohaji. Kemudian peneliti bekerjasama dengan Bidan Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro untuk pemberitahuan kepada responden. Setelah mendapat ijin dari pihak yang terkait, kemudian peneliti melakukan kunjungan rumah selama 2 hari yaitu pada tanggal 25-26 Juni 2013 untuk melakukan pengambilan data responden (Ibu hamil dan suami ibu hamil pada bulan Mei tahun 2013) yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kemudian peneliti melakukan pendekatan dengan responden untuk mendapatkan persetujuan dengan menggunakan lembar Informed consent dan menandatanganinya untuk menjadi responden. Setelah itu peneliti memberikan lembar kuesioner kepada responden dan kemudian memberikan penjelasan tentang petunjuk cara pengisian serta maksud dari tiap-tiap pertanyaan dan pernyataan, peneliti masih menunggu sampai responden selesai mengerjakan kuesioner, kemudian kuesioner dikumpulkan setelah responden menjawab semua pertanyaan dan pernyataan dengan jawaban yang telah disediakan. Ada pertanyaan dan pernyataan yang belum diisi, kuesioner dikembalikan pada responden untuk dilengkapi. Ada 6 responden yang sedang bepergian pada hari pertama dan kemudian dilakukan kunjungan rumah pada hari kedua. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Budiarto E, 2001 : 5).
52
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang nama, jumlah, alamat dan kunjungan antenatal ibu hamil di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro yang diperoleh dari buku KIA, buku Register Kohort Ibu Ponkesdes Tlogohaji bulan Mei tahun 2013, serta data geografi dan demografi yang diperoleh dari Profil Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
H.
Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dengan mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto S, 2006 : 160). Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner dan dokumentasi dengan melakukan observasi pada buku KIA atau register kohort ibu. 1. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya (Arikunto, 2006 : 151). Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. a. Pertanyaan terbuka Pertanyaan
terbuka
adalah
pertanyaan
yang
memberi
kesempatan pada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri (Arikunto S, 2006 : 152). Digunakan untuk mendapatkan data nama ibu hamil
53
dan suami ibu hamil, umur, kehamilan ke, alamat, pekerjaan, pendidikan terakhir, pendapatan keluarga dalam 1 bulan terakhir. b. Pertanyaan tertutup Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang sudah ada disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto S, 2006: 152). Jenis pertanyaan yang digunakan adalah multiple choise question, yaitu pertanyaan yang menyediakan alternatif jawaban dan responden hanya memilih satu diantaranya sesuai dengan pendapatnya (Notoatmodjo S, 2005: 125). Digunakan untuk mendapatkan data informasi tentang dukungan keluarga ibu hamil di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. 2. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi kebidanan
merupakan
bukti
pencatatan
dan
pelaporan
berdasarkan
berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan serta kalangan bidan sendiri (Wildan dan Hidayat, 2008: 2). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi buku KIA atau register kohort ibu : a. Buku KIA Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan
54
masyarakat mengenai pelayanan, kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi, dan tumbuh kembang balita (Depkes, 2005). b. Register Kohort Ibu Register adalah buku pencatatan yang di susun secara sistematis seluruh kunjungan pasien dengan berbagai permasalahan (Rajab W, 2009). Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan/ resiko yang dipunyai ibu yang diorganisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatar ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi (Rafless B, 2011). Register kohort ibu adalah mencatat kunjungan antenatal ibu hamil atau nifas yang meliputi nama, umur, diagnosis, tindakan, dan lain-lain (Rajab W, 2009: 169). Dari dalam buku kesehatan Ibu dan Anak serta register kohort ibu dapat diketahui kunjungan antenatal yang telah dilakukan ibu hamil sesuai standar bila : 1) Trimester I (0-12 minggu) minimal kunjungan 1x 2) Trimester II (12-28 minggu) minimal kunjungan 1x 3) Trimester III (28-40 minggu) minimal kunjungan 2x. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui kunjungan antenatal dengan melihat buku KIA dan mencocokan dengan Register Kohort
55
Ibu yang ada di Ponkesdes Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
I.
Teknik Pengolahan atau Analisa Data Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian data diolah dan dianalisa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data dari hasil kuesioner dan observasi buku KIA dan register kohort ibu Data yang terkumpul dari kuesioner atau observasi buku KIA dan register kohort ibu yang telah diisi kemudian diolah dengan cara sebagai berikut: 1. Pemeriksaan Data (Editing) Adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kegiatan yang dilakukan melalui bukti menjumlah dan mengoreksi data (Budiarto E, 2001: 29). Pada penelitian ini pemeriksaan data (editing) dilakukan dengan mengumpulkan dan menjumlahkan semua kuesioner yang telah diisi oleh responden, kemudian dilakukan koreksi terhadap kuesioner tersebut. 2. Pemeriksaaan Kode (Coding) Setiap responden diberi kode sesuai dengan nomor urut responden. a. Cara pemberian kode untuk variabel independent (pendapatan ibu) Pendapatan rendah
:1
Pendapatan Sedang
:2
56
Pendapatan Tinggi
:3
b. Cara pemberian kode untuk variabel independent (pendidikan ibu) Pendidikan Dasar
:1
Pendidikan Menengah
:2
Pendidikan Tinggi
:3
c. Cara pemberian kode untuk variabel independent (pekerjaan ibu) Bekerja
:1
Tidak Bekerja
:2
d. Cara pemberian kode untuk variabel independent (dukungan keluarga) Mendukung
:1
Tidak Mendukung
:2
e. Cara pemberian kode untuk variabel dependent (kunjungan antenatal) Sesuai standar
:1
Tidak sesuai standar : 2
3. Pemberian nilai/ Scoring Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi penilaian atau skor (Setiawan A. Saryono, 2010: 127).
57
Scoring yaitu dengan cara memberi skor pada setiap jawaban yang telah diisi oleh responden kemudian dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Hasil pengisian yang telah dikumpulkan, dijumlahkan, disusun dan didata kemudian disajikan dan dianalisis selanjutnya dilakukan scoring. Pada penelitian ini peneliti memberikan skor untuk dukungan keluarga ibu hamil menggunakan skala likert. Cara pemberian skor Skala likert adalah sebagai berikut : Favorable
Unfavorable
Sangat Mendukung (SM)
:4
Sangat Tidak Mendukung (STM)
:4
Mendukung (M)
:3
Tidak Mendukung (TM)
:3
Tidak Mendukung (TM)
:2
Mendukung (M)
:2
Sangat Tidak Mendukung (STM)
:1
Sangat Mendukung (SM)
:1
4. Tabulating Tabulating/
penyusunan
data
merupakan
pengorganisasian
data
sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. Dalam penelitian ini data sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan) ibu hamil, tabulating dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam kertas tabulasi, dari hasil jawaban responden yang telah dinilai dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah soal kemudian total skor dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase. Dengan distribusi frekuensi relatif kita
58
dapat mengetahui persentase suatu kelompok terhadap seluruh pengamatan (Budiarto, E, 2001: 37).
Dengan rumus : P
f 100 % n
Keterangan : P = Persentase f = Nilai yang diperoleh n = Frekuensi total atau keseluruhan (Budiarto E, 2001:37). Hasil persentase tersebut dapat diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria kualitatif sebagai berikut : a) 90-100%
: Mayoritas
b) 70-89%
: Sebagian besar
c) 51-69%
: Lebih dari sebagian
d) 50%
: Sebagian
e) 30-49%
: Kurang dari sebagian
f) 11-29%
: Sebagian kecil
g) 1-10%
: Minoritas (Nursalam. 2008: 130).
Sedangkan tabulating data dukungan keluarga, dilakukan dengan jumlah skor responden (x) yang didapat dari jawaban kuesioner diubah menjadi skor T (T) kemudian dibandingkan dengan mean sebesar T. Suatu cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan
59
harga rata-rata atau mean skor kelompok, dimana responden itu termasuk didalamnya. Perbandingan relatif ini akan menghasilkan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorabel dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Agar perbandingan itu menjadi punya arti, haruslah dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok itu sendiri yang berarti kita harus mengubah skor individual menjadi skor standar. Skor standart yang biasanya digunakan dalam skala model Likert adalah skor T, yaitu :
X X T = 50 + 10 s Keterangan
:
X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
X = mean skor kelompok s = deviasi standart skor kelompok Mean skor kelompok dihitung dengan rumus:
x
f (x) n
Keterangan : f = Frekuensi x = Skor responden
60
n = Banyaknya responden dalam kelompok Deviasi standart skor kelompok dihitung dengan rumus :
S
fx
2
( fx ) 2 n
n 1
Keterangan : f = Frekuensi x = Skor Responden n = Banyaknya responden dalam kelompok Untuk mengetahui mendukung atau tidak mendukung dilakukan dengan membandingkan skor T dengan mean T. Bila nilai mean T < T maka termasuk mendukung, bila nilai mean T > T maka termasuk tidak mendukung (Azwar S, 2009 : 156). Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel populasi sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji statistik, dengan demikian analisis yang digunakan adalah metode analisa deskriptif. Analisa deskriptif adalah suatu prosedur data dengan menggambarkan dan meringkas data cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Nursalam, 2009 : 120). Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan menggunakan tabulasi silang (cross tabulation) antara variabel sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil (variabel x) dan variabel kunjungan antenatal (variabel y).
61
Analisa dengan menggunakan tabel silang merupakan metoda analisa yang paling sederhana tetapi memiliki kemampuan yang kuat untuk menjelaskan hubungan antar variabel (Suyanto B & Sutinah, 2008 : 102). Keputusan analisa: a. Bila nilai x berubah (berbeda) diikuti dengan perubahan (perbedaan) yang terpola dari nilai y, atau sebaliknya berarti ada hubungan antara x dan y. b. Bila nilai x berubah (berbeda) tidak diikuti dengan perubahan (perbedaan) yang terpola dari nilai y, atau sebaliknya berarti tidak ada hubungan antara x dan y (Purnomo W, 2007 : 37). Sehingga keputusan analisa untuk penelitian ini adalah: a) Bila nilai sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil berubah (berbeda) diikuti dengan perubahan (perbedaan) yang terpola dari nilai kunjungan antenatal, atau sebaliknya berarti ada hubungan antara sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal. b) Bila nilai sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil berubah (berbeda) tidak diikuti dengan perubahan (perbedaan) yang terpola dari nilai kunjungan antenatal, atau sebaliknya berarti tidak ada hubungan antara sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal.
J. Etika Penelitian Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: 1. Prinsip Manfaat
62
a. Bebas dari penderitaan Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subyek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus. b. Bebas dari eksploitasi Partisipasi subyek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subyek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan subyek dalam bentuk apapun. c. Resiko (benefits ratio) Peneliti harus secara hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subyek pada setiap tindakan. 2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity) a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self-determination) Subyek harus diperlakukan secara manusiawi. Subyek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subyek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang pasien. b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure) Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subyek.
63
c. Informed consent Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang
akan dilaksanakan, mempunyai
hak untuk
bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu. 3. Prinsip Keadilan (Right to Justice) a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment) Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden. b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy) Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality) (Nursalam, 2009 : 114-115).
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Hubungan Sosial Ekonomi dan Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro”. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel-tabel, disertai dengan keterangan singkat untuk mempermudah pemahaman isi dari penelitian ini. Hasil penelitian ini disajikan dalam dua bentuk yaitu data umum dan data khusus. Data umum mengenai gambaran lokasi penelitian. Data khusus mengenai sosial ekonomi ibu hamil (pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan), dukungan keluarga ibu hamil, kunjungan antenatal, tabulasi silang sosial ekonomi ibu hamil (pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan) dengan kunjungan antenatal, dan tabulasi silang dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal.
A. Hasil Penelitian 1. Data Umum Berikut akan dijabarkan mengenai gambaran umum lokasi, data demografi, data kesejahteraan sosial, data tingkat pendidikan, mata pencaharian dan fasilitas umum yang tersedia.
a. Lokasi Penelitian
65
Penelitian ini dilakukan di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
1) Luas wilayah
: 677.660 Ha
2)
: 4 Dusun
Jumlah Dusun a.
Dusun Tlogohaji
b.
Dusun Botoputih
c.
Dusun Pohkenceng
d.
Dusun Tawang
3) Batas Wilayah a. Sebelah Utara
: Desa Kedungrejo Kecamatan Kedungadem Desa Ngampal Kecamatan Sumberrejo
b. Sebelah Selatan
: Desa Tlogoagung Kecamatan Kedungadem
c. Sebelah Barat
: Desa Balongcabe Kecamatan Kedungadem
d. Sebelah Timur
: Desa Jamberejo Kecamatan Kedungadem
b. Data Demografi 1) Jumlah total penduduk
: 4062 jiwa
a. Jumlah penduduk laki-laki
: 1978 jiwa
b. Jumlah penduduk perempuan
: 2084 jiwa
2) Jumlah Kepala Keluarga
: 1289 KK
c. Data Kesejahteraan Sosial 1)
Jumlah KK Prasejahtera
: 114 KK
2)
Jumlah KK Sejahtera
: 95 KK
3)
Jumlah KK Kaya
: 56 KK
4)
Jumlah KK Sedang
: 146 KK
66
5)
Jumlah KK Miskin
: 753 KK
d. Data Tingkat Pendidikan 1)
Tidak Tamat SD
: 259 jiwa
2)
Tamat SD
: 3187 jiwa
3)
Tamat SMP
: 335 jiwa
4)
Tamat SMA
: 180 jiwa
5)
Tamat Diploma/ Sarjana
: 18 jiwa
e. Mata Pencaharian
1) Petani
: 2868 orang
2) Peternak
: 125 orang
3) Pedagang
: 40 orang
4) Tukang
: 30 orang
5) Penjahit
: 5 orang
6) Pensiunan
: 7 orang
7) TNI / POLRI
: 1 orang
8) Guru/ PNS
: 24 orang
9) Perangkat desa : 10 orang 10) Pengrajin
: 15 orang
11) Industri Kecil
: 13 orang
f. Fasilitas umum 1) Sarana Pendidikan a.
Jumlah SD/ MI
: 3 unit
b.
Jumlah SMP/ Mts
: 1 unit
2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
67
a.
Polindes : 1 unit
b.
Posyandu : 6 unit
3) Tenaga Kesehatan
4)
a.
Bidan desa
: 1 orang
b.
Perawat desa
: 1 orang
c.
Dukun Bayi
: 3 orang
d.
Kader Kesehatan
: 24 orang
Tempat Peribadatan
a.
Masjid
: 7 unit
b.
Mushola
: 34 unit
2. Data Khusus Dalam data khusus penelitian ini disajikan berupa distribusi ibu hamil berdasarkan pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dukungan keluarga dan kunjungan antenatal.
a. Pendapatan Jumlah ibu hamil dalam penelitian ini adalah 21 orang. Distribusi ibu hamil berdasarkan pendapatan dikategorikan menjadi 3 yaitu pendapatan rendah (dibawah Rp. 870.000,-/bulan), pendapatan sedang (Rp. 870.000,s/d Rp. 1.150.000,-/bulan), dan pendapatan tinggi (diatas Rp. 1.150.000,/bulan), dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 4.1
Distribusi Pendapatan Ibu Hamil Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013
68
No.
Pendapatan
f
Persentase (%)
1
Pendapatan Rendah
16
76,20
2
Pendapatan Sedang
5
23,80
3
Pendapatan Tinggi
0
0,00
21
100,00
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil berpendapatan rendah sebesar 76,20% dan tidak ada ibu hamil berpendapatan tinggi.
b. Pendidikan Semua ibu hamil dan suami dalam penelitian ini pernah menempuh pendidikan formal (100%). Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh ibu hamil dan suami digolongkan menjadi tingkat pendidikan dasar (SD/ MI , SMP/ MTs), tingkat pendidikan menengah (SMA/ sederajat), tingkat pendidikan tinggi (Akademi/ perguruan tinggi), dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 4.2
No.
Distribusi Pendidikan Ibu Hamil Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013
Pendidikan
1.
Pendidikan Dasar
2. 3.
f
Persentase (%) 15
71,40
Pendidikan Menengah
6
28,60
Pendidikan Tinggi
0
0,00
21
100,00
Jumlah
69
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil berpendidikan dasar sebesar 71,40% dan tidak ada ibu hamil berpendidikan tinggi. Tabel 4.3
No.
Distribusi Pendidikan Suami Ibu Hamil Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013
Pendidikan
1.
Pendidikan Dasar
2. 3.
f
Persentase (%) 14
66,67
Pendidikan Menengah
7
33,33
Pendidikan Tinggi
0
0,00
21
100,00
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian suami ibu hamil berpendidikan dasar sebesar 66,67% dan tidak ada suami ibu hamil berpendidikan tinggi.
c. Pekerjaan Jumlah ibu hamil dalam penelitian ini adalah 21 orang, peneliti mengkategorikan pekerjaan ibu hamil menjadi 2 yaitu bekerja (buruh/ pegawai tidak tetap, swasta, PNS/ ABRI) dan tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Distribusi pekerjaan ibu hamil disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.4
Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013
70
No.
Pekerjaan
1
Bekerja
2
Tidak Bekerja
f
Persentase (%)
Jumlah
16
76,20
5
23,80
21
100,00
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil yang bekerja sebesar 76,20%.
d. Dukungan Keluarga Berdasarkan hasil penelitian dari 21 ibu hamil dukungan keluarga ibu hamil dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu mendukung dan tidak mendukung, dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.5
No .
Distribusi Dukungan Keluarga Ibu Hamil Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013
Dukungan Keluarga
Persentase (%)
f
1.
Mendukung
10
47,60
2.
Tidak Mendukung
11
52,40
Jumlah
21
100,00
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian keluarga ibu hamil tidak mendukung sebesar 52,40%.
e. Kunjungan Antenatal
71
Berdasarkan hasil penelitian dari 21 ibu hamil kunjungan antenatal ibu hamil dikategorikan menjadi 2 yaitu kunjungan antenatal sesuai standar (minimal Trimester I kunjungan 1x, Trimester II kunjungan 1x dan Trimester III kunjungan 2x) dan kunjungan antenatal tidak sesuai standar (Trimester I tidak melakukan kunjungan, Trimester II tidak melakukan kunjungan dan Trimester III melakukan kunjungan 1x atau tidak melakukan kunjungan) dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.6
Distribusi Kunjungan Antenatal Ibu Hamil Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013
No.
Kunjungan Antenatal
1.
Sesuai Standar
2.
Tidak Sesuai Standar
Persentase (%)
f
Jumlah
8
38,10
13
61,90
21
100,00
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian ibu hamil melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar sebesar 61,90%.
f. Tabulasi Silang antara Sosial Ekonomi (Pendapatan, Pendidikan dan Pekerjaan) Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal 1) Tabulasi Silang antara Pendapatan Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Tabel 4.7 Tabulasi Silang Pendapatan Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013
72
Kunjungan Antenatal No
Pendapatan
Sesuai Standar f
%
Jumlah
Tidak Sesuai Standar f
%
F
%
1.
Rendah
4
25,00
12
75,00
16
100,00
2.
Sedang
4
80,00
1
20,00
5
100,00
3.
Tinggi
0
0,00
0
0,00
0
0,00
Jumlah
8
38,10
13
61,90
21
100,00
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil berpendapatan rendah melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar sebesar 75,00%.
X Pendapatan 1 : Rendah
Y Kunjungan Antenatal 1 : Sesuai Standar
73
Gambar 4.1 Curve estimasi hubungan pendapatan ibu hamil dengan kunjungan antenatal Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
Dari curve estimasi dapat kita lihat bahwa terdapat perubahan yang terpola dari nilai y (kunjungan antenatal) yang diikuti perubahan nilai x (pendapatan ibu hamil), dimana semakin pendapatan meningkat maka kunjungan antenatal dilakukan sesuai standar, begitu pula sebaliknya semakin pendapatan menurun maka kunjungan antenatal dilakukan tidak sesuai standar. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditunjukkan bahwa ada hubungan pendapatan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. 2) Tabulasi Silang antara Pendidikan Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Pendidikan Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013 Kunjungan Antenatal No
Pendidikan
Sesuai Standar f
1.
Dasar
4
Jumlah
Tidak Sesuai Standar
%
f
26,70
11
% 73,30
f 15
% 100,00
74
2.
Menengah
4
66,70
2
33,30
6
100,00
3.
Tinggi
0
0,00
0
0,00
0
0,00
Jumlah
8
38,10
13
61,90
21
100,00
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil berpendidikan dasar melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar sebesar 73,30%.
X Pendidikan 1 : Dasar
Y Kunjungan Antenatal
75
Gambar 4.2
Curve estimasi hubungan pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
Dari curve estimasi dapat kita lihat bahwa terdapat perubahan yang terpola dari nilai y (kunjungan antenatal) yang diikuti perubahan nilai x (pendidikan ibu hamil), dimana semakin pendidikan meningkat maka kunjungan antenatal dilakukan sesuai standar, begitu pula sebaliknya semakin pendidikan menurun maka kunjungan antenatal dilakukan tidak sesuai standar.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
3) Tabulasi Silang antara Pekerjaan Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Pekerjaan Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013 Kunjungan Antenatal No
Pekerjaan
Sesuai Standar f
Jumlah
Tidak Sesuai Standar
%
f
%
f
%
1.
Bekerja
5
31,30
11
68,80
15
100,00
2.
Tidak bekerja
3
60,00
2
40,00
6
100,00
76
Jumlah
8
38,10
13
61,90
21
100,00
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian ibu hamil yang bekerja melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar sebesar 68,80%.
X Pekerjaan 1 : Bekerja
Y Kunjungan Antenatal
77
Gambar 4.3
Curve estimasi hubungan pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan antenatal Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
Dari curve estimasi dapat kita lihat bahwa terdapat perubahan yang terpola dari nilai y (kunjungan antenatal) yang diikuti perubahan nilai x (pekerjaan ibu hamil), dimana semakin ibu hamil bekerja maka kunjungan antenatal dilakukan tidak sesuai standar, begitu pula sebaliknya semakin ibu hamil tidak bekerja maka kunjungan antenatal dilakukan sesuai standar.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditunjukkan bahwa ada hubungan pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
g. Tabulasi Silang antara Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Tabel 4.10 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013 Kunjungan Antenatal No
Dukungan Keluarga
Sesuai Standar
Tidak Sesuai Standar
Jumlah
78
f
%
f
%
f
%
1.
Mendukung
6
60,00
4
40,00
10
100,00
2.
Tidak Mendukung
2
18,20
9
81,80
11
100,00
8
38,10
13
61,90
21
100,00
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga ibu hamil yang tidak mendukung melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar sebesar 81,80%.
X Dukungan Keluarga
Y Kunjungan Antenatal
79
Gambar 4.4
Curve estimasi hubungan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal Di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
Dari curve estimasi dapat kita lihat bahwa terdapat perubahan yang terpola dari nilai y (kunjungan antenatal) yang diikuti perubahan nilai x (dukungan keluarga ibu hamil), dimana semakin keluarga mendukung maka kunjungan antenatal dilakukan sesuai standar, begitu pula sebaliknya semakin keluarga tidak mendukung maka kunjungan antenatal dilakukan tidak sesuai standar. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
B. Pembahasan Pada bagian ini peneliti akan menjawab masalah penelitian apakah ada hubungan sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal. Pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel yaitu sosial ekonomi ibu hamil (pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan), dukungan keluarga ibu hamil, dan kunjungan antenatal. 1. Sosial Ekonomi ibu hamil a. Pendapatan ibu hamil
80
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar ibu hamil berpendapatan rendah yaitu sebesar 76,20%. Pendapatan sering dihubungkan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan
maupun
pencegahan.
Seseorang
yang
kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak mempunyai cukup uang (Notoatmodjo S, 2003: 17). Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, pendapatan keluarga di Kabupaten Bojonegoro, dibedakan menjadi pendapatan rendah (dibawah Rp. 870.000,-/ bulan), pendapatan sedang (Rp. 870.000,- s/d Rp. 1.150.000,-/ bulan) dan pendapatan tinggi (diatas Rp. 1. 150.000,-/ bulan) (Badan Pusat Statistik, 2011). Ibu hamil berpendapatan rendah dikarenakan ibu hamil hanya mengandalkan pendapatan dari hasil pertanian saja. Meskipun sebagian besar ibu hamil bekerja, akan tetapi memperoleh pendapatan yang rendah. Dengan pendapatan rendah ini ibu hamil akan cenderung memenuhi kebutuhan dasar saja. b. Pendidikan Ibu Hamil Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar ibu hamil berpendidikan dasar yaitu sebesar 71,40%.
Menurut Nursalam dan Siti Pariani (2001: 132) semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, sehingga
81
semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula sebaliknya. Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas : pendidikan dasar (SD, SMP/ sederajat), Pendidikan menengah (SMA/ sederajat), penddikan tinggi (Akademi/ Perguruan Tinggi) Ibu hamil berpendidikan dasar (SD, SMP/sederajat) dikarenakan di Desa Tlogohaji hanya terdapat jenjang pendidikan dasar saja, selain itu terdapat anggapan masyarakat desa bahwa seorang wanita tidak perlu mempunyai pendidikan yang tinggi. Ibu hamil dengan pendidikan dasar akan memiliki pola pikir cenderung lebih sempit/ sederhana dan menyebabkan informasi yang disampaikan lebih sulit untuk diterima serta dimengerti.
c. Pekerjaan Ibu Hamil Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar ibu hamil yang bekerja sebesar 76,20%. Bekerja diartikan sebagai melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang dan atau barang, dalam kurun waktu (time reference) tertentu (Mantra IB, 2009: 225). Menurut Nursalam dan Siti Pariani (2001: 133), bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Pekerjaan ibu hamil dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu bekerja (buruh/ pegawai tidak tetap, swasta, PNS/ ABRI) dan tidak bekerja atau ibu rumah tangga.
82
Ibu hamil tetap memilih bekerja dikarenakan tuntutan ekonomi. Mata pencaharian utama di desa Tlogohaji adalah bertani. Dengan bekerja bertani tentu akan menyita banyak waktu terlebih lagi ibu hamil juga masih mengurusi pekerjaan rumah tangga.
2. Dukungan Keluarga Ibu Hamil
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa lebih dari sebagian keluarga ibu hamil tidak mendukung sebesar 52,40%. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian pada tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa lebih dari sebagian suami ibu hamil berpendidikan dasar sebesar 66,67%. Dukungan keluarga yang paling penting dalam kehamilan adalah dukungan suami. Dukungan suami terhadap kehamilan istri yang dapat menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri (Dagun, 2002: 25). Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan, dukungan dan perhatian seorang suami terhadap istri yang sedang hamil yang akan membawa dampak bagi sikap bayi. Dukungan suami ini dipengaruhi oleh sosial budaya, pendapatan dan tingkat pendidikan, dimana semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif (Dagun, 2002: 26). Ibu hamil tidak mendapat dukungan keluarga dikarenakan tingkat pendidikan suami yang kurang, suami ibu hamil berpendidikan dasar (SD/ SMP
83
sederajat) menyebabkan kecenderungan berpikir lebih sempit dan sederhana sehingga kemampuan untuk menerima informasi tentang kesehatan kehamilan istri sangat sedikit. Selain itu, terdapat anggapan dari suami bahwa ibu hamil hanya perlu melakukan kunjungan antenatal jika ibu mengalami keluhan dalam kehamilannya. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan kehamilan istri. 3. Kunjungan Antenatal Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa lebih dari sebagian ibu hamil melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar sebesar 61,90%. Kunjungan antenatal adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya ataupun di posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil dan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Kunjungan antenatal sesuai standar minimal melakukan kunjungan 1x pada trimester 1, kunjungan 1x pada trimester 2, dan kunjungan 2x pada trimester 3 (Depkes RI, 2005). Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar dikarenakan adanya anggapan bahwa pemeriksaan kehamilan baru akan dilakukan jika ibu sudah mengalami telat haid selama 2 bulan berturut-turut
84
sehingga kunjungan antenatal yang pertama kali (K1) dilakukan pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu atau pada Trimester kedua bukan merupakan K1 murni melainkan K1 akses. 4. Hubungan sosial ekonomi ibu hamil dengan kunjungan antenatal a. Hubungan pendapatan ibu hamil dengan kunjungan antenatal
Sesuai dengan curve estimasi pada gambar 4.1 menunjukkan ada hubungan pendapatan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Semakin pendapatan ibu hamil meningkat maka semakin ibu hamil melakukan kunjungan antenatal sesuai standar. Pendapatan keluarga yaitu besarnya penghasilan yang dinilai dengan uang yang diperoleh keluarga dalam 1 bulan (Badan Pusat Statistik, 2011). Pendapatan sering dihubungkan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang yang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak mempunyai cukup uang (Notoatmodjo S, 2003: 17). Pada masyarakat kebanyakan, 75%-100% penghasilannya dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya. Sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak mempunyai kemampuan untuk membayar (Cholil et all dalam Bobak, 2004). Kunjungan antenatal adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar
85
pelayanan kebidanan baik di posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil (Depkes RI, 2005). Ibu hamil berpendapatan rendah melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar dikarenakan ibu hamil berpendapatan rendah cenderung hanya bisa memenuhi kebutuhan dasar saja serta ibu hamil juga membutuhkan biaya transportasi untuk datang ke Polindes meskipun untuk pelayanan antenatal di Polindes sudah tidak dikenakan biaya lagi. b. Hubungan pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal
Sesuai dengan curve estimasi pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Semakin pendidikan ibu hamil meningkat maka semakin ibu hamil melakukan kunjungan antenatal sesuai standar. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula sebaliknya. (Nursalam dan Pariani S. 2001: 132). Kunjungan antenatal adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan baik di posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil (Depkes RI, 2005).
86
Ibu hamil berpendidikan dasar melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar dikarenakan ibu hamil kurang bisa memahami informasi dan kurangnya wawasan serta pendidikan ibu hamil menyebabkan ibu hamil tidak memahami tentang pentingnya kunjungan antenatal sesuai standar, sehingga berdampak ibu hamil tidak mengetahui keadaan dan kesehatan ibu serta janinnya. c. Hubungan pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan antenatal
Sesuai dengan curve estimasi pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa ada hubungan pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Semakin ibu hamil bekerja maka semakin ibu hamil melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar. Bekerja diartikan sebagai melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang dan atau barang, dalam kurun waktu (time reference) tertentu (Mantra IB, 2009: 225). Menurut Nursalam dan Siti Pariani (2001: 133), bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Kunjungan antenatal adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan baik di posyandu, pondok bersalin desa, maupun kunjungan rumah dengan ibu hamil (Depkes RI, 2005).
87
Ibu hamil yang bekerja tidak melakukan kunjungan antenatal sesuai standar dikarenakan ibu hamil yang bekerja akan lebih menghabiskan waktunya dalam pekerjaan dan setelah selesai bekerja pun ibu hamil masih tetap melakukan pekerjaan rumah tangga di rumah. Alasan ibu hamil tetap akan lebih memilih untuk bekerja karena dapat membantu mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga hal ini akan berdampak ibu hamil cenderung melakukan penundaan dalam melakukan kunjungan antenatal. 5. Hubungan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal
Sesuai dengan curve estimasi pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Semakin ibu hamil tidak mendapatkan dukungan keluarga maka semakin ibu hamil melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar. Dukungan keluarga yang paling penting dalam kehamilan adalah dukungan suami. Dukungan suami terhadap kehamilan istri yang dapat menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri (Dagun, 2002: 25). Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan, dukungan dan perhatian seorang suami terhadap istri yang sedang hamil yang akan membawa dampak bagi sikap bayi. Dukungan suami ini dipengaruhi oleh sosial budaya, pendapatan dan tingkat pendidikan (Dagun, 2002: 26). Kunjungan antenatal adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan sesuai
88
dengan standar pelayanan kebidanan baik di posyandu, pondok bersalin desa, maupun kunjungan rumah dengan ibu hamil (Depkes RI, 2005). Ibu hamil tidak mendapat dukungan keluarga melakukan kunjungan antenatal sesuai standar dikarenakan adanya anggapan bahwa ibu hamil hanya melakukan kunjungan jika mengalami keluhan saja, selain itu dengan kurangnya pendidikan suami menyebabkan kemampuan untuk menerima informasi tentang kesehatan kehamilan istri sangat sedikit dan berdampak ibu hamil kurang mendapatkan perhatian dalam masa kehamilannya salah satunya dalam melakukan kunjungan antenatal.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan hasil penelitian tentang hubungan sosial ekonomi dan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan penelitian serta dikemukakan saran-saran yang sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. A. Kesimpulan Kesimpulan yang disajikan penelitian ini merupakan hasil akhir dari keseluruhan kegiatan penelitian, dapat dipaparkan sebagai berikut :
89
1. Dari seluruh ibu hamil yang diteliti, sosial ekonomi dari ibu hamil dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Sebagian besar ibu hamil berpendapatan rendah yaitu sebesar 76,20%. b. Sebagian besar ibu hamil berpendidikan dasar (SD, SMP/ sederajat) sebesar 71,40%. c. Sebagian besar ibu hamil yang bekerja sebesar 76,20%. 2. Lebih dari sebagian keluarga ibu hamil tidak mendukung kunjungan antenatal sebesar 52,40%. 3. Lebih dari sebagian ibu hamil melakukan kunjungan antenatal tidak sesuai standar sebesar 61,90%.
4. Ada hubungan pendapatan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. 5. Ada hubungan pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. 6. Ada hubungan pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. 7. Ada hubungan dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan antenatal di Desa Tlogohaji Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
B. Saran 1. Bagi Ibu Hamil dan Suami
90
Diharapkan ibu hamil harus lebih aktif untuk mendapatkan informasi tentang kunjungan antenatal melalui penyuluhan dari bidan atau petugas kesehatan lainnya dari berbagai media yang ada. Keluarga bisa memprioritaskan pendapatan keluarga untuk biaya transportasi menuju tempat pelayanan antenatal. Selain itu, keluarga ibu hamil harus selalu mendukung dan berpartisipasi dalam melakukan kunjungan antenatal, karena hal ini sangat diperlukan dalam memantau keadaan dan kesehatan ibu dan janinnya sehingga keluarga tidak akan kesulitan dalam mengambil keputusan secara efektif. 2. Bagi Puskesmas Sumberrejo Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan harus lebih aktif mempromosikan tabulin, dasolin, gerakan sayang ibu (GSI) dan suami siaga sehingga suami selalu mendukung sekaligus turut berperan serta menemani ibu dalam melaksanakan kunjungan antenatal. Selain itu, diharapkan bidan dapat melakukan kunjungan rumah dalam rangka pelayanan antenatal. Sedangkan untuk Puskesmas diharapkan dapat menyediakan dana transportasi untuk kunjungan rumah tersebut. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bahan bacaan atau tambahan pustakaan bagi mahasiswa. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti masalah yang sama untuk mencari kemungkinan faktor-faktor penyebab lain dan ditemukan solusi
91
yang tepat. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang hubungan sosial budaya ibu hamil dengan kunjungan antenatal.