JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA VOLUME 9, NO.1, APRIL 2014: 96-108_____________________________________________________________
Hubungan Persepsi Siswa terhadap Punishment yang Diberikan Guru dan Kecerdasan Emosi dengan Kedisiplinan Janus Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Abstract This study aimed to determine the relationship of students' perceptions of punishment given to teachers and emotional intelligence with discipline. The subjects of this study were junior high school students of Kristen Petra 3 Surabaya eight grade, totaling 127 students. Data collection tools used in this study was scale of students' perception of punishment provided by the teacher, scale of emotional intelligence, and scale of discipline. Based on anareg, obtained anareg correlation coefficient F = 1.085, p = 0.341 (p > 0.05). This means that together there is no relationship between students' perceptions of punishment given to teachers and emotional intelligence discipline. Independent variable partial test students' perception of the teacher's punishment resulted in p = 0.155 (p > 0.05), this shows the independent variable students' perceptions of teachers' punishment given nothing to do with discipline. Partial test of emotional intelligence independent variable produces a p-value = 0.584 (at p > 0.05), the independent variables of emotional intelligence showed no relationship with the discipline. Keywords: discipline, perception of punishment, emotional intelegence. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa terhadap punishment yang diberikan guru dan kecerdasan emosi dengan kedisiplinan. Subyek penelitian ini adalah Siswa Sekolah Menengah Pertama Kristen Petra 3 Surabaya kelas VIII, berjumlah 127 siswa. Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah skala persepsi siswa terhadap punishment yang diberikan guru, skala kecerdasan emosi, dan skala kedisiplinan. Berdasarkan hasil anareg diperoleh koefisien korelasi F = 1,085, p = 0,341 (p>0,05). Ini berarti secara bersama-sama tidak ada hubungan antara persepsi siswa terhadap punishment yang diberikan guru dan kecerdasan emosi dengan kedisiplinan. Uji parsial variabel bebas persepsi siswa terhadap punishment yang diberikan guru menghasilkan p = 0,155 (p>0,05), ini menunjukkan variabel bebas persepsi siswa terhadap punishment yang diberikan guru tidak ada hubungan dengan Kedisiplinan. Uji parsial variabel bebas kecerdasan emosi menghasilkan nilai p = 0,584 (pada p>0,05), ini menunjukkan variabel bebas kecerdasan emosi tidak ada hubungan dengan kedisiplinan. Kata kunci: kedisiplinan, persepsi terhadap punishment, kecerdasan emosi.
Pengantar1
mendasari
hampir
keseluruhan
aspek
Kedisiplinan sebagai sebuah modal besar
kehidupan manusia baik di rumah bersama
untuk sukses dalam meraih cita-cita bahkan
dengan orang tua dan saudara, maupun di
merupakan motto di banyak lembaga atau
sekolah bersama dengan guru, karyawan dan
perusahaan sebagai syarat untuk mencapai
teman-teman
target usaha yang direncanakan. Kedisiplinan
masyarakat
sekolah bersama
juga dengan
di
tengah anggota
masyarakat lainnya. Dalam dunia kemiliteran, Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi: Tommy Hari Firmanda, S.Psi., M.Si., Magister Psikologi Universitas Airlngga, Jl. Airlangga 4-6 Surabaya. Email:
[email protected]
kedisiplinan adalah sesuatu yang harus ada untuk dimiliki oleh setiap personil. Disiplin merupakan suatu keharusan dan pola hidup 96
PERSEPSI TERHADAP PUNISHMENT, KECERDASAN EMOSI, DAN KEDISIPLINAN
yang harus dijalani. Disiplin sudah harus
bahwa untuk membentuk satu sikap hidup,
dibentuk
perbuatan dan kebiasaan dalam mengikuti,
sejak
masa
pendidikan
dasar
keprajuritan. Ia juga menambahkan bahwa
mentaati
Pembinaan dan Pengasuhan merupakan salah
berlaku, orang dapat mengembangkannya
satu cara pembentukan disiplin bagi Prajurit di
melalui kesadaran diri dan kebebasan dirinya
mana pola pembinaan tersebut diberikan
dalam mentaati dan mengikuti aturan yang
melalui intensitas kegiatan disertai doktrin
ada. Menurut Arikunto (1990), “Peraturan dan
bagi anggota TNI. Keharusan kedisiplinan
tata tertib merupakan dua hal yang sangat
pada dunia kemiliteran ini kemudian menuntut
penting
diberlakukannya suatu peraturan dan ketentuan
sebuah organisasi yang menyelenggarakan
demi lancarnya penegakan disiplin dalam
pendidikan”.
tubuh organisasi militer.
peraturan
Dalam dunia pendidikan, kedisiplinan
dan
mematuhi
bagi
peraturan
kehidupan Untuk
dan
sekolah sebagai
menjaga
tata
yang
tertib
berlakunya diperlakukan
kedisiplinan dari semua personil sekolah.
bagi para guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam melaksanakan tugas dan
Kedisiplinan
kewajibannya. Dengan demikian kedisiplinan
Disiplin, berasal dari kata latin yaitu
seorang guru menjadi tuntutan yang sangat
disciplina artinya latihan atau pendidikan
penting
kesopanan
untuk
dimiliki
dalam
upaya
dan
kerohanian
serta
menunjang dan meningkatkan kinerja dan di
pengembangan tabiat. Aspek edukatif yang
sisi lain akan memberikan teladan bagi siswa
terkandung dalam pengertian disciplin akan
bahwa disiplin sangat penting bagi siapapun
lebih jelas apabila dilihat dari kata kerja
apabila ingin sukses. Ridwan Rhomadani,
dicere, artinya mengajar. Disciplinare berarti
mengatakan, bahwa kedisiplinan siswa khusus
mengajar, mendidik, dan mengembangkan.
dalam belajar adalah hal utama yang harus
Berdasarkan
dimiliki siswa untuk mencapai prestasi yang
pengertian
baik.
pengembangan sikap yang layak terhadap
Di
sekolah
siswa
diharapkan
memperoleh ilmu secara maksimal yang nantinya akan berguna dalam lingkungan
disiplin
di
disiplin secara
belajar
merupakan
berkaitan
maka dengan
Para ahli memberikan pengertian disiplin seperti
kegiatan
tersebut
pekerjaan.
masyarakat. Dalam seluruh proses pendidikan sekolah,
pengertian
berikut.
Pertama,
umum,
menyatakan
berhasil
tujuan
"behavior in accourdance with the rules (as of
pendidikan banyak bergantung pada proses
an arganization) promt and willing obedience
belajar yang dialami siswa sebagai anak didik
to the orders of superiors. Systemtic, willing
(Slameto, 2003). Ridwan juga menambahkan,
and purposeful attention to the performance of
JURNAL PSIKOLOGI
pencapaian
disiplin
Webster
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa tidaknya
bahwa
kamus
pengertian merupakan
97
JANUS
assigned tasks; arderly conduct" (Webster,
control”.
1974).
bahwa
berdasar pendapat James Drever di atas,
yang
pengertian disiplin pada mulanya diartikan
suatu
sama
disiplin
Kutipan ini menunjukkan merupakan
mengandung
sikap
kerelaan
mental
mematuhi
Ditinjau
dengan
dari
segi
psikologis,
pendidikan (education) dan
ketentuan dan peraturan norma yang berlaku
latihan (training). Pengertian disiplin yang
dalam tugas dan tanggung jawab.
kemudian
Kedua, pengertian disiplin ditinjau dari
lebih
persoalan
menitikberatkan
pengendalian
pada
perbuatan.
segi etika, sebagaimana dirumuskan oleh John
Pengendalian tersebut dapat terjadi karena ada
Macquarrie, A Dictionarry of Christian Etnics
kekuatan baik yang berasal dari luar maupun
(London: Pres Ltd., 1967), sebagaimana
dari dalam individu yang bersangkutan.
dikutip oleh Balitbang Dikbud,: "Discipline
Drever,(1986)
juga
membedakan
has two related meaning. It may mean the
pengertian disiplin dengan latihan atau usaha
maintenance of certain standard of conduct
yang dimulai dari individu yang bersangkutan
through
by
untuk melakukan suatu tugas dan bukan
appropriate penalties or it may mean the
sekedar asal berbuat. Ini berarti seseorang
training of person so they will conduct
dikatakan
themselves according to given standard". Dari
mengendalikan
definisi di atas secara implisit terkandung tiga
perbuatannya. Kemampuan tersebut berasal
pengertian, yaitu disiplin sebagai (1) suatu
dari subyek (individu) itu sendiri secara
perbuatan, (2) suatu kemauan, dan disiplin
otonom,
sebagai suatu (3) rangkaian pengaturan yang
tersebut ia mampu menyesuaikan tingkah
dimiliki tujuan tertentu (sistem peraturan).
lakunya
the
enforcement
of
them
Ketiga, pengertian disiplin, dilihat dari segi
psikologi
sebagaimana
berdisiplin
kalau
ia
tingkah
sehingga dengan
dengan
mampu lakunya,
pengendalian
patokan-patokan
norma-
norma yang ada di luar subyek. Perlu
yang
ditegaskan di sini bahwa peraturan-peraturan
dikemukakan James (1986), yaitu: “discipline
yang merupakan penjabaran norma-norma
originally synonymous with education in
merupakan
modern usage the root notion in control of
mengarahkan tindakan, jadi bukan prinsip-
conduct either by an external authority, or by
prinsip yang memberi motivasi yang tertanam
the individual himself …at the same time
dalam batin.
training and discipline may be distinguished
kekuatan
pelaksanaan
yang
Keempat, pengertian disiplin, ditinjau
by restricting the letter to self initiated effort in
dari
performing a certain task, as distinct from
Fairshild, Dictionarry of Sosciology (New
merely going through its performance, in
Jersey: Little Field. Adam & Co.,1977),
which case there may be some truth in the
sebagaimana dikutip oleh Balitbang Dikbud,
doctrine as regards discipline, in the sense of
mengatakan: “The ability of individual to
98
segi
sosiologi.
Harry
Partt
JURNAL PSIKOLOGI
PERSEPSI TERHADAP PUNISHMENT, KECERDASAN EMOSI, DAN KEDISIPLINAN
direct his own behavior in accordance with his
cenderung
own needs and with accepted standards of
memengaruhi seseorang untuk juga memiliki
conduct. Trough education, the individual has
perilaku tidak disiplin. Perlakuan-perlakuan
learned to regulate his own behavior from
positif yang eksternal seperti pemberian
within in the main, rather than having entirely
reward misal credit point pada siswa yang
controlled from within in the main, rather than
berprestasi, pintar dan juga pemberian sanksi
having entirely controlled from whithout”.
pengurangan nilai kepada siswa yang tidak
Menurut pendapat Pratt di atas, orang yang
bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
memiliki disiplin diri adalah mereka yang
dapat memengaruhi siswa untuk lebih disiplin.
mampu mengarahkan tingkah lakunya sendiri
Disiplin juga berpengaruh terhadap hasil
sesuai dengan kebutuhan serta norma-norma
belajar. Hal ini dapat terlihat pada siswa yang
yang
memiliki disiplin yang tinggi akan belajar
diterimanya.
individu
belajar
Melalui mengatur
pendidikan, perbuatannya
sendiri.
dengan
hidup
baik
tidak
dan
menghasilkan
disiplin
akan
teratur
dan
akan
yang
baik
pula.
prsetasi
Secara umum ada dua faktor yang
Demikian sebaliknya faktor-faktor belajar
mempengaruhi kedisiplinan, yaitu: pertaman,
turut berpengaruh terhadap tingkat disiplin
faktor internal artinya berasal dari dalam diri
individu.
sendiri.
Kurangnya
kepekaan
terhadap
Anshari
(1993)
menjelaskan
bahwa
keberadaan diri baik secara emosi, mental,
punishment dalam bahasa keseharian adalah
spiritual menjadikan seseorang lupa akan
pemberian sanksi atau hukuman. Dalam
pengembangan kedisiplinan
pada dirinya.
pengertian terminologi, punishment adalah
Sebaliknya kepekaan terhadap keberadaan diri
suatu perbuatan yang dilakukan secara sadar
dapat membantu seseorang untuk segera sadar
dan sengaja yang menyebabkan penderitaan
menjalani
terhadap seseorang yang menerima hukuman,
kehidupan
Peningkatan
aktivitas
lebih yang
disiplin. positif
di
sebagai akibat dari kesalahan yang dibuatnya.
masyarakat seperti menghormati, menolong,
Hubungannya dengan pendidikan, sebenarnya
hidup tertib adalah faktor-faktor internal yang
punishment
dapat meningkatkan kedisiplinan diri.
pendidikan represif yang disebut juga alat
Kedua, faktor eksternal; artinya berasal
juga
termasuk
dalam
alat
pendidikan kuratif atau koreksi.
dari luar diri. Lingkungan sekitar dimana seseorang berada merupakan faktor juga dapat
Kecerdasan Emosi
memengaruhi diri seseorang untuk disiplin
Daniel Goleman (1993), menjelaskan
atau tidak disiplin diri. Lingkungan tempat
“Emosi” berasal dari bahasa latin yaitu
tinggal
movere,
di
daerah
kumuh,
golongan
pengangguran, pengemis, anak jalanan yang JURNAL PSIKOLOGI
yang
berarti
“menggerakkan,
bergerak”. Emosi adalah suatu perasaan dan 99
JANUS
pikiran yang khas, suatu keadaan fisiologis
4) Empati, empati adalah kemampuan untuk
dan biologis, dan serangkaian kecenderungan
merasakan yang dirasakan orang lain, mampu
untuk bertindak. Sedang, kecerdasan emosi
memahami perspektif mereka, menumbuhkan
adalah
kemampuan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan
impuls
emosional,
membaca
untuk mengendalikan
perasaan
kemampuan orang
untuk
lain,
dan
diri dengan bermacam-macam orang. 5) Keterampilan
sosial,
keterampilan
sosial
kemampuan untuk membina hubungan yang
adalah kemampuan untuk menangani emosi
baik dengan orang lain. Ia juga menjelaskan
dengan baik ketika berhubungan dengan orang
tentang konsep kecerdasan emosional; dimana,
lain dan dengan cermat membaca situasi dan
konsep kecerdasan emosional meliputi lima
jaringan sosial, mampu berinteraksi dengan
wilayah utama, yaitu : a) mengenali emosi
lancar,
diri; b) mengelola emosi; c) memotivasi diri
keterampilan ini untuk mempengaruhi dan
sendiri; d) mengenali emosi orang lain; dan e)
memimpin,
membina hubungan.
menyelesaikan perselisihan serta untuk bekerja
Kecerdasan
Emosi
memiliki
menggunakan
keterampilan-
bermusyawarah
dan
sama dan bekerja dalam tim.
karakteristik. Goleman (2006) karakteristik itu
Goleman (2006) menambahkan bahwa
meliputi: 1) kesadaran diri, kesadaran diri
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
adalah kemampuan individu untuk mengetahui
kecerdasan emosi seseorang, yaitu faktor yang
apa yang dirasakan pada suatu saat dan
bersifat bawaan atau genetik (temperamen),
menggunakannya
memandu
faktor yang berasal dari lingkungan keluarga
pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki
(cara asuh orang tua), dan faktor pendidikan
tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri
emosi yang diperoleh siswa di sekolah.
dan kepercayaan diri yang kuat. 2) Pengaturan
Menurut Goleman (2006) kecerdasan emosi
diri,
itu tumbuh seiring pertumbuhan seseorang
pengaturan
untuk
diri
yaitu
kemampuan
individu menangani emosi sedemikian baik sehingga
berdampak
positif
sejak lahir hingga ia meninggal dunia.
kepada
pelaksanaan tugasnya, peka terhadap kata hati
Metode
dan sanggup menunda kenikmatan sebelum
Subyek penelitian adalah 127 siswa (dari
tercapainya suatu sasaran, mampu pulih
tiga kelas VIII SMP Kristen Petra 3 Surabaya).
kembali
dari
tekanan.
Motivasi,
Teknik sampling yang digunakan adalah
menggunakan hasrat yang paling dalam untuk
simple random sampling sebagaimana yang
menggerakkan dan menuntun individu menuju
dianjurkan oleh Isaac dan Michael (dalam
sasaran,
Sukardi, 2011).
membantu
3)
individu
mengambil
inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi. 100
Pengukuran penelitian
terhadap
dilakukan
tiga dengan
variabel skala
JURNAL PSIKOLOGI
PERSEPSI TERHADAP PUNISHMENT, KECERDASAN EMOSI, DAN KEDISIPLINAN
kedisiplinan, skala Persepsi atas Punishment,
normalitas
dan skala kecerdasan emosi. Pada setiap
mengetahui kenormalan distribusi sebaran skor
pertanyaan baik yang favourabel maupun yang
variabel dan apabila terjadi penyimpangan
unfavourabel
pilihan
maka seberapa besar penyimpangan tersebut.
jawaban yaitu Sangat sesuai dengan kenyataan
Untuk menguji Normalitas Sebaran digunakan
pada diri saya (SS), Sesuai dengan kenyataan
teknik Kolmogorov-Smirnov (Hadi, 2000). Uji
pada diri saya (S), tidak selalu sesuai dengan
normalitas
kenyataan pada diri saya (R), tidak sesuai
koefisien Z Kolmogorov-Smirnov sebesar:
dengan kenyataan diri saya (TS), sangat tidak
0,912 pada p = 0,377 untuk variabel Persepsi
sesuai dengan kenyataan pada diri saya (STS)
siswa terhadap punishment yang diberikan
dan skor 5,4,3,2,1 untuk pernyataan yang
guru; dan 0,879 pada p = 0,422 untuk variabel
favourabel serta 1,2,3,4,5 untuk pernyataan
kecerdasan emosi; serta 0,649 pada p = 0,794
yang unfavourabel.
untuk variabel kedisiplinan diri.
disertai
dengan
5
sebaran
sebaran
bertujuan
menunjukkan
untuk
harga
Sebelum dipergunakan untuk mengukur
Oleh karena seluruh variabel memiliki
variabel, masing-masing skala diuji terlebih
harga p > 0,05, maka seluruh variabel
dahulu
dinyatakan
validitas
dan
reliabilitasnya.
Uji
validitas skala dilakukan dengan korelasi
memiliki
sebaran
nilai
yang
normal.
teknik coreccted item – total correlation
Setelah dilakukan uji validitas dan
(koefisien korelasi item-total), yaitu dengan
realibilitas maka kemudian diteruskan dengan
mengkorelasikan antara skor tiap item dan
uji linieritas untuk menganalisi data. Menurut
skor total dan melakukan korelasi terhadap
Hadi (2000) sebelum uji korelasi atau regresi
koefisien korelasi yang overestimasi. Teknik
sebaiknya
analisis untuk uji validitas dilakukan dengan
linieritas hubungan untuk memastikan apakah
program SPSS for Windows Versi 16. Sebagai
derajat hubungan antara variabel bebas dengan
kriteri pemilihan item berdasarkan item total
variabel tergantung linear atau tidak. Apabila
digunakan batasan rlx > 0,30 (Azwar, 2007).
variabel bebas dan variabel tergantung tidak
Namun untuk uji validitas skala digunakan
linear maka korelasinya sangat rendah. Linear
kriteria 0,75 dengan pertimbangan agar item
dan
yang lolos jumlahnya masih mendekati jumlah
peluang ralat p bedanya.
keseluruhan item yang diujicobakan.
dilakukan
tidaknya
terlebih
korelasi
dahulu
disimpulkan
uji
dari
Setelah dilakukan uji linieritas diperoleh
Sebelum dilakukan analisis data, ada
hasil sebagai berikut: 1)Hasil uji linieritas
prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu uji
hubungan antara variabel bebas X1 (persepsi
asumsi. Uji asumsi yang dipersyaratkan untuk
siswa terhadap punishment guru) dengan
analisis regresi adalah: uji normalitas sebaran
variabel
variabel tergantung (Y): kedisiplinan. Uji
menunjukkan harga F = 1,878 pada p = 0,173
JURNAL PSIKOLOGI
tergantung
Y
(kedisiplinan)
101
JANUS
(p>0,05), maka dapat disimpulkan antara
analisis
variabel tergantung
bebas
(X1)
(Y)
tidak
untuk
menguji
hipotesis
yang
dengan
variabel
diajukan. Adapun hipotesis yang diajukan
memenuhi
kaidah
yaitu pertama, Ada hubungan positif antara
linieritas hubungan.
persepsi siswa terhadap punishment yang
Hasil uji linieritas hubungan antara
diberikan guru dan kecerdasan emosi dengan
variabel bebas X2 (Kecerdasan Emosi) dengan
kedisiplinan
varibel
diri)
persepsi siswa terhadap punishment yang
menunjukkan harga F = 0,117 pada p = 0,733
diberikan guru dan semakin tinggi kecerdasan
(p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
emosi
antara variabel bebas (X2) dengan variabel
kedisiplinan diri siswa. Kedua, ada hubungan
tergantung (Y) juga tidak memenuhi kaidah
positif Persepsi Siswa Terhadap Punishment
linieritas hubungan.
yang diberikan guru dengan kedisiplinan diri,
tergantung
Y
(kedisiplinan
Selain uji linieritas juga dilakukan Uji multikolinieritas.
Uji
multikolinearitas
diri,
sisiwa,
dimana
maka
semakin
semakin
baik
tinggi
dimana semakin baik persepsi siswa terhadap punishment
yang
diberikan
guru
maka
dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan
semakin tinggi Kedisiplinan diri siswa. Ketiga,
linear yang sempurna atau pasti di antara
Ada hubungan positif
beberapa atau semua variabel penjelas dalam
dengan kedisiplinan diri, dimana semakin
model
tinggi kecerdasan emosi siswa, maka semakin
regresi.
Untuk
mengetahui
atau
mendeteksi adanya kolinieritas adalah dengan
kecerdasan emosi
tinggi kedisiplinan diri siswa.
melihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF). Aturan yang digunakan adalah terdapat
Hasil
kolinieritas apabila nilai VIF lebih besar dari
Untuk menganalisis data yang diperoleh
10. Nilai VIF diperoleh dengan melakukan
digunakan analisis Regresi karena merupakan
regresi
analisis yang luwes dan kuat (Hadi 2000)
secara
parsial
dan
kemudian
menghitung nilai VIF.
karena sekali jalan dapat mengorelasikan
Berdasarkan perhitungan nilai Variance
sejumlah variabel bebas (pertama: Persepsi
Inflation Factor (VIF) kedua variabel bebas
siswa terhadap punishment yang diberikan
yakni persepsi siswa terhadap punishment
guru, kedua: Kecerdasan Emosi) dengan
yang diberikan guru dan kecerdasan emosi
variabel tergantung (Kedisiplinan) serta dapat
adalah sebesar 1,022 yang berarti < 2.
memberi
Sehingga dikatakan antar variabel bebas dalam
keperluan prediksi, estimasi atau prakiraan.
penelitian
ini
tidak
terjadi
persoalan
multikolineritas. Setelah semua uji asumsi dilakukan dan persyaratan terpenuhi kemudian dilakukan 102
dasar-dasar
yang
Untuk mengetahui
kuat
untuk
apakah variabel-
variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap
variabel
Tergantung
digunakan uji F. Derajat kepercayaan yang JURNAL PSIKOLOGI
PERSEPSI TERHADAP PUNISHMENT, KECERDASAN EMOSI, DAN KEDISIPLINAN
digunakan adalah 0,002. Apabila nilai F hasil
Korelasi Parsial
perhitungan lebih besar daripada nilai F
Untuk mengetahui apakah ada hubungan
menurut tabel, maka hipotesis alternatif yang
yang positif antara Variabel bebas (X1):
menyatakan bahwa semua variabel Bebas,
persepsi siswa terhadap punishment yang
secara
diberikan guru dengan variabel tergantung (Y)
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap variabel Tergantung.
kedisiplinan diri dan variabel bebas (X2):
Analisa regresi
kecerdasan emosi dengan variabel tergantung ANOVAb
(Y): kedisiplinan dilakukan dengan uji r.
Model
F
Sig.
Regression
1.085
.341a
Hubungan
antara
Persepsi
Siswa
terhadap punishment yang diberikan guru dengan kedisiplinan diri berdasarkan uji r
a.
Predictors:(Constant),
Variabel
(X2)_kecerdasan_emosi, (X1)_persepsi
variabel
bebas
diperoleh = 0,128 yang arah korelasinya
bebas
positif, sedangkan t hitung sebesar 1,432 pada
siswa_terhadap_punishment_yang
diberikan guru b.
Dependent
Variabel/
variabel
tergantung:
(Y)_Kedisiplinan _diri
sebagaimana
ada korelasi posistif namun tidak signifikan antara persepsi siswa terhadap punishment
Hasil olah statistik dengan analisa regresi
p = 0,155 (p>0,05). Ini berarti secara parsial
tampak
pada
tabel
ANOVA di atas, menunjukkan harga koefisien F = 1,085 pada p = 0,341 (p > 0,05). Temuan ini menunjukkan secara bersama-sama, ada korelasi positif namun tidak signifikan antara
dengan kedisiplinan diri. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan, Ada hubungan positif
antara persepsi siswa terhadap
punishment yang diberikan guru dengan kedisiplinan diri tidak diterima. Hubungan
antara
kecerdasan
emosi
persepsi siswa terhadap punishment guru dan
dengan kedisiplinan diri berdasarkan uji r
kecerdasan emosi dengan kedisiplinan diri.
diperoleh = (-) 0,049 yang arah korelasinya
Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan
negatif, sedangkan t hitung sebesar (-) 0,549
ada hubungan positif antara persepsi siswa
pada p = 0,584 (p>0,05).
terhadap punishment yang diberikan guru dan
hubungan negatif antara Kecerdasan Emosi
kecerdasan emosi dengan kedisiplinan diri,
dengan Kedisiplinan Diri. Dengan demikian,
dimana semakin baik persepsi siswa terhadap
hipotesis yang menyatakan, Ada hubungan
punishment yang diberikan guru dan semakin
positif
tinggi kecerdasan emosi siswa, maka semakin
kedisiplinan diri, tidak diterima.
tinggi kedisiplinan diri siswa, tidak diterima.
antara
emosi
dengan
Sumbangan Efektif Untuk hubungan
JURNAL PSIKOLOGI
kecerdasan
Ini berarti ada
mengetahui dari
beberapa
seberapa
besar
variabel
dalam 103
JANUS
pengertian
yang
lebih
digunakan
memengaruhi cara pandang terhadap suatu
Koefisien determinasi (R2). Koefisien menurut
sanski dan cara merespon sebuah tugas; 2) rasa
Hadi (2000) akan menjelaskan seberapa besar
jenuh dari para siswa sehingga mengisi angket
perubahan atau variasi pada variabel yang lain.
dengan asal-asalan tanpa mencerna dengan
Dalam bahasa sehari-hari adalah kemampuan
baik, ini terlihat dari komentar spontan para
variabel bebas untuk berkontribusi terhadap
siswa yang mengatakan, “masih ada lagi tah
variabel tetapnya dalam satuan persentase.
pak?”
Nilai koefisien ini antara 0 dan 1, jika hasil
peneliti sehingga kurang pula keseriusan dari
lebih
kemampuan
responden untuk mengisi angket tersebut. Dan,
dalam
untuk 98,3% variabel lain yang tidak diteliti di
menjelaskan variasi variabel amat terbatas.
antaranya, yaitu: 1) Kurangnya kepekaan
Tapi jika hasil mendekati angka 1 berarti
terhadap keberadaan diri, 2) Latar belakang
variabel-variabel
memberikan
lingkungan tempat tinggal, 3) latar belakang
hampir semua informasi yang dibutuhkan
sosial, budaya, ekonomi, pekerjaan orang tua,
untuk memprediksi variasi variabel dependen.
dan sebagainya 4) Perlakuan-perlakuan positif
Data seberapa besar sumbangan variabel bebas
yang eksternal seperti pemberian reward misal
(Persepsi Siswa Terhadap Punishment Guru
credit point pada siswa yang berprestasi dan
dan Kecerdasan Emosi) terhadap variabel
pintar.
mendekati
0
variabel-variabel
jelas
berarti independen
independen
3)cara memotivasi yang kurang dari
tergantung (Kedisiplinan diri) dapat diperoleh dari tabel R2 (R Square).
Diskusi
Harga sumbangan efektif kedua variabel bebas (X) terhadap variabel tergantung (Y) 2
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui apakah ada hubungan persepsi
ditunjukkan dari harga R = 0,017 yang berarti
siswa terhadap punishment yang diberikan
variabel Persepsi Siswa Terhadap Punishment
guru dan kecerdasan emosi siswa dengan
Guru
dan
kedisiplinan. Berdasarkan hasil perhitungan
bersama-sama
analisis data di atas ditunjukkan bahwa, satu,
memberikan pengaruh sebesar 1,7% terhadap
tidak ada hubungan antara persepsi siswa
Kedisiplinan
98,3%
terhadap punishment yang diberikan guru dan
variabel lain yang tidak diteliti yang memberi
Kecerdasan Emosi dengan Kedisiplinan. Ini
pengaruh terhadap Kedisiplinan Diri selain
ditunjukkan dengan harga koefisien F = 1,085
kedua variabel bebas (X) yang diteliti.
pada p = 0,341 (p > 0,05), sehingga kedua
dengan
Kecerdasan
Kedisiplinan
Emosi Diri.
secara
Diri
Sehingga
ada
Hal, ini mungkin dikarenakan beberapa
variabel bebas tersebut secara bersama-sama
faktor, antara lain: 1) latar belakang siswa
tidak bisa dijadikan sebagai prediktor untuk
yang
variabel Kedisiplinan.
berasal
dari
linkungan
mayoritas
ekonomi menengah ke atas yang tentunya 104
JURNAL PSIKOLOGI
PERSEPSI TERHADAP PUNISHMENT, KECERDASAN EMOSI, DAN KEDISIPLINAN
Kedua, hubungan antara persepsi siswa
diperoleh = (-) 0,049 yang arah korelasinya
terhadap punishment yang diberikan guru
negatif, sedangkan t hitung sebesar
dengan
r
pada p = 0,584 (p>0,05). Kecerdasan Emosi
diperoleh = 0,128 yang arah korelasinya
dengan Kedisiplinan arah korelasinya negatif,
positif, sedangkan t hitung sebesar 1,432 pada
hal ini terjadi karena Kecerdasan Emosi lebih
p
=
kedisiplinan
0,155
berdasarkan
(p>0,05).
menunjukkan
bahwa
uji
(-) 0,549
Data
tersebut
memfokuskan pada kedalaman diri atau diri
Hubungan
Persepsi
secara intrinsik, sedang Kedisiplinan pada
Siswa terhadap Punishment yang diberikan
penelitian
guru dengan Kedisiplinan tidak terbukti.
kedisiplinan yang ekstrinsik, yang tampak dan
Perolehan hasil yang tidak signifikan ini dapat
dapat dilakukan, misalnya Disiplin terhadap
disebabkan
Aturan, sehingga tampak tidak searah antara
banyak
faktor.
Salah
satu
diantaranya adalah Persepsi terhadap sebuah Keragaman
pemaknaan
ini
dapat
lebih
memfokuskan
pada
kecerdasan emosi dengan kedisiplinan.
Punishment yang dimaknai beragam oleh para siswa.
ini
Ketika variabel bebas (X1) dengan variabel terikat (Y)
dihitung secara parsial
dikarenakan latar belakang sosial, budaya para
ditemukan hasil bahwa tidak ada korelasi
siswa yang beragam pula. Sebagaimana data
antara Persepsi siswa terhadap Punishment
profil beberapa siswa yang diperoleh melalui
yang diberikan guru dengan Kedisiplinan.
buku biodata siswa dan buku perkembangan
Ketika Variabel bebas (X2) dengan variabel
siswa, juga berdasarkan informasi dari guru
terikat (Y) dihitung secara parsial ditemukan
BK
hasil
serta
wawancara
langsung
dengan
bahwa
tidak
ada
korelasi
antara
beberapa siswa ditemukan profil siswa dengan
Kecerdasan Emosi dengan Kedisiplinan. Ini
latar belakang, broken home (ayah dan ibu
artinya baik secara bersama-sama dan secara
bercerai; orang tua bekerja di luar kota, di luar
parsial, kedisiplinan siswa SMP Kristen Petra
negeri
dan
3 tidak berhubungan dengan persepsi siswa
pendampingan di rumah hanya dengan kakek
terhadap Punishment yang diberikan guru dan
dan nenek), hidup serba berlebihan (semua
kecerdasan emosi siswa, sehingga kedua
kebutuhan dan keinginan cenderung dipenuhi,
variabel bebas tersebut secara parsial tidak
fasilitas lengkap, cenderung dimanja/ jarang
bisa dijadikan sebagai prediktor untuk variabel
dimarah orang tua, dsb). Persepsi yang
Kedisiplinan.
dipengaruhi oleh ragam latar belakang ini juga
menunjukkan bahwa apa yang dikemukakan
mempengaruhi
peneliti terdahulu, seperti penelitian Anshari
sementara
kepengasuhan
bagaimana
para
siswa
Hasil
penelitian
ini
memaknai sebuah punishment yang diberikan
(1993),
mengatakan bahwa punishment
guru kepada mereka.
merupakan alat pendidikan represif yang
Ketiga, Hubungan antara Kecerdasan
disebut juga alat pendidikan kuratif atau
Emosi dengan Kedisiplinan berdasarkan uji r
koreksi, dipersepsi siswa secara beragam.
JURNAL PSIKOLOGI
105
JANUS
Persepsi
yang
beragam
tersebut
bisa
sehingga
berdampak
positif
kepada
dikarenakan faktor latar belakang dari diri
pelaksanaan tugasnya, peka terhadap kata hati
siswa
dapat
dan sanggup menunda kenikmatan sebelum
memengaruhi cara mempersepsikan suatu
tercapainya suatu sasaran, mampu pulih
stimulus.
kembali
tersebut
yang
kemudian
Sebagaimana
Suharnan
(2005),
dari
tekanan.
3)
Motivasi;
mengatakan bahwa hasil suatu persepsi atau
Menggunakan hasrat yang paling dalam untuk
interpretasi mengenai suatu stimulus akan
menggerakkan dan menuntun individu menuju
ditentukan oleh kombinasi antara sifat-sifat
sasaran,
yang ada pada stimulus yang dipersepsi itu
inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk
(bottom-up)
bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.
dengan
pengetahuan
yang
membantu
individu
mengambil
tersimpan di dalam ingatan seseorang yang
Beberapa
karakteristik
relevan dengan stimulus tersebut (top-down).
tersebut
tentunya
Dalam hal ini, latar belakang siswa baik latar
bagaimana siswa bersikap disiplin.
belakang sosial, ekonomi, budaya menjadi indikasi
bagi
keragaman
persepsi
yang
kecerdasan
dapat
emosi
memengaruhi
Mengacu pada berbagai pandangan dan pendapat
tersebut
di
atas
maka
Pada
diberikan siswa terhadap sebuah punishment
pembahasan ini, setelah dilakukan penelitian
yang diberikan guru.
dengan mengambil sampel 127 responden
Hasibuan (2001), menyimpulkan bahwa Kedisiplinan
menekankan
kesadaran
diri
siswa kelas VIII SMP Kristen Petra 3 Surabaya,
maka
hasil
penelitian
sebagai karakteristik dari kecerdasan emosi.
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Ini juga ditunjukkan melalui hasil penelitian
antara Persepsi Siswa Terhadap Punishment
ini, dimana pada penelitian ini ditemukan
Yang Diberikan Guru dan Kecerdasan Emosi
bahwa tidak ada hubungan antara Kecerdasan
dengan Kedisiplinan. Variabel bebas Persepsi
Emosi dengan Kedisiplinan. Daniel Goleman
Siswa Terhadap Punishment Yang Diberikan
(2006), mengatakan bahwa beberapa hal
Guru dan Kecerdasan Emosi secara bersama-
karakteristik
sama dan secara parsial tidak bisa dijadikan
Kecerdasan
Emosi
meliputi:
1)Kesadaran diri; Kesadaran diri adalah
sebagai prediktor untuk Kedisiplinan.
kemampuan individu untuk mengetahui apa yang
dirasakan
pada
menggunakannya
suatu
untuk
saat
dan
memandu
pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. 2) Pengaturan diri;
Pengaturan
diri
yaitu
kemampuan
individu menangani emosi sedemikian baik 106
Kesimpulan dan Saran Penelitian tentang Hubungan Persepsi Siswa terhadap Punishment yang Diberikan Guru
dan
Kecerdasan
Emosi
dengan
Kedisiplinan dilakukan pada 127 siswa kelas VIII SMP Kristen Petra 3 Surabaya Tahun Pelajaran 2012/2013. JURNAL PSIKOLOGI
PERSEPSI TERHADAP PUNISHMENT, KECERDASAN EMOSI, DAN KEDISIPLINAN
Peneliti mengembangkan skala Persepsi
Kedisiplinan. Ini dibuktikan dengan Hasil
terhadap Punishment guru dan Kecerdasan
perhitungan statistik dengan analisa regresi
Emosi
untuk mengukur Persepsi siswa
yang menunjukkan harga koefisien F=1,085
terhadap Punishment guru dan Kecerdasan
pada p=0,341 (p>0,005) untuk hubungan
Emosi siswa. Kedisiplinan diukur melalui
Persepsi Siswa Terhadap Punishment Yang
skala Kedisiplinan yang dikembangkan lewat
Diberikan Guru dan Kecerdasan Emosi dengan
angket
Kedisiplinan.
penelitian.
Dari
data-data
yang
Persepsi
Punishment
asumsi. Semua data telah memenuhi asumsi
Kecerdasan Emosi siswa tidak bisa dijadikan
yang dipersyaratkan analisis regresi ganda
sebagai prediktor untuk Kedisiplinan siswa
untuk
karena sumbangannya kecil sekali.
hipotesis.
Hasil
analisis
memperhatikan:
diberikan
terhadap
penelitian yang terkumpul dilakukan uji
uji
yang
siswa
guru
dan
Dari pemaparan di atas dan berdasarkan
Tidak ada hubungan antara Persepsi
penghitungan statistik seperti tersebut di atas,
siswa terhadap punishment yang diberikan
maka kesimpulan yang diambil adalah bahwa
guru dengan kedisiplinan. Ini dibuktikan
hubungan
Persepsi
dengan
Punishment
Yang
Hasil
perhitungan
statistik
Siswa Diberikan
Terhadap Guru
dan
menunjukkan harga t = 1,432 pada p = 0,155
Kecerdasan Emosi terhadap Kedisiplinan,
(p> 0,05) untuk korelasi Persepsi Siswa
tidak diterima, sehingga kedua variabel bebas:
Terhadap Punishment Yang Diberikan Guru
Persepsi siswa terhadap punishment yang
dengan Kedisiplinan. Persepsi siswa terhadap
diberikan guru dan Kecerdasan Emosi secara
punishment yang diberikan guru tidak bisa
bersama-sama dan secara parsial tidak bisa
dijadikan prediktor untuk kedisiplinan diri
dijadikan prediktor untuk kedisiplinan.
siswa karena sumbangannya kecil sekali.
Berdasarkan apa yang dipaparkan dalam
Tidak ada hubungan Kecerdasan Emosi
perumusan masalah dan hasil penelitian,
dengan Kedisiplinan diri. Ini dibuktikan
berikut dikemukakan saran bagi beberapa
dengan
pihak:
Hasil
perhitungan
statistik
menunjukkan harga t= (-) 0,549 pada p=0,584
Kepada siswa disarankan untuk mampu
(p>0,05) untuk korelasi Kecerdasan Emosi
melihat sisi positif atau mempersepsikan lebih
dengan
ini
tepat pemberian Punishment oleh bapak/ ibu
disimpulkan bahwa kecerdasan emosi tidak
guru untuk kedisiplinan juga pengembangan
bisa dijadikan prediktor untuk Kedisiplinan
diri, misalnya, lebih bisa menghargai orang
siswa.
lain.
Kedisiplinan.
Berdasarkan
Tidak ada hubungan antara Persepsi
Kepada para guru khususnya yang secara
Siswa Terhadap Punishment Yang Diberikan
langsung menangani bidang kesiswaan untuk
Guru
tidak
dan
Kecerdasan
JURNAL PSIKOLOGI
Emosi
dengan
cepat-cepat
memberi
sanksi
atau 107
JANUS
punishment
untuk
tujuan
mendisiplinkan
siswa. Hal ini dikarenakan latar belakang siswa yang beragam. Latar belakang siswa untuk mempersepsikan sesuatu stimulus tentu menjadi
perhatian
penting
sebelum
memberikan punishment yang tepat untuk mereka. Guru semestinya juga tidak cepat menjustifikasi bahwa ketidakdisiplinan siswa dikarenakan kecerdasan emosi yang rendah. Kepada para peneliti lain disarankan untuk melihat dan meneliti aspek-aspek lain untuk dijadikan sebagai variabel bebas yang diharapkan
mampu
memberi
sumbangan
efektif bagi kedisiplinan siswa. Sebagaimana
Kecerdasan
Emosi
berkorelasi negatif terhadap Kedisiplinan, ini juga menjadi catatan penting bagi para peneliti agar lebih fokus dan jelas dalam meneliti. Unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik harus diperhatikan dan dibedakan dengan lebih tegas dan jelas guna mendapatkan hasil yang lebih obyektif dan signifikan.
Hadi, S. (2000). Seri program statistik versi (2000). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Partt, H.F. (1977). Dictionarry of sociology. New Jersey: Little Field. Adam & Co. Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suharnan. (2005). Psikologi Surabaya: Srikandi.
kognitif.
Sukardi .(2011). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suryabrata, S. (2010). Metodologi penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suyanto, A. (1982). Psikologi umum. Jakarta: Aksara Baru. Syamsu, Yusuf LN. (1989). Disiplin diri dalam belajar dihubungkan dengan penanaman disiplin yang dilakukan orang tua dan guru, Tesis, tidak diterbitkan. FPS IKIP Bandung. Tim Penyusun Pusat Bahasa. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Gramendia Pustaka Utama. Tu’u, T. (2004). Peran disiplin pada perilaku dan prestasi siswa. Jakarta: Grasindo.
Kepustakaan
Verina L.H. (2011). Kecerdasan emosional. Diakses 23 Desember 2012, dari: www.secapramana tripod.
Anshari, H.M. (1993). Pengantar ilmu pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
Walgito, B., (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Arikunto, S. (1990). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Webster. (1974). Grolier Webster International Dictionary of the English Language New York: Grolier Incorporated.
Azwar, S. (2007) Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Drever, J. (1986). A Dictionary of psychology Penguin Books Ltd. Harmondwort Midlesex. Goleman, D. (1993). Multiple intelligences. New York: BasicBooks.
108
JURNAL PSIKOLOGI