HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) AL-ISLAM GUNUNG PATI SEMARANG TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
NURUL KHOTIM 111 06 099
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
MOTTO
“Sadar Diri Sadar Posisi”.
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Bapakku Asmawi dan Ibuku Ngaisah yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, perhatian, semangat dan materi yang tulus kepada penulis, hormat dan baktiku kan selalu tertuju untukmu. 2. Istriku tersayang Mutolingah, S.H.I, S.Pd.I yang dengan sabar, memberikan do’a, perhatian, dan semangat kepada penulis. 3. Anakku Mutiara Saroya Nisa yang menjadikan penulis semangat. 4. Saudarku Siti Khoiriyah, Irkham Wahyadi, dan Ikhsan Rosyadi s yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Saudara Iparku Mujrikah, S. Pd.I dan Mutmainnah, yang telah memberikan semangat. 6. Keluarga Besar Bp. Mubasirun, M.Ag ,Ibu Ngamilah,M.S.I & Dahrie T Aji yang telah dengan sabar mendidik & membimbing penulis. 7. Teman-temanku PAI C yang telah memberikan penulis kenangan yang terbaik. 8. Para Dosen yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepadaku. 9. Semua Teman angkatan 2006. 10. Seluruh Civitas Akademik STAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang yang berjudul Hubungan Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al- Islam Gunung Pati Semarang Tahun Ajaran 2011/ 2012. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam di Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, S. Pd, M. Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Dra. Siti Asdiqoh selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 4. Siti Rukhayati, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini kepada penulis.
5. Bapak Drs. Sokeh selaku Kepala MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang yang telah memberikan ijin penelitian ini sehingga penelitian ini dapat selesai. 6. Semua staf dan karyawan perpustakaan yang telah melayani peminjaman buku ini demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan karya tulis yang sederhana ini. 7. Saudaraku, istriku, anakku serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan materi dalam penyusunan skripsi ini. 8. Kedua Orang Tuaku,yang telah memberikan dukungan moral dan materi 9. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini . 10. Seluruh siswa kelas IX, guru dan karyawan MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang. 11. Semua pihak yang terkait dengan ikhlas telah memberikan bantuan baik materi maupun spiritual dalam penulisan skripsi ini.
Salatiga, 26 April 2013 Penulis
NURUL KHOTIM NIM 11106099
ABSTRAK Nurul Khotim.11106099. Hubungan persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al- Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Siti Rukhayati, M. Ag. Persepsi siswa tentang profesionalisme guru adalah proses ketika siswa menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasi kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dimiliki gurunya pada saat mengajar. Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul karena adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar, sehingga seseorang berkeinginan untuk belajar. Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah a). Bagaimana persepsi siswa tentang profesionalisme guru MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/2012? b). Bagaimana Motivasi Belajar siswa kelas IX MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/ 2012? c). Apakah ada hubungan persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa kelas IX MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/2012? Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode angket dan dokumentasi. Jumlah populasi kelas IX 26 siswa. Seluruh siswa kelas IX MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/ 2012 dijadikan responden. Hasil penelitian menunjukkan a). Kompetensi professional guru berada dalam kategori cukup 57,69% dengan responden 15 siswa. b). Motivasi Belajar siswa berada dalam kategori cukup 53,84% dengan responden 11 siswa. c). Terdapat hubungan persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa kelas IX MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/ 2012. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi r hitung sebesar 0,745 lebih besar dari r tabel baik pada taraf signifikan 5% dan 1%.
DAFTAR ISI
JUDUL
i
LEMBAR BERLOGO
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iv
PENGESAHAN
v
MOTTO
vi
PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
viii
ABSTRAK
x
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan Penelitian
3
D. Hipotesis Penelitian
4
E. Kegunaan Penelitian
……………………………………………
4
1. Secara teoritis
5
2. Secara praktis
5
F. Definisi Operasional
5
1. Pengertian Persepsi Siswa…………………………………………
5
2. Pengertian Kompetensi Profesional
6
3. Pengertian Motivasi Belajar
7
G. Metode Penelitian
8
1. Pendekatan Penelitian
8
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
8
3. Populasi
8
4. Metode Pengumpulan Data
9
5. Tekhnik Analisis Data H. Sitematika Penulisan
10 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Profesionalisme Guru
13
1. Pengertian Profesionalisme Guru
13
2. Materi Uji Kompetensi
23
3. Permasalahan Guru
24
B. Motivasi Belajar
35
1. Pengertian Motivasi Belajar
25
2. Cara Membangkitkan Minat Belajar
31
C. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa……………………………………………….
32
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
34
1. Sejarah Berdiri
34
2. Lokasi
34
3. Profil MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang
34
4. Keadaan Guru Dan Karyawan
35
5. Keadaan Siswa
36
6. Struktur Organisasi
38
7. Sarana Dan Prasarana
39
B. Hasil Penelitian
40
BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Pendahuluan
44
a. Mencari Interval
46
b. Mencari prosentase Dan Masing- Masing Kategori
47
B. Analisis Uji Hipotesis
54
a. Membuat Tabel Penolong
54
b. Pembahasan
57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
58
B. Saran
59
C. Penutup
60
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
I. II.
Daftar Guru Dan Karyawan MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang Daftar Siswa MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang
III.
Struktur Organisasi MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang
IV.
Sarana Dan Prasarana
V. VI. VII. VIII. IX. X.
Daftar Responden Daftar nilai Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru Daftar nilai Motivasi Belajar Siswa Hasil angket Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru Nilai Interval Kompetensi Profesional Guru Rekapitulasi Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang
XI. XII.
Nilai Interval Motivasi Belajar Siswa Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Kelas IX MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang
XIII.
Tabel
Penolong
Besarnya
Hubungan
Persepsi
Profesionalisme Guru Dengan Motivasi Belajar XIV.
Signifikansi
Siswa
Tentang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada
dasarnya
terdapat
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subyek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Dalam UUSPN tahun. 2003 Pasal 3 menyatakan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap , kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional. Kompetensi kepribadian dan kompetensi social dari seorang guru merupakan modal dasar bagi guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruannya secara professional. Kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan pengkhususan
komunikasi individu antar guru dan murid.
Kompetensi profesional merupakan tolak ukur seorang guru mampu 1
menguasai kemampuan dasar keguruan. Sikap guru terhadap proses pembelajaran, akan mewarnai perilaku guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Sedangkan mengajar merupakan tugas utama seorang guru yang wajib berdampak positif untuk dirinya dan siswa, baik guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing maupun sebagai pencipta lingkungan belajar. Proses pembelajaran itu merupakan proses interaksi akademis antara guru dan siswa di tempat, pada waktu dengan isi yang diatur sedemikian rupa oleh sekolah dengan aspek-aspek pokok yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kelancaran proses pendidikan dan pengajaran di sekolah banyak ditentukan oleh sikap dan perilaku guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Dengan demikian, guru dituntut untuk cakap dalam membangun motivasi belajar siswanya. Mutaqim (2003: 132) menyatakan peserta didik dalam belajar adalah lebih tergantung pada keadaan sekolah dan iklim emosional yang baik di sekolah, pentingnya stimulasi yang diberikan oleh masyarakat sekolah baik stimulasi fisik maupun non fisik terhadap peserta didik dalam belajar menjadi penentu semangat anak dalam belajar. Menurut pandangan penulis, MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang dirasa perlu untuk dijadikan penelitian karena Madrasah tersebut satu kompleks dengan SMP Al- Islam yang juga dibawah naungan Yayasan Perguruan Al- Islam. Dan Pengajar MTsnya juga beberapa merangkap menjadi Pengajar di SMP. Dari latar belakang di atas, kompetensi profesional guru sangat berpengaruh bagi perkembangan anak terutama motivasi belajar
yang dirasakan anak tersebut, maka penulis memandang perlu untuk mengadakan penelitian dengan mencari sejauh mana hubungannya dan merumuskannya ke dalam penelitian yang berjudul sebagai berikut: Hubungan Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX di MTs Al-Islam Gunung Pati, Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi siswa tentang profesionalisme guru di MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/2012? 2. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas IX di MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/2012? 3. Apakah ada hubungan persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa kelas IX di MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang profesionalisme guru di MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas IX di MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/2012. 3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa kelas IX di MTs AlIslam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/2012.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sedangkan Sutrisno Hadi mengemukakan, bahwa hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar dan mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan menerima fakta-fakkta membenarkannya. (Sutrisno Hadi, 1983). Ada pun hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa kelas IX MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang Tahun Ajaran 2011/2012
E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan praktis. 1. Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, dan secara khusus bagi guru, dan lembaga pendidikan.
2. Secara Praktis Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pemerintah, sekolah dan siswa, diantaranya sebagai berikut: a. Meningkatkan profesionalisme guru. b. Meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Meningkatkan
pemahaman
sekolah,
selaku
lingkungan
yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa secara langsung.
F. Definisi Operasional Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul penelitian, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul di atas, yaitu: 1. Pengertian persepsi siswa Persepsi didefinisiskan sebagai penilaian yang dilakukan individu terhdap suatu benda, manusia atau situasi yang bersifat positif maupun negative (Atkinson ,R.L, Atkinson, R.C & Hilgard 1987). Apabila persepsi individu terhadap sesuatu atau bersifat positif, maka besar kemungkinan sikap maupun perilaku yang ditampilkan juga akan positif. Hal ini sesuai yang dikemukakan Winkel (1996), bahwa setiap siswa yang memandang Belajar di sekolah pada umumnya, atau bidang studi tertentu, Sesutu yang bermanfaat baginya, akan memberikan penilaian Terhadap semua aspek yang berkaitan dengan hal tersebut. Sebaliknya, siswa yang memandang itu semua sebagai sesuatu yang tidak berguna, akan memberikan penilaian yang negatif (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15712 ).
2. Pengertian Profesionalisme Guru Profesionalisme yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan (http://www.medukasi.web.id). Menurut Samana (1994:61) kompetensi profesional mengarahkan pada tuntutan guru untuk mengarah pada mutu guru. Untuk itu guru harus menguasai kesepuluh kemampuan sebagai pendidik professional yang masuk dalam indikator profesionalisme guru, antara lain: a. Guru dituntut menguasai bahan ajar. b. Guru mampu mengelola program belajar mengajar. c. Guru mampu mengelola kelas. d. Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran. e. Guru mengusai landasan kepependidikan. f. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar. g. Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentiangan pengajaran.
h. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan. i. Guru mampu dan mampu ikut menyelenggarakan administrasi sekolah. j. Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran. 3. Pengertian Motivasi Belajar Hasan (1994:42) mengungkapkan bahwa motivasi merupakan dorongan individu untuk melakukan sesuatu seperti yang diinginkan. Dalam hal ini motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar yang dimaksud disini adalah merupakan faktor yang bersifat non intelektual, peranannya yang khas yaitu dalam hal penumbuhan gairah merasa senang dan semangat untuk belajar di sekolah. Indikator Motivasi belajar siswa antara lain: a. Memperhatikan keterangan guru. b. Menanyakan hal-hal yang belum jelas. c. Aktif berpendapat. d. Aktif mengerjakan tugas. e. Rajin belajar. f. Mempunyai buku-buku pegangan.
g. Mempunyai catatan lengkap. h. Jujur dalam mengerjakan tugas. i. Mentaati peraturan sekolah. j. Ikut bimbingan belajar.
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa angkaangka, atau memperlihatkan penerapan pendekatan pengukuran atau numeric terhadap masalah yang diteliti dan juga pada pengumpulan data analisis data (Brannen, 1997:116). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi penelitian: Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 2011/2012. b. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan 25 November 2011 sampai 20 April 2012. 3. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Hadi, 1987: 31). Adapun jumlah siswa kelas IX MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang adalah 26.
4. Metode Pengumpulan Data Untuk memudahkan dalam penelitian, penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode Angket Angket adalah suatu alat mengumpulkan data informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden yang diteliti. (Margono, 1997:167) Metode angket ini digunakan penulis untuk memperoleh data tentang Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru dan Motivasi Belajar Kelas IX di MTs Al-Islam Gunung Pati, Semarang tahun ajaran 2011/ 2012. Metode ini sebagai metode bantu dalam mengumpulkan data tentang Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru dan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX di MTs Al-Islam Gunung Pati, Semarang 2012. b. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai halhal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, raport, surat kabar, majalah, agenda, dll. (Suharsimi Arikunto, 1997:7) Metode ini digunakan untuk mengetahui data-data dari MTs Al-Islam Gunung Pati, Semarang tahun ajaran 2011/2012.
5. Teknik Analisis Data Di samping masalah pengumpulan data, yang harus dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis data yang telah terkumpul tersebut. Adapun teknik analisis yang digunakan sebagai berikut: a. Untuk
mengetahui
profesionalisme
tingkat
persepsi
siswa
tentang
dan
motivasi
belajar
siswa,
guru
digunakan rumus prosentasi sebagai berikut: P
F x100% N
Keterangan: P = Persentasi F = Frekuensi N = Nilai/jumlah responden b. Untuk
mengetahui
siswa
tentang
belajar
siswa
ada
tidaknya
profesionalisme digunakan
rumus
rxy
2 x
N
dengan
motivasi
statistic
x y
2
persepsi
guru
sebagai berikut:
xy x
hubungan
N
y 2 2 y N
Keterangan: Rxy
= Koefisien korelasi antara x dan y
N
= Jumlah responden
product
moment
x
= Nilai hasil variable professional guru
y
= Nilai hasil variable motivasi belajar siswa
xy
= Jumlah hasil perkalian skor x dan skor y
H. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi
ini
akan
disusun
dalam
lima
bab
yang
secara
sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut: BAB. I
: Pendahuluan Meliputi : latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB. II
: Kajian Pustaka Meliputi teori-teori yang berhubungan dengan variable yaitu
:
persepsi siswa tentang profesionalisme guru dan motivasi belajar. BAB. III : Laporan Hasil Penelitian Meliputi gambaran umum lokasi penelitian di MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang yang mencakup sejarah berdirinya lokasi, sarana prasarana pendidikan, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, hasil data siswa antara professionalisme guru dan motivasi belajar.
BAB. IV : Analisis Data Dalam hal ini penulis berusaha menganalisis data tentang persepsi siswa tentang profesionalisme guru dan motivasi belajar siswa MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang tahun ajaran 20112012. BAB. V
: Penutup Meliputi : kesimpulan, saran, penutup, dan lampiran-lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Profesionalisme Guru 1. Pengertian Profesionalisme Guru Pada hakikatnya, kompetensi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Dalam kompetensi guru, pemberdayaan dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dalam kesejahteraannya, hakhaknya, dan memiliki posisi yang seimbang dengan profesi lain yang lebih mapan kehidupannya. Diharapkan guru dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan zaman, karakteristik lingkungan dan tuntutan global. Kompetensi adalah komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis
dan
memikirkan,
serta
memberikan
perhatian,
dan
mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi menunjuk
13
kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan (Ma’mur,2011;86-87). Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, social, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme (Mulyasa, 2008: 17-26). Dalam UU RI no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat (1) dijelaskan, kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (DIRJEN PI DEPAG RI, 2006:88). Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutandan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan social di masyarakatnya. Kecakapan kerja tersebut
diejawantahkan dalam perbuatan yang
bermakna, bernilai social, dan memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui atau disyahkan oleh kelompok profesinya dan atau warga masyarakat yang dilayaninya. Secara nyata orang yang kompeten tersebut mampu bekerja di bidang nya secara efektif dan efisien. Kadar kompetensi seseorang tidak hanya menunjuk kuantitas kerja tetapi sekaligus kualitas kerja (Samana, 1994: 44).
Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, ia juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Halhal yang bersifat teknis ini terutama dalam kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar-mengajar, dan guru harus mempunyai dua modal
dasar
yakni
mendesain
program
dan
ketrampilan
mengkomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal itu dirumuskan dalam sepuluh kompetensi guru yaitu menguasai bahan, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami prinsip dan hasil penelitian (Sardiman, 1994: 161-162).
Akan tetapi, sebagai kebaikan dalam
profesinya, pendidik menjalankan tanggung jawab khusus menyangkut moralitas. Kode etik profesi pendidikan National Education Association’s “(NEA) menyatakan dalam pembukaannya: “Pendidik, yang mempercayai nilai dan harkat setip manusia, menghargai betapa pentingnya pencarian kebenaran, komitmen untuk menjadi unggul, dan pemeliharaan prinsip demokrasi. Perlindungan atas kebebasan untuk belajar-mengajar dan jaminan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua sangat penting dalam mencapai sasaran di atas. Pendidik menerima tanggung jawab untuk mengikuti standar etis tertinggi.” Kewajiban etis pendidik pendidik
terhadap muridnya dalam banyak menjadi inti dari sifat moral pendidikan. Sebenarnya, dalam kode etik NEA, prinsip pertama menekankan pada “ komitmen Guru pada Murid,” yang mencakup beberapa kewajiban yang jelas yang dimiliki Guru terhadap Muridnya. Khususnya pendidik: a. Tidak
boleh
dengan
tanpa
alasan
menahan
murid
dari
tindakan mandirinya untuk belajar. b. Tidak
boleh
dengan
tanpa
alasan
menolak
akases
murid
ke sudut pandang yang beraneka ragam. c. Tidak
boleh
pokok
mata
dengan
sengaja
pelajaran
menekan
yang
atau
relevan
menghalangi
dengan
kemjuan
murid. d. Harus
berusaha
kondisi
sebaik-baiknya
yang
melindungi
membahayakan
proses
murid
dari
pembelajaran,
kesehatan, atau keamanan. e. Tidak
boleh
dengan
sengaja
berdasarkan
ras,
mempermalukan
atau
menghina murid. f. Tidak jenis
boleh
kelamin,
kepercayaan belakang
Negara
religious social
atau
warna
asal,
atau budaya,
kulit,
status
politis, atau
keyakinan, perkawinan,
keluarga, orientasi
latar seksual,
dengan tidak adil1) Mengeluarkan program apa pun.
murid
dari
partisipasi
ke
dalam
2) Meniadakan Manfaat bagi murid tertentu. 3) Memberikan manfaat bagi murid tertentu. g. Tidak
boleh
memanfaatkan
hubungan
professional
dengan murid untuk keuntungan pribadi. h. Tidak
boleh
diperoleh
mengungkap
dalam
pengungkapan
yang
kelas
infomasi
tentang
pelayana
memiliki
murid
professional
tujuan
professional
yang kecuali yang
sangat penting atau diperlukan oleh hukum. Ini adalah daftar terperinci kewajiban guru terhadap murid. Satu karakteristik yang lebih menarik dan patut disayangkan dari daftar ini adalah bahwa daftar ini harus dipahami sebagai resep petunjuk bukan hanya
sebagai
deskripsi
praktik
umum.
(Norlander-Case,Timothy
G.Reagan,Charles W.Case,2009:21-22) Pernyataan David P. Page, (1847) “Mungkin pertanyaan pertama dari seseorang yang jujur pada diri sendiri, ketika ia bermaksud untuk memangku jabatan sebagai guru, atau memasuki persiapan menjadi guru, adalah-“Semangat seperti apakah yang saya miliki?” Tidak ada pergungtanyaan yang lebih penting. Saya tidak bermaksud mengecilkan nilai bakat alami-dari kekuatan pikiran, yang diharapkan dimiliki oleh calon guru. Tetapi semangat sejati guru,semangat tidak hanya mencari materi, ingi untuk benar-benar berguna bagi mereka yang diajar, semangat yang menjunjung tinggi sifat dan kemampuan jiwa manusia, dan semangat
yang tergetar akan tanggung jawab untuk menjadi pendidik…” (Norlander-Case,Timothy G.Reagan,Charles W.Case,2009:51). Pengertian yang lain tentang kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi : pertama, kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru. Kedua, kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi. Ketiga, Kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri. Kompetensi pribadi meliputi kemampuan-kemampuan dalam memahami diri, mengelola diri, mengendalikan diri, dan menghargai diri. Keempat, kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan social serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial meliputi kemampuan interaktif, dan pemecahan masalah kehidupan sosial. Kelima, kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengamalan kaidah-kaidah agama (Kunandar, 2007: 55-56).
Komponen-komponen dalam standar kompetensi guru meliputi: pengelolaan pembelajaran, pengembangan profesi, penguasaan akademik, dan sikap kepribadian. Secara keseluruhan standar kompetensi guru terdiri dari
tujuh
kompetensi
diantaranya
adalah:
penyusunan
rencana
pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, pengembangan profesi, pemahaman wawasan pendidikan, penguasaan bahan kajian akademik (Kunandar, 2007: 56). Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (c) dikemukakan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajararan secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. (Mulyasa, 2008:135) Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang indikator profesionalisme guru sebagai berikut: a. Guru dituntut menguasai bahan ajar. b. Guru mampu mengelola program belajar mengajar. c. Guru mampu mengelola kelas. d. Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran. e. Guru mengusai landasan kepependidikan. f. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar.
g. Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentiangan pengajaran. h. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan. i. Guru mampu dan mampu ikut menyelenggarakan administrasi sekolah. j. Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran. (Samana,1994:61-64) Kompetensi
profesional
merupakan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuannya secara filosofis. Kompetensi ini juga disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut dengan bidang studi keahlian. Menurut Endang Komara (2007), kompetensi professional adalah kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian tgas-tugas keguruan. Kompetensi ini sangat penting. Sebab, langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. (Ma’mur, 2009:157-158) Profesionalisme guru mempunyai makna penting diantaranya adalah : a. Profesionalisme
memberikan
kepada kesejahteraan masyarakat umum.
jaminan
perlindungan
b. Profesionalisme memperbaiki
guru
merupakan
suatu
cara
untuk
profesi
pendidikan
yang
selama
ini
perbaikan
dan
dianggap oleh sebagian masyarakat rendah. c. Profesionalime
memberikan
kemungkinan
pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya. Sedangkan kualitas kompetensi ditunjukkan oleh lima sikap, yakni: keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal, meningkatkan dan memelihara citra profesi, keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan ketrampilannya, mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi dan memiliki kebanggaan terhadap profesinya (Kunandar, 2007: 48). Upaya memberdayakan kualitas guru menjadi professional agar pendidikan di negeri ini tidak semakin ketinggalan dengan bangsa lain diantaranya sebagai berikut: a. Dengan karya nyata dan sikap seorang guru yang mampu mengangkat harkat
dan
martabatnya
serta
diakui
profesionalitasnya
oleh
masyarakat. b. Guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pengayaan dan pembaruan di bidang ilmu, pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya secara terus-menerus.
c. Mengefektifkan perubahan budaya mendengar dan mendongeng menjadi budaya membaca, menulis dan diskusi akan tumbuh kehidupan ilmiah di tengah masyarakat khususnya kalangan guru. d. Guru harus paham dan melakukan penelitian-penelitian guna mendukung efektifitas pengajaran yang dilaksanakannya sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak dengan praktik pengajaran
yang
menurut
asumsinya
sudah
efektif
namun
kenyataannya justru bisa mematikan kreatifitas peserta didiknya. e. Guru pun mesti mampu melakukan dialektika dengan realitas kehidupan (kontekstual ) hari ini. f. Bagi pemerintah, penting untuk mengkaji ulang kurikulum perkuliahan institusi penghasil guru dengan menekankan pada kompetensi guru yang berkualitas dan mumpuni. g. Pemerintah juga diharapkan dapat melaksanakan secara efektif program penempatan guru di wilayah-wilayah pelosok Indonesia yang masih banyak membutuhkan guru dengan memberikan pendapatan yang sesuai. h. Pemerintah perlu bersungguh-sungguh merealisasikan anggaran pendidikan yang 20 % (dari APBN dan APBD) sebagai sarat upaya meningkatkan kualifikasi dan profesionalitas guru serta dunia pendidikan secara umum (Ma’mur, 2009: 55-56).
2. Materi Uji Kompetensi Guru Materi uji kompetensi guru dijabarkan dari kriteria professional. Kriteria professional jabatan guru mencakup fisik, kepribadian, keilmuan, dan ketrampilan sebagai berikut : a. Kemampuan Dasar (kepribadian) 1) Beriman dan bertaqwa 2) Berwawasan pancasila 3) Mandiri penuh tanggung jawab 4) Berwibawa 5) Berdisiplin 6) Berdedikasi 7) Bersosialisasi dengan masyarakat 8) Mencintai peserta didik dan peduli dengan pendidikannya b. Kemampuan Umum (kemampuan mengajar) 1) Menguasai ilmu pendidikan dan keguruan 2) Menguasai kurikulum 3) Menguasai didaktik metodik umum 4) Menguasai pengelolaan kelas 5) Mampu melaksanakan monitoring dan pemanfaatan pajangan kelas 6) Mampu mengembangkan dan aktualisasi diri c. Kemampuan Khusus (Pengembangan ketrampilan mengajar) 1) Ketrampilan bertanya 2) Memberi penguatan 3) Mengadakan variasi
4) Menjelaskan 5) Membuka dan menutup pelajaran 6) Membimbing diskusi kelompok kecil 7) Mengeola kelas 8) Mengajar kelompok kecil dan perorangan (Mulyasa, 2011: 190192). 3. Permasalahan guru Di masa lalu dan mungkin sekarang, suasana lingkungan belajar sering
dipersepsikan
sebagai
suatu
lingkungan
yang
menyiksa,
membosankan, kurang merangsang, dan berlangsung secara monoton sehingga anak-anak belajar secara terpaksa dan kurang bergairah. Di lain pihak para guru juga berada dalam suasana lingkungan yang kurang menyenangkan dan seringkali terjebak dalam rutinitas sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan perubahan paradigma (pola pikir) guru dari pola pikir tradisional menuju pola pikir professional. Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan guru antara lain: a. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran b. Menunggu peserta didik berperilaku negative c. Menggunakan destructive discipline d. Mengabaikan perbedaan peserta didik e. Merasa paling pandai dan tahu f. Tidak adil g. Memaksa hak peserta didik
Beberapa paradigma baru yang harus diperhatikan guru dewasa ini adalah: a. Tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan dan memberdayakan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan, seminar, lokakarya dan lainnya. Guru jangan hanya terjebak pada aktifitas datang, mengajar, pulang, begitu berulang-ulang sehingga lupa mengembangkan potensi dirinya secara maksimal b.
Guru mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) yang dapat menggairahkan motifasi belajar peserta didik
c.
Dominasi guru dalam pembelajaran, dikurangi sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berani, mandiri, dan kreatif dalam proses belajar-mengajar. Guru menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar
sebagai suatu profesi yang menyenangkan (Kunandar, 2007: 42-43).
B. Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi belajar Salah satu keberhasilan pendidikan adalah bagaimana pendidik dapat memotivasi peserta didik, karena jika peserta didik sudah termotivasi untuk belajar maka mereka akan selalu bergairah belajar walau tidak ada guru disamping mereka. Untuk memberikan pengertian motivasi
belajar, ada baiknya terlebih dahulu diberikan pengertian “motivasi dan belajar” secara terpisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat dirumuskan pengertian motivasi belajar secara lebih luas. Menurut Asmani (2009: 45-46) bahwa sebagai seorang motivator guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya, masa lalunya dan bagaimanapun berat tantangannya. Sebagai seorang motivator guru adalah psikolog yang diharapkan mampu menyelami psikologi anak didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir batinnya, dan dari pengetahuan ini seorang guru akan mencari motivasi model apa yang cocok bagi anak didiknya. Menurut Sardiman A.M. (1994:73) kata motif yang diartikan “sebagai daya upaya yang mendorong seseorang“ jadi motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Mc Donald (Sardiman,1994:73-74), motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian diatas mengandung 3 elemen penting yaitu sebagai berikut: a. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam sistem neuropsychological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia
(walaupun
motivasi
itu
muncul
dari
dalam
diri
manusia),
penampakannya akan menyangkut pada kegiatan fisik manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/ feeling dan afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang
muncul
dari
dalam
diri
manusia,
tetapi
kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Dengan ke tiga elemen diatas maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya perubahan energi yang ada dalam diri manusia, sehingga akan berhubungan dengan persoalan kejiwaan, perasaan, dan emosi yang kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Adapun motivasi seseorang dalam melaukan suatu perbuatan harus dimulai dengan niat dan kemauan. Jika dalam diri seseorang tidak ada motivasi melaksanakannya atau karena terpaksa, tentu hasil dari yang dilakukannya kurang memuaskan mungkin tidak berhasil. Pengertian motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau melakukan sesuatu, apabila ia tidak suka maka ia akan berusaha menghilangkan perasaan tidak
sukanya, dan motivasi itu dapat dirangsang dengan adanya faktor dari luar, tetapi ia tumbuh dari dalam diri seseorang (Sardiman,1994:75). Callahan and Clark,(1998) mengemukakkan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya denga pencapaian tujuan. Seseorang melakukan sesuatu kalau ia memiliki tujuan atas perbutannya, demikian halnya karena adanya tujuan yang jelas maka akan bangkit dorongan untuk mencapainya. Sehubungan dengan motivasi, Maslow menyusun suatu teori
tentang
kebutuhan
manusia
yang
bersifat
hirarkhis,
dan
dikelompokkan menjadi lima tingkat, yaitu: physiological needs, safety needs, belonginees and love needs, esteem needs, and needs for self actualization.
Dalam
hubungannya
dengan
peningkatan
kualitas
pembelajaran, teori Maslow ini dapat digunakan sebagai pegangan untuk melihat dan mengerti mengapa: a. Peserta didik yang lapar, sakit atau kondisi fisiknya tidak baik tidak memiliki motivasi untuk belajar b. Peserta didik lebih senang belajar dalam suasana yang menyenangkan c. Peserta didik yang merasa disenangi, diterima oleh teman atau kelompoknya akan memiliki minat belajar yang lebih disbanding dengan peserta didik yang diabaikan atau dikucilkan d. Keinginan peserta didik untuk mengetahui dan memahami sesuatau tidak selalu sama (Mulyasa, 2011: 174-176).
Melakukan
aktivitas
adalah
pernyataan
diri
siswa.
Pada
hakikatnya, siswa belajar sambil melakukan aktivitas. Karena itu, siswa perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan dirinya. Siswa akan memperoleh harga dan kegembiraan kalau diberi kesempatan menyalurkan kemampuan dan melihat hasil kerjanya. Belajar dengan melakukan perlu ditekankan karena setap siswa hanya belajar 10% dari yang dibaca, 20% yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. (Sutrisno,2005:65-66) Makna
belajar, ada beberapa definisi tentang
belajar, antar lain dapat diuraikan sebagai berikut: a. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. b. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. c. Geoch, mengatakan: Learning of change in performance as a result of practice. Dari ketiga definisi diatas, maka dapat diterangkan bahawa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, denga serangkaian
kegiatan
misalnya
dengan
membaca,
mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Disamping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihat dalam arti luas atau pun tereebatas/khusus. Dalam pengertian luas, belajar
dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan
ini
ada
pengertian
bahwa
belajar
adalah
“penambahan
pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam praktiknya banayak dianut di sekolah-sekolah. Para Guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan Siswa giat untuk menumpulkan/menerima nya. Dalam kasus demikian, Guru hanya berperan ssebagai “pengajar”. Sebagai konsekuensi dari pengertian yang terbatas ini, kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu adalah menghafal. Hal ini terbukti, misalnya kalau Siswa (subjek belajar) itu akan ujian, mereka akan menghafal terlebih dahulu. Sudah barang tentu pengertian seperti ini, secara esensial belum memadai. Selanjutnya ada yang mendefinisikan :”belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju
perkembangan
pribadi
manusia
seutuhnya,
yang
berarti
menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. (Sardiman,1994:20-21) Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya system lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Mengenai tujuan-tujuan belajar itu sebenarnya sangat
banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional, lazim dinamakan instructional effect, yang biasa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Tujuan belajar itu ada tiga jenis: a. Untuk menambah ilmu pengetahuan b.
Penanaman konsep dan ketrampilan
c. Pembentukan sikap (Sardiman,1994:25-28) 2. Cara Membangkitkan Minat Belajar Ada beberapa prinsip yang dapaat diterapkan untuk meningkatkan nafsu belajar peserta didik, sebagai berikut: a. Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik, dan berguna bagi dirinya. b. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan informasikan kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui tujuan belajar. Peserta didik juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan. c. Peserta didik juga harus selalu diberitahu tentang kompetensi, dan hasil belajarnya. d. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daropada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. e. Manfaat sikap cita-cita, rasa ingin tahu, dan ambisi peserta didik.
f. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap tehadap sekolah atau subyek tertentu. g. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan memperhatikan kondisi fisik, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa gurumemperhatikan mereka, mengatur pengalalman belajar sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar karena keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepecayaan diri (Mulyasa, 2011:176).
D. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Persepsi terhadap kompetensi guru adalah proses ketika siswa menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasi kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dimiliki gurunya pada saat mengajar. Aspek persepsi terhadap kompetensi guru yang akan dipakai dalam penelitian ini yaitu penggabungan dari aspek persepsi dan bentuk kompetensi guru. Aspek persepsi tersebut meliputi kognisi dan afeksi, sedangkan bentuk kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Jadi pada aspek kognisi di dalamnya menyangkut penilaian tentang kompetensi guru di bidang pedagogik, bidang kepribadian, bidang sosial, dan bidang profesional yang dimiliki oleh guru. Begitu juga aspek afeksi, di dalamnya meliputi perasaan individu terhadap kompetensi gurunya di bidang pedagogik,
bidang kepribadian, bidang sosial, dan bidang profesional. Proses interaksi antara siswa dengan gurunya akan menghasilkan persepsi siswa mengenai sosok guru yang di kenalnya. Siswa menganggap guru sebagai figur yang menarik dan menyenangkan, sehingga hal ini akan meningkatkan minat siswa untuk mengikuti mata pelajaran yang diampunya. Djamaran (2008, h. 166) mengatakan bahwa minat merupakan rasa senang dan ketertarikan pada suatu hal yang ditimbulkan dari hasil interaksi. Minat siswa dapat diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan, seperti memberikan perhatian yang lebih besar terhadap gurunya terutama ketika mengikuti pelajaran. Minat merupakan alat motivasi yang utama (Djamaran, 2008, h. 167). Siswa akan lebih termotivasi jika dalam dirinya tumbuh minat yang kuat. Lebih lanjut Baharuddin (2007, h. 138) mengatakan bahwa suatu kegiatan akan menghasilkan sesuatu yang positif jika disertai oleh perasaan positif. Persepsi siswa akan menentukan sikapnya. Siswa yang mempunyai persepsi positif seringkali akan mempunyai sikap yang positif juga. Ketika siswa mempersepsikan kompetensi gurunya secara positif, maka sikap yang positif terhadap guru itu pun terbentuk. Syah (2003, h. 149) mengatakan bahwa sikap siswa yang positif terhadap guru merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajarnya. Sikap yang positif dari diri siswa ini yang akan meningkatkan motivasi berprestasinya. Heckhausen (dalam Haditono, 1979, h. 26) mengatakan bahwa sikap individu terhadap kehidupan dan lingkungannya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi (http://eprints.undip.ac.id/24804/1/Persepsi_ Kompetensi _Guru.pdf).
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MTs Al-Islam Gunung Pati MTs Al-Islam Gunugpati dibangun pada tahun 1974 dan resmi berdiri pada tanggal 13 Mei tahun 1982. Status sekolah adalah swasta dengan akreditasi C SK akreditasi Terakhir nomor Dp 006617. SK/ Ijin pendirian sekolah dari kanwil depdiknas/Dinas Pendidikan/Depag dengan nomor 081/c/kep/i/83 pada tanggal 23 Desember tahun 1983. Kategori sekolah (khusus SMP) adalah biasa. MTs Al Islam berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Al-Islam. Nomor statistik sekolah /Madrasah (NSS/M) adalah 212337403009. NPSN adalah 2039174. Luas tanah dan bangunan 3475 m2 dan 1560 m2 bersertifikat. 2. Lokasi MTs Al-Islam Gunungpati MTs Al-Islam Gunungpati terletak di jalan Morokono Gunung Pati, Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah kode pos 50225. Madrasah ini terletak di tengah-tengah persawahan dalam daerah pedesaan. 3. Profil MTs Al- Islam Gunung Pati a. Identitas MTs Al- Islam Gunung Pati Nama Sekolah
: MTs Al- Islam Gunung Pati, Semarang
Alamat
: Jl. Morkono Gunung Pati, Semarang
Didirikan
: 13 Mei 1974 34
Status
: Akreditasi C
Nomor Izin
: 081/c/kep/i/83
b. Visi
Sekolah:
Unggul
dalam
Iman
Taqwa
Prestasi
dan
Teknologi serta akhlakul karimah c. Misi sekolah: 1) Menegakkan pengamalan ajaran Islam yang berdasarkan AlQur’an dan As-Sunah dalam semua aspek kehidupan 2) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik 3) Mewujudkan
pembentukkan
karakter
Islam
yang
mampu
profesionalisme
tenaga
mengaktualisasikan diri dalam masyarakat. 4) Meningkatkan
pengetahuan
dan
kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. 5) Menyelenggarakan tata kelola sekolah yang efektif, efisieni, transparan dan akuntabel. 4. Keadaan Guru dan Karyawan Pengajar
di
MTs
Al-Islam
Gunungpati
berjumlah
secara
keseluruhan yang laki-laki 12 orang dan yang perempuan berjumlah 4 orang, statusnya yang sudah menjadi pegawai negeri sipil ada 1 orang dan yang 15 orang swasta. Untuk karyawan berjumlah 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Untuk pendidikan terakhir 8 orang sudah sarjana (S1), 5 orang Diploma 3 (D3), dan 3 orang SMA atau PGA.
TABEL I Daftar Guru dan Karyawan MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang No 1 2 3
Nama
Jabatan
Drs. Sokeh
Kepala MTs
Pengampu Fiqh
Al-Islam Suwito, Am.Pd
Wiyata
Matematika
Drs. Bambang
Wiyata
IPA Fisika
Nurhardjito
4
Musa
PNS III.a
Bahasa Indonesia
5
Ria Amalianto, S.Si
Wiyata
Penjaskes
6
M. Pudji Wibowo
Wiyata
SKI & Aqidah Akhlk
7
Much Abdullah
Wiyata
Alqur’an & B. Arab
9
Hangat Falkhan Alfiana
Wiyata
Bahasa Indonesia
10
H. M. Solekan. S.Pd
Wiyata
TIK
11
Sokim, S.Ag
Wiyata
Bahasa Jawa
12
Susi Candra Dewi, S.Pd
Wiyata
Sei Budaya
Sukron Ali Darojat,
Wiyata
Pedidikan Kewarga
13
S.Sos
Negaraan
14
Siti Masruroh
Wiyata
Tata Busana
15
Safitri Kusumasari
Wiyata
Bahasa Inggris
16
Rajiv Ghandi
Wiyata
Matematika
17
Catur Wibowo
Karyawan
Kepala Tata Usaha
18
Eka Tri Rahayu, S.Pd
Wiyata
IPA Biologi
20
Uswatun Khasanah
Wiyata
IPS
21
Nur Hamidah
Karyawan
Bendahara
22
Zaenab
Karyawaan
Office Girl
5. Keadaan Siswa
bagi terdiri
Jumlah
siswa
secara
menjadi
3
kelas
dari
16
siswa
yaitu
keseluruhan kelas
laki-laki
VII dan
ada
81
berjumlah 12
siswa
siswa, 28
di
siswa,
perempuan.
Kelas
VIII
laki-laki siswa
berjumlah
dan yang
17 terdiri
27
siswa
siswa
yang
perempuan.
dari
14
siswa
terdiri
Kelas
IX
laki-laki
dari
10
siswa
berjumlah dan
12
26
siswa
perempuan. TABEL II Daftar Siswa MTs Al- Islam Gunung Pati Semarang Kelas
Siswa
Laki-laki
Perempuan
VII
28
16
12
VIII
27
10
17
IX
26
14
12
Jumlah
81
40
41
6. Struktur Organisasi TABEL III Struktur organisasi MTs Al- Islam Gunung Pati Komite
Kep. Madrasah
M. Maskur
Drs. Sokeh
Wa Ka Madrasah Musa
Kurikulum MD. Wibowo, S.Ag
Kesiswaan Sukron Ali D, S. Sos
Humas
Sar.Pras
M. Abdullah
Drs. Bambang Nurhajito
Ka. TU Catur Wibowo
Umum
Keuangan Nurhamidah
Laboran Eko Tri Rahayu, S.Pd Walas
Walas VII
Walas VIII
Walas IX
H.F. Alfiana
Sokim, S.Ag
Susi Candra Dewi , SA.g
Guru Mata Pelajaran
Siswa
BPK Siti Masruroh
7. Sarana Prasarana Ada
pun
sarana
prasarana
yang
dimiliki
Islam Gunung Pati Semarang dalam table dibawah ini: TABEL IV NO
Nama
Jumlah
1.
Komputer/Laptop
15
2.
Printer
1
3.
LCD
1
4.
Lemari
10
5.
TV/Audio
2
6.
Meja Siswa
99
7.
Kursi Siswa
200
8.
Ruang Teori/Kelas
4
9.
Laboratorium Komputer
1
10.
Ruang perpustakaan konvensional
1
11.
Ruang serba Guna/Aula
1
12.
Ruang UKS
1
13.
Koperasi/Toko
1
14.
Ruang BP/BK
1
15.
Ruang Kepala sekolah
1
MTs
Al-
16.
Ruang Guru
1
17.
Ruang TU
1
18.
Ruang OSIS
1
19.
Kamar Mandi/WC Guru laki-laki
1
20.
Kamar Mandi/WC Guru Perempuan
1
21.
Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki
1
22.
Kamar Mandi/WC Siswa Perempuan
1
B. Hasil Penelitian Pengumpulan data tentang persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa kelas IX MTs Al-Islam Gunungpati, Semarang tahun ajaran 2011/ 2012. TABEL V Daftar Nama Responden No
Nama
Jenis Kelamin
1
Adri Oktavial Machmud
L
2
Agustina Riwayati
P
3
Ambarwati
P
4
Anik Nurwati
P
5
Aula Puspitasari
P
6
Bayu Nur Achsan
L
7
Dody Cahyo Utomo
L
8
Dwi Khoiriyah
P
9
Hana Rukmaniah
P
10
Iva Nur Aeni
P
11
Lina Kurniawati
P
12
Mardhiyah
P
13
Mohammad Seto
L
14
M. Teguh Dwi Leksono
L
15
Nailul Izzah
P
16
Nanda Apriliyanti
P
17
Nor Hani
P
18
Nur Iman
L
19
Nur Ishna Syaida
P
20
Supriyanto
L
21
Tri Agung Nugroho
L
22
Wenni Khoirun Nissak
P
23
Winda Setiana
P
24
Yeni Suprihatin
P
25
Winda Ayu Wulandari
P
26
Misbachul Munir
P
1. Adapun daftar nilai angket dapat dilihat sebagai berikut: TABEL VI a. Persepsi siswa tentang profesionalisme guru No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
a
b
a
a
b
a
a
a
b
b
b
a
b
b
b
c
b
b
a
a
2
b
a
c
b
b
a
a
a
b
c
c
a
b
b
c
c
b
b
b
c
3
a
c
b
b
c
a
a
a
a
b
c
a
a
b
c
c
b
c
a
b
4
b
b
b
a
c
a
a
a
b
b
b
a
b
b
a
c
b
b
c
c
5
a
b
b
a
c
a
a
a
b
b
b
a
b
c
a
c
b
b
a
c
6
a
b
b
a
b
a
b
a
a
b
b
a
b
c
b
c
b
b
b
c
7
a
c
a
b
b
a
b
a
b
c
b
a
b
c
c
c
b
b
a
b
8
b
b
b
a
b
a
a
a
b
b
b
a
a
c
b
c
b
b
b
c
9
a
b
b
a
b
a
b
a
b
b
b
a
b
c
b
c
b
b
b
b
10
a
b
a
b
c
b
b
a
b
b
c
a
a
c
b
c
b
b
a
b
11
a
b
b
a
a
b
b
a
b
b
a
a
a
c
b
c
b
b
b
b
12
b
b
a
b
b
a
a
a
b
a
b
b
a
b
a
c
a
a
a
b
13
b
b
b
a
a
b
a
b
b
a
c
b
a
c
a
b
b
b
b
b
14
a
b
a
a
b
a
b
a
b
b
c
a
a
b
a
c
a
a
a
b
15
b
b
b
a
b
b
b
a
a
b
b
b
a
a
b
c
b
a
a
c
16
b
a
b
b
b
b
a
b
a
b
a
b
b
a
a
b
b
a
a
b
17
b
b
a
a
a
a
b
b
b
a
b
a
a
a
b
b
b
a
b
b
18
b
b
a
a
b
a
b
b
b
a
b
b
a
a
b
b
b
b
b
a
19
a
b
a
a
a
a
b
a
b
b
b
a
a
b
b
c
b
b
b
b
20
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
c
a
a
c
a
b
a
a
a
c
21
b
c
a
b
a
a
b
a
b
b
b
a
b
c
b
c
b
b
b
c
22
a
c
a
a
b
a
a
a
b
a
b
a
a
c
a
c
a
b
b
a
23
a
b
a
a
b
a
b
a
a
a
b
a
a
b
a
c
a
b
b
c
24
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
b
a
a
a
a
b
b
25
a
c
a
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
c
a
26
a
c
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
c
c
TABEL VII b. Motivasi Belajar Siswa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
a
b
a
c
c
a
a
a
c
a
c
a
a
a
c
a
c
a
c
a
2
a
b
a
c
c
a
b
a
c
a
c
a
a
a
c
a
c
a
c
a
3
b
b
a
c
c
a
b
c
a
b
c
b
a
a
c
b
a
a
c
a
4
b
b
b
c
c
c
c
c
b
b
b
a
b
a
a
b
a
b
c
a
5
b
b
a
c
c
a
b
b
b
b
b
b
a
a
c
b
b
a
a
a
6
b
b
a
c
c
a
b
b
b
a
c
b
b
b
b
a
b
a
a
a
7
a
b
a
c
c
a
b
a
b
a
c
b
a
a
c
a
c
a
b
a
8
b
b
a
c
c
a
b
b
a
b
c
b
a
a
c
b
b
a
c
a
9
b
b
a
c
c
b
b
b
b
b
b
a
b
b
a
c
a
c
c
c
10
b
b
a
b
c
c
c
c
b
a
c
b
c
b
b
c
a
c
c
c
11
b
b
a
c
c
b
b
b
b
b
a
a
b
b
a
c
a
c
c
c
12
b
b
a
c
c
b
b
b
b
b
a
a
b
b
a
c
a
c
c
c
13
b
b
a
c
c
b
b
b
b
b
a
a
b
b
a
c
a
c
c
c
14
b
b
a
c
c
b
b
b
b
b
a
a
b
b
a
c
a
c
c
c
15
b
b
a
c
c
b
b
b
b
b
a
a
b
b
a
c
a
c
c
c
16
b
b
a
c
c
b
b
b
b
b
a
a
b
b
a
c
a
c
c
c
17
b
b
a
c
c
b
b
b
c
b
a
a
b
b
a
c
a
c
c
c
18
b
b
a
b
c
b
b
b
a
a
a
b
b
b
a
b
b
b
c
c
19
a
a
b
c
c
b
a
a
c
a
b
a
a
a
b
a
b
a
b
b
20
b
b
a
b
b
b
a
b
b
a
a
a
b
a
a
b
b
a
c
b
21
b
b
a
c
c
a
a
a
c
a
c
b
a
a
c
a
c
b
c
c
22
b
a
a
c
c
b
b
b
b
a
b
b
b
b
a
b
b
a
b
a
23
b
b
a
c
c
b
b
a
b
b
a
c
b
c
a
b
b
b
b
b
24
b
b
a
c
c
a
b
b
b
a
a
a
b
b
a
b
b
b
b
b
25
a
a
a
c
c
a
a
a
c
a
a
b
a
b
b
a
b
a
c
a
26
b
b
a
c
c
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
c
b
b
c
c
BAB IV PEMBAHASAN
Setelah proses penggalian data yang dibutuhkan selesai, langkah selanjutnya adalah pengolahan data, yaitu mengolah data-data penelitian yang diperoleh dengan menggunakan metode angket. Proses analisa data ini meliputi tahapan-tahapan data. A. Analisis Pendahuluan Langkah analisa data ini meliputi tahapan tabulasi data dan membuat tabel persiapan untuk analisis data. Dari pengolahan data penelitian berikut akan disajikan data hasil penelitian mengenai nilai-nilai variabel Persepsi siswa profesionalisme guru (variabel X) dan Motivasi belajar siswa (variabel Y) Dari data nilai angket tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel hasil angket untuk mengetahui nilai rata-rata atau mean dari data tingkat profesional guru . Dari masing-masing pertanyaan tersebut disediakan alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: 1. Alternatif jawaban A dengan nilai 3 2. Alternatif jawaban B dengan nilai 2 3. Alternatif jawaban C dengan nilai 1
44
Tabel VIII Hasil angket persepsi siswa tentang profesional guru No
a
b
Nilai c 3
1
9
10
1
15
22
4
48
2
5
9
6
24
22
1
39
3
8
6
6
24
12
6
42
4
6
10
4
18
20
4
42
5
8
8
4
24
16
4
46
6
6
11
3
18
22
3
43
7
6
9
5
18
18
5
41
8
6
11
3
18
22
3
43
9
5
13
2
15
26
2
43
10
6
10
4
18
20
4
42
11
7
11
2
21
22
2
45
12
10
9
1
30
18
1
49
13
6
12
2
18
24
2
44
14
11
7
2
33
14
2
49
15
7
11
2
21
22
2
45
16
8
12
0
24
24
0
48
17
9
11
0
27
22
0
49
18
7
13
0
21
26
0
47
19
8
11
1
24
22
1
47
20
15
2
3
45
4
3
52
21
5
11
4
15
22
4
41
22
12
5
3
36
10
3
49
23
11
7
2
33
14
2
49
24
15
5
0
45
10
0
55
25
12
1
2
36
2
2
40
26
11
1
3
33
2
3
38
No
2
1
Skor JMLH
Setelah diketahui data-datanya terkumpul, langkah selanjutnya adalah 1. Mencari nilai interval Dari hasil tabel diatas, diketahui bahwa persepsi siswa tentang professional guru diperoleh dengan nilai tertinggi 55 dan nilai terendah 38. Kemudian diintervalkan dengan menggunakan rumus: i
( XT XR) 1 KI
Keterangan: i
: Nilai ideal
Xt : Nilai tertinggi ideal Xr : Nilai terendah ideal Ki : Kelas interval i
(T R) 1 3
i
(55 38) 1 3
i
17 1 3
i
18 3
=6 Setelah diketahui nilai intervalnya, maka ditetapkan dalam kategori sebagai berikut:
Tabel IX Nilai interval persepsi siswa tentang profesionalisme guru No
Interval
Kategori
Kode
1
60-55
BAIK
a
2
44– 59
CUKUP
b
3
38 - 43
KURANG
c
2. Mencari persentase dari masing-masing kategori Setelah
diketahui
berapa
banyak
siswa
yang
menilai
profesionalisme guru kategori baik, cukup, dan kurang. Kemudian dipersentasikan masing-masing perolehan kategori dengan menggunakan rumus: P
F x100% N
Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi N = Nilai/jumlah responden a. Persepsi siswa tentang profesionalisme guru Adapun kategori baik, cukup, dan kurang tentang persepsi siswa tentang profesionalisme guru adalah sebagai berikut:
Untuk kategori baik, ada 5 responden
P
F x100% N
P
5 x100% 26
= 19,23% Untuk kategori cukup, ada 15 responden:
P
F x100% N
P
15 x100% 26
=57,69% Untuk kategori kurang ada 6 responden:
P
F x100% N
P
6 x100% 26
= 23,07% Kemudian penulis sampaikan dalam bentuk tabel ditribusi frekuensi tentang profesionalisme guru
TABEL X Rekapitulasi persepsi siswa tentang profesional guru MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang NO 1
KATEGORI BAIK
INTERVAL 50-55
FREKUENSI 5
2
CUKUP
44-49
15
57,69%
3
KURANG
38-43
6
23,07%
26
100%
JUMLAH
PERSENTASE 19,23%
Dengan demikian perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang profesionalisme guru pada taraf baik mencapai 19,23%, pada taraf cukup mencapai 57,69%, dan pada taraf kurang mencapai 23,07%. Dengan demikian, prsepsi siswa tentang profesionalisme guru di MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang pada taraf cukup 57,69% sebanyak 15 responden. Tabel XI Data angket tentang motivasi belajar
Nilai
No
Skor
a
b
c
3
2
1
1
12
1
7
36
2
7
45
2
11
2
7
33
4
7
44
3
8
6
6
24
12
6
42
4
5
9
6
15
18
6
39
5
7
10
3
21
20
3
44
6
7
10
3
21
20
3
44
7
10
5
5
30
10
5
45
8
7
8
5
21
16
5
42
9
4
10
6
12
20
6
38
10
3
7
10
9
14
10
33
11
5
9
6
15
18
6
39
12
5
9
6
15
18
6
39
13
5
9
6
15
18
6
39
14
5
9
6
15
18
6
39
15
5
9
6
15
18
6
39
16
5
9
6
15
18
6
39
17
5
8
7
15
16
7
38
18
5
12
3
15
24
3
42
19
10
7
3
30
14
3
47
20
8
11
1
24
22
1
47
21
8
4
8
24
8
8
40
22
6
12
2
18
24
2
44
23
4
12
4
12
24
4
40
24
6
12
2
18
24
2
44
25
12
4
4
36
8
4
48
26
1
14
5
3
28
5
36
Setelah diketahui data-datanya terkumpul, langkah selanjutnya adalah mencari nilai interval
Dari hasil tabel diatas, diketahui bahwa motivasi belajar diperoleh dengan nilai tertinggi 48 dan nilai terendah 33. Kemudian diintervalkan dengan menggunakan rumus:
i
( XT XR) 1 KI
Keterangan: i : nilai ideal Xt:nilai tertinggi ideal Xr: nilai terendah ideal Ki: kelas interval
i
(T R) 1 3
i
(48 33) 1 3
i
15 1 3
i
16 3
=5 Setelah diketahui nilai intervalnya, maka ditetapkan dalam kategori sebagai berikut:
Tabel XII Nilai interval motivasi belajar No
Interval
Kategori
Kode
1
43-48
BAIK
a
2
38– 42
CUKUP
b
3
33 - 37
KURANG
c
b. Motivasi Belajar siswa Adapun kategori baik, cukup, dan kurang tentang Motivasi Belajar siswa adalah sebagai berikut: Untuk kategori baik, ada 10 responden P
F x100% N
P
10 x100% 26
= 38,461% Untuk kategori cukup, ada 14 responden: P
F x100% N
P
14 x100% 26
=53,84%
Untuk kategori kurang ada 2 responden: P
F x100% N
P
2 x100% 26
= 7,69% Kemudian penulis sampaikan dalam bentuk tabel ditribusi frekuensi tentang Motivasi Belajar siswa TABEL XIII Rekapitulasi Motivasi Belajar siswa kelas MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang NO
KATEGORI
INTERVAL
FREKUENSI
PERSENTASE
1
BAIK
43-48
10
38,46%
2
CUKUP
38-42
14
53,84%
3
KURANG
33-37
2
7,69%
26
100%
JUMLAH
Dengan demikian perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa Motivasi Belajar siswa pada taraf baik mencapai 38,46%, pada taraf cukup mencapai 53,84%, dan pada taraf kurang mencapai 7,69%. Dengan demikian, Motivasi Belajar siswa di MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang pada taraf cukup 53,84% sebanyak 14 responden.
B. Analisis Uji Hipotesis Dari data diatas maka untuk mengetahui hubungan persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa, maka dibuktikan dengan mencari nilai koefisien antar variabel, Dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Membuat Tabel Penolong Untuk Menghitung Besarnya Hubungan Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru Tabel XIV TABEL PENOLONG UNTUK MENGHITUNG BESARNYA HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA No. Resp
X
Y
X2
Y2
X.Y
1
48
45
2304
2025
2160
2
39
44
1521
1936
1716
3
42
42
1764
1764
1764
4
42
39
1764
1521
1638
5
44
44
1936
6
43
44
1849
1936
1892
7
41
45
1681
2025
1845
8
43
42
1849
1764
1806
9
43
45
1849
2025
1935
10
42
33
1764
1089
1386
11
45
39
2025
1521
1755
1936
1936
12
49
39
2401
1521
1911
13
44
39
1936
1521
1716
14
49
39
2401
1521
1911
15
45
39
2025
1521
1755
16
48
39
2304
1521
1872
17
49
38
2401
1444
1862
18
47
42
2209
1764
1974
19
47
47
2209
2209
2209
20
52
47
2704
2209
2444
21
41
40
1681
1600
1640
22
49
44
2401
1936
2156
23
49
40
2401
1600
1960
24
55
44
3025
1936
2420
25
40
48
1600
2304
1920
26
38
36
1444
1296
1368
total
1174
1075
53448
45445
48951
Dengan melihat tabel kerja di atas dapat diketahui ∑X
= 1174
∑Y
= 1075
∑X2
=53448
∑Y2
= 45445
X.Y
= 48951
Untuk
mengetahui
hubungan
persepsi
siswa
tentang
profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa dapat digunakan rumus :
rxy
xy x
2 x
x y
2
N
N y 2 2 y N
Keterangan: Rxy
= Koefisien korelasi antara x dan y
N
= Jumlah responden
x
= Nilai hasil variable profesionalisme guru
y
= Nilai hasil variable minat belajar siswa
xy
= Jumlah hasil perkalian skor x dan skor y 48951 – (1174) (1075) 888 26 15
rxy =
√ 53448–
(1174) . 2 26
45445-
(1075)2 26
88888888 48951– 48540,384 rxy = ______________________________________ 88981588 88888888 (53448 – 53010,615) (45445 –44447,115) 8
√
rxy =
49,385_________ √ (437,385)(997,885)
rxy =
49,385 __ √ 436459,93
rxy =
49,385 660,651 rxy = 0,745
2. Pembahasan Setelah diketahui r (Koefisien korelasi) dari variabel X dan Y, maka selanjutnya akan dikonfirmasi dengan nilai r product moment (nilai r dalam tabel) untuk diketahui signifikan atau tidaknya sebagai jawaban atas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, bila r diperoleh sama atau lebih besar dari tabel r, maka nilai r yang diperoleh berarti signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : TABEL V Signifikansi N
26
Taraf Signifikasi 5%
1%
0,374
0,478
Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa : i. Untuk taraf signifikasi 5% adalah rt = 0,374
ro = 0,745
ii. Untuk taraf signifikasi 1% adalah rt = 0,478
ro = 0,745
Oleh karena nilai ro yang diperoleh lebih besar dari nilai rt, baik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, maka nilai r yang diperoleh adalah signifikan. Artinya ada korelasi atau ada hubungan yang positif antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa kelas IX di MTs Al-Islam Gunung Pati, Semarang tahun ajaran 2011/2012.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan paparkan
di
muka
hasil maka
penelitian secara
garis
yang besar
telah dapat
penulis disimpulkan
sebagai berikut: 1. Persepsi siswa tentang profesionalisme guru di MTs Al- Islam Gunung Pati berada pada kategori sedang. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa professionalisme guru yang berada pada kategori tinggi 19,23%, sedang 57,69%, dan rendah 23,07%. 2. Motivasi belajar pada siswa-siswi kelas IX MTs Al-Islam Gunung Pati berada pada kategori sedang. Ini terbukti dari hasil penelitian bahwa motvasi Belajar siswa kelas IX MTs Al- Islam yang berada kategori tinggi 38,461%, sedang 53,84%, dan rendah 7,69%. 3. Dari penelitian yang penulis lakukan di MTs Al-Islam Gunung Pati, diperoleh bukti bahwa ada hubungan
persepsi siswa tentang
profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa kelas IX tersebut. Hal ini dibuktikan pada nilai keofesien korelasi product moment dari hasi (
)
besarnya 0,745 dan selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan N= 26, pada taraf signifikasi 1% diproleh nilai 0,478 dan pada taraf signifikasi 5% diperoleah nilai 0,374. Dengan demikian hipotesis yang berjudul“Hubungan persepsi siswa tentang profesionalisme 58
guru dengan motivasi belajar siswa kelas IX MTs Al-Islam Gunung Pati tahun ajaran 2011/2012” yang penulis ajukan, diterima.
B. Saran-saran Dari beberapa
penelitian hal
pertimbangan
yang bagi
yang
telah
perlu
penulis
penulis
peningkatan
lakukan
sampaikan
kiranya
sebagai
profesionalisme
guru
ada bahan
yang
ada
khususnya di MTs Al-Islam Gunung Pati 1. Bagi
para
hal-hal
pelaku
yang
pendidikan.
pendidikan
hendaknya
meningkatkan
Untuk
itu
memperhatikan
kompetensi
dilakukan
langkah
professional
yang
semaksimal
mungkin. 2. Bagi siswa siswi kelas IX a. Hendaknya
bisa
mengikuti
pelajaran
yang
disampaikan
oleh Bapak atau Ibu Guru secara maksimal. b.
Manfaatkanlah
Perpustakaan
sebagai
pendukung
dalam
kegiatan belajar. c.
Ikutilah
program
bimbingan
belajar
yang
di
laksanakan
oleh sekolah atau diluar sekolah. d. Pergunakanlah
waktu
dengan
sebaik-baiknya
untuk
belajar. Bila perlu membuat jadwal belajar. 3. Bagi
Kepala
pentingnya
Madrasah
pendidikan
Tsanawiyah terutama
di
Al-Islam sekoah
Gunung umum
Pati, tingkat
menengah
yang
meningkatkan
notabennya
kualitas
mngikutsertakan Kementerian Dan
bagi
dalam
Agama
untuk
sekolah pelaku
diklat
atau
plus
ini
untuk
bisa
pendidik.
Maka
bisa
yang
melakukan
memudahakan
dibawah uji
naungan
kompetensi
penyelenggaraan
guru.
pendidikan
perlu sarana dan prasarana yang memadai.
C. Penutup Segala kehadirat dan
puji
Allah
SWT
hidayahnya
selesaikan.
penulis,
maka
kesempurnaan penulis
akan
bermanfaat
penulis,
skripsi
ini.
semoga
khususnya
akan
buat
pembaca yang budiman. Amiin.
terima
panjatkan
atas
rahmat
taufiq
melimahkan sehingga
sumbangan
penulis
penulis
telah
Menyadari
segala
berharap
syukur
yang
kepada
penulis
membangun
puji
skripsi
keterbatasan
pemikiran dan
Akhirnya skripsi
yang
diri
penulis
dan senang
dengan sederhana dan
ini
dapat
kemampuan kritik
yang
hati
demi
teriring
doa
ini
umumnya
dapat bagi
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Fitri Rangkuti, Filia Dina Anggaraeni,2005. HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATEMATIKA DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15712 )
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakterk (edisi revisi V. Rineke Cipta. Jakarta. Asmani, Ma’mur Jamal, 2009, Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, Jogjakarta: DIVA Press. Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral Dan Agama. Rineka Cipta. Jakarta Departemen Agama RI, 2006, Al-Qur’anul Karim, al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tajwid, Bandung: Syamil Cipta Media. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006, UndangUndang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta: Departemen Agama RI http://www.m-edukasi.web.id/2012/06/kompetensi-profesional guru.html Irawan, Pangky, 2010. HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TIRTO (http://eprints.undip.ac.id/24804/1/Persepsi_Kompetensi_Guru.pdf).
Kay A. Norlander-Case, Timothy G. Reagan, Charles W. Case, 2009, GURU PROFESIONAL (Penyiapan dan Pembimbingan Praktisi Pemikir) (Original title: The Professional Teacher: The Preparation and Nuturance of the Reflektive Practitioner), Jakarta, PT Indeks Kunandar, 2007, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ma’mur, Asmani Jamal, 2009, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional, Pati: Powerbooks. Mulyasa, E, 2008, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Karya.
Rosda
------------------------ 2011, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Rosdakarya. Samana, A, 1994, Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius.
Sardiman, A.M, 1994, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman bagi Guru dan Calon Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sutrisno, 2005, Revolusi Pendidikan di Indonesia (Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi), Jogjakarta, AR-RUZZ.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nurul Khotim
Tempat / tgl lahir
: Semarang/ 29 Mei 1986
Alamat
: Kuwasen RT/W: 002/003, Kel. Pongangan, Kec. Gunung Pati, Kota Semarang
Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Miftakhul Hidayah Pongangan, Gunung Pati, Semarang Madrasah Tsanawiyah Al- Islam Gunung Pati, Semarang Madrasah Aliyah Negeri Salatiga PKBM Permata (Paket C) Sidorejo Salatiga